MOTIVASI MAHASISWA FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI YANG MENGIKUTI ORMAWA DITINJAU DARI MEMILIKI PENGALAMAN MENJADI PENGURUS DAN TIDAK MEMILIKI PENGALAMAN MENJADI PENGURUS OSIS DI SMA
ARTIKEL
OLEH FARIS CHOIRUDIN NIM 409112419490
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI PSIKOLOGI APRIL 2013
LEMBAR PERSETUJUAN
Artikel oleh Faris Choirudin ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.
Malang, 17 April 2013 Pembimbing I
Dr. Fattah Hanurawan, M.Si., M.Ed NIP 19661006 198812 1 001
Malang, 17 April 2013 Pembimbing II
Drs. Mohammad Bisri, M. Si NIP 19590815 198601 1 001
MOTIVASI MAHASISWA FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI YANG MENGIKUTI ORMAWA DITINJAU DARI MEMILIKI PENGALAMAN MENJADI PENGURUS DAN TIDAK MEMILIKI PENGALAMAN MENJADI PENGURUS OSIS DI SMA Faris Choirudin Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang E-mail:
[email protected] ABSTRAK: Motivasi adalah dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk menimbulkan sebuah perilaku atau tindakan untuk mencapai tujuan tertentu dan tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan dalam dirinya yang belum terpuaskan. Sebuah pengalaman yang pernah dialami seseorang di masa lalu tentu akan mempengaruhi setiap motivasi, tujuan, cita-cita, nilai hidup, kebutuhan, dan alasan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian fenomenologi. Peneliti menggunakan metode pengambilan data wawancara, observasi dan analisis data menggunakan analisis isi dengan pendekatan intra dan inter subjek serta member check untuk mengecek keabsahan data. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 6 orang yang merupakan mahasiswa aktif di ormawa dengan pengalaman OSIS di SMA. Temuan dalam penelitian ini, motivasi yang dimiliki oleh mahasiswa Fakultas Pendidikan Psikologi mengikuti ormawa dengan pengalaman menjadi pengurus OSIS di SMA memiliki motivasi harga diri, sedangkan mahasiswa Fakultas Pendidikan Psikologi mengikuti ormawa yang tidak memiliki pengalaman menjadi pengurus OSIS di SMA memiliki motivasi rasa aman. Motivasi mahasiswa Fakultas Pendidikan Psikologi yang mengikuti ormawa ditinjau dari memiliki pengalaman menjadi pengurus dan tidak memiliki pengalaman menjadi pengurus OSIS di SMA memiliki motivasi yang berbeda. Pengalaman hidup yang di alami oleh mahasiswa selain pengalaman menjadi pengurus OSIS di SMA memiliki pengaruh terhadap motivasi yang dimiliki oleh mahasiswa dalam mengikuti ormawa. Kata kunci: motivasi, ormawa, pengalaman, OSIS ABSTRACT: Motivation is a drive that make an individual show an action to achieve a particular purpose. The purpose to satisfy an individual’s need. Individual experience will have have an influence to motivation, purpose, personal dream, life value, need and reason. The study held by phenomenological model. Researcher uses interview and observation for collecting data. To analyse data, research do the content analysis with intra and inter subject approach. The validation used member check methids. The findings in this study, motivation is owned by the students of the Faculty of Education Psychology following the ormawa by the experience of being OSIS in high school motivated self-esteem, while the college students the Faculty of Psychology of Education following the ormawa who do not have the experience of being OSIS in high school has a sense of safety motivation. Motivation of college students of the Faculty of Psychology of Education who follow the ormawa terms of having the experience of being 1
