PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MORAL BAGI ANAK USIA DINI

Download pembelajaran moral bagi anak usia dini dilaksanakan secara rutin setiap ... Kata kunci: Pembelajaran Moral, Anak Usia Dini ..... Skripsi ti...

0 downloads 431 Views 34KB Size
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MORAL BAGI ANAK USIA DINI PADA TAMAN KANAK-KANAK LABORATORIUM UM KOTA MALANG

Ermawati Universitas Negeri Malang E-mail: [email protected]

ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) pengembangan struktur kurikulum dalam pelaksanaan pembelajaran moral bagi anak usia dini pada TK Laboratorium UM, (2) perencanaan pembelajaran yang meliputi materi, metode, media dan penilaian, (3) kegiatan belajar mengajar, (4) peran orang tua atau keluarga dalam pelaksanaan pembelajaran moral. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi/pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian adalah (1) Pengembangan struktur kurikulum dilaksanakan berdasarkan KTSP sekolah, yaitu dalam bidang pengembangan pembentukan perilaku yang meliputi aspek pengembangan nilai-nilai agama, moral, emosional, sosial, sehat dan bersih, dan mandiri yang dilaksanakan melalui kegiatan bermain, pembiasaan dengan menggunakan pembelajaran tematik melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). (2) Perencanaan pembelajaran yang meliputi materi, metode, media dan penilaian dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran yang terdapat dalam KTSP TK Laboratorium UM antara lain mengandung unsur bermain, cerita, dan pembiasaan serta pemilihan alat bermain dan sumber belajar (materi/tema) yang ada di lingkungan melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Metode pembelajaran yang digunakan dalam menyampaikan pembelajaran moral ada 6, yaitu metode praktek langsung, pemberian tugas, tanya jawab, bercerita, unjuk kerja, dan bermain. Media pembelajaran dalam melaksanakan pembelajaran moral yaitu peraga langsung (sosio drama), televisi, gambar, buku cerita (dongeng, legenda, mitos), dan buku perilaku (work sit), film, lagu, dan tanda bintang. Teknik (alat) penilaian pembelajaran berupa pengamatan, penugasan, unjuk kerja, pencacatan anekdot, percakapan/dialog, laporan orang tua, dan dokumentasi hasil karya anak (portofolio), serta deskripsi profil anak. Bentuk pencatatan hasil penilaian harian, berupa tanda 1 bintang, 2 bintang, 3 bintang, dan 4 bintang. (3) Kegiatan belajar mengajar dalam melaksanakan pembelajaran moral bagi anak usia dini dilaksanakan secara rutin setiap kegiatan pembelajaran dan diterapkan secara langsung di kelas melalui keteladanan dan pembiasaan serta memberikan reward (hadiah). (4) Peran orang tua atau keluarga dilakukan melalui pemantauan disiplin anak, pemberian keteladanan dan pembiasaan orang tua serta hubungan orang tua dengan sekolah yang cukup dekat dan baik.

Kata kunci: Pembelajaran Moral, Anak Usia Dini

Banyaknya perilaku menyimpang (kasus kriminal) yang dilakukan oleh para remaja saat ini khususnya pelajar, seperti penggunaan narkotika dan obatobat terlarang (narkoba), tawuran pelajar, pornografi, perkosaan, merusak milik orang lain, perampasan, penipuan, pengguguran kandungan, penganiayaan, perjudian, pelacuran, bahkan sampai pembunuhan menunjukkan merosotnya nilai-

nilai budaya Jawa, seperti sopan santun dan tata karma serta menurunnya nilainilai moral pada remaja (pelajar) sebagai penerus bangsa. Berdasarkan fenomena di atas semakin dirasakan perlunya pendidikan dan pembelajaran moral bagi anak sejak dini. Pembelajaran moral perlu diajarkan sedini mungkin karena bukan sekedar bertujuan untuk memberi pengetahuan (kecerdasan intelektual) tetapi mempersiapkan mental dan fisik anak untuk mengenal dunia sekitarnya secara lebih adaptive (bersahabat) sehingga menjadi sikap dan perilaku anak menjelang kematangan kepribadiannya dan berfungsi untuk membantu dan mengarahkan proses tumbuh kembang anak agar lebih terarah dan terpadu.

METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini berupa kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai, yaitu kepala sekolah, guru wali kelas, dan wali murid siswa, sumber tertulis yang didapatkan melalui sumber buku, buku terbitan pemerintah, dan dokumen resmi sekolah serta foto. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi/pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa penyusunan daftar pertanyaan dan pencatatan dokumen. Untuk menjaga keabsahan data, dilakukan dengan ketekunan pengamatan dan triangulasi. Kegiatan analisis data dimulai dari data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan penarikan kesimpulan conclusion drawing/verification (kesimpulan).

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengembangan Struktur Kurikulum Berdasarkan KTSP TK Laboratorium UM, pengembangan struktur kurikulum dalam pelaksanaan pembelajaran moral bagi anak usia dini dilakukan sesuai dengan acuan yang terdapat di dalam bidang pengembangan pembentukan perilaku yang meliputi aspek pengembangan nilai-nilai agama, moral, emosional, sosial, sehat dan bersih, dan mandiri serta dilaksanakan melalui kegiatan bermain dan pembiasaan. Bidang pengembangan ini sesuai dengan Standar Pendidikan Nasional Taman Kanak-Kanak Tahun 2010 yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah dan Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar yang menyebutkan bahwa bidang pengembangan pembentukan perilaku meliputi pengembangan nilai-nilai agama dan moral, serta pengembangan sosial, emosional, dan kemandirian. Hal ini selaras dengan pendapat Muliawan (2009:202) yang menyatakan bahwa kelompok pembentukan perilaku dapat dilaksanakan melalui pembiasaan. Hal ini didukung pula oleh pendapat Harini dan Al Halwani (2003:123) bahwa kebiasaan-kebiasaan yang diulang-ulang terus akan menjadi suatu watak seseorang dan bila watak itu telah manjadi cap dari orang tersebut maka ia telah memiliki kepribadian tertentu.

Perencanaan Pembelajaran Pengembangan perencanaan pembelajaran di TK Laboratorium UM meliputi Perencanaan Semester, Satuan Kegiatan Mingguan (SKM) dan Satuan Kegiatan Harian (SKH). Ketentuan guru TK Laboratorium UM dalam merancang SKM dan SKH tersebut berpedoman pada prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran yang terdapat dalam KTSP TK Laboratorium UM antara lain harus mengandung unsur bermain, cerita, dan pembiasaan serta pemilihan alat bermain dan sumber belajar (materi/tema) yang ada di lingkungan melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Nurul (2010) menyatakan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan fakta dalam kehidupan siswa. CTL lebih menekankan pada rencana kegiatan kelas yang dirancang guru. Pengembangan tema/materi di TK Laboratorium UM dilakukan secara terpadu dengan aspek yang lain dengan menggunakan pendekatan tematik. Hal ini sesuai dengan keputusan Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah dan Direktorat Pembinaan TK dan SD (2010:19) yang menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran di TK dilakukan secara aktif dialogis dan kritis, melalui pendekatan tematik dan terintegrasi, serta mengacu pada karakteristik program pembelajaran TK. Metode pembelajaran yang digunakan di TK Laboratorium UM dalam menyampaikan pembelajaran moral ada 6, yaitu metode praktek langsung, pemberian tugas, tanya jawab, bercerita, unjuk kerja, dan bermain. Berdasarkan paparan di atas, metode yang paling cocok dan tepat dalam pelaksanaan pembelajaran moral bagi anak usia dini adalah metode praktek langsung dan metode bercerita. Hal ini sesuai dengan pendapat Moeslichatoen (2004:168) yang menyatakan bahwa kegiatan bercerita juga memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral, dan keagamaan. Pendapat ini didukung oleh pernyataan Muliawan (2009:257) yang mengatakan bahwa pada saat bercerita ingatan bawah sadar anak akan merekam memori tentang pesan-pesan moral, intelektual, atau teknologi yang diceritakan oleh gurunya. Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan, dan sikap positif yang lain dalam kehidupan lingkungan keluarga, sekolah, dan luar sekolah. Dan hal yang terpenting dalam penyampaian moral pada anak adalah media yang menarik dalam bercerita antara lain bisa dilakukan dengan menggunakan perumpamaan sebagai pelaku cerita, berupa nama samaran orang maupun nama hewan, ilustrasi gambar dari buku, dongeng, media boneka, dan bercerita sambil memainkan jari-jari tangan. Sedangkan media pembelajaran dalam melaksanakan pembelajaran moral yang terdapat di TK Laboratorium UM dipersiapkan oleh guru dan disediakan oleh sekolah. Media pembelajaran yang digunakan antara lain peraga langsung (sosio drama), televisi, gambar, buku cerita (dongeng, legenda, mitos), dan buku perilaku (work sit), film, lagu, dan tanda bintang. Sementara itu, teknik (alat)

