MPA 359 - AGUSTUS 2016.INDD

Download 10 Ags 2016 ... dan 14 biji per kotaknya, dengan merek dagang ”Madumongso Ma'nyuss”. Bu. Agus mendisain kemasannya secantik mungkin unt...

0 downloads 823 Views 6MB Size
No. 359 / SYAWAL - DZUL QO’DAH 1437 H / AGUSTUS 2016 / TH. XXXI

Muhammad Ali ISSN : 0215-3289

Berikrar Syahadat dari Atas Ring

Menuju Indonesia Beradab Ragam Gerakan Moral yang Berkeadaban

MPA 359 / Agustus 2016

1

SEGENAP KARYAWAN DAN DHARMA WANITA PERSATUAN SERTA PENGELOLA MAJALAH MIMBAR PEMBANGUNAN AGAMA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI JAWA TIMUR

mengucapkan dirgahayu

Republik Indonesia KE 71 “Dengan Semangat Proklamasi 17 Agustus 1945, Kita Dukung Suksesi Kepemempinan Nasional Hasil Pemilu 2016 Demi Kelanjutan Pembangunan Menuju Indonesia yang Makin Maju dan Sejahtera”

2

Kakanwil Kemenag Prov. Jatim

Pemimpin Redaksi Majalah MPA

Drs. H. Mahfudh Shodar, M.Ag

Dr. H. Musta’in, M.Ag

MPA 359 / Agustus 2016

MPA 359 /AGUSTUS 2016

Media informasi, komunikasi, dan edukasi, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur Pemimpin Umum: H. Mahfudh Shodar Wakil Pemimpin Umum/ Pemimpin Redaksi: H. Musta’in Wakil Pemimpin Redaksi: H. Ramin Abd. Wahid Staf Ahli: H. Husnul Maram, H. Ach. Faridul Ilmi, H. Supandi, H. Mas’ud, H. M. Syakur, H. M. Fachrur Rozi Dewan Redaksi: H. Ramin Abd. Wahid, H. Abd. Hadi AR H. Athor Subroto, H. Hartoyo H. Ahmad Husein AR Sekretaris Redaksi: Machsun Zain, Syaikhul Hadi Bendahara: Ahmad Hidayatullah Staf: Khusnul Khotimah Distribusi/Tata Usaha: Husnul Khotimah Staf: Sukardjito Litbang: Hj. Hikmah Rahman Staf Redaksi Editor: Choirul Mustofa Reporter: M. Hisyam, Suprianto, Dedy Kurniawan Anni Athi’ah dan Feri Ariya Santi Design-Layout: Muhammad Munib Ilustrator: M. Tajudin Nurcholis Korektor: Rasmanna Rahiem Khoththot: M. Midzhar Koresponden: Berkedudukan di setiap Kankemenag Kab/Ko se-Jawa Timur. Alamat Redaksi: Jl. Raya Juanda No. 26 Sidoarjo, Telp. 031 - 8680490, Fax. 031 - 8680490 e-mail: [email protected] Diterbitkan Oleh: Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur. Dicetak oleh: PT. Antar Surya Jaya, Jl. Rungkut Industri III/68 & 70 SIER Surabaya, Telp. (031) 8475000 (2200-2203) Fax. : 031-8470600 Isi di luar tanggung jawab percetakan

P

embaca setia, tak terasa sudah 71 tahun bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Namun pada HUT RI yang ke-71 tahun ini, bangsa kita masih tak henti-hentinya didera persoalan demi persoalan. Memang sudah berkali-kali tindakan makar terjadi dan bisa diselesaikan oleh bangsa kita. Sehingga keberlangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hingga kini masih tetap berdiri dengan kokoh. Hanya saja, “aksi makar” di zaman kekinian bentuknya sangat berlainan. Problem yang kini mengemuka adalah isu globalisasi, HAM, demokratisasi dan liberalisasi. “Jika kita kebablasan dalam menginterpretasi dan salah mengantisipasinya, bisa saja menjadi ancaman besar bagi NKRI,” tukas Prof. Dr. H. Aminuddin Kasdi, MS. Seputar permasalahan inilah yang kami angkat sebagai tema untuk liputan utama edisi ini. Pendapat Guru Besar bidang Sejarah UNESA tersebut, kami padu dengan hasil wawancara bersama Prof. Dr. Zainuddin Maliki, M.Si (Wakil Ketua PW Muhamamdiyah Jatim Bidang Hukum, HAM dan Kebijakan Publik) dan Prof. Dr. H. Ali Maschan Moesa, M.Si (Wakil Syuri’ah PWNU Jawa Timur). Kami lengkapi pula laporan tersebut dengan hasil liputan yang lain. Sebab reporter kami juga berhasil mewawancarai Muhammad Yunus (Sekretaris MUI Jawa Timur), DR. H. M. Fadjar Budianto, SH, MH (Sekretaris Umum DHD Angkatan 45 Provinsi Jawa Timur) dan H. Hartoyik (Ketua Legium Veteran Republik Indonesia Surabaya). Namun di sisi lain, ada sejumlah gerakan sosial yang cukup melegakan hati. Dr. Bagus Riyono, MA bersama rekan-rekannya berhasil membentuk Gerakan Indonesia Beradab (GIB). H. Moch. Anton, Walikota Malang, juga menelorkan kebijakan berupa gerakan Shalat Berjamaah Awal Waktu. Sebelumnya juga telah digelindingkan himbauan untuk mematikan televisi pada saat jam Maghrib hingga pukul 19.00 WIB. Sementara H. Nur Hidayat, S.Pd, MM lebih mendorong masyarakat untuk sadar zakat. Sebab menurut sejumlah penelitian potensi zakat Indonesia mencapai 217 triliun rupiah. Sedangkan Jamaah Masjid Manarul Ilmi (JMMI) menggagas gerakan yang diberi tajuk ‘ITS Mengaji’. Sementara Miskam Ayla mempelopori kaum mudah untuk menjadi ‘Pejuang Shubuh’. Da’i kondang ustadz Yusuf Mansur juga menggelindingkan gerakan yang bertitel ‘Sebar Sejuta Buku’ (SSB). Pembaca setia, berbagai gerakan sosial yang positif tersebut seyogyanya menjadi inspirasi buat kita untuk dapat meniru dan menyebarkannya ke masyarakat luas. Semoga.

Enterpreneurship ----------------------- 4 Teropong -------------------------------- 5 Lensa Utama ---------------------------- 6 Lensa Khusus---------------------------- 12 Inspirasi --------------------------------- 18 Cahaya Hati----------------------------- 19 Agama----------------------------------- 20 Tafsir Maudlu’i ------------------------- 24 Bilik Santri ------------------------------ 26 In Memoriam --------------------------- 34

Edukasi---------------------------------- 36 Serambi Madrasah---------------------- 42 Khotbah --------------------------------- 44 Syifa ------------------------------------- 46 Lintas Peristiwa------------------------- 50 Kuliner ---------------------------------- 58 LAA Remaja----------------------------- 59 Cerpen----------------------------------- 60 Sahabat ---------------------------------- 64 Dunia Islam----------------------------- 66

MPA 359 / Agustus 2016

3

ENTREPRENEURSHIP

Madumongso Ma'nyus, Buatan Bu Agus Kiprah para ibu dalam menggerakkan usaha mikro kecil layak diapresiasi, karena mereka memiliki peran ganda, disamping sebagai pelaku usaha juga sekaligus ibu rumah tangga.

S

ambil mengembangkan usaha, tugas sehari-hari dalam rumah tangga seperti memasak, mengasuh anak, beres-beres rumah, dan yang terkait, tetap dijalankan. Sebagaimana yang dijalankan antara lain oleh Ibu Agustina (Bu Agus, 63 tahun) yang tinggal di bilangan Jl.Welirang Utara, Kediri. Mantan guru SD ini, memproduksi ”madumongso”, salah satu jenis penganan khas Jawa Timuran, dengan melibatkan putrinya sebagai tenaga pemasaran ke beberapa kota. ”Setelah pensiun, saya merasa perlu memiliki kegiatan lagi agar tidak hanya diam. Dan pilihan saya adalah memproduksi madumongso karena dari muda saya memang suka madumongso, selain juga peluang pasarnya masih cukup luas”, kata Bu Agus ketika ditemui di rumahnya belum lama ini. Guna mendukung usahanya itu, maka sebagian rumahnya disulap sedemi­ kian rupa. Ruang sampingnya untuk tempat produksi, dan sebagian ruang depan diman­ faatkan sebagai etalase sekaligus untuk melayani pembeli. Usaha ini, dijalankan setelah pensiun sebagai guru tahun 2012 lalu. Bu Agus menangani sendiri kegiatan produksi madumongso ini, termasuk menga­ duk bahan-bahan yang digunakan selama berjam-jam. Bahan-bahannya terdiri dari beras ketan hitam, gula kelapa, dan santan. Prosesnya diawali dari pembuatan tape ketan hitam selama tiga hari. Kemudian seluruh bahan tersebut digodog sekaligus diaduk hingga mengental di atas wajan atau alat penggorengan berukuran besar. ”Jangka pengadukannya selama enam jam di atas kompor berbahan bakar elpiji. Dulu pemanasannya menggunakan kayu bakar”, tuturnya. Untuk mempercantik tampilan produk madumongso, agar lebih menarik pembeli, Bu Agus membungkusnya dengan plastik dan kertas krep serta diikat dengan benang emas. Kemudian diwadahi dalam 4

MPA 359 / Agustus 2016

kotak karton masing-masing berisi 24 biji dan 14 biji per kotaknya, dengan merek dagang ”Madumongso Ma’nyuss”. Bu Agus mendisain kemasannya secantik mungkin untuk dapat menembus pasar, ditengah ketatnya persaingan produk makanan ringan. Menurut Bu Agus, ada saja yang meme­ san madumongso ke rumahnya, dianta­ ranya digu­nakan sebagai pelengkap hantaran pengantin. Tetapi pemasaran yang rutin, ditujukan ke toko-toko penjual produk oleholeh di beberapa kota. ”Yang menangani pemasaran adalah anak permpuan saya, Renny”, ungkapnya. Mbak Renny menga­ takan, produk Madumongso Ma’nyus, dipa­ sar­kan secara konsinyasi dengan harga jual Rp. 30.000.- perkotak yang berisi 24 biji dan Rp.18.000.- per kotak isi 14 biji. Sejauh ini, dia telah menembus sejumlah 20 toko oleholeh di kota Kediri, Tulungagung, Blitar,

Pare, Kertosono, Jombang, dan kini tengah berusaha masuk Malang. Pengiriman ke tokotoko yang lokasinya tidak jauh menggunakan sepeda motor agar lebih efisien. Sedangkan toko yang cukup jauh, dikirim dengan mobil. ”Saya mengontrol sendiri perkembangan penjualan di toko-toko setiap dua bulan sekali”, papar Mbak Renny. Sejauh ini, kegiatan usaha madumongso cukup menguntungkan, meskipun kapasi­ tasnya masih tergolong kecil. Setiap bulan, Bu Agus rata-rata menghabiskan bahan baku sekitar ; 50 kg beras ketan hitam, 25 kg gula, 50 kg kelapa, yang dapat diproduksi menjadi sekitar 500 kotak madumongso. ”Prospek usaha madumongso cukup bagus, tapi pema­ sarannya harus gigih”, kata mbak Renny. Barangkali Anda tertarik? Bisa memulai! (diolah dari media info kumkm jatim edisi 10/2015) ; •Ahar

teropong

Refleksi Proklamasi

“Berperanglah di jalan Allah, ketahuilah bahwa Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Q.S. al- Baqarah : 244)

J

erih payah perjuangan patriot bangsa tidak boleh dilupakan. Tanpa perjuangan mereka kemerdekaan Indonesia tidak akan terwujud. Tidak dapat dibayangkan andaikata bangsa ini hidup tanpa kemerdekaan. Kesengsaraan akan menjadi teman abadi bila bangsa ini maasih berada dalam belenggu penjajahan. Islam dipeluk oleh sebagian besar rakyat Indonesia sebelum Imperialis-Kolonialis Eropah masuk ke bumi nusantara. Islam masuk ke Indonesia tanpa menimbulkan gejolak. Ajaran Islam yang fleksibel, ramah dan sejuk mudah diterima oleh penduduk asli Indonesia. Penduduk Indonesia dengan keanekaragaman suku, ras, golongan, budaya dan berbagai ragam kepentingan dengan gembira menyambut ajaran baru yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw. Pada gilirannya ajaran Islam mampu menginspirasi dan menjadi spirit perjuangan bangsa ketika motivasi itu diperlukan. Tidak heran bila semangat perlawanan umat Islam terhadap pemerintah kolonial senantiasa bergelora. Mempertahankan keimanan dan agamanya menjadi motivasi yang utama. Karena dorongan mempertahankan akidah dan keyakinan imannya, disamping mempertahankan tanah leluhurnya di bumi Nusantara, para ulama’ dan pemuka agama Islam memimpin perlawanan terhadap penjajah. Diantaranya, Pangeran Diponegoro yang memimpih perang di tanah Jawa. Tuanku Imam Bonjol pemimpin Perang Paderi. Teuku Cik Di Tiro pemimpin perang Aceh dan Sultan Hasanuddin yang dikenal sebagai ayam jantan dari Timur memimpin perang di Makasar. Perjuangan mereka berssfat lokal dan sporadis dan belum memberikan hasil secara gemilang. Akan tetapi mereka para patriot itu adalah para penyulut api kemerdekaan dalam perjuang an yang lebih luas berikutnya. Betapa besar peran umat Islam pada awal kebangkitan Indonesia. Umat Islam telah menjadi pioner dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan disamping kaum nasionalis sekuler yang berjuang berdampingan bersama ulama’ dan pemuka agama Islam. Haji Samanhudi mendahului dengan menghimpun pedagang muslim dan mendirikan Sarekat Dagang Islam. Dari organisasi para pedagang muslim lahir organisasi massa nasional Sarekat Islam yang dipimpin langsung oleh Haji Oemar Said (HOS) Cokroaminoto. Dari organisasi besar ini lahir para tokoh nasional, seperti Haji Agus Salim seorang intelektual muslim dan diplomat ulung. K.H. Ahmad Dahlan Sang Pencerah, pembaharu dalam bidaang pendidikan dan sosial keagamaan melalui organisasi yang didirikan Muhammadiyah. Beliau juga pejuang dalam Srekat Islam. Pembelaan kepada bangsa dan negara tampak dalam sebutan organisasi kepanduan yang beliau dirikan, Hizbul Wathan (Pembela Tanah Air). K.H. Hasyim Asy’ari,

pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, pendiri organisasi Nahdlatul ‘Ulama’ dengan fatwanya menggelorakan jihad melawan penjajah. Banyak sekali tokoh-tokoh Islam lainnya yang dengan gigih berhasil memimpin pertjuangan menuju kemerdekaan. Seorang tokoh nasionalis yang merupakan anak asuh dari seorang pemimpin Sarekat Islam, H.O.S. Cokroaminoto adalah Ir. Soekarno yang kemudian menjadi tokoh sentral perjuangan bangsa Indonesia. Dari Pulau Sumatra, lahir tokoh nasionalis Dr. Mohammad Hatta. Kedua tokoh nasionalis ini akhirnya berhasil memproklamasikan kemerdeekaan negara Republik Indonesia. Usai proklamasi kemerdekaan perjuangan tidak lantas berhenti, karena tentara Sekutu yang baru menang dalam Perang Dunia kedua ingin mengantarkan Belanda merenggut kembali kemerdekaan Indonesia. Sementara para tokoh bngsa ini berjuang melalui meja perundingan dengan pihak bekas penjajah, Jenderal Soedirman Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat –yang kemudian menjadi Tentara Nasional Indonesia – memimpin perjuangan pisik melawan agresi Belanda. Beliau memimpin pasukan diatas tandu karena sakit. Dengan cara bergerilya, masuk hutan keluar hutan, naik gunung turun gunung akhirnta kemerdekaan Indonesia dapat dipertahankan. Perjuangan beliau ditutup dengan kalimat Laa ilaha illallah, pada tanggal 9 Januari 1950. Beliau dipanggil menghadap Allah Swt, Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un. Jenderal Soedirman pendiri Tentara Keamanan Rakyat sebagai cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (T.N.I.) Republik Indonesia wafat ketika berjuang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Tongkat estafet diteruskan oleh para pejuang kemerdekaan yang lain. Semoga amal shalih para pejuang dan pahlawan nasional bemuanya diterima dan dibalas oleh Allah dengan balasan yang lebih baik. Bagi generasi berikutnya, keikhlasan para pejuang itu dapat menjadi pembangkit ruhul jihad dalam rangka mengisi kemerdekaan. Kilas balik sejarah bangsa sebagai fakta menunjukkan betapa besar peranan umat Islam bersama-sama dengan pejuang nasionalis lainnya dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sejak rintisan perjuangan yang bersifat lokal dan sporadis, dilanjutkan dengan kebangkitan nasional, hingga perjuangan pisik mempertahankan kemerdekaan. Peran itu masih diperlukan hingga kini, khususnya dalam kerangka mengisi kemerdekaan, Sebab kemerdekaan sebagai jembatan emas menuju kesejahteraan belum sepenuhnya terwujud. Cita-cita kemerdekaan yang merupakan visi bangsa Indonesia, masih jauh panggang dari api. Masyarakat adil makmur dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat iIndonesia masih membutuhkan perjuangan. Semoga Allah meridhai perjuangan bangsa Indonesia •Raw MPA 359 / Agustus 2016

5

HUT RI ke-71 Tahun

Mendisain-Ulang “Potongan Surga di Atas Bumi” Sejak diproklamirkan Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945, perjalanan bangsa ini tak berjalan mendatar. Upaya makar terhadap pemerintah telah beberapa kali terjadi. Tentu saja, hal itu menjadi batu ujian yang sangat penting bagi keberlangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Prof. Dr. H. Aminuddin Kasdi, MS Guru Besar bidang Sejarah UNESA

P

eristiwa makar yang tercatat pada sejarah, diantaranya adalah Pembe­ rontakan PKI di Madiun (8 september 1948), Pemberontakan DI/TII, pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di Bandung (23 Januari 1950) dan pemberontakan Andi Aziz Ujungpadang (5 April 1950). Juga pemberontakan Republik 6

MPA 359 / Agustus 2016

Maluku Selatan (RMS) pada 1 Nopember 1950, aksi Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sulawesi (1958-1961), pemberontakan Permesta (Perjuangan Rakyat Semesta) di Sulawesi (1958-1961), dan Pemberontakan G30S/PKI pada 30 September 1965. Kini usia Republik Indonesia sudah mencapai angka ke-71 tahun. Ada kekhawa­ tiran adanya aksi makar semacam itu terulang kembali. Bagi Prof. Dr. H. Aminuddin Kasdi, MS, timbulnya ketakutan tersebut tentu sahsah saja. “Namun yang menjadi kausalitas dan lokus gerakan makar pasca kemerdekanan itu berbeda,” tuturnya. Menurut Guru Besar bidang Sejarah UNESA ini, problem yang kini mengemuka adalah isu globalisasi, HAM, demokratisasi dan liberalisasi. Dia mensinyalir, bahwa semua

ini merupakan transformasi dari sistem kolonial. “Tentu saja hal itu perlu diwaspadai. Jika kita kebablasan dalam menginterpretasi dan salah mengantisipasinya, bisa saja men­ jadi ancaman besar bagi NKRI,” ujarnya mengingatkan. Ancaman makar, lanjut pria kelahiran Nganjuk 9 Januari 1948 ini, selalu ada da­ lam pemerintahan apapun, kapanpun dan dimanapun. Apalagi jika mengacu pada jiwa persatuan bangsa Indonesia, yang baru mencuat pada tahun 1928 dan ditandai dengan peristiwa Sumpah Pemuda. “Harus diakui, bahwa peristiwa tersebut dimotori oleh tokoh elit pergerakan nasional ketika itu. Jadi rasa persatuan itu masih di tataran elit saja,” paparnya. 17 tahun pasca Sumpah Pemuda, kita berhasil memproklamirkan kemerdekaan

pada 17 Agustus 1945. Namun Prof. Amin – panggilan karibnya – menegaskan, bahwa itupun juga masih di level elit. Untuk itulah, jiwa persatuan harus dipupuk di semua level. Sebab untuk membina, memperkuat dan memperteguh rasa persatuan, memang harus melibatkan semua elemen bangsa. Alhasil, persatuan dan kesatuan kita nyatanya masih membutuhkan penguatan. Sebab ideologi negara Indonesia juga belum mengakar betul di kalangan akar rumput. Partai yang seharusnya menyemaikan dasar ideologi berbangsa dan bernegara melalui sarana pendidikan politik tidak berjalan. Yang menguat justru politik transaksional, yang dipertontonkan politisi pada setiap even pemilihan Presiden hingga pemilihan Kepala Daerah. Lebih lucu lagi, sambung penulis banyak buku sejarah ini, adalah hilangnya rasa malu para pemimpin. Padahal para pemimpin kita dulu sangat menjunjung tinggi rasa malu. Jika ada program yang dicanangkan gagal, secara otomatis mereka mengundurkan diri. Seperti yang tampak di era Kabinet Sjahrir, Amir Syarifuddin, Burhanuddin, Wilopo dan Sukiman. “Yang terjadi di era sekarang, ketika menghadapi kegagalan, justru saling menyalahkan antar menteri dan lembaga negara,” ujarnya heran. Apabila tidak dilakukan pembenahan dengan segera, tutur Prof. Amin, maka negara ini akan menuju kehancuran. Mo­ mentum peringatan HUT RI ke-71 tahun ini, hendaknya bisa menjadi tonggak berbenah. “Yang terpenting, bangsa ini harus belajar konsisten dalam segala bidang. Sebab inilah kunci penggerak bagi kemajuan sebuah bangsa dan negara ke depan,” tandasnya. Menurut Prof. Dr. Zainuddin Maliki, M.Si, ancaman terbesar yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah immoralitas elit. Ini berdasarkan fakta banyaknya kasus korupsi yang menjerat para politisi dan pejabat daerah, serta perilaku tak terpuji yang diperlihatkan mereka. “Inilah bukti rendahnya moral di kalangan elit kita,” tukasnya. Para pemimpin sekarang, tutur Wakil Ketua PW Muhamamdiyah Jatim Bidang Hukum, HAM dan Kebijakan Publik ini, cenderung pragmatis dan transaksional. Jadi tak ada lagi keikhlasan dan idealisme dalam berjuang. Yang tersisa hanyalah ideologi transaksional. “Politik bagi mereka, adalah who get what; siapa mendapatkan apa,” ungkapnya berterus terang. Model pemimpin semacam itu, lanjutnya, tentu tak ada yang bisa diharapkan. Mereka tak berusaha memberikan kesejahteraan kepada masyarakat. Sebab yang ada hanyalah bagaimana cara mendapatkan kekuasaan dan melanggengkannya. “Jika ada kasus separatisme atau isu sensitif lainnya, selalu ditim­ bang untung ruginya,” katanya. “Jika penyikapan terhadap persoalan ini membaha­ yakan kedudukan maupun golongannya,

Prof. Dr. Zainuddin Maliki, M.Si Wakil Ketua PW Muhamamdiyah Jatim Bidang Hukum, HAM dan Kebijakan Publik

pasti tidak akan dihiraukan,” simpulnya. Dalam model politik trnsaksional, lanjut Guru Besar Universitas Muhammadiyah Sidoarjo ini, yang berkuasa adalah pemilik modal – atau dalam istilah lain the power of the rich. Jadi sebagai rezim plutokrasi, pemerintahan berada di tangan orang kaya. Namun seiring bergantinya rezim ternyata sistem politik ini tak berubah. Bedanya, jika

masa orde baru hanya berpusat di cendana, birokrasi dan militer, tetapi sekarang justru melebar ke mana-mana. “Jadi jangan heran jika saat ini hanya kaum elit saja yang bisa hidup enak. Sementara rakyat tetap hidup sengsara,” ulasnya. Padahal tujuan negara ini di bangun ada 4 macam; pertama, adalah melindungi Tanah Air dan warga ngara. Yang kedua, memajukan kesejahteraan umum. Lalu yang ketiga mencerdaskan kehidupan bangsa dan keempat ikut serta menciptakan ketertiban dunia berdasarkan semangat perdamaian. “Tapi bagaimana faktanya? Sangat jauh panggang dari api,” ucapnya bernada kecewa. Sesunggunya, negeri Indonesia itu sangat kaya raya. Negeri ini diumpamakan seba­gai potongan surga di atas bumi sebagai untaian zamrud katulistiwa. Saking suburnya digam­ barkan ‘tongkat kayu dan batu jadi tanaman’. “Tapi sangat disayangkan jika kekayaan ter­ sebut tak mampu memberikan kesejah­teraan sedikutpun bagi penduduknya,” keluhnya. Bagi Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur ini, kondisi miris semacam itu bisa berbalik arah jika saja bangsa ini memiliki pemimpin berjiwa negarawan. Sosok pe­ mimpin yang senantiasa meletakkan kepen­ tingan masyarkat di atas kepentingan pribadi dan golongan. “Tapi sayangnya, kini pos-pos setrategis banyak dipegang mereka yang bermental transaksional,” urainya. Untuk mengikis itu semua, dunia pendi­ dikan menjadi tumpuannya. Menurut mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya ini, dunia pendidikan harus diarahkan ke dalam pendidikan “yang mendidik” untuk menghasilkan manusia yang berwatak. Dan manusia berwatak hanya bisa dihasilkan melalui guru yang berwatak pula. “Saya masih percaya dunia pendidikan kita masih memiliki sosok guru yang idealis. Hanya saja banyak dari mereka yang justru tersandera dengan kebijakan pemerintah yang selalu berubah-ubah,” katanya menyayangkan. Lelaki kelahiran Tulungagung 7 Juli 1954 ini sangat berharap adanya perubahan di level elit. Ini agar bangsa kita bisa cepat berubah. Sebab jika kondisi timpang tersebut dibiarkan berlarut-larut bisa memicu gerakan people power. Jika itu yang terjadi, ongkosnya tentu terlalu mahal. “Karena itu, internal pemimpin elit harus segera menyadari dan berbenah. Jika ini dilakukan tentu saja impian menjadi bangsa besar dan berwibawa tidak sekedar menjadi isapan jempol semata,” tandasnya. MPA 359 / Agustus 2016

7

Sebagai sebuah state, tutur Prof. Dr. H. Ali Maschan Moesa, M.Si, kita sudah mem­ bangun. Tapi sayangnya, politiknya ter­lalu dibangun tapi orangnya tidak dibangun. Wadahnya dibangun, tapi orangnya tidak. Sebagai umat Islam kita tidak bisa menghi­ tung berapa banyak perguruan tinggi dan guru besarnya atau berapa jumlah ulama’ di negeri ini. “Yang penting itu isinya dan bukan wadahnya,” tegasnya. Umat Islam perlu memperhatikan apakah shalatnya lima kali sehari semalam. Apakah masih suka berbohong? Apakah pada malam hari suka bangun malam untuk bertahajud? Atau apakah kita rutin melakukan puasa SeninKamis? “Ini memang sederhana, tapi akan menghantar kualitas seseorang. Jadi, kualitas umat Islam perlu diperhatikan,” tuturnya serius. Menurut Wakil Syuri’ah PWNU Jawa Timur ini, kita perlu mencoba untuk mendisain-ulang bangsa dan pemerintahan ini. Termasuk juga disain kurikulum pendidikannya. “Kementerian Agama sangat terlambat menyusun kurikulum yang betulbetul menghantarkan orang menjadi kuat iman dan rasa solidaritasnya,” kritiknya. Semestinya, lanjut Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya bidang ilmu sosiologi bahasa ini, bagaimana al-Qur’an ditarik kepada masa kekinian sehingga akan lebih menarik. Sebab pada hakekatnya Islam adalah rahmatan lil ‘alamin dan bukan hanya lil Muslimin. “Jadi, semuanya harus kita selamatkan dan untuk menyelamatkan semua itu perlu kualitas orang. Selama ini kita hanya berbicara kulitnya saja, sudah waktunya berbicara esensi,” harapnya. Bagi mantan anggota Badan Kehormatan DPR ini, kita tidak usah mempermasalahkan Pancasila dan NKRI lagi. Sebab itulah wadah yang sudah kita sepakati bersama. Tinggal bagaimana kita mengisinya dan itu lebih penting. “Memang sebagian kecil umat Islam ada yang menginginkan negara Islam lantaran berbicara sebagai wadah yang tidak benar,” ungkapnya. Dasar yang mereka pakai adalah surah al-Baqarah 208; udkhuluu fis silmi kaaffah. Namun setelah diteliti betul, ternyata ayat itu adalah ayat Makkiyah. Jadi tidak berhubungan dengan syariah. Artinya, bahwa ungkapan ‘kamu’ di situ bukanlah ‘kamu negara’. “Ayat ini jelas-jelas tidak ada hubungannya dengan negara, tapi berhubungan dengan larangan syirik kepada Allah,” jelasnya. “Jadi kalau kewajiban mendirikan Negara Islam berdasar ayat tersebut, maka itu tidak betul,” tandasnya. Oleh karenanya, sambung pria kelahiran 8

MPA 359 / Agustus 2016

Prof. Dr. H. Ali Maschan Moesa, M.Si Wakil Syuri’ah PWNU Jawa Timur

Tulungagung 1 Januari 1956 ini, sudah benar para founding father Islam yang bisa menerima NKRI. Melihat Nabi SAW di Madinah juga Bhineka Tunggal Ika. Jadi, tinggal bagaimana umat Islam di Indonesia mengisinya. “Indonesia adalah negara dan rumah kita. Hubbul wathan minal iiman. Mari kita isi juga dengan membenahi aqidah kita,” pintanya. Lelaki yang menyelesaikan S2 dan S3 di UNAIR Surabaya ini menekankan, bahwa yang perlu kita pikirkan adalah isinya. Kini banyak masjid-masjid yang dibangun menghabiskan dana miliaran rupiah, tetapi shalat Shubuh hanya berisi 3-5 orang saja. Dalam konteks berbangsa dan bernegara Islam selalu disebut, tetapi itu hanya jadi topeng saja. Padahal justru kualitas orangnya yang lebih penting. “Kualitas seseorang itu diukur dengan alaa bidzikrillah tathmainnul quluub. Jadi bagaimana umat Islam itu agar tetap selalu ingat kepada Allah SWT,” katanya.

Untuk itulah dia berharap, agar umat Islam lebih pandai dalam mengisi kemerdekaan dengan nilai-nilai Islam. Kalaupun itu isinya Islami, tidak usah disebut syariat Islam. Tapi bisa disebut aturan atau Perda saja. Sebab kita harus akui, bahwa umat Islam di Indonesia itu cukup beragam. Menurut peneliti Prof. Wordsworth, ada yang abangan, tradisional, neo modern, Islam garis keras dan Islam liberal/progresif. “Dari sini dapat kita lihat bahwa umat Islam itu colourfull. Apalagi kini kelompoknya semakin banyak,” ulasnya. Bagi mantan anggota DPR RI periode 2009-2014 ini, kita bisa mengibaratkan bahwa di Indonesia saat ini masih dalam periode Makkah. Ajaran yang diberikan masih aqidah dan akhlaq dan belum pada sisi syariah. Sebab semua ayat Makkiyah itu seluruhnya berhubungan dengan akhlaq dan aqidah. Baru ketika Nabi SAW pindah ke Madinah, turunlah ayat syariah. “Artinya, kini kita masih belum tuntas periode Makkah ini,” tukasnya. Untuk itulah, melihat keadaan seperti ini hendaknya umat Islam Indonesia dapat “merdeka”. Aqidah dan akhlaqnya harus dibenahi dahulu. Seperti halnya Rasulullah yang pada periode Makkah menguatkan aqidah dan akhlaknya terlebih dahulu. Baru ketika di Madinah menguatkan syariahnya. “Jadi yang ditekankan kerukunan dulu atau ukhuwah intern, kemudian ke syari’ah. Setelah itu baru membuat perjanjian dengan orang non Muslim,” paparnya. Namun demikian dirinya menyadari, bahwa sebagian umat Islam sudah merasa periode Madinah. Jadinya agak kecepatan. Pemimpinannya terlalu cepat, tapi yang di belakang menjadi kedodoran. “Itu sama sekali tidak efektif. Kita perlu dialoglah dengan yang lain,” pintanya. “Para pemimpin Islam dari semua ormas atau kelompok harus berdialog dan duduk bareng-bareng sehingga ada titik temunya,” tandasnya meyakinkan. Laporan: Muhammad Hisyam, Suprianto, M. Tajuddin Nurcholis (Surabaya)

Mengisi Kemerdekaan

Menjadikan Pancasila Sebagai Payung Bersama Pada usia kemerdekaan RI yang ke-71 tahun, bangsa Indonesia masih menghadapi berbagai tekanan. Baik dari dalam maupun dari negara lain. Berbagai persoalan seperti HAM, ancaman kedaulatan wilayah, hambatan penegakan hukum, serta problem jaminan kesehatan dan kualitas hidup masyarakat, juga menjadi PR yang masih membelenggu bangsa ini.

D

emikian ungkapan yang disampaikan oleh Muhammad Yunus. Kenyataan lain yang kian membelit negara ini, adalah ketergantungan berlebih atas hutang luar negeri. “Belum lagi masalah penyediaan pangan yang lebih mengandalkan impor, serta kegagapan dalam menghadapi krisis,” beber Sekretaris MUI Jawa Timur ini serius. Beragam permasalahan tersebut, lan­ jutnya, tentu menjadi beban berat yang harus dipikul pemerintah. Apalagi hutang luar negeri kita makin bertambah. Tentu ini akan menurunkan kemampuan dalam membayarnya. “Itulah yang mengakibatkan makin massifnya tekanan yang dihadapai pemerintah,” tukasnya. “Belum lagi infiltrasi kepentingan asing di negeri ini kian nyata. Pada saat bersamaan justru harmonisasi kehidupan berbangsa dan bernegara juga masih menjadi PR besar,” ucapnya miris. Belakangan juga banyak bermunculan insiden yang bermotif SARA. Namun Sekretaris Jenderal Gerakan Ummat Islam Bersatu (GUIB) Jatim ini memiliki pandangan lain, bahwa ada pihak tertentu yang sengaja membuat kekacauan, mengadu domba, serta memecah belah persatuan. “Dengan menggunakan strategi belah bambu, mereka melakukan stigmatisasi negatif dan kriminalisasi terhadap kelompok ter­tentu yang berujung pada kemarahan dan merebaknya kebencian,” paparnya.

Muhammad Yunus Sekretaris MUI Jawa Timur

Di sisi yang lain, ada kesan aparat penegak hukum seolah melakukan pembiaran terhadap pelaku kejahatan yang sesungguhnya. Dia berharap, pemerintah lebih tegas lagi menindak setiap bentuk pelanggaran. Mulai ketentuan pendirian rumah ibadah, hingga kasus pelecehan dan penodaan agama. Agar tercipta kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis, katanya, pemerintah harus melakukan pemetaan

terhadap faktor-faktor pemicu disharmoni bangsa. Beberapa faktor diantaranya, adalah kemis­ kinan, kebodohan, keterbelakangan dan kesenjangan sosial ekonomi masyarakat, Selain itu, yang harus diwaspadai pula, adanya fanatisme kelompok atau golongan secara berlebihan yang dapat mengarah pada per­ pecahan umat. “Termasuk di dalamnya adalah fenomena radikalisme agama,” tegasnya. Bagi Sekretaris Umum Ikatan Da’i Area Lokalisasi (IDIAL) Jatim ini, ketika semua faktor pemicu bisa diatasi, tentu saja ancaman disharmoni bangsa ini bisa dihindari. Inilah salah satu cara dalam menjaga dan mengisi kemedekaan yang telah diraih sejak 71 tahun yang lalu. “Kemerdekaan merupakan rahmat dan anugerah Allah SWT. Tentu menjadi tugas kita bersama dalam menjaganya,” ucap anggota Bidang Pengkajian Keislaman dan Pesantren ICMI Jatim ini mengingatkan. Subtansi kemerdekaan, katanya, tentu bukan sekedar kebebasan secara fisik dari belenggu penjajah. Tetapi juga merambah pada bidang lain; seperti aspek ekonomi, sosial, politik, hukum, maupun budaya. Ini semua harus terbebas dari infiltrasi, pengaruh, maupun hegemoni dari bangsa lain. “Kemerdekaan saat ini hendaknya direfleksikan dengan memberikan kesadaran, bahwa bangsa kita harus terbebas dari pengaruh dan kendali bangsa lain dalam berbagai aspek kehidupan,” ujarnya. MPA 359 / Agustus 2016

9

DR. H. M. Fadjar Budianto, SH, MH Sekretaris Umum DHD Angkatan 45

Menurut DR. H. M. Fadjar Budianto, SH, MH, tidak ada negara satupun yang tak memiliki hambatan, ancaman, tantangan dan gangguan dalam perjalannnya. Tak terkecuali perjalanan bangsa Indoensia sebagai negara yang berdaulat. Hambatan nyata yang dihadapai bangsa Indonesia saat ini, lanjut Sekretaris Umum DHD Angkatan 45 Provinsi Jawa Timur ini, salah satunya adalah arus globalisasi yang kian kencang. Ini sangat berdampak pada era keterbukaan. “Jika ini lantas dimaknai sebagai kebebasan dalam segala hal, tentu sangat berbahaya bagi NKRI,” tukasnya mengingatkan. Agar kebebasan tersebut tidak kebablasan, tuturnya, maka harus ada sebuah filter. Dan sudah seharusnya ideologi Pancasila menjadi payung bersama. Sebab Pancasila sudah disepakati sebagai state fundamental norm atau norma dasar yang menjadi ketentuan di dalam mengatur dan menata 10

MPA 359 / Agustus 2016

bangsa dan negara ini. “Jangan lantaran pengaruh globalisasi lantas ada upaya untuk menghilangkan Pancasila,” tandas dosen Universitas Empat Lima (Unpatma) Surabaya ini mewanti-wanti. Ancaman yang tak bisa disepelehkan bagi keutuhan NKRI, sambungnya, adalah ideologi ekstrem kanan maupun ekstrem kiri. Sampai kapanpun gerakan ini harus selalu diwaspadai. Sebab keduanya bertentangan dengan salah satu konsep dasar Pancasila, yakni sila pertama. Maka dengan sendirinya keduanya tidak memiliki ruang untuk hidup dan berkembang di Indonesia. Yang kini justru menjadi tantangan, ujar ayah dua anak ini, bagaimana agar generasi penerus memahami posisi Pancasila sebagai ideologi negara yang tidak bisa diganggu gugat. Di sinilah pentingnya menginternalisasikan 5 nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila; seperti nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerak­ yatan dan nilai keadilan. “Nah, jika kelima nilai ini mampu dipahami bersama, maka disintegrasi bangsa tidak akan terjadi,” urainya. Gangguan terhadap ideologi bernegara, kata Fadjar, adalah merupakan perkara besar bagi sebuah bangsa berdaulat. Jika gangguan tersebut tidak mampu diselesaikan, maka jangan heran jika suatu saat republik ini runtuh. “Problem mengawal perjalanan bangsa ini cukup besar dan berasal dari segala penjuru,” tukasnya. Apalagi jika melihat situasi dan kondisi beberapa tahun terakhir dengan kondisi perekonomian, sosial dan perpolitikan yang terus terguncang. Maka tak heran jika ada

yang memberikan sinyalemen, jika eksistensi kemerdekaan yang diproklamirkan para pendiri bangsa ini pada 71 tahun kian berada di ujung tanduk. Nah, agar situasi tersebut tidak semakin runyam, maka di momen perayaan 17 Agustus tahun ini semua elemen bangsa haruslah melakukan koreksi diri. Terutama di level eksekutif, legislatif dan yudikatif. “Ketiga lembaga ini harus berjalan seiring seirama dan menunjukkan kekompakan dalam menjalankan roda pemerintahaan. Ini agar secara bersama-sama mampu menghadapai resistensi yang diakibatkan oleh arus globalisasi,” jelasnya. Ada kegetiran yang dirasakan para veteran melihat perkembagan Indonesia di usinya yang ke-71 tahun ini. Hal itu diungkapkan H. Hartoyik. Sebab perjalanan bangsa ini seakan melenceng dari cita-cita para pahlawan kemerdekaan. “Arwah mereka pastilah sangat prihatin melihat keadaan ini,” ucapnya lirih. Menurut Ketua Legium Veteran Republik Indonesia (LVRI) Surabaya ini, tujuan utama para kusuma bangsa memperjuangkan negeri ini, adalah demi menciptakan masyarakat Indonesia yang adil, makmur, sejahtera dan damai. Mereka rela mengorbankan jiwa demi terca­ painya kemerdekaan. “Kemerdekaan yang mahal harganya ini, seyogyanya gene­rasi penerus mampu mengisinya dengan mewu­ judkan cita-cita para leluhur,” ucapnya berharap. Namun melihat perilaku negatif mulai tindak korupsi hingga tak meratanya pembangunan, sungguh seakan menjadi pil pahit yang harus diterima. “Terus terang

saja, pejuang-pejuang seperti kami ini sakit hati melihat negeri ini makin banyak koruptornya,” tukasnya serius. “Sebab dulu saya dan rekan-rekan yang kini sudah tinggal tulang-belulang di kuburan berjuang tanpa mengharap imbalan apapun,” ujar mantan Anggota Laskar Hizbullah ini pedih. Meski demikian, kakek kelahiran Jombang 15 Maret 1929 ini tak menampik adanya pemimpin daerah yang berprestasi. Melihat itu mimpi terwujudnya Indonesia yang makmur, adil, sejahtera dan tentram mengemuka kembali. Setidaknya, kekece­ waan yang sempat membuncah sedikit terobati. “Pemimpin berprestasi yang mau berjuang demi rakyatnya, tentu akan mampu membawa negeri ini menjadi bangsa besar yang berwibawa di mata dunia,” ujar Pejuang Kemerdekaan 1945 ini sumringah. Ayah tujuh anak ini lantas mengingatkan tentang pentingnya merekatkan kembali rasa persatuan dan kesatuan seluruh elemen bangsa. Semua harus bersatu padu demi membawa bangsa ini menuju arah yang lebih baik. “Tengoklah para pahlawan dulu yang rela menanggalkan atribut pribadi dan golongan demi proklamasi kemerdekaan,” tukas suami Hj. Siti Nahariensih, SH ini membandingkan. Kini zaman sudah merdeka. Janganlah memperuncing perbedaan yang justru menimbulkan perpecahan. Apalagi yang

kita hadapi saat ini, adalah musuh yang tidak tampak kepermukaan. “Jadi kita harus terus memelihara persatuan dan kesatuan, agar tidak ada lagi peluang bagi terjadinya penjajahan model baru di negeri tercinta ini,” tegas purnawirawan TNI Angkatan Darat berpangkat letnan satu ini. Khusus bagi para pemimpin negeri di semua level, mantan Letnan Satu Infanteri AD ini menyerukan, agar senantiasa mengingat jasa leluhur. Sebab bangsa yang besar, adalah bangsa yang tidak melupakan jasa para pahlawannya. “Dari sanalah spirit perjuangan bisa senantiasa lestari dan tongkat estafet perjuangan bisa diteruskan oleh generasi selanjunya,” pungkasnya. H. Hartoyik Ketua LVRI Surabaya

Laporan: Anni Athi’ah, Suprianto, Fery Aria Santi (Surabaya).