OSIS and do not have the experience of being OSIS in high school have different motivations. Experience of life had experienced by college students in addition to the experience of being OSIS in high school has an influence on the motivation of the student to follow the ormawa. Keywords: motivation, ormawa, experience, OSIS
2
Mahasiswa seringkali disebut sebagai agent of change yaitu seorang agen atau seseorang yang membawa misi perubahan, perubahan menuju arah yang lebih baik untuk kehidupan masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh Soekanto (1982) agent of change yang berarti seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembagalembaga kemasyarakatan. Mahasiswa menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab VI bagian ke empat pasal 19 bahwasanya “ mahasiswa” itu sebenarnya hanya sebutan akademis untuk siswa/ murid yang telah sampai pada jenjang pendidikan tertentu dalam masa pembelajarannya. Sedangkan secara harfiyah, “mahasiswa” terdiri dari dua kata, yaitu “Maha” yang berarti tinggi dan “Siswa” yang berarti subyek pembelajar, jadi dari segi bahasa “mahasiswa” diartikan sebagai pelajar yang tinggi atau seseorang yang belajar di perguruan tinggi atau universitas. Mahasiswa dan organisasi adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, karena dengan mengikuti organisasi mahasiswa akan memperoleh banyak pengetahuan dan pengalaman yang tidak akan mereka dapatkan selama belajar didalam kelas. Organisasi menurut Hanurawan (2004) merupakan pertemuan dua orang atau lebih dalam satu kesatuan perasaan dan beraktivitas secara bersamaan dalam pola-pola interaksi sosial yang relatif menetap. Sedangkan organisasi mahasiswa (ormawa) adalah subsistem kelembagaan nonstruktural universitas yang merupakan sebuah wahana dan sarana pemberdayaan diri mahasiswa yang diharapkan dapat menampung dan menyalurkan minat, bakat, dan kegemaran sekaligus menjadi wadah kegiatan peningkatan penalaran dan keilmuan, serta profesi mahasiswa yang merupakan bagian dari proses pendidikan (Materi PKPT UM, 2009). Oleh karena itu mahasiswa yang mengikuti ormawa adalah sebagai cara untuk menjaga eksistensi mahasiswa sebagai elemen masyarakat yang memiliki sifat ilmiah, kritis, dan terbuka. Sejak berdirinya Fakultas Pendidikan Psikologi pada tahun 2012 yang lalu, merubah banyak pandangan mahasiswa Fakultas Pendidikan Psikologi (FPPsi) mengenai ormawa. Dengan berdirinya ormawa FPPsi membuat mahasiswa fakultas tersebut tidak lagi apatis dalam ormawa, mereka sangat bersemangat 3
untuk membuat ormawa FPPsi lebih mandiri meski masih baru berdiri beberapa waktu lalu. Tentu saja dalam sebuah ormawa di isi oleh mahasiswa yang sangat beragam, begitu juga dengan ormawa FPPsi. Ormawa FPPsi tidak hanya di ikuti oleh mahasiswa yang memiliki pengalaman menjadi pengurus OSIS di SMA, namun mahasiswa yang tidak memiliki pengalaman menjadi pengurus OSIS di SMA juga memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti ormawa FPPsi. Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) adalah sebuah organisasi tidak jauh berbeda dengan ormawa, dilihat dari pengertiannya OSIS merupakan satu-satunya wadah organisasi siswa yang sah di sekolah. Oleh karena itu, setiap sekolah wajib membentuk Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), yang tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan OSIS di sekolah lain dan tidak menjadi bagian atau alat dari organisasi lain yang ada di luar sekolah. Secara Sistematis di dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 226/C/Kep/0/1993 disebutkan bahwa organisasi kesiswaan