MUTLAK DAN MUQAYYAD DALAM AL-QURAN

Dalam makalah yang singkat ini penulis ingin mencoba membahas tentang sebuah ... Kahar Masyur, Pokok-Pokok Ulumul Quran, Jakarta:Rineka Cipta, 1992...

40 downloads 758 Views 798KB Size
UNTUK KALANGAN SENDIRI

MUTLAK DAN MUQAYYAD DALAM AL-QURAN A. Latar Belakang Al-quran adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah Swt kepada nabi Muhammad Saw lebih kurang XV abad yang lampau yang dijadikan sebagai pedoman hidup untuk memperoleh petunjuk dan pelajaran bagi ummat manusia sehingga mereka memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat, dan mendapat pahala bagi orang yang membacanya. Alquran merupakan kitab suci yang menjadi pegangan dan tonggak ukur bagi kaum muslimin dalam menjalankan ibadah kepada Allah dan muamalah serta pengetahuan dengan sesama manusia dan lingkungannya. Dalam makalah yang singkat ini penulis ingin mencoba membahas tentang sebuah masalah yang berhubungan erat dengan pengetahuan Al-Quran yang berjudul tentang AyatAyat Mutlak dan Muqayyad, dimana dalam kajian ini penulis akan memberikan sekilas gambaran tentang pengertian dan beberapa contoh dari ayat-ayat tersebut. Karena salah satu syarat seseorang dapat memahami maksud ayat suci setelah ia mampu menguasai pembahasan mutlak dan muqayyad. Dalam makalah singkat ini penulis mengulas ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan ayat-ayat mutlak dan muqayyad memiliki banyak kekurangan karena minimnya pengetahuan penulis dan masih perlu kritik dan saran yang membangun demi tercapai sebuah pembahasan yang lebih baik.

Media belajar untuk kalangan Sendiri https://sufyanilyas.wordpress.com

UNTUK KALANGAN SENDIRI

B. Masalah Di zaman modern dewasa ini kita melihat bagaimana perkembangan ummat Islam yang sudah sangat jauh tertinggal dari bangsa-bangsa lain baik disegi pengetahuan, aqidah, ekonomi, maupun politik. Padahal bila kita lihat sejarah, Islam merupakan bangsa Adidaya dan Mahaperkasa yang mampu perorak-porandakan seluruh dunia, dan mampu menaklukkan seluruh jagat raya dan juga merupakan pusat pengetahuan dan akar semua ilmu, tapi lain halnya dengan ummat Islam sekarang, kita telah dibodohkan oleh bangsa-bangsa Yahudi dan Nasrani yang ingin menebus kekalahan mereka terdahulu. Kita sebagai ummat Islam marilah mengkaji dan mempelajari ulang ilmu-ilmu dan pengetahuan yang ada dalam Al-quran yang telah terbenam dan membeku semoga dapat memperkokoh aqidah kita yang telah digoncang oleh ajaran-ajaran kafir yang telah berkembang di masyarakat Islam sekarang ini.

Media belajar untuk kalangan Sendiri https://sufyanilyas.wordpress.com

UNTUK KALANGAN SENDIRI

BAB II MUTLAQ DAN MUQAYYAD

A. Pengertian Mutlaq Dan Muqayyad Mutlaq secara etimologi bermakna bebas, dalam artian tanpa ada ikatan dengan sesuatu yang lainnya1, sedangkan secara terminologi mutlaq adalah lafadz yang datang dalam bentuk umum, tanpa mempunyai sebarang keterbatasan atau had tertentu (taqyiid). Ia merujuk kepada sesuatu maksud tertentu yang telah dimaklumi. Menurut al-Madiy bahwa yang dimaksud dengan mutlak adalah suatu lafadz yang menunjukkan atas dalil-dalil yang mencakup seluruh jenis.2 Sedangkan menurut Manna Al-Qathan Mutlak adalah sutu lafadz yang menunjukkan atas suatu hakikat tanpa batasan.3 Muqayyad secara etimologi bermakna terikat dengan dalil-dalil sesuatu4, sedangkan secara terminologi Muqayyad adalah lafadz yang memiliki ikatan hukum atau ketentuan yang menunjukan kepada sesuatu dengan keterbatasan dan ikatan-ikatan tertentu.5

1

Imam Suyuthi, Al-Itqan Fi Ulumil Quran, Indiva Pustaka:Solo, 2009, hal. 255

2

Nur Ichwan, Memahami Bahasa Al-Quran, Jokjakarta:Pustaka Pelajar, 2002. hal. 206

3

Manna’ Al-Qathan, Pengantar Studi Ilmu Al-Quran, Pustaka Al-Kautsar:Jakarta, 2006. hal. 345.