MPA 359 / Agustus 2016

11

LIPUTAN KHUSUS

Menuju Indonesia Beradab

Ragam Gerakan Moral yang Berkeadaban Indonesia benar-benar dililit carut-marut persoalan yang sulit sekali dilepaskan ikatannya. Mulai dari persoalan politik, ideologi, pendidikan, ekonomi, sosial, pertahanan dan keamanan, hingga merebak ke persoalam moralitas dan budaya. Ini menjadi lengkap dengan tiadanya teladan dari para elit negeri ini.

K

orupsi terjadi di mana-mana. Rakyat kehilangan kepercayaan terhadap wa­ kilnya. Demokrasi dijalankan penuh dusta. Kebebasan berpendapat disua­ ra­ kan secara keblabasan. Di sisi lain, per­kembangan moral remaja makin meng­kha­­watirkan. Kriminalitas terjadi hampir setiap hari. Tindak pemerkosaan sudah meram­bah pada anak-anak. Hati nurani seakan dikebiri. Nilainilai kejujuran, keber­ sa­ maan, kepedulian, tanggung jawab dan keadilan seolah musnah. Berangkat dari keprihatinan yang menda­ lam Dr. Bagus Riyono, MA bersama sejumlah orang yang memiliki rasa kepedulian ter­ hadap Indonesia membentuk Gerakan Indo­ nesia Beradab (GIB). Ini merupakan jaringan dari ormas-ormas di seluruh Indonesia yang peduli pada ditegakkannya kembali kemanusiaan yang adil dan beradab berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Lewat oragnisasi inilah, pihaknya mela­ kukan advokasi, penyadaran dan intervensi pada masyarakat dan pemerintah melalui berbagai media. Targetnya, agar masyarakat sadar dan mampu melihat permasalahan bangsa dengan jernih dan jujur. Lantas dapat berperilaku baik dan benar secara pro­ porsional, sehingga akan membentuk masyarakat yang beradab. “Dengan cara inilah, nantinya kita dapat menciptakan keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” jelasnya. Menurut Ketua Presidium Gerakan Indonesia Beradab ini, ruang lingkup kerja GIB meliputi; parenting, pemberdayaan keluarga, pendidikan dan kepemudaan, terapi dan rehabilitasi, hukum dan kebijakan, 12

MPA 359 / Agustus 2016

Dr. Bagus Riyono, MA Ketua Presidium Gerakan Indonesia Beradab

komu­ nikasi massa, pemberdayaan eko­ nomi dan reorientasi politik untuk kembali pada Pancasila dan UUD 1945. “Dengan menegakkan nilai-nilai Pancasila, kita akan mampu menjadi bangsa yang tangguh, mandiri, adil dan makmur, serta dapat berperan aktif dalam mewujudkan kehidupan dunia yang berperadaban tinggi dan saling menghormati,” tutur ahli Psikologi Islam ini. Untuk mencapai hal tersebut, lanjut dosen Psikologi Industri dan Organisasi UGM Yogyakarta ini, modal yang dibutuhkan adalah generasi yang sadar, bijak dan beradab. Ini dimulai dari keluarga, sekolah, komunitas dan dunia kerja. “Indonesia memiliki SDM

yang handal. Namun kenyataan ini tertutupi stigma negatif yang melekat dalam benak masyarakat awam,” ungkapnya. Untuk itulah, pria yang menyelesaikan S1, S2 dan S3nya di UGM ini berharap, agar pemerintah sanggup melahirkan SDM Indonesia yang beradab. Selama ini peme­ rintah sudah berusaha dengan berbagai cara. “Karena kemampuan dan daya jangkau pemerintah terbatas, maka masyarakat perlu berpartisipasi aktif dalam Gerakan Indonesia Beradab ini,” ujarnya. Riyono mengajak pemerintah untuk bersinergi, bahu-membahu saling mendu­ kung dalam kebaikan dan kebera­ daban. “Kepada masyarakat kami menghimbau agar menguatkan kembali semangat gotongroyong. Ini adalah kekuatan untuk mem­ bangun kembali Indonesia yang adil dan beradab, mandiri, tangguh, makmur dan mulia,” katanya penuh harap. Senada dengan hal di atas, apa yang dila­kukan oleh H. Moch. Anton. Pihaknya mengge­­­lindingkan kebijakan ‘Gerakan Shalat Berjamaah Awal Waktu’. Sebelumnya juga telah digelindingkan himbauan untuk mematikan televisi pada saat jam Maghrib hingga pukul 19.00 WIB. Gerakan semacam itu dilakukan, tutur Walikota Malang ini, berangkat dari rasa keprihatinan atas maraknya kasus-kasus yang menciderai norma agama, aspek moral dan budi pekerti. Seperti kasus kejahatan seksual yang makin merebak dan menyasar anakanak di bawah umur, serta kriminalitas yang makin tak mengenal usia. “Ini terjadi karena semakin jauhnya masyarakat dan institusi

LIPUTAN KHUSUS

H. Moch. Anton Walikota Malang

keluarga kian terasing dengan nilai-nilai agama,” tandasnya. Gerakan mematikan televisi pada saat jam maghrib, lanjut pria kelahiran Malang    31 Desember 1965 ini, sepertinya hal biasa. Namun kalau kita cermati, pada jam tersebut anggota keluarga – khususnya anak-anak – dipertemukan dengan tontonan yang menjauhkan mereka dari kewajiban beribadah. Di sis lain, juga mengabaikan waktu untuk mengaji dan belajar. “Dengan gerakan mematikan televisi, akan ada ruang yang cukup bagi keluarga untuk berkumpul bersama dan saling berinteraksi. Mereka juga ada waktu yang cukup untuk beribadah, mengaji dan belajar,” jelasnya. Sedangkan kebijakan Gerakah Shalat Berjamaah Awal Waktu, kata Bendahara NU Kota Malang ini, berangkat dari pemikiran untuk membangun karakter masyarakat yang kuat berdasarkan nilai-nilai agama. Disamping itu juga untuk membangun keber­samaan dan memantapkan ukhuwah, mem­­ bangun etos kedisiplinan, serta yang utama misi penguatan moral untuk mere­ duksi permasalahan sosial dewasa ini. Yang membuat Pembina Koperasi Petani Tebu wilayah kerja Jawa Timur dan Jawa Tengah ini merasa bersyukur, ternyata itu tak hanya dilakukan oleh ASN Pemkot Malang semata. Namun juga instansi vertikal, BUMN, TNI dan Polri. “Alhamdulillah.. semuanya memberikan dukungan,” tukas­ nya bangga. “Saat komunikasi dengan jaja­ ran Forkopimda, dengan jajaran Rektor Perguruan Tinggi maupun dengan kalangan swasta, semua mendukung gerakan moral yang sangat positif dan konstruktif ini,” terangnya menambahkan. Bagi Ketua PITI Malang ini, spirit dari gerakan tersebut sederhana saja. Disamping untuk menebar kebaikan dan mening­ katkan keta­ hanan moral, juga

demi membangun jiwa yang disiplin dan menghargai waktu. Di sisi lain, tentu pula akan lebih memantapkan silaturrahmi dan meletakkan nilai ibadah sebagai benteng moral kehidupan bermasyarakat. Direktur PT Candra Wijaya Sakti dan CV Surya Kencana ini sangat optimis, bahwa gerakan ini akan memberikan asupan energi positif bagi kehidupan berpemerintahan dan bermasyarakat. “Oleh karenanya, diper­ lukan kesungguhan, konsistensi dan saling mengawal. Ini agar himbauan tersebut melem­baga dan menjadi budaya masyarakat,” pintanya penuh harap. Kebijakan Gerakan Shalat Berjamaah Awal Waktu banyak menuai pujian. Itu dianggap positif karena mendorong ASN maupun pihak-pihak terkait menjadi lebih religius. Untuk itulah, gerakan ini harus terus teralirkan. “Ini tak sekedar bernilai ibadah yang bersifat pribadi, melainkan juga pada bobot nilai sosialnya,” tukasnya serius. Sementara H. Nur Hidayat, S.Pd, MM lebih mendorong masyarakat untuk sadar zakat. Sebab menurut penelitian yang dilakukan IPB, BAZNAS dan Islamic Develop­­ment Bank (IDB) pada tahun 2011, potensi zakat Indonesia mencapai 217 triliun rupiah. Seiring pertumbuhan ekonomi nasional, lima tahun berselang potensi zakat diperkirakan naik mencapai angka 285 triliun rupiah. “Angkanya cukup besar, tapi memang realisanya pada tahun 2015 hanya terhimpun 4 triliun atau 1,4 persen dari potensi yang ada,” ujarnya menyayangkan. Meskipun zakat merupakan rukun Islam, namun ternyata zakat justru paling banyak diabai­ kan. Padahal perintah mendirikan shalat hampir selalu diiringi dengan perintah menunaikan zakat. Menurut Wakil Ketua BAZNAS Prov. Jatim ini, itulah bukti masih rendahnya tingkat pemahaman masyarakat peri­ hal zakat. “Enam puluh persen umat Islam tidak sadar zakat,” ucapnya mem­ berikan sinyalemen. Faktanya, orang Muslim memang me­ rasa berdosa jika meninggalkan shalat. Namun giliran tidak membayar zakat, justru merasa biasa-biasa saja. Banyak pula yang menghubungkan zakat dengan keder­ ma­ wanan, sehingga tidak perlu dihitung besarannya. “Menunaikan zakat bukanlah bentuk kedermawanan, tapi itu justru menjadi kewajiban,” tandasnya meluruskan. Lantaran itulah, Sekretaris Yayasan Pendidikan Islam Al-Hikmah Surabaya ini berharap adanya pendidikan sadar zakat. Tidak hanya dilakukan di masjid maupun majlis taklim, tetapi juga di sekolah-sekolah dengan mengajarkan fiqih zakat secara intens. Perlu pula dilakukan pelatihan khusus bagi guru agama. Sebab tak semua guru mampu menghitung besaran zakat. “Pendidikan perihal zakat ini sudah sangat mendesak untuk dilakukan,” katanya mengingatkan. Sejatinya, berbagai macam cara dan

H. Nur Hidayat, S.Pd, MM Wakil Ketua BAZNAS Prov. Jatim

upaya telah dilakukan demi optimalisasi, distribusi dan pendayagunaan zakat. Kini juga telah lahir UU No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat dan PP no.14 tahun 2014 tentang Implementasi Pengelolaan Zakat serta aturan-aturan turunannya. “Dengan UU yang ada, zakat menjadi urusan negara dengan sanksi pidana dan/atau administratif bagi pelanggarnya,” paparnya. Secara kelembagaan organisasi dan manajemen zakat sudah ditata sedemikian rupa seiring masuknya mantan Menteri Ekonomi dan Menteri Pendidikan Prof. Dr. H. Bambang Sudibyo, MBA sebagai Ketua BAZNAS pusat. Bahkan kepengurusan BAZNAS periode 2015-2020 bertekad menja­ dikan sebagai tonggak kebangkitan zakat Indonesia, yang melibatkan seluruh BAZNAS di level provinsi hingga kabupaten/kota, Lembaga Amil Zakat dan Unit Pengum­pul Zakat (UPZ). “Tahun ini ditarget­ kan bisa terhimpun zakat sebesar 5,8 tiliun,” tukas Ketua Pembina Yatim Mandiri ini. Dirinya cukup optimistis target tersebut bisa tercapai seiring perbaikan organisasi dan manajeman zakat. Diperkirakan dalam 5-10 tahun ke depan akan ada lompatan jumlah pengumpulan zakat yang cukup signifikan. Apalagi saat ini BAZNAS telah memiliki SiMBA atau Sistem Manajemen Informasi BAZNAS. Nantinya seluruh penghimpuan serta penyaluran zakat dari seluruh BAZNAS, LAZ dan UPZ bisa terekam dalam sistem ini secara nasional. Laporan: Suprianto, Fery Aria Santi (Surabaya), Syaifudin Ma’arif (Malang). MPA 359 / Agustus 2016

13

LIPUTAN KHUSUS

dari ITS Mengaji dan Pejuang Shubuh ke Gerakan Sebar Sejuta Buku Tradisi maghrib mengaji sebagai warisan nenek moyang yang sempat menghilang, kini mulai sayup-sayup terdengar kembali. Salah satunya, apa yang digagas Jamaah Masjid Manarul Ilmi (JMMI) ITS Surabaya yang bertajuk ITS Mengaji. “Dua tahun lalu namanya adalah ITS CAQ atau ITS Cinta al-Qur’an. Untuk lebih familier kita ubah menjadi ITS Mengaji,” ujar Irfan Purwito Nugroho.

M

enurut Ketua JMMI ini, ada tiga program yang ditawarkan dalam program ITS Mengaji; yakni Tahsin, tahfidz dan Tafsir. Tahsin sendiri merupakan program dasar bagi pemula yang kemampuan baca al-Qur’annya paspasan. Tahsin sendiri terbagi menjadi tiga kelas berbeda. Sementara untuk program lanjutannya, ada kelas Tahfidz. Lalu ada pula kelas Tafsir dengan model kajian yang biasa diikuti siapa saja. Dengan beragam program yang dita­ warkan, tak heran jika saban hari selepas Maghrib hingga Isyak banyak dari kalangan mahasiswa, dosen hingga karyawan yang rela berlama-lama di masjid ITS untuk megikuti program tersebut. Tak hanya warga ITS, tapi juga mahasiswa dari kampus sekitar juga banyak yang bergabung. Peserta program ini dikelompokkan menjadi beberapa halaqah yang biasanya terdiri dari 20 orang. “Tiap hari ada sekitar 2 halaqah ikhwan (putra) dan 2-3 halaqah akhowat (putri),” bebernya menjelaskan. Ide dasar program ITS Mengaji sendiri sangat sederhana. Berdasarkan beberapa survei yang dilakukan JMMI, banyak warga kampus yang notabene mayoritas Muslim ternyata tidak bisa mengaji. Dari sanalah akhirnya JMMI tergugah untuk memfasilitasi mereka belajar membaca al-Qur’an hingga menghafalkannya. “Kami menyadari, ITS bukan kampus berbasiskan agama. Tapi alangkah indahnya jika warga kampus yang rata-rata Muslim ini mencintai al-Qur’an,” ucap remaja kelahiran Ngawi 24 Agustus 1994 ini berangan-angan. 14

MPA 359 / Agustus 2016

Irfan Purwito Nugroho Ketua JMMI

Dengan ITS Mengaji, JMMI ingin membuat warga kampus lebih mencintai al-Qur’an. Apalagi menurut pengamatan Irfan, problematika terbesar yang dihadapi umat Islam saat ini adalah menurunya minat belajar al-Qur’an. Padahal mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Namun ironinya, ternyata masih banyak yang tidak bisa membaca al-Qur’an. “Banyak yang mengaku beragam Islam, tapi tidak mampu memahami sisi kandungan atau pelajaran alQur’an itu sendiri,” ungkapnya.

Di sisi lain, JMMI memang ingin mem­ bangun kehidupan kampus madani. Sebuah lingkungan kampus yang damai dan kental nuansa agamanya. Dengan demikian akan mampu menggiring warga kampus menjadi lebih mencintai agamanya, sehingga mampu menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang dilarang agama. Ini merupakan bentuk salah satu sum­ bangsih JMMI dalam membentengi warga kampus, terutama kalangan mahasiswa, dari tindakan asusila hingga kriminalitas yang akhir-akhir ini menjadi keresahan bersama. “Dengan ITS Mengaji ini, kami juga ingin menghilangkan kecurigaan bahwa Lembaga Dakwah Kampus menjadi sarang radikalisme,” ucap mahasiawa semester VII Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri ITS Surabaya ini. Miskam Ayla rupanya memiliki keresa­ han yang seiring. Dia merasa prihatin melihat jamaah Shubuh di masjid-masjid yang hanya berisi orangtua saja. Biasanya hanya dua shaf. Itupun didominasi orang usia udzur. “Jarang sekali anak muda yang hadir berjamaah Shubuh di masjid,” tukasnya. Keprihatinan tersebut lantas mendorong sekelompok anak muda membuat komunitas ‘Pejuang Subuh’. Mereka mengajak generasi muda untuk melakukan shalat Shubuh di masjid. Sejak Agustus 2012 komunitas ini bergerak cepat mengkampanyekan Gerakan Shalat Shubuh Berjamaah. Menurut Humas Pejuang Shubuh ini, gerakan cepat tersebut juga karena teknologi komunikasi yang kian canggih. Pada saat itu media sosial twitter sangat digandrungi anak

LIPUTAN KHUSUS muda. Tak ayal medsos inipun dimanfaatkan. Dan kini berbagai media telah dijadikan medium dakwah. Baik radio, televisi, media cetak ataupun media lainnya. Selain Shalat Shubuh Berjamaah se­ bagai tujuan utamanya, komunitas ini juga mengajak remaja berusia belia untuk mengaji. Di Jakarta ada ‘Ngopi Susu’ atau Ngobrol Perkara Iman Sungguh-sungguh. Di Bekasi ada kegiatan ‘Berteman’ atau Berbicara tentang Iman. “Ada beberapa kegiatan serupa yang dihelat di 25 kota dan kabupaten, yang namanya disesuaikan dengan kegemaran anak muda di sana,” terangnya. Kegiatan tersebut berupa kajian di masjid setiap bulan sekali, yang dilakukan hari Ahad. Isinya membahas masalah anak muda dan sangat ringan. “Biasanya jika topik tentang Jodoh pasti akan ramai yang datang,” ungkapnya sambil tertawa lepas. Pejuang Subuh juga membagi Jilbab di acara Car Free Day. Di Jakarta sudah berlangsung tiap bulan sekali yang bertajuk ‘DOTS’ atau Dakwah on The Street. Selain itu ada BersihBersih Masjid atau biasa disebut dengan istilah Travel Masjid. “Jadi tiap bulan anggota Pejuang Shubuh membuat janji bertemu di satu masjid. Kami menginap di sana dan seusai shalat Shubuh bergerak membersihkan kamar mandi, tempat wudhu dan ruangan-ruangan masjid lainnya,” paparnya. Selain kegiatan off air, ada pula kegiatan dakwah melalui on air. Diantaranya dengan membuat aplikasi yang bisa diunduh di Google Play Store bernama ‘Syariah World’. “Aplikasi ini berguna bagi Muslim yang ingin muhasabah diri. Untuk shalat jamaah, puasa, bacaan al-Qur’an dan lain-lain,” beber Miskam bangga. Beragam kegiatan positif tersebut, nya­ tanya mampu menginspirasi kalangan pe­ muda untuk menjadi member. Kini sudah tercatat 200.000 anak muda di seluruh Indonesia yang tersebar di 25 kab/ko; mulai dari Medan hingga Palu dan Jayapura yang bergabung dalam komunitas bervisi ‘Shalat Shubuh Seramai Shalat Jum’at”. Mereka rata-rata berlatarbelakang sosial penduduk urban dan sub-urban yang berusia 10-45 tahun. Berdasarkan testimoni dari Mujahid Shubuh – istilah bagi member Pejuang Shubuh, mereka merasakan sesuatu yang luar biasa setelah teratur shalat Shubuhnya. “Mereka mampu hijrah dari dunia gemerlap kegem­ biraan menuju iman Islam,” ucapnya jujur. Setelah berhasil dengan kegiatan dakwah off air dan on air, sesuai hasil Silaturahmi Nasional Pejuang Shubuh Kedua tahun 2016, mereka akan membuka Kampung Shubuh. Sebagai Pilot Project akan ditempatkan di Jakarta dan Bekasi. Di Kampung Shubuh inilah, para Pejuang Shubuh akan menjadi katalis bagi warga di kampung tersebut untuk shalat Shubuh di masjid. Nantinya akan ada Key Performance Index (KPI), laporan teratur dan analisa. “Kami

ingin meretas jalan baru bagi lahirnya Indonesia baru, yang penduduknya shalat Shubuh berjamaah di masjid,” tukasnya penuh harap. Selain gerakan positif di atas, masih ada pula gerakan yang bertajuk ‘Sebar Sejuta Buku’ (SSB). Gerakan tersebut dimotori da’I kondang ustadz Yusuf Mansur. Gerakan ini sangat penting mengingat data statistik UNESCO tahun 2012 menyebutkan, bahwa indeks minat baca di Indonesia mencapai 0,001. Artinya, setiap seribu penduduk hanya satu orang saja yang memiliki minat baca. “Minat baca yang rendah tidak saja menye­ dihkan, tapi juga membahayakan,” ujar ustad Yusuf Mansur singkat. Pendiri gerakan sosial SSB ini percaya, bahwa melek baca erat kaitannya dengan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat. Masyarakat yang minat bacanya tinggi akan menjadi masyarakat yang berwawasan luas dan cerdas. Mereka tidak mudah termakan isu dan siap menghadapi perubahan zaman, serta menjadikannya lebih kreatif dan produktif. “Minat baca masyarakat harus ditingkatkan. Kita permudah akses mereka terhadap bukubuku yang berkualitas dan inspiratif,” ujarnya menawarkan solusi. Pimpinan pondok pesantren Daarul Qur’an ini mengajak seluruh individu maupun komunitas untuk berpartisipasi dengan cara memberikan donasi, yang akan digunakan untuk membangun perpustakaan mini di berbagai daerah. “Hal ini dimungkinkan karena SSB telah menjalin kerjasama dengan penerbit buku yang menjadi rekanan,” ulasnya. Paket buku tersebut akan didistribusikan ke sekolah, masjid, kampus, atau tempattempat yang memungkinkan orang memanfaatkan waktu secara cerdas. “Perpus­

Miskam Ayla Humas Pejuang Shubuh

Ustad Yusuf Mansur Penasehat gerakan Sebar Sejuta Buku

takaan mini ini akan menjadi tempat belajar bersama, bedah buku, serta berbagai kegiatan positif lainnya,” tegasnya. “Di tahun ini SSB menargetkan 1000 perpustakaan baru di seluruh Indonesia,” tambahnya. SSB telah menjalin kerjasama dengan penerbit BYM (Buku Yusuf Mansur) sebagai penyedia paket-paket buku yang didonasikan. Selain itu, juga bekerjasama dengan beberapa kantor pemerintahan dan komunitas untuk meng­ kampanyekan gerakan maupun peng­ ga­­ langan dananya. Ke depan, juga akan menggandeng media dan penerbit nasional untuk memperbesar skala gerakan Sebar Sejuta Buku tersebut. Saat ini telah tercatat 6000 donator dan relawan SSB dari berbagai daerah. termasuk juga di dalamnya berasal dari warga Negara Indonesia yang berdomisili di luar negeri. “Saya tentu berharap angka ini terus bertambah seiring dengan terus diperluasnya jangkauan publikasi gerakan SSB melalui berbagai media,” ucap Penasehat gerakan Sebar Sejuta Buku ini penuh harap. Lelaki kelahiran Jakarta 19 Desember 1975 ini juga berharap, SSB bisa tumbuh sebagai platform gerakan literasi yang berskala internasional. Itu artinya, SSB tidak hanya menerima donasi dari luar negeri, tetapi SSB juga bisa mengirimkan paket buku ke berbagai perpustakaan di luar negeri. “Jadi selain meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia, juga bisa memperkenalkan bukubuku karya penulis terbaik Indonesia ke masyarakat dunia,” pungkasnya. Laporan: Suprianto, M. Tajuddin Nurcholis (Surabaya). MPA 359 / Agustus 2016

15

LIPUTAN KHUSUS

Terapkan Pengurusan Visa Tiap Kloter

Demi Kelancaran Proses Ibadah Haji Ibadah haji sebentar lagi akan dijalankan oleh umat Islam sedunia. Segala sesuatunya sudah mulai disiapkan untuk menyambut ibadah yang sangat kental dengan kesiapan fisik ini. Tidak ketinggalan bagi calon jamaah haji Indonesia yang pada tahun 2016 ini akan berangkat ke tanah suci. Sebagai pihak yang diberi tanggung jawab untuk menangani perhajian di Indonesia, Kementerian Agama juga telah melaksanakan persiapan-persiapan tersebut dengan matang.

M

enurut Drs. H. M. Sakur, M.Si, selaku Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umroh pada Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur, Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur juga telah mempersiapkan diri untuk memperlancar kegiatan tahunan umat Islam ini. Salah satunya terkait dengan kesiapan dokumen yang pada tahun sebelumnya menjadi sedikit kendala bagi pemberangkatan jamaah haji. Sebagai langkah antisipasinya, sesuai dengan kebijakan Kementerian Agama Pusat, pada tahun 2016 ini pengajuan visa ke Arab Saudi dilakukan secara perpaket atau per kloter. Pengajuan visa model baru ini dimaksudkan agar tidak ada lagi visa jamaah haji dalam satu kloter yang tercecer, tertinggal atau belum jadi sehingga mengakibatkan tertundanya calon jamaah haji tersebut untuk berangkat bersama kloter induknya. Model pengajuan visa ini berbeda dengan tahun sebelumnya, yang pengajuannya berdasarkan kesiapan passport yang telah ada tanpa mempedulikan kloter. Baru setelah visa jadi dan dibawa pulang, visavisa tersebut dipilah-pilah sesuai dengan kloter atau kelompok terbangnya. Sehingga masih bercampur dan berpotensi ada visa anggota dalam satu kloter yang belum siap. “Karena sekarang pengajuannya per paket, harapannya masing-masing daerah segera melunasi kekurangan passport. Sebab 16

MPA 359 / Agustus 2016

Drs. H. M. Sakur, M.Si Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umroh pada Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur, Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur.

kalau nanti ada yang belum setor passport, otomatis tidak bisa ikut dalam kloter tersebut dan terpisah dari kloter induk,” ujarnya. Kesiapan pasport ini memang tidak lepas dari kesiapan para jamaah haji juga untuk melengkapi dokumen-dokumen persyaratan yang harus disiapkan. Oleh karenanya, calon jamaah haji yang belum mengumpulkan pasport segera mengumpulkan. Karena

ada di beberapa daerah yang pasportnya masih belum lengkap. Kementerian Agama sendiri juga terus melakukan kerjasama dengan pihak imigrasi untuk memperlancar proses pembuatan passport ini. Karena perlu disadari, jamaah haji di Jawa Timur 60 persen adalah lansia. Banyak dari mereka yang identitasnya kurang jelas. Mulai dari KTP, KK, surat nikah, atau ijazah. Tentu hal ini akan memperlambat proses pembuatan passport di imigrasi. Na­ mun setidaknya pada pertengahan Juli lalu, pembuatan passport dan visa calon jamaah haji Jawa Timur yang telah lengkap sudah ham­ pir mencapai 50 persen dan terus ber­proses. “Mudah-mudahan nanti pada saat pem­ be­ rangkatan, sudah clear semuanya,” harapnya. Bagi Kepala Bidang PHU Kanwil Kemenag Prov. Jawa Timur ini, selain masalah dokumen, yang tak kalah pentingnya adalah terkait manasik haji. Hal ini sangat penting untuk disiapkan oleh calon jamaah haji, sehingga nantinya saat di tanah suci mampu menguasai medan dan mengetahui apa saja yang harus dilakukan. Di sisi lain, juga persiapan kesehatan. Oleh karenanya, mulai sekarang harus dibiasakan hidup sehat. Pola makan harus dijaga, apalagi pola pikir dan pola dzikir yaitu ingat kepada Allah. “Insya Allah, kalau pola dzikirnya bagus, jamaah akan menjadi baik dan mandiri,” ujarnya. •Hisyam

LIPUTAN KHUSUS

Pembatalan Ribuan Perda Berdampak Menurunnya Kualitas Layanan Masyarakat Kabupaten Sidoarjo menjadi salah satu Pemerintah Daerah yang diminta untuk menghapus tiga peraturan daerahnya. Penghapusan itu seiring adanya evaluasi Pemerintah Pusat terhadap 3.143 Perda di seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Alasannya, ribuan Perda itu menghambat pertumbuhan ekonomi daerah dan memperpanjang jalur birokrasi.

H.

Sullamul Hadi Nurmawan, S.Th.I menyebutkan, bahwa ketiga Perda tersebut adalah Perda Perpanjangan Izin Gangguan atau Hinder Ordonantie (HO), Perda Kawasan Pesisir yang diambil alih Pemprov dan Perda Retribusi Pemeriksaan Alat-alat Kerja di Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan. “Ini sebetulnya pro­ blem. Tapi kalau permintaan Presiden demikian, tentu kami harus berpikir ulang antara mementingkan kepentingan sektoral atau kepentingan bangsa dan negara secara keseluruhan,” ucap Ketua DPRD Kabupaten Sidoarjo ini. Meski menghormati keputusan peme­ rintah, Wakil Sekretaris Dewan Pengurus Nasional Asosiasi DPRD Kabupaten Seluruh Indonesia (DPN ADKASI) ini memberikan beberapa catatan. Pertama, pemerintah seharusnya mempertimbangkan nilai eko­ nomi serta dampaknya dalam pembuatan Perda. Kedua, apa yang diputuskan oleh Pemerintah Pusat belum tentu sesuai dengan kebutuhan daerah. “Semoga ini bukan inovasi yang hanya sekedar beda tanpa didasari kajian mendalam. Sehingga kesannya spontanitas dan tergesa-gesa” ungkapnya. Lantaran kebijakan pembatalan ini telah diambil, tentu yang dibutuhkan selanjutnya adalah adanya aturan pengganti. Sebab bersama dengan deregulasi ribuan Perda ini juga Presiden secara khusus meminta pembebesan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BBHTB). Apalagi ternyata UU-nya sendiri belum dicabut. Sementara itu, menurut kacamata Wawan – panggilan karibnya, ada ongkos yang harus dibayar dengan pembatalan Perda ini. Salah satunya, adalah deligitimasi Kepala Daerah dan DPRD. Artinya kewibawaan kedua institusi ini otomatis jatuh pasca deregulasi tersebut. Sebab Perda yang lahir itu tidak asal dibuat, tapi ada keinginan mem­ bangun sebuah daerah sesuai dengan potensi lokal yang ada. Selain itu juga dalam rangka mewujudkan janji selama kampanye. Selain itu, pembatalan Perda juga meng­­ haruskan para Kepala Daerah dan DPRD merevisi kembali mainset dalam mem­ bangun daerahnya. Sebab adanya Perda menjadi payung hukum dalam memajukan

H. Sullamul Hadi Nurmawan, S.Th.I

K.H. Abdurrahman Navis, Lc, M.HI.

Ketua DPRD Kabupaten Sidoarjo

Ketua Bidang Fatwa MUI Jawa Timur

daerah dengan segala potensinya. “Yang pasti, kualitas layanan masyarakat menurun sebagai dampak pembatalan ribuan Perda ini. Apalagi jika Perda yang dicabut tersebut berkaitan dengan Pendapatan Asli Daerah atau PAD,” tukas mantan Ketua ADKASI Korwil Jatim ini mengingatkan. MUI Provinsi jawa Timur mengkritik keras kebijakan pemerintah melalui Kemen­ terian Dalam Negeri yang membatalkan ribuan Perda. Apalagi jika alasan utama deregulasi ini adalah demi mendatangkan investasi. “Sangat naïf kalau pemerintah mengorbankan Perda yang notabene merupakan buah kesepakatan masyarakat di daerah hanya demi meraup investasi. Padahal itu belum tentu memberikan manfaat bagi masyarakat,” ujar K.H. Abdurrahman Navis, Lc, M.HI. Ketua Bidang Fatwa MUI Jawa Timur ini menegaskan, bahwa menggundang inves­ tasi dengan mengorbankan Perda berarti pemerintah menjual negara demi kepentingan asing. “Ini berbahaya sekali. Berarti kita sudah tak mandiri dan tak merdeka lagi,” tandasnya. “Janganlah kita mengorbankan segala-galanya hanya demi kepentingan asing,” imbuh dosen Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya ini mewanti-wanti. Dia juga mengingatkan pemerintah, bahwa kalaupun ditemukan ketidaksinkronan Perda dengan aturan di atasnya tentu tidak

sertamerta dicabut oleh Kemendagri. Apalagi selama ini proses pengesahan Perda tersebut telah melalui proses formal di masingmaisng daerah. Lahirnya Perda tersebut juga didasarkan pada kebutuhan dan kekhasan masing-masing daerah. Seperti misalnya Perda di Papua yang melarang warung maupun toko buka di hari Minggu karena merupakan hari kebaktian di Gereja. Juga ada Perda di Bali yang melarang seluruh aktivitas ekonomi saat hari Raya Nyepi. Begitu pula Perda tentang larangan berjualan siang hari bagi warung demi menghormati Ramadhan. “Ini merupakan Perda bernuansa lokal yang harus dihormati. Apalagi selama ini juga tidak menimbulkan kegaduhan di masing-masing daerah,” be­ bernya menjelaskan. Lelaki kelahiran Sampang 10 Mei 1963 ini juga menuturkan, seperti di Jawa Timur ada Pergub Jatim Nomer 55 tahun 2012 yang mengatur bagaimana menjaga keharmonisan kehidupan beragama. Lalu ada Perda yang melarang peredaran Miras di Surabaya dan Pamekasan. Ini merupakan beberapa perda yang kondusif dalam menjaga moral, serta ketenteraman masyarakat di daerah masing-masing. “Seharusnya itu diako­ modir Kemendagdri, tidak justru mem­ berangusnya,” tegasnya. •Suprianto dan Rasmanna Rahim MPA 359 / Agustus 2016

17

INSPIRASI

Duta Kitab Kuning Madrasah Siapapun pasti kaget ketika menjumpai seorang siswa madrasah tsnawiyah formal menentang kitab Syarah Ibnu Aqil. Tak terkecuali pedagang kitab kuning yang berada di Bangil. Cerita bermula saat sekelompk sisiwa MTsN Bangil bermaksud membeli kitab tersebut. Dengan wajah heran dan seakan tak percaya pedagang tersebut beberapa kali menanyai siswa perihal tujuan membeli kitab syarah dari nadham alfiyah Ibnu Malik tersebut.

Gedung perpustakaan MTsN bangil yang berdiri megah.

Siswa nderes kitab kuning sesuai jam pembelajaran setiap hari.

K

eheranan itu wajar saja. Sebab kitab Ibnu Aqil merupakan kitab gra­ matikal bahasa Arab kelas tinggi di pesantren salaf. Sehingga hanya santri di jenjang pendidikan tinggi saja yang berhak mempelajarinya. “Tentu sangat beralasan keheranan penjual kitab tadi kan..,” ujar Najib Kusnanto, S.Ag, M.Si ini sambil melepas senyum. Kepala MTsN Bangil ini juga menu­ turkan, bahwa tak hanya penjual kitab saja yang merasa ganjil dengan perilaku siswa madrasah yang beralamat di Jl. Bader No. 1 Kalirejo Bangil ini. Apalagi hampir saban hari mereka menenteng kitab kuning ini ke madrasah. Termasuk juga masyarakat pada umumnya, karena Bangil sendiri merupakan basis pesantren salaf. Tentu apa yang dilakukan para siswa tidak sekedar gagahan. Sebab di madrasah yang berdiri pada 17 Desember 1968 ini, kini sedang gandrung mempelajari kitab kuning. Selain sudah menjadi program ekstra kurikuler, setiap hari selepas jam pembelajaran para siswa inten mempelajarinya di bawah bimbingan guru pendamping. Dan tidak hanya Syarh Ibnu Aqil saja, para sisiwa juga mempelajari kitab Syarah Al-Kafrowi, I’rob al-Qur’an, Fathul Qarib dan Bulughul Maram. Saat ini sudah ada sejumlah guru yang menjadi pendamping. Mereka adalah 18

MPA 359 / Agustus 2016

Najib Kusnanto, S.Ag, M.Si Kepala MTsN Bangil

HM. Sulthon bidang Qur’an Hadits yang arahannya pada Tafsir Jalalain. Lalu Kasriatin bidang Syarah Ibnu Aqil dan M. Syafi’i bidang Fathul Qarib, serta Nur Kholis bidang Bulughul Maram. “Dengan ini kami berkeinginan mengembalikan ruh madrasah, yakni pembelajaran kitab kuning yang notabene diajarkan di pondok pesantren,” ucapnya optimistis.