di sekolah adalah OSIS. Kemudian pengertian OSIS secara fungsional dan sistemik dijelaskan Firdaus (2012) dalam blognya, OSIS secara fungsional adalah sebagai salah satu dari empat jalur pembinaan kesiswaan, disamping ketiga jalur yang lain (latihan kepemimpinan, ekstrakurikuler, dan wawasan Wiyatamandala). Kemudian secara sistemik OSIS sebagaitempat kehidupan berkelompok siswa yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Partisipasi mahasiswa dalam mengikuti kegiatan mahasiswa yang kemudian disebut sebagai ormawa tidak bisa dilepaskan dari peran motivasi mahasiswa. Terry G. ( dalam Notoatmodjo, 2010) motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri seorang individu yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan, tindakan, tingkah laku atau perilaku. Kemudian Munandar (2010) mendefinisikan motivasi adalah suatu proses dimana kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ke tercapainya tujuan tertentu. Sebuah motif atau motivasi manusia untuk melaksanakan sesuatu dan mencapai suatu tujuan selalu dilatarbelakangi oleh sebuah kebutuhan dari manusia itu sendiri. Menurut Mangkunegara (2011) menjelaskan bahwa kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau 4
pertentangan yang dialami antara suatu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri. Banyak sekali para ahli yang menjelaskan tentang kebutuhan manusia, salah satu yang paling dikenal luas adalah penjelasan kebutuhan manusia yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Maslow berasumsi bahwa (Hall & Lindzey, 1993) hampir setiap manusia, dan sudah barang tentu dalam hampir setiap bayi yang baru lahir, terdapat kemauan yang aktif kearah kesehatan, impuls kearah pertumbuhan, atau kearah aktualisasi potensi-potensi manusia. Berdasarkan teori hirarki kebutuhan Abraham Maslow, mencoba untuk menjelaskan mengenai beberapa kebutuhan yang dapat memotivasi seseorang berperilaku. Maslow mengungkapkan terdapat dua macam kebutuhan dalam diri seseorang, yaitu kebutuhan dasar dan kebutuhan untuk bertumbuh (metaneed). Hirarki kebutuhan menjelaskan bagaimana seseorang akan berperilaku untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara bertingkat, yaitu dimulai dari kebutuhan pada tingkat yang paling rendah dan paling dasar baru kemudian naik ke kebutuhan yang memiliki tingkat lebih tinggi. Namun menurut Maslow (dalam Alwisol, 2009) kebutuhan orang tidak bergerak secara garis lurus dari kebutuhan fisiologis terpuaskan kemudian beralih ke kebutuhan rasa aman terpuaskan lalu beralih ke kebutuhan dicintai dan mencintai dan seterusnya. Tapi memungkinkan bagi seseorang untuk memiliki kepuasan pada suatu kebutuhan pada jenjang yang lebih tinggi, tidak peduli seberapa tinggi jenjang yang sudah dilewatinya. Dalam hirarki kebutuhan Maslow terdapat kebutuhan fisiologis, rasa aman, dicintai dan mencintai, dan harga diri sebagai kebutuhan dasar yang dimiliki manusia. Kebutuhan untuk bertumbuh berdiri sendiri karena tidak semua orang mampu mencapai pada pemenuhan kebutuhan ini, untuk memenuhi kebutuhan ini seseorang harus dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara relatif terpuaskan. Pengalaman dalam mengikuti kegiatan OSIS juga menjadi hal yang penting dalam keikutsertaan mahasiswa bergabung dalam orgaanisasi di universitas. Pengalaman yang berarti sebagai sebuah keajadian atau peristiwa apa pun yang ditemui seseorang dalam hidupnya atau sebagai pengetahuan yang diperoleh dari partisipasi di dalam sebuah kejadian atau peristiwa. Pengalaman tentu saja mempengaruhi sebuah perilaku seseorang dimasa yang akan datang. 5
