panen dan pengelolaan pascapanen kedelai - Kementerian Pertanian

Mutu dan produksi kedelai sangat dipengaruhi oleh penanganan panen dan pasca panen. Penanganan panen dan pasca panen yang tidak tepat atau tidak memen...

19 downloads 514 Views 679KB Size
PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA

PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN KEDELAI

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

PUSAT PELATIHAN PERTANIAN

2015 Sesi : PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN KEDELAI Tujuan Berlatih : Setelah selesai berlatih peserta dapat : 1, Menjelaskan ciri – ciri tanaman kedelai siap di panen 2. Melaksanakan panen 3. Menjelaskan tahapan pasca panen 4. Melaksanakan pascapanen Waktu : 4 jam pelajaran @ 45 menit ( teori 1 JP, Praktek 3 JP)

Mutu dan produksi kedelai sangat dipengaruhi oleh penanganan panen dan pasca panen. Penanganan panen dan pasca panen yang tidak tepat atau tidak memenuhi syarat mengakibatkan mutu yang rendah dan kehilangan hasil, sehingga produksi berkurang. Panen adalah suatu proses akhir dari tindakan manusia dalam hal budidaya tanaman dimana pertumbuhan tanaman biasanya akan terjadi perubahan secara fisiologis (contoh rasa, kandungan bahan kimia) dan

morphologis

(contoh

warna,

ukuran,

bentuk).

Penanganan Pascapanen adalah tahapan/rangkaian kegiatan yang dilakukan pada saat dan setelah panen agar hasil pertanian siap dan aman digunakan oleh konsumen dan atau diolalh lebih lanjut oleh industri

Kegiatan 1. Panen dan Pascapanen kedelai

Sasaran kegiatan ini adalah melaksanakan praktek panen (menentukan waktu panen dan cara panen) dan pascapanen (tahapan pascapanen meliputi penjemuran brangkasan, perontokan, pembersihan dan sortasi, penjermuran biji, pengepakan, penyimpanan). Kegiatan

ini

berkaitan

dengan

produksi

dan

mutu

hasil.

Sebelum melaksanakan kegiatan terlebih dahulu dibentuk kelompok, sejumlah 3 (tiga) kelompok dengan anggota 10 orang ketua kelompok..

dan setiap kelompok memilih

Langkah kegiatan

Langkah kegiatan 1. Panen Langkah 1

Langkah 2

Uraian

Alat bantu

1. Ambil lokasi sesuai nomer kelompok (contoh kelompok 2) 2. Amati lahan pertanaman kedelai 3. Catat ciri-ciri tanaman kedelai siap panen 1.1. Daun (90-95%) su 2 dah menguning ke coklatan lalu gugur 1.2. Batang sudah kering, Gambar 1 : Ciri- ciri tanaman kedelai siap warna kuning agak panen coklat dan gundul. 1.3. Buah kuning ke coklatan dan retakretak, atau polong sudah kelihatan tua, 4. Diskusikan hasil pe ngamatan ciri-ciri tanam an kedelai siap dipanen 1. Tentukan 50 tanaman kedelai/kelompok 2. Catat jenis dan kondisi alat panen yang diguna kan (arit, alas plastik) 3. Tentukan 5 tanaman kedelai/orang 4. Potong dekat pangkal batang tanaman kedelai menggunakan arit dan letakkan pada alas Gambar 2. Cara panen plastik

2. Pascapanen Langkah 1 1. Jemur hasil panen (brangkasan) dengan ketinggian 25 cm dan balik agar penjemuran merata. 2. Catat alas jemur dan kondisi lingkungan (sinar matahari)

Gambar 3. Pascapanen Tahap 1

Penjemuran Langkah 2

1. Ikuti kegiatan demon trasi cara tentang : me rontok kedelai dengan “power thresher” 2. Perhatikan dan catat biji yang diluar alas, tertinggal di brangkasan. Gambar 4. Pascapanen Tahap 2 Perontokan

Langkah 3

1. 2.

