PEBRUARI 2004 1 EFISIENSI

Download zat anorganik dan merubahnya menjadi bahan organik (Odum,1971; Barnes dan . Hughes, 1982;Wetzel, 1983). Pada ekosistem akuatik sebagian besa...

0 downloads 515 Views 64KB Size
Jurnal Akuatika Vol 2. No. 2/ Pebruari 2004 EFISIENSI PEMANFAATAN ENERGI CAHAYA MATAHARI OLEH FITIPLANKTON DALAM PROSES FOTOSINTESIS Oleh : Sunarto, Sri Astuty, dan Herman Hamdani Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran ABSTRAK Sunarto, Sri Astuty dan Herman Hamdani. 2003. Efisiensi Pemanfaatan Energi Cahaya Matahari oleh Fitoplankton dalam Proses Fotosintesis Penelitian telah dilakukan di Teluk Hurun Lampung Selatan, Lampung, dengan metode survai dengan tujuan mengetahui tingkat efisiensi pemanfaatan energi cahaya matahari oleh fitoplankton dalam melakukan produktivitas primer melalui proses fotosintesis. Pengambilan sample dilakukan pada kedalaman 0 m (pemukaan), 4 m, 7m, 11 m dan 14 m. Parameter yang diukur adalah produktivitas primer dan intensitas cahaya selama waktu inkubasi. Pengukuran produktivitas primer dilakukan dengan metode oksigen dengan waktu inkubasi 4 jam (pukul 10:00 sampai 14:00). Produktivitas tertinggi diperoleh pada kedalaman 4 m. Nilai efisiensi yang diperoleh dari penelitian ini berkisar antara 0.5135% sampai 2.5502%. Terlihat ada kecenderungan meningkatnya nilai efisiensi sejalan dengan peningkatan kedalaman. Namun, pada kedalaman 14 m dengan intensitas cahaya sebesar 9% efisiensinya menurun kembali. Efisiensi tertinggi diperoleh pada kedalaman 11 m dimana intensitas cahaya hanya tinggal sekitar 16% dari cahaya permukaan. Kata Kunci : Produktivitas Primer, Intensitas Cahaya, Efisiensi ABSTRACT Sunarto, Sri Astuty dan Herman Hamdani. 2003. The Efficiency of Light Energy Utilization by Phytoplankton in the Photosynthetic Proccess. This research had been conducted in Hurun Bay South Lampung, Province Lampung with survey method. The objective of the research was to know level of efficiency of light energy utilization by phytoplankton in the photosynthetic process. Primary productivity and light intensity measured on 0 m (surface), 4 m, 7m, 11 m and 14 m waters depth with incubation periode for 4 hours (from 10:00 am to 2 pm). Highest productivity was found on 4 m depth of waters. The result of the research show that value of efficiency ranges 0.5135% throught 2.5502%. Efficiency increase as well as increasing of the depth of waters coloum, however decreases on 14 m depth which is light intensity 9%. Highest efficiency was found on 11 m depth where the light intensity is 16 % of light intensity on the surface waters. Keywords : primary productivity, light intensity, efficiency.

1

Jurnal Akuatika Vol 2. No. 2/ Pebruari 2004 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cahaya matahari merupakan energi penggerak utama bagi seluruh ekosistem termasuk didalamnya ekosistem perairan. Cahaya adalah sumber energi dasar bagi pertumbuhan organisme autotrop terutama fitoplankton yang pada gilirannya mensuplai makanan bagi seluruh kehidupan di perairan. Fungsi ekosistem yang optimal harus ditunjang oleh adanya cahaya matahari. Ekosistem yang baik harus mampu mendukung kehidupan didalamnya. Salah satu ukuran kualitas suatu ekosistem adalah terselenggaranya proses produksi atau produktivitas primer yang mempersyaratkan adanya cahaya untuk keberlangsungannya. Semakin tinggi nilai produktivitasnya maka semakin besar pula dayadukungnya bagi kehidupan komunitas penghuninya. Sebaliknya produktivitas primer yang rendah menunjukkan daya dukung yang rendah pula. Produktivitas primer dapat didefinisikan sebagai laju penyimpanan energi radiasi matahari melalui aktivitas fotosintesis yang dilakukan produser primer yang mampu memanfaatkan zatzat anorganik dan merubahnya menjadi bahan organik (Odum,1971; Barnes dan Hughes, 1982;Wetzel, 1983). Pada ekosistem akuatik sebagian besar produktivitas primer dilakukan oleh fitoplankton (Wetzel, 1983; Parson dkk, 1984). Steeman-Nielsen (1975) menyatakan bahwa kurang lebih 95% produksi primer di laut berasal dari fitoplankton. Pada ekosistem perairan organisme utama yang mampu memanfaatkan energi cahaya adalah tumbuhan hijau terutama fitoplankton. Pada tahapan awal aliran energi, cahaya matahari “ditangkap” oleh tumbuhan

