PEMAKNAAN LIRIK LAGU Jablay (Analisis Semiotika Pemaknaan Lirik Lagu “Jablay” Yang Dipopulerkan Oleh Titi Kamal) Frydo Faisal Monardi 080904047 ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Pemaknaan Lirik Lagu Jablay (Analisis Semiotika Pemaknaan Lirik lagu Jablay yang dipopulerkan oleh Titi Kamal)”. Lagu ini pernah mendapatkan pencekalan di berbagai daerah karena liriknya yang dinilai terlalu seronok. Penelitian ini bertujuan untuk mencari makna denotasi, konotasi dan mitos yang terdapat pada kedua lagu tersebut dan mengetahui relevansi lagu ini dalam realitas di masyarakat serta untuk melihat lagu “Jablay” dalam konteks sosial, budaya, dan agama. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis memandang sebuah realitas tidak pernah terpisah dari pengamat. Pengamat yang berhak menilai seperti apa realitas tersebut, sehingga kebenaran yang didapat dapat berbeda pada masing-masing individu. Penelitian ini menggunakan pisau analisis semiotika dengan pendekatan semiotika dari Roland Barthes. Semiotika Roland Barthes berfokus pada two orders of signification (signifikasi dua tahap). Sesuai dengan fokus masalah yang akan diteliti yaitu “Bagaimana makna dan mitos yang terkandung dalam lirik lagu “Jablay” yang dipopulerkan oleh Titi Kamal, dimana dalam penelitian ini peneliti mendapatkan hasil tentang apa makna dan mitos yang terkandung pada lirik lagu tersebut. Lagu ini bercerita tentang realitas sosial yang tengah meresahkan masyarakat khususnya di Indonesia beberapa tahun belakangan ini. Realitas sosial yang dimaksud adalah mengenai seks bebas. Kata Kunci: “Jablay”, Pemaknaan, Semiotika, two orders of signification, Realitas Sosial PENDAHULUAN Konteks Masalah Musik dangdut berakar dari musik melayu yang mulai berkembang pada tahun 1940-an. Irama melayu sangat kental dengan unsur aliran musik dari India dan gabungan irama musik dari Arab. Unsur tabuhan gendang yang merupakan bagian unsur dari musik India digabungkan dengan unsur cengkok penyanyi dan harmonisasi dengan irama musiknya merupakan ciri khas dari irama Melayu yang merupakan awal dari mutasi dari irama Melayu ke dangdut (http://indonesiaku.esc-creation.com). Salah satu lagu dangdut yang sempat menjadi kontroversial karena liriknya adalah lagu “Jablay”. Lagu ini mulai mendapat sorotan setelah menjadi soundtrack film Mendadak Dangdut. Mendadak Dangdut adalah film yang sukses karena ditonton lebih dari 1,5 juta penonton di Indonesiadan mendapatkan banyak penghargaan. (http://life.viva.co.id). 1
Lagu ini dibawakan dengan instrumen musik yang ceria dan video klip yang ceria pula. Tidak tampak raut kesedihan ataupun penyesalan pada mimik penyanyinya untuk merepresentasikan lirik lagu tersebut. Padahal jika didengar sepintas lagu ini menggambarkan tentang seorang wanita yang hamil di luar nikah karena berhubungan intim dengan pacarnya. Berikut adalah penggalan lirik lagu “Jablay” yang dinyanyikan oleh Titi Kamal: Jablay Waktu tamasya ke binaria Pulang-pulang ku berbadan dua Meski tanpa restu orang tua, sayang Aku rela abang bawa pulang -Nggak kerasa udah setaun Si abang mulai berlagak pikun Udah nggak pernah pulang ke rumah, sayang Kepincut janda di Pulo Gebang -La lai la lai la lai Panggil aku si Jablay Abang jarang pulang Aku jarang dibelai -Anak kita sekarang udah besar Mulai bingung kok bapaknya nyasar Kenapa bapak nggak pulang-pulang, emak Kata tetangga emangnya enak --Fokus Masalah Berdasarkan uraian konteks masalah di atas,maka fokus masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana makna dan mitos yang terkandung dalam lirik lagu “Jablay” yang dipopulerkan oleh Titi Kamal?” Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna denotatif, makna konotatif, serta mitos yang terdapat dalam lirik lagu “Jablay” yang dipopulerkan oleh Titi Kamal. 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui relevansi antara lagu “Jablay” dan realitas dikehidupan masyarakat. 3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lagu “Jablay” dalam konteks sosial, budaya, dan agama.
