See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/266107610
EVALUASI EFEKTIVITAS PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI DAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI Article in Journal of Management Studies · May 2013
CITATION
1 3 authors, including: Bobby W. Saputra Institut Teknologi Harapan Bangsa 16 PUBLICATIONS 3 CITATIONS SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Bobby W. Saputra on 26 September 2014. The user has requested enhancement of the downloaded file.
JAMS – Journal of Management Studies Vol. 02, No. 01, May 2013 ISSN # 2302-8122
38
EVALUASI EFEKTIVITAS PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI DAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI (STUDI KASUS DI PT. XYZ) Stephanie Dian Hapsari Jurusan Akuntansi Harapan Bangsa Business School, Bandung Email:
[email protected] Bobby W. Saputra Jurusan Akuntansi Harapan Bangsa Business School, Bandung Email:
[email protected] Bambang Rismadi Jurusan Akuntansi STIE Ekuitas Email:
[email protected]
ABSTRAK Penyimpangan biaya produksi yang terjadi menyebabkan perusahaan mengalami kerugian dan ketidakefisienan, sehingga dibutuhkan pengendalian biaya produksi. Untuk dapat memastikan bahwa perusahaan telah melakukan pengendalian dengan benar dibutuhkan evaluasi atas keefektivitasan pengendalian produksi yang dilakukan agar terjadi efisiensi biaya produksi. Variabel pada penelitian ini adalah efektivitas pengendalian biaya produksi dan efisiensi biaya produksi. Penelitian ini dilakukan pada PT. XYZ yang merupakan sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak pada industri tekstil dimana perusahaan ini memiliki tiga departemen yaitu: departemen spinning, departemen weaving, dan departemen weaving-indigo. Metode penelitian yang digunakan analisis deskriptif dan analisis trend yang mengumpulkan data melalui kuesioner, observasi, dan wawancara. Dari hasil kuesioner dan hasil analisi trend, pengendalian atas biaya produksi pada PT. XYZ sudah efektif dan berdasarkan hasil pengujian hipotesis terhadap variabel efisiensi biaya produksi hipotesis diterima yang berarti biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan sudah efisien. Kata kunci: biaya, efektivitas, efisiensi, pengendalian, produksi.
ABSTRACT Deviations production costs that occur causing financial losses and inefficiencies, so it takes control of production costs. In order to ensure that the company has done really take control with an evaluation of the effectiveness of the control of production aims for a production cost efficiency. Variable that use is the production cost control effectiveness and cost efficiency of production. The research was carried out at PT. XYZ is a manufacturing company engaged in the textile industry where the company has three departments namely: department of spinning, weaving department, and department weaving-indigo. Research method that use is descriptive analysis and trend analysis that gathers data through questionnaires, observations, and interviews. From the results of the questionnaire and the results of analysis of
JAMS – Journal of Management Studies Vol. 02, No. 01, May 2013 ISSN # 2302-8122
39
trends, control over production costs at PT. XYZ is effective and based on the results of hypothesis testing on the variable production cost efficiency hypothesis is accepted, which means the production costs incurred by the company has been efficient. Keywords: control, costs, effectiveness, efficiency, production.
I.
PENDAHULUAN Biaya produksi merupakan faktor penting mempengaruhi tinggi rendahnya harga jual dari produk yang dihasilkan. Oleh karena itu perusahaan perlukan melakukan pengendalian biaya produksi yang efektif sehingga kegiatan operasionalnya dapat berjalan dengan baik dan efisien (Edison dan Sapta, 2010). Suatu pengendalian biaya produksi yang efektif dapat terlaksana dengan adanya perencanaan biaya produksi yang baik. Salah satu bentuk perencanaan tersebut adalah dengan menyusun anggaran biaya produksi. Pengendalian dilakukan dengan membandingkan anggaran biaya produksi yang telah dihitung dimuka dengan biaya produksi yang sesungguhnya (biaya realisasi). Jika biaya realisasinya lebih besar daripada yang telah dianggarkan sebelumnya maka dianggap tidak menguntungkan (unfavorable), sebaliknya jika biaya realisasinya lebih rendah dari anggaran dianggap menguntungkan (favorable) (Hongren, Datar, dan Rajan, 2012). Tujuan dari dilakukannya pengendalian pada biaya produksi adalah untuk mengatasi penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi dan membantu manajemen dalam melakukan pengawasan. Penyimpangan atas biaya produksi dapat mejadi kerugian bagi perusahaan dan terlihat bahwa biaya produksi tersebut tidak efisien. Ketidak efisienan biaya produksi dapat disebabkan oleh faktor eksternal atau internal seperti pengendalian atas biaya produksi yang kurang atau tidak efektif, meningkatnya kurs mata uang asing, menurunnya jumlah produksi, dan sebagainya. Beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan peran efektivitas pengendalian biaya produksi terhadap tingkat efisiensi biaya produksi yang dikemukakan oleh Wahyu (2005) bahwa anggaran biaya produksi berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian biaya produksi. Iriyadi (2005) menyatakan bahwa pengendalian biaya produksi yang efektif sangat berperan dalam mengukur tingkat efisiensi biaya produksi. Selain itu diperkuat dengan penelitian Edison dan Sapta (2010) yang meyatakan bahwa untuk mencapai biaya produksi yang efisien dibutuhkan pengendalian biaya produksi yang efektif.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana efektivitas pengendalian biaya produksi dan seberapa besar tingkat efisiensi biaya produksi pada PT XYZ. II. II.1.
LANDASAN TEORI EFEKTIVITAS PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI Pengendalian dibutuhkan dalam setiap pekerjaan untuk mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan agar sesuai dengan yang direncanakan semula. Pengendalian biaya adalah perbandingan kerja aktual dengan kinerja standar, penganalisaan selisih-selisih yang timbul guna mengidentifikasikan penyebab-penyebab yang dapat dikendalikan dan pengambilan tindakan untuk dapat membenahi atau menyesuaikan perencanaan dan pengendalian pada masa yang akan datang (Rosidah dan Krinandi, 2008). Pengendalian biaya yang efektif bergantung pada pengumpulan data serta
JAMS – Journal of Management Studies Vol. 02, No. 01, May 2013 ISSN # 2302-8122
40
penggalian laporan yang relevan (Arens dan Loebbecke, 2004). Pengendalian biaya dimulai dengan melakukan pencatatan-pencatatan semua transaksi yang dilakukan oleh perusahaan. Pengendalian dilakukan untuk memastikan bahwa pelaksanaan yang dicapai sesuai dengan tujuan dan rencana yang ditetapkan sebelumnya. Apabila pelaksanaan yang dicapai tidak sesuai dengan tujuan direncana yang ditetapkan maka perlu dilakukan analisa terhadap ketidaksesuaian tersebut dan tindakan perbaikan yang tepat. Tindakan perbaikan ini disebut pengendalian (control). Pengendalian adalah proses dinamis. Penekanan selalu pada membuat cara konstruktif untuk mengembalikan prestasi kerja ke standar, bukan hanya sekadar mengetahui kegagalan pada masa lalu. Dengan demikin proses pengendalian harus dimulai dengan perencanaan yang realistis dan juga adanya tanggung jawab dari manajer. Dalam pengendalian yang baik harus diketahui siapa yang bertanggung jawab atas terjadinya biaya. Dalam pengendalian biaya produksi terdapat beberapa elemen yang perlu diperhatikan adalah pengendalian biaya bahan baku, pengendalian biaya tenaga kerja langsung dan pengendalian biaya overhead pabrik (Rosidah dan Krisnandi, 2008). II.1.1. PENGENDALIAN BIAYA BAHAN BAKU Pengendalian bahan baku merupakan penyediaan bahan baku dengan kuantitas dan kualitas yang telah ditetapkan dan dapat dipertanggungjawabkan secara penuh dan dipergunakan secara efisien. Pengendalian bahan baku meliputi perencanaan pembelian, penerimaan, persediaan, penggunaan, dan bahan sisa (http://elearning.gunadarma.ac.id). Biaya bahan baku merupakan biaya yang besar maka penggunaannya secara efektif merupakan faktor penting dalam menetukan pencapaian tujuan perusahaan.