Bersihkan biji kedelai dari kotoran Pilih (sortasi) Keseragaman biji (ukur an, warna, biji pecah)

Gambar 5.dan 6 Pascapanen Tahap 3 Pembersihan dan sortasi Langkah 4

Langkah 5

1. Pasang alas jemur biji kedelai 2. Jemur biji kedelai 3. Catat : alas jemuran, sinar matahari, tinggi lapisan biji Penjemuran untuk kon sumsi sampai kadar air (KA) 12 -13 % Sedangkan untuk benih KA 9 %

Gambar 7 Pascapanen Tahap 4 Penjemuran

1. Masukkan biji kedelai pada tempat yang telah ditentukan (karung goni, plastik dll) 2. Catat pada karung Nama pemilik, varietas, tanggal panen pada karung Gambar 8 Pascapanen Tahap 5 Pengemasan

Langkah 6

1. Siapkan tempat penyim panan dengan memberi alas dari kayu 2. Simpan karung dengan cara disusun diatas alas yang telah disiapkan Gambar 8 Pascapanen Tahap 6 Penyimpanan

Kegiatan 2. Refleksi Kegiatan Praktek

Sasaran kegiatan ini peserta merefleksikan seluruh kegiatan praktek, sehingga memahami bahwa tujuan berlatih telah tercapai dengan langkah sebagai berikut. 1.

Dskusikan hasil praktek dalam kelompok berkaitan dengan produksi dan mutu. Tuangkan pada tabel 1.

2.

Presentasikan hasil diskusi kelompok

3. Simpulkan hasil presentasi Tabel 1. Pengaruh panen dan pascapanen terhadap produksi dan mutu hasil No

I.

Kegiatan

Panen 1. Penentuan waktu panen 2. Melaksanakan panen

II

Pascapanen 1. Penjemuran brangkasan 2. Perontokan 3. Pembersihan dan sortasi 4. Pengeringan 5. Pengemasan 6. Penyimpanan Kesimpulan panen dan pasca panen

Pengaruh terhadap produksi

Pengaruh terhadap mutu

Kesimpulan

Kegiatan 3. Rencana Aksi

Sasaran kegiatan ini adalah setiap individu menyusun rencana aksi perbaikan panen dan pascapanen di wilayah masing-masing Langkah kegiatan Langkah kegiatan Langkah ke 1

Langkah ke 2

Uraian

Alat bantu

Seluruh peserta mendengarkan penjelasan tambahan dari fasilitator tentang panen dan psca panen Setiap peserta menyusun rencana aksi perbaikan panen dan pasca panen di wilayah masing-masing)

Tabel 2

Tabel 2 Rencana aksi perbaikan panen dan pasca panen di wilayah masing-masing No I

Kegiatan yang akan diperbaiki Panen : 1. Penentuan saat panen

2. Panen

II

Pascapanen 1. Penjemuran brangkasan

2

3.

Waktu

Tempat

Pelaksana

Keterangan

4

5

6

.........................: Penyusun

2015

................................................................