Lewin mengemukakan (Sobur, 2009) perilaku adalah fungsi dari keadaan diri pribadi (personality) dan lingkungan (environment). Sarwono (2010) menyimpulkan berdasar pada teori yang dikemukakan oleh Lewin, masa lalu memiliki pengaruh terhadap perilaku masa kini seseorang secara tidak langsung melalui bekas-bekasnya yang masih tertinggal dalam lapangan kejiwaan (lapangan kehidupan) seseorang tersebut. Lewin (Sarwono, 2010) menjelaskan sebuah pengalaman yang dialami seseorang menjadikan lapangan-lapangan kehidupannya terdiferensiasi (terpetakan) dan keadaan pada lapangan kehidupan itu membuat terjadinya sebuah perilaku. Selanjutnya Naisaban (2005) menjelaskan pengalaman hidup membuktikan bahwa manusia berbeda satu sama lain. Setiap orang memiliki jalan dan cara sendiri-sendiri dalam mengalami hidup, menyesuaikan diri dan mengatasi tantangannya. Lebih khusus lagi, manusia berbeda dalam keinginan, motivasi , tujuan, cita-cita, nilai hidup, kebutuhan, dan alasan. Oleh karena itu penelitian ini berusaha untuk menjelaskan motivasi yang dimiliki oleh mahasiswa Fakultas Pendidikan Psikologi yang mengikuti ormawa ditinjau dari memiliki pengalaman menjadi pengurus dan tidak memiliki pengalaman menjadi pengurus OSIS di SMA. METODE Dalam penelitian ini peneli peneliti memilih pendekatan kualitatif sebagai metode penelitian. Penelitian kualitatif berusaha mengungkapkan gejala secara menyeluruh dan sesuai dengan konteks (holistik-kontekstual) melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci (Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UM, 2010). Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi fenomenologi, Giorgi (Hanurawan & Diponegoro, 2005) mengemukakan bahwa fenomenologi adalah penelitian yang ditekankan pada cara manusia sebagai subjek berinteraksi dengan dunia gejala, baik terhadap obyek-obyek empirik maupun peristiwa. Subjek dalam penelitian ini berjumlah enam orang mahasiswa Fakultas Pendidikan Psikologi yang mengikuti ormawa, tetapi dibagi menjadi dua kelompok yaitu tiga orang mahasiswa yang memiliki pengalaman menjadi pengurus OSIS di SMA dan tiga 6
orang mahasiswa yang tidak memiliki pengalaman menjadi pengurus OSIS di SMA. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah berupa wawancara dan obervasi. Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara mendalam (in depth interview) dan jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi nonpartisipan. Pengumpulan data berlangsung selama kurang lebih satu bulan, dimulai pada awal Maret hingga awal April 2013 di lingkungan kampus Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analysis) dengan pendekatan analisis intrakasus (within- case) serta analisis antarkasus (cross- case). Setelah itu melakukan koding pada data dengan tujuan dapat mengorganisasi dan mensistemisasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari. Agar data yang diperoleh akurat maka peneliti menggunakan teknik member check sebagai pemeriksaan keabsahan data. Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. HASIL Hasil dari penelitian diperoleh mahasiswa yang memiliki pengalaman menjadi pengurus OSIS mengikuti ormawa cenderung memiliki motivasi harga diri yaitu motivasi untuk memenuhi kebutuhan harga diri, Maslow menjelaskan bahwa motivasi yang dipengaruhi oleh kebutuhan harga diri ada dua jenis yaitu menghargai diri sendiri dan mendapat penghargaan dari orang lain (Alwisol, 2009). Karena dua subjek (MH dan ABQ) dari tiga subjek penelitian yang memiliki pengalaman menjadi pengurus OSIS di SMA menunjukkan mereka memiliki motivasi harga diri dan satu subjek (ESH) dari tiga subjek penelitian yang memiliki pengalaman menjadi pengurus OSIS di SMA memiliki motivasi rasa aman untuk mengikuti organisasi mahasiswa Fakultas Pendidikan Psikologi. Sedangkan mahasiswa yang tidak memiliki pengalaman menjadi pengurus OSIS cenderung memiliki motivasi rasa aman yaitu motivasi untuk memenuhi kebutuhan rasa aman ketika memutuskan untuk mengikuti ormawa Fakultas 7