1. 2. 3. 4.
Manfaat pengendalian biaya bahan baku antara lain adalah: Mengurangi penggunaan bahan baku yang tidak efisien. Mengurangi atau mencegah penundaan proses produksi karena kekurangan bahan. Mengurangi resiko pencurian atau kecurangan. Mengurangi penumpukan persediaan.
Tolok ukur dalam pengendalian biaya bahan baku yang perlu ditangani oleh controller adalah sebagai berikut: 1. Pembelian dan Penerimaan a. Membuat SOP pembelian dan penerimaan bahan baku. b. Penetapan dan pemeliharaan pengecekan interen untuk memastikan bahwa bahan baku yang dipesan telah dibayar, diterima, dan digunakan sesuai dengan tujuan. c. Penetapan varian harga atas pembelian sekarang, melalui perbandingan biaya yang sebenarnya dengan standar. d. Membuat standar kuantitas yang dibeli berdasarkan pada program produksi. 2. Pemakaian a. Membuat standar pemakaian bahan baku. b. Melakukan perbandingan kuantitas bahan baku yang sebenarnya digunakan dengan standar. c. Penyiapan tentang bahan sisa, pemborosan, dan penyimpangan sebagai hasil dari perbandingan biaya standar.
JAMS – Journal of Management Studies Vol. 02, No. 01, May 2013 ISSN # 2302-8122
41
II.1.2. PENGENDALIAN BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG Tolak ukur pengendalian biaya tenaga kerja langsung bagi seorang controller adalah: 1. Menetapkan prosedur-prosedur untuk membatasi banyaknya pegawai yang dimasukkan ke dalam daftar upah sampai jumlah yang diperlukan untuk rencana produksi. 2. Menyediakan pra rencana yang akan dipergunakan dalam menetapkan regu kerja dengan perhitungan standar jam yang diperlukan untuk program produksi. 3. Melaporkan per jam, per hari, atau per minggu prestasi kerja dari tenaga kerja yang sebenarnya dibandingkan dengan standarnya 4. Menetapkan prosedur-prosedur untuk pendistribusian biaya tenaga kerja yang sebenarnya termasuk pengklasifikasian biaya tenaga kerja untuk menyediakan analisis selisih tenga kerja yang informative. 5. Standar-standar tenaga kerja dan revisi-revisi yang diperlukan. 6. Laporan data tambahan mengenai tenaga kerja, seperti: a. Jam dan biaya lembur, untuk pengendalian lembur. b. Biaya kotrak komparatif, yaitu perbandingan antara kontrak lama dengan kontrak baru. c. Jam kerja rata-rata per minggu, penerimaan rata-rata dan data serupa untuk negosiasi. II.1.3. PENGENDALIAN BIAYA OVERHEAD PABRIK Sifat dasar dari biaya overhead banyak menimbulkan masalah yang perlu diperhatikan dan ini menjadi tanggung jawab seorang controller dalam pengambilan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan biaya overhead. Keputusan-keputusan tersebut dapat mempengaruhi pengendalian biaya, penilaian persediaan dan penetapan harga. II.2.
EFISIENSI BIAYA PRODUKSI Efisiensi merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu hal yang benar, efisiensi menunjukkan pembandingan antara keluaran dan masukan. Pengertian efisiensi dalam produksi merupakan perbandingan antara output dan input, berkaitan dengan tercapainya output maksimum dengan sejumlah input. Jika rasio ouput besar maka efisiensi dikatakan semakin tinggi. Dapat dikatakan bahwa efisiensi adalah penggunaan input terbaik dalam memproduksi output (Harahap dan Vera, 2008). Sedangkan menurut Horngren (2008) efisiensi adalah jumlah dari masukan yang dipakai untuk mencapai tingkat keluaran tertentu. Dengan demikian, efisiensi menggambarkan berapa banyak masukan (input) yang diperlukan untuk menghasilkan suatu unit keluaran (output) tertentu.Unit suatu organisasi yang paling efisiensi adalah unit yang dapat menghasilkan jumlah keluaran tertentu dengan menggunakan masukan minimum atau menghasilkan keluaran terbanyak dengan menggunakan masukan yang tersedia. Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan dapat ditarik kesimpulan bahwa efisiensi adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan tepat yang merupakan konsep input-output. Terkendalinya biaya produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan dari pengendalian produksi secara keseluruhan. Sistem biaya standar merupakan sistem akuntansi biaya yang mengolah informasi biaya sedemikian rupa sehingga mudah mendeteksi penyimpangan, yaitu penyimpangan antara biaya standar dengan biaya aktual.
JAMS – Journal of Management Studies Vol. 02, No. 01, May 2013 ISSN # 2302-8122
42
Pada saat pelaksanaan produksi perusahaan mampu melakukan pengendalian biaya, tiap penyimpangan yang tidak menguntungkan terjadi, perusahaan langsung dapat mengatasinya. Perusahaan yang mampu mengendalikan biaya dengan baik ini berarti bahwa perusahaan tersebut bisa dikatakan efisien. II.3.
STUDI EMPIRIS Penelitian terdahulu yang menjadi acuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 2.1: Penelitian Terdahulu
No 1
Nama & Tahun Euis Rosidah & Cepi Krisnandi (2008)
2
Yayuk (2007)
3
Iriyadi (2005)
II.4.
