Nongkrong di Warung Kopi... (Dea Ayu P.)
Nongkrong di Warung Kopi Sebagai Gaya Hidup Mahasiswa di Mato Kopi Yogyakarta
Oleh: Dea Ayu Pramita & V. Indah Sri Pinasti, M.Si.
[email protected] Pendidikan Sosiologi – Fakultas Ilmu Sosial – Universitas Negeri Yogyakarta ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang bagaimana gaya hidup nongkrong di warung kopi pada kalangan mahasiswa Yogyakarta dan faktor-faktor yang melatarbelakanginya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian Nongkrong di Warung Kopi Sebagai Gaya Hidup Mahasiswa di Mato Kopi Yogyakarta adalah kualitatif deskriptif. Informan penelitian dipilih menggunakan purposive sampling berdasarkan beberapa kriteria, yaitu seorang mahasiswa dan memiliki kebiasaan nongkrong minimal 2 kali seminggu. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Proses analisis data penelitian ini menggunakan analisis dari Miles dan Hoberman, mulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, hingga proses penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nongkrong di warung kopi merupakan gaya hidup mahasiswa. Ketika nongkrong, mahasiswa memiliki berbagai aktivitas meliputi menikmati suasana, mengerjakan tugas, membaca buku, bercengkerama dengan teman, rapat, bermain kartu, dan bermain musik. Kebiasaan nongkrong di malam hari membuat mahasiswa terlihat mengantuk di pagi hari. Mahasiswa nongkrong di Mato Kopi hampir setiap hari dengan durasi nongkrong 3 - 15 jam. Mahasiswa nongkrong di warung kopi untuk berkumpul dan berinteraksi dengan temantemannya. Faktor yang melatarbelakangi nongkrong di warung kopi sebagai gaya hidup mahasiswa terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi (1) motif dan (2) pengalaman dan pengamatan. Faktor eksternal meliputi (1) kelompok referensi, (2) kelas sosial, dan (3) budaya masyarakat sekitar rumah yang memiliki kebiasaan nongkrong di warung kopi sekitar rumah. Kata Kunci: nongkrong, gaya hidup, mahasiswa
Jurnal Pendidikan Sosiologi | 1
Nongkrong di Warung Kopi... (Dea Ayu P.)
Hanging Out at Coffee Shop as Students’s Lifestyle in Mato Kopi Yogyakarta By: Dea Ayu Pramita & V. Indah Sri Pinasti, M.Si.
[email protected] Pendidikan Sosiologi – Fakultas Ilmu Sosial – Universitas Negeri Yogyakarta ABSTRACT This research aims at understanding how the hanging out lifestyle at coffee shop in Yogyakarta among the students and its factors. This study employed qualitative methode approach.. Informants were selected using purposive sampling techniques based on criteria such as students who have a habit of hanging out at least 2 times a week. Data collection technique was gained through observations, interviews, and documentations. Qualitative data analysis technique used interactive analysis consisting of data collection, data reduction, data display, and verification. The result of this research showed that hang out at the coffee shop is a lifestyle of students. When hanging out, students have a wide range of activities include enjoying the atmosphere, doing some works, reading books, chatting with friends, meeting, playing cards, and playing music. The habit of hanging out in the evenings to make students look sleepy in the morning. Students hang out in Mato Kopi almost every day with a duration of hanging out for 3-15 hours. Students hang out in a coffee shop transform and converge and interact with their friends. The internal factors behind hanging out at the coffee shop as a lifestyle of students are (1) motif, and (2) the experience and observations. Then external factors are (1) the reference group, (2) social class, and (3) cultural communities around the house that has a habit of hanging out at the coffee shop around the house.
Key Words: hanging out, lifestyle, students
Jurnal Pendidikan Sosiologi | 2
Nongkrong di Warung Kopi... (Dea Ayu P.)
waktu
A. PENDAHULUAN Kopi merupakan minuman yang lazim
dikonsumsi
oleh
masyarakat
senggang.