penilaian pembelajaran berupa pengamatan, penugasan, unjuk kerja, pencacatan anekdot, percakapan/dialog, laporan orang tua, dan dokumentasi hasil karya anak (portofolio), serta deskripsi profil anak. Bentuk pencatatan hasil penilaian harian, guru memberikan penilaian berupa tanda 1 bintang, 2 bintang, 3 bintang, dan 4 bintang. Penggunaan materi, metode, media, dan penilaian ini selaras dengan pendapat Yamin dan Sanan (2010:24) yang mengacu pada pandangan Reigeluth bahwa tiga hal penting dalam suatu proses pembelajaran, yaitu kondisi pembelajaran, metode pembelajaran dan hasil pembelajaran. Semua komponen pembelajaran tersebut berinteraksi dalam kesatuan yang utuh membentuk suatu proses pembelajaran. Kegiatan Belajar Mengajar Kegiatan belajar mengajar dibagi menjadi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dan pengelolaan kegiatan pembelajaran dikelas dibagi dalam kegiatan individu, kelompok kecil, dan kelompok besar. Sementara itu, pelaksanaan pembelajaran moral di TK Laboratorium UM dilaksanakan mulai dari awal kegiatan pembelajaran sampai akhir pembelajaran dan dilaksanakan melalui proses keteladanan dari guru dan pembiasaan oleh siswa. Harini dan Al Halwani (2003:120) menjelaskan bahwa keteladanan dalam pendidikan merupakan model yang berpengaruh dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual dan etos sosial anak, mengingat pendidik adalah figure terbaik dalam pandangan anak yang tindak tanduk dan sopan santunnya disadari atau tidak akan ditiru oleh mereka. Pendapat ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Luthfiana (2008:19) yang mengemukakan bahwa melalui keteladanan dan media yang menarik otomatis anak akan menyerap konsep-konsep nilai moral dan mengaplikasikannya. Selain dilaksanakan melalui model keteladanan dan pembiasaan, kegiatan proses belajar mengajar di kelas guru memberikan reward (hadiah) pada siswa yang hebat. Hal ini sesuai dengan teori belajar yang dikemukakan oleh Miller dan Dollard yang menyebutkan bahwa ada empat prinsip dalam belajar, yaitu dorongan (drive), isyarat (cue), tingkah laku-balas (response), dan ganjaran (reward). Keempat prinsip ini saling berkaitan dan dapat saling dipertukarkan, yaitu dorongan menjadi isyarat, isyarat menjadi ganjaran, dan seterusnya (Sarwono, 2011:24). Pada teori ini dijelaskan seorang obyek yang diberikan stimulus (rangsangan) agar terbentuk suatu respon atau perilaku. Bagaimana stimulus itu menjadi cue (stimulus dalam dirinya yang mengarahkan atau berbuat), sehingga menimbulkan suatu drive (dorongan) untuk berperilaku. Kalau berhasil obyek akan mendapatkan reward (imbalan). Teori ini didukung pula oleh Sarwono (2011:30) yang mengemukakan bahwa semakin sering suatu tingkah laku mendapat ganjaran semakin kuat pula tingkah laku tersebut (semakin sering dilakukan), sebaliknya semakin sering suatu tingkah laku mendapat hukuman, semakin jarang dilakukan (semakin lemah).