Adapun metode yang digunakan adalah Al-Ghoyah karya KH. Abdurrohman Nabrowi dari Kraksaan Probolinggo; sebuah metode cara cepat membaca kitab kuning. Cara ini beda dengan metode yang selama ini digunakan dalam pondok pesantren. Sebab metode ini lebih menitikberatkan pada studi kasus atau praktek langsung. “Jadi para siswa tidak dituntut untuk menghafalkan rumusrumus seperti yang umumnya dlakukan santri pesantren,” tukas mantan Waka Humas MAN Surabaya ini berpromosi. Sementara itu, pembelajaran kitab kuning merupakan program unggulan bagi siswa MTsN Bangil yang merupakan cikal bakal tercetusnya ide pendirian boarding school tingkat Madrasah Tsanawiyah. Tentu berbagai kebijakan dan langkah strategis telah disiapkan guna pencapaian tujuan dan program tersebut. Salah satu dari wujud nyatanya adalah rencana keterlibatan MTsN Bangil dalam gelaran Lomba Baca Kitab Kuning Tingkat Provinsi Jawa Timur. Maka untuk mempersiapkan hal itu, dipilih 10 siswa-siswi untuk mengikuti karan­ tina belajar intensif dibawah pengasuhan KH. Abdurrahman langsung selama sepuluh hari. Tak hanya itu, sepuluh sisiwa inilah yang nantinya diproyeksikan sebagai tutor sebaya bagi siswa lain sekaligus juga menjadi ‘Duta Kitab Kuning Madrsah’. •Pri

CAHAYA HATI

Ampuhnya Istighfar Suatu saat, seorang santri sowan menghadap Syeikh Hasan Al-Bashri (seorang ’aliem dari generasi Thabi’in yang hidup sekitar 110/120-an H). Melihat namanya, beliau berasal dari Bashra, Bagdad. Lantas santri itu mengungkapkan keluhan dan kesulitannya kepada beliau, untuk mendapatkan petunjuk. Yaitu, mengapa dan bagaimana mengatasi masa kekeringan yang berkepanjangan sehingga cadangan air jadi semakin menipis, yang tentu saja kondisi itu telah berdampak berat terhadap kebun dan tanah pertanian di desanya.

B

eliau, Syeikh Hasan Al-Bashri menya­ rankan agar santri itu memperbanyak ber-istighfaar. Kemudian, santri itu menga­ jukan keluhan berikutnya; mengapa juga, dia sudah berusaha sedemikian rupa tetapi tetap kondisi ekonomi dan kesejah­teraannya tidak banyak berubah?. Beliau, menyarankan kembali agar memperbanyak ber-istighfaar. Selanjutnya, santri itu mengung­­kapkan kelu­ han yang terakhir, yaitu mengapa pula, dia sampai saat itu juga belum dikaruniai anak keturunan, padahal itu sangat dia dambakan?. Saran terakhir beliau, masih tetap sama, yaitu agar tetap memperbanyak ber-istighfaar. Apa yang terjadi pada santri itu? Sejenak terdiam, rupanya dia menjadi agak bingung dan kurang puas. Mengapa dengan tiga pertanyaan yang berbeda resep jawabannya sama. Akhirnya, untuk meyakinkan dan memperoleh jawaban yang diharapkan, dia memberanikan diri bertanya kembali kepada Syeikh Hasan, tentang tiga persoalan yang berbeda tetapi jawabannya kok sama saja ? Syeikh Hasan, menjelaskan bahwa itu bukan jawaban beliau, tetapi itu adalah firman Allah Swt yang terekam dalam al Quran ; ”Berkaitan dengan pengaduan Nabi Nuh kepada Allah Swt tentang keingkaran kaumnya. Nabi Nuh yang telah berusaha sedemikian rupa, siang dan malam menyeru dan mangajak kaumnya baik dengan diamdiam maupun dengan terang-terangan, tetapi mereka tetap membangkang dan tidak penah menggubris. Sebagian dari ajakan beliau kepada kaumnya adalah, untuk terus ber-istighfaar keharibaan Allah Swt, agar memperoleh ampunannya (fakultus taghfiruu rabbakum innahuu kaana ghaffaaraa). Nis­ caya seiring dengan ampunan-Nya, Allah Swt akan menurunkan hujan lebat dari langit yang akan menyuburkan kebun-kebun dan mengalirkan air di sungai-sungai. Melipat gandakan harta kekayaan, serta memberikan karunia dengan kelahiran anak-anak yang didambakan” (QS.Nuh [71] : 10 -12). Akhirnya, dengan penjelasan yang bersumber dari nukilan dari firman Allah Swt ini, jawabannya menjadi jelas, dan santri tadi menjadi puas. Dia menjadi tahu dan mengerti tentang keampuhan ”ber-istighfar” yang ternyata dapat mengatasi segala persoalan dan kesulitan dalam menjalani roda kehidupan ini, (Tafsir Ibnu Katsir). Istighfaar, berasal dari kata gafr artiya tutupan atau ampunan ; memohon ampunan

Allah Swt. Kata yang semakna dengan gafr adalah maghfirah yang berarti ampunan-Nya. Ali bin Muhammad as-Sayyid as-Sarif al-Jurjani (w.1413), pakar leksikografi Islam dan ilmu kalam, mengatakan bahwa maghfirah berarti penutupan atau pengampunan yang dilaku­kan oleh Yang Maha Kuasa terhadap keja­hatan yang timbul dari seseorang yang berada di bawah kekuasaan-Nya. At-Tabarsi, salah seorang mufassir abad ke-6H, mengatakan bahwa maghfirah ialah penutupan atau pengampunan dosa yang dilakukan seseorang pada masa lalu oleh Allah Swt, apabila pelaku dosa telah menye­sali perbuatannya.(Ensiklopedi Hukum Islam /EHI,1996 : 761). Dalam Al-Quran, banyak ayat yang menganjurkan agar setiap Muslim memohon ampunan Allah Swt, seperti : ”dan (juga) orangorang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau mendholimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosa mereka, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui” (QS. 3 : 135). Dalam ayat lain, yang menceritakan tentang keadaan Nabi Shaleh As dan kaumnya, disebutkan : ”...Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlan kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)” (QS. 11 : 61). Di samping itu, dalam Kitab Riyadush Shalihin (2006), Rasulullah Saw sendiri banyak menganjurkan memohon maghfirah AlLah

Swt. Dan beliau sendiri senantiasa mem­berikan teladan dalam memohon ampun kepada Allah Swt, antara lain seperti: ”Demi Allah, sesungguhnya aku ber-istighfaar dan bertobat kepada Allah, dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali” (HR. Al-Bukhari). Sementara dalam hadis riwayat Imam Muslim, disebutkan bahwa ’Nabi Muhammad Saw ber-istighfaar sebanyak seratus kali dalam sehari’. Rasulullah Saw, juga bersabda : ”Barang siapa selalu memohon ampun (beristighfaar) , niscaya Allah akan menjadikan untuknya jalan keluar dari setiap kesulitan, dan kemudahan dari setiap kesusahan, dan akan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka”. (HR. Abu Dawud). Ibnu Qayyim al-Jauziah, mengisyaratkan bahwa makna ampunan (maghfirah) itu amat luas. (Buktinya), kendati Rasulullah Saw telah terbebas dari dosa, beliau tetap memohon ampunan Allah Swt. Permohonan ampunan disini bukan lagi berarti penghapusan dosa, tetapi lebih dari itu, yakni untuk memohon agar dipelihara oleh Allah swt dari dosa-dosa yang belum dikerjakan. Bahkan lebih dari itu, istighfaar juga dapat mendatangkan rahmat dan keutamaan / fadhilah, (termasuk diberikan jalan keluar dari kesulitan, kemudahan dari kesusahan, dikarunia rizki dari arah yang tak terduga. seperti tergambar pada hadis riwayat Abu Dawud diatas), (EHI, 1996 : 762). Ditengah kehidupan yang semakin ruwet ini,dengan rangkaian musibah dan bencana yang silih berganti seperti ; banjir/banjir rob, tanah longsor, gempa bumi, letusan gunung, kebakaran (perumahan-pertokoan-lembaga pema­ syarakatan-hutan), anomali musim, badai, gelombang tinggi, meningkatnya kri­ mi­nalitas (begal, perkosaan, penculikan, pe­no­­­ dongan, perampokan, pembunuhan), penya­ lah gunaan wewenang, pemalsuan (uang, obat-obatan, vaksin), darurat narkoba/napza, yang terakhir pembajakan wni, dst. Maka disamping harus tetap bersemangat dan ulet, tetap diatas kaidah yang benar dalam pelak­ sanaan tugas dan kewajiban kita, kiranya kita perlu tetap menyandarkan keikhlasan kepada Allah Swt, dan memperbanyak istighfaar kepada-Nya, agar kita dapat terhindar dari kesalahan dan penyimpangan, dari musibah dan bencana, keluar dari kesulitan dan permasalahan dan dapat melewatinya dengan selamat, bisa menggapai sukses dalam rahmat dan keberkahan-Nya, Allahumma Amiin. Dirgahayu proklamasi kemerdekaan RI ke-71. Jayalah Indonesia-ku. •Ahar MPA 359 / Agustus 2016

19

Merdeka atau Mati Oleh : Athor Subroto

Bangsa indonseia akan menghadapi musuh yang lebih sulit, karena berhadapan dengan bangsanya sendiri. (Bung Karno, Kompasiana.com. dirilis 20 Juni 2012)

H

ari Jumat, tanggal 17 Agustus 1945 M, bertepatan dengan 9 Ramadhan 1364 H (Majalah Teropong Senanyan) –menjadi saksi tekad kuat bangsa Indonesia, saat merebut kemerdekaan negerinya. Mereka mempunyai semboyan, merdeka atau mati. Bangsa Indonesia saat itu harus merdeka. Atau kalau tidak, lebih baik mati. Begitu hebatnya cita-cita bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah dari tanah airnya. Perjuangan itu telah dilakukan selama tiga ratus lima puluh tahun lebih. Itu, waktu yang tidak pendek. Waktu yang sangat panjang dan melelahkan, payah. Sehingga jatuh kurban yang sudah tak terhitung lagi jumlahnya. Tidak diketahui, orang tua siapa itu. Anak siapa mereka. Cucu siapa itu –yang menjadi kurban keganasan kolonial.

20

MPA 359 / Agustus 2016

Saat itu, harta benda, jiwa dan raga menjadi taruhan –demi tanah air tercintanya. Tidak sedikit kaum lelaki yang lari meninggalkan rumah, isteri dan anak-anaknya, serta harta bendanya –untuk menyerang penjajah yang perkasa. Jatuh bangun, terguling, terjebur, dan terluka (parah) –sudah menjadi kehidupannya setiap hari. Bahkan, sebagian tidak pulang. Terbunuh oleh bedel Belanda yang amat tajam dan keras itu. Mereka berpisah selamanya dengan keluarganya. Dan, anak steri –kehilangan segala-galanya. Lalu, terbentuklah suatu keluarga yang jatuh, tidak ber-bapak, dan miskin, serta menderita. Situasi seperti itu menjadikan sebagian masyarakat Indonesia, harus mengkonsumsi ares gedang (pangkal akar pisang), pohon lompong, gaplek, thiwul,

sego karak, dan lain sebagainya. Akbatnya, badan kurus kering kerontang. Sakitsakitan dan lalu meninggal -satu demi satu. Sedang bangsa penjajah, hidup mewah di kota-kota. Makan yang enak-enak. Apa saja yang dikehendaki tersedia dengan mudah. Perbandingannya, bagai langit dan bumi. Sangat jauh, dan tak terukur. Alhamdulillah, nikmat Allah bagi bangsa Indonesia diturunkan tepat bulan Suci Ramadhan. Bulan yang sangat agung. Bulan yang sangat mulia. Bulan yantg penuh berkah. Bulan, yang di dalamnya Allah berkenan menurunkan rahmat dan berkah serta keselamatan bagi umat manusia di dunia. Indonesia –m e r d e k a. Merdeka dari cengekeraman penjajah. Merdeka mengeluarkan pendapat. Merdeka

menentukan sikap. Merdeka mengak­tuali­­­ sasikan cita-cita. Merdeka dari tekan-teka­ nan apapun dan dari manapun. Indonesia telah merdeka. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Departemen Pendidikan Nasio­ nal, Balai Pustaka, halaman 736 dika­takan: Merdeka adalah, bebas dari perham­ baan, penjajahan, berdiri sendiri, dsb. Bung Karno –sebagai Presiden saat itu, mulai menggebrak seluruh anak bangsa untuk membongkar dan membangun kembali berbagai fasilitas yang dibutuhkan oleh bangsanya. Bangunan-bangunan lama dari Belanda yang tidak dibutuhkan –dibongkar. Kemudian didirikan bangunan baru yang sesuai dengan kebutuhan bangsa Indonesia. Misal­ nya, kantor-kantor pemerintahan, rumah sakit, sekolah, pasar, jembatan, pospos keamanan, dan lain sebagainya. Bangsa Indonesia menjadi lebih makmur di negerinya sendiri. Ada sawah, ladang, kebun, hutan, lautan, udara, dan seterusnya. Semuanya bisa dikelola dengan sesuka hati oleh bangsa sendiri. Kesejahteraan lebih me­ning­kat. Kebahagiaan mulai dirasa sesuai dengan situasi dan kondisinya masing-masing. Mau membuat tempe –silakan. Mau membuat tahu –boleh saja. Mau jualan di pasar –tidak ada yang menghalangi. Mau mendirikan bengkel –bebas. Mau mendirikan sekolah –mendapat pujian. Mau garap sawah –terasa lebih mudah. Ingin mandi di sungai –bebas. Mau mandi di laut –ya lautnya sendiri. Bahkan, mau berbuat apapun bangsa Indonesia –bebas dan merdeka. Mereka, merdeka di negeri sendiri. Mereka membangun negeri –demi kemajuan dan kemakmuran serta keadilan bagi bangsanya. Mereka rela berjuang tanpa pamrih. Tidak mengedepankan egoisnya. Lebih-lebih nafsu terhadap materi, nihil. Kini, di era Globalisasi, zaman sudah mulai berubah -190 kali. Menakutkan, dan ngeri. Orientasi perjuangannya –sudah dipimpin oleh harta, tahta, dan wanita. Tidak sedikit pejuang sekarang –hanya mengejar kepuasan dirinya sendiri. Lupa terhadap kepentingan orang banyak. Sudah mempunyai kedudukan tinggi, kurang tinggi lagi. Sudah punya rumah mewah, pingin punya vila di lereng gunung yang megah. Sudah puya mobil bagus mengkilap, pingin mobil bergengsi dan wah. Dan masih banyak lagi tuntutan nafsunya yang dibiarkan menguasia kehidupannya. Tidak ada puaspuasnya. Inna an-nafsa la-ammarah bi alsuu’. Sesungguhnya, nafsu itu mendorong untuk berbuat buruk (QS. Yusuf: 53) Indonesia saat ini sedang dihadapkan oleh berbagai tantangan global. Utamanya saint dan teknologi. Jepang dengan kreatifitas bangsanya, bisa membuat rumah kaca di atas air. Bahkan baru-baru ini negeri Sakura telah mendemontrasikan penemuan barunya – jembatan kaca di atas laut -anti retak. Dengan

Bangsa Indonesia menjadi lebih makmur di negerinya sendiri. Ada sawah, ladang, kebun, hutan, lautan, udara, dan seterusnya. Semuanya bisa dikelola dengan sesuka hati oleh bangsa sendiri. Kesejahteraan lebih me­ning­ kat. Kebahagiaan mulai dirasa sesuai dengan situasi dan kondisinya masing-masing.

ketebalan tidak lebih dari sepuluh centimeter itu, jembatan mampu dilewati kendaraankendaraan berat berton-ton. Jembatan itu tembus pandang sampai ke air laut. Tampaknya, prestasi ini belum tertandingi oleh negera-negara maju lainnya, seperti Amerika dan Rusia, misalnya. Bagaimana Indonesia. Membanggakan apa? Di zaman Habibi, baru saja bisa membuat pesawat terbang –cacian dan celaan dari sebagian orang Indonesia sendiri berleliaran bebas. Mereka tidak menyukai bangsanya sendiri bisa membuat alat transportasi udara yang sedang dibutuhkan oleh berbagai Negara tetangga. Mereka mengatakan, untuk apa membuat pesawat terbang, wong

membuat sepeda motor saja belum bisa. Pesawat terbang kok ditukar dengan beras ketan dari luar negeri, ejeknya. Habibi yang hebat itu-pun seakan juga patah semangat. Berhentilah pembuatan pesawat saat itu. Kepercayaan negeri lain kepada Indonesiapun rontok. Tertinggal dan ditinggal oleh bangsa lain. Masih ingat, mobil tenaga surya ide Dahlan Iskan? Kendaraan itu belum sampai berkembang –sudah layu oleh sorotan orangorang hasud dan iri hati. Bahkan, diperkarakan ke meja hijau. Kalau setiap ide dan kreatifitas baru mucul, lalu timbul cacian seperti itu, kapan Indonesia bisa maju. Kapan Indonesia bisa merdeka di negeri sendiri. Akibatnya, negara kita tetap terjajah oleh bangsa lain yang telah mengembangkan kreatifitas anak bangsanya. Segalanya impor. Bahkan cabe saja mendatangkan dari luar. Padahal, sawah dan ladang sendiri amat-lah luas, tak terbatas. Apannya yang salah. Apa karena bodoh. Atau ingin dijajah terus oleh bangsa lain. Memang sulit menghadapi bangsa yang tidak mau diajak maju itu. Benar kata Bung Karno: Bangsa indonseia akan menghadapi musuh yang lebih sulit, karena berhadapan dengan bangsanya sendiri. (Bung Karno, Kompasiana.com. dirilis 20 Juni 2012) Ini yang mesti difikir bersama. Anak-anak bangsa sendiri dicerdaskan dengan mening­ katkan kuwalitas pendidikan. Mem­ perkuat persatuan dan kesatuan. Saling dukung mun­ culnya ide-ide baru –demi kemajuan nege­ rinya. Sehingga tidak ketinggalan zaman dalam percaturan internasional. Dengan begitu, martabat dan wibawa bang­sa Indonesia di mata dunia -meningkat. Menga­pa, karena sumber daya manusia dan alamnya lebih berkuwalitas dan berdaya guna. Terciptalah baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Semoga.

MPA 359 / Agustus 2016

21

Soekarno

Tentang Dua Tahap

Revolusi Indonesia Proklamasi 17 Agustus 1945, kata Soekarno, adalah peristiwa revolusi. Sebab, hari itu merupakan langkah pertama ke arah tujuan yang revolusioner: masyarakat adil dan makmur alias sosialisme.

H

ari itu, kata Soekarno, Indonesia lepas dari imperialisme bangsa lain. Proses untuk lepas dari imperialisme itu adalah proses revolusioner. Sebab, sebagaimana dikutip Bung Karno dari Karl Marx, tidak ada suatu klas yang dengan suka rela menyerahkan kedudukannya yang istimewa. Sebagai revolusi, yakni menjebol dan membangun, maka proklamasi 17 Agustus punya tugas: menjebol kolonialisme dan imperialisme, dan kemudian membangun negara Indonesia merdeka. Soekarno meletakkan proklamasi 17 Agustus 1945—sering disebut “Revolusi Agustus”—sebagai bagian dari tahapan revo­ lusi Indonesia. Soekarno sendiri mengga­ris­kan, revolusi Indonesia memerlukan dua tahap/fase untuk menuju pada masyarakat sosialis. Revolusi memerlukan fase/tahapan Setiap revolusi, kata Soekarno, bukanlah sebuah “kejadian”, melainkan sebuah “proses”. Di sini, Soekarno menyebut revolusi sebagai sebuah proses dinamis dan dialektis: proses menjebol dan membangun. Proses itu memerlukan waktu panjang: puluhan tahun, seratusan tahun. Soekarno pun mencontohkan: revolusi Perancis ber­ jalan 80 tahun, revolusi Rusia memerlukan waktu 40 tahun, dan revolusi Tiongkok juga memerlukan puluhan tahun. Revolusi itu juga akan melalui fase-fase atau tahapan. Soekarno mengibaratkannya dengan tahap perkembangan manusia: anak-anak, dewasa, dan masa-tua. Dalam setiap perkembangan itu terdapat perbedaan kuantitatif dan kualitatif. Demikian juga dengan perkembangan masyarakat. Bagi Soekarno, sebuah masya­ rakat komunal—yang didalamnya berlaku “sama rasa sama rata”– tidak bisa meloncat langsung ke sosialisme. 22

MPA 359 / Agustus 2016

Soekarno mengatakan begini: “Apakah satu masyarakat, yang di dalamnya tidak ada kapitalisme, tidak ada borjuasi, tidak ada feodalisme, — yang di dalamnya ada “sama rasa sama rata”, tetapi yang di dalamnya misalnya orang harus berjalan kaki atau menaiki gerobak-kerbau kalau hendak pergi dari Bandung ke Surabaya karena tidak ada auto (mobil, ed.) atau keretaapi; yang di dalamnya orang harus hidup dalam gelap-gulita pada waktu malam karena tidak ada listrik ataupun minyak-tanah; yang di dalamnya orang bodo plonga-plongo karena tidak ada percetakan yang mencetak bukubuku atau surat-surat-kabar; yang didalamnya orang harus menderita banyak penyakit oleh karena tidak ada pabrik yang membuat keperluan pengobatan; yang di dalamnya tiaptiap tahun di tiap-tiap sungai orang harus lagi-lagi membuat bendungan air pengairan oleh karena di dalam tiap-tiap musim-hujan dam-dam semuanya dadal sebab tidak terbuat dari besi dan beton; yang di dalamnya produksi sawah paling mujur hanya padi sekian kwintal sebau dan palawija sekian pikul sebau oleh karena pertanian masih dijalankan seperti di jaman Nabi Adam, dan tidak ada alat-alat untuk mengolah sawah-sawah itu secara semanfaat-manfaatnya;  pendek-kata: satu masyarakat kuno-kuno-mbahnyakuno,  zonder auto, zonder kereta-api, zonder pabrik-pabrik, zonder surat-surat-kabar, zonder radio, zonder rumah-rumah-sakit, zonder kapal-kapal, zonder korek-api, zonder potlod, zonder buku-buku, zonder aspal, zonder sepeda, zonder semen, zonder sekolahan, zonder ...ya entah zonder apapun namanya lagi, — dapatkah masyarakat yang demikian itu, walaupun di dalamnya tidak ada kapitalisme, tidak ada borjuasi, tidak ada feodalisme, dan ada “sama rasa sama rata”, — dapatkah masyarakat demikian itu bernama masyarakat yang “berkesejahteraan sosial?”

Bagi Soekarno, masyarakat seperti di atas tidak bisa menghadirkan “kesejahteraan sosial”. Masyarakat seperti di atas tidak akan bisa hidup atau berdiri teguh di tengah alam kapitalistis seperti sekarang. Masyarakat yang seperti itu, kata Soekarno, sangat gampang menjadi mangsanya imperialisme, yang sedikit-banyaknya akan dibanjiri barangbarang modern buatan industri kapitalis. Soekarno mendefenisikan sosialisme sebagai adanya kepemilikan terhadap pabrikpabrik atau alat produksi secara kolektif; industrialisme yang kolektif; produksi yang kolektif; dan distribusi yang kolektif. Soekarno mengatakan: “alat-alat-teknik, dan terutama sekali  semangat gotong royong yang telah masak,  itulah soko-gurunya pergaulan hidup sosialistis. Sosialisme adalah kecukupan berbagai kebutuhan dengan pertolongannya modernisme yang telah dikolektivisir. Sosialisme adalah “redelijk gemak”,— sosialisme adalah “keenakanhidup yang pantas”. Karena itu, di mata Soekarno, sosialisme memerlukan syarat-syarat objektif: kemajuan tenaga-tenaga produksi, kesadaran rakyat untuk bergotong-royong, dan kehidupan politik yang sudah sangat demokratis.

Dengan demikian, masyarakat semijajahan dan bekas jajahan—yang benar-benar belum bersih dari sisa-sisa penjajahan—tidak bisa langsung meloncat menuju sosialisme. Soal tahapan ini, Soekarno menjelaskan, kita bisa meneruskan tingkatan revolusi yang satu ke tingkatan revolusi yang lain (uninterupted), tetapi tidak bisa melangkahi satu tingkatan revolusi atau memborong dua tingkatan revolusi itu sekaligus. Setiap tahap revolusi bisa saja dipercepat, tetapi lagi-lagi harus memperhitungkan situasi dan hukum objektif perkembangan masyarakat setempat. Setiap tingkatan revolusi, kata Soekarno, punya periode dan kewajiban tersendiri, sesuai dengan tahap perkembangan historis dan kontradiksi pokok yang dihadapinya. Oleh karena itu, Soekarno mengatakan, soal revolusi bukan soal “main radikal-radikalan” atau klaim paling revolusioner. Akan tetapi, Soekarno menganggap tugas seorang revolu­ sioner adalah mengerti hukum-hukum revolusi dan hukum perkembangan objektif dari sejarah. Dua tahap Revolusi Soekarno membentangkan revolusi Indonesia mesti melalui dua tahap: revolusi nasional demokratis dan sosialisme. Pada tahap pertama, yakni revolusi nasional-demokratis, tugas pokok kita adalah menghancurkan sisa-sisa feodalisme dan impe­rialisme. Dengan demikian, revo­ lusi tahap pertama ini bersifat nasional dan demo­kratis. Sifat nasionalnya terletak pada tugas pokok­ nya menghancurkan kolo­ nialisme dan imperialisme. Sedangkan watak demokra­tisnya terletak pada penen­ tangannya terhadap keterbelakangan feodal, otoritarianisme, dan militerisme. Revolusi nasional akan menghasilkan negara nasional yang merdeka  dan berdaulat. Pada tahap itu, semua sisa-sisa kolonialisme di lapangan ekonomi, politik, dan sosialbudaya akan dilikuidasi. Negara merdeka inilah kelak senjata untuk menyiapkan syaratsyarat tahap sosialis. Akan tetapi, seperti ditekankan Soe­ karno, revolusi nasional bukan berarti sekedar “indonesianisasi”. Tidak sekedar menggan­ ti kepemilikan perusahaan asing dengan orang Indonesia. Tidak pula sekedar mengganti pegawai kolonial dengan orangorang Indonesia. Akan tetapi, esensi revolusi nasional adalah menghancurkan nilai-nilai, kebiasaan, dan praktek sistim kolonialisme dan imperialisme di lapangan ekonomi, politik, dan sosial-budaya. Sedangkan revolusi demokratis akan meng­­ hasilkan negara Indonesia yang benar-benar demokratis, yang terbebas dari keterbelakangan feodal dan kungkungan segala bentuk kediktatoran. Pada tahap ini, akan dijalankan revolusi agraria yang akan membebaskan berpuluhpuluh juta kaum tani. Di sini, kepemilikan

Sosialisme, kata Soekarno, memerlukan kemajuan teknik dan klas pekerja yang terorganisir. Sebab, prinsip sosialisme adalah: setiap orang bekerja sesuai kemampuan dan menerima sesuai hasil kerjanya. Maka, harus ada kemajuan tenagatenaga produktif secara besarbesaran, agar bisa berproduksi secara melimpah dan memenuhi kebutuhan rakyat. Tanpa itu, sosialisme hanya akan berarti kemiskinan, kelaparan, dan keterbelakangan.

tanah akan didemokratiskan dan akan dipergunakan untuk kepentingan rakyat. Tanah, seperti ditegaskan Soekarno, tidak boleh menjadi alat penghisapan. Pasal 33 UUD 1945 itu letaknya di fase transisi dari nasional demokratis menuju sosialisme. Jadi, pasal 33 UUD 1945 adalah usaha memberantas kapitalisme dan menyiap­­­kan basis menuju sosialisme. Salah satu turunan pasal 33 UUD 1945 adalah UU pokok agraria (UUPA) tahun 1960. Tugas pokok UUPA adalah meli­ kuidasi sistem pertanahan berbau feodal dan kolonialistik. Tetapi, secara bersamaan, UUPA 1960 juga menyiapkan basis menuju sosialisme. Tahap kedua revolusi indonesia adalah revolusi sosialis. Pada tahap ini, perjuangan pokok diarahkan untuk menghilangkan segala bentuk “I’exploitation de I’homme par I’homme” dan bentuk-bentuk penghisapan lainnya. Di dalam Manipol 1959 ditegaskan, “hari depan revolusi Indonesia adalah sosialisme”. Soekarno merumuskannya sebagai “sosialis­ me Indonesia”, yakni sosialisme yang disesui­ kan dengan kondisi-kondisi di Indonesia. Menentang Fasensprong dan Evolusionisme Soekarno seorang materialis historis. Ia belajar dari Marx tentang hukum-hukum objektif perkembangan sejarah. Dari sinilah Soekarno menentang keras pendapat kaum fasensprong dan evolusionisme. Soekarno menjelaskan pandangan evo­ lu­ sionisme sebagai berikut: “masyarakat ini bertumbuh dari satu tingkat secara evolusioner cepat atau tidaknya evolusi ini tergantung daripada keadaan kelain tingkat.

Dikatakan, masyarakat manusia yang dulunja agraris, secara evolusioner dengan sendirinya masuk kedalam tingkat fase industri kecil. Di tingkat industri kecil, bercampur dengan tingkat agraris ini, dengan sendirinya nanti otomatis evolusioner masuk dalam tingkatan industri kapitalis. Dan dari tingkatan industri kapitalis itu secara evolusioner dengan sendirinya masuk didalam alam sosialis.” Soekarno tidak setuju dengan pandangan ini. Menurutnya, masyarakat agraris tidak akan serta-merta menuju industrialisasi kapitalis, apalagi menuju sosialisme. Sebab, perkembangan masyarakat Indonesia, juga tenaga-tenaga produktifnya, dirintangi oleh sisa-sisa feodalisme dan kolonialisme/ imperialisme. Selain itu, evolusionisme berarti tidak menghancurkan sarana-sarana lama, yakni feodalisme dan kolonialisme, dengan sesuatu yang baru. Tidak ada penjebolan masyarakat lama dan pembangunan masyarakat baru. Akibatnya, evolusionisme lebih mirip dengan “menyerahisme”. Sementara itu, pendapat lainnya adalah fasensprong, yakni bahwa masjarakat agraria kita bisa melompat kema­ syarakat sosialis tanpa harus melalui kapitalisme. Teori ini juga dibantah oleh Bung Karno. Fasensprong mengabaikan fase revolusi nasional demokratis. Bagi pendukung fasensprong, di negeri semi-jajahan seperti Indonesia, yang dianggapnya ‘mata-rantai terlemah kapitalisme’, ada peluang untuk meloncat langsung ke sosialisme. Akan tetapi, bagi Soekarno, sosia­ lisme tidak akan bisa dibangun tanpa meng­ hancurkan sepenuhnya feodalisme dan kolo­­ nialisme / imperialisme. Soekarno menga­ takan, sosialisme hanya akan menjadi obrolan omong-kosong ketika hanya sedikit saja orang yang bisa membaca; rumah-rumah hanya diterangi oleh lampu minyak-kelapa, ibu-ibu masih meniup-niup api dapur untuk memasak, dan ibu-ibu masih memintal atau menjahit sendiri tiap-tiap baju anaknya. Sosialisme, kata Soekarno, memerlukan kemajuan teknik dan klas pekerja yang terorganisir. Sebab, prinsip sosialisme adalah: setiap orang bekerja sesuai kemampuan dan menerima sesuai hasil kerjanya. Maka, harus ada kemajuan tenaga-tenaga produktif secara besar-besaran, agar bisa berproduksi secara melimpah dan memenuhi kebutuhan rakyat. Tanpa itu, sosialisme hanya akan berarti kemiskinan, kelaparan, dan keterbelakangan. Soekarno sangat menyadari, kemajuan tenaga-tenaga produktif dihambat oleh sisasisa feodalisme dan imperialisme. Imperialisme hanya menjadikan Indonesia sebagai penyedia bahan baku bagi industri kapitalis, pasar bagi hasil produksi negara imperialis, penyedia tenaga kerja murah, dan tempat penanaman modal asing. •AS Diolah dari Rudi Hartono http://www.berdikarionline.com MPA 359 / Agustus 2016

23

Maudlu’i Kontemporer Pengasuh : Prof. Imam Muchlas, MA

05

Mental-Baja dalam Jihad (Masalah Tolikara)

M

aka salah seorang sahabat bertanya: “Apakah umat Islam ketika itu hanya sedikit? Beliau menjawab: “Tidak!!! Bahkan kalian berjumlah banyak sekali, tetapi bagaikan buih air bah dan Allah melenyapkan rasa takutnya musuh Islam dari dalam hati mereka sekaligus Allah akan mencampakkan “Al-Wahnu” ke dalam hati kalian”. Salah seorang sahabat bertanya: “Apakah yang dimaksud dengan Al-Wahnu itu? Beliau menjawab: : Al-Wahnu ialah cinta kepada harta dunia dan takut mati” (HR Abu Dawud no.3745 dan Ahmad 121363). Catatan: Al-Wahnu dapat difahamkan sama dengan ”Materialistis” dan “Takut Jihad” lawannya ialah Zuhud dan pemberani = militan dalam Jihad. Hadis Rasulullah Saw yang sejalan: “(Dari) Abu Idris Al Khawlaniy bahwa dia mendengar Hudzaifah bin Al Yaman ber­­ kata; “Orang-orang bertanya kepada Rasulullah Saw tentang perkara-perkara kebai­­ kan sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan karena aku takut akan menimpaku. (1) Aku bertanya; “Wahai Rasulullah, dahulu kami berada pada masa Jahiliyyah dan keburukan lalu Allah mendatangkan kebaikan ini kepada kami, apakah setelah kebaikan ini akan datang keburukan?”. Beliau menjawab: “Ya”. (2) Aku bertanya lagi; “Apakah setelah kebu­ rukan itu akan datang lagi kebaikan?”. Beliau menjawab: “Ya, akan tetapi di dalamnya ada “dukhn” (kotorannya) “. (3) Aku bertanya lagi; “Apa kotorannya itu?”. Beliau menjawab: “Yaitu suatu kaum yang memimpin tanpa mengikuti petunjukku, kamu mengenalnya tapi sekaligus kamu ingkari”. (4) Aku kembali bertanya; “Apakah setelah kebaikan (yang ada kotorannya itu) akan timbul lagi keburukan?”. Beliau menjawab: “Ya, yaitu para penyeru yang mengajak ke pintu jahannam. Siapa yang memenuhi seruan mereka maka akan dilemparkan kedalamnya”.

24

MPA 359 / Agustus 2016

(5) Aku kembali bertanya; “Wahai Rasu­ lullah, berikan sifat-sifat (ciri-ciri) mereka kepada kami?”. Beliau menjelaskan: “Mereka itu berasal dari kulit-kulit kalian dan berbicara dengan bahasa kalian”. (6) Aku katakan; “Apa yang baginda perin­ tahkan kepadaku bila aku menemui (zaman) keburukan itu?”. Beliau men­­ ja­ wab: “Kamu tetap berpegang (ber­ gabung) kepada jama’atul miuslimin dan pemimpin mereka”. (7) Aku kembali berkata; “Jika saat itu tidak ada jama’atul muslimin dan juga tidak ada pemimpin (Islam)?”. Beliau menjawab: “Kamu tinggalkan seluruh firqah (ke­ lompok/golongan) sekalipun kamu harus memegang akar pohon hingga maut menjemputmu dan kamu tetap berada di dalam keadaan itu (berpegang kepada kebenaran) “(HR Bukhari no. 3338 dan Muslim no. 3434). Dari bayangan Nabi Saw. ini maka kini kita memikul tugas yang betul-betul terlalu berat dan sulit sekali, yaitu : (1) Mengatasi kemelut, (2) Melawan munculnya penceramah yang mengajak manusia ke neraka, (3) Menghadapi juru kampanye yang menggu­ nakan gaya bahasa Arab yang paling fasih (Bahasa Arab-Riyadh), segala-galanya sangat mirip persis sekali dengan juru dakwah atau muballigh yang asli yang benar-benar mengikuti hidayah Allah dan tuntunan Rasulullah Saw. Umat Islam menjadi bancaan atau ken­ duri musuh-musuh Allah persis seperti “Gu­ nungan-Sekaten” yakni tumpukan maka­­­nan diperebutkan penonton perayaan Sekaten Maulud di muka Masjis Besar Ngayogyokarto-Surokarto; Yang demikian ini sudah dibayangkan oleh Rasulullah Saw dalam hadis riwayat Abu Dawud bo. 3745 dan Ahmad no.121363 di atas. Semua ini sebabnya ialah karena AlWahnu yaitu otak yang materialistis dan takut jihad=takut mati; Hal ini memang bertentangan dengan ajaran Islam; Karena Islam menekankan kepada Jihad=Berjuang

mati-matian, penuh iman, takwa dan amal soleh, hidup hanya ingin mencari ridho Allah dengan menabur karya penuh jasa membuat bahagia semua manusia sampai yang fakir melata. Adapun ikhtiar untuk membangkitkan umat Islam dari runtuh dan terjerumusnya umat Islam sampai tertindih tangga sehingga menjadi warga&negara terjajah oleh Negara kolonialis, dan di-jajah oleh kebudayaan kafir, maka obat atau kuncinya ialah menumbuhkan semangat jihad dan dakwah Islam mengajak umat untuk memerangi AlWahnu=watak materialis&penakut. Lawan kata Al-Wahnu dispekulasikan ialah “Zuhud dan Pemberani”, sehingga ikhtiar untuk memerangi Al-Wahnu ialah dengan melenyapkan nafsu materialis (motoduwiten, mengejar tahta dan memburu wanita) sekaligus membuang jauh-jauh rasa takut berjihad”; Maka memerangi AlWahnu itu sama dengan berjiwa zuhud bahwa kesenangan-keduniaan itu bukan tujuan tetapi sungguh usaha dan kegiatan mencari harta/tahta/wanita itu untuk saranaprasarana Jihad fi Sabilillah bercita-cita untuk menjunjung tinggi Asma Allah

Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah Saw dalam hadis riwayat Abu Dawud no.3745 dan Ahmad no. 121363 terurai di atas itu bahwa kunci untuk membangkitkan kembali daya kekuatan umat Islam itu didahului dengan Jihadun-Nafsi perang melawan “AlWahnu” dengan hati-hati. Perang menaklukkan hawa nafsu, nafsu harta, tahta dan wanita dan mengen­dali­kannya; Maksi­malisasi semangat juang dengan militant yang tinggi “Nyrempet-nyrempet bahaya” sabar-siap menderita dalam jihad. Kemudian maju melakukan Jihad fi Sabilillah. Padahal makna Jihad fi Sabilillah itu ialah berjuang”

(=Mengunggulkan Asma Allah tingitinggi), menegakkan sendi-sendi agama Islam, berjalan di jalan Shirathal Mustaqim, jalan Allah yang lurus dan benar, yakni jalan ke surga. Shirathal Mustaqim inilah yang dinamakan Sabilillah; Dan jalan Allah itu sangat luas sekali. Semua ini tercakup dalam pengertian Ghazwul Fikri = Perang melawan Ideologi&budaya kafir, budaya setan dan balatentara setan mencakup seluruh lahan proyeknya. (2) Janji Allah kepada orang mukmin. Maka walau bagaimanapun juga jangan sampai kaum muslimin berkecil hati. Sebab Allah bersama kita, Allah sudah berjanji akan memberi derajat yang luhur kepada orang Islam, memberi kejayaan di muka bumi (di dunia) kepada orang beriman, Allah akan mngirim malaikat untuk membantu hamba-Nya asal semua bersungguh-sungguh tekun istiqamah, mantap tidak gampang terpengaruh oleh faktor negatif, tetapi taqarrub kepada-Nya; Allah akan memenuhi janji-Nya kepada siapa yang yakin kepada firman Allah di dalam Al-Quran:

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (S;3 Ali ‘Imran 139).