1

hijau yang merupakan produser primer bagi ekosistem perairan. Energi yang ditangkap digunakan untuk melakukan proses fotosintesis dengan memanfaatkan nutrien yang ada di lingkungannya. Melalui pigmen-pigmen yang ada fitoplankton melakukan proses fotosintesis. Pigmen-pigmen ini memiliki kemampuan yang berbeda dalam melakukan penyerapan energi cahaya matahari. Proses fotosintesis hanya dapat berlangsung bila pigmen fotosintesis menerima intensitas cahaya tertentu yang memenuhi syarat untuk terjadinya proses tersebut. Govindjee dan Braun (1974) menyatakan bahwa aksi pertama pada proses fotosintesis adalah mengabsorpsi cahaya. Tidak semua radiasi elektromagnetik yang jatuh pada tumbuhan yang berfotosintesis dapat diserap, tetapi hanya cahaya tampak (visible light) yang memilki panjang gelombang berkisar antara 400 sampai 720 nm yang diabsorpsi dan digunakan untuk fotosintesis. Umumnya fotosintesis bertambah sejalan dengan peningkatan intensitas cahaya sampai pada suatu nilai optimum tertentu (cahaya saturasi). Di atas nilai tersebut cahaya merupakan penghambat bagi fotosintesis (cahaya inhibisi), sedangkan di bawah nilai optimum merupakan cahaya pembatas sampai pada suatu kedalaman di mana cahaya tidak dapat menembus lagi (Cushing, 1975; Mann, 1982; Valiela, 1984; Parson dkk., 1984; Neale, 1987). 1.2. Perumusan Masalah : Fitoplankton, yang merupakan produser primer pada ekosistem perairan, memiliki susunan figmen yang berbeda dan setiap figmen memiliki kemamampuan yang berbeda dalam memanfaatkan energi cahaya dalam

Jurnal Akuatika Vol 2. No. 2/ Pebruari 2004 proses fotosintesis. Oleh karena itu perlu diketahui sejauhmana tingkat efisiensi pemanfaatan energi cahaya matahari oleh fitoplankton dalam melakukan produksi melalui proses fotosintesis. 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat efisiensi pemanfaatan energi cahaya matahari oleh fitoplankton dalam melakukan produktivitas primer melalui proses fotosintesis. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi informasi dan rujukan bagi peneliti selanjutnya pada bidang ilmu yang sama, tentang tingkat efisiensi pemanfaatan energi cahaya matahari oleh fitoplankton dalam melakukan proses fotosintesis, serta jenis-jenis fitoplankton yang mampu mentransfer energi cahaya secara efisien.

cahaya matahari, oleh karena itu bahan yang dibutuhkan adalah bahan-bahan untuk analisis produktivitas primer. Bahan dan alat tersebut adalah bahan kimia pengikat oksigen, alat-alat titrasi, botol winkler, mikroskop dan lux meter yang dapat mengukur cahaya pada kedalaman lapisan air. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode survai, dengan melakukan pengukuran nilai produktivitas primer melalui metode oksigen pada lapisan perairan yaitu pada kedalaman 0 m (permukaan), 4 m, 7 m, 11 m dan 14 m. Pada kedalaman dan waktu yang sama dilakukan pengukuran terhadap intensitas cahaya baik di dalam air maupun diatas permukaan perairan. Parameter yang diamati adalah: Parameter Utama : a.Produktivitas Primer Fitoplankton

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Teluk Hurun Lampung dan analisis produktivitas primer dan fitoplankton dilakukan di Laboratorium Lingkungan Balai Budidaya Laut (BBL) Lampung dan Laboratorium Biologi Perikanan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Unpad. Bahan dan Alat Untuk menghitung efisiensi pemanfaatan energi cahaya matahari oleh fitoplankton harus dilakukan pengukuran terhadap nilai produktivitas primer fitoplankton dan nilai intensitas