Lembar Informasi Catatan : Apabila saudara memerlukan informasi silahkan baca pada 1. lembar informasi ini. 2. Video I. PENDAHULUAN Untuk mendukung peningkatan produksi kedelai selain dibutuhkan perbaikan teknologi prapanen seperti penggunaan benih bermutu dari benih varietas unggul, pemeliharaan tanaman dan pengendalian organisme penggangu tanaman secara optimal, juga perlu diupayakan penanganan panen dan pascapanen yang dapat menekan kehilangan hasil. Terdapat berbagai bentuk kehilangan hasil pascapanen. Kehilangan yang paling nyata adalah kuantitas, seperti penurunan bobot dan hilangnya produk, baik sebagian ataupun seluruhnya, yang disebabkan oleh kerusakan atau hilang. Bentuk kehilangan hasil yang sedikit terlihat adalah menurunnya kualitas, seperti kerusakan fisik, kehilangan daya tumbuh, dan penurunan nilai jual yang disebabkan oleh turunnya harga. Kehilangan dapat terjadi di lapangan atau di kebun, di tempat pengeringan, tempat perontokan, tempat pengemasan, tempat penyimpanan, dan selama pengangkutan. Kehilangan yang lebih besar dapat terjadi karena fasilitas yang kurang memadai, pengetahuan yang terbatas, manajemen yang tidak baik, atau penanganan oleh petani yang kurang hati-hati. Telah banyak ditemukan cara-cara atau teknologi yang dapat diterapkan pada berbagai kegiatan panen dan penanganan pascapanen kedelai, mulai dari pemanenan hingga diperoleh biji yang siap disimpan, yang dapat memperkecil tingkat kehilangan dan menjaga mutu biji. Walaupun demikian, tidak semua cara-cara yang dapat menjamin mutu hasil dan rendahnya kehilangan hasil tersebut serta merta diterapkan oleh para pelaku utama dan pelaku usaha yang bergerak di bisnis kedelai. Kedelai tidak hanya memiliki manfaat sebagai pangan fungsional yang bergizi tinggi, tetapi juga meningkatkan pendapatan bagi petani di beberapa daerah sentra produksi kedelai. Kedelai merupakan produk yang tergolong tidak mudah rusak, jika dibandingkan dengan produk hortikultura, akan tetapi pemanenan dan penanganan pascapanen tetap harus dilakukan dengan sebaik mungkin. Dengan demikian, efisiensi produksi dapat dicapai dengan

tetap terjaganya mutu dan rendahnya kehilangan hasil yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani kedelai. Secara umum bahan ajar ini berisi tentang informasi tentang pemanenan dan penanganan pascapanen, yang disusun berdasarkan

laporan hasil-hasil

penelitian yang sudah direkomendasikan sebagai teknologi yang lebih menguntungkan. II. PANEN KEDELAI Pemanenan merupakan kegiatan yang sangat menentukan baik atau buruknya hasil serta berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya hasil, sehingga akan mempengaruhi pendapatan usahatani secara ekonomi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan adalah umur panen, waktu panen, dan cara pemanenan. 1. Umur Panen Kematangan kedelai hingga siap dipanen sangat bergantung pada varietas dan ketinggian tempat. Akan tetapi saat pemanenan juga bergantung kepada tujuan penggunaan. Berdasarkan varietasnya terdapat varietas umur pendek atau genjah yaitu kedelai yang sudah dapat mencapai umur panen kurang dari 80 hari, kedelai umur sedang yaitu dapat mencapai umur panen pada 80-85 hari, dan kedelai umur dalam yang mencapai umur panen lebih dari 86 hari. Ketinggian tempat mempengaruhi kematangan fisiologis. Pada daerah yang semakin tinggi dari permukaan laut pada umumnya kematangan fisiologis tertunda, sedangkan semakin rendah daerahnya akan semakin cepat mencapai kematangan fisiologis. Perbedaan umur panen antara daerah dataran tinggi dengan daerah dataran rendah sekitar 10-20 hari. Tujuan penanaman kedelai menentukan umur panen. Kedelai yang akan digunakan untuk bahan konsumsi dipanen pada umur 75-100 hari, sedangkan untuk dijadikan benih dipanen pada umur 100 – 110 hari. Dengan adanya berbagai varietas dan tujuan penanaman maka untuk mengetahui kedelai siap panen dapat dilihat dari ciri-ciri tanaman, agar panen dapat dilakukan pada saat yang tepat. Adapun kedelai yang sudah matang secara fisiologis, cirinya adalah sebagian besar daun (90-95%) sudah menguning kecoklatan lalu gugur,

tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit. Batang-batangnya sudah kering, demikian juga buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul. Gambar : Kedelai yang sudah siap dipanen