Pendidikan Psikologi, Maslow menyatakan bahwa kebutuhan rasa aman adalah sebuah kebutuhan untuk terbebas dari rasa takut dan cemas (Alwisol, 2009). Karena dua subjek (NT dan MM) dari tiga subjek penelitian yang tidak memiliki pengalaman menjadi pengurus OSIS di SMA menunjukkan mereka memiliki motivasi rasa aman dan satu subjek (TF) dari tiga subjek penelitian yang tidak memiliki pengalaman menjadi pengurus OSIS di SMA memiliki motivasi harga diri untuk mengikuti organisasi mahasiswa. Pada beberapa subjek penelitian diperoleh hasil yang juga menyatakan bahwa motivasi yang dimiliki mahasiswa Fakultas Pendidikan Psikologi untuk mengikuti organisasi mahasiswa (ormawa) ditinjau dari pengalaman mahasiswa menjadi pengurus OSIS di SMA terdapat motivasi yang sama dengan mahasiswa yang tidak memiliki pengalaman menjadi OSIS yaitu motivasi rasa aman yakni sebuah motivasi untuk memenuhi kebutuhan rasa amannya. Hal itu juga terjadi pada mahasiswa yang tidak memiliki pengalaman menjadi pengurus OSIS, subjek tersebut ternyata memiliki motivasi yang sama dengan mahasiswa berpengalaman menjadi pengurus OSIS yaitu motivasi harga diri, yakni motivasi untuk memenuhi kebutuhan harga diri subjek tersebut. DISKUSI Pada mahasiswa yang memiliki pengalaman menjadi pengurus OSIS memiliki motivasi harga diri untuk mengikuti ormawa, yaitu untuk memenuhi kebutuhan harga diri. Hal ini dikarenakan pada subjek MH dan ABQ ingin membuktikan kepada orang-orang disekitar mereka bahwa mereka bisa melakukan sesuatu yang dianggap oleh lingkungan sekitar sebagai hal yang tidak bisa mereka kerjakan. Maslow menjelaskan bahwa motivasi yang dipengaruhi oleh kebutuhan harga diri ada dua jenis yaitu menghargai diri sendiri dan mendapat penghargaan dari orang lain (Alwisol, 2009). MH dan ABQ mengikuti ormawa karena ingin mendapatkan penghargaan diri dari orang-orang di sekitar mereka seperti status, ketenaran, menjadi orang penting, diterima, dan apresiasi. Perilaku yang ditunjukkan oleh kedua subjek tersebut termasuk dalam bentuk tindakan penguatan negatif yang dikemukakan oleh Skinner dalam teori 8
Operant Conditioning. Skinner mengatakan bahwa tindakan penguatan negatif adalah pembebasan dari situasi yang tidak menyenangkan, yang diberikan untuk memperkuat perilaku (Slavin, 2008). Mengikuti ormawa adalah usaha MH dan ABQ untuk menghilangkan situasi tidak menyenangkan berupa tidak adanya apresiasi dari lingkungan terhadap diri subjek. Dan untuk memenuhi kebutuhan harga diri yang belum terpuaskan sehingga mendapatkan perasaan dan sikap percaya diri, diri berharga, diri mampu, dan perasaan berguna dan penting di dunia sesuai yang dikemukakan oleh Maslow (dalam Alwisol, 2009). Jadi subjek termotivasi oleh kebutuhan harga diri karena subjek merasa dia harus menghilangkan situasi tidak menyenangkan dan untuk mendapatkan penghargaan diri, status, ketenaran, dominasi, menjadi orang penting, status, ketenaran, dan apresiasi dari lingkungan sekitar. Seperti yang dikemukakan oleh Maslow suatu sifat yang dapat dipandang sebagai kebutuhan dasar jika dalam situasi-situasi tertentu yang sangat kompleks dan dimana