“Dan Allah telah berjanji kepada orangorang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”(S.24 An-Nur 55).

“Sesungguhnya orang-orang yang menga­ takan: Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka istiqamah-meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah ka­ mu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”(S.41 Fushshilat 30). Caranya ialah seperti apa yang disabdakan Rasulullah Saw dalam hadis riwayat Abu Dawud no.3745 dan Ahmad no. 121363 terurai di atas itu bahwa kunci untuk membangkitkan kembali daya kekuatan umat Islam itu didahului dengan JihadunNafsi perang melawan “Al-Wahnu “ seperti tertera di atas. (3) Tujuan Syari’at Islam (Maqashu sy-Sari’ah) Dalam kitab Ushul Fiqhnya (1958:289) Muhammad Abu Zahrah menyebutkan ada 3 sasaran tujuan utama dari syari’at Islam, yaitu: 1. Pembinaan jiwa agar supaya setiap pri­ badi menjadi sumber amal soleh sumber kebajikan untuk menyenangkan orang lain, tidak membawa penderitaan atau kesengsaraan kepada sesama hidup. 2. Menegaskan keadilan yang merata bagi seluruh umat manusia. 3. Menyelenggarakan suatu kehidupan ma­sya­rakat yang penuh maslahah yang hakiki. Maslahah yang hakiki itu ialah suatu sistem kehidupan bermasyarakat yang serba terpenuhi seluruh jaminan hidup yang 5 macam, yaitu: i) Terjaminnya kelangsungan syari’at Tuhan, suatu kehidupan yang berjiwa agama. ii)Terjaminnya hak hidup setiap insane. iii) Terjaminnya hak pemilikan atas harta keka­ yaan. iv) Terjaminnya perkembangan akal yang sehat. v) Terjaminnya hak berkeluarga dan berketurunan. (4) Rahasia Kekuatan Islam Kaum Salib sudah memberi isyarat kepada kita bahwa kunci kekuatan Islam itu ialah Al-Quran; Maka dari Al-Quran itulah tumbuh mental pemberani yang sangat militant: i) Berani melawan musuh; ii) Berani berlapar-lapar dan puasa; iii) Berani menahan hawa nafsu manapun juga sampai titik darah penghabisan; maka kaum Salib tidak mampu apa-apa; Dibawah ini tercatat kesan dan keyakinan mereka, katanya: (1) Laurence Brown, W.E.Gladstone, Esiac

Pou­ man, Ben Gurion, menyatakan bahwa selama Al-Qur’an ini masih berada di tangan kaum muslimin, Eropa tidak akan bisa menguasai Timur” (2) Gubernur Jendral Perancis di Aljazair, dalam memperingati 100 tahun penja­ jahan Perancis atas Aljazair, mengatakan,” Kita tidak akan bisa mengalahkan orangorang Aljazair selama mereka masih mem­ baca Al-Qur’an dan berbicara dengan Bahasa Arab”. (3) Esiac Pouman menulis”Belum pernah ter­ jadi, sebuah bangsa Masehi yang masuk Islam, kemudian kembali masuk Nasrani.” (4) Ben Gurion, mantan PM Israel, mengatakan,” Hal yang paling kita takutkan adalah bila di dunia Arab muncul Muhammad baru” (5) Raja Perancis Louis IX di dalam tahanan Perang Salib di Manshurah-Mesir, Luis kalah dan tertawan lalu menebus diri dengan bayaran yang sangat mahal menyatakan bahwa sangat sukar sekali untuk mengalahkan Islam. Sebab mental Jihad fi Sabilillah yang dipancarkan oleh Al-Quran begitu hebat memabangkitkan keberanian dan kepahlawanan yang sangat sukar ditandingi. Maka Louis IX meyakini bahwa tidak mungkin dia mampu mengalahkan umat Islam melalui perang fisik. Dia menyatakan bahwa perang harus melelui metode dan taktik strategi berikut : (a) Menanam benih perpecahan dalam kalangan umat Islam. (b) Mencegah penguasa yang bermental alim-soleh. (c) Menghidup-suburkan budaya suapmenyuap, dekadensi moral, main mesum dengan wanita pelacur dan WTS liar. (d) Mencegah faham nasionalisme. (e) Mencegah semangat persatuan mereka. (f) Mendirikan negara boneka di tengah kawasan negari Islam. (5) Bangkitnya pejuang yang sangat militans Selain pejuang (mujahidin) Palestina yang luar biasa keberaniannya, dengan batu mereka berani melawan tank-tank Zionis, dan dengan cara Gerakan menghafal AlQuran oleh ABG Palestina secara perasaan halus mereka yakin Allah menolong mereka, terutama untuk wilayah Gaza, Israel terpaksa berdamai. Ternyata umat Islam masih memiliki calon-calon mujahid dahulu dan sekarang sebagaimana didahului oleh para ulama dan sekarang oleh ABG Palestina: Bersambung...

MPA 359 / Agustus 2016

25

PP Salafiyah Roudhotul Muttaqin Taman Sholaya Mojokerto

Membekali Santri dengan Tiga Bidang Usaha Sore itu santri-santri sedang sibuk dengan aktivitas masing-masing. Ada yang bersih-bersih halaman pondok. Ada yang merawat sapi dan ada pula yang memberi makan ikan lele, nila dan gurami. Juga ada yang memberi makan ayam-ayam yang diternakkan di sekitaran pondok pesantren. Jam itu memang waktu santri bersentuhan langsung dengan dunia peternakan dan perikanan. Di waktu lainnya, santri juga bersentuhan dengan dunia otomotif dengan truk dan eskavator.

Di

pondok pesantren Salafiyah Roudhotul Muttaqin Taman Sholaya, Gedeg, Mojokerto ini, ada lahan yang cukup luas bagi santri untuk menyalurkan bakat mereka. Ini tidak lain dari latar belakang pengasuh yang memang berpengalaman di bidang perikanan, peternakan dan otomotif. Santri-santri yang mempunyai bakat dan kemauan diberi kesempatan untuk mengasah dan merasakan bagaimana terlibat langsung dalam penge­lolaannya. Di bidang perternakan, ada sapi-sapi yang siap digemukkan. Para santri biasanya diberi tugas merawatnya. Mulai dari menyiapkan makanan, memandikan, hingga membersihkan kandangnya dari kotoran. Dari situ santri mengetahui dan merasakan bagaimana cara merawat sapi yang baik, sehingga nantinya saat pulang bisa dijadikan bekal kehidupannya. “Rata-rata santri yang sudah alumni dari sini sudah tidak lagi menggantungkan biaya kepada orangtua mereka,” tutur Saifuddin Zuhri. Menurut pengasuh pondok pesantren 26

MPA 359 / Agustus 2016

Khabib Mastur Al-Matarami al-Quddusi Pengasuh Umum PP Roudhotul Muttaqin Taman Sholaya.

putra ini, ternak sapi dipilih karena aman dari sisi investasi. Mengingat angka kematian sapi sangat kecil. Karena tidak ada kematian sapi yang diakibatkan oleh penyakit atau cuaca. Kematian sapi itu hanya karena ada kekeliruan saat memberikan makan atau cara mengikatnya saja. Meskipun dari sisi perputaran dana, ternak sapi ini sifatnya tahunan. Sapi-sapi tersebut akan dijual jika menunggu momen tepat, tidak hanya pada momen perayaan Idul Adha saja. “Istilah Jawanya, kalau ada kebutuhan mendadak tinggal menjual ekornya. Tapi dari sisi jumlah, sapinya masih sama,” ujarnya. Manfaat dari perawatan sapi ini, setidaknya sudah dirasakan oleh pengurus pondok yang menetap di asrama. Ternak sapi ini telah menghantarkannya menyelesaikan studinya di tingkat sarjana. Mengingat santri tersebut juga mendapatkan hasil dari proses perawatan sapi yang dilakukannya. Selain peternakan, di sisi yang berdekatan juga ada lahan perikanan. Lahan ini berupa kolam-kolam yang diisi dengan ribuan ikan lele, nila, atau gurami. Sudah 14 tahun lebih

Sore hari waktunya untuk memberi makanan kepada sapi. Di pondok ini juga dikenalkan bagaimana menernak sapi yan baik

Syaifuddin Zuhri Pengasuh Ponpes Raudhotul Ulum Putra.

Para santri sedang memberi makan ikan-ikan lele yang dipelihara di kolam-kolam sekitar lokasi pondok.

pondok ini berkecimpung di dalamnya. Sehingga pahit manisnya menjalani usaha ini telah banyak didapatkan. Salah satunya sudah pernah berhasil memproduksi pakan sendiri yang mampu menghemat pengeluaran hingga 50 persen daripada harus membeli pakan dari pabrik. “Pakan sendiri bisa diproduksi dari apa saja, seperti daun-dunan juga bisa. Yang terpenting bisa meracik komposisi yang tepat. Terutama dari sisi nutrisi dan proteinnya,” ujar M. Agus Ya’qub, pengasuh ponpes Roudlotul Muttaqin Putri yang juga memantau langsung bidang perikanan ini. Gus Ya’kub menceritakan, keberhasilan memproduksi pakan sendiri ini sempat juga mendorong pabrik besar pembuat pakan ikan ikut menyelidikinya dan mencoba menirunya. Meski akhirnya tidak bisa menyamai produksi dari ponpes ini. Walaupun dua tahun terakhir, pakan produksi sendiri untuk sementara tidak dilakukan lagi karena terkendala mahalnya peralatan oven. Oleh karenanya, saat ini pakan terpaksa dibeli dengan diberi tambahan makanan dari sisa

limbah pemotongan ayam. Lele-lele yang ada di kolam tersebutpun dengan lahap melahap makanan tersebut yang disodorkan oleh para santri. Dalam hal pemasaran, penjualan ikan-ikan ini tak ada kendala. Mengingat kebutuhan ikan terutama lele cukup tinggi. Biasanya dalam waktu kisaran 20 hari sekali, tanpa harus mengantar ikan-ikan tersebut pembeli sudah datang dengan sendirinya. Sehingga perputaran uang terbilang cepat. Sementara dalam hal pembibitan, di pondok pesantren yang berdiri sejak tahun 1718 M ini ada kolam khusus yang di dalamnya terdapat indukan lele yang siap memproduksi generasi lele selanjutnya dan siap dibesarkan. Indukan lele itu rata-rata berumur belasan tahun sehingga ukurannya sebesar kaki orang dewasa. Sementara bagi santri yang memiliki bakat di bidang otomotif, Gus Syaifuddin – panggilan sehari-hari Muhammad Syaifuddin Zuhri – sebagai pemangku pondok pesantren putra juga memberi ruang tersebut. Ada dua eskavator dan 5 truk miliknya yang

siap digunakan untuk praktek langsung. Santri dididik mulai dari nol hingga mahir mengendarai kedua jenis kendaraan tersebut. Karena menjalankan eskavator atau truck ini memang membutuhkan keahlian khusus. Untuk menghindari terjadinya kerugian yang besar jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, hal tersebut disiasati dengan menggunakan truck yang agak jelek untuk belajar. Selanjutnya, jika sudah kenal dan mahir, akan diarahkan untuk mengendarainya di jalan. Tak lupa didikan dari sisi mental saat bisnis dan di jalanan juga diberikan kepada santri. “Kalau lagi rame mengangkut pasir, ya mengangkut pasir. Kalau lagi rame proyek ya proyek. Dan drivernya semuanya dari santri,” kata suami dari Setyorini ini mengungkapkan. Berbagai usaha yang dikelola oleh pengasuh pondok pesantren asuhan Khabib Mastur Al-Matarami al-Quddusi ini tidak lepas dari keinginan pondok pesantren untuk membekali santri dengan pengalaman, sehingga pandai dan mempunyai siap terjun di kehidupan sebenarnya. Mengingat santri-santri yang mondok adalah termasuk dalam golongan santri yang kurang mampu dari sisi ekonomi. Hasil gemblengan inipun sudah terlihat dari para alumni yang telah mengenyam model pendidikan di pondok ini. Rata-rata dari mereka mempunyai jiwa wirausaha. “Kami ingin persoalan ekonomi ini diselesaikan dulu. Dan kami juga menekankan pada santri agar beribadah kepada Allah, karena siapa yang beribadah Allah maka akan dicukupi,” kata ayah dua putra ini menekankan. •Hisyam MPA 359 / Agustus 2016

27

LENSA KHUSUS

Suasana serius terasa di hall Madina Hotel Utami saat siswa-siswa terbaik dari perwakilan Kabupaten/Kota se-Jawa Timur melaksanakan kompetisi dalam satu babak.

Kasi Kesiswaan pada Bidang Pendma Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur H. Pardi berfoto bersama para juara, seusai memberikan penghargaan dan piala.

Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur Drs. H. Mahfudh Shodar, M.Ag. memukul gong didampingi Kabag TU dan Kabid Pendma Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur

KSM Tingkat Provinsi Jatim Tahun 2016

Mempersiapkan Duta Siswa di Ajang Tingkat Nasional

M

Kompetisi Sains Madrasah (KSM) tingkat Provinsi Jawa Timur tahun 2016 sukses digelar. Ajang yang dipersiapkan untuk memilih duta siswa madrasah yang akan berkompetisi pada ajang yang sama di tingkat nasional ini, dilaksanakan di hall Madina Hotel Utami Sidoarjo pada tanggal 26 Juli 2016.

enginjak tahun keenam ini, namun hal tersebut tak mempengaruhi semangat para peserta maupun pendamping. Apalagi Kepala Kantor Kemen­ terian Agama Provinsi Jawa Timur, Kabag TU dan Kabid Pendidikan Madrasah (Pendma) hadir memberikan semangat. Sebanyak 418 siswa pilihan dari setiap kabupaten/kota se-Jawa Timur terbagi menjadi 3 tingkat; yaitu MI, MTs dan MA. Pada tingkat MI dikompetisikan mata pela­jaran Matematika dan IPA. Sementara pada tingkat MTs, 3 mata pelajaran dilombakan yaitu Matematika, Ekonomi dan Fisika. Sedangkan pada tingkat MA terdapat 6 Mapel, yaitu Matematika, Biologi, Fisika, Kimia, Ekonomi dan Geografi. Dan sebagai ciri khas madrasah, pada tahun ini kesemua mata pelajaran tersebut ditambah dengan mata pelajaran PAI. Drs. H. Supandi, S.Pd, M.Pd, Kepala Bidang Pendidikan Madrasah pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur, saat memberikan sambutannya menyatakan, bahwa tujuan diadakannya KSM ini adalah untuk menyediakan wahana bagi siswa madrasah untuk mengembangkan bakat dan minat di bidang sains. Selain itu juga 28

MPA 359 / Agustus 2016

memberikan motivasi bagi siswa madrasah agar selalu meningkatkan kemampuan intelektual, emosional dan spiritual mereka berdasarkan nilai-nilai agama Islam. Yang tak kalah pentingnya, lanjutnya, yakni menumbuhkembangkan budaya kom­ petitif siswa madrasah dan memper­ siapkan kontingen Jawa Timur yang akan berkompetisi di tingkat nasional. “Mudah-mudahan pada KSM tingkat nasional nanti, juaranya diboyong kembali oleh Jawa Timur,” ujarnya yang diiringi tepuk tangan pada hadirin. Sementara itu, Kepala Kantor Kemen­ terian Agama Provinsi Jawa Timur Drs. H. Mahfudh Shodar, M.Ag. sebelum membuka acara secara resmi menyampaikan bahwa meskipun pelaksanaan KSM tahun ini sederhana, namun hal itu tak mengurangi nilai kompetisi yang adakan. Beliau meyakinkan bahwa dengan pelaksanaan yang simpel, tapi hasilnya pasti meyakinkan. Apalagi didukung oleh tim dari Fakultas Sainstek UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang sudah lama berpengalaman dalam mencari bibit-bibit unggul dalam kompetisi sains selama ini yang terlaksana secara fair play. “Ini termasuk KSM yang paling sederhana. Tapi masih bisa

diselenggarakan di tempat yang megah,” ungkap mantan Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur ini dengan semangat. Dengan didampingi Kabag TU dan Kabid Pendma Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur, Kompetisi Sains Madrasah (KSM) Tingkat Provinsi Jawa Timur dibuka oleh Drs. H. Mahfudh Shodar, M.Ag dengan memukul gong satu kali. “Doa kita, Jawa Timur pada KSM Tingkat Nasional tahun 2016 ini menjadi yang nomor satu,” ujarnya yang disambut meriah para hadirin. Pada KSM tahun ini, peserta menyelesaikan soal multiple choice dan essay dalam satu babak. Setiap mata pelajaran diambil 6 pemenang. Dan seusai peserta berjuang selama 2 jam, juri memutuskan bahwa juara I di masing-masing mata pelajaran adalah siswa MIN Kanigoro Kab. Kediri (IPA), MIN Pandansari Kab. Tulungagung (Matematika), MTsN 2 Kota Kediri (Biologi), MTsN 1 Kota Malang (Fisika), dan MTsN Aryojeding Kab. Tulungagung. Sedangkan pada tingkatan MA, keseluruhannya diborong oleh siswa MAN 3 Kota Malang. •Hisyam

LENSA KHUSUS

Laporan Keuangan Kanwil Kemenag Prov. Jatim

Raih Predikat Terbaik

Tak kurang dari seribu orang pejabat struktural dan fungsional Kemenag se-Jatim hadiri Halal Bi Halal di Hall Zaytun Asrama Haji Sukolilo Surabaya. Pada acara yang dihelat tanggal 13 Juli lalu tersebut tampak hadir seluruh pejabat ada di Kanwil Kemenag Prov. Jatim, Kepala Kantor Kemenag, Kasubbag TU, dan Kepala Seksi, Kepala MIN, KepalaMTsN, dan Kepala MAN se Provinsi Jawa Timur. Selain itu, ada pula Kepala Balai Diklat Keagamaan (BDK) Surabaya dan Kepala UPT Asrama Haji Embarkasi Surabaya.

T

ak hanya itu, dalam halal bi halal ini juga dihadiri mantan pejabat di lingkungan Kepala Kantor Kanwil Kemenag Prov. Jatim. Se­ but saja Drs. H. M. Roziqi, MA, Drs. H. Imam Haromain Asy’ari, M.Si, Drs. H. Sutrisno Rahmat, SE, MM, MPd, dan Dr. H. Moh. Sudjak, M Ag. Selain itu, Mantan Kepala Bagian Tata Usaha – dulu Kepala Bagian Kesekretarian – yang hadir diantaranya adalah Drs. H. Hartoyo, M.Si dan Drs. Ramin Abd. Wahid, M.Pd.I. Suasana makin lengkap kala Wakil Gubernur Prov. Jatim, Drs. H. Saifullah Yusuf juga menyem­ patkan hadir di tengah-tengah keluarga besar Kemenag Prov. Jatim. Dalam kesempatan ini, Gus Ipul – panggilan karibnya, memuji peran strategis Kemenag dalam pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia selama ini. “Bermula pernikahan di KUA, negara hadiri melalui Kemenag dalam membangun keluarga yang tangguh,” ucap Mantan Menteri Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Kabinet Indonesi Bersatu Jilid I ini bangga. Selain itu, Kemenang juga telah banyak melakukan pembinanan dan penguatan

umat selama ini. Kemenag juga senantiasa mengkampanyekan kerukunan umat beragama dan pemahaman Islam yang rahmatan lil ‘alamin pada masyarakat. Dan memalui pendidikan madrasah, Kemenag juga telah terbukti menjdikannya sebagai institusi pendidikan yang mampu melahirkan siswa berakhlaqul karimah dan melek sains. Dalam Halal bi halal tersebut, Gus Ipul secara khusu mengapresiasi apresiasi kinerja Kanwil Kemenag Prov Jatim. Diapun berharap agar ke depan, sinergi yang telah terjalin baik

dengan Pemprov Jatim dan Pemda selama ini mampu mempercepat pembangunan di seluruh Jawa Timur. Sementara itu, Kakanwil Kemenag Jatim, Drs. H. Mahfudh Shodar, MAg dalam sambutannya menuturkan bahwa seluruh ASN di Kanwil Kemenag Jatim telah berusaha semaksimal mungkin dalam memberikan pelayanan. Oleh karena itu dengan rendah hati, dirinya menyampaikan per­ mohonan maaf bila pelayanan yang ada belum memuaskan semua pihak. Selain itu, Mantan Kabid. Mapenda ini juga mengungkapkan prestasi Kemenag Jatim sebagai pelapor keuangan terbaik se-Indonesia. Menurutnya, hal ini merupakan hasil kerja sama satker Kemenag se-Jawa Timur. “Saya berharap ke depan seluruh pejabat dan ASN bisa mengemban tugas dengan baik, ikhlas serta melayani dengan hati demi mengharumkan Kemenag di Jawa Timur,” tuturnya. “Mari kita senantiasa menjaga amanah dengan baik sesuai dengan aturan dan peraturan perundang-undangan yang ada,” imbuh mantan Kakankemenag Kabu­paten Malang ini berpesan. •pri MPA 359 / Agustus 2016

29

LENSA KHUSUS

Lamongan Juara Umum Dua Kali Berturut-turut

Kabupaten Lamongan Berjaya di Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Korpri tingkat Provinsi Jawa Timur tahun 2016. Pasalnya dalam gelaran ini, kafilah dari daerah yang terkenal dengan masakan khas Soto ini dinobatkan sebagai Juara Umum. Ini merupakan gelar kedua setelah pada tahun mampu mengukir prestasi yang sama. Artinya Lamongan mampu menjadi Juara Umum dua kali berturut-turut

S

ekda Prov. Jatim Dr H Akhmad Sukardi, MM saat membuka acara pada 18 Juli lalu di Asrama Haji Sukolilo Surabaya memandaskan bahwa tujuan utama MTQ Korpri bukan sekedar mencari pemenang. Tapi pada hakekatnya adalah upaya untuk lebih memahami isi al-Qur’an. “Karena yang diper­ tandingkan kalam Ilahi, maka seluruh anggota Korpri harus menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran,” ujarnya mengingatkan Dalam gelaran yang diikuti oleh 227 peserta dari 35 Kabupaten/ Kota se-Jatim ini, Ketua Korpri Jawa Timur ini juga mengajak anggotanya untuk terus maju bersama. Salah satunya dengan cara meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Islam di tengah pengabdian di tengah masyarakat, bangsa dan negara. Adapun hasil terperinci dari ajang yang dihelat pada 18 – 21 Juli ini diantaranya adalah cabang tartil al-Quran kelompok putera, juara 1 diraih oleh Maulud Hidayat asal Kabupaten Sampang. Sedangkan juara kedua disematkan kepada Fathur Rahman dari Kabupaten Mojokerto dan juara 3 menjadi milik M Fauzan Anshori asal Kabupaten Banyuwangi. Dari Cabang Tartil Al-Quran kelompok puteri, juara 1 diperoleh Rinnie Hidayati (Kabupaten Madiun), juara 30

MPA 359 / Agustus 2016

Sekda Prov. Jatim, Dr. H Akhmad Sukardi saat membuka MTQ KORPRI 2016 di Asrama haji Sukolilo Surabaya.

2 disabet Hartini (Lamongan) dan juara 3 diraih oleh Nur Humaidah (Lumajang). Pada Cabang Tilawah Al-Quran kelompok putera, Khoirul Amin asal Kabu­ paten Lumajang menjadi terbaik pertama. Diusul kemudian Hasan Basri (Kota Malang) dan Muhammad Mustghis (Kabupaten Malang) sebagai jawara kedua dan ketiga. Sementara di Cabang Tilawah Al-Quran kelompok puteri, Ummi Wasiah (Surabaya), Siti Aminah (Magetan) dan Uswatun Hasanah (Kota Batu) secara berurutan menjadi juara 1, 2 dan 3. Adapun Cabang Hifdzil Quran 5 Juz kelompok Putera, menobatkan Suud Anin

asal Kabupaten Mojokerto sebagai juara 1. Sementara Ahmad Zubaidi dari Ponorogo dan Ahmad Fauzi asal Bangkalan harus puas menempati terbaik 2 dan 3. Dan di Cabang Hifdzil Quran 5 Juz Kelompok Puteri, juara 1 dibawah pulang oleh Millah Kameliya kafilah dari Jombang, juara 2 diraih Mulazamatul Khoiriyah asal Kabupaten Ponorogo. Dan juara 3 disabet wakil dari Kabupaten Gresik, Afiyah Wiji Rahayu. Cabang Da’I, Juara 1 diraih peserta asal Kabupaten Lamongan atas nama Agus Nurkhozin, juara 2 diraih Imron Yahya dari Kota Mojokerto sementara juara 3 disabet Masjudi asal Kabupaten Blitar. Cabang Daiyah, juara 1 diperoleh Isrofiyah asal Kabu­paten Lamongan, juara 2 ditempati Nafidah asal Kabupaten Pasuruan dan juara ketiga Binti Rofiah Umi Asfi mewakili Kabupaten Tuban. Cabang Khat AL-Quran kelompok putera, juara 1 diraih Samsul asal Kabupaten Lumajang, juara 2 disabet oleh Sholahuddin asal Kabupaten Lamongan dan juara 3 diperoleh Muhtadin asal Kabupaten Ponorogo. Kelompok puteri, juara 1 diraih Nunik Kurniawati, juara 2, diraih Saeha Fuad asal Kabupaten Pasuruan dan Saidatul Munawaroh asal Kabupaten Lamongan berhak menempati posisi 3. •pri

LENSA KHUSUS

Wakil Gubernur Jatim melantik PPIH embarkasi Debarkasi Surabaya 2016.

Persiapan Pemberangkatan Haji

Embarkasi Surabaya Berjalan Baik Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi/Debarkasi Surabaya tahun 2016 telah resmi dilantik. Pelantikan 23 orang PPIH ini sendiri dilakukan langsung oleh Wakil Gubernur Jawa Timur, Drs. H. Saifullah Yusuf di Hall Bir Ali Asrama Haji Sukolilo Surabaya pada 25 Juli lalu. Pengukuhan ini dilakukan sebab pada 9 Agustus ini Kloter I Embarkasih Surabaya sudah diberangkatkan menuju Saudi Arabia.

D

alam sambutannya, Gus Ipul – panggi­ lan karibnya, mewanti-wanti PPIH agar senantiasa menge­ depankan profesionalisme dalam menjalankan tugas melayani tamu Allah. selain itu, aspek akuntabilitas, keadilan serta kepentingan jamaah juga harus senantiasa dikedepankan. “Karena banyak jamaah haji yang baru pertama kali naik pesawat. Apalagi rata-rata merupakan lansia,” pesannya. Dalam pelantikan yang dihadiri Utusan SAA (Saudi Arabia Airline), Garuda Airline, serta kepala seksi Penyelenggara Haji dan Umroh (PHU) Kankemenag kabupaten kota se-Jatim ini, mantan Menteri Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Kabinet Indonesia Bersatu Jilid I ini juga memberikan bekal kepada PPIH agar memegang empat prinsip yang dicontohkan rasulullah. Yakni shidiq, tabligh, amanah dan fathonah. Selain itu, melihat tingkat layanan ibadah, orang nomor dua di Pemprov Jatim ini mengungkapkan kekagumannya. Sebab telah banyak dilakukan peningkatan mutu layanan dari tahun ke tahun. Hal ini tentu merupakan hasil sinergitas yang baik antar instansi terkait seperti Pemprov. Jatim, Kanwil Kemenag Prov. Jatim, Kanwil Kemenkum HAM, Dinas Kesehatan Jatim, dan Kepolisian Daerah Prov. Jatim. Selain itu, turut andil pula dalam penyelenggaraan ibadah haji adalah Badan Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Surabaya, Kantor Kesehatan Pelabuhan kelas 1 Surabaya, Kantor Otoritas Bandara Juanda , PT Angkasa Pura Juanda dan UPT Asrama Haji Embarkasi Surabaya (AHES).

Kakanwil Kemenag Prov. Jatim Drs. H. Mahfudh Shodar selaku Ketua PPIH Embarkasi/Debarkasi Surabaya saat meninjau stan menu makanan yang akan diberikan kepada jamaah haji.

Dalam laporannya, Drs. H. mahfudh Shodar selaku Ketua PPIH Embarkasi/ Debarkasi Surabaya menyebtkan bahwa total jamaah haji yang berangkat memalui embarkasi Surabaya adalah 28.356. Jumlah ini terdiri dari 27.323 jamaah asal Jawa Timur, 512 jamaah asal Bali dan 521 jamaah asal Nusa Tenggara Timur. Adapun jumlah petugas kloter total sebanyak 320 orang. Direncanakan, Kloter 1 yang merupa­kan jamaah haji asal Sumenep akan diberang­

katkan pada tanggal 9 Agustus. Mereka sudah harus sudah masuk AHES sehari sebelumnya yakni tangal 8 Agustus. “Sejauh ini, seluruh persiapan sudah berjalan baik. Dan semoga nantinya tidak ada kendala berarti. Sehingga seluruh jamaah bisa menjalankan ibadah haji dengan sempurna dan ketika kembali ke tanah air mampu meraih predikat haji mabrur,” tukas Kakanwil Kemenag Prov. Jatim ini sambil memanjatkan doa. •Pri MPA 359 / Agustus 2016

31

JADWAL PEMBERANGKATAN DAN PEMULANGAN JAMAAH HAJI

EMBARKASI SURABAYA TAHUN 1437H / 2016M

32

MPa 359 / Agustus 2016

JADWAL PEMBERANGKATAN DAN PEMULANGAN JAMAAH HAJI

EMBARKASI SURABAYA TAHUN 1437H / 2016M

MPa 359 / Agustus 2016

33

in Memoriam

Muhammad Ali

Berikrar Syahadat dari Atas Ring Kisah petinju legendaris Muhammad Ali, ternyata bermula dari hilangnya sepeda BMX. Sepeda barunya itu lenyap dicuri orang. Ali kecil yang berumur 12 tahun lantas melapor ke Joe Martin; seorang polisi dan sekaligus petinju.

K

epadanya Ali lalu berlatih tinju, agar kelak bisa menghajar orang yang men­ curi sepedanya. Namun diamdiam hatinya bergumam pula: “Tak cuma ingin menghajar pencuri. Tapi aku juga ingin membalas perlakuan jahat teman-temanku yang berkulit putih.” Louisville, Kentucky, Amerika Serikat tempat kelahiran Ali memang terkenal dengan perbedaan etnis yang kental. Sejak kecil dirinya merasakan perlakuan menjengkelkan lantaran dia berkulit cokelat. Apalagi dia cuma anak seorang pelukis billboard dan rambu lalu lintas. Juga ibunya, Odessa Grady Clay, adalah seorang pencuci pakaian. “Karena aku mempunyai bakat dan otot yang kuat, sehingga memudahkan jalanku untuk menjadi petinju,” tuturnya bersemangat. Ketika berusia 18 tahun, Cassius Marcellus Clay, Jr – nama asli Muhammad Ali – sudah menjadi petinju profesional. Dalam usia yang masih muda dia mencatat rekor 108 kali menang dan 8 kali kalah dalam pertandingan tinju amatir. Puncak karirnya diukir dalam pertandingan kelas berat ringan di Olimpiade Roma tahun 1960. “Dalam usia sebelia itu aku sudah meraih mendali emas kelas berat di Italia,” tuturnya bangga. Dalam usia 22 tahun, tepatnya tanggal 25 Pebruari 1964, dirinya berhasil merebut gelar juara dunia kelas berat dari Sonny Liston di Florida, AS. Dari 15 ronde yang direncanakan pada ‘Heavyweight World Championship’ tersebut, Cassius Clay 34

MPA 359 / Agustus 2016

menang TKO ronde 7. Liston terpaksa mengun­ durkan diri dari pertandingan karena mengalami cedera pada leher. Sesaat pasca kemenangan inilah, dari atas ring pria kelahiran 17 Januari 1942 ini mengikrarkan dua kalimat syahadat. Riuhrendah tepuk tanganpun membahana dari para pendukungnya. Diantara kilatan-kilatan lampu kamera dan didepan jutaan penonton televisi di dunia, dia juga memproklamirkan nama Muhammad Ali untuk menggantikan nama Cassius Marcellus Clay. Dengan menyandang nama Muhammad Ali, dirinya merasa dilahirkan kembali. Nama itu merupakan pemberian Elijah Muhammad, seorang tokoh Muslim dari

Nation of Islam (NOI) yang dikenal sangat kontroversial. Dalam sebuah siaran radio dari Chicago, Elijah memberi pernyataan: ”Nama Clay tidak menyiratkan arti ketuhanan. Saya harap dia menerima dipanggil dengan nama yang lebih baik; Muhammad Ali.” Dirinya memang pernah aktif dalam Gerakan Hak Sipil dan bergabung dengan Nation of Islam. Namun pada tahun 1975, Ali menyatakan telah keluar dari organisasi tersebut dan berpindah bergabung dengan jamaah Islam Sunni. Bagi Ali, menjadi Islam adalah merupakan perjalanan kembali menuju fitrah sebagai manusia. Sehingga kepindahannya ke agama Islam merupakan hal yang wajar. ”Aku meyakini bahwa aku sedang berada di depan sebuah kebenaran yang tak mungkin berasal dari manusia,” ujarnya mantap. “Islam membawa kebahagiaan untuk semua orang, karena tidak membeda-bedakan warna kulit, etnis dan ras. Semuanya sama di hadapan Allah SWT. Yang paling utama di sisiNya adalah yang paling bertakwa,” katanya menandaskan. Ucapan Ali memberikan pesan kebanggaan pada ras Afro-Amerika sebagai ras yang selama ini tertindas. Dan dia telah tampil sebagai obor perlawanan terhadap dominasi kulit putih. Muhammad Ali juga menolak program wajib militer pemerintah AS dalam perang Vietnam di tahun 1996. Dia menentang keras keterlibatan Amerika dalam ‘Perang Vietnam’ tersebut. “Sebab saya tidak ada masalah dengan orang-orang

Muhammad Ali 1942-2016

Prosesi pemakaman Muhammad Ali secara Islam digelar di Freedom Hall, Louisville, Kentucky, Kamis (9/6/2016) waktu setempat. Sebanyak 14 ribu pelayat datang untuk mendoakan atlet muslim paling berpengaruh di dunia.

Vietcong. Tidak ada satupun orang Vietcong yang memanggilku dengan sebutan Nigger!” kilah Ali memberikan argumen. Tindakan Ali sebagai penentang perang menjadi ikon besar bagi generasinya. Dia bahkan menjadi salah satu tokoh anti perang dan anti wajib militer yang paling terkenal di Amerika. Akibat dari “pembangkangan” tersebut, Ali dikenai sanksi larangan bertanding oleh Komisi Tinju sehingga tak bisa naik ring tinju dari tahun 1967 hingga 1970. Gelar sebagai juara dunia tinju kelas berat juga dicabut dan dirinya dijebloskan ke sel penjara. Namun pada tahun 1971 Muhammad Ali berhasil mengajukan banding di Mahkamah Agung Amerika Serikat, sehingga dia boleh kembali bertanding ke atas ring. Dan tak berselang lama, tepatnya di tahun 1974, Ali kembali merebut gelar juara dunia kelas berat WBC dan WBA. Pada tanggal 6 September 1979, petinju pertama yang merebut gelar juara kelas berat 3 kali ini menyatakan mundur dari dunia tinju. Sebab dirinya menderita gejala sindrom parkinson; tangannya kerap gemetar dan bicaranya mulai lamban. Bahkan ada indikasi terdapat kerusakan pada selaput di otak Ali. Namun sayang, promotornya justru merahasiakan penyakitnya itu. Inilah pasalnya, ketika Muhammad Ali muncul di ring tinju di tahun 1980 melawan Larry Holmes, dia kalah TKO. Sebelum pertandingan, dr. Ferdie Pacheco – dokter pribadi Ali yang telah mendampingi selama

puluhan tahun – terpaksa mengundurkan diri. Sebab Muhammad Ali tidak mau mendengarkan nasehatnya untuk menolak pertandingan melawan Holmes tersebut. Pada tanggal 11 Desember 1981, Ali yang sudah uzur mencoba kembali ke dunia tinju melawan Trevor Berbick di Bahama. Dalam kondisi yang renta semacam itu, Ali mampu tampil lebih bagus ketimbang saat melawan Holmes. Meski dalam pertandingan yang diberi tajuk ‘Drama in Bahama’ itu Muhammad Ali kalah di angka 10 ronde. Setelah pertandingan inilah, Ali benar-benar menggantungkan sarung tinjunya. Sejak itulah, dia lebih serius lagi menggali ajaran Islam dan mendakwahkannya melalui kegiatan amal dan kemanusiaan. Di sisi lain, Ali adalah seorang pemimpin keluarga Muslim. Semua anak-anaknya diberi nama islami; Muhammad, Maryam, Rasyidah, Khalilah, Jamilah, Hanna dan Laila. “Kami senantiasa pergi ke masjid. Disamping untuk mengabdi kepada Allah SWT, juga untuk menjalin hubungan abadi dengan anak-anak Muslim lainnya,” paparnya. Muhammad Ali adalah orang yang sangat taat dalam menjalankan perintah agama. Tak segan-segan dia bersikap keras dan tegas terhadap anggota keluarga yang tak mau menjalankan perintah Allah SWT. “Ayah selalu berupaya melaksanakan shalat fardhu secara berjamaah. Walaupun jaraknya membutuhkan waktu hingga 20 menit perjalanan, ayah akan selalu berupaya pergi

ke masjid,” ujar Hanna putri tercintanya. Ali memang seorang Muslim yang benarbenar menjalankan keyakinannya dengan sangat baik. Dengan sikap yang tegar, kuat dan penuh percaya diri dia mengeterapkan pengalaman spiritualitas dan religiusitasnya dalam kehidupan sehari-hari. Disamping sikap kasih sayang kepada keluarganya, Ali juga aktif dalam kegiatan sosial dan senantiasa mendorong orang lain untuk rajin mendekatkan diri kepadaNya. Ketika para teroris meruntuhkan dua menara kembar World Trade Center (WTC) pada 11 September 2001, Muhammad Ali dengan lantang menyatakan bahwa aksi tersebut merupakan perbuatan orang-orang yang keliru dalam memahami Islam secara benar. ”Islam adalah agama yang damai dan cinta kedamaian,’‘ tegasnya. Pada tanggal 20 Desember 2014, Muhammad Ali dinyatakan terkena pneu­ monia  ringan. Namun pada Desember 2015 lalu, dalam kondisi fisik yang renta Muhammad Ali masih sempat menentang pernyataan Donald Trump terkait pelarangan masuknya Muslim ke Amerika. Dan pada 15 Januari 2015 dia kembali dirawat di rumah sakit karena mengalami infeksi saluran kemih. Muhammad Ali adalah sosok yang inspiratif, baik diluar ring maupun di atas ring. Sebagai petinju profesional, dia telah menjadi satu-satunya juara dunia kelas berat sebanyak tiga kali (di tahun 1964, 1974 dan 1978). Secara keseluruhan Ali tercatat telah melakoni 61 pertarungan tinju profesional, dengan  hasil 56 kemenangan (37 KO) dan 5 kekalahan. Telah berkali-kali pula dirinya berziarah ke Mekkah dan Madinah. Dia memohon ampunan kepada Allah atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Dan juga memohon kepada Allah SWT agar kelak dirinya dipanggil olehNya dalam keadaan husnul khatimah. Pada tanggal 2 Juni 2016 Ali kembali dirawat di rumah sakit Phoenix Arizona karena masalah pernapasan. Semakin lama kesehatannya kian memburuk. Dan tepat pada tanggal 3 Juni 2016 – waktu setempat – Muhammad Ali berpulang kerahmatullah pada usia 74 tahun. InsyaAllah, husnul khatimah! •Il/berbagai sumber MPA 359 / Agustus 2016

35

edukasi

Radikalisme dan Tasamuh dalam Pelukan Pendidikan Rumah Spiritual Radikalisme secara bahasa berarti faham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis. Esensi radikalisme adalah konsep sikap jiwa dalam mengusung perubahan. Radikalisme juga bisa diartikan sebagai perubahan yang cenderung menggunakan kekerasan yang dicerminkan pada pemahaman masyarakat yang lebih melihat pada kenyataan-kenyataan yang terjadi.