Pemanenan kedelai yang terlalu awal yakni stadium belum cukup umurnya atau polongnya masih hijau dapat mengakibatkan kuantitas dan kualitas produksi menurun. Selain itu, pemanenan yang terlalu awal dapat menyebabkan polong mudah busuk, bercendawan, dan berkeriput sehingga mutu bijinya kurang baik. Jika biji dipergunakan untuk benih akan rendah daya kecambahnya. Pemanenan musim

yang

tertunda,

kemarau,

pada

menyebabkan

polongnya akan semakin tua, kering, Biji kedelai berhamburan

pecah, dan biji keluar jatuh sebelum panen dan selama panen sehingga banyak

kehilangan

hasil

dan

menurunkan produktivitasnya. Kehilangan hasil dapat terjadi di kebun dan selama pengangkutan dari kebun ke tempat pengumpulan brangkasan. Disamping itu, kehilangan hasil dapat terjadi karena tangkai buah lepas dari cabangnya. Sedangkan penundaan panen, jika musim hujan, akan menyebabkan banyak biji yang membusuk ditumbuhi cendawan. 2. Cara dan Waktu Panen Pemanenan dilakukan dengan menggunakan sabit bergerigi atau sabit biasa. Penggunaan sabit bergerigi lebih efisien. Untuk seluas 100 m²,

dengan sabit bergerigi membutuhkan waktu 40 menit, sedangkan sabit biasa 60 menit. Pangkal batang dan akar tanaman kedelai

tetap

ditinggalkan

dalam

tanah karena mengandung rhizobium sebagai

sumber

nitrogen

dan

penyubur tanah. Pemotongan harus dilakukan dengan hari-hati karena kedelai

yang

sudah

tua

mudah

rontok. Hasil pemotongan dalam bentuk brangkasan harus segera dikumpulkan pada suatu tempat dan dipisahkan menurut tingkat kematangan polong. Dari tempat pengumpulan ini, selanjutnya hasil panen diangkut ke tempat penjemuran dengan alat bantu karung atau bakul. Pemanenan kedelai sebaiknya dilakukan pada pagi hari pada saat cuaca cerah, dan kedelai masih agak segar sehingga tidak mudah pecah. Pemanenan yang dilakukan pada saat hujan menyebabkan biji dapat rusak setelah dilakukan pengumpulan dan penumpukan. Sebelum pemanenan unuk memperkirakan hasil panen dilaksanakan kegiatan taksasi Hasil (menaksir hasil). Menaksir hasil dilakukan dengan teknik ubinan atau sampel. Kegunaan ubinan adalah untuk menentukan rata-rata hasil hektar. Petak ubinan dibuat dengan cara sebagai berikut: 2.1. Buat garis diagonal di lahan. 2.2. Tentukan 3 tempat di tengah-tengah diagonal. 2.3. Buat tata letak bujursangkar di tempat tadi dengan ukuran 2,5 x 2,5 m. 2.4. Gunakan tali, ajir, dan meteran untuk menetapkan tanda lokasi ubinan. Dari petak ubinan seluas 6,25 m² tersebut, misalnya diperoleh hasil biji kedelai 1,2 kg. Maka, ditaksir produksinya adalah 1,92 ton per hektar. III. PASCAPANEN KEDELAI Kegiatan pascapanen kedelai dimulai dari pemanenan, penanganan lanjutan (menjemur, merontok dan seterusnya sampai penyimpanan). Penanganan

pascapanen juga merupakan kegiatan yang sangat penting karena penanganan pascapanen yang tidak benar dapat menyebabkan: terjadinya susut jumlah hasil, menurunkan mutu hasil panen secara cepat, dan menurunkan harga jual dan pendapatan petani. Tahapan pascapanen adalah sebagai berikut : 1. Pengeringan Brangkasan Tujuan pengeringan adalah untuk mengeluarkan sebagian air dari biji sampai batas aman untuk disimpan atau memudahkan penanganan selanjutnya. Penjemuran dilakukan sesegera mungkin. Brangkasan tidak boleh ditumpuk sebab dapat menimbulkan panas yang akan berakibat kepada menurunnya kualitas biji, terutama biji untuk keperluan benih. Tata laksana pengeringan dapat dilakukan sebagai berikut: 1.1. Penjemuran Penjemuran dilakukan di bawah terik matahari dengan cara dihamparkan di atas lantai semen atau menggunakan alas dari anyaman bambu, tikar atau

plastik.