orang bebas memilih, orang yang sedang berkekurangan ternyata mengutamakan kebutuhan itu dibandingkan jenis-jenis kepuasan lainnya (Goble, 1987). Akan tetapi berbeda dengan subjek ESH, karena subjek ESH termotivasi oleh kebutuhan untuk memenuhi rasa aman. ESH mengikuti ormawa karena menghindar dari sebuah kecemasan yang di alami oleh ESH jika diam dan tidak melakukan apa-apa. Karena kebutuhan rasa aman menurut Maslow (dalam Alwisol, 2009) adalah kebutuhan keamanan, stabilitas, proteksi, struktur, hukum, keteraturan, batas, bebas dari rasa takut dan cemas. Perilaku yang ditunjukkan oleh subjek ESH dengan mengikuti organisasi mahasiswa sebagai bentuk dari mekanisme pertahanan dalam teori yang dikemukakan oleh Sigmund Freud. Freud menjelaskan bahwa mekanisme pertahanan adalah membantu individu menolak impuls instingtif yang tidak dikehendaki masuk kedalam kesadaran (Alwisol, 2009). Mengikuti ormawa adalah usaha ESH adalah untuk membantu subjek ESH menolak impuls instingtif yang tidak dikehendaki masuk kedalam kesadaran. Dan untuk memenuhi kebutuhan rasa aman sehingga subjek terbebas dari rasa takut dan cemas (Alwisol, 2009). Jadi ESH mengikuti ormawa termotivasi oleh 9
kebutuhan rasa aman karena ESH berusaha untuk bebas dari rasa takut dan cemas sesuai dengan yang dikemukakan oleh Maslow (Alwisol, 2009). Pada mahasiswa yang tidak memiliki pengalaman menjadi pengurus OSIS memiliki motivasi rasa aman, yaitu motivasi untuk memenuhi kebutuhan rasa aman. Subjek NT dan MM termotivasi mengikuti ormawa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan rasa aman, Maslow menjelaskan kebutuhan rasa aman yaitu kebutuhan keamanan, stabilitas, proteksi, struktur, hukum, keteraturan, batas, bebas dari rasa takut dan cemas (Alwisol, 2009). Perilaku yang ditunjukkan oleh subjek NT dan MM adalah perilaku yang menunjukkan adanya tindakan penguatan positif dalam teori yang dikemukakan oleh Skinner. Skinner (dalam Slavin, 2008) mengatakan tindakan penguatan positif adalah mendapatkan sesuatu yang menyenangkan untuk memperkuat perilaku. Perilaku yang ditunjukkan dengan mengikuti ormawa ini adalah untuk mendapatkan sertifikat aktif dalam kegiatan kemahasiswaan dan subjek terbebas dari rasa takut dan cemas tidak bisa mengikuti yudisium karena tidak mengikuti ormawa. Sehingga kebutuhan rasa aman NT dan MM dapat terpenuhi. Subjek TF memiliki perbedaan dengan kedua subjek diatas meski samasama tidak memiliki pengalaman menjadi pengurus OSIS di SMA, TF cenderung memiliki motivasi harga diri. Karena dia ingin membuktikan kepada temantemannya bahwa dia adalah orang yang memiliki kemampuan dan bisa bertanggung jawab untuk suatu hal yang telah dia kerjakan. Maslow menjelaskan motivasi yang dipengaruhi oleh kebutuhan harga diri ada dua jenis yaitu menghargai diri sendiri dan mendapat penghargaan dari orang lain (Alwisol, 2009). TF mengikuti ormawa karena ingin mendapatkan penghargaan diri dari teman-temannya seperti status, ketenaran, menjadi orang penting, diterima, dan apresiasi. Perilaku yang ditunjukkan oleh TF termasuk dalam bentuk tindakan penguatan negatif yang dikemukakan oleh Skinner dalam teori Operant Conditioning. Skinner (Slavin, 2008) mengatakan bahwa tindakan penguatan negatif adalah pembebasan dari situasi yang tidak menyenangkan, yang diberikan 10