Judul
Variabel
Peranan anggaran biaya produksi dalam menunjang efektivitas pengendalian biaya produksi
Anggaran biaya produksi (X) dan Efektivitas pengendalian biaya produksi (Y)
Hasil
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa diperoleh tingkat efektivitas pengendalian biaya produksi tidak melebihi standar efektivitas yang telah ditentukan oleh perusahaan, yaitu 10%. Yang menyatakan bahwa anggaran biaya produksi berperan terhadap efektivitas pengendalian biaya produksi. Penerapan Biaya standar (X) Berdasarkan analisis disimpulkan Biaya Standar dan Efisiensi bahwa perusahaan telah dalam Biaya Produksi menetapkan biaya standar dalam mencapai (Y) pencapaian efesiensi biaya efisiensi biaya produksi. Selisih yang terjadi produksi (Studi diukur tingkat efisiensi biayanya Kasus pada guna mengetahui koefesien dan Pabrik ketidak efesien dari biaya Tamimbo) produksi sesungguhnya, sehingga manajer dengan cepat dapat melaksanakan tindakan perbaikan jika terjadi ketidak efesien agar biaya standar menjadi lebih realistis. Analisis Selisih Analisis selisih Dengan diterapkannya analisis Biaya Produksi biaya produksi (X) selisih biaya dalam pengendalian sebagai Alat dan Efisiensi biaya produksi pada PT Kumala Pengendalian biaya produksi (Y) Kencana ternyata sangat Manajemen berperan dalam mengukur dalam efisiensi biaya dengan melakukan Meningkatkan perbandingan antara biaya Efisiensi Biaya standar dengan biaya aktual. Produksi
KERANGKA PEMIKIRAN Tujuan utama didirikannya sebuah perusahaan pada umumnya dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memperoleh laba secara optimal. Bagi perusahaan manufaktur yang kegiatan utamanya menghasilkan atau menciptakan suatu produk, proses produksi
JAMS – Journal of Management Studies Vol. 02, No. 01, May 2013 ISSN # 2302-8122
43
merupakan kegiatan yang sangat penting. Biaya produksi merupakan faktor penting mempengaruhi tinggi rendahnya harga jual dari produk yang di hasilkan. Oleh karena itu perusahaan perlukan melakukan pengendalian biaya produksi yang efektif sehingga kegiatan operasionalnya dapat berjalan dengan baik dan efisien. Suatu pengendalian biaya produksi yang efektif dapat terlaksana dengan adanya perencanaan biaya produksi yang baik. Tanpa adanya perencanaan perusahaan akan berjalan tanpa arah dan dengan pengorbanan sumber daya atau faktor-faktor produksi yang tidak efisien. Salah satu bentuk perencanaan tersebut adalah dengan menyusun anggaran biaya produksi. Pengendalian dilakukan dengan membandingkan anggaran biaya produksi yang telah dihitung dimuka dengan biaya produksi yang sesungguhnya (biaya realisasi). Tujuan dari dilakukannya pengendalian pada biaya produksi adalah untuk mengatasi penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi dan membantu manajemen dalam melakukan pengawasan. Penyimpangan atas biaya produksi dapat mejadi kerugian bagi perusahaan dan terlihat bahwa biaya produksi tersebut tidak efisien. Gambar 2.1: Kerangka Pemikiran Efektivitas Pengendalian Biaya Produksi (X1) Tujuan Perusahaan Tingkat Efisiensi Biaya Produksi (X2) II.5.
HIPOTESIS Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, pada variabel X2 menggunakan hipotesis: H0: biaya produksi efisien sesuai dengan kebijakan manajemen (tingkat efisiensi biaya produksi ≥ 95% dan ≤ 105%). Ha: biaya produksi tidak efisien karena tidak sesuai dengan kebijakan manajemen. III. METODE PENELITIAN III.1. OPERASIONAL VARIABEL
N o 1.
Variabel
Definisi
Indikator
Sub-Indikator
Efektivitas Pengendalian Biaya Produksi (X1)
Pengendalian biaya produksi merupakan salah satu upaya manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan untuk menghasilkan biaya produksi
Prosedur pengendalian biaya bahan baku
1. Prosedur permintaan bahan baku 2. Pengecekan kuantitas, jenis dan mutu bahan baku yang dipesan. 3. Otorisasi dokumendokumen. 4. Pengecekan dokumen dan pencatatan
(Rosidah dan Krisnandi, 2008)
JAMS – Journal of Management Studies Vol. 02, No. 01, May 2013 ISSN # 2302-8122
N o
Variabel
Definisi
Indikator
Sub-Indikator
yang efisien. Pengendalian biaya produksi dikatakan efektif apabila prosedurprosedur pengendalian sudah dijalankan dengan baik. Indikator pada variabel ini adalah prosedur pengendalian biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
Prosedur pengendalian biaya tenaga kerja langsung
1. Pencatatan jam kerja menggunakan kartu jam kerja. 2. Schedule produksi. 3. Surat keputusan tenaga kerja sebagai pedoman penentuan upah. 4. Otorisasi kartu jam kerja. 5. Pelaporan
Prosedur pengendalian Biaya Overhead Pabrik.
(Rosidah dan Krisnandi, 2008) 2.
44
Efisiensi Efisiensi adalah Biaya jumlah dari Produksi (X2) masukan yang dipakai untuk mencapai tingkat keluaran tertentu. Dengan demikian, efisiensi menggambarkan berapa banyak masukan (input) yang diperlukan untuk menghasilkan suatu unit keluaran (output) tertentu. Unit suatu organisasi yang paling efisiensi adalah unit yang dapat menghasilkan jumlah keluaran tertentu dengan menggunakan
(Mulyadi, 2009) 1. Prosedur pencatatan biaya overhead pabrik yang digunakan. 2. Otorisasi dokumendokumen. 3. Penghitungan dan pembebanan biaya overhead pabrik. (http://elearning.gunadarm a.ac.id)
Perbandingan antara realisasi biaya produksi dengan standar yang telah ditetapkan. (Harahap, 2001)
(Harahap, 2001)
JAMS – Journal of Management Studies Vol. 02, No. 01, May 2013 ISSN # 2302-8122
N o
Variabel
Definisi
Indikator
45
Sub-Indikator
masukan minimum atau menghasilkan keluaran terbanyak dengan menggunakan masukan yang tersedia. (Hongren, 2008) Sumber: Rosidah & Krisnandi, 2008; Mulyadi, 2009; Harahap, 2001 III.2. POPULASI DAN SAMPEL PT. XYZ yang merupakan perusahaan tekstil berlokasi di daerah Banjaran, Kabupaten Bandung yang memproduksi kain Cotton Grey, Polyester Rayon dan Denim. PT. XYZ mempunyai tiga departemen yaitu departemen spinning, weaving, dan weavingindigo. Penelitian ini hanya dilakukan pada depertemen spinning yang hasil produksinya digunakan sebagai bahan baku departemen utama yaitu departemen weaving. Menurut Sugiyono (2011), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi pada penelitian ini adalah Laporan Biaya Produksi Bulanan. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Penentuan sampel yang digunakan pada penelitian ini meliputi: 1. Data yang digunakan adalah laporan biaya operasional PT. XYZ terbaru. 2. Data yang digunakan merupakan data bulanan tahun 2011 III.3. INSTRUMEN PENELITIAN Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk merekam, pada umumnya secara kuantitatif, keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis. Atributatribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan dan atribut non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan (Suryabrata, 2008). Instrumen pada penelitian ini adalah wawancara, observasi, kuesioner, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan pihak terkait yaitu kepala produksi departemen spinning PT. XYZ. Proses oservasi dilakukan secara langsung kepada objek penelitian yaitu melihat langsung bagaimana proses produksi pada departemen spinning yang dilakukan pada masa kerja praktek Juni 2011-Agustus 2011. Sedangkan proses pendokumentasian melalui analisis pada laporan operasional perusahaan berdasarkan anggaran biaya produksi dan realisasi biaya produksi. III.4. III.4.1.
