PEMANFAATAN LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK DI SULAWESI

Download 17 Des 2016 ... Teknologi pengolahan limbah menjadi pakan ternak ... program yang mendukung pengembangan pemanfaatan limbah jagung menjadi ...

1 downloads 421 Views 88KB Size
Seminar Nasional Serealia, 2013

PEMANFAATAN LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK DI SULAWESI SELATAN Eka Triana Yuniarsih dan M. Basir Nappu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan

ABSTRAK Selain sumber pangan, jagung juga menjadi komponen utama pakan ternak. Potensi limbah jagung (brangkasan dan tgkol) di SulSel mencapai 495.608 t/tahun. Pemanfaatan limbah jagung baik secara fisik, kimia, biologis dan kombinasinya di SulSel cukup pesat. Berdasarkan hasil penelitian, pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan mencapai 92,5%. Limbah yang paling banyak digunakan adalah daun. Teknologi pengolahan limbah menjadi pakan ternak belum banyak diadopsi oleh petani, hanya sebagian kecil petani yang melakukan fermentasi pada limbah yang akan dijadikan pakan ternak. Peran penyuluh sangat penting dalam rangka optimalisasi penerapan teknologi pakan limbah tanaman pangan melalui pemberdayaan masyarakat pola partisipatif. Sinergitas kebijakan Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat perlu ditingkatkan dalam hal pengembangan pertanian ramah lingkungan melalui berbagai program yang mendukung pengembangan pemanfaatan limbah jagung menjadi pakan ternak. Strategi yang dilaksanakan oleh pemerintah diupayakan dapat menghasilkan suatu program kegiatan berupa dukungan ketersediaan bahan baku, sarana dan prasarana, teknologi, serta mitra usaha untuk keberlanjutan produksi pakan ternak. Kata kunci: jagung, limbah, pakan ternak

PENDAHULUAN Sulawesi Selatan sebagai salah satu sentra produksi jagung memiliki peran yang sangat besar dalam menunjang ketahanan pangan nasional. Luas panen jagung pada tahun 2011 mencapai 296.421 ha dengan produksi 1.416.182 t atau produktivitas rata-rata sekitar 4,78 t/ha. Produktivitas tersebut masih tergolong rendah karena potensi produksi jagung bisa mencapai 10 t/ha, tergantung pada potensi lahan dan teknologi produksi yang diterapkan (Subandi, et al. 2006). Terkait dengan pengembangan pakan ternak, diarahkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan bahan baku pakan lokal untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan baku pakan. Secara umum untuk pengembangan pakan memiliki permasalahan, antara lain: (a) kebutuhan bahan baku pakan tidak seluruhnya dipenuhi dari lokal sehingga masih mengandalkan impor, (b) bahan baku pakan lokal belum dimanfaatkan secara optimal, (c) ketersediaan pakan lokal tidak kontinyu dan kurang berkualitas, (d) penggunaan tanaman legum sebagai sumber pakan belum optimal, (e) pemanfaatan lahan tidur dan lahan integrasi masih rendah, (f) penerapan teknologi hijauan pakan masih rendah, (g) produksi pakan nasional tidak pasti akibat akurasi

329

Eka Triana Yuniarsih dan M. Basir: Pemanfaatan Limbah Jagung ……

data yang kurang tepat, serta (h) penelitian dan aplikasinya tidak sejalan (Syamsu dan Abdullah 2009). Limbah pertanian tidak semuanya dimanfaatkan oleh petani, penyebabnya adalah : a) umumnya petani membakar limbah tanaman pangan karena secepatnya akan dilakukan pengolahan tanah, b) limbah tanaman pangan bersifat kamba sehingga menyulitkan peternak untuk mengangkut dalam jumlah banyak untuk diberikan kepada ternak, dan umumnya lahan pertanian jauh dari pemukiman peternak sehingga membutuhkan biaya dalam pengangkutan, c) tidak tersedianya tempat penyimpanan limbah tanaman pangan, dan peternak tidak bersedia menyimpan/menumpuk limbah di sekitar rumah/kolong rumah karena takut akan bahaya kebakaran, d) peternak menganggap bahwa ketersediaan hijauan di lahan pekarangan, kebun, sawah masih mencukupi sebagai pakan ternak (Liana dan Febriana 2011). Pengembangan peternakan sangat terkait dengan pengembangan suatu wilayah. Sulawesi Selatan sebagai salah satu propinsi di Indonesia memiliki potensi cukup besar untuk pengembangan peternakan. Daerah ini pernah dikenal sebagai lumbung ternak, dengan kemampuan memasok ternak ke daerah lain dalam rangka pengadaan ternak nasional (Syamsu et al. 2003).

