PROSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017
| 315
PELATIHAN DETEKSI DINI PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK BAGI KADER POSYANDU DI DESA PETAK MOJOKERTO 1,2
Nurul Mawaddah1), Uswatun Kasanah2) Program Studi Ilmu Keperawatan, Stikes Majapahit Mojokerto 1
[email protected] 2
[email protected]
Abstract Psychosocial development is one aspect of individual development that is essential to form a whole personality. Early detection of deviations of psychosocial development in early childhood is an attempt to find early mental health problems that exist in the community. The activity is done as an effort to recognize mental health problems in children from an early age. This activity through the provision of training conducted for 3 days, with the target audience in this activity is a cadre posyandu in Petak Village, Petak Subdistrict, Mojokerto regency, that is 10 participants. The method used is lecture, discussion, demonstration, simulation and role play during posyandu implementation. In the implementation, participants were given a questionnaire of coqnitive skills before and after the training materials to measure their understanding of the given material and the results of all participants (100%) experienced an increase in coqnitive ability score with an average 6 point increase score. In addition, participants also observed psychomotor ability before and after training and the result of all participants (100%) experienced an increase in psychomotor ability score with an average increase in 5 points score. The success of this program is expected to help prevent and overcome mental health problems in children that can affect the development of children as adults. Keywords: Posyandu Cadres, Psychosocial Development, Early Childhood, Early Detection 1.
PENDAHULUAN Masa balita atau anak usia dini merupakan masa keemasan atau Golden Period yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang cepat pada dimensi fisik, mental serta intelektual. Pemantauan tumbuh kembang anak tidak hanya mengarah pada fisik saja tetapi juga secara komprehensif pada perkembangan psikososial anak. Hal ini diperlukan untuk mencegah kelainan yang permanen karena keterlambatan penanganan. Pemantauan dan deteksi tumbuh kembang anak usia dini merupakan bagian tugas dari para kader posyandu di wilayah kerjanya masing-masing. Akan tetapi hampir seluruh kegiatan posyandu belum pernah dilakukan pemantauan terhadap perkembangan psikososial anak. Sekitar 9,5% sampai 14,2% anak prasekolah memiliki masalah sosial emosional yang berdampak negatif terhadap perkembangan dan kesiapan sekolahnya (Brauner & Stephens 2006). Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 8 sampai 9% anak prasekolah mengalami masalah psikososial
khususnya masalah sosial-emosional seperti kecemasan atau perilaku agresif (Velderman et al., 2010). Berdasarkan survey peneliti sebelumnya pada anak prasekolah di dua TK Kota 2 Yogyakarta, masalah perilaku seperti susah beradaptasi, susah bersosialisasi, susah berpisah dari orang tua, anak sulit diatur, dan perilaku agresif merupakan masalah yang paling sering muncul pada anak usia prasekolah. Pravelensi masalah psikososial seperti gangguan emosional sebesar 10% dan gangguan tingkah laku pada anak sebesar 19%, studi lain mengatakan bahwa pravelensi masalah psikososial pada anak usia 2-6 tahun sebesar 39,8% (Widiani, 2016). Deteksi dini Penyimpangan Perkembangan psikososial merupakan pemeriksaan tahapan-tahapan kehidupan seseorang dari lahir sampai mati di bentuk oleh pengaruh – pengaruh sosial yang berinteraksi dengan organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis. Perkembangan psikososial juga berhubungan dengan perubahan – perubahan perasaan atau emosi dan kepribadian serta perubahan dalam
PROSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017
bagaimana individu berhubungan dengan orang lain. Tujuan dari deteksi dini penyimpangan perkembangan psikososial adalah untuk mengetahui perubahan – perubahan yang terjadi pada anak sesuai dengan umurnya dan mengetahui perkembangan psikologis normal pada anak usia dini. Dampak dari tidak dilakukan deteksi dini perkembangan psikososial ini adalah merupakan faktor resiko masalah penyimpangan psikososial seperti perilaku agresif, depresi dan kesepian, penyalahgunaan obat, serta tindakan kriminalitas di usia dewasa. Oleh karena itu sangat diharapkan pemahaman dan ketrampilan kader dalam melakukan teknik stimulasi perkembangan balita. Pelatihan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ketrampilan, pengetahuan, dan sikap kader untuk mendeteksi dini penyimpangan perkembangan psikososial anak. Pelatihan ini menjadikan motivasi bagi kader untuk melakukan pemantauan perkembanga anak di wilayah kerjanya. 