TEKNIK ANALISIS DATA UJI VALIDITAS Menurut Sugiyono (2011), data yang diperoleh mempertimbangkan validitas dan reliabilitas data. Pada penelitian kuantitatif untuk memperoleh data yang valid dan
JAMS – Journal of Management Studies Vol. 02, No. 01, May 2013 ISSN # 2302-8122
46
reliable perlu uji instrumen pada sampel yang mendekati jumlah populasi dan pengumpulan serta analisis data dilakukan dengan cara yang benar. Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dalam penelitian ini pengujian validitas dari instrumen atau kuesioner dilakukan dengan perhitungan korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi Product Moment menurut Sugiyono (2003), yaitu: ……………………………………………………………………………………(3.1) Dimana: X Y XY
= skor setiap item pertanyaan = skor total seluruh item pertanyaan = skor pertanyaan dikalikan dengan skor total
Kriteria pengujian validitas (Santoso, 2002): 1. Jika rhitung positif dan rhitung> rtabel, (dengan signifikansi 0,05) maka instrument atau item-item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total dinyatakan valid. 2. Jika rhitung negative dan rhitung< rtabel, (dengan signifikansi 0,05) maka instrument atau item-item pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total dinyatakan tidak valid. III.4.2.UJI RELIABILITAS Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Uji validitas dan reliabilitas mutlak dilakukan untuk mendapatkan hasil yang valid dan reliable. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Sedangkan, hasil penelitian yang reliable apabila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda (Sugiyono, 2011). Pada penelitian ini uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik belah dua ganjil-genap, dimana penelitian dilakukan dengan mengelompokan skor pernyataan nomor ganjil sebagai belahan pertama dan kelompok skor pernyataan nomor genap sebagai belahan kedua, rumus yang digunakan adalah rumus Spearman-Brown (Sugiyono, 2003), yaitu: ………………………………………………………………………..……………….(3.2)
Dimana:
= reliabilitas internal seluruh instrumen = korelasi Product Moment antara belahan pertama dan kedua
Kriteria pada pengujian ini adalah apabila hasil dari berada pada 0,70-0,90 maka item pernyataan dikatakan reliable/signifikan (Lind, Marchal dan Wathen, 2008). III.4.3.UJI BEDA RATA-RATA Uji beda rata-rata merupakan teknik analisis untuk membandingkan satu variable bebas. Teknik ini digunakan untuk menguji apakah nilai tertentu berbeda secara signifikan atau tidak dengan rata-rata sebuah sampel dengan menggunakan rumus (Lind, Marchal, dan Wathen, 2008):
JAMS – Journal of Management Studies Vol. 02, No. 01, May 2013 ISSN # 2302-8122
47
……………………………………………………………………………..………(3.3)
………………………………………………………………………………………………...(3.4) Dimana: = Rata-rata sampel Nilai parameter Standar defiasi sampel Jumlah sampel Kriteria pada pengujian ini adalah: 1. Jika –tα/2 ≤ thitung ≤ tα/2 maka Ho diterima, dan Ha ditolak. 2. Jika thitung > tα/2 atau thitung < -tα/2 maka Ho ditolak, dan Ha diterima. III.5. PENGUJIAN HIPOTESIS Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis dilakukan pada satu variabel independen saja. Uji statistik ini dilakukan untuk menguji apakah nilai tertentu berpengaruh secara signifikan atau tidak dengan rata-rata sampel yang digunakan. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah sebesar 0,05 atau 5% (Sugiyono, 2011) H0 : µ0 = 0, maka biaya produksi dikatakan efisien. Ha : µ0 ≠ 0, maka biaya produksi dikatakan tidak eOisien. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. DESKRIPSI RESPONDEN Dalam memperoleh data mengenai keefektifan pengendalian biaya bahan baku pada departemen spinning PT. X, maka penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner. Total kuesioner yang dibagikan adalah sebanyak 16 eksemplar pada 16 karyawan PT. X. Berikut jumlah responden pada penelitian ini: Tabel 4.1: Jumlah Responden No Responden 1 Bagian Produksi Dept. Spinning 2 Bagian Personalia 3 Bagian Akunting 4 Bagian Keuangan Jumlah Responden Sumber: Data diolah, 2012
Jumlah 2 2 8 4 16
IV.2. KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran umun responden didapat dari data diri yang didapat pada bagian identitas responden yang terdiri dari jenis kelamin, jabatan, dan lama bekerja. Dari data yang terkumpul, diketahui bahwa sebanyak 12,5% responden berjenis kelamin pria dan sebanyak 87,5% berjenis kelamin wanita. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan pada departemen spinning didominasi oleh wanita.
JAMS – Journal of Management Studies Vol. 02, No. 01, May 2013 ISSN # 2302-8122
48
Tabel 4.2: Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Persentase 1 Pria 2 12,5% 2 Wanita 14 87,5% Jumlah Responden 16 100% Sumber: Data diolah, 2012 Dari data yang terkumpul, diketahui bahwa sebanyak 68,75% karyawan departemen spinning bekerja antara 5-10 tahun, 25% karyawan sudah bekerja anatara 5-10 tahun, dan 6,25% bekerja lebih dari 10 tahun. Hal ini menunjukan karyawan departemen spinning PT. X memiliki pengalaman kerja yang cukup lama. Tabel 4.3: Deskriptif Responden Berdasarkan Lama Bekerja No Lama Bekerja Jumlah Persentase 1 < 5 tahun 4 25% 2 5 - 10 tahun 11 68,75% 3 < 10 tahun 1 6,25% Jumlah Responden 16 100% Sumber: Data diolah, 2012. IV.3. HASIL PENGUJIAN KUALITAS DATA IV.3.1.PENGUJIAN VALIDITAS Pengujian validitas menggunakan metode Pearson Product Moment, dan dalam memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi item yang mempunyai korelasi positif dengan skor total serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut memiliki validitas yang tinggi. Kriteria minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah apabila rhitung > rtabel . Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan tingkat validitas dari instrument yang digunakan cukup baik. Nilai korelasi semua item pernyataan, lebih besar dari 0,467. Dengan demikian dapat disimpulkan seluruh item pernyataan (15 item penyataan) dinyatakan valid. IV.3.2.PENGUJIAN RELIABILITAS Pengujian reliabilitas dilakukan setelah pengujian validitas dan hanya dilakukan terhadap penyataan-pernyataan yang dianggap valid saja. Berdasarkan hasil pengujian terdapat 15 pernyataan yang valid, dengan demikian seluruh pernyataan dapat diuji reliabilitasnya. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan teknik belah dua. Dalam teknik ini, pernyataan dibagi menjadi 2 bagian yaitu belahan I (ganjil) dan belahan II (genap). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh koefisien korelasi antara skor kelompok ganjil dan skor kelompok genap sebesar 0,99248. Selanjutnya untuk menguji reliabilitas instrument yang digunakan menggunakan rumus Spearman Brown:
……………………………………….(4.1) ……………………………………………………………………………………...…..(4.2) Berdasarkan hasil penghitungan di atas dapat diketahui bahwa instrument reliable sebesar 0,99623, dengan demikian instrumen yang digunakan dalam penelitian
JAMS – Journal of Management Studies Vol. 02, No. 01, May 2013 ISSN # 2302-8122
49
reliable sebesar 99,62%. IV.4. ANALISIS DESKRIPTIF Data dianalisis secra deskriptif dilakukan unruk mengetahui kecenderungan dari jawaban setiap responden atas pernyataan yang diberikan dan yang disajikan dalam bentuk persentase. IV.4.1.DESKRIPTIF VARIABEL PROSEDUR PENGENDALIAN BIAYA BAHAN BAKU Prosedur pengendalian biaya bahan baku merupakan salah satu kebijakan manajemen yang dilihat dari prosedur-prosedur yang harus dilakukan oleh setiap karyawan guna menjaga agar tidak terjadi kecurangan atau pemborosan dalam penggunaan bahan baku. Berikut merupakan jawaban atas 5 pertanyaan: Tabel 4.4: Rekapitulasi Jawaban Responden Pada Pengendalian Biaya Bahan Baku A. PENGENDALIAN BIAYA BAHAN BAKU Alternatif Jawaban JML No Alat Ukur SS S R TS STS (%) (%)
1
2
3
4
5
Bagian gudang mengajukan permintaan pembelian kepada bagian pembelian, jika persediaan bahan baku di gudang sudah mencapai tingkat minimum pemesanan kembali. Bagian pembelian membuat order pembelian yang kemudian diotorisasi oleh bagian terkait. Bagian penerimaan melakukan pemeriksaan mengenai jenis, kuantitas, dan mutu bahan baku yang diterima oleh perusahaan. Bagian gudang melakukan pencatatan setelah menerima bahan baku yang diserahkan oleh bagian penerimaan. Bagian akuntansi memeriksa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan pembelian bahan baku dan melaksanakan pencatatan.