DINAMIKA PRODUKSI JAGUNG DAN PENERAPAN TEKNOLOGI Wilayah Sulawesi Selatan secara geografis terbagi menjadi 21 kabupaten dan 3 kota. Daerah produksi jagung di Sulawesi Selatan adalah Bulukumba, Bantaeng, Bone dan Jeneponto. Gambaran mengenai perkembangan usahatani jagung, dapat dilihat pada Tabel 1. Data produksi jagung periode 2002 – 2011 di Sulawesi Selatan bersifat fluktuatif, rata-rata produksi setiap tahun adalah 970.960 t/ha dengan pertumbuhan 9,60% Faktor yang mempengaruhi adalah tingkat produksi dan produkstivitas dan luas panen. Tingkat pertumbuhan produktivitas jagung adalah 14,10% tidak sejalan dengan kenaikan luas lahan panen yang terus mengalami penurunan, dengan tingkat pertumbuhan mencapai -4,50 (Tabel 1). Selain itu juga faktor internal petani sangat mempengaruhi produksi jagung, di antaranya seperti masih banyak petani yang menggunakan benih lokal, terbatasnya penggunaan benih bermutu karena harga benih bermutu cukup mahal di tingkat petani (Subandi 2005).

330

Seminar Nasional Serealia, 2013

Tabel 1. Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Jagung di Sulawesi Selatan Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata Pertumbuhan (%)

Produksi (t) 661.005 650.832 674.716 705.995 696.433 969.955 1.195.691 1.395.742 1.343.044 1.416.182 970.960 9,60

Luas Panen (ha)

Produktivitas (t/ha)

205.909 213.818 196.393 206.569 206.307 262.436 285.094 299.669 303.375 296.421 247.599 -4,50

3,210 3,044 3,436 3,418 3,373 3,696 4,194 4,658 4,427 4,778 3,82 14,10

Data Sekunder : BPS, 2011

Pemanfaatan benih jagung hibrida di Indonesia sekitar 30%-40%. Dilihat dari aspek hasil panen, varietas lokal hanya mampu menghasilkan sekitar 2-3 t/ha, sementara varietas hibrida berkisar 8-10 t/ha. Untuk itu, ditinjau dari aspek produktivitas dan ketersediaan teknologi budidaya, peluang untuk meningkatkan produktivitas jagung ditingkat petani masih terbuka luas. Peran aktif petani dalam penerapan teknologi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produksi jagung. Pengenalan terhadap teknologi pengolahan lahan sampai pemanenan harus terus dilakukan oleh pemerintah melalui penyuluhan. Penerapan teknologi jagung yang dilakukan petani dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2, petani menggunakan ternak atau traktor untuk pengolahan lahan, varietas yang ditanam 75% adalah benih berlabel berasal dari programBantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) sebanyak 15 kg/ha, ditanam dengan jarak 20-40 x 70-80 cm. Penggunaan pupuk an-organik pada tanaman jagung adalah Urea 150 kg/ha, NPK 70 kg/ha, dan ZA 60 kg/ha.

Pengendalian hama penyakit

dilakukan secara intensif, yakni pengendalian gulma, hama penggerek tgkol, dan penyakit busuk buah. Petani melakukan panen sesuai dengan rekomendasi yakni pada umur 105 – 120 HST, selanjutnya dilakukan pemipilan dan penjemuran selama 2 hari. Peningkatan produksi jagung tidak terbatas hanya pada pengolahan tanah dan kerapatan tanaman saja, tetapi dapat juga dengan menggunakan varietas yang sesuai, karena tanaman jagung ada yang tidak sesuai pada daerah tertentu yang kondisi tanahnya kurang subur (Subandi, 2005).