Penjemuran dilakukan dengan cara sebagai berikut:  Brangkasan kedelai dihamparkan di atas alas setebal 25 cm, atau sedapat mungkin didirikan. Dengan didirikan pengeringan dapat lebih merata.  Lakukan pembalikan brangkasan, terutama jika brangkasan dihamparkan.  Lakukan penjemuran sampai kadar air biji ± 17% yang ditandai dengan polong sangat mudah pecah bila ditekan dengan jari. Penjemuran pada cuaca baik memerlukan waktu sekitar 1-2 jam Pengeringan brangkasan kedelai jangan sampai terlambat atau tertunda karena dapat menimbulkan kerusakan hasil. Lama penundaan pengeringan kedelai hingga 32%,

2 hari dapat menyebabkan kerusakan

sedangkan penundaan

3, 4, dan 5 hari,

masing-masing dapat menyebabkan kerusakan hasil kedelai sebesar 35%, 48%, dan 48,6% 1.2. Pengeringan Buatan Pengeringan buatan dilakukan pada saat panenan bertepatan dengan musim hujan. Hal ini perlu dilakukan karena brangkasan yang dipanen harus segera dilakukan agar tidak mengalami penurunan kualitas. Pengeringan buatan dilakukan dengan mesin pengering dengan suhu maksimun 60 ºC

Brangkasan

diikat

ditempatkan

secara

teratur

14amboo14k

pengeringan yang terbuat dari 14amboo dengan posisi terbalik. Panas yang dihasilkan dari tungku sekam akan mengalir melalui pipa udara yang berada di bawak rak karena adanya hembusan dari kipas (blower) sehingga menghasilkan udara panas yang langsung masuk ke rak-rak 14amboo. 2. Perontokan Biji Perontokkan biji kedelai yang tidak tepat dapat menyebabkan kehilangan hasil yang tinggi. Perontokan yang dilakukan pada tingkat kadar air masih tinggi menyebabkan banyaknya biji yang rusak atau pecah. Sedangkan keterlambatan perontokan dapat menyebabkan polong menjadi basah kembali sehingga menyulitkan pembijian atau pengupasan. Perontokan biji kedelai dari polongnya dapat dilakukan secara tradisional, dengan pedal theser, dan dengan mesin.

2.1. Perontokan secara tradisional Kadar air biji kedelai untuk dirontokkan secara tradisional adalah 12 – 13 % Perontokkan dengan cara tradisional dilakukan

dengan

cara

memukul-

mukul tumpukan brangkasan, dengan menggunakan gebuk yang terbuat dari kayu atau pelepah kelapa sampai batang

kedelai

dan

kulit

polong

hancur. Selanjutnya batang dan kulit polong dipisahkan dari biji- biji dengan cara ditampi menggunakan nyiru atau tampah. Biji yang busuk, cacat, kerikil dan tanah harus dibuang. Kelemahan perontokan secara tradisional adalah, antara lain, kehilangan hasil tinggi, mutu fisik biji menjadi rendah, banyak biji yang patah dan rusak, tenaga kerja yang digunakan banyak, memerlukan waktu yang lama dan biaya tinggi. Besarnya kehilangan hasil dengan cara perontokkan tradisional dapat mencapai 8 %. Tingkat produktivitas tenaga kerja sekitar 10 kg biji bersih per jam per orang. Dengan demikian, pada tingkat hasil kedelai 1 ton per hektar dibutuhkan tenaga kerja perontok sebanyak 20 orang. Dengan cara tradisional, biji utuh yang diperoleh dari hasil perontokkan adalah 69,99%. 2.2. Perontokan dengan Pedal Perontok kedelai dengan pedal dapat dilakukan dengan pedal injak atau dengan pedal kontinyu. Dengan pedal memberikan hasil lebih baik jika dibandingkan secara tradisional, baik ditinjau dari kapasitas kerja maupun mutu fisik biji. Kapasitas kerja perontok pedal injak adalah 11,6 kg per jam per orang dan perontok pedal kontinyu adalah 11 kg per jam per orang. Dengan menggunakan perontok pedal injak kehilangan hasil mencapai 16,32%

dan biji utuh 80,9

%. Sedangkan menggunakan pedal kontinyu kehilangan hasil men capai 17,14 % dan biji utuh 81,9 %.