2

Nilai produktivitas primer diukur dengan metode oksigen yaitu dengan mengambil air sample dari kedalaman yang dikehendaki dan memasukkannya kedalam tiga buah botol wingkler untuk tiap kedalamannya. Dua botol winkler merupakan botol bening (terang) dan satu botol lainnya telah dilapisi dengan aluminium voil pada seluruh permukaannya (gelap). Sampel air dari salah satu dari botol terang (botol inisial) langsung ditera kandungan oksigennya dan botol terang lainnya diinkubasi pada kedalaman tempat sampel tersebut diambil. Waktu inkubasi berlangsung dari pukul 10:00 sampai 14:00. Untuk menghitung nilai produktivitas primer (PP) digunakan rumus sebagai berikut :

Jurnal Akuatika Vol 2. No. 2/ Pebruari 2004

PP=(BT- BG) x 1000 x 0.375 1.2 PP=Produkktivitas Primer (mg C/m3/4jam) BT = mg/l O2 pada botol terang BG = mg/l O2 pada botol gelap 1000 = bilangan konversi dari liter ke m3 0.375 = konversi oksigen ke Carbon 1.2 = photosynthetic quotien , dengan asumsi produktivitas dilakukan oleh fitoplankton b.

Intensitas Cahaya

Intensitas cahaya ditera secara langsung (in situ) dengan menggunakan Luxmeter yang mampu mengukur intensitas cahaya baik pada lapisan air maupun di udara. Intensitas cahaya di atas permukaan air di ukur setiap lima HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN

DAN

Kondisi Umum Teluk Hurun Teluk Hurun merupakan bagian dari Teluk Lampung yang terletak di Desa Hanura Kec. Hanura Kabupaten Lampung Selatan. Teluk Hurun selama ini digunakan sebagi areal budidaya komoditas ikan-ikan laut seperti kakap dan kerapu. Pada teluk ini juga terdapat perusahaan komersial pembudidaya tiram mutiara. Secara geografis Teluk Hurun terletak pada 105o 12’ 45’’ sampai 105o 13’ 0’’ BT dan 5o 31’30’’ sampai 5o 31’ 36’’LS.

3

menit sedangkan pada lapisan perairan di ukur tiap jam. Analisis data Untuk mengetahui hubungan intensitas cahaya dan produktivitas primer dilakukan analisis regresi, sedangkan untuk mengetahui tingkat efisiensi dilakukan dengan membandingkan energi yang diserap oleh fitoplankton dengan energi cahaya matahari yang dipancarkan. Penghitungan efisiensi didasarkan pada rumus: (Tilzer dkk. 1975) Efisiensi = PP (Kkal/m3) x 100 % Energi Cahaya (Kkal/m2)

Suplai nutrien didapat dari pantai yang sebagian merupakan ekosistem mangrove. Tidak terdapat sungai (inlet) utama yang membawa nutrien dari daratan. Kedalaman berkisar antara 4 m sampai 16 m.

Produktivitas Primer Produktivitas pada lapisan air di permukaan relatif rendah disbandingkan dengan kedalaman 4m. demikian pula pada kedalaman 7m, 11m, dan 14 m. Produkktivitas primer rata-rata tertinggi diperoleh dari kedalaman 4m. Hal ini menunjukkan bahwa fitoplankton memiliki tingkat ‘kesukaan’ terhadap cahaya yang sedang.

Jurnal Akuatika Vol 2. No. 2/ Pebruari 2004 Tabel 1. Produktivitas primer (GPP) fitoplankton (mgC/m3/4 jam) kedalaman (m) Ulangan Stasiun I II III 0 1 254.063 191.825 254.063 2 317.501 317.813 330.312 4 1 317.501 380.469 380.469 2 317.813 381.251 304.999 7 1 190.303 330.312 317.657 2 317.501 254.063 381.251 11 1 126.251 304.999 2 190.937 254.063 14 1 127.188 2 127.188 Rataan 285.780 271.615 278.219 4.3. Intensitas Cahaya Intensitas cahaya yang memasuki lapisan perairan menurun sejalan dengan penambahan kedalaman dengan kata lain cahaya mengalami peredupan. Hasil pengukuran intensitas cahaya pada tiap meter kedalaman menunjukkan nilai peredupan yang bervariasi. Hal ini menunjukan terdapatnya bahan-bahan tersuspensi yang berbeda pada tiap kedalaman.

Tabel 2. Intensitas cahaya yang berperan dalam produktivitas primer selama inkubasi pada setiap kedalaman Kedalaman Inkubasi (m) 0 4 7 11 14

Intensitas Cahaya (Klux) 948.58 380.92 221.58 150.75 89.50

Nilai intensitas cahaya yang berperan selama waktu inkubasi pada kedalaman inkubasi yang diukur selama

2

Rataan

Comment [S1]: Sudah kali 4 x 0.375 Comment [S2]: Satuan sudah o.k.

277.596 347.086 298.515 219.063 127.188

4 jam menunjukkan terjadinya penurunan seiring penambahan kedalaman (Tabel 2) Intensitas cahaya yang berperan dalam proses fotosisntesis menurun berdasarkan kedalaman. Hal ini akan mempengaruhi nilai efisiensi pemanfaatan energi cahaya oleh fitoplankton. 4.4. Efisiensi Nilai efisiensi yang diperoleh dari penelitian ini berkisar antara 0.5135% sampai 2.5502% (Tabel 3). Terlihat ada kecenderungan meningkatnya nilai efisiensi sejalan dengan peningkatan kedalaman. Efisiensi tertinggi diperoleh pada kedalaman 11 m dimana intensitas cahaya hanya tinggal sekitar 16% dari cahaya permukaan. Pada kedalaman 14 m dengan intensitas cahaya sebesar 9% efisiensinya menurun kembali. Hal ini sangat mungkin terjadi karena sel-sel fitoplankton akan sangat efektif bekerja menyerap energi cahaya pada intensitas yang ‘disukainya’ dan di luar intensitas tersebut menjadi kurang efektif.

Comment [S3]: Bisa dibahas dg Hk.Liebig?

Jurnal Akuatika Vol 2. No. 2/ Pebruari 2004

Tabel 3. Efisiensi pemanfaatan energi cahaya oleh fitoplankton dalam proses fotosintesis No Kedlm GPP . (m) (mgC/m3/4jam) 1 0 277.596 2 4 347.084 3 7 298.515 4 11 219.063 5 14 127.188 *1 gC  10 Kkal gKal/cm2/menit

GPP (Kkal/m3)* 2.7760 3.4708 2.9852 2.1906 1.2719

Peningkatan laju fotosintesis oleh sel fitoplankton bergantung pada laju penangkapan kuantum cahaya. Hal ini ditentukan oleh kemampuan absorpsi cahaya dari biomasa fotosintetik dan oleh intensitas dan kualitas spektrum cahaya. Laju fotosintesis tidak secara sederhana proporsional dengan laju penangkapan foton cahaya. Kirk (1994) menyatakan bahwa setiap sel memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menggunakan energi yang diserap untuk memfiksasi CO2 sebagai akibat perubahan status fisiologisnya. Kuantum cahaya mungkin dikumpulkan oleh suatu pigmen lebih cepat daripada elektron pembawa (electron carrier) dan enzim-enzim yang dapat menggunakannya. Dalam hal ini terdapat nilai efisiensi yang berbeda pada tiap sel fitoplankton. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu : 1. Intensitas cahaya yang masuk dalam lapisan air akan mengalami peredupan 2. Produktivitas maksimum sebesar 347.084 mgC/m3/4jam

2

IC (Klux) 948.583 380.917 221.583 150.750 89.5

IC ** Efisiensi (Kkal/m3) (%) 540.6 0.5135 217.1 1.5987 126.3 2.3636 85.9 2.5502 51.0 2.4939 ** 1 lux = 5.7 x 10-6

3. Efisiensi tertinggi terjadi pada kedalaman 11m yaitu sebesar 2,5502% dengan intensitas cahaya rata-rata sebesar 150.750 Klux. 4. Intensitas cahaya pada kondisi efisiensi tertinggi hanya tinggal 16.5 % dari cahaya di permukaan. Saran 1. Perlu dilakukan penghitungan terhadap bahan tersuspensi yang menyebabkan peredupan pada tiap lapisan perairan terutama kelimpahan plankton 2. Perlu dilakukan pengkajian tentang produktivitas primer apparatus, pada berbagai lama inkubasi sehingga dapat diketahui faktor internal produser primer yang sangat berpengaruh terhadap efisiensi. DAFTAR PUSTAKA Alpen, E.L., 1990. Radiation Biophysics. Prentice-Hall International Inc. New Jersey Barnes, R.S.K., dan R.N. Hughes. 1988. An introduction to Marine Ecology. Blackwell Scientific Publication. London.

Comment [m4]: TABEL BERAPA?

Comment [S5]: Dari Rata-rata Tabel 6. Comment [S6]: 1grC=10Kkal Comment [S7]: Klux x 5.7x10exp6x1000x100cm

Jurnal Akuatika Vol 2. No. 2/ Pebruari 2004 Bayly,I.A.E. dan W.D. Williams. 1981. Inland Waters and Theur Ecology. Longman Cheshire. Cushing, D.H. 1975. Marine Ecology and Fisheries. Cambridge University Press. Cambridge. Govindjee dan B.Z. Braun.1974. Light Absorption, Emission and Photosynthesis In W.D.P. Stewart (ed.) Algal Physiology and Biochemistry. Blackwell Scientific Publications. Oxford. p.346-390. Henderson-Sellers, B. dan H.R. Markland. 1987. Decaying Lake. John Willey and Sons. Chichester. Mann, K.H. 1982. Ecology of Coastal Waters: A System Approach. Black Well Scientific Publication. Oxford. Neale. 1987. Algal Photoinhibition and Photosyntesis in the Aquatic Environment In D.J. Kyle,. C.B. Osmon dan C.J. Arntzen (Eds). Photoinhibition. Elsevier. Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia Jakarta.

2

Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology. Third edition. W.B. Saunder Company. Philadelphia. London. Toronto. Parsons, T.R., M. Takahashi dan B. Hargrave. 1984. Biological Oceanographic Processes. Third edition. Pergamon Press. Oxford. Sears, F.W. 1949. Optics. AddisonWesley Publishing Company. Japan. Steeman-Nielsen, E. 1975. Marine Photosyntesis with Emphasis on the Ecologycal Aspect. Elseiver Oceanography Series 13. Elsevier Sci. Publ. Co. Amsterdam. Tilzer, M.M., C.R. Goldman dan E.D. Amezage. 1975. The Efficiency of Photosynthetic Light Energy Utilization by Lake Phytoplankton. Verh. Internat. Verein. Limnol. Stutgart. 18: 800-807. Valiela, I. 1984. Marine Ecologycal Processes. Springer-Verlag. New York. Wetzel, R.G. 1983. Limnology. Saunder Company. Philadelphia.

Comment [S9]: Pada teks ada 1996. Ganti dg 71

Comment [S10]: hal 30 Comment [S11]: Cek dalam teks

Comment [S8]: Cek dan sesuaikan dengan teks

Jurnal Akuatika Vol 2. No. 2/ Pebruari 2004

DAFTAR ISI BAB LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN………………….. ABSTRAK DAN ABSTRACT…………………………………… KATA PENGANTAR ……………………………………………. DAFTAR ISI ……………………………………………………... DAFTAR TABEL ………………………………………………...

I

II

III

IV

V

3

PENDAHULUAN ………………………………………………… 1.1. Latar Belakang ………………………………………………. 1.2. Perumusan Masalah ………………………………………….. 1.3. Tujuan Penelitian …………………………………………….. 1.4. Manfaat Penelitian ……………………………………………. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………. 2.1. Cahaya …………………………………………………… 2.2. Fotosintesis dan Produktivitas Primer ……………………. 2.3. Figmen Fitoplankton……………………………………… BAHAN DAN METODE PENELITIAN …………………… a. Waktu dan Tempat Penelitian ……………………………….. b. Bahan dan Alat………………………………………………. c. Metode Penelitian …………………………………………… HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………… 4.1. Kondisi Umum Teluk Hurun ………………………………… 4.2. Produktivitas Primer …………………………………………. 4.3. Intensitas Cahaya ……………………………………………. 4.4. Efisiensi ……………………………………………………… KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………….. 5.1. Kesimpulan…………………………………………………… 5.2. Saran …………………………………………………………. DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….

Halaman i ii iii iv v 1 1 2 2 3 4 4 6 8 10 10 10 10 13 13 13 14 16 17 17 17 18

Jurnal Akuatika Vol 2. No. 2/ Pebruari 2004

DAFTAR TABEL Nomor 1. 2. 3. 4. 5.

2

Judul Distribusi berbagai pigmen dalam fitoplankton laut……………….. Produktivitas Primer fitoplankton …………………………………. Nilai rata-rata peredupan pada tiap meter lapisan air……………… Intensitas cahaya yang berperan dalam produktivitas primer selama inkubasi pada setiap kedalaman ……………………………………. Efisiensi pemanfaatan energi cahaya oleh fitoplankton dalam proses fotosintesis………………………………………………………….

Hal. 9 13 15 15 16