Oleh : Ali Fauzi DPK GPAI Kemenag SMP Negeri 4, Lumajang

Y

ang dimaksud dengan radikalisme, adalah gerakan yang berpandangan kolot dan sering menggunakan keke­ rasan dalam mengajarkan keyakinan mereka. Sementara Islam merupakan agama kedamaian yang mengajarkan sikap berdamai dan mencari perdamaian dan kesejahteraan. Islam tidak pernah membenarkan praktek penggunaan kekerasan dalam menyebarkan agama, faham keagamaan, serta faham politik yang bertujuan melemahkan dan mengubah tatanan kemapanan dan menggantinya dengan gagasan baru. Menag RI Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, bahwa radikalisme terlanjur dianggap sebagai ideologi kelompok penebar teror. Tak heran jika penganut faham ini seringkali dicap sebagai teroris. Padahal jika merujuk pada makna kata radikal sendiri sangat jauh dari anggapan tersebut. Radikal tak berarti identik dengan kekerasan dan teror. Sebab radikal itu artinya mengakar. Maka kita perlu memaknai ulang radikalisme yang terlanjur dipersepsi salah.

Memahami Radikalisme Berbagai isu-isu yang memicu lahirnya mengenai istilah radikalisme Islam merupakan tantangan baru bagi umat Islam untuk menjawabnya. Isu radikalisme Islam ini sebenarnya sudah lama mencuat dipermukaan wacana multinasional, se­ hingga melahirkan isu pemahaman Islam garis kiri dan Islam garis kanan yang sengaja 36

MPA 359 / Agustus 2016

dihembuskan oleh orang atau golongan yang tidak bertanggung jawab untuk merusak kemapanan yang ada. Padahal Islam itu hanya satu, yaitu Islam yng diberikan Allah SWT sebagai rahmatan lil’alamiin dengan pembawa risalahNya yaitu Rasulullah SAW. Istilah radikal yang cukup populis ini perlu disoal secara kritis. Sebab istilah ini menjadi kebiasaan umum untuk dilekatkan pada wilayah yang sangat penting dalam kehidupan keagamaan. Misalnya “Islam radikal”. Istilah radikal sebagai ciri, sifat atau karakteristik berpikir filsafati. Istilah “radikal” (Inggris: radic) mengacu pada kata “radix” (Latin) yang memiliki arti “akar”. Jadi sebenarnya istilah radikal secara etimologis adalah kata sifat yang menunjuk pada “kedalaman”. Pada dimensi dasar yang bernilai refleksif (perenungan). Makanya dalam konteks filsafat, kecenderungan berpikir radikal diandaikan sebagai syarat untuk menggapai makna-makna yang universal. Ketika kata “radikal” ini dibawa pada konteks gerakan-gerakan agama, sayangnya hal itu malah menjadi distortif. Ini tampak ketika frasa kelompok radikal (dalam beragama) dimaknai sebagai kelompokkelompok yang punya karakteristik arogan, keras kepala, kaku dan a-kultural. Kelompokkelompok inipun acapkali dilihat berpotensi kuat menjadi gerakan terorisme. Jelas pemaknaan seperti ini adalah menyesatkan. Karena yang dimaksudkan radikal dalam pemaknaan tersebut sebenarnya tidak menunjuk sifat mendasar, akar atau hakikat, namun lebih kepada manifestasi penafsiran. Tuduhan-tuduhan dan propaganda Barat atas Islam sebagai agama yang menopang gerakan radikalisme telah menjadi retorika internasional. Termasuk isu dan sekaligus kenyataan yang terjadi tentang ISIS yang ada di Syiria dan Irak. Bahkan ditengarai bahwa isu ISIS ini sebagai salah satu propaganda yang sangat serius dengan menelisik ke dalam Islam dengan bertopeng Islam, tetapi perilakunya tidak menggambarkan Islam. Artinya organisasi yang tidak berpendirian dan tidak beridentitas kebenaran, tetapi lebih berorientasi pada kepentingan sesaat dengan mengikut arahan dan panduan Barat. Sebab jika kita melihat sepak terjang mereka diluar

batas kemanusian dan merusak Islam. Dalam pemahaman dan analisis Ahmad Bagja (Ketua PBNU), radikalisme muncul karena adanya rasa ketidakadilan yang terjadi di dalam masyarakat. Kondisi tersebut bisa saja disebabkan oleh negara maupun kelompok lain yang berbeda faham dan keyakinan. Pihak yang merasa diperlakukan secara tidak adil, lalu melakukan perlawanan. Radikalisme tak jarang menjadi pilihan bagi sebagian kalangan umat Islam untuk merespon sebuah keadaan. Bagi mereka, radikalisme merupakan sebuah pilihan untuk menyelesaikan masalah. Namun sebagian kalangan lainnya, menentang radikalisme dalam bentuk apapun. Sentilan menarik dan tajam juga dikemukakan oleh KH. Musthafa Bisri. Dirinya merasa heran kenapa gerakan Islam radikal seperti kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) ternyata ada pengikutnya di Indonesia. “ISIS terjual di Indonesia itu keterlaluan,” katanya. Mereka ini menyalahgunakan nama Allah untuk melakukan kerusakan. Meski berjubah ingin meniru Nabi Muhammad, mereka justru mengkafirkan orang yang sudah Islam. Jadi bukan seperti perjuangan para Walisongo yang mengislamkan orang yang belum Islam. Menurut Prof. Dr. Nazaruddin Umar, radikalisme sebenarnya tak ada dalam sejarah Islam. Sebab selama ini Islam tak menggunakan radikalisme untuk berinteraksi dengan dunia lain. Dalam sejarahnya, Nabi selalu mengajarkan umatnya untuk bersikap lemah lembut. Ini berarti, bahwa penyebaran ajaran Islam yang diemban oleh Nabi Muhammad SAW dilakukan dengan cara yang santun dan lemah lembut. Nabi mengajarkan untuk memberikan penghormatan kepada orang lain meski mereka adalah orang yang memiliki keya­ kinan yang berbeda. Tasamuh Dr Yusuf al-Qardhawi dalam ‘Ghair al-Muslimin fii al-Mujtama’ Al-Islami’ memaknai konsep tasamuh dalam beberapa hal. Tasamuh adalah keyakinan terhadap kemuliaan manusia, apapun agamanya, kebangsaannya dan kerukunannya. Selain

EDUKASI itu, tasamuh juga berarti keyakinan bahwa Allah SWT memerintahkan untuk berbuat adil dan mengajak kepada budi pekerti mulia meskipun kepada orang musyrik. Prulalisme yakni sebuah kerangka dimana ada interaksi beberapa kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormat dan toleransi satu sama lain. Pluralitas (kemajemukan) manusia adalah kenyataan yang telah menjadi kehendak Tuhan. Jika dalam kitab suci disebutkan bahwa manusia diciptakan berbangsa-bangsa dan bersukusuku agar mereka saling mengenal dan menghargai. Maka prulalitas ini meningkat menjadi prulalisme, yaitu suatu sistem nilai yang memandang secara positifoptimis terhadap kemajemukan itu sendiri, dengan menerimanya sebagai kenyataan dan berbuat sebaik mungkin berdasarkan kenyataan tersebut. Pendidikan Rumah Spiritual Gerakan radikalisme sesungguhnya bukan sebuah gerakan yang muncul begitu saja, tetapi memiliki latar belakang yang sekaligus menjadi faktor pendorong munculnya gerakan radikalisme. Diantara faktor-faktor tersebut, pertama adalah faktorfaktor sosial-politik. Kedua, faktor emosi keagamaan. Ketiga, faktor kultural. Keempat, faktor ideologis anti westernisme. Kelima, faktor kebijakan pemerintah. Islam sangat membenci aksi kezaliman apapun bentuknya. Karena Islam senantiasa mengajarkan dan memerintahkan kepada umatnya untuk menjunjung tinggi kedamaian, persahabatan, dan kasih sayang (rahmatan lil ‘alamin). Bahkan al-Qur’an menyatakan, bahwa orang yang melakukan aksi kezaliman termasuk golongan orang yang merugi dalam kehidupannya. Di dunia akan dicap sebagai pelaku kejahatan dan di akhirat kelak akan dimasukkan ke dalam api neraka Jahannam. Allah SWT berfirman dalam surah alKahfi: 103-106: “Katakanlah: Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orangorang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini. Sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” Untuk itulah, umat Islam hendaknya berpikir kembali tentang satu ajaran yang paling fundamen dalam Islam, yakni toleransi atau tasamuh. Ajaran ini penting untuk dicerna kembali, karena sejarah bangsa Indonesia selalu diwarnai dengan berbagai hubungan konfliktual dan kekerasan. Inilah saat yang tepat untuk berintrospeksi diri tentang relasi yang telah dibangun oleh umat Islam dan sejauh mana nilai toleransi sudah ditegakkan. Disinilah signifikansi pengembangan sikap toleran terhadap sesama. Karena disadari atau tidak, manusia pastilah akan berinteraksi dengan manusia yang lain.

Menag RI Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, bahwa radikalisme terlanjur dianggap sebagai ideologi kelompok penebar teror. Tak heran jika penganut faham ini seringkali dicap sebagai teroris. Padahal jika merujuk pada makna kata radikal sendiri sangat jauh dari anggapan tersebut. Radikal tak berarti identik dengan kekerasan dan teror. Sebab radikal itu artinya mengakar. Maka kita perlu memaknai ulang radikalisme yang terlanjur dipersepsi salah.

Dengan demikian, ada rambu-rambu yang menjadi kesepakatan dan harus dihormati oleh berbagai pihak. Dan hal itu bisa kita introspeksikan dari berbagai hari raya keagamaan. Kebeningan jiwa dan toleransi memiliki hubungan yang cukup erat sebagai wujud dari pengamalan keagamaan yang otentik. Otentisitas ajaran agama itu dapat kita lihat bahwa setiap amalan yang bersifat vertikal mestilah berdampak pada tegaknya nilai-nilai kemanusiaan. Salah satu fitrah manusia yang seringkali tertutupi oleh tabiat buruknya, adalah semangat untuk menghargai perbe­ daan atau sikap toleran. Keterkaitan antara dua variabel itu terlihat jelas, karena agama selalu dikelilingi oleh persoalan dialog dan konflik, inklusifitas dan eksklusifitas, perdamaian dan kekerasan, serta toleransi dan fanatisme. Hari besar keagamaan hendaknya dapat menjadi cerminan ibadah yang berimplikasi pada pemenuhan dan pengembangan nilai kema­ nusiaan universal. Maka bersikap toleran merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Toleransi berarti sikap membolehkan atau membiarkan ketidaksepakatan dan tidak menolak pendapat, sikap, ataupun gaya hidup yang berbeda dengan pendapat, sikap dan gaya hidup sendiri. Sikap toleran tidak hanya terhadap hal yang secara spiritual dan moral berbeda, tetapi juga terhadap ideologi dan prilaku politik yang bertentangan. Atas dasar ini, maka toleransi menuntut kita untuk

mene­rima orang lain dan mempersilakan per­ bua­tan mereka meski kita sangat tidak setuju. Secara umum, wacana toleransi cukup akrab dalam etika perbedaan pendapat (internal) dan dalam perbandingan agama (eksternal). Wujud dari sikap toleran dalam menghadapi perbedaan madzhab atau pendapat dalam satu agama, adalah dengan tidak memaksakan pendapatnya dianut oleh orang lain. Sementara dalam konteks perbedaan agama, maka sikap toleran mendapat justifikasi Qur’anik dalam ayat “bagimu agamamu, bagiku agamaku” atau ayat “tidak ada paksaan dalam beragama.” Implementasi dari sikap toleransi dalam beragama bisa berwujud dalam model penyelesaian konflik tanpa kekerasan (non violence conflict resolution). Penyelesaian konflik haruslah bersifat kompromistik bukan konfrontatif. Umat beragama yang telah mencapai titik kedewasaan sejatinya terus menerus berpegang pada dalil ini. Karena jika sikap konfrontatif terus dipelihara, maka kekerasan akan dinilai sebagai realita keseharian. Sebagai rumah spiritual Hari Besar Islam bisa kita lihat dalam dua wajah, syariat dan hakikat. Secara syariat Hari Besar Islam kerapkali dijadikan simbol sebagai pendadaran dan kemenangan sebagai fase baru dalam kehidupan manusia. Maka ajaran tentang kasih dan perdamaian adalah satu dari sekian ajaran yang merupakan pancaran dari spirit ketuhanan tersebut. Level ini hanya mungkin bisa ditemukan oleh orang yang telah mencapai tingkat the highest consciousness, yakni kesadaran hati nurani untuk sampai pada tahap kesadaran dan pengalaman akan kehadiran Tuhan pada dirinya. Manusia yang sudah mampu mengenali hakikat dari sebuah peribadatan, akan selalu menampilkan sikap rabbaniyyah dalam kehidupannya. Berbeda dengan mereka yang beribadah secara syariat. Sebab masih adanya kejanggalan dalam perilaku manusia seperti kebiasaan mementingkan kepentingan pri­ badi, bertindak korup, semena-mena ter­ hadap orang lain, maka manusia tersebut barulah mencapai tingkatan syari’at dan belum hakikat. Ibadah ritual sangatlah bermakna untuk menjadi pintu awal bagi terbangunnya sikap toleran antar manusia. Mereka yang mampu menemukan tentang arti kemenangan yang hakiki, akan sumringah memancarkan “wajah Tuhan” dalam aktivitas kehidupan manusia. Salah satu wajah Tuhan tersebut adalah sifat kasih sayang kepada manusia. Itu artinya, bahwa toleransi tak lain adalah pancaran cahaya Tuhan yang diperuntukan kepada manusia dan kemudian disebarkan kepada sesamanya. Sehingga radikalisme dan tasamuh akan terengkuh dalam pelukan pendidikan spiritual yang berimbas pada kedamaian, kasih sayang dengan tidak ada anarkisme dan penumpahan darah. MPA 359 / Agustus 2016

37

EDUKASI

Pilihan Materi Pendidikan Agama dan Radikalisme Dalam rangka memberikan alternatif pencegahan terhadap tindakan radikal yang berujung pada kekerasan dan kerusuhan di masa-masa mendatang, maka salah satu pendekatan yang bisa dikemukakan adalah melalui jalan pendidikan – khususnya pendidikan agama.

Oleh : Agus Salim GPAI SMPN 1 Sukodono Lumajang dan Aktifis Organisasi Kepemudaan

Y

ang perlu disadari, bahwa pendidikan agama bukanlah semata sebagai sarana untuk meredakan kerusuhan, tapi lebih dari itu pendidikan agama bertujuan untuk menanamkan akidah, norma, nilai dan ritual keagamaan. Disamping pendidikan agama juga ditujukan untuk pelesatarian tradisi dan praktek-praktek agama. Hal penting lain dari tujuan pendidikan agama, adalah untuk memberikan pemahaman dan penanaman sikap ketika berinteraksi dengan orang yang berlainan agama. Di antara tujuan-tujuan di atas yang relevan untuk dikaji dalam tulisan ini, adalah yang berhubungan dengan tujuan penanaman sikap ketika berinteraksi dengan umat yang berlainan agama. Tujuan itu bisa dicapai bila didukung oleh beberapa faktor penting dalan proses pendidikan. Faktor-faktor itu di antaranya adalah tujuan pendidikan, adanya materi yang tepat, metode dan media pendidikan, evaluasi dan guru yang professional. Tulisan ini hanya akan memfokuskan pada faktor materi pendidikan agama. Sebaik apapun tujuan pendidikan dan metode yang disampaikan tetapi kalau tidak didukung oleh pemilihan materi yang tepat, maka tujuan pendidikan tidak akan tercapai secara maksimal. 38

MPA 359 / Agustus 2016

Materi pendidikan agama yang tepat bisa diambilkan dari berbagai sumber yang diklasifikasikan sebagai berikut. Pertama, materi agama yang bersumber pada pesan (message) keagamaan. Dalam Islam, materi ini bisa bersumber pada pesan al-Qur’an maupun sunnah. Kedua, materi pendidikan agama yang bersumber pada fakta, realita maupun lingkungan sekitar. Materi ini bisa berupa fakta-fakta historis dan praktekpraktek interaksi sosial keagamaan yang telah terjadi dalam komunitas tertentu untuk dijadikan bahan penglihatan, pembandingan dan perenungan. Selanjutnya, sisi-sisi positif yang terkandung di dalamnya bisa ditransfer dalam kehidupan nyata. Materi yang bersumber pada pesanpesan agama (al-Qur’an) dapat dikemukakan sebagai berikut: 1.Materi yang berhubungan dengan pengakuan al-Qur’an akan adanya pluralitas dan berlomba dalam kebaikan (lihat al-Baqarah:148 dan al-Maidah: 48). 2.Materi yang berhubungan dengan pengakuan koeksistensi damai dalam hubungan antar umat beragama (lihat Mumtahanah: 8-9, al-Anfal: 61 dan al-Baqarah: 208). 3.Materi

yang berhubungan dengan keadilan dan persamaan (lihat an-Nisa’: 135, al-Maidah: 8 dan an-Nahl: 90). 4. Materi yang berhubungan dengan perintah menjaga hubungan baik antar sesama umat beragama (lihat anNisa’: 86, al-An’am: 108 dan al-Ankabut: 46). 5.Materi tentang kerjasama antar umat beragama (lihat Ali-Imron: 28, at-Tawbah: 23 dan al-Mumtahanah:13). Sedangkan materi yang bersumber pada fakta dan realita historis dapat dicon­ tohkan praktek-praktek interaksi sosial yang diterapkan Nabi Muhammad ketika membangun masyarakat Madinah. Dari sisi historis proses pembangunan Madinah yang dilakukan Nabi Muhammad ditemukan fakta tentang pengakuan dan penghargaan atas nilai pluralisme dan toleransi. Hal itu bisa ditelusuri dari Piagam Madinah. Sebagai salah satu produk sejarah umat Islam, Piagam Madinah nerupakan bukti bahwa Nabi Muhammad berhasil memberlakukan nilai-nilai keadilan, prinsip kesetaraan, penegakan hukum, jaminan kesejahteraan bagi semua warga, serta perlindungan terhadap kelompok minoritas. Oleh karena

itu, beberapa ahli tentang pendidikan menyebut hal ini sebagai loncatan sejarah (historical jump) yang luar biasa. Dalam konteks ini, Nurcholis Madjid pernah menyarankan: “...menghadapi masa depan bangsa kita, khazanah wawasan kenegaraan dan kemasyarakatan Madinah baik sekali dijadikan sebagai rujukan dan teladan. Hal ini dirasakan amat mendesak bagi masyarakat, mengingat akhir-akhir ini banyak tersingkap perilaku yang menunjukkan tiadanya kesejatian dan ketulusan dalam mewujudkan nilai-nilai madani.” Selanjutnya Cendekiawan Muslim ini mengatakan, bahwa disebabkan oleh adanya trauma-trauma masa lalu, baik di Indonesia maupun di tempat-tempat lain di seluruh dunia, sebagian golongan masyarakat enggan merujuk kepada ajaran keagamaan untuk mencari otentitas dan keabsahan sejati bagi pandangan-pandangan kemasyarakatan dan kenegaraan.” Sejarah Nabi Muhammad berhasil merumuskan landasan toleransi antar pemeluk agama dengan dimasukkannya secara khusus dalam Piagam Madinah sebuah pasal spesifik tentang toleransi. Dasar toleransi umat beragama dalam Piagam Madinah memiiki kekuatan hukum yang sangat subtansial dan mendasar. Ide Piagam Madinah adalah murni bersifat Islami, karena secara derivative berakar pada nilai al-Qur’an. Allah berfirman dalam surat al-Kafirun: 6, yang artinya: ”Bagi kalian agama kalian dan bagiku agamaku”. Kalau dilihat dari sebab-sebab turunnya, ayat ini merupakan penolakan Nabi Muhammad secara diplomatis dan etis atas propaganda agama lain. Ketika ditawari untuk saling bertukar agama, Nabi menanggapinya dengan arif dan bijaksana; “Bagimu agamamu, bagiku agamaku.” Tidak konfrontatif, apalgi destruktif sehingga orang yang mengajaknyapun semakin segan. Toleransi Nabi Muhammad yang demikian tinggi ini menjiwai atas berbagai tindakan dan kebijakan lainnya, termasuk ketika perang. Pernah suatu ketika Nabi Muhammad mengutus Usamah bin Zaid untuk memimpin ekspedisi peperangan. Sebelum berangkat beliau berpesan kepada Usamah agar pasukan laveleri dan infanteri yang dipimpinnya tidak melakukan perusakan terahadap tumbuhtumbuhan, tidak membunuh anak-anak, ibu-ibu, orangtua, serta tidak merusak rumah ibadah umat agama lain, baik gereja, sinagog, maupun kuil. Pesan Nabi ini penting justru karena disampaikan dalam situasi orang dihinggapi perasaan emosional untuk menghabiskan segala yang dimiliki lawan. Dengan mengambil pemahaman tersiratnya, sikap toleransi terhadap yang lain dalam kondisi aman tidak berperang menjadi lebih penting bahkan wajib. Sikap Nabi yang demikian juga diwarisi

Sejarah Nabi Muhammad berhasil merumuskan landasan toleransi antar pemeluk agama dengan dimasukkannya secara khusus dalam Piagam Madinah sebuah pasal spesifik tentang toleransi. Dasar toleransi umat beragama dalam Piagam Madinah memiiki kekuatan hukum yang sangat subtansial dan mendasar. Ide Piagam Madinah adalah murni bersifat Islami, karena secara derivative berakar pada nilai al­Qur’an. Allah berfirman dalam surat al­ Kafirun: 6, yang artinya: ”Bagi kalian agama kalian dan bagiku agamaku”.

oleh panglima-panglima Islam seperti Umar bin Khatthab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan juga panglima prang Salahuddun al-Ayyubi dari Palestina. Panglima-panglima ini sangat menghargai pihak lawan dengan membuka pintu maaf dan pertolongan yang sangat besar ketika lawan sudah dalam kondisi lemah dan tak berdaya. Berdasar pada telaah di atas, maka materi-materi yang bersumber pada pesan agama dan fakta yang terjadi di lingkungan merupakan kisi-kisi minimal dalam rangka memberikan pemahaman terhadap kekeberagaman umat manusia dan untuk memunculkan sikap positif dalam berinteraksi dengan kelompok-kelompok yang berbeda. Dalam proses pendidikan sudah semestinya materi itu disesuaikan dengan tingkatan dan jenjang pendidikan. Artinya, sumber buku, bacaan dan bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan tingkat intelektual peserta didik di masingmasing tingkat pendidikan. Untuk tingkat pendidikan dasar akan lebih tepat dengan menggunakan bahasa sederhana dengan metode penyampaian penuturan dalam bentuk kisah-kisah Nabi Muhammad. Untuk tingkat pendidikan lanjutan materi dipilih dengan menyajikan fakta-fakta historis dan pesan-pesan alQur’an yang lebih kongkrit, serta memberikan perbandingan dan perenungan atas realita yang sedang terjadi di masyarakat saat ini. Sedangkan untuk tingkat pendidikan tinggi, disamping ayat-ayat al-Qur’an beserta tafsir yang disajikan, juga perlu dikemukakan bukti historis berupa teks Piagam Madinah. Kemudian materi dianalisa dan dibandingkan dengan permasalahan aktual didiskusikan alternatif penyelesaian dan permasalahan yang sedang terjadi. MPa 359 / Agustus 2016

39

EDUKASI

Kekerasan Ataukah

Sekedar Pembelajaran? Sekecil apapun kekerasan yang dilakukan guru terhadap peserta didiknya, tampaknya selalu menjadi berita hangat dan perbincangan yang menghebohkan. Padahal seringkali “kekerasan” tersebut nyatanya hanyalah sekedar kesalahpahaman akibat macetnya komunikasi antara guru dan peserta didik.

Oleh : Nanang M. Safa Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Watulimo

S

epertinya media massa sangat hoby mem­blow-up berita-berita seputar “kesa­ la­ han manusiawi” tersebut, dengan berita yang dibesar-besarkan dan cende­ rung apriori terhadap guru sebagai pihak yang selalu disalahkan terhadap terjadinya “kekerasan” tersebut. Terkadang hanya dengan mengantongi data dari si pelapor – siswa atau orang tuasiswa – semata, media massa sudah berani memvonis salah terhadap guru. Memang dengan alasan apapun seorang guru tidak dibenarkan melakukan kekerasan dalam bentuk apapun. Baik fisik dan lebihlebih psikis yang akan berdampak pada perkembangan jiwa anak. Sebab guru adalah seseorang yang telah dianggap dewasa dan matang. Termasuk di dalamnya adalah kema­ tangan emosi. Artinya seorang guru seharusnya orang yang bisa memenej emo­ sinya, sehingga sikap dan perilakunya selalu diperhi­tungkan dan ditimbang secara matang. Namun demikian, guru juga manusia biasa yang memiliki tingkat kesabaran terbatas. Pengendalian emosi kadang menjadi 40

MPA 359 / Agustus 2016

hal yang sangat sulit dan berat di saat banyak beban yang harus ditanggung seorang guru. Baik menyangkut tuntutan keluarga maupun beban di tempat kerja. Apalagi ketika seorang guru secara fisik lelah, maka dalam keadaan seperti itu sudah tentu hal kecilpun bisa memicu meledaknya emosi. Namun demikian, sebagai manusia terdidik yang sudah memilih jalan hidup sebagai pendidik dan sudah dikukuhkan oleh masyarakat sebagai orang yang ber­ tanggungjawab untuk mendidik, tentu sudah sangat paham bahwa dunia yang diterjuni

adalah dunia yang mengaduk-aduk emosi. Jadi dalam keadaan bagaimanapun sudah semestinya seorang guru sedapat mungkin mengen­ dalikan emosi yang berge­ jolak dengan cara dan bahasa masing-masing. Menilik pada beberapa kasus kekerasan yang sempat terekspos ke media massa akhir-akhir ini, sepertinya hal paling mendasar yang perlu dibenahi adalah masalah komunikasi. Kekerasan yang muncul dan berlanjut ke ranah hukum semestinya bisa diselesaikan dengan cara-cara yang lebih bijak jika

saja ada jalinan komunikasi yang baik. Macetnya komunikasi tersebut akhirnya menimbulkan kesalahpahaman yang berlanjut pada “pemu­kulan” dan berakhir pada pelaporan ke polisi. Komunikasi yang baik tidak cukup hanya antara guru dan peserta didik, namun harus menjangkau kepada orangtua siswa. Hal ini sangat penting mengingat sikap dan perilaku anak di rumah seringkali tidak sama dengan sikap dan perilaku anak di sekolah. Bahkan sering terjadi anak pamit kepada kedua orangtuanya secara baik-baik berangkat ke sekolah dengan pakaian lengkap, namun ternyata anak tidak hadir di sekolah. Jika antara pihak sekolah dan orangtua siswa tidak ada jalinan komunikasi yang baik, maka ketika terjadi sesuatu diluar kemauan orangtua yang muncul adalah sikap saling menyalahkan dan mencari pembenaran diri. Maka salah satu hal yang bisa dilakukan, adalah selalu menjembatani jurang kesalah­ pahaman dengan jalinan komunikasi multi arah secara baik. Selanjutnya pihak sekolah juga harus selalu berupaya memaksimalkan pelayanan pendidikan di lembaganya. Kelas-kelas yang kosong sering pula memicu tindakan negatif yang berujung pada kekerasan. Ketika pe­ serta didik tidak terkondisikan secara baik

Komunikasi yang baik tidak cukup hanya antara guru dan peserta didik, namun harus menjangkau kepada orangtua siswa. Hal ini sangat penting mengingat sikap dan perilaku anak di rumah seringkali tidak sama dengan sikap dan perilaku anak di sekolah. Bahkan sering terjadi anak pamit kepada kedua orangtuanya secara baikbaik berangkat ke sekolah dengan pakaian lengkap, namun ternyata anak tidak hadir di sekolah.

di kelas, maka yang paling lazim dilakukan adalah berbuat gaduh dengan memukulmukul meja, nyanyi-nyanyi dan teriakteriak. Akibatnya tentu saja ruang kelas di sebelahnya yang sedang melaksanakan proses pembelajaran terganggu. Dari sekian faktor yang menjadi andil terjadinya kekerasan di dunia pendidikan tersebut, ada satu kegelisahan yang belum terjawab di kalangan para guru; yaitu kekaburan penafsiran tentang batasbatas tindakan guru yang dikatagorikan sebagai tindak kekerasan. Jika cuma sekedar “njewer” untuk memberikan pem­ belajaran pada siswa yang sudah keter­ laluan atau ketika seorang guru terpaksa harus nylenthik siswa dengan maksud untuk menegakkan disiplin saja dianggap sebagai tindakan kekerasan dan akhirnya dipolisikan, maka dikhawatirkan akan terjadi kecuekan massal di kalangan para guru sehingga siswa yang melanggar aturan hanya dibiarkan dan pada akhirnya siswa akan berbuat semau-maunya karena merasa ada yang membela dan melindungi. Lalu apa artinya aturan dan tata tertib di sekolah? Lalu siapa yang harus disalahkan jika anak tak lagi santun?! Lalu hendak ke mana generasi bangsa akan dibawa?! Mari kita renungkan sejenak!

MPA 359 / Agustus 2016

41

MADRASAH

MTsN Puncu Kediri

Menjadikan Pramuka Maskot Kebanggaan Madrasah Terletak nun jauh dari pusat kota Kediri, tak lantas manjauhkannya dari prestasi. Itulah MTsN Puncu Kediri. Melalui salah satu kegiatan ekstra kurikuler Pramuka, madrasah ini mampu menorehkan tinta emas. Tak hanya di tingkat lokal maupun regional saja, tapi namanya juga harum hingga di level nasional.

S

atu kegiatan penting yang baru saja diikuti oleh tim madrasah ini – yang lebih dikenal dengan Tim Pramuka Marsa Punk –, adalah Sanggar Palawa Open 2016 pada 22-24 Januari lalu. Kegiatan ini meru­ pakan even tahunan di SMA 3 Blitar, yang diikuti oleh Pramuka Tingkat Penggalang SMP/MTs se- Provinsi Jawa Timur. Prestasi Pramuka Marsa Punk dalam gelaran ini sangat spektakuler. Ada18 cabang yang terdiri dari bidang kemam­ puan yang dilombakan; yakni kepramukaan, seni dan olah­ raga yang dipertandingkan. Rinciannya, adalah bidang kepramukaan memper­lombakan cerdas cermat kepramu­ kaan, tata tenda, yel-yel, PBB kreasi, kolone tongkat, lomba formasi baris-berbaris (LFBB), pionerring, dan Aksi Kreasi Seni Baris Berbaris (AKSBB). Sedankan Bidang Seni terdiri dari akustik, orasi, dongeng, curving fruits (mengukir buah), poster dan gunungan. Sedangkan pada bidang olahraga terdapat aeromodelling dan senam aerobik. Di ajang kejuaraan ini, siswa madrasah yang beralamat di Jl. Pare-Wates KM. 06 Sidomulyo Puncu mampu mendominasi. Hasilnya, madrasah ini berhasil menyabet gelar juara umum. “Ini merupakan gelar 42

MPA 359 / Agustus 2016

keenam bagi kami,” ungkap Abas Shofwan, S.Pd., M.Pd.I bangga. Dalam even yang telah berlangsung selama enam tahun ini, Tim Pramuka Mars Punk selalu berhasil membawa pulang piala bergilir. Dan tentunya makin mempercantik ruang pamer tropi yang berada di ruang kepala madrasah. “Alhamdulillah, karena kita juara berturut-turut hingga kenam kalinya, piala bergilir sekarang permanen menjadi milik kami,” ujar Pembina Pramuka MTsN Puncu Kediri ini sumringah.

Tak hanya prestasi ini saja, performa apik yang ditunjukkan tim pramuka ini juga telah banyak diperhitungkan sejak beberapa tahun silam. Terbukti, pada kegia­tan Lomba Karya Pramuka Penggalang (LOKA PRAGA) seJawa Timur, madrasah ini juga berhasil meraih juara umum. Jejak prestasi Tim Pramuka Mars Punk juga bisa dilacak di even Agenda Jamur yang merupakan kepanjangan dari Ajang Penggalang Bergengsi di Sekitar Alam Jawa Timur. Pada even yang dihelat tanggal 7 Maret 2010 silam itu memperlombaka delapan cabang lomba. Di antaranya adalah Tata Kemah, Pionerring, Pertolongan Pertama (PP), TAMOSA (Tangkas Simapore Morse Sandi), Hasta Karya, Cerdas Cermat Pramuka, Karikatur dan Yel-Yel. Semua cabang lomba ini sendiri harus dituntaskan selama sehari penuh, yakni mulai pukul 08.00 - 17.00 WIB. Perlombaan pembuka adalah Tata Tenda, di mana semua peserta mendirikan tenda dalam waktu 2 jam. Lalu dilanjutkan lomba Pionerring, Pertolongan Pertama (PP) dan TAMOSA (Tangkas Simapore Morse Sandi) dalam waktu bersamaan. Setelah ishoma peserta mengikuti lomba Hasta karya, Cerdas Cermat Pramuka dan Karikatur dalam waktu yang bersamaan.

Tim Parmuka MTsN Puncu bersama Kakanwil Kemenag Prov Jadi di PPNM II 2016.

Tim Pramuka Mars Punk berpose bersama kepala madarsah dan dewan guru serta pembina.

Tim Pramuka MTsN Puncu Kediri saat menjadi Juara II PPNM II 2016.

Sedangkan sebagai lomba Penutup adalah Yel-Yel. “Anak-anak kami pun mampu menuntaskannya dengan membawa pulang juara pertama putra dan putri sekaligus,” ucap Finalis Guru Kreatif tingkat Jawa-Bali tahun 2008 ini penuh semangat. “Juara

Umumpun berhasil kami persembahkan kepada madrasah,” ujarnya. Meski demikian, prestasi seakan tidak pernah habis bagi madrasah Finalis Duta Sekolah bebas Narkoba tingkat Jatim ini. Lagilagi kinerja baik ditunjukkan MTsN Puncu

dengan menjadi Wakil Jawa Timur dalam ajang Perkemahan Pramuka Madrasah Nasional (PPMN) ke-2. Ajang nasional ini sendiri digelar di bumi perkemahan Pantai Liang Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Tentu tidak serta merta kepercayaan ini didapatkan. Sebab sebelumnya Tim Pramuka Mars Punk harus bersaing ketat selama dua hari penuh dalam training centre yang dipusatkan di Hotel Utami Sidoarjo pada 7-8 April silam. Selain diikuti MTsN Puncu Kediri, pemusatan latihan ini sendiri diikuti MTs Al-Amin Sumenep dan MTs Al-Iman dari Kabupaten Ponorogo yang mewakili masing-masing Korwil. “Akhirnya, kami yang terpilih,” tutur Guru IPA MTsN Puncu Kediri dengan wajah berbinar. “Ini tentu sangat membanggakan bagi madrasah kami maupun Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kediri,” tambahnya sambil melepas senyum lebar. Kepercayaan dari Kanwil Kementerian Agama Prov, Jatimpun dijawabnya dengan torehan prestasi membanggakan. Dalam even yang dihelat pada pada 22-28 Mei itu sendiri melombakan beberapa cabang; seperti Sendra Tari, Mars Jayalah Pramuka Madrasah, Yelyel Madrasah dan Cerdas Ceria Pramuka. Selain itu ada pula Lomba Ketrampilan Baris Berbaris (LKBB), Pionering Aplikatif dan K3. Nah, dari ketujuh lomba tersebut Tim Mars Punk mampu mendulang medali bergengsi. Diantaranya adalah 1 medali emas lomba yel-yel dan 3 medali perak yang disumbangkan dari cabang LBB Putri, Pentas Seni atau Sendra Tari Putra dan Sendra Tari Putri. Raihan prestasi ini kian lengkap dengan mengemas 3 medali perunggu dari lomba Pionering Putra, Pionering Putri dan LBB putra, serta juara harapan 2 cabang lomba K3. Dengan hasil ini Tim Pramuka Jatim yang diwakili MTsN Puncu dinobatkan sebagai Juara Kedua PPNM 2016. Inilah pembuktian bahwa Pramuka di madrasah ini bukan sekedar kegiatan eksta biasa-biasa saja. Sebab dengan keberhasilan di beberapa ajang, kini Pramukapun menjad icon atau mascot kebanggaan baru bagi MTsN. “Pramuka saat ini sudah menjadi kegiatan ekstra wajib dan tetap bagi seluruh siswa,” tandas Drs. Hadi Suseno, MPd meyakinkan. Apalagi bagi Kepala MTsN Puncu ini, Pramuka sudah dijadikan sebagai sarana setrategis untuk menginternalisasikan nilai ketahanan, kebudayaan, kepemimpinan, kebersamaan, sosial, cinta alam dan kemandirian pada anak siswa. “Kita terus akan being morally dalam mengukir prestasi. Artinya sambil berpegang pada nilai-nilai moral anak atau kita akan terus memacu mereka terus berprestasi. Sebab kami menyadari siswa unggul selain bermoral juga harus giat berjuang,” pungkas Mantan Guru MTsN Jombang Kauman ini optimistis. •Pri MPA 359 / Agustus 2016

43

Tugas Dan Tanggung Jawab Manusia Di Dunia Oleh : Rofi’udin, S.Th.I, M.Pd.I Penyuluh Agama Islam Kantor Kementerian Agama Kab. Magetan

P

ada kesempatan yang berbahagia ini, marilah kita memanjatkan rasa syukur kita ke hadirat Allah SWT dengan meningkatkan iman dan takwa kita kepada-Nya. Kita terus berusaha dan berharap semoga bisa menjadi hamba Allah yang dapat melaksanakan segala perintah Allah, baik perintah untuk beribadah kepada-Nya maupun perintah untuk memenuhi amanah kita sebagai khalifah di muka bumi ini. Di samping itu, semoga kita dapat pula menghindari segala larangan Allah, baik larangan bermaksiat kepada-Nya maupun larangan berbuat kezhaliman kepada makhluk-makhluk-Nya sebagai bentuk ketakwaan yang sebenar-benarnya. Amin. Jama’ah Jum’ah yang berbahagia, Menjadi mukmin tangguh yang rajin beribadah dan tidak mudah tergelincir oleh godaan setan dan nafsu memang sesuatu yang berat sekali. Apalagi di zaman sekarang ini, berbagai macam kesenangan dunia sangat mudah kita dapatkan. Begitu juga waktu ibadah tanpa kita sadari telah diganti kegiatan yang sia-sia. Beberapa orang dengan alasan berolahraga, entah itu sepakbola atau futsal, rela meninggalkan shalat tanpa merasa berdosa. Bahkan tidak sedikit yang mengisi waktunya hanya bermain game online sepanjang hari, atau kegiatan-kegiatan tidak berguna lainnya. Hal ini tentu saja hal akan sangat merugikan, sebab kesempatan mengumpulkan bekal pahala kita lewatkan begitu saja. Jama’ah Jum’ah yang dirahmati Allah, Dampak dari malas menjalankan perintah beribadah akan membawa seseorang berlaku sebaliknya, yakni menjalankan berbagai larangan Allah, berupa kemaksiatan dan kemungkaran. Orang yang tidak shalat, tidak memiliki pengendali keimanan. Ia akan berbuat sesuka nafsunya tanpa merasa takut ancaman siksa Allah. Jika ini yang terjadi, maka sungguh setan telah sukses menjerumuskan kita menjadi temantemannya, yakni sebagai penghuni neraka. Na’udzubillah min dzalik.