2.3. Perontokan dengan mesin “Power Thresser”

Perontokan kedelai dengan Power Threser dilakukan pada kadar air biji 14-15% dan dengan kecepatan putar silider 600-700 rpm

Perontokan dengan mesin dapat mempertahankan mutu kedelai, kehilangan hasil lebih rendah, tenaga kerja yang diperlukan sedikit, menghemat

waktu,

hemat

biaya,

dan

dapat

meningkatkan

produktivitas. Kapasitas mesin perontok kedelai bervariasi dari yang rendah (17,42 kg/jam) sampai dengan yang tinggi (80,40 kg/jam). Dengan menggunakan

mesin

perontokan

80,40

kg/jam/orang

akan

menghasilkan biji utuh 98 % atau biji rusak 2 %, dan persentase kotoran 6,5 %. Cara penggunaannya adalah sebagai berikut:  Siram dengan air terlebih dulu brangkasan kedelai yang sudah dikeringkan. Tujuannya untuk mencegah biji-biji pada saat dirintok tidak pecah.  Siapkan ember penampung biji kedelai dan letakkan di bawah saluran pengeluaran.  Masukkan brangkasan kedelai dalam corong penampungan.  Hidupkan mesin, maka kedelai akan terkupan dan biji kedelai akan keluar melalui saluran pengeluaran. Biji yang diperoleh selanjutnya dibersihkan dengan ditampi atau menggunakan kipas (blower). Pembersihan ini dimaksudkan untuk memisahkan kotoran yang berupa sisa-sisa kulit polong, batang, daun, dan kotoran-kotoran lain yang ringan. Untuk kotoran berupa tanah kerikil yang tidak terpisah dari biji harus dibuang. 3. Pembersihan dan sortasi Pembersihan dapat dilakukan dengan manual atau dengan mesin. Secara manual dengan ditampi dan pemilihan.

Biji yang terpilih adalah bebas dari kotoran, biji seragam ukuran maupun warna biji. 4. Pengeringan biji Pengeringan biji dilaksanakan setelah perontokan dengan menggunakan alas seperti plastik Pengeringan

dilakukan

mencapai kadar air

9%

hingga jika untuk

keperluan benih. Sedangkan untuk konsumsi 12 - 13 %

Pengeringan dilakukan di bawah terik matahari

dengan cara sebagai

berikut: 4.1. Hamparkan biji kedelai di atas tikar atau plastik Atur jarak untuk menghindari percampuran fisik antar jenis biji, terutama jika untuk keperluan benih. 4.2. Lakukan pembalikan secara periodik agar kering merata, dan jika suhu

melebihi

40 ºC tutup atau angkat ke gudang untuk

menghindari kerusakan akibat terlalu panas. 4.3. Keringkan biji hingga kadar air 10% dan biji dari kotoran lain dan terus dikeringkan hingga mencapai kadar 9% untuk mendapatkan biji yang baik untuk disimpan. 5. Pengemasan Biji kedelai yang telah kering dengan kadar air dibawah 10 %

dapat

dikemas. Pengemasan dilakukan dengan karung koni, kantong plastik, kaleng, karung plastik. Pengemasan biji dapat dilakukan secara sendiri dalam satu macam kantong, misalnya hanya menggunakan karung goni atau kantong plastik saja. Berdasarkan penelitian,

biji kedelai yang

disimpan pada kadar air 9% lebih baik dibandingkan dengan kadar air lebih dari 10%. Pengemasan dengan menggunakan karung goni yang di dalamnya dilapisi plastik ternyata lebih baik jika dibandingkan dengan karung goni atau kantong plastik saja. Pengemasan dengan karung goni berlapis plastik dapat menekan kerusakan dan mempertahankan kadar air awal selama enam bulan penyimpanan dalam suhu kamar.