Peran Orang Tua Atau Keluarga Peran orang tua dan keluarga antara lain memantau disiplin anak, keteladanan dan pembiasaan orang tua dan keluarga, serta hubungan orang tua dan sekolah yang cukup dekat. Berdasarkan pandangan Greenberg, Patmonodewo (2003:126) percaya bahwa keterlibatan orang tua di sekolah akan meringankan guru di dalam membina moral dan kepercayaan diri anak, mengurangi masalah disiplin murid dan meningkatkan motivasi anak. Bentuk keteladanan dan pembiasaan orang tua dan keluarga sangat dibutuhkan oleh anak dalam kegiatan/aktifitas sehari-hari untuk membantu dan mendukung moral pada anak. Hal ini selaras dengan pendapat Yamin dan Sanan (2010:320) yang berpedoman pada pandangan Piaget mengemukakan bahwa anak membutuhkan orang lain terutama orang dewasa untuk belajar tidak hanya dalam mengembangkan kepribadiannya namun juga intelektualnya. Berdasarkan pandangan Tizard dan hughes, Yamin dan Sanan (2010:321) yang menjelaskan hubungan antara orang tua dengan anak sehari-hari, yaitu anak belajar mengembangkan kepribadiannya dengan cara mendengar, bertanya, berdebat, bernegoisasi, memanipulasi, dan membuat aturan dari orang tua. Dengan demikian, keluarga menjadi konteks sosial bagi anak untuk belajar mengembangkan pribadi mereka terhadap kehidupan anak sangatlah penting. Oleh karenanya keluarga harus menjadi contoh (panutan) yang baik bagi anak. Teori Panutan oleh Bandura menyatakan cara seorang model dapat mempengaruhi seorang pengamat adalah jika model tersebut melakukan tingkah laku yang dilarang oleh masyarakat atau menyimpang. Keengganan pengamat untuk melakukan tingkah laku tersebut bisa diperkuat atau diperlemah dengan mengamati model, tergantung pada apakah tingkah laku model sebelumnya dihukum atau dihadiahi (Hall dan Lindzey, 2000:284).

PENUTUP Kesimpulan Bertolak dari temuan penelitian dan pembahasan, hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. Pengembangan struktur kurikulum dalam pelaksanaan pembelajaran moral bagi anak usia dini pada TK Laboratorium UM dilaksanakan berdasarkan KTSP sekolah, yaitu dalam bidang pengembangan pembentukan perilaku yang meliputi aspek pengembangan nilai-nilai agama, moral, emosional, sosial, sehat dan bersih, dan mandiri yang dilaksanakan melalui kegiatan bermain dan pembiasaan serta menggunakan pembelajaran tematik melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). (2) Perencanaan pembelajaran yang meliputi materi, metode, media dan penilaian sebagai berikut. penggunaan sumber belajar (materi/tema) yang ada di lingkungan melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), metode pembelajaran yang digunakan dalam menyampaikan pembelajaran moral ada 6, yaitu metode praktek langsung, pemberian tugas, tanya jawab, bercerita, unjuk kerja, dan bermain. Media pembelajaran dalam melaksanakan pembelajaran moral yaitu peraga langsung (sosio drama), televisi, gambar, buku cerita (dongeng, legenda, mitos), dan buku perilaku (work sit), film, lagu, dan tanda bintang. Teknik (alat) penilaian pembelajaran berupa pengamatan, penugasan, unjuk kerja, pencacatan anekdot,