44

MPA 359 / Agustus 2016

Oleh karena itu, dalam kesempatan yang baik ini, saya mengingatkan kepada kita semua akan tugas dan tanggung jawab kita di dunia ini. Umur dan kesempatan yang diberikan Allah hendaknya kita gunakan sesuai tujuannya. Sehingga muncul kesadaran bagi kita untuk berupaya mengevaluasi arah hidup kita. Jika arah itu sudah betul, mari kita pertahankan dengan istiqamah dalam menjalankannya. Adapun jika kita rasa arah itu sudah mulai melenceng, mari segera kita luruskan kepada arah jalan hidup yang lurus, sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Kaum muslimin rahimakumullah, Apakah sejatinya tugas dan tanggung jawab manusia di dunia? Tidak lain kecuali hanyalah untuk beribadah. Allah SWT menjelaskannya dalam firman-Nya:

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Qs. adz-Dzariyat: 56) Orang yang menyadari tugasnya tersebut akan mengerjakannya dengan rasa syukur dan suka cita. Ia kerjakan shalat dengan hati yang riang. Ia kerjakan puasa, sedekah, zakat, dan berbagai ibadah dan amal saleh lainnya penuh keikhlasan. Sebab keikhlasan inilah yang dituntut oleh Allah SWT, sesuai firman-Nya:

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Qs. al-Bayyinah: 4) Berbeda dengan orang yang tidak tahu tugasnya di dunia, mereka menjalani hari-harinya tanpa arah dan tujuan. Jika pun beribadah, mereka akan mengerjakannya dengan malas dan terasa sangat berat. Allah SWT menggambarkan keadaan tersebut sebagai ciri-ciri orang munafik.

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (Qs. an-Nisa’: 142). Jama’ah jum’ah yang dirahmati Allah, Sebagian orang bekerja keras membanting tulang hanya untuk memenuhi kebutuhan fisikal, seperti makan dan minum. Setelah kebutuhan tersebut terpenuhi, mereka akan beralih mencari kepuasan

inderawi dengan aneka hiburan dan permainan yang menyenangkan. Selain itu, mereka membutuhkan pengakuan dari sesamanya, dengan cara membangga-banggakan harta benda maupun pangkat dan status sosial lainnya, berlomba-lomba memiliki harta benda yang lebih mahal dan lebih canggih, dan seterusnya. Dan manusia tersebut tidak akan pernah mengalami kepuasan dalam perburuannya mencari kebahagiaan duniawi. Hal yang sering terlewatkan para pemburu kesenangan dunia adalah mereka lupa bahwa kebahagiaan yang mereka cari selama ini ada pada diri mereka sendiri, yakni pemenuhan kebutuhan ruhani. Jika kebutuhan makan kita penuhi tiga kali sehari, maka kebutuhan ruhani dan spiritual ini, hendaknya kita penuhi minimal lima kali sehari, yakni sesuai perintah Allah untuk menjalankan shalat fardhu. Jika kita rutin memenuhi dua kebutuhan ini secara berimbang, insya’ Allah kebahagiaan hidup akan kita raih. Kaum muslimin yang berbahagia, Sebagai makhluk yang memiliki keterbatasan pengetahuan, Allah sudah memberitahu kita melalui lisan Rasul-Nya yang mulia, tentang pedoman dan panduan hidup yang akan membawa kita kepada kebahagiaan yang hakiki dan sejati. Kebahagiaan tersebut tidak lain terwujud dari implementasi ketakwaan kita kepada Allah SWT. Sedangkan kepuasan dan kesenangan lahiriyah dalam segala perilaku kemaksiatan dan kemungkaran adalah suatu kebahagiaan yang semu dan temporer, bahkan merupakan awal dari malapetaka yang berkepanjangan. Dengan menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah secara bersamaan, maka predikat sebagai pribadi yang bertakwa tentu dapat kita raih. Orang yang menjalankan perintah Allah, tetapi ia juga menjalankan larangan Allah, ia belum disebut bertakwa. Misalnya, orang yang sedekah tetapi niatnya ingin pamer atau menyakiti perasaan penerimanya, orang pergi haji tetapi niatnya ingin menunjukkan kekayaannya atau hanya ingin dipanggil haji, dan seterusnya, perilakuperilaku yang kontradiktif ini belum bisa disebut ketakwaan. Demikian juga, orang yang meninggalkan larangan Allah, tetapi ia juga meninggalkan perintah Allah, ia juga belum disebut bertakwa. Orang yang merasa sudah bersikap baik dengan sesamanya, sopan santun kepada tetangganya, tetapi ia tidak mengerjakan shalat, ia tinggalkan puasa, tanpa ia sadari, sejatinya ia juga sedang bermaksiat kepada Allah. Dan dosa besar sudah menantinya jika ia tidak segera bertaubat. Oleh karena itu, jauh-jauh hari Allah sudah mengingatkan agar kita bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa. Allah SWT berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenarbenar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (Qs. Ali Imran: 102) Ma’asyiral Muslimin, Jama’ah Jum’ah yang berbahagia, Sebagai penutup, mari kita berdoa ke hadirat Allah SWT, semoga kita tetap diberi kekuatan lahir dan batin, terutama dalam mengemban tugas dan tanggung jawab untuk beribadah kepada Allah selama kita hidup di dunia ini, sehingga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang bertakwa dan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Amin.

MPA 359 / Agustus 2016

45

Pengasuh : dr. H Rasyid M Tauhid-al-Amien, MSc., DipHPEd., AIF.

Vaksin Palsu Sebagai Musibah Secara sederhana dapat diamati akibat buruknya: pengaruh cepat ataukah lambat, ditambah dengan dengan akibat lainnya dalam berbagai bidang lainnya.

Klinik.

V

aksinasi (vaccinaton) pada hakikatnya merupakan upaya menjadikan orang tahan terhadap serangan sejumlah penyakit tertentu; vaksinasi disebut juga dengan imunisasi, menjadikan kebal penyakit. Walaupun para ahli kesehatan dan farmasi telah berusaha, namun nyatanya barulah sekitar 25 macam penyakit dapat dilakukan vaksinasi yang dapat diandalkan. Membuat vaksin yang terandalkan merupakan upaya yang tidak murah; oleh karena itu maka upaya ini hanya dilakukan untuk penyakit-penyakit yang mematikan membahayakan orang banyak (misalnya difteri, hepatitis, influenza), pengobatannya yang tidak mudah (tetanus, polio), maupun penyakit yang sangat ditakuti ataupun menimbulkan penderitaan yang sangat mengerikan (kangker rahim). Vaksinasi memerlukan sarana yang berupa perangsang untuk munculnya kekebalan terhadap penyakit itu yang berupa vaksin (antigen). 46

MPA 359 / Agustus 2016

Secara menyeluruh cara kerja vaksin atau antigen itu boleh dikata sama, yaitu masuknya vaksin sebagai “kuman tiruan” itu akan memicu tubuh untuk siap menghadapi kuman sungguhan yang dimasukkan ke dalam tubuh. Dulu bahan yang dimasukkan

ke dalam tubuh itu memang benar-benar “kuman” yang telah dianggap lemah, makanya disebut vaccine (keropeng sapi yang mengidap cacar); kini telah dapat disediakan sejumlah kuman tiruan yang berupa kuman yang sudah dilemahkan, bagian “tubuh” kuman, “produk” kuman itu, ataupun tiruannya yang dibuat di “pabrik” (recombinant, misalya hepatitis); sejalan dengan perkembangan itulah, maka nama kuman tiruan ini dibakukan namanya menjadi antigen (pembangkit atau penghasil zat anti). Tidak mudah menyediakan antigen itu. Kalaulah suatu antigen telah diperoleh, untuk boleh “dimasukkan” ke tubuh orang yang akan dibuat immune (kebal kuman) tidaklah asal masuk; harus disiapkan “pembawanya”. Pembawa ini harus yang tahan lama, dapat diterima oleh tubuh, tidak meracuni tubuh, tidak merusak antigen itu sendiri; tidak mudah menyiapkannya. Proses yang terkait dengan produksi vaksin itu menjadi tidak murah; sebut

saja mahal! Oleh karena itulah sejumlah perusahaan nakal ataupun penjahat melakukan manipulasi untuk menghemat beaya investasi. Mereka yang tujuannya hanya mencari keuntungan saja akan berusaha untuk “bersaing” menjual vaksin dengan beaya produksi rendah sehingga dapat menjualnya dengan harga murah. Berbagai upaya dilakukan dengan cara benar ataupun juga buruk, termasuk mencuri data ataupun mengubah susunan komponen “pembawanya”. Semua itu bukan tanpa risiko. Seibarat orang yang membuat uang palsu, pembuatnya ingin uang palsu yang diedarkannya tidak mudah terdeteksi; mereka membuat uang palsu dengan kertas yang “sebaik mungkin”, memberikan benang pengaman, memasang water mark (tanda atau gambar yang untuk melihatnya perlu penerawangan), ataupun juga memasang tanda yang baru tampak jika dilihat dengan cahaya ultra-violet; dan masih banyak lagi. Tidak mudah juga menyiapkan vaksin palsu; hanya orang pandai yang mampu melakukannya untuk tidak cepat ketahuan palsuya. Diagnosa. Tidaklah mudah untuk dapat mengenali suatu vaksin itu palsu ataukah tidak; kejelian pemeriksa sangatlah penting apalagi jika produsennya cukup ahli. Misalnya saja apa yang harus diteliti jika yang dipertanyakan awal vaksin itu sekedar pertayaan: “Vaksin itu palsu ataukah ‘sekedar’ kedaluwarsa (expired)?”. Bisa saja vaksin tidak kedaluwarsa (belum lewat batas umur tersimpan) tetapi tidak efektif lagi karena telah rusak karena penyimpanan atau cara pengangkutan yang salah. Dari berbagai macam vaksin yang dipasarkan, ada vaksin yang tidak boleh disimpan dalam suhu lebih dari 30 oC ada yang tidak boleh beku (tidak boleh berada di suhu kurang dari 0 oC), ada pula yang harus disimpan di tempat gelap. Oleh karena itulah ada dijual “termos” khusus untuk pengangkutan vaksin, dengan berbagai ukuran (1-25 liter). Jika untuk mengetahui komponennya sejumlah peralatan mungkin yang tersedia dapat digunakan dengan “mudah”. Namun sebenarnya tidak mudah pula mendeteksi vaksin “palsu” jika misalnya vaksin itu sebenarnya asli, tetapi menjadi dianggap palsu karena nyatanya adalah vaksin yang kedaluwarsa tetapi diganti labelnya saja, sehingga vaksin itu menjadi walaupun diragukan khasiatnya namun membuktikannya tidak mudah. Perma­ salahannya menjadi lebih sulit jika vaksin ini terkait dengan vaksin yang keberhasilannya memang yang diragukan oleh sebagian pakar, sedangkan penyakit yang dimaksud cukup luas tersebar, semisal vaksin BCG. Vaksin palsu yang dibuat serampangan pasti dengan mudah dikenali karena peru­ bahan-perubahan yang akan segera terjadi akibat dari proses pembuatan maupun penyim­ panan yang salah, semisal karena terjadinya

Vaksin palsu yang dibuat serampangan pasti dengan mudah dikenali karena peru­ bahan-perubahan yang akan segera terjadi akibat dari proses pembuatan maupun penyim­­panan yang salah, semisal karena terjadinya pem­busukan (fermentasi, pera­ gian) oleh adanya “kuman” pencemar dari pabrik.

pembusukan (fermentasi, peragian) oleh adanya “kuman” pencemar dari pabrik. Oleh karena yang dikehendaki dalam imunisasi itu adalah munculnya daya tahan tubuh, maka untuk itu yang “terbaik” adalah memeriksa apakah di dalam tubuh penerima vaksin itu telah terjadi seroconversion yaitu peningkatan kadar antibody (zat kekebalan) terhadap penyakit yang dimaksud sesuai dengan macam vaksinasi yang diberikan itu. Walaupun untuk timbulnya zat anti itu juga perlu waktu, namun karena vaksin palsu yang dipermasalahkan ini sudah lama muncul maka kepalsuan dalam hal ini sudah “mudah” diketahui meskipun pemeriksaannya tidak murah. Jika kecurigaan vaksin palsu masih baru saja munculnya, kepalsuan dicoba ditelusuri dengan melihat atau memantau adanya kemungkinan infeksi yang dapat timbul, terutama di tempat suntikan. Tanda sederhana infeksi yang berupa demam tidak mudah digunakan, sebab sejumlah imunisasi sudah biasa diikuti dengan demam. Tentu saja juga harus dilakukan pemeriksaan atas “botol” kemasan, yaitu memeriksa apakah koponenkomponen bahan vaksin yang tersisa di botol itu sesuai dengan yang seharusnya ada. Tindakan. Bagi orang awam masalah vaksin palsu tidak perlu terlalu dipermasalahkan atau dipertanyakan; permasalahannya me­ mang ruwet,lebih-lebihterkaitdenganadminis­trasinya. Karena kebanyakan kita ini tidak mempunyai catatan kesehatan secara lengkap, maka tidaklah mudah bagi kita untuk jika ingin atau mau melakukan tuntutan hukum dan menang di pengadilan. Oleh karena itu bagi penderita yang menerima “akibat buruk” dari vaksinasi pun tidak mudah untuk menuntut, karena bisa saja akibat buruk itu merupakan akibat vaksin palsu atau memang sudah merupakan efek samping yang sudah diperhitungkan adanya dari suatu imunisasi. Oleh karena itu ahli hukum senior yang memahami ilmu kedokteran merupakan

suatu keharusan, karena efek imunisasi dapat tidak muncul jika penerima vaksinasi juga mengkonsumsi obat yang tergolong immunosuppressor. Untuk memperoleh hasil vaksinasi ang diinginkan, penerima vaksin palsu perlu mem­­ peroleh vaksinasi ulang, dengan atau tanpa pemeriksaan antibody-nya. Ini dapat juga ditempuh dengan cara mempercepat atau memperpendek masa imunsasi ulangan dengan memanfaatkan fasilitas Puskesmas ataupun rumah sakit untuk memanggil korban. Pencegahan akibat buruk. Setiap bentuk imunisasi pasti sudah mem­ perhitungkan adanya kemungkinan efek sam­ pingnya, dari yang ringan sampai yang berat, semisal vaksinasi influenza ataupun flu burung di Amerika Serikat pernah memunculkan efek sampng kelumpuhan (Guillain Barre Syndrome). Walaupun sekitar separo mereka yang menjalani vaksinasi cacar air justru menjadi sakit, vaksin ini masih juga dianggap ada baiknya karena lebih dari separo dari mereka itu jika terserang dab (Herpes zoster) nyerinya menjadi sangat minimal. Di negara maju yang punya undangundang perlindungan kuat, efek samping vaksinasi akan terlindung dengan ganti rugi yang tidak kecil misalnya lebih dari 2,5 M rupiah tas kerusakan otak permanen yang terjadi pada seorang anak (10 tahun) akibat vaksinasi. Hampir sepertiga miiter Amerika Serikat yang mendapat vaksinasi anthrax mengalami akibat buruk pada ototnya. Efek samping imunisasi tergantung pada macam imunisasinya (komponen aktifnya ataupun pendukungnya). Padahal jika tidak mengikuti imunisasi ancaman berbagai penyakit yang serius juga harus dihadapi. Oleh karena itu dengan memberikan keper­ cayaan bahwa pemerintah selalu berusaha yang terbaik untuk ini, maka imunisasi masih tetap dianjurkan. Penutup. Walaupun masalah vaksin palsu akhirakhir ini banyak disebut di berbagai media massa, hendaknya program imunisasi tetap ditempuh. Secara menyeluruh (statistik) masih menunjukan bahwa kegunaan imuni­ sasi masih besar walaupun efek samping kadang-kadang masih juga muncul. Berupa­ yalah agar menjalani imunisasi ketika tubuh dalam keadaan sehat sehingga hasil imunisasi maksimal; jika kondisi tubuh kurang sehat beritahukan kepada petugas atau tanyakan apakah masih boleh melakukan imunisasi dalam keadaan seperti itu. Mudah-mudahan saja merebaknya masa­lah vaksin palsu ini bukkan merupakan “langkah terencana” untuk menimbulkan ketidakpercayaan atas vaksin produk dalam negeri, yang berujung pada munculnya kebijaksanaan bahwa vaksin yang boleh digunakan harus import. Semoga uraian di atas bermanfaat MPA 359 / Agustus 2016

47

Pengasuh : Drs. Ahmad Busyairi Mansur, MM

A. Reading (Wacana)

ISLAM IS OUR CHOICE

Dear Muslim brothers of mine. Islam is the last religion of Allah. Its followers are called muslims. Islam teaches all muslims good relation between man and Allah, and between man and man. The man who was sent by Allah to convery His teachings and orders is called prophet or messenger. Allah has sent messengers to every community. Some of them are mentioned and some are not mentioned in the Quran. “And messengers we have mentioned unto thee before and messengers we have not mentioned unto thee.” Some of those mentioned are Prophet Moses a.s. whose teaching are written in Taurat. Prophet Daud a.s. whose teachings are written in Zabur. Prophet Isa a.s. whose teachings are written in Injil. And prophet Muhammad saw whose teaching are written in Quran. The teaching of every Prophet are relevant to the development and condition of their communities. The previous Prophets were sent to specific community, but Prophet Muhammad (peace be upon him) the last Prophet, sent by Allah to all communities all over the world, therefore, he is the messenger to the entire humanity. In this regard Allah says :”We sent thee not save as a mercy for the creatures.” Unlike the other religions, Islam is easy and simple comprehensible and acceptable to human ratio. And it is also easy to be observed by all strata of humanity : by the rich or the poor, by the educated or the non-educated. Dear muslim brothers of mine. Islam is a rational religion. Islam is a religion ideology. Islam is a system of life. Islam is a force of life. Islam is dynamic culture. Islam is a universal way of life. Islam is a source of peace and salvation. Islam is suitable with development and modernity. Islam is covering all aspects of human life. My brothers! you may choose any way but Islam is the best one. You may choose any ideology in the world but Islam is the most comprehensive one B. Vocabulary (Kosakata) Choice = pilihan Relation = hubungan To convey = membawa Messenger = utusan Community = ummat Unto thee = kepadamu Previous = terdahulu Thee = engkau Mercy = rahmat Unlike = tidak seperti

Human ratio = A force of life = Salvation = Taste ​​= Unchanged​ = Up to ​​= Gargle​​ = Thrice ​​= Surface​ = Nape ​​= Recite ​​=

C. Dialogue Eating out and Hosting a Business Partner Mr. Azwa : Where shall we sit, Mr. Warner? Mr. Warner : I think better sit in a non-smoking section. Mr. A : Right. Let’s sit over there. Please have a seat, Mr. Warner Mr. W : Thank you. This is a nice Indonesian restaurant. Mr. A : Yes, often bring my guests here. I like the food very much. Mr. W : I think I will eat more tonight. Mr. A : What would you like to order for the main course? Mr. W : I often have lunch at an Indonesian restaurant, but I still don’t know much about Indonesian food. What would you recommend? Mr. A : OK. Let’s first look at the menu? Do you like hot food? Mr. W : Well, yes, but I am not so fond of a very hot food. This looks so strange for me. What is it? Mr. A : It is chicken sate. It’s made of small pieces of chicken and grilled on skewer. Mr. W : That sounds very delicious. OK. I’ll have this. Mr. A : Why don’t we try roast beef for the main course. The roast beef here is very delicious. Mr. W : Fine. I’ll have the roast beef. Mr. A : How would you like it? Mr. W : What do you mean? Mr. A : Do you want your lamb well-done or rare? Mr. W : Oh, I’d like it medium, please. I am not so fond of rare beef. Mr. A : Waiter. One well-done roast beef and one medium beef for the main course. Waiter : Right , Sir. One well-done roast beef and one medium beef. What would you like for appetizer, Sir? Mr. W : What is the soup for today? Waiter : We have mushroom soup. Mr. W : That will be fine. And what about you Mr. Azwar? Mr. A : Just the same. I like mushroom soup very much.

Waiter : Mr. A : Waiter : Mr. W : Mr. A : Waiter : Mr. A : Waiter : Mr. A : Mr. W : Mr. A : Mr. W : Mr. A : Mr. W : Mr. A :

48

MPA 359 / Agustus 2016

otak manusia sebuah kekuatan hidup keselamatan rasa, merasakan tidak berubah sampai berkumur tiga kali permukaan tengkuk/leher membaca dari hafalan

And your drink, Sir? I’ll have a red wine and a glass of plain water. And for you, Sir? Just orange juice and a glass of water, please. And don’t forget the chicken sate. Right, Sir. And something else ? No, that’s enough. Thank you, Sir. Your orders won’t be long. (A few-minutes later) Please start, Mr. Warner. Yes, thank you. Would like to have some more? No. thank you. I have had plenty. Did you enjoy the food, Mr. Warner? Yes, of course. I did enjoy my diner. It was very delicious. My pleasure. I am glad you liked it.

C. GLOSSARY Seat : tempat duduk Menu : daftar makanan Fond : suka Grill : memanggang Delicious : lezat Mushroom : jamur Pleasure : kesenangan Look : kelihatannya Nice : bagus Hot : pedas Skewer : tusuk daging Beef : daging sapi Appetizer : pembangkit selera Juice : sari buah

Pengasuh : Ustd. Faiz Abdur Rozak

Kosakata Memanggil, Menyeru

Perintah

Penyeru / Muadzin

Syukur

Ayam jago berkokok Suara ayam jago jantan

Zikir, menyebut nama Angin berhembus...

Tengah Malam

Tidak hendak bangunkah? hendaknya bangun

Lanjutannya pada edisi hari berikutnya

Akhir malam/waktu sahur MPA 359 / Agustus 2016

49

LINTAS PERISTIWA

Kakanwil Kemenag Prov. Jawa Timur Hadir di Gresik Adakan Pembinaan

Kakanwil Kemenag Prov. Jawa Timur didampingi Kakankemenag Kab. Gresik bersalaman dengan pegawai Kankemenag Kab. Gresik.

GRESIK – Gresik ayem tentrem, karena Kemenag Gresik tidak ikut politik. Hal tersebut disampaikan Kakanwil Kemenag Prov. Jatim saat

acara pembinaan dan silaturrahim antara tokoh agama dan umara’ se-Kab. Gresik sekaligus halal bi halal di aula Kemenag Gresik, (19/7). Acara ini dihadiri oleh Ketua MUI Gresik, Ketua FKDT, Ketua FKUB dan pengurus serta seluruh pejabat fungsional struktural, pengurus dan anggota DWP serta seluruh karyawan Kemenag Gresik yang berjumlah 240 orang dengan diringi Qosidah Lisda Azzahrah pimpinan ibu Indah Nurlah Haris. Kakanwil menambahkan, jika Islam tidak rukun perlu dipertanyakan, begitu juga agama-agama lainnya. Karena tidak ada agama manapun yang memerintahkan tidak rukun. “Kita harus andap asor, karena kita hidup tidak bisa sendiri akan tetapi saling membutuhkan satu sama lain,” ungkapnya. Lebih lanjut ditegaskan, kelompok mayoritas dan minoritas harus duduk bersama saling menghormati. Karena setiap agama memerintahkan umatnya untuk berbuat baik. “Kalau dalam istilah Islam adalah amal sholeh yaitu berbuat baik kepada orang lain kasih sayang saling memaafkan pada sesama, maka atsarnya pasti ada,” ungkapnya. •Fudlla

Kakankemenag Kab. Pacitan Memberi Khotbah Idul Fitri di Alon-Alon Pacitan PACITAN – Alon-alon Kota Pacitan dipadati ummat Islam yang melaksanakan sholat Idul Fitri, bahkan meluber ke jalan kiri kanan dan taman sebelah timur alon-alon Pacitan, (6/7) Sholat Idul Fitri 1437 H tahun ini dihadiri oleh Bupati Pacitan beserta segenap jajaran Forkopimda, Pimpinan SKPD, instansi vertikal, BMN, BUMD, masyarakat muslim Kota Pacitan dengan khusyuk mengikuti sholat dan dilanjutkan dengan khutbah yang disampaikan oleh Kakankemenag Kab. Pacitan, H. Zuhri, M.Si. Di hadapan lebih dari 5000 jamaah, H. Zuhri, M.Si. mengupas tuntas makna fitrah. Menurutnya, manusia seusai menjalankan kewajiban ibadah puasa ditambah ibadah sunnah lainnya, bukan berarti berhenti melakukan amaliyah ubudiyah. Melainkan harus terus dilestarikannya. Idul Fitri pada hakikatnya mengajarkan kesucian, keindahan, kebersamaan dan mengarahkan umatnya memiliki kepedulian sosial. Di akhir khutbahnya, pria 51 tahun ini mengingatkan agar ummat Islam tetap optimis, bekerja keras, bekerja cerdas dan bekerja ikhlas seraya tetap mengharap bimbingan dari Allah SWT. “Rahmat dan

Para jama'ah sholat Idul Fitri dengan khusyuk mendengarkan uraian makna fitrah yang dijabarkan oleh Kakankemenag Kab. Pacitan, H. Zuhri, M.Si.

pertolongan-Nya akan senantiasa mengiringi hamba-Nya yang sabar dan teguh,” pungkasnya. •Cros

H. Sahid Bina ASN Kemenag Kab. Mojokerto Sekaligus Halal bi Halal

Dalam pembinaannya, Kakankemenag Kab. Mojokerto menekankan lagi kepada ASN untuk selalu semangat kerja dan profesionalitas melayani ummat.

KAB. MOJOKERTO – Hari pertama kerja diawali dengan pembinaan sekaligus halal bi halal bagi seluruh ASN Kankemenag Kab. 50

MPA 359 / Agustus 2016

Mojokerto baik guru maupun pegawai KUA maupun Satker, (11/7). Tidak lupa seluruh pejabat fungsional dan struktural, penyuluh agama, pengawas, dan seluruh kepala difinitif. Kegiatan ini digelar di gedung serba guna Kemenag Mojokerto. Pgs. Kakankemenag Kab. Mojokerto H. Sahid menekankan agar segenap ASN Kemenag bisa bekerja dengan penuh semangat dan profesional. Karena pemerintah sudah memberikan gaji 13 dan 14. ASN juga harus bersyukur dengan bekerja lebih giat lagi. Selain itu, ASN juga sudah mendapatkan tukin dan tunjangan sertifikasi bagi guru yang nilainya lumayan besar. “Mari terus berkarya dengan sebaik-baiknya”, ungkapnya. Dan di akhir sambutan pembinaanya, H. Sahid mengucapkan minal aidin wal faidzin atas nama pribadi, keluarga dan pimpinan. Acara ini diakhiri dengan ceramah agama oleh KH. Masrikan Asy’ari dengan tema Kembali Fitri di hari raya Idul Fitri. Beliau menjelaskan perbedaan fitri dan fitrah. Jika zakat namanya zakat fitrah tapi kalo Idul fitri maknanya kembali ke fitri dan bukan fitrah. •Echo

LINTAS PERISTIWA

Empat Pejabat Fungsional Pengawas Dilantik oleh Kakankemenag Kab. Pasuruan

Kakankemenag Kab. Pasuruan melantik empat pengawas sekaligus mengingatkan bahwa dalam menjalankan jabatan harus berlandaskan pada visi dan misi Kemenag.

KAB. PASURUAN – Bertempat di aula Al-Ikhlas, Kankemenag Kab. Pasuruan melaksanakan pelantikan empat pejabat fungsional

pengawas yang dihadiri oleh semua pejabat struktural dan fungsional Kankemenag Kab. Pasuruan. Empat pejabat yang dilantik adalah Ali Masyhar, S.Pd sebagai pengawas sekolah madya tingkat menengah pada Madrasah Aliyah, dan tiga orang dilantik sebagai pengawas sekolah madya tingkat menengah pada Madrasah Tsanawiyah yaitu Drs. H. Mahmud, M.Pd.I, H. Anas Suprapto, M.Ag dan Muhsinah Manan. Dalam pengarahannya, Kakankemenag Kab. Pasuruan H. Barnoto menyampaikan bahwa jabatan adalah amanah dan titipan Allah SWT yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Sebagai pejabat struktural maupun fungsional, harus memahami visi dan misi Kemenag. “Oleh sebab itu, semua pejabat dalam menjalankan amanat sebagai ASN harus berlandaskan pada visi dan misi tersebut,” ujarnya. Beliau menjelaskan bahwa pengawas madrasah merupakan jabatan fungsional yang harus dilaksanakan sebagai upaya untuk memperkuat akan kepengawasan terhadap madrasah yang telah dimiliki Kemenag, sehingga dapat berjalan dengan baik dan berkembang secara signifikan. •Fin

Upacara Pemberangkatan Kafilah KORPRI Kota Mojokerto Tahun 2016 KOTA MOJOKERTO – Bertempat di Rumah Dinas Walikota Mojokerto, dilaksanakan pemberangkatan kafilah MTQ KORPRI Kota Mojokerto untuk mengikuti lomba MTQ KORPRI tingkat provinsi, (15/7). Sebanyak 35 peserta mengikuti upacara pemberangkatan ini. Di antaranya Walikota, Kakankemenag, jajaran SKPD, pengurus KORPRI, Kafilah MTQ dan official. Drs. Mas’ud Yunus selaku Walikota Mojokerto menegaskan bahwa dengan memasyarakatkan al-Qur’an dan meng-al-Qur’an-kan masyarakat, maka segala bentuk tingkah laku manusia akan dapat disesuaikan dengan isi kandungan al-Qur’an. Karena al-Qur’an adalah sumber dari moral. “Jaga kesehatan untuk mempersiapkan diri,” katanya. Sedangkan Drs. Syamsuri Arif, Msi. selaku Kakankemenag Kota Mojokerto sekaligus Wakil Ketua 2 Dewan Pengurus KORPRI dalam sambutannya menyampaikan bahwa salah satu tujuan lomba ini adalah untuk meningkatakan silaturrahim, meningkatan dan pemahaman, pengamalan nilai al-Qur’an juga untuk mengembangkan bakat dan minat di bidang tilawatil al-Qur’an dan seni lainnya.

Sebanyak 35 peserta Kafilah KORPRI Kota Mojokerto Tahun 2016 bersiap untuk mengikuti kompetisi MTQ KORPRI Tingkat Jawa Timur di Surabaya.

Syamsuri Arif melanjutkan, duta Kota Mojokerto merupakan para juara pada cabang lomba masing masing dalam lomba MTQ tingkat Kota. •FM

Buka Bersama dan Santunan Anak Yatim Ramadlan 1437 H Bekerjasama Yatim Mandiri

Kakankemenag Kota Pasuruan Drs. H. Makmur Salim, Msi memberikan bingkisan berupa peralatan sekolah kepada salah satu dari 100 anak yatim.

KOTA PASURUAN – Kemenag Kota Pasuruan mengadakan buka bersama dengan anak yatim sebagai puncak acara rangkaian agenda

kegiatan Ramadan 1437 H, (29/6). Acara ini bekerjasama dengan Yayasan Yatim Mandiri Pasuruan dengan menghadirkan 100 anak yatim. Seluruh karyawan di lingkungan Kankemenag Kota Pasuruan juga hadir sekaligus menyerahkan bingkisan berupa peralatan sekolah. Kepala Yatim Mandiri Regional Pasuruan, Ishom mengatakan, sudah seharusnya kita memperhatikan dan menyantuni anak yatim. Baik dari segi kebutuhannya maupun dari segi pendidikan. “Karena ini wujud perhatian dan kasih sayang kepada mereka,” ujarnya. Sementara Kakankemenag Kota Pasuruan, Drs. H. Makmur Salim, M.Si dalam sambutannya mengatakan bahwa Kemenag melalui Seksi Pendidikan Madrasah (PENDMA) telah mengupayakan pendidikan gratis bagi siswanya. Oleh karena itu, masyarakat dan terutama anak-anak yatim dapat tetap melanjutkan pendidikan hingga tingkat menengah atas. Kepada anak yatim, Kakankemenag juga berharap agar terus giat belajar, sehingga kelak dapat menjadi bekal kehidupannya. Serta jangan menyia-nyiakan kasih sayang dan perhatian dari masyarakat sekitarnya. •Emef MPA 359 / Agustus 2016

51

LINTAS PERISTIWA

KAKANKEMENAG KAB. NGANJUK RESMIKAN MASJID AL-IKHLAS KECAMATAN LENGKONG KAB. NGANJUK – Bertempat di Dsn. Jomblang Jati Ds. Ngepung Kecamatan Leng­ kong, Kakankemenag Kab. Nganjuk meres­ mi­ kan masjid al-Ikhlas dilanjutkan dengan buka ber­sama dan sholat maghrib, (21/6). Acara ini dihadiri seluruh pejabat Kankemenag Kab. Nganjuk, kepala desa, ta’mir masjid serta warga. Kepala Dusun Jomblang Jati Desa Ngepung Agung Prayitno terimakasih karena keluarga besar Kankemenag Kab. Nganjuk memberikan kepercayaan pembangunan di daerahnya. “Dengan diresmikannya masjid al-Iklhas ini, semoga Islam akan semakin berkembang dan barokah,” ungkapnya. Sementara Kakankemenag Kab. Nganjuk H. Barozi mengatakan bahwa dana pembangunan adalah murni jariyah keluarga besar Kankemenag Kab. Nganjuk. Beliau berharap agar masjid ini tidak hanya digunakan untuk menjalankan sholat lima waktu, tetapi juga untuk TPA/TPQ, Majelis Taklim dan berkumpulnya masyarakat. Beliau juga berharap demi kemakmuran masjid agar takmir masjid mengajak warganya melaksanakan sholat berjama’ah. Sehingga jalinan kekeluargaan semakin akrab. Peresmian ditandai dengan penanda­ tanganan prasasti diteruskan pemberian bingkisan kepada 25 kaum duafa. •Nur

SERAH TERIMA 7 PEJABAT FUNGSIONAL KANKEMENAG KAB. TUBAN TUBAN – Bertempat di aula Kankemenag Kabaupaten Tuban, telah dilaksanakan pelantikan dan serah terima jabatan pejabat fungsional yang dipimpin langsung oleh Kakankemenag Kab. Tuban Drs. Abd. Wahib, M.Pd.I, (14/7) Hadir dalam acara tersebut Kasubag TU, Kasi, Penyelenggara Syari’ah, Penga­ was  PAIS, Pengawas Pendidikan Madrasah, Kepala Madrasah, Penyuluh Agama serta Kepala KUA se Kab.Tuban. Pada acara ini, Kakankemenag Kab. Tuban berpesan agar pejabat yang dilantik menjadi pejabat yang amanah dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tupoksi. Pejabat harus pula melahirkan inovasi dan budaya kerja yang lebih baik, disiplin, integritas, professional dan bertanggungjawab menjadi tauladan. Pejabat yang baru dilantik juga harus menyesuaikan dengan tugasnya yang baru sebagai pengawas. Adapun pejabat yang dilantik sebagai Pengawas Sekolah Muda PAI Tingkat Dasar di beberapa kecamatan adalah Muhasum (Kec. Merakurak), Sri Hidayah (Kec. Jatirogo dan Bangilan), Ninik Fauziyatun Nisa’ (Kec. Parengan dan Senori), Amik Widodo (Kec. Kenduruan), Moh. Ali Tamam (Kec. Plumpang), Saiful Badri (Kec. Bancar dan Kerek), Suryadi (Kec. Montong dan Singgahan). •Tar

DWP ADAKAN SOSIALISASI ‘SAYA PEREMPUAN ANTI KORUPSI’ LAMONGAN – Perilaku korupsi yang sudah mengakar di masyarakat, menjadi keprihatinan DWP Kankemenag Kab. Lamongan. Untuk memeranginya, salah satunya lewat peran seorang istri yang selalu mengingatkan sang suami untuk menjauhi korupsi. Oleh karenanya, pengurus DWP Kankemenag Kab. Lamongan mengadakan sosialisasi dengan tema ‘Saya Perempuan Anti Korupsi” dengan mendatangkan narasumber Dra. Hj. Zulfatul Mufidah Husnul Maram, M.Ag, dari DWP Kanwil Kemenag Prov Jatim di aula Kankemenag setempat, (17/6). Dalam paparannya, istri Kabid PD Pontren Kanwil Kemenag Prov Jatim mengatakan bahwa perempuan sebagai istri memiliki peran strategis untuk selalu aktif memerangi korupsi. “Sebab, dengan wawasan yang dimilikinya, tentu akan dapat menghindarkan sang suami melakukan korupsi,” ungkapnya. Sebelumnya, Hj. Latif Arifah Leksono selaku Ketua DWP Kankemenag Kab. Lamongan saat membuka acara melaporkan bahwa sosialisasi ini diikuti 136 peserta terdiri pengurus kabupaten, kecamatan, dan anggota. Kegiatan ini adalah agenda bulanan sebagai penambahan wawasan dalam memerangi budaya korupsi. Di penghujung sosialisasi, dilakukan simulasi dipimpin narasumber. •Nsr

PENTASYARUFAN UPZ KANKEMENAG KAB. NGANJUK DI DUSUN BINGUNGAN KEC. REJOSO KAB. NGANJUK – Bertempat di masjid alIkhlas Dusun Kedung Padang Desa Bingungan Kabupaten Nganjuk yang berasal dari jariyah ASN Kankemenag Kab. Nganjuk, diadakan pentasyarufan zakat, infaq dan shodaqoh, (29/6). Hadir dalam acara tersebut Kakankemenag Kab. Nganjuk, Kasubag TU, para Kasi dan Penyelenggara Binsyar serta kaum dhuafa di lingkungan Desa Bingungan Kab. Nganjuk. Selain pentasyarufan zakat yang dikelola oleh UPZ Kankemenag Kab. Nganjuk juga diadakan buka bersama, tausiyah dan sholat tarawaih. Juga tidak kurang dari 150 undangan yang hadir. H. Barozi selaku Kakankemenag Kab. Nganjuk mengapresiasi UPZ yang telah mentasyarufkan zakat kepada golongan asnaf yang menerima. Diharapkan kegiatan ini dapat dilaksanakan setiap bulan Romadhon sehingga dapat menjalin silaturahmi antara Kemenag dengan warga Desa Bingungan. Lebih lanjut Barozi berpesan kepada takmir masjid agar bisa mengajak warganya untuk memakmurkan masjidnya dengan melaksanakan sholat berjama’ah bersama, menjaga kerukunan masyarakat juga kepe­ dulian sosial kepada warganya. Selanjutnya tausyiah disampaikan oleh ZA Hanif Kamaloddin Kasi PD. Pontren. •Nur

IRJEN KEMENAG LAKUKAN PEMBINAAN DI KANKEMENAG KAB. TULUNGAGUNG KAB. TULUNGAGUNG – Memasuki hari pertama kerja, Inspektur Jenderal Kemen­ terian Agama RI Mochammad Jasin melakukan pembinaan kepada karyawan Kankemenag, Kepala Satker, Kepala KUA, dan Pengawas di aula Kankemenag Kab. Tulungagung, (11/7). Mengawali paparannya, Jasin meminta seluruh pegawai Kemenag untuk berkaca dari kepemimpinan khalifah Umar bin Abdul Aziz yang saat itu melarang para pegawai pemerintahannya menerima hadiah karena masuk dalam kategori ghulul. Sehingga Kemenag memiliki integritas dan imej yang bagus, bersih dan berwibawa serta bersih dari korupsi. “Jika menerima hadiah dari atasan boleh, Kasi memberi hadiah kepada Kasi lain juga boleh. Yang tidak boleh adalah menerima hadiah dari masyarakat yang menggunakan jasa layanan publik atau rekanan karena itu termasuk gratifikasi,” tegasnya. Jasin mengatakan, revolusi mental yang dicanangkan Presiden Joko Widodo, mengajak kita agar menjadi ASN yang melayani, berorientasi hasil, menjemput, kompeten, sederhana, dan bersih. “Pelayanan publik harus lebih bagus dan menjadikan birokrasi kita menjadi performance based bureaucracy, jadi tukin bisa meningkat,” tutur Jasin. •Fat

ASN KEMENAG KAB. PROBOLINGGO IKUTI HALAL BI HALAL PERTAMA MASUK KERJA KAB. PROBOLINGGO – ASN Kemenag Kab. Probolinggo menggelar halal bi halal pada hari masuk pertama dengan bermaafmaafan di ruang kepala, dilanjutkan dengan ramah tamah bersama Kasubag dan makan makanan seadanya, (11/7) Dalam sambutannya Kakankemenag Kab. Probolinggo H. Busthami menyampaikan per­ mohonan maafnya, manakala selama men­ ja­ lankan tugasnya ada kesalahan. Begitu­ pula sebaliknya, beliau akan memaafkan seluruh ASN jika ada kealfaan. Namun, beliau tetap berpesan kepada ASN Kemenag Kab. Probolinggo agar sejak hari pertama masuk tetap menjalankan tugasnya dengan baik. “Jalankan tugas dengan baik sesuai dengan prosedur yang berlaku. Kita ciptakan kondisi kondusif dengan memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat,” ujarnya. Selama Ramadhan – lanjutnya – kita digembleng dengan berbagai kondisi. Mulai dilatih teratur, tertib dalam menjalankan ibadah, menata jam makan-minum, hingga melatih diri kuat merasa lapar dan haus. Selain itu, kita juga berlatih menjalankan kewajiban lainnya dengan mengeluarkan zakat baik fitrah maupun mal, juga memberikan santunan kepada kaum dluafa sebagai kepedulian kita kepada fakir miskin. •Ansori

52

MPA 359 / Agustus 2016

LINTAS PERISTIWA

Masjid Besar Ar-Rahman, Kesekian Kalinya Menjadi Pusat Pembinaan Manasik Haji

Para calon jamaah haji yang berjumlah 76 dari dua kecamatan mengikuti dengan seksama uraian yang diberikan oleh nara sumber manasik haji.