331

Eka Triana Yuniarsih dan M. Basir: Pemanfaatan Limbah Jagung ……

Tabel 2. Penerapan Teknologi Produksi Jagung di Sulawesi Selatan Uraian Persiapan lahan

Varietas Sumber benih a. Petani lain b. Penangkar Benih c. Pedagang Benih d. Program pemerintah Jumlah benih Jarak tanam Penggunaan pupuk a. Urea b. NPK c. ZA Pengendalian hama penyakit Panen Pascapanen

Keterangan Pengolahan dilakukan dengan menggunakan ternak sapi dengan biaya sewa Rp. 50.000/hari dan traktor dengan sewa Rp. 750.000/ha Bima, Bisi 2, Bisi 816, CP7, Pioner, lokal putih 7,5% 12,5% (Berlabel) 10,0% (Berlabel) 75,0% (Berlabel) 15 kg/ha 30 x 75 cm 150 kg/ha 70 kg/ha 60 kg/ha Intensif 105 – 120 hari setelah tanam (HST) Pemipilan dilanjutkan penjemuran 1 – 2 hari

Sumber : Data Sekunder, 2012.

POTENSI LIMBAH JAGUNG Potensi limbah pertanian pada 10 kabupaten di Sulawesi Selatan dan belum dimanfaatkan sekitar 3.314.503 t/tahun. Limbah pertanian riil yang paling potensial adalah padi (jerami dan sekam) mencapai 2.436.912 t/tahun), serta jagung (brangkasan dan tgkol) mencapai 495.608 t/tahun. Daerah potensial penghasil limbah pertanian yaitu Bone, Bulukumba, Pinrang, Sidrap, dan Gowa (Nappu et al. 2010). Jumlah produksi bahan kering limbah tanaman pangan di Sulawesi Selatan adalah 5.883.996 t, dengan persentase produksi terbesar adalah jerami padi sebesar 73.29% (4.312.125 t), kemudian jerami jagung 19.68% (1.157.874 t), jerami kacang tanah 3.03% (178.206 t) dan jerami kacang hijau 1.92% (113.028 t). Untuk pucuk ubi kayu, jerami kedelai dan jerami ubi jalar masing-masing 0.81%, 0,83% dan 0,45% dari total produksi limbah tanaman pangan di Sulawesi Selatan. Beberapa kabupaten memiliki produksi limbah tanaman pangan yang lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya. Lebih dari 50% produksi limbah tanaman pangan berada di kabupaten Bone 15,20%, Pinrang 7,69%, Wajo 7,64%, Bulukumba 7,61%, Gowa 7,04%, Jeneponto 6,56%, dan Sidrap 6,45% (Anonymous 2012). Optimalisasi pemanfaatan limbah tanaman pangan sebagai pakan ternak di Sulawesi Selatan, memerlukan berbagai upaya pendekatan dan program secara holistik.

332

Seminar Nasional Serealia, 2013

Sebagian besar limbah jagung dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan. Dengan sentuhan teknologi sederhana, limbah itu dapat diubah menjadi pakan bergizi dan sumber energi bagi ternak. Limbah pertanian atau limbah industri pengolahan hasil pertanian dapat dikelompokkan berdasarkan kandungan proteinnya (Tabel 3). Tabel 3. Proporsi limbah tanaman jagung, kadar protein kasar dan nilai kecernaan bahan kering limbah jagung. Limbah Jagung

Kadar air

Proporsi limbah (% BK)

Protein kasar (%)

Kecernaan BK in vitro (%)

Palatabilitas

Batang

70-75

50

3,7

51

rendah

Daun

20-25

20

7,0

58

tinggi

Tgkol

50-55

20

2,8

60

rendah

Kulit Jagung

45-50

10

2,8

68

tinggi

Sumber : Mccutcheon, J. dan D. Samples (2002)

Saat ini limbah tanaman jagung dibuang atau dibakar saja dan hanya sebagian kecil peternak yang memanfaatkannya sebagai pakan. Kandungan nutrisi jerami jagung (daun) adalah protein kasar 5.80 %, serat kasar 27.38%, lemak kasar 2,90 % dan abu 20,8.21 % (Hasil analisa Lab. Kimia Pakan Unhas 2012). Pemanenan yang dilakukan dengan umur panen yang berbeda-beda akan menghasilkan nutrisi yang berbeda pula, hal ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kandungan nutrisi jerami jagung pada berbagai umur panen Umur Panen 15 -28 hari