percakapan/dialog, laporan orang tua, dan dokumentasi hasil karya anak (portofolio), serta deskripsi profil anak. Bentuk pencatatan hasil penilaian harian, guru memberikan penilaian berupa tanda 1 bintang, 2 bintang, 3 bintang, dan 4 bintang. (3) Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara rutin setiap kegiatan pembelajaran dan diterapkan secara langsung di kelas melalui keteladanan dan pembiasaan serta memberikan reward (hadiah) pada siswa yang hebat. (4) Peran orang tua atau keluarga dalam pelaksanaan pembelajaran moral bagi anak usia dini pada TK Laboratorium UM dilakukan melalui pemantauan disiplin anak, pemberian keteladanan dan pembiasaan orang tua serta hubungan orang tua dengan sekolah yang cukup dekat dan baik. Berdasarkan paparan di atas, metode yang paling cocok dan tepat dalam pelaksanaan pembelajaran moral bagi anak usia dini adalah metode praktek langsung dan metode bercerita, dimana metode bercerita ini disertai dengan media yang menarik. Kedua model ini bisa membawa anak dengan cepat memahami dan mengerti tentang perbuatan yang baik, tidak baik, benar dan salah. Sementara itu, model keteladanan dan pembiasaan guru dan orang tua yang utama adalah cara bersikap yang baik dan berbicara dengan sopan terutama dihadapan anak. Faktor-faktor yang penting dan pokok yang membuat pembelajaran moral berhasil adalah guru dan orang tua (keluarga). Saran Berdasarkan simpulan di atas, maka saran yang diajukan dirumuskan sebagai berikut. Guru dan orang tua siswa agar tetap menjalin kerja sama dengan baik dan semakin ditingkatkan dalam mendidik perkembangan moral anak dalam kegiatan pembelajaran di sekolah maupun kegiatan anak di rumah. DAFTAR RUJUKAN Bertens. 2007. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Budiningsih, C. Asri. 2004. Pembelajaran Moral: Berpijak Pada Karakteristik Siswa Dan Budayanya. Jakarta: Rineka Cipta. Bukudoaku. 2008. Doa Sesudah Belajar, (Online),(http://bukudoaku.blogspot.com/2008/06/doa-sesudahbelajar.html), diakses 30 Juni 2012. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan TK dan SD. 2010. Kumpulan Pedoman Pembelajaran Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional. Hall, Calvin S dan Lindzey, Gardner. 2000. Teori-Teori Sifat dan Behavioristik. Editor Dr. A. Supratiknya. Yogyakarta: Kanisius. Haricahyono, Cheppy. 1995. Dimensi-dimensi Pendidikan Moral. Semarang: IKIP Semarang Press. Harini, Sri dan Al-Halwani, Aba Firdaus. 2003. Mendidik Anak Sejak Dini. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Intisari. 2002. Mengubah Persepsi Memerangi Malas, (Online), (http://groups.yahoo.com/group/smandatas/message/675), diakses 30 Juni 2012.

Kumpulanistilahcom. 2011. Pengertian Identitas Sekolah, (Online), (http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2116857-pengertianidentitas/), diakses 2 Juli 2012. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Play Group dan Taman Kanak-Kanak Laboratorium Universitas Negeri Malang. 2011. Malang: Universitas Negeri Malang. Luthfiana, Rina. 2008. Pelaksanaan Pendidikan Moral Melalui Pembiasaan di SMP Plus Darus Salam Kota Kediri. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Pendidikan, UM. Moeslichatoen, R. 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Rineka Cipta. Moleong, Lexy J. 2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. Muliawan, Jasa U. 2009. Manajemem Play Group Dan Taman Kanak-Kanak. Jogjakarta: DIVA Press. Mulyasa. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nurul. 2010. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching And Learning) dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, (Online), (http://nurul071644249.wordpress.com/2010/06/06/pendekatankontekstual-contextual-teaching-and-learningdalam-pembelajaran-bahasadan-sastra-indonesia/), diakses 30 Juni 2012. Patmonodewo, S. 2003. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. 2010. Malang: Universitas Negeri Malang. Sarwono, S. Wirawan. 2011. Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers. Sjarkawi. 2008. Pembentukan Kepribadian Anak (Peran Moral, Intelektual, Emosional, dan Sosial, Sebagai Wujud Integritas, Membangun Jati Diri). Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitaif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara. Sulistyawati, Fajar. 2007. Implementasi Pendidikan Budi Pekerti Melalui Pembiasaan (Suatu Studi Di SMP Negeri I Kras Kabupaten Kediri). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Pendidikan, UM. Sutama, I. Wayan. 2006. Handout Strategi Pembelajaran di Taman KanakKanak. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Syam, Noor dkk. 2003. Pengantar Dasar-dasar Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2008. Jakarta: Departemen Agama RI. Yamin, Martinis dan Sanan, Jamilah Sabri. 2010. Panduan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Gaung Persada Press. Zuriah, Nurul. 2008. Pendidikan Moral & Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan (Menggagas Platform Pendidikan Budi Pekerti Secara Kontekstual dan Futuristik). Jakarta: Bumi Aksara.