KAB. PROBOLINGGO – Dengan semakin dekatnya pelaksanaan ibadah haji, dua KUA (Wonomerto dan Lumbang) bersama-sama

melaksanakan pembinaan manasik 76 calon jamaah haji selama 5 hari, (20/7). Pelaksanaan pertemuan awal manasik dibuka Kasi PHU Kankemenag Kab. Probolinggo, H. Mukhlason, yang dalam sambutannya berterima kasih kepada kedua Kepala KUA yang telah mendahului mengadakan kegiatan manasik. Menurutnya, kegiatan ini bukan tanpa alasan. Namun karena kedua Kepala KUA tersebut pada tahun ini sama-sama ditunjuk pemerintah untuk menjadi petugas haji. Tapi, semua kepala KUA juga memiliki kewajiban untuk menjalankan amanah yang dibebankan untuk melaksanakan kegiatan manasik di wilayah masing-masing yang telah ditentukan oleh Kankemenag setempat. Mukhlason selain memberikan appresiasi kepada petugas KUA, juga memberikan dukungan dan materi kepada para CJH. Di samping ada dua Kepala KUA, dan beberapa pengurus IPHI kecamatan yang turut serta memberikan materi pembinaan kepada jamaah. Selan itu, kegiatan ini juga dihadiri jajaran Forkopincam Wonomerto, tim kesehatan, IPHI, penyuluh agama dan tokoh agama. •Ansori

Baznas Salurkan 5.000 Pake Zakat dan Bantuan Sosial Bagi Fakir Miskir KAB. SIDOARJO – Agungnya bulan Ramadhan terutama pada 10 hari terakhir dimanfaatkan BAZNAS Kab. Sidoarjo untuk beribadah membantu fakir miskin. BAZNAS membagikan 5.000 paket zakat fitrah kepada fakir miskin di wilayah Kab. Sidoarjo di pendopo Kabupaten, (3/7). Penyaluran zakat fitrah ini dipimpin Bupati Sidoarjo H. Saiful Ilah, SH. dan didampingi Wabup, Sekkab, Kabag Kesra Pemda Sidoarjo serta Kepala Kantor dan Penyelenggara Syariah Kankemenag Sidoarjo. Penyelenggara Syariah Kankemenag Sidoarjo mengatakan bahwa pentasarrufan zakat ini didistribusikan kepada mustahik di 3 lokasi yaitu 12 desa tertinggal, desa terpencil dan di pendopo Kabupaten Sidoarjo. Secara simbolis pendistribusian dilakukan oleh Bupati dan pejabat lainnya. Beberapa minggu sebelumnya, BAZNAS Kabupaten juga telah melaksanakan bakti sosial di desa terpencil yaitu dusun Tlocor Kecamatan Jabon. Baksos berupa 24 paket sembako dan perlengkapan sholat. Baksos ini dipimpin Plt. Kasi Bimas Islam (H. Moh. Arwani, M.Ag., M.HI), Staf Gara Syariah, dan Pokjaluh. “Semoga memberi

Bupati Sidoarjo bersama Kakankemenag Kab. Sidoarjo bahu-membahu memberikan zakat fithrah yang berasal dari pengumpulan zakat BAZNAS Sidorjo.

motivasi 24 wanita ‘harapan’ di Tlocor untuk rindu mendekatkan diri kepada Allah SWT,” ujar Kasi Bimas Islam. •MS

Para Purnakarya Hadiri Halal bi Halal yang Diadakan Kankemenag Kab. Tulungagung

Kakankemenag Kab. Tulungagung H. Damanhuri terharu dan berterima kasih atas kedatangan sesepuh pensiunan yang berkenan hadiri halal bi halal.

KAB. TULUNGAGUNG – Berbalut suasana hangat dan akrab, pejabat teras, kepala madrasah, kepala KUA, pengawas madrasah dan

PAI, pensiunan, dan pegawai Kankemenag Kab. Tulungagung mengikuti halal bi halal di halaman parkir belakang, (12/7). Kakankemenag Kab. Tulungagung H. Damanhuri dalam sambutannya mengapresiasi dan berterima kasih setinggitingginya kepada para sesepuh berkenan hadir. “Hari ini saya bangga, sangat terharu, dan terima kasih atas kedatangan sesepuh para pensiunan. Semoga niat ikhlas untuk hadir di sini dicatat oleh Allah SWT.” tutur Damanhuri. Menurut Damanhuri, Kemenag saat ini semakin besar. Lembagalembaga di bawah Kemenag semakin berkembang dan menarik banyak siswa. Disiplin kerja dengan finger print juga sudah diterapkan sejak 2011. “Dengan disiplin kerja dan kinerja yang baik, semoga rezeki kita berkah. Dan insya Allah semakin berkah karena sudah dipotong zakat 2,5%,” kata Damanhuri. Sedangkan Ketua Persaudaraan Purnakarya Kementerian Agama (PPKA) Kab. Tulungagung H. Abdul Malik dalam sambutannya berterima kasih karena Kemenag berkenan mengundang serta mengapresiasi kinerja Kakankemenag Kab. Tulungagung selama ini. •Fat MPA 359 / Agustus 2016

53

LINTAS PERISTIWA

UPZ KANKEMENAG BANGKALAN DISTRIBUSIKAN SANTUNAN BANGKALAN - Sudah menjadi tradisi di UPZ Kankemenag Kab. Bangkalan setiap bulan Ramadhan adalah saatnya berbagi. Sebanyak 150 yatim dan dluafa diundang ke aula al-Ikhlas Kankemenag Kab. Bangkalan guna menerima bingkisan Ramadhan, (29/6). Acara dikemas secara sederhana dihadiri Kakankemenag Kab. Bangkalan, Drs. H. Mu’arif, M. Si. didampingi Penyelenggara Syari’ah, H. Sulaiman, S. Ag., M. Pd. I. Penyelenggara Syari’ah dalam lapo­ rannya menyatakan bahwa pada distribusi kali ini didistribusikan sebanyak 150 bingkisan @ Rp. 150.000,- dengan perincian tiap paket terdiri dari paket barang berupa beras 2 kg, gula 1 kg, mie instan 4 bungkus, minyak goreng 1 liter dan sebuah sarung dan ditambah dengan uang sebesar Rp. 75.000,-. Kakankemenag Kab. Bangkalan ketika memberikan sambutannya menyampaikan rasa syukurnya sehingga karena setiap tahun bisa berbagi rasa dengan anak yatim dan kaum dhuafa. Di mana pengumpulan dana yang didistribusikan ini berasal dari penyisihan sebagian rezeki yang diperoleh oleh karyawan dan karyawati di lingkungan Kankemenag Kab. Bangkalan. Dalam kesempatan ini, beliau juga berharap agar pentasyarufan bisa bermanfaat. •Sulaiman

PEMBAGIAN ZAKAT PROFESI KANTOR KEMENAG KAB.LUMAJANG LUMAJANG – Unit Penyelenggara Zakat (UPZ) Kankemenag Kab. Lumajang bekerja sama dengan Badan Amil Zakat (BAZ) Kab. Lumajang melaksanakan pembagian zakat profesi kepada 200 mustahiq yang terdiri dari Gakin dan abang becak di sekitar Kankemenag Kab. Lumajang dan sekitar lingkungan ASN Kankemenag Kab. Lumajang, (30/6). Dalam pembagian zakat yang dipusatkan di halaman Kankemenag Kab. Lumajang ini, setiap mustahiq mendapatkan 5 kg beras dan uang sebesar Rp. 50.000,-. Menurut Penyelenggara Syariah Drs. H.Yusuf Wibisono MSi, zakat profesi yang didistribusikan berasal dari pengumpulan zakat PNS Kemenag dan zakat profesi PNS Kemenag Lumajang yang tiap bulan meyetorkan zakatnya sebesar 2,5 % dari gajinya. Hasil setoran tersebut dihimpun oleh UPZ yang selajutnya disetor ke BAZNAS. Sedangkan Kakankemenag Kab. Lumajang Nuril Huda, SH S.Pd.I dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegatan ini adalah ajang tali persaudaaan antara keluarga Kemenag dengan tetangga sekitar dan berbagi rezeki sesama umat Islam. “Para mustahiq diharap mendoakan para PNS Kemenag Lumajang agar selalu sehat sehingga bisa melaksanakan tugasya dengan sebaik-baiknya,” pungkasnya. •Ziza

KOORDINASI JELANG PEMBERANGKATAN HAJI BANGKALAN – Bertempat di ruang meeting Kankemenag Kab. Bangkalan, berlangsung rapat koordinasi haji yang diikuti seluruh Kepala KUA se Kab. Bangkalan, (11/7),. Rakor tersebut membahas berbagai persiapan menjelang pemberangkatan haji. Mengingat jadwal pemberangkatan Kab. Bangkalan termasuk kloter awal. Banyak hal yang harus dipersiapkan mulai pendataan, pasporing, pembinaan manasik dan lain-lain. Drs. H. Syamsul Muarif, M. Pd. I., selaku Plt Kakankemenag Kab. Bangkalan dalam arahannya menyampaikan agar seluruh Kepala  KUA  segera mengadakan koordinasi dan mempersiapkan diri dengan waktu yang sedikit ini untuk segera mengadakan pembinaan pada calon jamaah haji sesuai peraturan yang berlaku, sehingga diharapkan para calon jamaah haji bisa mandiri. Dalam kesempatan terpisah, Kasi PHU Kankemenag Kab. Bangkalan, Abdul Hamid, S. Ag., MM., menjelaskan bahwa tahun ini Bangkalan mendapat jatah kloter 5 dan 6. Untuk itu diharapkan bulan Juli ini sudah dilaksanakan pembinaan manasik di tiap kecamatan. Adapun pembinaan massal manasik haji se-kabupaten direncanakan pada 3-4 Agustus. Dan sesuai jadwal, jamaah haji Bangkalan berangkat tanggal 10 Agustus 2016. •Sulaiman

HALAL BI HALAL KELUARGA BESAR KANKEMENAG KAB. LUMAJANG LUMAJANG – Keluarga besar Kankemenag Kab. Lumajang, menyelengarakan acara halal bi halal, (14/7). Acara rutin tiap tahun ini dilaksanakan di aula Kankemenag Kab. Lumajang dan dihadiri oleh semua pegawai, pengurus dharma wanita, Ketua BAZ, Ketua MUI, PPKA, Pengawas, Kepala KUA, Kepala satker, dan penyululuh agama. Kakankemenag Kab Lumajang Nuril Huda. SH.S.Pd.I.MH. dalam sambutannya menyam­ paikan permohonan maaf lahir dan batin kepada seluruh pegawai dan undangan yang hadir. “Halal bi halal merupakan silaturrahim antara satu sama yang lain, sekaligus saling memaafkan,” katanya. Selanjutnya acara halal bi halal yang khidmat tersebut diisi dengan ceramah agama oleh Kepala Kejaksaan Negeri Kab. Lumajang Teuku Muzafar, SH.MH. Dalam ceramahnya beliau menyampaikan bahwa  kerja itu adalah ibadah dan harus dilaksanakan secara amanah. “Dalam melaksanakan tugas harus didasari dengan ikhlas dan amanah. Jangan sampai kerja karena uang. Karena kita sudah digaji oleh pemerintah,” ujarnya. Acara diakhiri dengan do’a seusai itu dilanjutkan dengan ramah tamah yang diiringi dengan penampilan group musik qosidah “Bunga Saroja” dari DWP Kemenag Kab. Lumajang. •ZIZ

54

MPA 359 / Agustus 2016

AMIN MAHFUD BERHARAP JAJARANNYA BISA LEBIH TINGKATKAN KINERJANYA KAB. MAGETAN – Di hari pertama masuk kerja, seluruh jajaran pegawai Kankemenag Kab. Magetan semuanya hadir tanpa ada yang membolos. Hal tersebut terlihat pada saat apel pagi yang diadakan di halaman depan Kankemenag Kab. Magetan, (11/7). Sebagai pembina apel, Kakankemenag Kab.Magetan Moh Amin Mahfud antara lain berharap agar seusai cuti bersama Idul Fitri semua jajaran di Kankemenag Magetan agar memulai aktifitasnya dengan lebih giat, lebih fresh sehingga kinerjapun lebih meningkat. Apa lagi hasil penilaian Audit Kinerja Irjen pada Bulan Ramadhan lalu Kemenag Magetan mendapat nilai 84,18. “Dengan nilai tersebut tentu kita harus bisa menjaga dengan me­ ningkatkan kinerja yang lebih bagus lagi,” harapnya Amin Mahfud. Usai apel dilanjutkan halal bi halal dengan jabat tangan dan saling memberi dan minta maaf antar sesama ASN Kemenag Magetan. Amin Mahfud melanjutkannya dengan sidak ke Satker Madrasah dan KUA untuk mengetahui sejauh mana kehadiran ASN. Dalam sidak ini ada 5 tim dengan tugas wilayah masing-masing. Dan hasilnya mengembirakan, tidak ada satupun pegawai yang bolos kerja setelah cuti bersama Idul Fitri 1437 H. •Kurdi HALAL BI HALAL BERSAMA PEMBINAAN PEGAWAI OLEH TIM SIDAK ITJEN KEMENAG RI KOTA MADIUN – Bertempat di halaman Kankemenag Kota Madiun, keluarga besar Kankemena Kota Madiun mengadakan halal bi halal bersama Tim Sidak Itjen Kemenag RI pada hari masuk pertama setelah libur panjang (11/7). Dalam sambutanya, tim Itjen Kemenag RI yang diwakili oleh Akhmad Hariyanto mengajak ASN bersama-sama menjaga komit­ men disiplin kerja, melaksanakan pro­ gram-program dengan sebaik-baiknya, mengembangkan sistim kehati-hatian dan menyampaikan pentingnya pengawasan dalam pencegahan dan pemberantasan Tipikor. Lebih lanjut beliau menganalogkan pengemudi harus tahu fungsi “rem” pada kendaraan. Sementara Dr. M. Amir Sholehuddin, M. PdI Kakankemenag Kota Madiun da­ lam sambutannya berterima kasih atas pence­ rahan dari tim Itjen. Sekaligus mengajak ASN agar meningkatkan kinerja. Mengingat kesejahteraan sudah berangkat duluan dengan tunjangan kinerja, gaji 13 dan 14. “Semua harus lebih baik dan berpikir apa yang akan kita berikan untuk negara demi Kementerian Agama lebih baik lagi dengan 5 budaya kerja dan pakta integritasnya,” ujarnya. Acara diakhiri dengan bersalamsalaman dan maaf-memafkan serta beramah tamah. •AJ

LINTAS PERISTIWA

HALAL BI HALAL DAN TASYAKURAN HUT KOPERASI KAB. MALANG – Setiap ASN mempunyai peranan dan tanggung jawab dalam menja­ lankan tugasnya. Adanya beban tanggung jawab dan target yang dipenuhi, hendaknya semakin membuat disiplin dan kerja keras. Tidak cukup hanya tuntas, tetapi ada variabel disiplin dan integritas sebagai komponen penyertanya. Demikian sambutan Kakankemenag Kab. Malang, Drs. H. Mohammad As’adul Anam, M.Ag saat memberi sambutan pembinaan pada Halal bi Halal dan Tasyakuran HUT Koperasi ke-69 di aula setempat (12/7). Ratusan ASN yang terdiri dari para Kasubag, Kasi dan Penyelenggara, Kepala Madrasah, KUA, PPAI, Penyuluh Agama, JFU dan Dewan Anggota KPRI Eko Kapti yang hadir pada saat itu juga menyimak dengan seksama ceramah agama yang disampaikan oleh Gus Wakid Ghozali dari Singosari. Dalam tausiyahnya, beliau menguraikan tentang tips sukses dunia akhirat dalam bekerja. Yaitu harus bermodal yakin, rajin, ikhlas, memiliki rasa sayang dan membimbing kepada bawahan dan memiliki kepatuhan kepada pemimpin. Sementara itu, H. Saiful Jul Noerjanto, mewakili pengurus KPRI Eko Kapti Kan­ kemenag Kab. Malang berterima kasih kepada pembina dan seluruh anggota yang mendukung acara ini. •Arif

KAFILAH MTQ KORPRI KAB. MOJOKERTO BERPRESTASI DI TINGKAT PROVINSI KAB. MOJOKERTO– Sejak hari Minggu (17/7) Pengurus Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) Jawa Timur menye­­lenggarakan Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) hingga Kamis (21/7) yang diselenggarakan di Asrama Haji Sukolilo Surabaya. MTQ ini diikuti oleh kafilah atau utusan dari kabupaten dan kota se-Jawa Timur. Pada moment ini, Kabupaten Mojokerto pun ikut mengirimkan kafilahnya. Di dalam kafilah tersebut ada beberapa personil yang berasal dari Kemenag Mojokerto. Rasa syukur tidak terhingga, karena Pengurus Daerah KORPRI Kabupaten Mojo­ kerto yang bekerjasama dengan Kemenag berhasil berprestasi di ajang MTQ KORPRI tahun ini. Ini di buktikan dengan 4 orang yang berhasil meraih juara. Keempat juara tersebut berasal dari Kemenag Mojokerto. Keempat orang tersebut adalah Suud Amin yang meraihJuara 1 cabang hafidz Al Qur’an, Fatkhurrahman Juara 2 cabang Tartil putra, Huriyah Juara Harapan 2 Cabang Tartil putri, Moh. Anas Juara Harapan 3 cabang Dakwah putra. Ucapan selamat pun mengalir kepada para juara, tidak ketinggalan juga Pgs. Kakankemenag Kab. MojokertoH. Sahid. Karena para juara ini adalah kebanggan Kemenag Mojokerto. •Echo

BEKALI CJH DENGAN MANASIK HAJI KELOMPOK DAN MASSAL PAMEKASAN – Dalam rangka membe­ rikan pemahaman dan langkah aspiratif agar CJH lebih menguasai hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan ibadah haji, Seksi Urusan Haji dan Umrah Kankemenag. Kab. Pamekasan mengadakan pembekalan manasik haji CJH tahun 2016, (16/7). Manasik ini diadakan dalam dua tahap yaitu tahap pembinaan kelompok dan pembinaan massal. Tahap pertama diadakan selama 6 hari, sedangkan pembinaan massal pada tanggal 27 Juli 2016 di gedung Barkorwil Pamekasan. Para pemateri pelaksanaan manasik haji ini berasal dari para kepala KUA di setiap kecamatan, kepala puskesmas dan beberapa tokoh agama dan masyarakat yang ditunjuk. Mereka memberikan materi mengenai kebijakan pemerintah tentang penyelenggaraan haji, ziarah di haramain, proses perjalanan haji, akhlaqul karimah, penjelasan haji dan umrah, hikmah haji dan masih banyak lagi. Menurut Kasi Penyelenggara Haji dan Umrah, H.A. Fandi, S.Ag. M.Hi., jumlah CJH Kab. Pamekasan untuk tahun ini agak menurun. Bukan karena perekonomian tidak stabil, tapi karena porsi yang membatasinya. “Oleh karenanya hal ini tidak bisa dijadikan barometer bahwa kesadaran beragama kian menurun,” tegasnya. •SM

KAKANKEMENAG KOTA KEDIRI MEMBUKA RANGKAIAN KEGIATAN MANASIK HAJI KOTA KEDIRI – Untuk mewujudkan Jamaah Calon Haji (JCH) yang mandiri, ber­ wa­ wasan keilmuan dan memperoleh haji yang mabrur sesuai tuntunan syariah, Kankemenag Kota Kediri mengadakan kegia­ tan manasik haji, (18/7). Pembukaan manasik haji dipusatkan di Masjid Agung Kota Kediri diikuti 207 CJH. Pada sambutan dan arahannya, Kakan­ kemenag Kota Kediri meyampaikan agar CJH dapat mengikuti petunjuk dan bimbingan dengan baik dan benar agar menjadi haji yang mabrur. “Mudah-mudahan jamaah Kota Kediri yang tergabung dalam kloter 21 bisa menjaga kekompakan dan yang terpenting bisa menjaga kesabaran dan keikhlasan” harapnya. Lebih lanjut, Kakankemenag berpesan agar jamaah tetap menjaga kesehatan mulai saat ini, pemberangkatan bahkan sampai pulang dari haji. “Jaga pola makan dan minum selama menunaikan ibadah haji,” tegasnya. Kegiatan tersebut juga dihadiri Abd. Haris, Kasi PHU Kanwil Prov. Jawa Timur, yang sekaligus  memberikan pengarahan dan materi bimbingan manasik calon jamaah haji tahap pertama tingkat Kota Kediri. Perlu diketahui bahwa manasik haji ini direncanakan dilaksanakan dua kali tingkat kota dan enam kali tingkat kecamatan. •Basith

PASCA LIBUR LEBARAN, KEMENAG SAMPANG LANGSUNG GELAR RAPAT KOORDINASI SAMPANG – Hari perdana masuk kantor seusai lebaran, Kakankemenag Kab. Sampang H. Mudjalli langsung memimpin rapat evaluasi dan koordinasi kinerja, (11/7). Rapat yang bertempat di aula mini Kemenag Sampang ini dihadiri Kasubag TU, Kasi, perencana beserta staf penyelenggara Kankemenag Sampang. Dalam arahannya, H. Mudjalli ber­ terima kasih atas partisipasi dan kerja keras segenap kasi serta jajaran staf dalam melakukan berbagai kegiatan selama bulan Ramadhan serta Idul Fitri yang berjalan lancar. “Tentu ini tidak lepas dari kerja keras kita semua” ujarnya. Ke depan, dia berharap agar semangat kerja tetap dipertahankan dan terus ditingkatkan guna semakin memperbaiki performance Kemenag Sampang di mata publik. Apalagi saat ini, Kemenag secara nasional sedang mendapatkan tugas serius untuk kembali menaikkan penilaian dari Wajar Dengan Pengecualian (WDP) ke Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Tak terkecuali, lanjut Mudjalli, juga di bidang layanan publik seperti layanan pernikahan dan urusan haji yang tak lama lagi akan diberangkatkan. “Saya mohon dipersiapkann betul agar masyarakat tidak ada yang merasa dikecewakan” tuturnya. •FR

HALAL BI HALAL KEMENAG DI LAPAS MOJOKERTO KOTA MOJOKERTO – Berbalut suasana khusyuk, tafakkur dan akrab, berlangsung halal bi halal di Masjid At-Taubah Lapas Mojokerto (13/6). Diikuti 120 Jamaah terdiri dari pimpinan lapas, penyuluh, ta’mir masjid dan warga binaan, kegiatan ini dibuka oleh Ketua Pokjaluh dan dilanjutkan sambutan oleh Perwakilan Lapas. Wahyu Susilo Arif (Kasi Pembinaan Lapas) menyampaikan atas nama pribadi, keluarga dan institusi mohon maaf lahir batin. Seraya berharap agar amal ibadah yang telah dilakukan selama bulan Ramadhan diterima Allah SWT. Sementara untuk Pokjaluh Kemenag, beliau berterima kasih setinggitingginya atas pengabdian dan dedikasinya yang tulus yang tak terhingga dalam membantu kegiatan keagamaan Islam di lapas Mojokerto. “Saya baru dua bulan dinas di lapas Mojokerto dan mendapat informasi bahwa pengabdian ini sudah berjalan selama 10 tahun,” ujarnya. Sementara itu, Mahfudz dari Pokjaluh berharap agar ilmu yang diberikan dapat bermanfaat bagi warga binaan dan dapat diterapkan dengan baik. Warga binaan juga diharapkan tetap semangat dalam menjalani pidana, terutama ibadahnya ditingkatkan. Acara halal bi halal ini diakhiri dengan ramah-tamah. MPA 359 / Agustus 2016

55

LINTAS PERISTIWA

Tasharruf ZIS Bagi 350 Fakir Miskin dan 230 Anak Yatim se-Kab. Jombang

Salah satu anak yatim tersenyum saat mendapatkan dana ZIS yang berasal dari pegawai Kankemenag Kab. Jombang melalui Unit Pengumpul Zakat (UPZ).

KAB. JOMBANG – Penyelenggara Syariah adakan kegiatan tasharruf ZIS Baznas melalui Kankemenag Kab. Jombang untuk 350

fakir miskin dan 230 anak yatim se-Kab Jombang di aula Darul Hikmah yang dilaksanakan selama dua hari, (27-28/6). Ketua UPZ H. Ilham Rohim menjelaskan bahwa tujuan dari pentasharrufan ZIS ini bertujuan untuk memberikan santunan kepada lingkungan sekitar Kankemenag Kab. Jombang dari dana ZIS pegawai Kankemenag Kab. Jombang yang telah terkumpul di UPZ Kankemenag. Selain itu, mohon doa kepada para mustahiq dan yatim piatu agar Kankemenag Kab. Jombang dan seluruh pegawainya diberikan berkah, khusnul khotimah dan dilindungi Allah SWT. Sementara itu Ketua BAZNAS Kab. Jombang H. Baidhowi berdo’a agar amanah dari keluarga besar Kankemenag Kab. Jombang berupa zakat, infaq dan shodaqoh ini menjadi barokah bagi semuanya. Pada kesempatan ini, Ketua BAZNAS Kab. Jombang ini menyerahkan secara simbolis kepada mustahiq. Sedangkan Kakankemenag Kab. Jombang H. Abd. Wahib berpesan agar dengan adanya acara ini akan terjadi saling mendoakan sehingga sehat semua, khusnul khotimah dan anak yatim piatunya dijadikan anak yang sholeh dan sholihah. •Tts

Tim Itjen Kemenag RI Berikan Sosialisasi Laporan Harta Kekayaan (LHK) ASN BANYUWANGI – Sebagaimana Surat Edaran Nomor 1 Tahun 2015 tentang  Kewajiban Penyampaian Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara (LHKASN) di lingkungan instansi pemerintah, setiap ASN berkewajiban melaporkan harta kekayaannya kepada pimpinan organisasi melalui Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP). Sebagai tindak lanjutnya, tim Inspektorat Jenderal Kemenag RI memberikan pembinaan dan sosialisasi kepada seluruh pejabat di lingkungan Kankemenag Kab. Banyuwangi. Kegiatan yang dilaksanakan di aula Kankemenag Kab. Banyuwangi tersebut diikuti 150 orang yang terdiri dari kepala madrasah, pengawas, kepala KUA, ka. TU, penghulu, penyuluh serta undangan dari pejabat Kankemenag Banyuwangi, (12/7). Acara diisi dua narasumber dari tim Inspektorat Jenderal RI. Kakankemenag Kab. Banyuwangi Santoso menghimbau kepada pejabat dan ASN untuk memiliki komitmen besar. ASN di Kemenag Banyuwangi diharapkan jujur saat mengisi data pada aplikasi yang telah disediakan. “Kita hendaknya benar-benar punya komitmen untuk tidak melakukan

Para peserta menyimak arahan dan sosialisasi terkait Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara (ASN) dari Tim Itjen Kementerian Agama RI.

tindak pidana korupsi, dan salah satu bentuknya adalah mengisi LHKASN dengan jujur dan bertanggung jawab.” kata Santoso. •Yasin

Kakankemenag Kota Blitar Membuka Bimbingan Manasik Haji Massal Calon Jama'ah Haji

Calon jama'ah haji (CJH) Kota Blitar mendapatkan pengarahan bagaimana menjalankan ibadah haji dengan baik dan benar sehingga menjadi lancar dan mabrur.

KOTA BLITAR – Kankemenag Kota Blitar melalui Seksi PHU menyelenggarakan acara Bimbingan Manasik Haji Massal Bagi 56

MPA 359 / Agustus 2016

Calon Jama’ah Haji (CJH) Kota Blitar di gedung Kusumo Wicitro, (22/07). Acara yang dibuka oleh Kakankemenag Kota Blitar H. Ngudiono tersebut diikuti oleh peserta yang berasal dari seluruh Kasi di Kemenag, Kepala KUA, CJH serta beberapa pejabat terkait dari Pemkot Blitar. Dalam sambutannya, H. Ngudiono diantaranya bahwa tujuan dari pelaksanaan acara ini untuk memberikan pemahaman serta latihan mengenai ibadah haji bagi CJH asal Kota Blitar. Sehingga diharapkan nantinya ibadah haji CJH Kota Blitar menjadi lancar dan mabrur. Selain itu, Kakankemenag juga mengingatkan kepada para petugas maupun para CJH Kota Blitar untuk betul-betul menyiapkan diri, baik secara fisik maupun mental. Lebih lanjut, disampaikannya pula agar semua pihak memanfaatkan acara ini semaksimal mugkin. Di antaranya sebagai sarana sharing antara CJH dengan seluruh elemen. Baik dari Kankemenag Kota Blitar maupun dengan Pemkot Blitar. “Baik itu terkait prosedur, sarana prasarana kesehatan maupun bimbingan ibadah haji itu sendiri,” tambahnya. •Moza

LINTAS PERISTIWA

SEMARAKKAN RAMADHAN DENGAN BERBAGI KEPADA YATIM–PIATU SURABAYA – Bertempat di aula Kanke­ menag Kota Surabaya, diselenggarakan acara buka bersama dengan para pejabat dan para pegawai Kankemenag Kota Surabaya, (27/6). Acara ini diisi juga dengan memberi santunan kepada 40 anak yatim-piatu dari panti asuhan di Kota Surabaya. Dalam kata sambutan, Kakankemenag Kota Surabaya, Drs. H. Moh. Bakri, M.PdI, menuturkan urgennya acara buka bersama ini dalam menggalang kebersamaan dan silaturrahim di antara para pegawai. Selain juga bisa berbagi kepada anak yatim-piatu dari Panti Yatim Bani Ya’kub dan Yayasan Putri Aisiyah II berupa santunan berupa peralatan sekolah dan sejumlah uang yang dimotori oleh UPZ Kankemenag Kota Surabaya. Beliau juga berharap agar ke depannya bisa bertambah banyak lagi kepedulian terhadap yatim dan dhuafa’, sehingga kita dapat merasakan empati terhadap sesama. “Disamping juga harus menjadi pelopor di tengah-tengah masyarakat untuk mewujudkan ketenangan, ketentraman, kedamaian sehingga dapat membawa kesejukan dan menjadi rahmatan lil ‘alamin,” paparnya. Sebagai penceramah dalam acara berbuka, H. Farmadi, S.Ag. M.HI yang juga Kasi PHU Kankemenag Kota Surabaya. •Dori

KANKEMENAG KAB MADIUN SELENGGARAKAN MANASIK HAJI MASSAL KAB. MADIUN - Ibadah haji merupakan ibadah yang identik dengan ibadah fisik dengan stamina yang prima. Oleh karena itu agar pelaksanaannya bisa sempurna dan berjalan dengan baik dan lancar, perlu adanya latihan berupa manasik haji. Kegiatan manasik haji selama 2 hari ini diikuti oleh 257 CJH Kab. Madiun dilaksanakan di area Kankemenag Kab. Madiun yang memang telah memiliki museum keagamaan berupa miniatur Ka’bah dan sarana-prasarana pelak­ sanaan manasik haji, (17/7). Pada manasik haji ini juga menghadirkan Kabid PHU Kanwil Kemenag Provinsi Jatim H. Moh Syakur dan Kakankemenag Kab. Madiun H. Hafidz sebagai narasumber. Pesertapun mengikuti manasik dengan penuh semangat dan antusias hal ini dibuktikan ketika praktek manasik seluruh peserta mengikutinya. Tidak lupa Kasi Penyelenggara Haji dan Umroh Kankemenag Kab. Madiun H. Tawwabin memberikan apresiasi kepada seluruh jama’ah karena telah mengikuti manasik haji ini dengan baik dan tertib. Beliau berharap agar seluruh jama’ah haji memperhatikan dan melaksanakan hal-hal yang telah disampaiakan narasumber agar pelaksanaan haji di tanah suci nanti bisa berjalan dengan baik dan maksimal. •Arf

H. Didik Heriadi Menyampaikan Materi Ihram dan Tata Cara Pemakaiannya KOTA PROBOLINGGO – Pakaian ihram merupakan pakaian wajib kaum muslimin yang hendak melaksanakan ibadah haji maupun umrah. Pakaian putih yang disebut juga pakaian suci ini tidak boleh dijahit. Cara pemakaiannya yaitu dengan dililitkan ke sekeliling tubuh bagi jama’ah pria. Begitu cuplikan paparan H. Didik Heriadi, Kasubbag TU Kankemenag Kota Probolinggo saat mengawali materinya di depan para jamaah calon haji, (21/7). Kasubbag TU melanjutkan, bagi lakilaki ketika ihram tidak boleh memakai kaos kaki dan khuf (sepatu slop) kecuali jika tidak mendapatkan sandal. Adapun bagi wanita, diperbolehkan memakai kaos kaki dan sepatu khuf, karena kaki wanita adalah aurat. Sementara kaos tangan, bagi lakilaki mupun perempuan tidak diperbolehkan memakainya ketika berihram. Mengakhiri materinya, H. Didik Heriadi mengurai larangan-larangan saat berihram. Di antaranya menebang pohon, mem­ per­ mainkan atau membunuh binatang, memotong kuku, menikah, menikahkan, melakukan hubungan seks atau bercumbu, berbicara kotor, bertengkar atau mencaci maki. Kegiatan yang digelar di aula Kankemenag Kota Probolinggo ini diikuti 40 CJH Kec. Mayangan. •Arb

KEMENAG KAB. TUBAN GELAR HALAL BI HALAL TUBAN – Halal bi halal keluarga besar Kankemenag Kab. Tuban yang merupakan kegiatan rutin setiap Idul Fitri dilaksanakan sangat sederhana di halaman kantor, (14/7). Acara ini dihadiri oleh semua pejabat struktural dan fungsional serta pegawai Kankemenag Kab. Tuban. Kasubbag TU Drs. Achmad Badrus Sholeh dalam sambutannya mengatakan bahwa acara ini digelar untuk memberikan kesempatan bagi ASN  untuk saling memaafkan. Sebab belum tentu pada lebaran bisa bertemu. “Saya yakin di antara kita ada yang belum sempat bermaaf-maafan. Jadikan momentum ini untuk meningkatkan silaturahim dan saling memaafkan,” katanya. Kakankemenag Kab. Tuban Drs. Abd. Wahib, M.Pd.I mengatakan tidak ada seorangpun yang alpa dari khilaf dan kesalahan. Karena itu halal bi halal ini merupakan momentum yang paling tepat untuk saling memaafkan dan meningkatkan ukhuwah. Pada kesempatan ini Tuban Drs. Abd. Wahib, M.Pd.I juga mengajak ASN  untuk membawa semangat kerja yang baru pasca Ramadhan dengan meningkatkan kedislipinan, kejujuran dan profesionalisme. Sebab bulan ramadhan merupakan ajang pendidikan dan pelatihan menuju pribadi yang jujur, disiplin serta taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. •Tar

Sebanyak 350 ASN Kemenag Sampang Ikuti Sosialisasi PMK 72/2016 SAMPANG – Bertempat di aula Kankemenag Kab. Sampang, sebanyak 504 Aparatur Sipil Negara (ASN) Kankemenag Sampang menghadiri kegiatan sosialisasi PMK Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Uang Makan Bagi Pegawai Aparatur Sipil Negara, (20/7). Acara ini dibuka Kakankemenag Kab. Sampang H. Mudjalli yang menyampaikan bahwa kegiatan ini dilakukan sebagai langkah tepat. Guna merespon regulasi baru dari Menteri Kuangan. “Kegiatan ini penting, karena munculnya banyak pertanyaan terkait regulasi ini di tingkat bawah terutama bagi ASN yang diperbantukan di luar instansi pemerintah semisal madrasah swasta,” tuturnya. Dalam PMK 72/2016 di Bab II pasal 3 salah satu itemnya menyebutkan uang makan tidak diberikan kepada Pegawai ASN yang diperbantukan atau dipekerjakan di luar instansi pemerintah. Sementara, ASN terutama guru yang bekerja di lingkungan Kankemenag banyak diperbantukan ke lembaga-lembaga pendidikan non peme­ rintah. Persoalan ini masih menjadi kajian di Kemenag tingkat pusat. Oleh karena itu, pihaknya mengharap kepada segenap ASN agar tetap tenang dan semangat dalam menjalakan amanah serta tugas-tugas di tempat kerjanya masing-masing. •FR

BIMBINGAN MANASIK HAJI CJH 1437 H/2016 M KEC. KOTA SUMENEP SUMENEP – Bertempat di aula MAN Sumenep, dilaksanakan bimbingan manasik haji Kab. Sumenep, (18/7). Manasik haji tersebut untuk mempersiapkan CJH dalam keberangkatannya menuju tanah suci. Diharapkan seluruh CJH Kab. Sumenep dapat memahami dengan baik akan makna manasik haji yang dilaksanakan oleh Kankemenag baik ditingkat kecamatan maupun manasik massal di tingkat kabupaten. Pada tahun ini, 454 CJH Kab. Sumenep direncanakan berangkat pada tanggal 8 dan 9 Agustus 2016. Dalam sambutannya Kakankemenag Kab. Sumenep Drs. Ec. H. Moh Shodiq, M.Pd.I. mengingatkan akan pentingnya CJH supaya memahami bimbingan manasik haji yang telah diberikan dan disiplin serta istiqomah. Sehingga ilmu yang didapat terkait manasik haji benar-benar dapat dipahami sebagai pembekalan dalam persiapan pemberangkatan ke tanah suci. “Sehingga sudah mantap dan siap lahir batin,” ujarnya. CJH juga dihimbau agar senantiasa menjaga kesehatan. Haji adalah ibadah fisik dan spiritual. Jika fisiknya prima, maka spiritualnya juga hebat. “Munajahlah kepada Allah, insya Allah selalu semangat. Sehingga pulangnya diberi predikat Allah sebagai haji yang mabrur,” harapnya. •UJ MPA 359 / Agustus 2016

57

KULINER

Bajigur Bahan: l Tepung beras putih l Kelapa separuh butir l Gula pasir secukupya l Garam secukupnya l Dan pandan l Kapur sirih sedikit l Pewarna bila suka l Air secukupnya Cara membuat: 1. Larutkan tepung beras dengan air ditambah dengan kapur sirih sedikit. 2. Godoglah air sampai mendidih, kemudian tuangkan sedikit demi sedikit adonan tadi ditambah sedikit garam. 3. Aduklah terus sampai kental dan matang. Usahakan jangan sampai gosong agar aromanya lebih nikmat. 4. Jika sudah matang segera angkat. 5. Siapkan saringan dawet lalu adonan tadi saring dan bawahnya beri air dingin sebagai tampungan dawetnya. 6. Kelapa diparut, kemudian peras dan santanya direbus bersama gula dan daun pandan beri garam secukupnya. 7. Jika sudah agakmatang, masukkan pewarna sesukanya tunggu sampai mendidih dan angkat. 8. Sajikan dalam mangkok. 9. Lalu siramlah dengan saus.