2
KAJIAN PUSTAKA Perspektif/Paradigma Penelitian ini menggunakan paadigma konstruktivis. Kajian paradigma konstruktivis menempatkan posisi peneliti setara dan sebisa mungkin masuk dengan obyeknya, dan berusaha memahami dan mengkonstruksi sesuatu yang menjadi pemahaman si subjek terhadap objek yang akan diteliti. Uraian Teoritis 1. Semiotika Semiotika menurut Morissan (Morissan dan Wardhani, 2009: 27) merupakan studi mengenai tanda (sign) dan simbol. Semiotika mencakup teori utama mengenai bagaimana tanda memiliki objek, ide, situasi, keadaan, perasaan, dan sebagainya yang berada di luar diri. Hjelmselv (dalam Sobur, 2004: 16) mendefinisikan tanda sebagai suatu keterhubungan antara wahana ekspresi (expression plan) dan wahana isi (content plan). Jadi, fokus utama semiotik adalah teks. Di dalam semiotik, penerima atau pembaca dipandang memiliki peranan yang lebih aktif dibandingkan sebagian besar model proses. Semiotik lebih memilih istilah “pembaca (reader)” dibandingakan “penerima (receiver)” karena istilah tersebut menunjukkan derajat aktivitas yang lebih besar dan juga membaca adalah sesuatu yang kita pelajari untuk melakukannya; jadi hal tersebut ditentukan oleh pengalaman budaya dari pembaca. Pembaca membantu menciptakan makna dari teks dengan membawa pengalaman, sikap, dan emosi yang dimiliki ke dalam makna (Fiske, 2012: 67). 2. Semiologi Roland Barthes Ada beberapa tokoh dalam semiotika selain Peirce dan Saussure, salah satu tokoh yang mendalami tentang semiotika adalah Roland Barthes. Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca (the reader). Fokus perhatian Barthes tertuju kepada gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of significations). Signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified (makna denotasi). Pada tatanan ini menggambarkan relasi antara penanda (objek) dan petanda (makna) di dalam tanda, dan antara tanda dan dengan referannya dalam realitasnya eksternal. Hal ini mengacu pada makna sebenarnya (riil) dari penanda (objek). Dan signifikasi tahap kedua adalah interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu (makna konotasi). Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai mitos. Mitos berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu (Sobur, 2004: 71). Makna Orang-orang sering menggunakan istilah pesan dan makna secara bergantian. Akan tetapi, jika dilihat dari sudut semantik, dapat dikatakan bahwa „pesan‟ itu tidak sama dengan „makna‟ – pesan bisa memiliki lebih dari satu makna, dan beberapa pesan bisa memiliki satu makna (Sobur, 2004: 255).
3
Makna dari sebuah wahana tanda menurut Umberto Eco (Sobur, 2004: 255) adalah satuan kultural yang diperagakan oleh wahana-wahana tanda yang lainnya serta, dengan begitu, secara semantik mempertunjukkan ulah ketidaktergantungannya pada wahana tanda yang sebelumnya. METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian Metode yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan analisis semiotika. Semiotika yang digunakan adalah semiotika Roland Barthes. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah lirik lagu “Jablay” yang dipopulerkan oleh Titi Kamal. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Data Primer Data primer merupakan sumber data penelitan yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Bentuk dari data primer yaitu melalui penelitian kepustakaan dengan mengumpulkan berbagai literatur dan bacaan yang relevan yang dapat mendukung penelitian ini. 2. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari catatan-catatan dokumen dan juga sumber dari kepustakaan. Peneliti mencari referensi dari berbagai artikel, website, majalah maupun buku-buku yang relevan sebagai penunjang yang dapat memperkuat data dalam penelitian ini. Teknik Analisis Data Penelitian ini akan dianalisis menggunakan analisis semiotika dari Roland Barthes. Unsur-unsur semiotika Roland Barthes memfokuskan pada signifikasi dua tahap (two orders of significations) yang berupa denotasi (penanda) dan konotasi (petanda) pada masing-masing lirik yang terdapat dalam lagu “Jablay”. Analisis akan dilakukan dengan cara memilah bait per bait dari teks lagu tersebut dan keselurahan analisis nantinya akan disajikan dalam bentuk uraian deskriptif. Hasil dan Pembahasan Dalam paragraf pertama, lagu Jablay bercerita tentang kemesraankemesraan yang terjalin antara si pria dan wanita. Peneliti melihat kemesraan yang terjalin dalam lirik lagu tersebut bukan karena paksaan dari pihak pria, tapi melainkan juga karena adanya hasrat atau keinginan si wanita untuk melakukan hubungan intim yang diakibatkan oleh kemesraan-kemesraan yang di bangun kedua belah pihak. Keikutsertaan si wanita bisa dilihat dari penggunaan kata “ku” dalam bait-baitnya. Hal ini semakin diyakini karena yang menyanyikan lagu ini adalah seorang wanita maka dapat di simpulkan bahwa kata “ku” yang dimaksudkan di sini mengarah kepada wanita.
