NGT

Download A. Latar Belakang. Pemasangan Nasogastric tube (NGT) adalah metode pemenuhan nutrisi yang dilakukan dengan menggunakan selang yang dimasu...

0 downloads 692 Views 145KB Size
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasangan Nasogastric tube (NGT) adalah metode pemenuhan nutrisi yang dilakukan dengan menggunakan selang yang dimasukkan melalui hidung melewati esofagus menuju ke lambung (National Collaborating Centre, 2006). NGT memiliki beberapa tipe seperti Levin tube, Weighted feeding tube, dan Salem sump tube (O’Neill dan Patricia, 2014). Sekitar 271.000 NGT disuplai kepada National Health Service (NHS) setiap tahunnya (NHS Supply Chain, 2008). Salah satu keterampilan yang harus dikuasai perawat adalah mampu melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam hal ini adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi melalui pemasangan NGT. Sebagai perawat profesional, tercapainya tujuan pemenuhan nutrisi secara enteral yang aman dan efektif menjadi prioritas utama dalam pemasangan NGT, sehingga perawat dan caregiver lain perlu berhati-hati dalam memasang selang, penempatan, terjadinya kemerahan, dan mencegah terjadinya komplikasi (Peggi dan Marcia, 2001). Kesalahan penempatan selang umumnya terjadi pada esofagus, dan kesalahan penempatan selang ini dapat memicu terjadinya distensi perut, muntah, dan perubahan tingkat kesadaran (Peggi dan Marcia, 2001). The Joint Comission melaporkan beberapa Sentinel Event Alerts terkait kesalahan dalam memasang selang nasogastric (O’Neill dan Patricia, 2014). Kesalahan dalam memasang selang NGT akan memicu timbulnya komplikasi. The Journal of Parenteral and Enteral Nutrition melaporkan pada lebih dari 2000 pemasangan NGT, terjadi 1,3-2,4 persen kesalahan penempatan selang NGT

1

2

dan 28 % darinya menyebabkan komplikasi sistem pernafasan seperti pneumonia dan pneumothorak (Sorokin et al., 2006). Data tersebut menunjukkan bahwa pada 2000 pemasangan NGT terjadi kurang lebih 26 – 48 kejadian kesalahan penempatan, dan sekitar 13 kejadian di antaranya menyebabkan komplikasi pernafasan. Kesalahan penempatan saat pemasangan NGT pada anakanak di dunia terjadi antara 20,9 % sampai 43,5 % (Ellett et al., 2005 dalam Child Health Patient Safety Organization, 2012). Melihat fatalnya komplikasi yang terjadi pada pemasangan NGT di semua kalangan usia, maka diperlukan perawat yang kompeten dan profesional untuk meminimalisir terjadinya komplikasi akibat kesalahan dalam melakukan intervensi pemasangan NGT. Perlu usaha untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalitas perawat melalui pendidikan. Di jenjang pendidikan profesional, terdapat sebuah program training yang menawarkan lingkungan yang aman, dengan situasi dimana “kesalahan akan dimaafkan” yang mengizinkan mahasiswa untuk berlatih melakukan prosedur pada manekin, dengan pasien terstandar atau dengan satu sama lain untuk menunjukkan keterampilan prosedural pada pasien orang sungguhan, program ini disebut dengan skills lab (Hermann-Werner et al., 2013). Skills lab ditunjukkan untuk mengembangkan keterampilan prosedural pada orang-orang baru sebaik para ahli (Hermann-Werner et al., 2013). Keterampilan yang sudah diajarkan kepada mahasiswa tenaga kesehatan, akan diujikan di setiap akhir semester yang disebut dengan OSCE (Objective Structured Clinical Examination).

3

OSCE di Program Studi Ilmu Keperawatan FK UGM sendiri sudah dilaksanakan sejak tahun 2008. Sejauh ini peneliti belum menemukan sumber referensi mengenai OSCE di PSIK FK UGM yang sudah dipublikasi. Menurut hasil wawancara dengan pengurus skills lab pada tanggal 29 Mei 2015, beberapa kali terjadi pergantian penguji saat OSCE dimana instruktur skills lab tidak dapat menjadi penguji secara mendadak, maka instruktur atau staf skills lab akan mencari dosen atau klinisi pengganti sebagai penguji keterampilan dalam OSCE. Pengganti penguji ini seharusnya dipilih oleh instruktur dari bidang keperawatan yang sama dengan instruktur tersebut, misalnya instruktur keterampilan pemasangan NGT berasal dari keperawatan medikal bedah, maka sebaiknya pengganti penguji juga berasal dari keperawatan medikal bedah. Apabila instruktur tidak mendapatkan pengganti penguji dari bidang keperawatan yang sama, maka instruktur dapat memilih pengganti penguji dari bidang keperawatan yang berbeda, dimana dosen atau klinisi tersebut mempunyai kapasitas dalam melakukan keterampilan yang dimaksud. Beberapa kali dalam kondisi mendesak, pengganti penguji OSCE berasal dari bidang keperawatan yang berbeda bahkan kurang mempunyai pengalaman dalam keterampilan tersebut, sehingga terkadang menimbulkan perbedaan yang mencolok dalam melakukan penilaian. Sebelum pengganti penguji tersebut menilai penampilan keterampilan mahasiswa, instruktur melakukan persamaan persepsi dengan calon pengganti penguji. Instrumen yang digunakan pada saat OSCE di PSIK FK UGM adalah checklist. Reliabilitas merupakan salah satu indikator kunci dari pengembangan kualitas instrumen evaluasi pembelajaran klinik atau OSCE (Kimberlin &