Mereka
meminum
secangkir kopi di warung kopi. Mereka menikmati secangkir kopi dengan diselingi
khas
bercengkerama dengan rekannya. Dewasa
memiliki daya tarik tersendiri untuk
ini, kebiasaan minum kopi telah menyebar
dikonsumsi. Kopi pertama kali ditanam
ke masyarakat urban. Mereka menikmati
dan tumbuh di Ethiopia. Sejarah kopi di
kopi sambil bercengkerama dengan teman
Indonesia diawali dari Belanda yang
dan melakukan aktivitas lain di warung
sedang menjajah Indonesia. By the mid –
kopi. Kegiatan ini biasa disebut dengan
1850s coffee productions in the Netherland
nongkrong.
Indonesia.
Aroma
kopi
yang
East Indies had over taken that of India
Kebiasaan
untuk
kongkow
atau
and Ceyla, making Java the largest
nongkrong di warung kopi (ngopi) telah
supplier of beans to yhe Europian market
menjadi budaya di berbagai wilayah mulai
(Teggia,
zaman
dari Aceh, Makassar, Medan, Bangka,
sekarang,
termasuk kota-kota di Pulau Jawa (Ulung,
usaha di bidang kopi tidak pernah punah.
2011: 5). Gaya hidup nongkrong mulai
Setelah
menyebar ke berbagai penjuru kota di
2003:
penjajahan
28).
Belanda
Indonesia
Sejak
hingga
merdeka,
bangsa
Indonesia sudah mampu memproduksi
Indonesia,
kopi-kopi
Indonesia
Bandung, hingga Yogyakarta. Beragam
merupakan negara penghasil kopi ketiga
warung atau kedai kopi ada di Yogyakarta
terbesar di dunia setelah Brasil dan
terutama
Vietnam dengan total produksi 748 ribu
Berbagai
ton atau 6,6% dari produksi kopi dunia
menawarkan konsep sederhana hingga
pada tahun 2012 (Hartono, 2015). Namun,
modern. Mahasiswa lebih memilih warung
jumlah konsumsi kopi di Indonesia masih
kopi yang sederhana. Oleh karena itu, pada
mencapai 300 ribu ton dan masih jauh di
penelitian
bawah negara-negara lain (AEKI).
mengkaji nongkrong di warung kopi
berkualitas
baik.
seperti
di
Jakarta,
daerah
sekitar
macam
ini
Surabaya,
peneliti
kampus.
warung
tertarik
kopi
untuk
Indonesia memang masih berada
sebagai gaya hidup mahasiswa di Mato
jauh di bawah negara-negara lain dalam
Kopi Yogyakarta. Mato Kopi terletak di
mengkonsumsi kopi. Namun, kebiasaan
Jalan Selokan Mataram, Catur Tunggal,
minum secangkir kopi telah dilakukan oleh
Depok,
masyarakat Indonesia sejak dulu. Awalnya
ditawarkan Mato Kopi sangat sederhana.
minum kopi dilakukan oleh orang tua saat
Mato Kopi tidak memiliki fasilitas wifi,
Sleman,
DIY.
Konsep
yang
Jurnal Pendidikan Sosiologi | 3
Nongkrong di Warung Kopi... (Dea Ayu P.)
game, atau kursi yang nyaman. Namun,
yang dilakukan baik individu maupun
konsep
kelompok yang di dalamnya terdapat
yang
ditawarkan
adalah
aktivitas sosial. Kini kebiasaan ngopi telah
kesederhanaan dan keakraban. Mahasiswa
Yogyakarta
memilih
nongkrong di warung kopi menjadi gaya hidup
mereka.
menghabiskan
Dimana
waktu
mereka
berubah menjadi kebiasaan nongkrong di warung kopi pada masyarakat urban.
mereka
Istilah nongkrong dalam Kamus
untuk
Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata
nongkrong di warung kopi dan mereka
tongkrong
memiliki ketertarikan dengan dunia kopi.
artinya berjongkok, duduk-duduk saja
Di Mato Kopi, dari tahun ke tahun
karena tidak bekerja, berada di suatu
mengalami
jumlah
tempat. Menurut Mira (2011), nongkrong
pengunjung, yang notabene sebagian besar
berarti kongko-kongko bersama teman,
adalah mahasiswa. Setiap malam para
biasanya
mahasiswa menghabiskan waktu untuk
pembicaraan dari yang remeh sampai
nongkrong di warung kopi. Kebiasaan ini
serius, dan biasanya dilakukan di Seven
sepertinya sudah melekat dan menjadi
Eleven, kedai kopi, atau kafe. Salah satu
aktivitas
Oleh
tempat nongkrong yang banyak dikunjungi
karena itu peneliti tertarik untuk meneliti
mahasiswa adalah warung kopi. Dari sini,
bagaimana
dapat
peningkatan
sehari-hari
mahasiswa.
kebiasaan
nongkrong
di
/tong.krong/
me.nong.krong
seumuran,
disimpulkan
bahwa
melibatkan
nongkrong
warung kopi bisa menjadi gaya hidup
adalah kegiatan bersantai yang dilakukan
mahasiswa dan faktor apa saja yang
individu maupun kelompok di warung
melatarbelakanginya.
kopi. 2.
Yogyakarta
B. KERANGKA TEORI 1.
Nongkrong di Kalangan Mahasiswa
Fenomena Ngopi Hingga Nongkrong
Nongkrong di warung kopi kini menjelma menjadi gaya hidup mahasiswa
di Warung Kopi merupakan
di kota-kota besar seperti Yogyakarta.
kebiasaan orang dewasa di pedesaan yang
Mahasiswa memilih nongkrong di warung
menikmati kopi dalam segala macam
kopi sambil minum kopi, bersenda gurau,
bentuk aktivitas sosialnya, mulai dari
kumpul dengan teman, rapat, hingga
rumah, di kebun, di pengajian, bahkan di
mengerjakan tugas. Terlebih lagi di sekitar
kedai sekalipun (Prasojo, 2014). Ngopi
kampus terdapat berbagai macam bentuk
adalah aktivitas minum secangkir kopi
warung kopi yang menawarkan kopi
Awalnya
ngopi
Jurnal Pendidikan Sosiologi | 4
Nongkrong di Warung Kopi... (Dea Ayu P.)
dengan harga bervariasi. Pada umumnya
C. METODE PENELITIAN
warung kopi di Yogyakarta buka mulai
Penelitian ini dilakukan di Mato
pukul 17.00 WIB bahkan ada yang dari
Kopi yang beralamat di Jalan Selokan
jam 10.00 WIB (Dimyati, 2009: 34).
Mataram, Catur Tunggal, Depok, Sleman,
Sehingga
mudah
Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan
menghabiskan waktu untuk nongkrong dan
pengambilan data dilaksanakan kurang
menikmati secangkir kopi.
lebih 3 bulan terhitung pada Desember
3.
2015 hingga akhir Februari 2016.
mahasiswa
dengan
Gaya Hidup Gaya hidup menurut kamus sosiologi
Penelitian ini menggunakan metode
adalah suatu konsep yang telah digunakan
penelitian
lebih luas untuk menandai selera, sikap,
penelitian ini, peneliti ingin mengetahui
kepemilikan atau perilaku kelompok sosial
lebih dalam fenomena nongkrong di
tertentu
warung
yang
kelompok
membedakan
lain
dengan
(Abercombie,
2010).
Menurut David Chaney (2011: 40), gaya hidup
membantu
menjelaskan
kualitatif
kopi
mahasiswa
sebagai
gaya
dan
faktor
Pada
hidup yang
melatarbelakanginya.
memahami
(yakni
Sumber data pada penelitian ini
bukan
berarti
adalah sumber data primer dan sekunder.
tapi
membenarkan) apa yang orang lakukan,
Sumber
mengapa
wawancara
mereka
deskriptif.
melakukannya,
dan
data
primer
berupa
informan
sumber
bagi dirinya maupun orang lain. Gaya
(dokumentasi), berita, surat kabar, data
hidup menurut Nugroho (2008: 148)
statistik, dan website.
cara
hidup
diidentifikasikan
sekunder
observasi.
apakah yang mereka lakukan bermakna
sebagai
data
dan
hasil
berupa
foto
Penelitian ini menggunakan teknik
bagaimana orang menghabiskan (aktivitas)
pengumpulan
apa yang mereka anggap penting dalam
wawancara,
lingkungannya (ketertarikan), dan apa
penelitian ini peneliti melakukan observasi
yang mereka pikirkan tentang diri mereka
(pengamatan) dimana peneliti berperan
sendiri
sebagai
dan
juga
dunia
sekitarnya
data dan
berupa
observasi,
dokumentasi.
pengamat.
Peneliti
Pada
tidak
(pendapat). Ada tiga karakteristik gaya
sepenuhnya sebagai pemeranserta tetapi
hidup menurut David Chaney, yaitu (1)
melakukan fungsi pengamatan (Moleong,
tampakan
2006: 177). Peneliti mengamati aktivitas
sensibilitas.
luar,
(2)
kedirian,
(3)
yang dilakukan para mahasiswa selama nongkrong. Peneliti juga mengumpulkan Jurnal Pendidikan Sosiologi | 5
Nongkrong di Warung Kopi... (Dea Ayu P.)
data-data dari pihak manajemen Mato
sebagai pembanding terhadap data itu
Kopi guna melengkapi data penelitian.
(Moleong, 2006: 330). Pada penelitian ini,
peneliti
peneliti menggunakan triangulasi teknik
menggunakan teknik wawancara semi-
dan triangulasi sumber. Pada triangulasi
terstruktur.
Teknik
wawancara
semi-
teknik,
terstruktur
adalah
gabungan
antara
wawancara
Pada
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan
dan
observasi,
metode sehingga
tidak
peneliti harus mencatat hasil wawancara
sudah
dengan para informan dan observasi.
menyiapkan topik dan daftar pertanyaan,
Selain itu, peneliti juga menggunakan
pada
wawancara terstruktur.
terstruktur
dan
Pewawancara
melakukan
wawancara
triangulasi
menanyakan
pertanyaan
mengumpulkan informasi dari wawancara
tambahan untuk menggali lebih jauh
dengan mahasiswa kemudian dikonfirmasi
jawaban partisipan (Sarosa, 2012: 47).
dari sumber lain yaitu hasil wawancara
Sebagai pendukung data yang peneliti
dengan pegawai Mato Kopi.
saat
pewawancara
sumber.
Pada
peroleh, peneliti menyertakan dokumen-
penelitian
Peneliti
ini,
peneliti
dokumen, baik dalam bentuk melihat,
menggunakan analisis data interaktif milik
mencatat ataupun mengabadikan gambar
Huberman dan Miles (Denzin, 2009: 592)
untuk memperoleh gambaran tentang tema
yang
terkait. Peneliti mendapat dokumentasi
reduksi data, penyajian data, dan penarikan
dari pihak manajemen Mato Kopi.
kesimpulan.
Teknik
pemilihan
sampel
terdiri
dari
pengumpulan
data,
pada
penelitian ini adalah sampel bertujuan
D. PEMBAHASAN DAN ANALISIS
(purposive sample). Kriteria pemilihan
1. Nongkrong
di
Warung
Kopi
informan adalah mahasiswa Yogyakarta
Sebagai Gaya Hidup Mahasiswa
baik laki-laki maupun perempuan yang
Yogyakarta
gemar untuk nongkrong di Mato Kopi
sudah menjadi gaya hidup di kalangan
minimal dua kali seminggu. Data
yang
Saat ini, nongkrong di warung kopi
terkumpul
diuji
mahasiswa.
Chaney
(2011:
41)
keabsahannya dengan teknik triangulasi
mengatakan gaya hidup tergantung pada
data.
bentuk-bentuk
Triangulasi
pemeriksaan
adalah
keabsahan
data
teknik yang
merupakan
kultural,
gaya,
tata
masing-masing krama,
cara
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
menggunakan barang-barang, tempat dan
data itu untuk keperluan pengecekan atau
waktu
tertentu
yang
merupakan
Jurnal Pendidikan Sosiologi | 6
Nongkrong di Warung Kopi... (Dea Ayu P.)
karakteristik
suatu
kelompok,
tetapi
bukanlah keseluruhan pengalaman sosial
manis, kopassus (kopi pakai susu) dan cokelat moccacino panas. Gaya hidup nongkrong di warung
mereka. Dari pendapat Chaney dapat diketahui bahwa gaya hidup merupakan
kopi
cara
menggunakan
terlihat dari aktivitas yang mereka lakukan
waktu.
ketika
seseorang
barang,
dalam
tempat,
dan
Saat
pada
kalangan
nongkrong.
mahasiswa
Berikut
bisa
aktivitas-
nongkrong, mereka menentukan kopi yang
aktivitas yang dilakukan mahasiswa ketika
mereka suka, tempat yang mereka anggap
nongkrong di warung kopi:
cocok,
1) Menikmati Suasana Warung Kopi
dan
waktu
sesuai
keinginan mengetahui
Mato Kopi didesain dengan konsep
bagaimana gaya hidup nongkrong di
keakraban dan santai. Keadaan seperti ini
warung kopi pada kalangan mahasiswa
membuat suasana suasana Mato Kopi yang
Yogyakarta maka bisa dikaji melalui
nyaman
karakteristik gaya hidup yang dijelaskan
nongkrong selama berjam-jam.
oleh David Chaney sebagai berikut.
2) Mengerjakan Tugas
mereka.
a.
Untuk
lebih
membuat
mahasiswa
bisa
Penampakan Luar Gaya Hidup
Tugas tidak serta merta menghalangi
Nongkrong di Warung Kopi pada
kegemaran mahasiswa untuk nongkrong di
Kalangan Mahasiswa
warung kopi. Suasana warung kopi yang
Bagi
mereka
menggunakan diskriminasi
dan praktik
serta
nyaman dan tenang di pagi atau siang hari
mengapresiasi
bisa dijadikan tempat bagi mahasiswa
yang
ikut
gaya
hidup,
untuk mengerjakan tugas.
penampakan benda-benda atau hal-hal,
3) Membaca Buku
orang, ataupun aktivitas akan menjadi
Saat sendirian, aktivitas yang dapat
aspek persoalan utama (Chaney, 2011:
mahasiswa kerjakan adalah membaca
167). Penampilan dalam gaya hidup
buku. Suasana Mato Kopi yang terbuka
nongkrong
bagaimana
dan ada semilir angin menjadi tempat
mahasiswa menggunakan barang dalam
yang pas bagi mahasiswa yang ingin
hal ini adalah kopi sebagai minuman
nongkrong sambil membaca buku.
favorit mereka yang memiliki gaya hidup
4) Bercengkerama dengan Teman
bisa
diartikan
nongkrong di warung kopi. Kopi favorit
Mahasiswa
sering
nongkrong
mahasiswa yang memiliki gaya hidup
bersama teman-teman mereka. Pada waktu
nongkrong di Mato Kopi adalah kopi semi,
malam hari, pengunjung Mato Kopi sangat
kothok manis, kopi pait, kothok agak
ramai.
Mayoritas
dipenuhi
oleh
Jurnal Pendidikan Sosiologi | 7
Nongkrong di Warung Kopi... (Dea Ayu P.)
duduk
melingkar
padahal mereka harus kuliah di pagi
teman-temannya.
Mereka
hari.tak heran apabila banyak mahasiswa
mengobrolkan banyak hal. Mato Kopi
yang mengantuk di pagi hari dikarenakan
membebaskan
begadang di warung kopi.
mahasiswa. dengan
Mereka
pengunjungnya
untuk
Mahasiswa
ngobrol atau bercanda sesuka hati mereka
memilih
Mato
Kopi
sebagai tempat nongkrong karena Mato
5) Rapat Mahasiswa ada yang ikut komunitas
Kopi memiliki keunikan tersendiri sebagai
di luar kampus. Biasanya komunitas-
tempat nongkrong. Berikut keunikan Mato
komunitas tersebut sering mengadakan
Kopi jika dibandingkan dengan warung
rapat ketika akan membuat suatu kegiatan.
kopi pinggir jalan dan angkringan.
Terkadang mereka memilih warung kopi
1) Mato Kopi buka selama 24 jam.
untuk
2) Pengunjung bebas berekspresi di Mato
dijadikan
tempat
rapat
atau
Kopi.
berkumpul.
3) Mato Kopi memiliki bangunan yang
6) Bermain Kartu Ketika mereka bosan dengan diskusi atau obrolan, mereka memilih untuk bermain
kartu
untuk
luas. b. Kedirian Aktivitas-aktivitas
menghilangkan
waktu
luang
penat. Permainan kartu yang dimainkan
banyak dialami oleh individu-individu
pun beragam, mulai dari poker hingga
sebagai basis identitas sosial mereka
remi. Permainan kartu yang dilakukan
(Chaney, 2011:86). Identitas seseorang
murni hanya permainan tanpa ada unsur
dapat dilihat dari bagaimana mereka
judi.
menghabiskan waktu dan menjalankan
7) Bermain Musik
aktivitas. Mahasiswa yang memiliki gaya
Pengunjung
nongkrong
sambil
hidup nongkrong menghabiskan banyak
bermain alat musik. Ada batas waktu
waktu
di
warung
tertentu bagi para pengunjung yang ingin
biasanya memilih waktu di malam hari
bermain gitar yaitu maksimal jam 12
untuk
malam
merupakan
nongkrong. pilihan
kopi.
Mahasiswa
Siang
hari
juga
waktu
yang
bisa
Orang-orang, khususnya mahasiswa,
digunakan untuk nongkrong di warung
yang memiliki gaya hidup nongkrong di
kopi. karena tidak ada jadwal kuliah atau
malam hari biasanya mengantuk di pagi
tidak memiliki kegiatan. Pagi hari juga
hari.
menjadi
Hampir
setiap
malam
mereka
menghabiskan waktu di warung kopi,
pilihan
mahasiswa
untuk
nongkrong. Jurnal Pendidikan Sosiologi | 8
Nongkrong di Warung Kopi... (Dea Ayu P.)
Nongkrong sudah menjadi bagian
mereka. Ada sesuatu yang mereka cari
dari aktivitas sehari-hari mahasiswa. Tidak
ketika mereka nongkrong di warung kopi.
ada hari yang terlewati tanpa nongkrong di
Mereka menemukan arti kebersamaan
warung
semua
ketika mereka nongkrong di warung kopi.
nongkrong setiap hari, ada mahasiswa
Tujuan dari mereka nongkrong adalah
yang nongkrong 3 – 4 kali seminggu.
karena adanya hasrat untuk berkumpul dan
kopi.
Namun
tidak
Saat nongkrong, mahasiswa bisa
berinteraksi dengan teman-temannya tanpa
menghabiskan waktu hingga berjam-jam.
ada gangguan dari gadget-gadget. Mato
Rata-rata mereka nongkrong sekitar 4 jam.
Kopi
Ada juga mahasiswa yang nongkrong lebih
nongkrong karena di sana menawarkan
dari 10 jam. Bahkan ada mahasiswa yang
suasana yang santai dan akrab sehingga
nongkrong selama 12 jam. Secara mereka
mampu
sadari atau tidak, hal ini dapat membentuk
mahasiswa untuk nongkrong, berkumpul
jati diri mereka. Nongkrong sudah menjadi
dan berinteraksi dengan teman, serta
bagian dari diri mereka di mana mereka
menikmati secangkir kopi.
tidak
2.
bisa
meninggalkan
kebiasaan
mereka
pilih
sebagai
mewujudkan
tempat
hasrat
Faktor-Faktor
para
yang
nongkrong di warung kopi. Setiap kali ada
Melatarbelakangi
waktu,
Warung kopi Sebagai Gaya Hidup
mereka
selalu
menyempatkan
untuk nongkrong. Sehingga nongkrong
Sensibilitas
Mahasiswa
dalam
di
Mahasiswa Yogyakarta Menurut Nugraheni (2003), terdapat
tidak bisa dilepaskan dari diri mereka. c.
Nongkrong
faktor
internal
dan
eksternal
yang
Memahami Gaya Hidup Nongkrong
melatarbelakangi gaya hidup seseorang.
di Warung Kopi
Berikut
faktor
internal
yang
Sensibilitas yang tersirat akan menjadi hal
melatarbelakangi nongkrong di warung
yang membuat gaya hidup penting –
kopi sebagai gaya hidup mahasiswa adalah
mengapa gaya hidup diperlukan sebagai
sebagai berikut.
ikonografi komunitas. Untuk menemukan
a.
Motif Motif adalah tujuan atau alasan
suatu sensibilitas bersama adalah dengan mengajukan suatu bentuk afiliasi kultural
untuk
melakukan
sesuatu.
Motif
tertentu (Chaney, 2011: 209).
mahasiswa untuk nongkrong di warung ketika
kopi adalah menghilangkan penat setelah
mereka nongkrong tidak hanya karena
kuliah. Keinginan untuk nongkrong tidak
kopi yang merupakan minuman favorit
bisa
Sensibilitas
mahasiswa
terlepas
dari
keinginan
untuk
Jurnal Pendidikan Sosiologi | 9
Nongkrong di Warung Kopi... (Dea Ayu P.)
Mahasiswa
berkumpul dengan teman. Dari berkumpul
Yogyakarta
memiliki
inilah membuat mereka betah untuk
gaya hidup nongkrong tidak terlepas dari
nongkrong dan tidak bisa meninggalkan
interaksi dengan teman mereka. Ajakan
kebiasaan nongkrong.
teman
b.
mahasiswa mencoba untuk nongkrong.
Pengalaman dan Pengamatan
untuk
nongkrong
membuat
Pengalaman dapat mempengaruhi
Awalnya hanya mengikuti ajakan teman,
pengamatan sosial dalam tingkah laku,
namun seiring berjalannya waktu mereka
pengalaman dapat diperoleh dari semua
terus nongkrong di warung kopi dan sudah
tindakannya
menjadi bagian dari aktivitas sehari-hari
dimasa
lalu
dan
dapat
dipelajari, melalui belajar orang akan dapat
mereka.
memperoleh
b.
pengalaman.
Hasil
dari
Kelas Sosial Kelas sosial adalah sebuah kelompok
pengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan
terhadap
suatu
objek.
yang relatif homogen dan bertahan lama
Mahasiswa
memiliki
gaya
hidup
dalam sebuah masyarakat, yang tersusun
nongkrong diawali dari pengalamannya di
dalam sebuah urutan jenjang, dan para
masa lalu. Mereka mengetahui gaya hidup
anggota dalam setiap jenjang itu memiliki
nongkrong di warung kopi sejak kecil.
nilai, minat, dan tingkah laku yang sama.
Mereka melihat orang-orang di sekitar
mahasiswa yang memilih nongkrong
mereka yang sedang minum secangkir
di warung kopi. Mereka yang berada di
kopi di warung sekitar tempat tinggal
kelas menengah ke bawah memilih warung
mereka. Kemudian mereka penasaran dan
kopi yang memiliki harga terjangkau dan
mulai mencoba minum secangkir kopi.
bisa
Setelah dirasa enak dan cocok, mereka
mahasiswa, tempat nongkrong yang murah
terus
dan bisa berjam-jam adalah di warung
menerus
melakukannya
hingga
nongkrong
sepuasnya.
Bagi
kopi, terutama Mato Kopi yang memiliki
sekarang. Adapun faktor eksternal dijelaskan
harga murah, konsep sederhana, buka
oleh Nugraheni (2003) sebagai berikut :
selama 24 jam, dan tidak ada batasan
a.
waktu berkunjung.
Kelompok Referensi Kelompok
referensi
adalah
kelompok yang memberikan pengaruh
c.
Kebudayaan
langsung atau tidak langsung terhadap
Kebudayaan yang meliputi pengetahuan,
sikap dan perilaku seseorang.
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang Jurnal Pendidikan Sosiologi | 10
Nongkrong di Warung Kopi... (Dea Ayu P.)
diperoleh
individu
sebagai
anggota
menemukan
arti
kebersamaan
ketika
mereka nongkrong di warung kopi. Tujuan
masyarakat. Orang tua di desa sering menikmati
dari mereka nongkrong adalah karena
secangkir kopi baik di rumah maupun di
adanya
hasrat
untuk
berkumpul
warung kopi yang berada di lingkungan
berinteraksi dengan teman-temannya
dan
Kebiasaan
Mahasiswa memiliki memiliki gaya
seperti ini secara tidak langsung akan
hidup nongkrong di warung kopi karena
ditiru
dipengaruhi berbagai faktor. Faktor-faktor
sekitar
tempat
oleh
tinggalnya.
generasi
penerus.
Ketika
mereka melihat ada bapak-bapak yang
yang
melatarbelakangi
sedang asyik menikmati kopi, mereka
warung
tertarik ingin mencobanya.
mahasiswa terdiri dari faktor internal
kopi
meliputi
motif,
sebagai
nongkrong gaya
di
hidup
pengalaman,
dan
pengamatan. Dan faktor eksternal meliputi
E. KESIMPULAN Berdasarkan rumusan masalah, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
kelompok referens, kelas sosial, dan kebudayaan.
nongkrong di warung kopi merupakan gaya hidup mahasiswa di Mato Kopi
DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta. Hal ini terlihat dari tampakan luar, kedirian, dan sensibilitas mahasiswa terhadap nongkrong di warung kopi. Ada
berbagai
aktivitas
yang
mahasiswa lakukan ketika nongkrong di warung kopi. Aktivitas tersebut antara lain menikmati
suasana
warung
kopi,
mengerjakan tugas, membaca buku, rapat,
Abercrombie, N. et. al. 2010. Kamus Sosiologi (Terj). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia. 2012. Konsumsi Kopi Indonesia. Diakses dari http://www.aekiaice.org/page/konsumsi-kopidomestik/id pada tanggal 4 Juni 2016.
bercengkrama dengan teman, bermain kartu, dan bermain musik. Hampir setiap hari mahasiswa nongkrong di Mato Kopi. Pemilihan waktu nongkron gbiasanya di malam hari. Dalam sekali nongkrong, biasanya mahasiswa menghabiskan waktu rata-rata 4 jam.Namun, terkadang mereka
Chaney, David. 2011. Lifestyle Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra. Denzin, Norman K. & Yvonna S.L. 2009. Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
nongkrong selama 10 – 12 jam. Mereka Jurnal Pendidikan Sosiologi | 11
Nongkrong di Warung Kopi... (Dea Ayu P.)
Dimyati, Nur S. 2009. “Komunitas Kafe Sebagai Gaya Hidup (Studi Tentang Motif Mahasiswa dan Konstruksi Kuliner Kafe di Yogyakarta)”. Skripsi. Tidak Diterbitkan: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Teggia, Gabriella & Mark Hanusz. 2003. A Cup of Java. Jakarta: Equinox Publishing (Asia) PTE.LTD. Ulung, G dan Gamal H. 2011. Ngopi Yuk! 50 Tempat Ngopi Paling Asyik se-Jabodetabek. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online diakses dari http://kbbi,web.id/tongkrong pada tanggal 13 Juni 2016. Mira. 2011. Nongkrong. Diakses dari http://kitabgaul.com/word/non gkrong?_e_pi_=7%2CPAGE_ 1D10%2C8949849851 pada tanggal 13 Juni 2016. Moleong, L.J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset. Murti, Rian W. 2015. “Wangi Kopi untuk Ekonomi Indonesia”, Eastspring Investments. Juli. Nugroho, Setiadi. 2008. Perilaku Konsumen, Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta: Kencana. Prasojo. 2014. Budaya Ngopi atau Gaya Ngopi? Ngopi untuk Pembebasan. Diakses dari http://bincangkopi.com/budaya -ngopi-atau-gaya-ngopi-ngopi-ngopi-untukpembebasan/ pada tanggal 25 Oktober 2015. Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar. Jakarta: Indeks.
Jurnal Pendidikan Sosiologi | 12