4 5

Imam Suyuthi,...255 Kahar Masyur, Pokok-Pokok Ulumul Quran, Jakarta:Rineka Cipta, 1992. hal 55.

Media belajar untuk kalangan Sendiri https://sufyanilyas.wordpress.com

UNTUK KALANGAN SENDIRI

B. Contoh Ayat Mutlak

                                      Artinya: “(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” Dalam ayat ini, Allah SWT memberikan kemudahan kepada mereka yang musafir dan sakit untuk berbuka puasa dengan syarat mesti menggantikannya pada hari-hari yang lain selepas bulan Ramadan. Lafaz 'ayyam' yang bermaksud hari-hari ini datang dalam bentuk mutlaq, yaitu tidak dikhususkan pada hari tertentu atau secara berturutan. Ini bermakna, mereka boleh memilih sendiri hari untuk menggantikan puasa kecuali hari-hari yang diharamkan berpuasa.6 Sesuatu lafaz itu hendaklah ditafsirkan menurut kemutlakannya dan kekal sedemikian apabila ia disebut dengan lafaz mutlak dalam sesuatu nash dan ia tidak boleh diqaidkan dengan sifat atau ciri melainkan ada dalil yang menunjukkan perkara yang berkenaan.

6

Muhammad Ibn ‘Alaw Al-Maliki, Samudra Ilmu-Ilmu Al-Quran, Bandung:Mizan Pustaka, 2003

Media belajar untuk kalangan Sendiri https://sufyanilyas.wordpress.com

UNTUK KALANGAN SENDIRI

Manakala Muqayyad pula merujuk kepada lafaz yang memberikan maksud yang tidak tertentu, tetapi diikuti dengan lafazd yang mengikat dan membataskannya. Justru, ia memberikan maksud yang lebih spesifik, tertentu dan terikat. Begitu juga apabila sesuatu lafaz itu disebut secara muqayyad maka hendaklah ditasirkan secara muqayyad dan kekal sedemikian apabila ia disebut dengan lafaz muqayyad dalam sesuatu nash dan ia tidak boleh diubah atau ditafsirkan selain daripada makna asal nash tersebut melainkan ada dalil yang menunjukkan perkara yang berkenaan pula7.

C. Contoh Ayat Muqayyad

                                                                  Artinya: “Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedeka. Jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) 7

Nur Ichwan, Memahami Bahasa Al-Quran, Jokjakarta:Pustaka Pelajar, 2002. hal. 206

Media belajar untuk kalangan Sendiri https://sufyanilyas.wordpress.com

UNTUK KALANGAN SENDIRI

berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Dalam ayat ini, Allah SWT mewajibkan untuk memerdekakan hamba yang beriman (raqabah mukminah). Ia adalah lafaz muqayyad kerana dikaitkan dengan sifat beriman. Ini bermakna, dalam kes pembunuhan tidak sengaja ke atas orang mukmin, kafarah (denda atau hukuman) yang dikenakan adalah membebaskan seorang hamba yang beriman. Ini berlainan dengan kafarah zihar (suami menyerupakan isterinya dengan ibunya atau pun seorang yang haram berkahwin dengannya) yang mewajibkan si suami membebaskan seorang hamba tanpa disyaratkan mukmin atau tidak. Ia adalah lafaz mutlaq. Firman Allah SWT: ….maka hendaklah (suami itu) memerdekakan seorang hamba sebelum mereka berdua (suami isteri) bercampur. (al-Mujadalah: 3) Lafaz raqabah dalam ayat tersebut tidak dikaitkan dengan mukmin. Namun, ulamaulama menggabungkan kedua-dua ayat berkenaan pembebasan hamba ini karena subjeknya adalah sama yaitu membebaskan hamba. Maka kebanyakan ulama menyatakan bahwa apabila ayat mutlaq dan muqayyad mempunyai subjek yang sama, maka perlu dimasukkan mutlaq kepada muqayyad. 8 Jadi, hukum bagi zihar dan pembunuhan tidak sengaja adalah sama yaitu membebaskan hamba yang mukmin. Tetapi, sekiranya subjek tidak sama, maka tidak boleh digabungkan antara keduanya. Sebagai contoh, ayat memotong tangan pencuri yang bersifat mutlak dalam surah al-Maidah, ayat 38. Ia tidak boleh digabungkan dengan ayat 6 dalam surah al-Maidah yaitu membasuh tangan sampai siku yang bersifat muqayyad. Ini adalah karena subjek hukumnya tidak sama walaupun kedua-duanya berkaitan dengan tangan. 8