Pengemasan kedelai dengan karung goni, karung plastik atau kantong plastik saja pada umumnya dilakukan jika kedelai segera akan dijual. Cara mengemas biji dengan satu kantong atau adalah sebagai berikut: biji kedelai dimasukkan ke dalam kantong sebanyak 20-50 kg kemudian kantong ditutup dengan sistim rapat udara,

dijahit atau diikat kuat.

Apabila menggunakan kantong rangkap goni dan plastik, caranya adalah: biji dimasukkan kantong plastik Polyetilen terlebih dahulu sebanyak 50 kg, kemudian ditutup dengan sitim rapat udara. Selanjutnya kantong plastik

yang sudah diisi dimasukkan ke dalam karung goni kemudian

dijahit rapat. 6.

Penyimpanan

Penyimpanan merupakan kegiatan yang penting

terutama

dalam

upaya

mengawetkan dan menjaga mutu hasil.

Dalam penyimpanan biji kedelai beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah: tempat penyimpanan, suhu, kelembaban, keadaan biji ( kadar air dan kebersihan biji ), dan tata cara penyusunan. Tempat penyimpanan dapat dilakukan dalam ruangan yang berlantai semen. Biji kedelai yang sudah dikemas disimpan di ruangan tersebut dengan beralaskan kayu. Hindarkan kemasan biji bersentuhan langsung dengan lantai atau dinding untuk mengindari agar tidak mempengaruhi kelembaban biji. Suhu ruangan yang baik untuk penyimpanan biji kedelai adalah suhu 1820 ºC dan kelembaban sekitar 55 %. Kondisi suhu dan kelembaban ini dapat mempertahankan daya simpan biji kedelai dapat mencapai satu tahun lebih dengan daya kecambah di atas 85 %. Biji kedelai yang disimpan harus berkadar air di bawah 10 %. Dengan kadar air seperti ini biji dapat terhindar dari cendawan dan hama gudang. Biji kedelai yang disimpan lama kadar airnya dapat meningkat melebihi kadar air awal. Jika kadar air mencapai 14 % biji mudah terserang hama bubuk kedelai (Bluchus sp). Hama tersebut berupa kumbang kecil

berwarna hitam yang memakan biji kedelai. Oleh karena itu, untuk menjaga kadar air dilakukan penjemuran secara periodik tiga bulan sekali, sedangkan untuk mengendalikan hama gudang dapat digunakan fungisida, pembersihan gudang, dan biji yang rusak segera di gudang.

IV. PENUTUP

Dalam melakukan panen kedelai, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah waktu

dan cara panen yang dapat menekan kehilangan hasil di kebun

maupun selama pengangkutan. Perlu juga diperhatikan penanganan pascapanen

dengan menerapkan teknologi yang lebih efisien dan lebih

menjamin mutu hasil dan menekan kehilangan hasil. Dengan demikian, panen

dan

penanganan

pascapanen

yang

baik

diharapkan

memberikan andil dalam peningkatan produksi dan mutu kedelai.

dapat

DAFTAR PUSTAKA Anonymous, 2000, Rakitan Teknologi Budidaya Padi, Jagung dan Kedelai, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso. Anonimous, 2008. Panduan SL – PTT Departemen Pertanian Anonimous. 2007. Panduan Umum PTT kedelai Kementerian Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Balai Penelitian Tanaman Kacang – kacangan dan umbi – umbian Anonimous, 2008. Penelitian Padi dan Palawija. Teknologi untuk Petani. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bambang Cahyono. 2007. Kedelai, Tehnik Budidaya dan Analisis Usahatani. Semarang: CV Aneka Ilmu. Rachman Hidayat, dkk, 2000. Teknologi Produksi Benih Kedelai. Pusat Penelitian Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

SELAMAT MENIKMATI VIDEO PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN KEDELAI