untuk memperkuat perilaku. Mengikuti ormawa adalah usaha TF untuk menghilangkan situasi tidak menyenangkan berupa tidak adanya apresiasi dari lingkungan terhadap diri. Dengan memenuhi kebutuhan harga diri subjek ingin mendapatkan perasaan dan sikap percaya diri, diri berharga, diri mampu, dan perasaan berguna dan penting di dunia seperti yang dikemukakan oleh Maslow (dalam Alwisol, 2009). Jadi subjek termotivasi oleh kebutuhan harga diri karena subjek merasa dia harus menghilangkan situasi tidak menyenangkan dan untuk mendapatkan penghargaan diri, status, ketenaran, dominasi, menjadi orang penting, status, ketenaran, dan apresiasi dari lingkungan sekitar. Seperti yang dikemukakan oleh Maslow (Goble, 1987) bahwa suatu sifat yang dapat dipandang sebagai kebutuhan dasar jika dalam situasi-situasi tertentu yang sangat kompleks dan dimana orang bebas memilih, orang yang sedang berkekurangan ternyata mengutamakan kebutuhan itu dibandingkan jenis-jenis kepuasan lainnya. Dari paparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi yang dimiliki oleh mahasiswa yang memiliki pengalaman menjadi pengurus OSIS di SMA cenderung berbeda dengan mahasiswa yang tidak memiliki pengalaman menjadi pengurus OSIS di SMA. Hal ini didukung oleh Naisaban (2005) pengalaman hidup membuktikan bahwa manusia berbeda satu sama lain. Setiap orang memiliki jalan dan cara sendiri-sendiri dalam mengalami hidup, menyesuaikan diri dan mengatasi tantangannya. Lebih khusus lagi, manusia berbeda dalam keinginan, motivasi, tujuan, cita-cita, nilai hidup, kebutuhan, dan alasan. Namun terdapat juga persamaan antara motivasi yang dimiliki oleh mahasiswa yang memiliki pengalaman menjadi pengurus OSIS di SMA dengan mahasiswa yang tidak memiliki pengalaman menjadi pengurus OSIS di SMA, begitu juga sebaliknya. Hal ini didukung oleh Maslow (Goble, 1987) manusia dimotivasikan oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah, dan berasal dari sumber genetis atau naluriah.
11
DAFTAR RUJUKAN Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian: Edisi Revisi. Malang: UMM Press. Firdaus, Mirzah. 2012. Fungsi dan Tujuan OSIS, (Online), (http://mirzaafirdaus.blogspot.com/2012/05/17-fungsi-dan-tujuanosis.html), diakses 10 Februari 2013. Firdaus, Mirzah. 2012. Pengertian, Fungsi, Tujuan, dan Struktur OSIS, (Online), (http://mirzaafirdaus.blogspot.com/2012/05/16-pengertian-fungsi-tujuandan.html), diakses 10 Februari 2013. Goble, Frank G. 1971. Mahzab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Terjemahan A. Supratinya. 1987. Yogyakarta: Kanisius. Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner. 1993. Teori-teori Holistik (OrganimistikFenomenologis) Ed. Dr. A, Supratiknya. Yogyakarta: Kanisius. Hanurawan, Fattah. 2004. Pengantar Psikologi Sosial. Malang : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Hanurawan, Fattah & A.M. Diponegoro, 2005. Psikologi Sosial Terapan dan Masalah-Masalah Sosial. Yogyakarta: UAD Press. Mangkunegara, A. A. Anwar Prabu. 2011.Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Munandar, A. S. 2008. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI-Press. Naisaban, Ladislaus. 2005.Psikologi Jung: Tipe Kepribadian Manusia dan Rahasia Sukses Dalam Hidup. Jakarta: PT: Grasindo Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Sarwono, Sarlito Wirawan. 2010. Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali pers. Slavin, Robert E. 2006. Psikologi Pendidikan:Teori dan Praktik Edisi Kedelapan, Jilid 1. Terjemahan Marionto Samosir. 2008. Jakarta: Indeks. Sobur, Alex. 2009. Psikologi Umum. Bandung: CV. Pustaka Setia. Soekanto, Soerjono. 1982.Sosiologi: Suatu Pengantar.Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Tim Penyusun Katalog PKPT Universitas Negeri Malang. 2009. Materi Pengenalan Kehidupan Perguruan Tinggi. Universitas Negeri Malang.
12