Nur Ichwan, Memahami Bahasa Al-Quran, Jokjakarta:Pustaka Pelajar, 2002. hal. 207

Media belajar untuk kalangan Sendiri https://sufyanilyas.wordpress.com

UNTUK KALANGAN SENDIRI

Terdapat juga dalam Al-Quran lafaz yang didatangkan secara mutlaq, tetapi diqaidkan dalam hadis. Sebagaimana ayat berkenaan dengan wasiat sebagaimana firman Allah SWT: (Pembahagian itu) ialah sesudah diselesaikan wasiat yang telah diwasiatkan oleh si mati, dan sesudah dibayarkan hutangnya… (an-Nisa': 11) Contoh lain ayat yang mutlak terikat dengan ayat yang muqayyad seperti firman Allah QS. Al-Baqarah:217 yang berbunyi:

                       Artinya: “...Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”. Dan pemutlakannya pada firman Allah QS. Al-Maidah:5 yang berbunyi:

            

Artinya: “...Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi”.

Media belajar untuk kalangan Sendiri https://sufyanilyas.wordpress.com

UNTUK KALANGAN SENDIRI

BAB III PENUTUP

Setelah melihat sekilas tentang pembahasan mutlak dan muqayyad maka jelaslah bagi kita sebagai pemula dalam mencari keridhaan Tuhan dengan mempelajari kalam suci, terlihat banyak sekali pembahasan dalam Al-Quran yang tak mungkin habis dan semakin banyaklah pembahasannya bila diantara kita mau dan tergugah hatinya untuk terus menyelami selukberluk kalam suci ini. Diantara salah satunya adalah dengan terlebih dahulu kita mengetahui yang mana dikatakan mutlak dan mana yang disebut dengan muqayyad. Karena dengan mengetahui hal yang telah penulis paparkan diatas setidaknya mampu membawa pembaca kearah yang lebih baik dalam perkembangan ilmu pengetahuan untuk melaksanakan pemahaman dari teks AlQuran yang senantiasa memberi jalan keluar dari setiap masalah yang kita hadapi dalam dunia ini, karena tiada satupun masalah yang ada didunia ini tanpa tersirat dalam kalam Tuhan yang Maha Agung dan Maha Suci.

Media belajar untuk kalangan Sendiri https://sufyanilyas.wordpress.com

UNTUK KALANGAN SENDIRI

DAFTAR PUSTAKA

Kahar Masyur, Pokok-Pokok Ulumul Quran, Jakarta:Rineka Cipta, 1992 DEPAG RI, Al-Quran dan Terjemahan, Bandung:Gema Risalah Press, 1989 Manna’ Al-Qathan, Pengantar Studi Ilmu Al-Quran, Pustaka Al-Kautsar:Jakarta, 2006 Imam Suyuthi, Al-Itqan Fi Ulumil Quran, Indiva Pustaka:Solo, 2009 Muhammad Ibn ‘Alaw Al-Maliki, Samudra Ilmu-Ilmu Al-Quran, Bandung:Mizan Pustaka, 2003 Nur

Ichwan,

Memahami

Bahasa

Al-Quran,

(refleksi

atas

persoalan

Jokjakarta:Pustaka Pelajar, 2002

Media belajar untuk kalangan Sendiri https://sufyanilyas.wordpress.com

linguistik)