4

Winterstein, 2008). Uji reliabilitas instrumen checklist keterampilan pemasangan NGT pada OSCE sendiri belum pernah diteliti di Program Studi Ilmu Keperawatan FK UGM. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian mengenai uji interrater reliability dari instrumen checklist pemasangan nasogastric tube (NGT) yang digunakan di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Gadjah Mada sebagai upaya memenuhi kriteria instrumen yang reliabel.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini yaitu “Bagaimana interrater reliability dari: checklist keterampilan pemasangan nasogastric tube (NGT) pada OSCE di Program Studi Ilmu Keperawatan UGM?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interrater reliability dari: checklist keterampilan pemasangan nasogastric tube (NGT) di PSIK FK UGM. 2. Tujuan Khusus a.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interrater reliability total item dari: checklist pemasangan NGT di PSIK FK UGM, yang terdiri dari lima tahap yaitu: tahap pre-interaksi, tahap orientasi, tahap kerja, tahap terminasi, serta tahap dokumentasi di PSIK FK UGM.

5

b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interrater reliability per item dari: checklist pemasangan NGT di PSIK FK UGM, yang terdiri dari lima tahap yaitu: tahap pre-interaksi, tahap orientasi, tahap kerja, tahap terminasi, serta tahap dokumentasi di PSIK FK UGM

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Dapat mengembangkan penelitian tentang interrater reliability dari: checklist keterampilan pemasangan nasogastric tube (NGT) di PSIK UGM. 2. Manfaat praktis a. Bagi peneliti Menambah pengetahuan peneliti tentang interrater reliability dari: checklist keterampilan pemasangan nasogastric tube (NGT) di PSIK UGM. b. Bagi PSIK UGM Sebagai upaya peningkatan mutu dan kualitas pendidikan serta evaluasi dari keterampilan pemasangan NGT dengan instrumen yang reliabel.

E. Keaslian Penelitian 1.

Adapun penelitian yang sudah membahas tentang hal-hal terkait validitas dan reliabilitas dan checklist keterampilan, yaitu: Dr. Safaa Hassanein, Dr. Zeinab El-Sayed, Dr. Hoda Abdel Raouf (2013), yaitu: Validity and Reliability of Checklists Used for Objective Structured Clinical Examination: Piloting

6

Modified Tools. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji validitas dan reliabilitas checklist OSCE yang telah ditentukan untuk menilai kompetensi keperawatan medikal bedah. Metode yang dilakukan dengan menggunakan test Six Sigma (DMADV/ DFSS): Define – Measure – Analyze – Design – Verify. Sepuluh checklist telah dipilih dengan kompetensi yang diminta dari keperawatan medikal bedah selama tahun akademik 2010-2011 & 2011 & 2012. Sembilan checklist (instrumen) dimodifikasi oleh peneliti sementara menerbitkan checklist ke-sepuluh yang berdasar pada tinjauan pustaka, pengalaman klinis di laboratorium dan pada setting pelatihan mahasiswa sungguhan. Sepuluh checklist OSCE yang terpilih diberi label dengan HZS. Tujuh dari sepuluh checklist adalah reliabel untuk menilai kompetensi mahasiswa pada keterampilan keperawatan medikal bedah. Kesamaan dengan penelitian ini yaitu uji reliabilitas instrumen berupa checklist. 2.

Melanie et al., (2014) yaitu: Cooperative Learning Using Simulation to Acieve Mastery of Nasogastric Tube Insertion. Penelitian ini bertujuan menguji keefektifan metode CLSST (Cooperative Learning Simulation Skills Training) yaitu metode pembelajaran dengan praktik yang diadakan secara sengaja untuk mencapai penguasaan keterampilan pemasangan Nasogastric Tube (NGT). Mahasiswa A akan berperan menjadi operator, dan mahasiswa B akan berperan menjadi pembelajar. Penilaiannya didasarkan pada skenario yang diprogramkan dan penampilan tanya-jawab dalam setiap praktik yang berlangsung. Lalu mahasiswa A dan B akan bertukar peran dan melakukan skenario yang sama, dan akan terus melakukannya sampai mereka dapat

7

mencapai skor 100%. Penelitian ini dilakukan kepada dua kelompok institusi keperawatan yaitu Bachelor degree of Nursing dan Association degree of Nursing di Amerika Serikat.