Akumulatif (total 5 pernyataan)
(%)
(%)
(%)
(%)
0
0
7
7
2
(43,75)
(43,75)
(12,5)
10
4
1
1
(62,5)
(25)
(6,25)
(6,25)
6
7
2
1
(37,5)
(43,75)
(12,5)
(6,25)
0
8
4
4
(50)
(25)
(25)
16 (100)
0
16 (100)
0
16 (100)
0
16 (100)
7
4
4
1
(43,75)
(25)
(25)
(6,25)
38
26
13
3
(47,5)
(32,5)
(16,25)
(3,75)
0
16 (100)
0
80 (100)
Sumber: Hasil pengolahan kuesioner, 2012 Pada variabel prosedur pengendalian biaya bahan baku, menurut sebagian besar responden sebesar 80% (47,5% + 32,5%), menyatakan bahwa prosedur pengendalian bahan baku pada departemen spinning meliputi pengajuan permintaan pembelian bahan baku oleh bagian gudang apabila persediaan sudah mencapai titik minimum pemesanan, order pembelian bahan baku dibuat oleh bagian pembelian yang kemudian harus diotorisasi oleh bagian terkait, barang atau bahan baku yang diterima dilakukan
JAMS – Journal of Management Studies Vol. 02, No. 01, May 2013 ISSN # 2302-8122
50
pengecekan mengenai jenis, kuantitas, dan mutu sesuai dengan yang dipesan, setelah bahan baku diterima bagian gudang melakukan pencatatan sesuai yang bahan baku yang diterima dari bagian penerimaan, dan semua dokumen-dokumen yang berhubungan dengan pembelian dan pemesanan bahan baku diperiksa dan diinput ke dalam buku besar oleh bagian akunting. Sementara itu beberapa responden menjawab ragu-ragu (16,25%) dan tidak setuju (3,75%) atas pernyataan bahwa prosedur pengendalian biaya bahan baku tidak sesuia dengan prosedur yang ada pada departemen spinning. Setelah diuraikan tanggapan responden pada masing-masing pernyataan mengenai pengendalian biaya bahan baku, selanjutnya dibuat tanggapan responden mengenai pengendalian biaya bahan baku secara keseluruhan dengan mengakumulasikan jumlah skor tanggapan responden dari masing-masing pernyataan. Dari 5 pernyataan yang mengukur pengendalian biaya bahan baku pada PT. XYZ diperoleh total skor tanggapan responden sebesar 339. Jumlah skor tertinggi yaitu 5 x (16 x 5) = 400 Jumlah skor tersendah yaitu 1 x (16 x 5) = 80 Range = 320 Sehingga, diperoleh panjang kelas yaitu 320/5 = 64 Secara presentasi dan kontium dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 4.5: Prosentasi Skor Jawaban Responden Terhadap Pengendalian Biaya Bahan Baku Skor Aktual Skor Ideal Presentase Kriteria 339 400 84,75% Sangat Efektif Sumber: Hasil pengolahan kuesioner, 2012 Tabel 4.6: Skala Kontinium Pengendalian Biaya Bahan Baku Interval Kriteria 80 – 144 Tidak Efektif 144 – 208 Kurang Efektif 208 – 272 Cukup Efektif 272 – 336 Efektif 336 – 400 Sangat Efektif Sumber: Hasil pengolahan kuesioner, 2012 Dari hasil pengolahan data di atas, maka dapat ditunjukan bahwa skor responden termasuk klasifikasi sangat efektif. IV.4.2.DESKRIPTIF VARIABEL PROSEDUR PENGENDALIAN BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG Prosedur pengendalian biaya tenaga kerja langsung merupakan salah satu kebijakan manajemen yang dilihat dari prosedur-prosedur yang harus dilakukan oleh setiap karyawan guna menjaga agar tidak terjadi kecurangan. Berikut merupakan jawaban atas 5 pertanyaan:
JAMS – Journal of Management Studies Vol. 02, No. 01, May 2013 ISSN # 2302-8122
51
Tabel 4.7: Rekapitulasi Jawaban Responden Pada Pengedalian Biaya Tenaga Kerja Langsung B. PENGENDALIAN BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG Alternatif Jawaban N JML Alat Ukur SS S R TS STS (%) o 1
2
3
4
5
Perusahaan memiliki kartu jam kerja yang mencatat waktu hadir tenaga kerja. Pencatatan waktu kerja pada bagian produksi digunakan sebagai dasar pembebanan biaya tenaga kerja langsung kepada produk yang diproduksi. Surat-surat keputusan tentang tenaga kerja digunakan sebagai dasar pembuatan daftar gaji dan upah tenaga kerja. Bagian akuntansi dan bagian keuangan terlibat dalam prosedur pembayaran gaji dan upah. Bagian akuntansi membuat laporan pembayaran upah dan gaji.
Akumulasi (total 5 Pernyataan)
(%)
(%)
(%)
8
7
1
(50)
(43,75)
(6,25)
(%)
(%)
0
0
0
16
3
8
3
2
(18,75)
(50)
(18,75)
(12,5)
5
10
(31,25)
(62,5)
0
1 (6,25)
7
7
1
1
(43,75)
(43,75)
(6,25)
(6,25)
8
3
3
2
(50)
(18,75)
(18,75)
(12,5)
31
35
8
6
(38,75)
(43,75)
(10)
(7,5)
0
0
0 0
(100)
16 (100)
16 (100)
16 (100)
16 (100)
80 (100)
Sumber: Hasil kuesioner diolah, 2012
Pada variabel prosedur pengendalian biaya tenaga kerja langsung sebanyak 82,5% (38,75% + 43,75%) responden menyatakan bahwa pengendalian biaya tenaga kerja langsung pada departemen spinning meliputi prosedur seperti setiap karyawan memiliki kartu jam kerja yang digunakan untuk mencatat waktu hadir setiap karyawan, pada bagian produksi pencatatan waktu kerja digunakan sebagai dasar pembebanan biaya tenaga kerja langsung kepada produk yang dihasilkan/diproduksi, tarif upah tenaga kerja didasarkan pada surat keputusan mengenai ketenaga kerjaan, bagian akunting dan keuangan terlibat dalam prosedur pembayaran upah/gaji karyawan, dan setelah itu bagian akunting membuat laporan mengenai pembayaran upah dan gaji kepada pimpinan. Sementara itu, sebanyak 10% responden menjawab ragu-ragu dan 7,5% menjawab tidak setuju bahwa prosedur pengendalian baiay tenaga kerja langsung tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku pada departemen spinning. Setelah diuraikan tanggapan responden pada masing-masing pernyataan mengenai pengendalian biaya tenaga kerja langsung, selanjutnya dibuat tanggapan responden mengenai pengendalian biaya bahan baku secara keseluruhan dengan mengakumulasikan jumlah skor tanggapan responden dari masing-masing pernyataan. Dari 5 pernyataan yang mengukur pengendalian biaya tenaga kerja langsung pada PT.
JAMS – Journal of Management Studies Vol. 02, No. 01, May 2013 ISSN # 2302-8122
52
XYZ diperoleh total skor tanggapan responden sebesar 331. Jumlah skor tertinggi yaitu 5 x (16 x 5) = 400 Jumlah skor tersendah yaitu 1 x (16 x 5) = 80 Range = 320 Sehingga, diperoleh panjang kelas yaitu 320/5 = 64 Secara presentasi dan kontium dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 4.8: Prosentasi Skor Jawaban Responden Terhadap Pengendalian Biaya Tenaga Kerja Langsung Skor Aktual Skor Ideal Presentase Kriteria 331 400 82,75% Efektif Sumber: Hasil pengolahan kuesioner, 2012 Tabel 4.9: Skala Kontinium Pengendalian Biaya Tenaga Kerja Langsung Interval Kriteria 80 – 144 Tidak Efektif 144 – 208 Kurang Efektif 208 – 272 Cukup Efektif 272 – 336 Efektif 336 – 400 Sangat Efektif Sumber: Hasil pengolahan kuesioner, 2012 Dari hasil pengolahan data di atas, maka dapat ditunjukan bahwa skor responden termasuk klasifikasi efektif. IV.4.3.DESKRIPTIF VARIABEL PROSEDUR PENGENDALIAN BIAYA OVERHEAD PABRIK Prosedur pengendalian biaya overhead pabrik merupakan salah satu kebijakan manajemen yang dilihat dari prosedur-prosedur yang harus dilakukan oleh setiap karyawan guna menjaga agar tidak terjadi kecurangan dan pemborosan . Berikut merupakan jawaban atas 5 pertanyaan: Tabel 4.10: Rekapitulasi Jawaban Responden Pada Pengenalian Biaya Overhead Pabrik C. PENGENDALIAN BIAYA OVERHEAD PABRIK Alternatif Jawaban JML No Alat Ukur SS S R TS STS (%) (%)
1
2
Pencatatan biaya overhead pabrik sesungguhnya berasal dari pemakaian barang gudang yang dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan menerapkan prosedur pencatatan biaya overhead pabrik sesungguhnya yang berasal dari pengeluaran kas yang menggunakan register bukti kas keluar.
(%)
(%)
(%)
8
4
3
1
(50)
(25)
(18,75)
(6,25)
6
8
2
(37,5)
(50)
(12,5)
0
(%)
0
0
6 (100)
6 (100)
JAMS – Journal of Management Studies Vol. 02, No. 01, May 2013 ISSN # 2302-8122
C. No
PENGENDALIAN BIAYA OVERHEAD PABRIK Alternatif Jawaban Alat Ukur SS S R TS STS (%)
3
4
5
Terdapat prosedur pencatatan biaya overhead pabrik sesungguhnya yang berasal dari pengeluaran kas yang menggunakan register kas keluar dan jurnal umum. Setelah suatu pesanan selesai, bagian produksi menjumlah biaya-biaya produksi dan kemudian menghitung biaya-biaya overhead pabrik yang dibebankan pada pesanan tersebut. Biaya overhead yang dibebankan pada pesanan tertentu berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.
Akumulasi (Total 5 Pernyataan)
(%)
(%)
5
5
5
(31,25)
(31,25)
(31,25)
(%)
(%)
0
1
53
JML (%)
16 (100)
6
5
2
2
1
6
(37,35)
(31,25)
(12,5)
(12,5)
(6,25)
(100)
6
6
3
1
(37,25)
(37,25)
(12,5)
(6,25)
0
16 (100)
31
28
15
4
2
80
(38,75)
(35)
(18,75)
(5)
(2,5)
(100)
Sumber: Hasil data kueasioner diolah, 2012. Pada variabel prosedur pengendalian biaya overhead pabrik, sebanyak 73,75% (38,75% + 35%) responden menyatakan bahwa prosedur pengendalian biaya overhead pabrik meliputi pencatatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya diperoleh dari pemakaian barang gudang yang dilakukakan perusahaan, pengeluaran kas dengan menggunakan bukti register yang telah diotorisasi dan dicatat pada jurnal umum, penghitungan pembebanan biaya overhead pabrik pada pesanan dilakukan bagian produksi dengan menjumlah biaya-biaya produksi apa saja yang digunakan selama proses produksi, dan pembebanan biaya overhead pabrik pada pesanan dilakukan berdasarkan tarif yang telah dibuat oleh manajemen sebelumnya. Sedangkan terdapat beberapa responden yang menyatakan ragu (18,75%), tidak setuju (5%), dan sangat tidak setuju (2,5%) bahwa prosedur pengendalian biaya overhead pabrik tidak sesuai dengan prosedur yang terdapat pada departemen spinning. Setelah diuraikan tanggapan responden pada masing-masing pernyataan mengenai pengendalian biaya overhead pabrik, selanjutnya dibuat tanggapan responden mengenai pengendalian biaya bahan baku secara keseluruhan dengan mengakumulasikan jumlah skor tanggapan responden dari masing-masing pernyataan. Dari 5 pernyataan yang mengukur pengendalian biaya overhead pabrik pada PT. XYZ diperoleh total skor tanggapan responden sebesar 322. Jumlah skor tertinggi yaitu 5 x (16 x 5) = 400 Jumlah skor tersendah yaitu 1 x (16 x 5) = 80 Range = 320 Sehingga, diperoleh panjang kelas yaitu 320/5 = 64 Secara presentasi dan kontium dapat digambarkan sebagai berikut:
JAMS – Journal of Management Studies Vol. 02, No. 01, May 2013 ISSN # 2302-8122
54
Tabel 4.11: Prosentasi Skor Jawaban Responden Terhadap Pengendalian Biaya Overhead Pabrik Skor Aktual Skor Ideal Presentase Kriteria 322 400 80,5% Efektif Sumber: Hasil pengolahan kuesioner, 2012 Tabel 4.12: Skala Kontinium Pengendalian Biaya Overhead Pabrik Interval Kriteria 80 – 144 Tidak Efektif 144 – 208 Kurang Efektif 208 – 272 Cukup Efektif 272 – 336 Efektif 336 – 400 Sangat Efektif Sumber: Hasil pengolahan kuesioner, 2012 Dari hasil pengolahan data di atas, maka dapat ditunjukan bahwa skor responden termasuk klasifikasi efektif. IV.4.4. DESKRIPTIF EFISIENSI BIAYA PRODUKSI Berdasarkan data laporan produksi departemen spinning PT. XYZ tahun 2011, berikut perkembangan tingkat efisiensi biaya produksi dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember: Tabel 4.13: Perkembangan Tingkat Efisiensi Biaya Produksi PT. XYZ Periode Januari – Desember Tahun 2011 Tahun
2011
Periode
Tingkat Efisiensi (%)
Tolak Ukur Pertumbuhan (%) (%)
Jan 79.1 Feb 92.27 Mar 103.98 Apr 101.54 May 96.42 Jun 104.18 100 Jul 93.92 Aug 79.49 Sep 89.98 Oct 100.76 Nov 102.94 Dec 101.01 Sumber: Data sekunder PT. XYZ, diolah, 2012
20.9 7.73 3.98 1.54 3.58 4.18 6.08 20.51 10.02 0.76 2.94 1.01
Berdasarkan tabel diatas, biaya produksi dikatakan efisien apabila pertumbuhannya ≤ 5%. karena sesuai dengan kebijakan manajemen perusahaan yang menyatakan bahwa biaya produksi dikatakan efisien apabila persentase tingkat efisiensi berada antara 95% sampai 105%. Berikut grafik dari pertumbuhan tingkat efisiensi biaya produksi:
JAMS – Journal of Management Studies Vol. 02, No. 01, May 2013 ISSN # 2302-8122
55
Gambar 4.1: Grafik Pertumbuhan Tingkat Efisiensi Biaya Produksi PT. XYZ Periode Januari – Desember Tahun 2011