4
Pada paragraf kedua, lagu “Jablay” lebih menceritakan tentang akibat yang ditimbulkan dari bait-bait di paragraf pertama. Kemesraan-kemesraan yang dibangun dalam paragraf pertama mendorong mereka untuk melakukan hubungan layaknya suami istri yang sebenarnya belum layak mereka lakukan, hingga akhirnya menyebabkan si wanita dalam lagu ini hamil.Secara keseluruhan peneliti mengartikan lagu “Jablay” sebagai sebuah lagu yang menceritakan tentang bagaimana seorang wanita mengalami kehamilan yang terjadi di luar nikah. Hubungan yang terjadi ini awalnya dianggap sepasang kekasih tersebut tidak akan mendapatkan dampak yang negatif. Namun ternyata si wanita mengalami kehamilan yang tidak mereka inginkan. Dalam lagu ini penulis juga melihat adanya konsep misogini. Misogini berasal dari bahasa Yunani yang digunakan oleh Susan Forward (1987) untuk pria yang membenci wanita. “Miso” berarti membenci sedangkan “gini” berarti wanita (http://lib.uin-malang.ac.id). Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa misogini adalah suatu konsep kebencian terhadap wanita. Yang dimaksud kebencian disini bukan kebencian yang mengarah pada rasa dendam, namun lebih mengarah pada pandangan sebelah mata dan pandangan negatif terhadap wanita. Peneliti melihat si pencipta secara tidak langsung ingin menyalahkan wanita karena hubungan yang semula hanya sebagai kesenangan bagi kedua belah pihak malah terjadi hal yang tidak mereka harapkan, yaitu kehamilan. Hal tersebut bisa saja merujuk pada pertanyaan dibenak si pencipta, seperti mengapa si wanita mau saja dirayu untuk melakukan hubungan terlarang tersebut sampai mengakibatkan ia hamil. Pemindahan kesalahan kepada wanita bisa dilihat dalam setiap aktivitas yang ada di setiap baitnya menggunakan kata “ku” yang sudah pasti mengarah pada wanita. Misalnya pada bait “tak sadar aku dirayu setan” dan bait “tak sadar aku, ku kebablasan”. Kedua bait lagu tersebut menggunakan kata “ku”, padahal jika kita amati kata “ku” pada bait tersebut bisa saja diganti menjadi kata “kita” atau “kami” agar lagu ini tidak menyiratkan kesalahan hanya pada si wanitanya saja. Hal ini didasari karena menurut peneliti, hubungan terlarang ini yang melakukannya adalah si pria dan si wanita yang sama-sama telah dipenuhi oleh hawa nafsu sehingga tidak bisa mengontrol pikiran dan terjadilah hubungan terlarang tersebut. Jadi peneliti menyimpulkan bahwa si pria dan si wanita dalam lagu ini sama-sama bersalah dan harus menanggung akibatnya bersama-sama. Lagu ini mengacu pada mitos yang mengarah pada seks bebas. Seks bebas bisa terjadi karena semakin berkurangnya kesadaran masyarakat terhadap normanorma sosial, agama, dan budaya. Hubungan seksual atau hubungan intim yang benar menurut etika, agama, sosial dan moral adalah jika dilakukan melalui sebuah ikatan pernikahan antara seorang laki-laki dengan perempuan yang dilandasi rasa cinta (Dianawati, 2003: 73). Jadi apa bila tidak ada ikatan pernikahan, maka hubungan tersebut mengarah pada seks bebas.