2. METODE PENGABDIAN 2.1. Waktu dan Tempat Pengabdian Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan selama 3 hari dengan durasi waktu pelaksanaan 90 menit tiap pertemuan di Balai Desa Petak Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto. 2.2. Metode dan Rancangan Pengabdian Kegiatan ini dimulai dengan melakukan perijinan untuk melaksanakan kegiatan pelatihan yang ditujukan ke Bupati dan selanjutnya diberikan pengantar ke Kepala Desa Petak. Metode selanjutnya adalah melakukan pertemuan dengan para kader Desa Petak untuk rapat persiapan pelatihan Deteksi Dini Penyimpangan perkembangan psikososial anak untuk mendapatkan kesepakatan terkait waktu pelaksanan kegiatan ini. Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan sesi kegiatan pelatihan. Sesi pertama dilaksanakan di balai desa Petak berupa penyampaian materi dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, demonstrasi oleh fasilitator dan simulasi oleh peserta. Sesi kedua dilanjutkan kegiatan peserta saat kegiatan posyandu. Metode kegiatan yang dilakukan selama sesi kedua adalah diskusi melalui pre
| 316
post conference, dan bedside teaching. Selanjutnya pelaksanaan sesi ketiga yaitu pemaparan hasil kegiatan di sesi kedua atau dilapangan serta evaluasi seluruh pelaksanaan kegiatan pelatihan ini. 2.3. Khalayak Sasaran Kegiatan pengabdian ini diikuti oleh seluruh kader posyandu yang ada di Desa Petak serta bersedia mengikuti seluruh sesi kegaitan pelatihan ini, yaitu sejumlah 10 peserta. 2.4. Tehnik dan Instrumen Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam kegiatan ini adalah pengetahuan dan kemampuan peserta dalam mengikuti pelatihan. Dalam pelaksanaannya peserta diberikan kuesioner kemampuan koqnitif yang diberikan sebelum dan sesudah materi pelatihan untuk mengukur pemahaman mereka mengenai materi yang diberikan. Selain itu peserta juga dilakukan observasi terhadap kemampuan psikomotor sebelum dan sesudah pelatihan melalui kegiatan simulasi yang telah dilakukan masing-masing peserta. 2.5. Teknik Analisis Data Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan kemampuan peserta sebelum dan sesudah kegiatan pengabdian ini maka data perlu dianalisis dengan uji statistik sehingga besarnya perbedaan hasil dapat dilihat. Uji statistik yang digunakan adalah uji Wilcoxon Signed Rank Test, 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Pelaksanaan kegiatan pelatihan dalam rangka pengabdian kepada masyarakat ini membawa hasil yang nyata sesuai dengan tujuan program yang sudah dirumuskan sebelumnya. Evaluasi yang dilakukan menunjukkan bahwa seluruh kader yang mengikuti pelatihan ini menyatakan bertambahnya pemahaman mereka mengenai perkembangan psikososial pada anak yang normal dan yang menyimpang serta dapat memberikan stimulasi perkembangan psikososial sesuai tahapan usia anak baik infent, todler maupun pra sekolah.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017
Tabel 1. Hasil Evaluasi Pengetahuan Dan Kemampuan Kader Dalam Melakukan Deteksi Dini Kategori f % Pengetahuan Ada peningkatan 10 100 Tidak ada peningkatan 0 0 Kemampuan Ada peningkatan 10 100 Tidak ada peningkatan 0 0 Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan bahwa seluruh peserta mengalami peningkatan baik pengetahuan maupun kemampuannya dalam melakukan seteksi dini penyimpangan perkembangan psikososial anak usia dini. Besarnya peningkatan skor yang diperoleh dan hasil uji statistik dapat dilihat pada tabel 2 berikut. Tabel 2. Hasil Evaluasi Perbedaan Pengetahuan Dan Kemampuan Kader (Pre Test Dan Post Test) Median p Kategori n (minimum- value maksimum) Pengetahuan Pre 27 7 (5-9) 0,005 Post 35 13 (10-15) Kemampuan Pre 43 1 (0-1) 0,005 Post 68 6 (3-7) Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test diperoleh nilai p value < α yang menunjukkan bahwa ada perbedaan skor pengetahuan sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan ini, dengan ratarata peningkatan skor sebesar 6 point. Sedangkan kemampuan peserta juga mengalami peningkatan sebesar rata-rata 5 point. 3.2. Pembahasan Pelatihan deteksi dini penyimpangan perkembangan psikososial anak merupakan kegiatan untuk menemukan secara dini yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja dalam memahami perkembangan psikososial anak. Tujuan pelatihan deteksi dini perkembangan psikososial anak merupakan upaya peningkatan sumber daya manusia termasuk sumber daya manusia tenaga kesehatan, kader
| 317
posyandu, agar kemampuan dan ketrampilannya meningkat dalam upaya mendeteksi dini perkembangan psikososial anak. Adanya pengaruh yang signifikan pada hasil uji statistik ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Baik dilihat dari proses selama pelatihan, maupun karakteristik peserta. Bila dilihat dari pelatihan yang telah dilakukan, pengabdian ini dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan dengan durasi waktu pertemuan selama 90 menit tiap pertemuan. Sehingga peserta menjadi tahu dan menyadari bagaimana melakukan deteksi dini yang baik dan tepat sesuai tahap perkembangan usia. Kegiatan pelatihan merupakan salah satu kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan tidak hanya menyebarkan pesan tetapi juga menanamkan keyakinan sehingga perawat tidak saja sadar, tetapi tahu dan mengerti sehingga mau dan dapat melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan (Maulana, 2009). Melalui metode diskusi dalam pengabdian ini peserta dapat saling berbagi pengalaman, pikiran dan perasaan sehingga peserta menyadari bahwa mereka perlu meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya dalam memberikan asuhan keperawatan. Faktor lainnya adalah seluruh materi ini diberikan dengan berbagai metode pembelajaran, yaitu metode ceramah, diskusi, demonstrasi, simulasi, pre post conference dan bedside teaching. Melalui diskusi dan saling berbagi pengalaman, pikiran dan perasaan dapat membuat peserta menyadari bahwa mereka tidak sendirian dalam pengalaman mereka. Menurut Notoatmodjo (2010), metode dalam kegiatan pendidikan kesehatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil kegaitan secara optimal. Sedangkan bila dilihat dari karakteristik resonden, faktor yang dapat mempengaruhi adalah usia. Sebagian besar peserta berusia dewasa tua (36-45 tahun). Usia yang semakin meningkat akan meningkatkan pula kebijakan kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan, berpikir rasional, semakin bijaksana, mampu mengendalikan emosi, toleran, dan semakin terbuka terhadap pandangan orang lain. Hasil kegaitan ini sesuai dengan pendapat Rudianti (2011) bahwa
PROSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017
perawat yang berusia > 32 tahun memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan yang berusia < 32 tahun. Faktor lain yang dapat mempengaruhi adalah tingkat pendidikan. Sebagian besar tingkat pengetahuan peserta adalah SMA. Notoatmodjo (2010) tingginya pendidikan yang ditempuh maka diharapkan tingkat ketrampilan seseorang bertambah banyak sehingga mudah menerima mengadopsi perilaku baru. Selain usia dan tingkat pendiidkan , faktor lain yang kemungkinan dapat disebabkan karena faktor masa kerja menjadi kader posyandu yang sebagian besar lama, yaitu masa kerja rata-rata diatas 5 tahun. menurut teori Robbin (dalam Farida, 2011) lama kerja juga menentukan kinerja seseorang dalam menjalankan tugas. Semakin lama seseorang bekerja semakin terampil dan semakin cepat menyelesaikan tugas tersebut. 4.
SIMPULAN, SARAN, DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil kegiatan pengabdian ini dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan pengetahuan dan kemampuan kader posyandu setelah diberikan pelatihan selama 3 hari. Diharapkan peserta sebagai kader kesehatan dapat terus meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya dalam memberikan pelayanan di posyandu melalui berbagai kegiatan pertemuan ilmiah serta melanjutkan kegiatan kunjungan rumah untuk memberikan stimulasi perkembangan psikososial pada anak, baik anak usia infant, toddler maupun anak pra sekolah. Dengan adanya pelatihan deteksi dini penyimpangan perkembangan psikososial anak diharapkan dapat membantu mengurangi masalah kesehatan jiwa pada anak yang dapat berdampak pada perkembangan anak saat dewasa. REFERENSI 1. Brauner, C.B. & Stephens, B.C. (2006). Estimating the Prevalence of Early Childhood Serious Emotional/Behavioral Disorder: Challenges and Recommendations. Public Health Reports 121: 303-310. 2. Farida. (2011). Kepemimpinan Efektif dan Motivasi Kerja dalam Penerapan
3. 4. 5.
6.
7.
| 318
Komunikasi Terapeutik Perawat. Jurnal Ners. 6(1), 31-41. Maulana, HDJ. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC. Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Rudianti, Yulistiana. (2011). Hubungan Komunikasi Organisasi dengan Kinerja Perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Salah satu Rumah Sakit Swasta Surabaya. Tesis Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Jakarta. www.lontar.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak -20282765.pdf Velderman, M., Crone, M., Wiefferink, C & Reijneveld, S. (2010). Identification and management of psychosocial problems among toddlers by preventive child health care professionals. European Journal of Public Health, 20(3):332-338. Widiani, Esti. (2016). Hubungan Antara Kemampuan Ibu dalam Menstimulasi Perkembangan Psikososial Otonomi yang diberikan Kelompok Terapeutik dengan Separation Anxiety pada Toodler. Jurnal care. 4(3) : 111-123.