Sumber: Data diolah, 2012 Penjelasan data pertumbuhan tingkat efisiensi di atas adalah sebagai berikut: 1. Pada bulan Januari merupakan periode dasar tingkat efisiensi biaya produksi dalam penelitian ini. 2. Pada bulan Februari, Juli, Agustus, dan September pertumbuhan tingkat efisiensi biaya produksi berada di atas 5% dengan kata lain pada bulan-bulan tersebut biaya produksi kurang efektif. Karena sesuai dengan kebijakan manajemen dimana biaya produksi dinyatakan efisien apabila tingkat efisiensi biaya produksi ≥ 95% dan ≤ 105% atau pertumbuhan tingkat efisiensi biaya produksi ≤ 5%. 3. Pada bulan Maret, April, Mei, Juni, Oktober, November, dan Desember pertumbuhan tingkat efisiensi biaya produksi berada dibawah 5% dengan kata lain biaya produksi pada bulan-bulan tersebut sudah efisien. Tetapi pada bulan Oktober, biaya produksi dinilai sangat efisien dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya karena tingkat efisiensi biaya produksinya sebesar 100,76% mendekati parameter atau tolak ukur tingkat efisiensi yaitu 100%. IV.5. PENGUJIAN HIPOTESIS Untuk membuktikan apakah biaya produksi yang telah dikeluarkan oleh perusahaan efisien atau tidak sesuai dengan kebijakan manjemen, maka pengujian hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut: H0 : tingkat efisiensi biaya produksi ≥ 95% dan ≤ 105%, maka biaya produksi efisien. Ha : tingkat efisiensi biaya produksi < 95% atau > 105%, maka biaya produksi tidak efisien Untuk menguji hipotesis diatas menggunakan rumus sebagai berikut:
……………………………………………………………………………………………(4.3)
JAMS – Journal of Management Studies Vol. 02, No. 01, May 2013 ISSN # 2302-8122
56
…………………………………………………………………………………(4.4)
…………………………………………………………………………………………...(4.5) ……………………………………………………………………………………………(4.6) Dari penghitungan di atas, diperoleh hasil thitung sebesar -3,14 dan tα/2 dengan df=11, siginifikansi 5% adalah sebesar 2,201. Karena thitung > -tα/2 (-3,14 > -2,201) maka Ho ditolak, biaya produksi yang telah dikeluarkan oleh perusahaan tidak efisien. IV.6. PEMBAHASAN IV.6.1.PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PT. XYZ Prosedur pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh seorang manajer guna mencapai tujuan perusahaan. 1. Prosedur Biaya Bahan Baku PT. XYZ Kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan prosedur biaya bahan baku adalah sebagai berikut: a. Prosedur permintaan bahan baku Bagian gudang membuat surat permintaan pembelian kepada bagian pembelian ketika persediaan bahan baku di gudang sudah mencapai tingkat minimum pemesanan. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi penumpukan persediaan bahan baku di gudang dan menghidari pemborosan. b. Pengecekan kuantitas, jenis, dan mutu bahan baku yang dipesan Setelah bahan baku yang dipesan diterima, bagian gudang melakukan pengecekan terhadap kuantitas, jenis, dan mutu bahan baku yang dipesan apakah sesuai dengan permintaan atau tidak. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan pemesanan dan menjaga agar kualitas bahan baku yang digunakan tetap sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. c. Otorisasi dokumen Dokumen permintaan pembelian dan pemakaian bahan baku yang dibuat oleh bagian gudang bahan baku diotorisasi oleh kepala gudang terlebih dahulu. Dokumen permintaan pembelian yang diserahkan kepada bagian pembelian kemudian dibuat laporan pembelian yang selanjutnya diotorisasi oleh direktur pembelian. Setiap dokumen-dokumen yang dibuat berkaitan dengan permintaan, pembelian, penerimaan, sampai dengan pemakaian bahan baku diotorisasi oleh pihak-pihak terkait. d. Pengecekan dokumen dan pencatatan Setiap dokumen yang diterima oleh bagian akuntansi kemudian dilakukan pengecekan agar meminimalisasi adanya kecurangan. Setelah dilakukan pengecekan, kemudian setiap transaksi atas pembelian bahan baku dicatat dalam buku besar untuk mengetahui apakah faktur penjualan dari vendor sudah
JAMS – Journal of Management Studies Vol. 02, No. 01, May 2013 ISSN # 2302-8122
57
dibayar atau belum. Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan pada PT. XYZ bagian-bagian yang terkait dengan pengendalian biaya bahan baku, telah melakukan prosedur dengan tepat. Hal ini didasari pada hasil jawaban responden yang menyatakan sangat setuju dan setuju sebesar 80% dan responden yang menyatakan ragu dan tidak setuju sebesar 20%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengendalian atas biaya bahan baku PT. XYZ sudah efektif. 2. Prosedur Biaya Tenaga Kerja Langsung PT. XYZ Kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan pengendalian biaya tenaga kerja langsung adalah sebagai berikut: a. Pencatatan jam kerja menggunakan kartu jam kerja Setiap karyawan melakukan absen dengan menggunakan mesin kartu jam kerja agar setiap kehadiran karyawan tercatat dengan tepat. Kartu jam kerja setiap bulannya dicek oleh bagian personalia dan diotorisasi untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan yang mungin terjadi. b. Jadwal produksi Jadwal produksi merupakan pedoman yang digunakan oleh bagian produksi yang berisikan berapa bahan baku yang diperlukan sampai dengan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan produksi tersebut. Pencatatan jam kerja pada bagian produksi digunakan sebagai dasar pembebanan biaya tenaga kerja langsung kepada hasil produksi. Apabila jam tenaga kerja melebihi waktu yang sudah diperhitungkan pada jadwal produksi, dapat mengakibatkan biaya produksi menjadi lebih tinggi. c. Surat keputusan tenaga kerja sebagai pedoman penetuan upah Penentuan tarif upah untuk tenaga kerja langsung berdasarkan UMR yang berlaku. d. Pelaporan dan pencatatan Bagian personalia mencatat jam kerja setiap karyawan dan membuat laporan berdasarkan kartu jam kerja secara berkala setiap bulannya. Laporan atas jam kerja dan pembayaran upah karyawan setiap bulannya dijadikan sebagai acuan manajemen dalam menetapkan anggaran biaya tenaga kerja langsung. Berdasarkan hasil kuesioner, bagian-bagian yang terkait dengan pengendalian biaya tenaga kerja langsung, telah melakukan prosedur dengan tepat. Hal ini didasari pada hasil jawaban responden yang menyatakan sangat setuju dan setuju sebesar 82,5% dan responden yang menyatakan ragu dan tidak setuju sebesar 17,5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengendalian atas biaya bahan baku PT. XYZ sudah efektif. 3. Prosedur Biaya Overhead Pabrik PT. XYZ Kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan biaya overhead pabrik pada PT. XYZ adalah sebagai berikut: a. Pencatatan dan otorisasi Pencatatan atas biaya overhead pabrik yang sesungguhnya berasal dari jumlah pemakaian barang gudang yang dilakukan oleh perusahaan dan berdasarkan
JAMS – Journal of Management Studies Vol. 02, No. 01, May 2013 ISSN # 2302-8122
58
pada pengeluaran kas perusahaan. Prosedur ini ditetapkan oleh pihak manajemen karena dianggap lebih akurat. Setiap pengeluaran kas yang dilakukan harus memiliki register bukti pengeluaran kas yang diotorisasi oleh pihak terkait dan dicatat pada jurnal umum. b. Penghitungan dan pembebanan Penghitungan biaya overhead pabrik yang digunakan selama suatu proses produksi dilakukan di awal dan di akhir proses produksi. Penghitungan yang dilakukan di awal menggunakan informasi data periode sebelumnya. Dan untuk pembebanan biaya overhead pabrik pada setiap hasil produksi menggunakan tarif yang ditentukan dimuka sesuai dengan kebijakan manajemen. Berdasarkan hasil kuesioner, bagian-bagian terkait dengan pengendalian biaya overhead pabrik dan kebijakan yang dibuat oleh manajemen sudah tepat. Hal ini didasari pada hasil jawaban responden yang menyatakan sangat setuju dan setuju sebesar 73,75% dan yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju hanya sebesar 7,5%. Dengan demikian pengendalian atas biaya overhead pabrik pada PT. XYZ sudah efektif. IV.6.2.PEMBAHASAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI Berdasarkan hasil pengolahan data yang diperoleh dari departemen spinning, perusahaan sudah membuat anggaran biaya produksi setiap bulannya yang disesuaikan dengan standar yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen. Anggaran ini berfungsi untuk mengendalikan penggunaan suber atau biaya atau masukan yang digunakan dalam proses produksi untuk menghidari dari pemborosan. Untuk mengukur berapa tingkat efisiensi biaya produksi yang telah dicapai setiap bulannya dilakukan dengan cara membandingkan realisasi atau biaya produksi sesungguhnya dengan biaya produksi yang telah dianggarkan. Kemudian dari hasil tersebut dibandingkan dengan parameter atau tolak ukur dimana biaya produksi dinyatakan efisien yaitu 100%. Pada PT. XYZ, pihak manajemen mebuat kebijakan mengenai efisiensi biaya produksi apabila tingkat biaya produksi ≥ 95% dan ≤ 105% hal tersebut masih dapat ditolerir. Bila tingkat efisiensi biaya produksi dibawah 95% dapat diindikasikan terjadi pemborosan sedangkan bila tingkat efisiensi biaya produksi melebihi 105% mutu dari bahan baku dipertanyakan apakah sesuai dengan mutu standar yang telah ditetapkan atau tidak. Sesuai dengan tabel mengenai tingkat efisiensi biaya produksi, pada bulan Januari dan Agustus tingkat efisiensi biaya produksinya paling rendah. Setelah diamati pada laporan biaya produksi departemen spinning PT. XYZ, hal tersebut diakibatkan oleh produksi yang menurun dilihat dari pemakaian bahan baku yang dianggarkan lebih besar daripada realisasinya. Selain itu juga pada bulan Agustus harga bahan baku kapas mengalami kenaikan. Kedua hal tersebut yaitu tingkat produksi dan harga bahan baku dapat menjadi pemicu biaya produksi kurang atau tidak efisien. Tetapi berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan pada variabel efisensi biaya produksi diperoleh H0 ditolak, dimana biaya produksi departemen spinning tidak efisien. V. V.1.
KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang dilakukan pada PT. XYZ maka kesimpulan yang didapat
JAMS – Journal of Management Studies Vol. 02, No. 01, May 2013 ISSN # 2302-8122
59
adalah sebagai berikut: 1. Pengendalian atas biaya produksi departemen spinning yang terdiri dari prosedur biaya bahan baku, prosedur biaya tenaga kerja langsung, dan prosedur biaya overhead pabrik dilihat dari kebijakan-kebijakan dan prosedur yang dibuat oleh pihak manajemen sudah efektif. Dan berdasarkan hasil kuesioner yang disebar pada 16 karyawan PT. XYZ diperoleh 78,74% responden yang menjawab sangat setuju dan setuju, dan 6,2% responden yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Hal ini dapat membuktikan bahwa pengendalian biaya produksi sudahlah efektif. 2. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun 2011 sudah efisien bila dilihat dari hasil pengolahan data pada laporan biaya produksi dan berdasarkan kebijakan managemen yang berlaku. Tetapi berdasarkan hasil pengujian hipotesis, biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan untuk departemen spinning tidak efisien dimana H0 ditolak. V.2.
SARAN Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Pengendalian atas biaya produksi dapat dikatakan sudah baik dan efektif, tetapi untuk kedepannya disarankan untuk dilakukan pengecekan pelaksanaan tugas oleh pihak eksternal guna meningkatkan pengendalian yang sudah ada. 2. Pengendalian biaya produksi guna meningkatkan efisiensi biaya produksi dengan membuat anggaran biaya produksi secara berkala sudah baik hanya saja untuk kedepannya perusahaan dapat lebih mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi efisiensi dari biaya produksi seperti harga bahan baku, kenaikan kurs mata uang asing, dan lain-lain.
3. Untuk penelitian selanjutnya, sample yang digunkan dapat ditambah sehingga untuk pengujian hipotesis dapat lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA Arens, Alvin A. & James L. Loebbecke. (2008). Auditing Pendekatan Terpadu, Terjemahan oleh Amir Abadi Yusuf, Buku Dua, Edisi Indonesia, Salemba Empat, Jakarta. Edison, & Sapta, U. (2010). Pengaruh Biaya Standar terhadap Pengendalian Biaya Produksi Studi Kasus Pada PT ITP, Tbk. Jurnal Ranggagading, 10 (2), 121-130. Harahap, N., & Vera, D. K. (2008). Pengaruh Efisiensi Biaya Produksi terhadap Laba Bersih (Studi Kasus PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan). Jurnal Akuntansi FE USU, 20 (1), 121-130. Harahap, Sofyan Syafri. (2001). Budgeting Penganggaran: Perencanaan Lengkap Untuk Membantu Manajemen. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Horngren, C. T., Datar, S. M., & Rajan, M. V. (2012). Cost Accounting: A Managerial Emphasis Fourteenth Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Horngren, Charles. T., Srikant M. Datar, and George Foster. (2008). Akuntansi Biaya: Penekanan Manajerial Edisi Sebelas. Jakarta: Indeks. Iriyadi. (2008). Analisis Selisih Biaya Produksi sebagai Alat Pengendalian Manajemen dalam Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi. Jurnal Ilmiah Ranggagading , 5 (1),
JAMS – Journal of Management Studies Vol. 02, No. 01, May 2013 ISSN # 2302-8122
60
7-13. Rosidah, E., & Krisnandi, C. (2008). Peran Anggaran Biaya Produksi dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Biaya Produksi (Studi Kasus pada PT Binetama Kayone Lestari Tasikmalaya). Jurnal Akuntansi FE Unsil , 3 (1). Santoso, S. (2002). SPSS Statistik Multivariate. Jakarta: PT Elek Media Komputindo. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Suryabrata, S. (2008). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers. Universitas Gunadarma. (2010). Pengendalian Biaya Pabrikase: Biaya Overhead Pabrik [Available] http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul, retrived 11 Juni 2012.
View publication stats