5
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Lagu “Jablay” memakai kata-kata yang sederhana tetapi memiliki makna yang dalam yang dapat di persepsikan oleh masing-masing individu yang mendengarnya. Misalnya, menurut Seto Mulyadi dalam wawancara bersama kompas.com, lagu ini memiliki makna yang negatif yang dapat merusak moral bangsa. Dengan adanya lagu tersebut, Seto Mulyadi mengatakan bahwa masyarakat akan berpotensi melumrahkan peristiwa hamil di luar nikah yang semakin marak terjadi. Berdasarkan hasil analisis terhadap kedua lagu tersebut, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Lirik lagu “Jablay” secara keseluruhan mempunyai makna denotasi yaitu lagu ini menceritakan bagaimana proses sebab-akibat dari perbuatan yang mereka lakukan. Awalnya sepasang kekasih ini hanya berjalan-jalan, namun akhirnya si wanita hamil. Pasangan tersebut akhirnya kumpul kebo atau hidup bersama tanpa ada ikatan pernikahan. Makna konotasi yang terbentuk dalam lagu “Jablay” adalah gambaran mengenai ekspresi si wanita yang terbuai oleh hawa nafsu hingga ia mau melakukan hubungan intim berulang kali yang melanggar norma, nilai-nilai sosial, budaya dan agama hingga menyebabkan si perempuan mengandung. 2. Lagu ini mempunyai mitos yaitu seks bebas. Seks bebas terjadi karena semakin berkurangnya pemahaman serta kurangnya kesadaran akan nilai serta norma agama, sosial dan budaya sekarang ini. Padahal negara Indonesia dikenal sebagai negara Timur yang memegang teguh nilai-nilai sosial, agama dan kesopanan. Meningkatnya seks bebas bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti tekanan dari teman sepergaulan dan pacar atau orang terdekat, kebutuhan badaniah, rasa penasaran serta pelampiasan diri. Selain faktor-faktor tersebut, masuknya budaya barat di Indonesia juga menjadi pemicu terjadinya seks bebas. Kemudahan mendapatkan alat kontrasepsi juga merupakan faktor yang dapat membuat seks bebas semakin berkembang di Indonesia. Pada lagu ini didapat konsep misogini yang mengarah pada kebencian terhadap kaum perempuan. Kebencian yang dimaksud dalam lagu ini bukan kebencian yang mengarahkan pada rasa dendam, melainkan kebencian yang mengarah pada anggapan sebelah mata serta pandangan negatif terhadap kaum wanita. Wanita dianggap memiliki derajat dibawah pria sehingga pria beranggapan bahwa ia dapat mempengaruhi wanita untuk melakukan apa yang pria inginkan. Wanita juga dipandang rendah apabila ia tidak bisa menjaga harkat dan martabatnya sendiri, apalagi sampai menyebabkan ia hamil diluar nikah. Saran Penelitiaan ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi dalam menganalisis sebuah lagu dengan menggunakan analisis semiotika dari Roland Barthes. Sebaiknya dalam menganalisis dengan menggunakan pendekatan
6
semiotika, peneliti diharapkan dapat mencari referensi sebanyak mungkin dari mana saja. DAFTAR REFERENSI Dianawati, Ajeng. 2003. Pustaka.
Pendidikan Seks Untuk Remaja. Jakarta: Kawan
Fiske, John. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi. (Hapsari Dwiningtyas. Penerjemah). Jakarta: Rajawali Pers. Morissan, dan Wardhani, Andi Corry. 2009. Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia. Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sumber Lain: http://indonesiaku.esc-creation.com/2011/04/16/sejarah-perkembangan-musikdangdut-indonesia/. http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/chapter_ii/07210065-usnida-ulfa-h.ps http://life.viva.co.id/news/read/246517-lagu-hamil-duluan-puncak-tangga-rbt.
7