Cumi-cumi Saus Kare Bahan: l 500 gr cumi-cumi l 2 cabe merah. Diiris kasar l 2 siung bawang merah. Diiris kasar l 1 batang sereh l 250 ml santan l 2 sdt air lemon l 1 sdt saus ikan l 2 lembar daun jeruk l Sedikit daun semangi l ½ sdt garam l 2 siaung bawang putih. Diiris kasar l 2 sdm mrgarina Cara membuat: 1. Ungkep cumi-cum dengan garam dan air lemon sebentar 2. Panaskan margarin, tumis bersama bawang merah, bawang putih, sereh, cabe merah, daun jeruk, daun kemangi, dan saus ikan hingga aromanya harum. 3. Campur santan kelapa ke dalam tumisan 4. Aduk-aduk hingga rata. 5. Masukkan cumi-cumi ke dalam cam­ puran santan. 6. Aduk-aduk hingga cumi matang.

58

MPA 359 / Agustus 2016

COVER LAA

Fani Fajar Asodiq dan Afrina Nurlaili Hanifah

Raihan Medali Emas dan Anugerah Duta Sanitasi Jatim

F

Kabar membanggakan datang dari MTsN KotaBlitar. Pasalnya, Fani Fajar Asodiq, siswa Kelas VIII/C meraih medali emas dalam ajang Kejuaraan Daerah (Kejurda) Atletik Gubernur Jawa Timur Tahun 2016. Lomba ini sendiri dilaksanakan di Universitas Negeri Surabaya (UNESA) pada 16 Maret lalu.

ani – panggilan karibnya, berangkat ke Surabaya bersama rombongan yang terga­ bung dalam Persatuan Atletik Seluruh Indonesia atau PASI Kota Blitar. Pada ajang Kejurda Perdana tingkat Provinsi ini, dirinya, berhasil meraih medali emas untuk nomor lari 4 x 100 meter. “Alhamdulillah, saya bisa mendapatkan emas. Semoga makin memotovasi saya ke depan,” ujarnya. Keberhasilan Fani ini tentu saja tidak datang begitu saja tanpa perjuangan dan pengorban. Sebab, khusus menghadapi event ini, dirinya harus merelakan waktu bermain bersama teman sejawatnya. Dia pun lebih memilih menempah diri dengan porsi latihan secara intensif selama dua minggu penuh. Tak berhenti di situ saja, dirinya juga aktif melakukan latihan rutin bersama atlit-atlit lainnya di PASI Kota Blitar,” katanya singkat. Keberhasilan Fani Fajar Asodiq dalam ajang tingkat Jawa Timur tentu diharapkan memberikan inspirasi bagi sejawatnya di MTsN Kota Blitar. Dan yang terpening lagi, performa moncernya mampu mem­ banggakan madrasah tempat dirinay belajar. Inilah bukti bahwa siswa madrasah pun mampu mengukir prestasi di bidang atletik.

“Ke depan saya inginterus mengukir restasi yang bisa membangggakan orangtua dan madrasah,” pungkasnya. Hampir di saat yang bersamaan, torehan prestasi bagi MTsN Kota Blitar juga disum­ bangkan Afrina Nurlaili Hanifah. Ketua OSIS MTsN Kota Blitar ini berhasil meraih Juara III pada ajang Pemilihan Duta Sanitasi Jawa Timur Tahun 2016. Pencapaian itu dipe­ rolehnya setelah dalam lomba yang dilak­ sanakan di Hotel Singgasana Surabaya pada tanggal 13-15 Mei. Sebelumnya, pada lomba yang dilak­ sankan oleh Dinas Pendidikan Daerah (Dikda) dan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Blitar beberapa waktu yang lalu, siswi Kelas VIII ini memenangi persaingan dengan siswa siswi SMP/MTs se-Kota Blitar. Dimana dalam rangka pemilihan duta sanitasi tingkat kota itu, Afrina Nurlaili Hanifah, membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul Cara Efektif Atasi Sampah. Setelah keberhasilanya di level provinsi ini, Afrina Nurlaili Hanifah berhak maju pada lomba yang sama tingkat nasional. “Mohon doa dan dukungannya, semoga pada even selanjutnay juga mampu menyuguhkan prestasi terbaik,” pintanya. •Moza MPA 359 / Agustus 2016

59

Monster Kuman

Ibu membenci mereka-mereka yang tak mau mencuci kaki. Katanya, ada monster menakutkan yang menempel pada kulit tangan kaki dan masuk yang ke tubuh melalui kuku yang tak pernah dipotong. Setan-setan itu bahkan lebih menakutkan dari sekedar zombie berkaki satu atau zombie tanpa kepala, yang pasti, setan itumenyukai anak-anak nakal. Beruntung aku tidak nakal dan selalu rajin memotong kuku. Oleh : Isa Asmaul Khusna*)

P

ernah suatu ketika Ameera dan Hanung datang ke rumah selepas bermain kasti di lapangan, sebenarnya ini sudah menjadi kebiasaan kami bermain bersama di lapangan, hanya saja sejak pagi tadi aku bersama ibu untuk berbelanja di pasar. “Ar. Assalamualaiku, Arfa?!” panggil mereka yang terdengar hingga ruang tengah. “Waalaikumussalam.., sebentar ya,” jawab ibuku. Ameera dan Hanung masuk ke rumah. Ada suara sedikit keras terdengar oleh telinngaku. Yah, benar. Ibu sedang marah. Aku segera ke ruang tamu, dan kulihat Ameera dan Hanung menangis duduk di sofa. Ada bekas jejak kaki dari pasir di keramik yang baru selesai dibersihkan Ibu. Pantas saja Ibuku marah, bukan sebab ia keberatan untuk membersihkannya lagi, hanya saja Ibu tak pernah mengijinkan orang masuk rumah sebelum ia membasuh kakinya. Sudah ada kran yang disediakan di depan rumah untuk melakukan kebiaaan Ibu yang diajarkan oleh Nenek semasa Ibu kecil. “Kalian pergilah ke teras untuk mem­ basuh kaki, kemudian kalian boleh masuk dan bermain dengan Arfa, nanti akan Ibu buatkan baso goreng kesukaan kalian,” kata ibu sebelum Ibu pergi ke belakang untuk melanjutkan memasak. Ameera dan Hanung menurut, mereka pergi ke teras untuk membersihkan kaki mereka, kemudian masuk ke dalam rumah. Mereka tidak menangis lagi.

“Ar .., Ibumu galak sekali, apa kamu menangis setiap hari?” tanya Hanung. “Iyaa,” jawabku “Beneran? Berarti setiap hari Ibumu memarahimu?” tanya Hanung lagi. “Hahaha.., ya tidaklah! Aku menangis setiap hari sewaktu masih bayi, tapi sekarang kan aku sudah kelas dua sekolah dasar, kan malu kalau mau nangis,” jawabku sambil tertawa kecil. Hanung dan Ameera saling berpan­ dangan. Sekejap kemudian mereka tertawa berjamaah. “Wah, kamu tadi nangis ya, Ameera,” ejek Hanung. “Kan kamu juga!” balas Ameera mengejek Hanung. Hanung meraba pipinya, barangkali ia tak sadar beberapa menit yang lalu ia menangis karena dimarahi oleh Ibuku sebab tak mencuci kakinya. “Oia, aduh!” ucap Hanung malu. Ibu datang, membawa sepiring bola-bola baso yang sudah digoreng kering dan telah dibumbui dengan cabai dan lada. Ibu beberpa kali membuat baso sebagai tambalah sop ayam, tak jarang ibu menyisihkan beberapa butir kemudian menyimpannya dalam lemari pendingin, untuk digunakan di lain hari ketika ada teman-temanku datang ke rumah atau ketika ada kerabat-kerabat dari jauh yang mampir ke rumah. Ibu selalu membuatnya sendiri. Menggi­ lingnya di rumah dan memasaknya sendiri di rumah. Oleh karena itu ibu terlatih untuk meengolah makanan-makanan berbahan daging, mulai dari memotong daging,

mencuci, merebus dan memasaknya menjadi bao, sate dan opor. Bukan hanya ibu sedang berhemat, tapi juga karena ini lebih higenis katanya. Belum lagi dengan berita dagingdaging haram yang kerap diberitakan di stasiun-stasiun televisi. Dulu, ketika aku masih kecil, ibu sering membelikan daging instan yang langsung bisa dimakan setelah direbus atau digoreng, tapi ibu tak pernah membelinya lagi setelah aku beberapa kali mengalami muntaber. “Ar, kenapa ibumu begitu marah mengetahui kami masak rumah tanpa mencuci tangan dan kaki?” tanya Ameera. “Agar kalian tidak sakit,” jawabku. “Kan kalau sakit, minum obat, selesai,” sela Hanung. “Kan kata Bu Mirna pun lebih baik mencegah daripada mengobati,” balasku. “Betul juga sih,” ucap Hanung “Lagian, kata Ibuku, kamu tahu kotoran hitam yang sering terselip di kuku itu sarang setan, mereka bisa berubah menjadi kumankuman dan bakteri nakal yang bisa masuk ke tubuh kita. Kuman-kumn itu seperti zombie bermata satu, kalian takkan bisa membunuh mereka dengan sekali pukulan obat, kata Ibu kita harus membuat benteng yang kuat dengan mencuci tangan dan kaki menggunakan sabun,” jawabku. “Iya ya, ayo Nung, kita cuci tangan dulu sebelum makan baso goreng buatan ibunya Arfa, biar kita tidak kalah sama kuman,” ajak Ameera. “Iya, ayo!” Sekarang aku, Ameera dan Hanung sama-sama rajin mencuci tangan dan kaki dengan sabun agar zombie-zombie kuman yang nakal tidak masuk ke tubuh dan merusak sistem imun kami. *) Siswi MAN Kediri 1.

60

MPA 359 / Agustus 2016

cuplikan tarikh

Ja’far bin Abi Thalib

Sepupu yang Mewarisi Rupa dan Akhlak Rasulullah Ja’far bin Abi Thalib merupakan satu diantara lima sahabat Nabi SAW yang memiliki kemiripan dengan Rasulullah. Namun diantara kelimanya Ja’far tercatat paling mirip dengan Sang Rasul. Hingga jika dilihat dari belakang, sulit membedakan antara Ja’far dan Nabi Muhammad.

S

ebab, tidak hanya tampilan fisik yang hampir mirip. Karakter Ja’far juga mirip dengan Rasulullah SAW. “Bentuk wajahmu serupa dengan wajahku, dan akhlakmu serupa dengan akhlak ku karena kamu berasal dari ku dan merupakan keturunanku,” tutur Nabi Muhammad suatu ketika Ja’far tercatat menjadi orang ke-31 yang memeluk Islam. Putra Abu Thalib ini kemudian mengajak istrinya, Asma bin Umais. Keduanya akhirnya bersama-sama mengarungi pahit manis sebagai seorang muslim yang bertakwa. Meski kebahagiaan Islam telah menyelimti hatinya, namun kebahagian kakak Ali Bin Abi Thalib ini belum utuh. Sebab sang ayah yang sangat dicintainya, Abu Thalib enggan mengikuti kebenaran Islam, selalu dibarisan terdepan membela Rasulullah SAW dari kedengkian kaum Quraisy. Hanya untaian doalah yang bisa dipanjatkannyauntuk sang ayah. Di saat kekejaman kaum Quraisy memuncak, Rasulullah SAW pun meminta agar kaum muslimin hijrah ke negeri Habasyah. Negeri yang dipimpin Raja Najashi. Seorang Raja Nasrani yang adil dan tidak pernah berbuat dzalim. Rasulullah SAW memilih Ja’far bin Abi Thalib memimpin kaum muslimin hijrah menyelamatkan akidahnya ke negeri Habasyah. Dia dipilih karena memiliki kecerdasan, keberanian sekaligus ketenangan. Apalagi didukung pula karena dia memiliki kemiripan dengan Rasulullah SAW. Sehingga menjadi pelipur lara bagi kaum muslimin bila jauh dari Nabi mereka. Di negeri hijrah pertamanya itu, Asma, istri Ja’far melahirkan putra pertama mereka dan diberi nama Abdullah. Kelahiran putra Ja’far pun disambut bahagia oleh Najashi. Sang raja memberinya hadiah. Selama tujuh tahun di negeri Habasyah, Ja’far dan kaum muslimin begitu merindukan Rasulullah SAW. Disis lain, ada sebuah kabar datang membuat hati Ja’far hancur. Abu Thalib, sang ayah yang amat dicintainya wafat dalam keadaan tidakak beriman.

Tak beberapa lama kemudian, Jafar Bin Abi Thalib meninggalkan Habasyah menuju Madinah. Kedatangannya begitu membahagiakan Rasulullah SAW, hingga Nabi sendiri tidak menyadari kebahagiaan yang dirasakannya apakah karena kemenangannya dalam perang Haibar, atau karena kedatangan Ja’far. Belum begitu lama Ja’far tinggal di Madinah pada awal tahun ke delapan hijriyah, Rasulullah SAW menyiapkan pasukan tentara untuk memerangi tentara Romawi di Mut’ah. sebuah kota dekat Syam daerah Yordania. Ketika itu, kaum muslimin yang berjumlah 3000 tentara harus menghadapi pasukan Romawi dengan 100 ribu pasukan yang terlatih. Inipun masih Diperkuat dengan 1000 milisi Nasrani dari kabilah-kabilah Arab. Begitu kedua pasukan yang tidak seimbang ini bertemu dan peperangan dahsyat pun terjadi. Komandan Muslimin, Zait Bin Haritsah gugur sebagai shahid. Melihat Zait gugur, Ja’far kemudian melompat dan mengambil alih bendera Rasulullah SAW dari tangan Zaid. Lalu diangkatnya tinggi-tinggi. Ja’far mengayunkan pedang di tengah musuh yang mengepungnya. Dia pun mengamuk menyerang musuh ke kanan dan kekiri dengan hebat. Hingga suatu ketika sebuah tebasan pedang mengenai tangan kanannya. Sontak saja, tangan kirinya langsung mengambil bendera dari tangan kanannya yang telah putus. Tak bebrapa kemudian, tangan kirinya putus pula terkena sabetan pedang musuh. Tapi dia tidak gentar dan putus asa, dipeluknya bendera Rasulullah dengan kedua lengannya dengan terus menerjang musuh hingga akhirnya tubuh Ja’far ditebas musuh hingga gugur sebagai syahid di medan Mut’ah. Rasulullah SAW sangat sedih mendengar kabar gugurnya Jafar beliau pergi kerumah Ja’far. Rasulullah SAW langsung memeluk erat anak-anak Ja’far sambil menciumi mereka penuh haru. Air mata Beliau berlinang membasahi pipi mereka. •Syamsul Falah/diolah dari berbagai sumber. MPA 359 / Agustus 2016

61

Parade Puisi dari MTs. Darul Ulum Jl. Toghur Billah Desa Batuputih Kenek, Kec. Batuputih Kab. Sumenep Madura 69453

Badaiku Datang Lagi Oleh: Sofie Hikmawati

Langit indah kini kemana Suasana cerah kini tak ada Senyumkupun telah sirna Aku diterpa angin itu lagi Aku dihempas badai itu lagi Tak mampu rasanya diri ini menahan sakit Tak kuat rasanya hati ini menahan perih Badai yang menggulingkan badan ini Badai yang merapuhkan hati Aku takut... Aku lemah... Aku tak mampu... Namun, Kucoba tersenyum dibalik robeknya hati Kucoba melangkah dibalik lumpuhnya kaki Kucoba bertahan dibalik lemahnya diri Badai, oh badai mengapa kau datang lagi Namun, Kutahu badai itu kan pergi Dan berganti dengan pelangi Yang kan menghiasai hari-hari yang kan indah lagi Ditemani sang mentari pagi

Kesedihan Yang Tak Tertahan Oleh: Zainur Rahman Mz

Saat air mata bercucuran Seakan hati terasa kehilangan Tak ada yang dapat kulakukan Hanya dengan tangisan kusampaikan Saat kuberdiri sendirian Aku mencoba untuk bertahan Dari kesedihan yang tak tertahan Namun, saat kulihat keawan Bintang-bintang tetap bersinaran Meskipun datang badai dan topan

62

MPA 359 / Agustus 2016

Aku bisu dalam perkataan Aku buta dalam penglihatan Akupun tuli dalam pendengaran Tak ada kata yang dapat kuucapkan Tak ada keindahan yang dapat kurasakan Begitupun... Tak ada suara yang dapat kudengarkan Karena aku berada dalam kesedihan Yang tak terhankan

Untukmu Senja Oleh: Fedi Novitasari

Pada senja kemarin sore Berlari menghafal jalan dikejar waktu Tubuhku gemetar menghayal hidup Dalam sepi... Aku tak sanggup menangis lagi Menatap langit Lalu menunduk, merangkak hingga lunglai Dihadapan setiap waktu Air mata yang semakin lancar Membasahi pipiku, bukan tangisan siang! Bahkan malam yang semakin kejam Menghinaku

Karena ia cahaya matahari Yang terangnya mengalahkan jalan raya ini Hanya pada-Mu Rabbi Kujelmakan mimpi-mimpi

Kenangan

Oleh: M.Shafwy HS Cericit kasuari merambah siang Mentari tersenyum Alampun perlahan benderang Langit tergelar bagai sajadah Berdecak kagum pada semesta Benua demi benua Beringsut dari kemayaan Lalu Kesunyian Di sana Kutulis lagi rentang kenangan Di agenda pasang ombakmu Mendebur hati Memeras arti

Mahkota Cahaya Oleh: Akhmad Asy’ari

Mengalir Tanpa Akhir Oleh: Kiswatul Mar’ah

Dalamnya kejauhan telah kulihat Mengalir air dengan hebat Begitu kudekati Malah menipu hati Begitu kembali Terlihat wujudnya kembali Kukira air jernih Yang membunuh kehausan ini Ternyata aku hanya berhalunisasi

Beribu cahaya telah hiasi mahkota Dari serpihan do’a Dan takbirku yang menggema Pada sudut nadi yang patah Terserak aku dengan tangisan tanya Ada, dan aku tak menyangsikannya Meskipun Engkau ada dimana-mana Mencoba kuraih kealam nyata Bahwa Mahkota bertahta pada seorang hamba Tapi tak mungkin hanya dengan rasa Bila terhiasi ukiran dosa-dosa Apa pasrahku, bila hanya entah Sujudku tiada letih dan lelah Untuk sebuah maktab cahaya diatas cahaya Karena kerelaanku, hanya untuk mengagumi Sang Pencipta

TTM EDISI 359

Bulan AGUSTUS 2016

TTM Edisi 359

MPA JAWABAN TTM NO. 359

Mendatar : 1.SURAU 4.NEGARA 7.LANGSUNG 11.OBAMA 13.PALAPA 15.NGARAI 18.SANGGA 22.LAMBAN 24.AJALI 27.NASIONAL 31.MERAPI 32.KELAS

DAFTAR PERTANYAAN : Mendatar : 1. Kesopanan, kehalusan dan kebaikan budi pekerti 2. Irisan daging kecil-kecil yan ditusuk dan dibakar 5. Saya (bhs Arab) 7. Kelompok paduan suara 8. Huruf hijaiyah 9. Pancaran, lingkaran cahaya yang menyelimuti benda 11. Keturunan kedua 13. Sejenis penyakit kulit 16. Kantor, bagian dari instansi, perusahaan jasa 17. Bangunan tempat menjual barang-barang 19. Penyakit kusta 20. Hasrat dan keinginan yang kuat untuk berbuat 22. Kegiatan yang teratur dan tidak berubah-rubah 25. Wujud, sudut pandang, aspek 26. Tidak berada di tempat kejadian 27. Bulan ketiga Masehi Menurun : 1. Orang kedua 2. Lawan tutup 3. Lawan sini 4. Sedap, lezat 5. Minuman keras tradisional 6. Gelar Bangsawan 10. Kudapan yang terbuat dari tepung terigu 12. Lawan turun 13. Ilmu mengenai hubungan timbale balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya 14. Lawan lapang 15. Ibukota provinsi Nusa Tenggara Barat 16. yang membungkus roda 18. Minyak pelumas 20. Lawan kosong 21. Lawan itu 23. Benda cair berwarna hitam untuk mengecat, aspal 24. Tanda nada pada musik

KUPON

No : 359

Menurun : 1.SELAPA 2.RUN 3.UKS 4.NUN 5.ASMA 6.AURAT 8.GUA 9.UJANG 10.GO 12.BOR 14.LAA 16.GALAS 17.AIB 19.NOL 20.ANALIS 21.SAHAM 23.MPO 25.AMAR 26.IN 28.API 29.IPK 30.NIL

Peraih Hadiah TTM No. 358 1. Mustofa MTs Paron Jl. Raya 01 Paron Ngawi 63253S 2. Mudjiati, S.Pd. MTsN Bondowoso I Jl. Raya Situbondo Traktakan Wonosari Bondowoso 3. Sunarmi MIN Demang Donorejo 249 Ds. Bangunrejo Kec. Sukorejo Ponorogo (63453) 4. M. Johan Amiruddin MIN Kawistolegi Karanggenng Lamongan (62254) 5. MURTADHO MTsN PULOSARI, NGUNUT TULUNGAGUNG Ketentuan : 1. Jawaban ditulis pada kartu pos dan ditempeli kupon sesuai dengan nomornya. 2. Jawaban dikirim ke redaksi MPA paling lambat akhir Agustus 2016 (cap pos). 3. Peraih hadiah diumumkan pada MPA edisi 360.

MPA 359 / Agustus 2016

63

SAHABAT

Ibrahim Kurniawan Saleh

Halimatus Sa'diyah

TTL : Sumenep, 07 Oktober 2008

Panggilan : Ima

Alamat : Jl. Angkasa 18,

TTL : 1 Mei 2005

Satelit Pabian Sumenep Hobi : Traveling Cita-cita : Presiden

Alamat : Kebonduren Ponggok Blitar Sekolah : MIN Pojok Ponggok Blitar Hobby : Membaca Cita-cita : Menteri Perikanan

Orangtua : Idris Saleh dan Intan Kurniawati

Orangtua : Hamam dan Nur Kholifatul Jannah

Berkah Aji Prayitno

A. Nashrullah Khusnus Shobri

Panggilan : KAKA

Panggilan : Shobri

TTL : Malang, 09 Maret 2007

TTL : Sidoarjo, 27 Nopember 2013

Alamat : Gedok Wetan Turen Malang

Alamat : Tambakrejo 23/12 Krembung Sidoarjo

Hobi : Motocross

Hobi : Mengaji dan menulis

Cita-cita : Guru

Cita-cita : Profesor/Menteri Pendidikan

Orangtua : Sugeng Prayitno dan Nur Ita

Namatua : Sutrisno Akbar, S.Pd.I dan Mania Sri Lestari

Agha Averoes

Zahreta Zavia Salim

Panggilan : Agha

Panggilan : Reta

TTL : Jember, 19 Oktober 2012

TTL : Probolingoo, 2 Januari 2012

Alamat : Balung Jember

Alamat: Jl. Slamet Riyadi Gg. Kresna

Cita-cita : Pilot

No. 03 Kota Probolinggo

Orangtua : M. Mu’tasyam, S.HI

Hobby : bernyanyi dan Menari,

dan Nidaul Huriyah, S.Pd.I

64

MPA 359 / Agustus 2016

Orangtua : Silvia Khoriyanti

SARI HIKMAH

Berpura-pura Tuli Selama 15 tahun Hatim Al-Asham merupakan salah seorang ulama besar yang wafat di Baghdad, Irak tahun 852 M atau 237 H. Terdapat sebuah kisah penuh hikmah yang mendasari kata ‘al-asham’, berarti tuli, yang menjadi julukannya, sebagaimana diriwayatkan Imam Ghazali dalam kitab Nashaihul Ibad.

N

ama lengkap Hatim Al-Asham adalah Abu Abdul Rahman Hatim bin Alwan. Dia termasuk tokoh guru besar khurasan. Hatim dijuluki Al-Asham atau orang yang tuli. Tapi bukan karean dia benar-benar pendengarannya bermasalah. Cerita bermula saat suatu waktu, seorang wanita datang ke tempat Hatim untuk menanyakan sesuatu kepadanya. Namun tanpa disengaja, tiba-tiba ada bunyi yang keluar dari bagian belakang si wanita tersebut. Suara kentutnya memang sedikit keras. Sontak saja dia menjadi salah tingkah karena merasa telah melakukan sesuatu yang tidak semestinya di hadapan ulama besar. Sejatinya Hatim al-‘Ashim mengetahui ikhwal kentut tersebut. namun, dia meru­ pakan sosok orang bijak. Dia sangat mengerti bagaimana menjaga perasaan wanita. Jika dia

jujur tentu, wanita yang ada dihadapannya tersebut sangat malu dengan suara kentutnya yang lumayan keras tersebut. Dia pun lebih memilih bersikap seolah-olah tidak mendengar suara kentut tersebut. Di tengah kegalauan wanita itu, tibatiba Hatim berkata dengan suara keras. Dan mengaku bahwasannya dirinya tuli. Tentu, wanita tersebut justru bingung. Dalam kebingungannya, dia kembali dikagetkan dengan suara keras Hatim.“Hai, keraskanlah suaramu, karena aku tidak mendengar apa yang kamu bicarakan,” teriak Hatim. Akhirnya wanita tadi menarik kesim­ pulan dengan mantap bahwa Hatim adalah seorang yang tuli. Dengan kondisi ini, dia pun merasa sedikit lega, karena suara kentutnya tidak didengar Hatim. Suasana pun kembali menjadi cair seperti

sedia kala. Dan dengan tanpa rasa ragu meluncurlah beragam per­ tanyaan dari mulutnya kepada sang ulam, Hatim. Dan sejak saat itu, setiap kali berjumpah dengan si wanita yang pernah kentut dihada­ pannya itu dia masih menunjukkan tandatanda tuli. Bahkan selama hampir 15 tahun, Hatim melakukannya. Namun, setelah wanita yang pernah datang kepadanya itu meninggal, barulah dia bersikap secara normal. Begitulah akhlak ulama yang dibenuhi kebijakan. Hanya demi menjaga perasaan umat, dirinya rela bersikap tuli dan dilabeli sebagai al-‘A’sham atau si Tuli. Sebuah gelar berkonotatif hinaan dalam kontek sekarang. •Muhammad Bahauddin Ali/diolah dari berbagi sumber MPA 359 / Agustus 2016

65

dunia islam

KUDETA MILITER YANG GAGAL DI TURKI (bagian pertama dari dua laporan)

U

paya dan tindakan kudeta militer di Turki, diawali dengan memblokade dan penutupan jembatan Bospho­ rus/­Istanbul bagian Eropa dan Asia. Militer bergerak di dua kota utama, Istanbul dan Ankara, yang menjadi ibu kota negara. Sedangkan Presiden Recep Tayyip Erdogan, tengah berada di Marmais untuk berlibur. Tank-tank bergerak di jalanan dibarengi pesawat jet tempur dan helikopter yang tak henti-hentinya berseliweran terbang rendah untuk menciptakan kepanikan dan ketakutan. Faksi militer yang berupaya melakukan kudeta tanpa ragu mengarahkan serangan dan mencoba menguasai obyekobyek yang menjadi simbol-simbol kekua­ saan negara, seperti istana presiden, markas inteligen, dan parlemen, di Ankara.

Kudeta yang gagal karena mendapat perlawanan massa ; Namun, Erdogan mampu mengem­ balikan keadaan. Upaya kudeta dapat segera digagalkan, karena mendapat perlawanan telak melalui gerakan kontra kudeta yang dilakukan oleh pemerintah yang berkuasa dengan dukungan militer dan institusi polisi yang masih loyal kepada rezim Partai AKP (partainya Erdogan). Lebih dari itu, kemunculan Erdogan lewat sambungan Face Time (medsos) dan kehadirannya langsung di Istanbul yang menyerukan dan meminta rakyat Turki segera turun ke jalan untuk mempertahankan demokrasi dan menentang kudeta, menjadi titik balik kemenangan rakyat Turki atas upaya kudeta. Ia berhasil menguasai massa. Massa merespon dengan cepat aksi inskonstitusional dari faksi militer yang hendak menggulingkan pemerintahan yang sah. Kemudian, dia memerintahkan penangkapan terhadap mereka yang terlibat upaya kudeta. Berbicara di depan kerumunan masyarakat di Istanbul (160716), Presiden Erdogan mengatakan, kudeta yang dilakukan militer berhasil diatasi. Ia pun menyatakan tetap memegang kekuasaan atas negara tersebut. ”Kita akan melewati ini” kata Erdogan seperti dilansir Al Jazeera. Ia juga menyebut kudeta itu sebagai aksi penghianatan dan pihak yang berada di belakang tindakan itu akan membayar dengan harga yang mahal.”Presiden yang dipilih oleh 52 persen masayarakat, memegang kendali”, kata Erdogan. ”Mereka tidak akan berhasil selama kita melawan dengan mempertaruhkan segalanya”, tegasnya. Erdogan juga menjelaskan, bahwa kudeta yang gagal ini merupakan anugerah dari Tuhan. Dia beralasan, dengan insiden ini, dia mempunyai alasan kuat untuk membersihkan angkatan bersenjata Turki, terutama bagi mereka yang tidak loyal kepada pemerintahan yang sah. 66

MPA 359 / Agustus 2016

Korban dan penangkapan serta WNI di Turki ; Kudeta, yang berlangsung pada Jumat malam - Sabtu(15-16/07/16) itu, menyebab kan 265 orang tewas (sebanyak 104 orang diantaranya adalah pendukung kudeta, sedangkan 161 orang adalah warga sipil dan polisi). Sementara itu, sebanyak 1.440 orang terluka. Pemerintah Turki terus melakukan pembersihan dikalangan militer. Dalam operasi Ahad (170716), puluhan jenderal yang terlibat dalam upaya kudeta ditangkap. Ribuan tentara dan ratusan hakim yang diyakini terlibat juga diamankan. Hingga kemarin telah menangkap sekitar 6.000 orang yang ikut dalam upaya kudeta. Namun, Bekir Bozdag Menteri Kehakiman Turki, menyatakan jumlahnya masih akan bertambah. Dalam laporannya, Televisi NTV menyatakan, 34 orang jenderal ditangkap, termasuk Erdal Ozturk, Komandan Third Army, dan Adem Huduti, Komandan Second Army. Juga sejumlah pejabat dari angkatan udara dan 50 orang tentara berpangkat tinggi. Beberapa pejabat militer dipangkalan udara Incirlik, yang biasa digunakan pasukan Amerika Serikat (AS) untuk melakukan serangan ke Suriah, juga ditangkap. Kini pangkalan yang menjadi markas AU Turki dan 39th Air Base Wing AU-AS dengan 1500 personelnya itu, disetop untuk sementara. Turki juga meminta Yunani, mengekstradisi 8 pejabat militernya yang melarikan diri ke negara tetangga tersebut untuk minta suaka politik. 45 orang hakim dan jaksa ditangkap di Kota Konya (160716), sedangkan 92 orang hakim lainnya ditangkap di Kota Gazientep. Pada Sabtu tengah malam (160716), ribuan orang di Ankara, Istanbul, dan Izmir kembali memenuhi seruan Presiden Erdogan, turun ke jalan untuk merayakan kegagalan kudeta yang mereka sebut sebagai kemenangan demokrasi. ”Hanya segelintir pasukan militer yang menentang pemerintah kami, tapi kami bangsa Turki, bersatu dan menggagalkan kudeta itu”, Ujar Gozde Kurt, pelajar (16th) yang ikut dalam aksi massa itu. Sebagian massa, beraksi di depan gedung parlemen dan istana presiden. ”Kami disini demi demokrasi agar negara ini mampu terus bertahan”, kata Nusret Tuzak, seorang pensiunan tentara. Penerbangan komersial ke Bandara Attaturk, Istanbul, juga sudah bejalan normal kembali seperti biasa, setelah terhenti sekitar 24 jam. Sejumlah pendukung pemerintah, berjaga untuk menjamin agar bandara tak lagi jadi target kudeta. Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Kemlu, menyatakan bahwa ada sekitar 60 orang WNI (yang sedang tour) terjebak di Bandara Attaturk Istanbul saat kudeta terjadi. Menlu, berbicara langsung melalui telepon dengan perwakilan

dari mereka, ”Agar mereka tenang dan tidak panik, dan meminta kepada mereka untuk tidak keluar dari bandara”. Pemerintah Indonesia, juga meminta kepada WNI yang berdomisili di Turki, untuk tetap tenang dan sementara waktu agar tinggal di rumah. Pemerintah juga terus mencermati perkembangan dan situasi keamanan serta melakukan komunikasi dengan KBRI Ankara dan KJRI Istanbul. Jumlah WNI di Turki saat ini, ada sekitar 2.700 orang diantaranya 800 orang berada di Istanbul dan 400 orang lainnya Ankara. Reaksi dunia, antara lain ; Direktur Studi Timur Tengah pada Wilson Center, Washington, Henri Barkey, menyatakan bahwa pasca kudeta ini akan muncul resiko bagi Erdogan dan Turki. Upaya kudeta, merupakan sinyal ketidak puasan mendalam di kalangan militer. Meski demikian, ia mengingatkan agar Erdogan tak terlalu keras dalam operasi pembersihan di lingkungan militer. Sebab hal itu akan berpotensi melahirkan reaksi yang keras pula. ”Erdogan akan lebih paranoid dan kemung­­ kinan bersikap keras. Ini bisa mem­buat banyak orang terluka”, katanya. Tiga partai oposisi Tuki di parlemen, juga menyatakan tidak mendukung kudeta yang dilakukan militer. ”Negara ini telah mnderita dari banyak upaya kudeta Kami tidak ingin kesulitan itu kembali terulang”, ujar pemimpin Partai Rakyat Republik, Kemal Kilicdaroglu, yang dikenal paling kritis dan vokal kepada pemerintah. Di tempat lain, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), menyerukan militer Turki kembali ke barak. Sekjen NATO, Jens Stoltenberg mengatakan, rencana kudeta militer merupakan perlawanan terhadap demokrasi. Dia sudah berbicara degan Menlu Turki, Feridun Sinirlioglu. NATO hanya mendukung pemerintahan dan kekuasaan yang dipilih lewat cara demokratis dan konstitusional.”Kami menyerukan agar tetap tenang dan menahan diri. Kami meminta (militer Turki) menghormati lembaga-lembaga demokratis dan konstitusi”, demikian bunyi pernyataan tsb seperti dilansir the Guardian. Pemerintah Indonesia, menyatakan prihatin atas perkembangan situasi di Turki dan berharap situasi yang memanas di Turki akan segera pulih. Pemerintah, juga menekankan pentingnya penghormatan terhadap konstitusi dan prinsip demokrasi. diolah dari sk republika 16 – 25/07/16 dan sumber lain ; •Ahar [bersambung]

Rapat Pimpinan dan Pegawai Kanwil Kemenag Prov. Jatim serta Halal Bi Halal di hari pertama pasca cuti bersama lebaran pada 11 Juli 2016.

Foto bersama antara pejabat beserta ibu dengan mantan pejabat bersama ibu menjadi momen terakhir pelaksanaan halal bihalal 2016 M di asrama haji sukolilo Surabaya, 13 Juli 2016.

Gus Ipul saat meghadiri Halal bi Halal keluarga besar Kanwil kemenag Prov Jatim pada tanggal 13 juli 2016 di AHES.

Mantan Kakanwil Kemenag Jatim, H.Sudjak memberikan wejangan saat halal bihalal silaturrohim di hall Mina AHES Surabaya, Rabu, 13 Juli 2016

Kafilah Lamongan berhasil menjadi Juara Umum dalam MTQ Korpri tingkat Jatim 2016.

Pelantikan Dewan Hakim MTQ Korpri oleh Sekda Prov. jatim pada 18 Juli 2016.

MPA 359 / Agustus 2016

67

(Qs.Ali – Imran 200)

68

MPA 359 / Agustus 2016

pada MAJALAH INI TERDAPAT KUTIPAN AYAT-AYAT AL QUR’AN. UNTUK ITU JAGA DAN SIMPAN SEBAGAIMANA MESTINYA.

"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung."