OPTIMALISASI PRODUKSI KACANG TANAH DAN JAGUNG MANIS PADA POLA TANAM TUMPANGSARI DENGAN PERLAKUAN DEFOLIASI JAGUNG 1
2
Nyayu Siti Khodijah1, Kusmiadi R1, Sartika S2
Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi Universitas Bangka Belitung, Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi Universitas Bangka Belitung Kampus Terpadu Universitas Bangka Belitung, Baluinjuk Merawang Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Telp 0717422145 Faks 0717421303 e-mail:
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Persaingan antartanaman yang ditumpangsarikan dalam mendapatkan sinar matahari perlu diperhatikan. Defoliasi adalah pemotongan atau pengambilan bagian tanaman yang ada di atas permukaan tanah. Melalui defoliasi jagung pada pola tanam tumpangsari kacang tanah dengan jagung diharapkan dapat menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan hasil kacang tanah. Pada sistem tumpangsari jagung dan kacang tanah, defoliasi pada jagung perlu diteliti untuk mengetahui pengaruhnya pada kacang tanah. Penelitian dilaksanakan di Desa Balunijuk, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pada bulan Juni–September 2012. Bahan tanam yang digunakan adalah kacang tanah varietas kelinci dan jagung manis varietas sweet boy. Pupuk organik yang digunakan adalah kompos. Penelitian menggunakan metode rancangan acak kelompok dengan tiga perlakuan, sembilan ulangan. Perlakuan defoliasi daun jagung terdiri dari (D0)= tanpa pemangkasan, (D1)=1 minggu setelah berbunga, dan (D2)=2 minggu setelah berbunga. Tinggi tanaman kacang tanah terbaik diperoleh pada perlakuan defoliasi 2 minggu setelah berbunga. Sedangkan bobot 100 biji tertinggi diperoleh dari perlakuan defoliasi jagung 1 minggu setelah berbunga. Kata kunci: defoliasi, jagung, kacang tanah, tumpangsari
ABSTRACT Production Optimization Peanut and Sweet Corn in The Cropping Pattern of Corn Defoliation Treatment. Competition between intercropped plants in sunlight note. Defoliation is cutting or making parts of the plant that is above ground level. Through defoliation of maize in the cropping pattern peanut intercropping with maize is expected to create favorable conditions for the growth and production of peanuts. In intercropping systems of maize and peanuts, defoliation on corn need to be investigated to determine its effect on peanut. This research was conducted in the village land Balunijuk Merawang District Bangka Bangka Belitung Islands, June – September 2012. Planting material used was rabbit peanut varieties and varieties of sweet corn sweet boy. Organic fertilizers are used is this kompos.Penelitian using randomized block design with 3 treatment was repeated 9 replicates. Treatment of maize leaf defoliation factor consisting of (D0) = without pruning, (D1)= 1 week after flowering, and (D2)= 2 weeks after flowering. The best peanut plant height obtained in defoliation treatments 2 weeks after flowering. While the weight of 100 seeds best results obtained defoliation 1 week after flowering. Keywords: defoliation, corn, peanuts, intercropping
874
Khodijah et al.: Optimalisasi Produksi Kacang Tanah dan Jagung Manis pada Pola Tanam Tumpangsari
PENDAHULUAN Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan tanaman. Dengan cara ini bisa ditanam dua atau lebih jenis tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau beberapa tanaman yang umurnya berbeda-beda. Pinem et al. (2011) menyatakan bahwa waktu tanam kacang tanah bersamaan dengan jagung dengan populasi kacang tanah 190.476 rumpun/ha memberikan hasil terbaik, yaitu hasil jagung 7.722 t/ha, dan kacang tanah sebesar 1.590 t/ha. Warsana 2009 menyatakan persaingan antar tanaman yang ditumpangsarikan dalam mendapatkan sinar matahari perlu diperhatikan. Tinggi dan lebar tajuk antartanaman yang ditumpangsarikan berpengaruh terhadap penerimaan cahaya matahari, lebih lanjut mempengaruhi hasil sintesis (glukosa) dan hasil secara keseluruhan. Defoliasi adalah pemotongan atau pengambilan bagian tanaman di atas permukaan tanah. Pengaturan defoliasi perlu dilakukan untuk menjamin pertumbuhan kembali optimal dan memiliki kandungan gizi yang tinggi. Defoliasi dilakukan pada periode tertentu yakni pada akhir vegetatif atau menjelang berbunga. Hasil penelitian Parastiwi (2011) menunjukkan terjadi interaksi antara perlakuan jarak tanam dan defoliasi daun terhadap luas daun dan indeks luas daun jagung. Tanaman jagung dengan jarak tanam 50 cm x 30 cm memperlihatkan hasil yang berbeda nyata dibandingkan dengan jarak tanam 60 cm x 25 cm dan 75 cm x 20 cm, terutama pada luas daun, indeks luas daun, dan laju pertumbuhan relatif. Tanaman yang didefoliasi empat daun bawah berbeda nyata dengan tanpa defoliasi dan defoliasi dua daun bawah. Hal ini terlihat pada bobot kering total tanaman, bobot tongkol berkelobot, bobot tongkol kupas dan hasil. Jika tanaman mengalami pemangkasan atau defoliasi, maka luas organ fotosintesisnya berkurang. Besarnya pengaruh defoliasi terhadap hasil panen bergantung pada luas daun yang hilang. Daun merupakan salah satu organ asimilasi penting bagi tanaman. Keberadaan daun ditinjau dari lama tumbuh atau jumlah daun memberikan kontribusi terhadap jumlah asimilat yang dihasilkan. Asimilat bagi tanaman merupakan salah satu sumber energi pertumbuhan tanaman (Razali 2008). Waktu defoliasi yang tepat memberikan pertumbuhan dan hasil yang tinggi. Menurut Kadekoh (2007), hasil jagung terbanyak (4,31 t/ha) dicapai jika jagung didefoliasi lebih lambat (21 HST) pada musim hujan, sedangkan bobot kering daun jagung defoliasi tertinggi (0,53 t/ha) diperoleh jika defoliasi dilakukan lebih awal (7 HST) pada musim hujan. Melalui defoliasi jagung diharapkan dapat menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan produksi kacang tanah. Pada sistem tumpang sari jagung dan kacang tanah, defoliasi pada jagung perlu diteliti untuk mengetahui pengaruhnya pada kacang tanah.
BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Desa Balunijuk, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pada bulan Juni–September 2012. Bahan tanam yang digunakan adalah kacang tanah varietas Kelinci dan jagung manis varietas Sweet boy. Pupuk organik yang digunakan adalah kompos.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014
875
Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak kelompok dengan tiga perlakuan dan sembilan ulangan. Tiap perlakuan terdiri dari 10 tanaman sampel yang diambil dari 25 populasi pada tiap perlakuan, sehingga diperoleh 270 tanaman sampel. Perlakuan defoliasi daun jagung terdiri dari D0= tanpa pemangkasan, D1= 1 minggu setelah berbunga, dan D2= 2 minggu setelah berbunga. Penyiangan gulma dilakukan sejak awal tanam. Pengolahan tanah dilakukan dengan pencangkulan dua kali. Bedengan dibuat dengan panjang 3 m, lebar 2 m, jarak antarbedengan 0,5 m, dan jarak antarblok 1 m. Luas lahan percobaan 30 m x 10 m Pemberian pupuk organik dilakukan 1 minggu sebelum tanam. Pupuk majemuk NPK 200 kg/ha diberikan pada jagung dan kacang tanah dalam dua tahap, setengah dosis pada saat tanam, sisanya pada saat tanaman berumur 20 HST (hari setelah tanam). Pupuk diberikan dengan cara ditaburkan di sekitar lubang tanam. Lubang tanam dibuat dengan tugal. Kedalaman lubang tanam 3 cm, dan tiap lubang diisi dua butir benih. Jarak tanam jagung 40 x 80 cm, kacang tanah ditanam di antara barisan tanaman jagung, dengan jarak dalam barisan 20 cm. Defoliasi jagung dilakukan setelah tanaman berbunga sesuai perlakuan, dengan cara memotong semua daun, kecuali empat daun di atas tongkol. Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan cara penyiraman, penyulaman dan pengendalian hama, penyakit dan gulma. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara fisik, mekanis, dan kimia, sedangkan pengendalian gulma secara fisik. Panen jagung dan kacang tanah dilakukan dengan selang waktu 1 hari. Jagung manis dipanen terlebih dahulu baru dilanjukan panen kacang tanah pada hari berikutnya. Pemanenan dilakukan sesuai dengan kriteria panen. Untuk kacang tanah, panen dilakukan bila daun telah tua, sebagian besar daun telah menguning, bila dicabut 75% polong telah mengeras dan guratan kulit polong terlihat nyata. Bila polong dikupas, warna bagian dalam kulit kehitaman. Data peubah untuk pertumbuhan kacang tanah diambil dari 270 tanaman sampel meliputi: (1) tinggi tanaman (cm), (2) rata-rata jumlah daun per tanaman (tangkai) mulai tanaman umur 2 minggu sampai 1 minggu sebelum panen, (3) rata-rata jumlah cabang tanaman (batang) per tanaman, (4) hasil kacang tanah per tanaman, (5) jumlah polong rata-rata pertanaman (buah), (6) jumlah rata-rata polong hampa per tanaman (buah), (7) bobot rata-rata polong isi segar per tanaman (g), (8) bobot polong isi kering (g) per tanaman, dan (9) bobot kering brangkasan (g) per tanaman, (10) bobot 100 biji (g), 100 biji yang baik untuk dikonsumsi diambil secara acak pada tanaman sampel tiap petak. Produksi Jagung: Bobot rata-rata tongkol berkelobot (g) pertanaman, dan bobot rata-rata tongkol tidak berkelobot (g), jumlah tongkol tidak berkelobot. Data dianalisis dan menggunakan analisis varian (Uji F) pada taraf kepercayaan 95%. Jika menunjukkan beda nyata dari uji F dilakukan uji lanjut dengan uji BNT 95%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan defoliasi jagung berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, bobot 100 biji, dan jumlah tongkol/tanaman, dan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, jumlah cabang, jumlah polong, jumlah polong isi, jumlah polong hampa, bobot polong segar isi, bobot polong kering, bobot biji kering, bobot kering brangkasan, dan hasil biji kacang tanah (Tabel 1).
876
Khodijah et al.: Optimalisasi Produksi Kacang Tanah dan Jagung Manis pada Pola Tanam Tumpangsari
Tabel 1. Tinggi tanaman kacang tanah dan bobot 100 biji tanaman kacang tanah pada perlakuan defoliasi. Defoliasi Tanpa defoliasi
Tinggi tanaman (cm) 42,95b
Bobot 100 Biji (g) 50,48a
Defoliasi 1 minggu setelah berbunga
43,62ab
50,56a
Defoliasi 2 minggu Setelah berbunga
44,62a
47,92b
Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan uji BNT 95%.
Rerata tinggi tanaman berbeda nyata, pertumbuhan tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan D2, yaitu 44,62 cm. Bobot 100 biji juga menunjukkan beda nyata, bobot 100 biji tertinggi pada perlakuan D1, yaitu 50,56 g (Tabel 2). Tabel 2. Jumlah daun, jumlah cabang, jumlah polong, jumlah polong isi dan jumlah polong hampa kacang tanah pada perlakuan defoliasi. Jumlah daun (tangkai)
Defoliasi
Jumlah cabang (batang)
Jumlah polong (buah)
Jumlah polong isi segar (buah)
Jumlah polong hampa (buah) 11
Tanpa defoliasi
105
9
52
42
Defoliasi 1 minggu setelah berbunga
118
10
56
43
12
Defoliasi 2 minggu Setelah berbunga
107
9
58
42
15
Jumlah daun, jumlah cabang, jumlah polong, jumlah polong isi dan jumlah polong hampa kacang tanah tidak berbeda nyata. Jumlah daun tertinggi pada perlakuan D1, yaitu 118,38 helai. Jumlah cabang tertinggi pada perlakuan D1, yaitu 9,58 batang. Jumlah polong tertinggi pada perlakuan D2, yaitu 57,58 buah. Jumlah polong isi tertinggi pada perlakuan D1, yaitu 43,44 buah, dan jumlah polong hampa tertinggi pada perlakuan D2, yaitu 14,800 buah (Tabel 3). Bobot polong isi segar, bobot polong kering, bobot biji kering, dan bobot brangkasan kering kacang tanah tidak berbeda nyata. Peubah tertinggi terdapat pada perlakuan D2, kecuali bobot brangkasan kering pada D1 (Tabel 3). Tabel 3. Bobot polong isi segar, bobot polong kering, bobot biji kering, bobot brangkasan kering, dan hasil biji/petak tanaman kacang tanah pada perlakuan defoliasi. Defoliasi Tanpa defoliasi Defoliasi 1 minggu setelah berbunga Defoliasi 2 minggu Setelah berbunga
Bobot polong isi segar (g) 70,68 73,54 78,92
Bobot polong kering (g) 54,33 55,92 58,67
Bobot biji kering (g) 33,10 36,18 38,30
Bobot brangkasan kering (g) 59,72 64,01 63,22
Jumlah tongkol/tanaman berpengaruh nyata, perlakuan D2 menunjukkan jumlah tongkol tertinggi yaitu 1,52 buah. Bobot tongkol tidak berkelobot dan bobot tongkol berkelobot tidak berbeda beda nyata. Bobot tongkol tidak berkelobot tertinggi terdapat pada perlakuan D2, yaitu 251,11 g dan bobot tongkol berkelobot tertinggi pada perlakuan D2, yaitu 237,778 g (Tabel 4).
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014
877
Tabel 4. Jumlah tongkol/tanaman, bobot tongkol tidak berkelobot, dan bobot tongkol berkelobot pada tanaman jagung dengan perlakuan defoliasi. Defoliasi Tanpa Defoliasi Defoliasi 1 minggu setelah berbunga Defoliasi 2 minggu setelah berbunga
Bobot rata-rata Tongkol Tidak berkelobot (g)/tanaman 235 239 251
Bobot rata-rata tongkol berkelobot (g)/tanaman 227 237 238
Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan uji BNT 95%.
Hasil sidik ragam kacang tanah menunjukkan bahwa secara umum diketahui defoliasi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, bobot 100 biji pada kacang tanah. Tinggi kacang tanah terbaik pada defoliasi 2 minggu setelah berbunga. Defoliasi 1 minggu setelah berbunga menunjukkan bobot 100 biji terbaik pada tanaman kacang tanah. Defoliasi 2 minggu setelah berbunga berpengaruh terhadap pertumbuhan kacang tanah dan produksi jagung sedangkan defoliasi 1 minggu setelah berbunga berpengaruh terhadap produksi kacang tanah. Defoliasi daun jagung dapat mengefisienkan pemanfaatan hasil fotosintat sehingga tanaman dapat memanfaatkan unsur hara tersebut ke organ penyimpanan (sink). Menurut Driyunitha (2003) peran defoliasi terutama adalah untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan radiasi matahari dan penekanan kompetisi pada periode kritis dari suatu fase pertumbuhan. Kuruseng (2008) juga berpendapat bahwa defoliasi dapat memacu pembungaan sehingga energi atau bahan makanan yang dihasilkan akan mengalir pada pembungaan dan pembuahan, dengan demikian perkembangan tongkol akan lebih cepat, serta defoliasi juga dapat mengurangi persaingan antara organ-organ reproduktif dalam memanfaatkan asimilat yang ada. Menurut Kadekoh (2007) waktu defoliasi yang tepat selain dapat mengurangi kerugian tanaman jagung karena hilangnya bagian tanaman untuk fotosintesis, juga diharapkan jumlah radiasi yang diterima selama periode pertumbuhan tanaman kacang tanah lebih banyak. Tabel 2 dan Tabel 3 menunjukkan bahwa defoliasi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, jumlah cabang, jumlah polong, jumlah polong isi, jumlah polong hampa, bobot polong segar isi, bobot polong kering, bobot biji kering, bobot kering brangkasan dan hasil biji/petak. Menurut Kadekoh (2007), jumlah polong tidak ditentukan oleh waktu defoliasi jagung, karena polong kacang tanah telah terbentuk satu minggu setelah ginofor masuk ke dalam tanah atau pada umur 40–50 hari setelah tanam (HST), sedangkan defoliasi paling awal dilakukan pada umur kacang tanah 65 hari setelah tanam (HST), sehingga jumlah polong yang terbentuk tidak ditentukan oleh waktu defoliasi jagung. Defoliasi berpengaruh nyata pada jumlah tongkol/tanaman, bobot tongkol berkelobot dan bobot tongkol tidak berkelobot pada tanaman jagung (Tabel 4), karena defoliasi dilakukan setelah sebagian tongkol jagung sudah berambut sehingga tidak mempengaruhi produksi jagung. Razali (2008) mengatakan bahwa pemangkasan jagung yang lebih awal akan memberikan hasil panen yang sedikit.
878
Khodijah et al.: Optimalisasi Produksi Kacang Tanah dan Jagung Manis pada Pola Tanam Tumpangsari
KESIMPULAN 1. Defoliasi pada jagung yang ditanam dengan cara tumpang sari dengan kacang tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, bobot 100 biji pada kacang tanah dan tidak berpengaruh terhadap produksi tanaman jagung manis. 2. Tinggi tanaman kacang tanah terbaik diperoleh pada defoliasi 2 minggu setelah berbunga. Sedangkan hasil bobot 100 biji terbaik diperoleh pada defoliasi 1 minggu setelah berbunga.
DAFTAR PUSTAKA Driyunitha. 2003. Pengaruh Waktu Dan Intensitas Defoliasi Tanaman Jagung Terhadap Mutu Dan Hasil Benih Kedelai Dalam Sistem Tumpangsari. Tesis.Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. Kadekoh. 2007. Komponen Hasil Kacang Tanah Berbeda Jarak Tanam dalam Sistem Tumpang Sari dengan Jagung yang di defoliasi pada Musim Kemarau dan Musim Hujan. Jurnal Agroland 14 (1) [1–7]. Kuruseng M.A. dan Hamzah F. 2008.Produksi Beberapa Varietas Tanaman Jagung Pada Dua Dosis Pupuk Urea dan Waktu Perompesan Daun di Bawah Tongkol.Jurnal Agrivigor 7 (2) [158–169]. Parastiwi D. 2011.Pengaruh Pengaturan Jarak Tanam dan Defoliasi pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea Mays).Skripsi.Bogor : Institut Pertanian Bogor Pinem T, Syarif Z dan Chaniago I. 2011. Kajian Waktu Tanam dan Populasi Kacang Tanah terhadap Hasil Jagung dan Kacang Tanah dalam Sistem Tumpangsari Jagung/Kacang Tanah.Artikel Penelitian [1–7]. Razali.2008. Respon Dua Varietas Jagung pada Berbagai Defoliasi dan Pemberian NaCl.Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara. Warsana.2009. Introduksi Teknologi Tumpangsari Jagung dan Kacang tanah. www.litbang. deptan.go.id/ [20 Maret 2012].
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014
879