Bahan Kering (%) 15

Protein Kasar(%) 18.6

TDN(%) 65.2

43 – 56 hari

30

6.8

57.1

99-112 hari

50

5.2

40.1

Sumber : Reksohadiprojo(1994)

PEMANFAATAN LIMBAH JAGUNG Jerami jagung merupakan limbah pertanian yang banyak terdapat di pedesaan dan hampir merata di lahan kering. Hasil pertanian seperti jerami jagung jika dicampur dengan bahan pakan lain yang mempunyai kandungan nutrien lengkap akan menghasilkan susunan pakan yang rasional dan murah. Jerami jagung merupakan sisa dari tanaman jagung setelah buahnya dipanen dan dapat diberikan pada ternak,

333

Eka Triana Yuniarsih dan M. Basir: Pemanfaatan Limbah Jagung ……

baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk kering. Pemanfaatan jerami jagung sebagai pakan ternak telah dilakukan terutama untuk ternak sapi, kambing, dan domba (Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia 2006 ). Pengolahan terhadap limbah sebagai pakan telah banyak dilakukan yaitu secara fisik, kimia, biologis dan kombinasinya. Pengolahan secara kimia menghasilkan residu yang menyebabkan pencemaran lingkungan, sehingga pengolahan secara kimia kurang dianjurkan. Pengolahan secara biologis dengan memanfaatkan bantuan mikroorganisme saat ini banyak dilakukan, karena lebih ramah terhadap lingkungan (Saraswati et al. 2005) Pemanfaatan limbah jagung sebagai pakan ruminansia di Sulawesi Selatan meningkat dengan pesat. Berdasarkan hasil penelitian, pemanfaatan limbah sebagai pakan mencapai 92,5%. Faktor yang mempengaruhi antara lain, jumlah hijauan pakan yang mulai berkurang sehingga limbah jagung mulai digunakan sebagai pakan dan 7,5% petani lainnya menggunakan limbah jagung sebagai pupuk organik untuk lahannya, yaitu dengan mengembalikan limbah tersebut ke lahan. Sebagian

besar

petani

belum

menggunakan

teknologi

dalam

proses

pengolahannya baik diolah sebagai pakan ataupun pupuk tetapi hanya 25% petani yang menggunakan teknologi dalam proses pengolahannya, yaitu melakukan fermentasi sederhana. Sedangkan, 75% petani lainnya memberikan limbah jagung secara langsung pada ternaknya. Walaupun hampir semua limbah pertanian mengandung serat kasar tinggi detapi dengan penerapan teknologi yang sederhana limbah tersebut dapat diubah menjadi sumber energi bagi ternak. Bagian limbah yang dimanfaatkan diantaranya 92,5% berupa daun, 5% batang, dan 2,5% klobot. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa daun memiliki palatabilitas yang tinggi dengan kadar air yang rendah dengan BK 20%, PK 7,0%, sedangkan batang dan klobot memiliki palatabilitas dan protein kasar yang rendah (Tabel 5).

334

Seminar Nasional Serealia, 2013

Tabel 5. Pemanfaatan limbah jagung di Sulawesi Selatan No. 1

2

3

4

Uraian

Keterangan

Pemanfaatan limbah a. Memanfaatkan b. Belum memanfaatkan

90% 10%

Bagian limbah yang dimanfaatkan a. Daun b. Batang c. Klobot

92,5% 5% 2,5%

Pemanfaatan limbah jagung untuk : a. Pakan ternak sapi b. Bahan pupuk organik

92,5% 7,5%

Pemanfaatan teknologi pengolahan limbah a. Sudah menggunakan b. Belum menggunakan

25% 75%

Sumber : Anonymous (2012)

Saat ini limbah tanaman jagung dibuang atau dibakar saja dan hanya sebagian kecil peternak yang memanfaatkannya sebagai pakan. Kandungan nutrisi jerami jagung (daun) terdiri dari protein kasar 5.80%, serat kasar 27.38%, lemak kasar 2,90% dan abu 20,8.21% (Hasil Analisis Lab. Kimia Pakan Unhas 2012). Teknologi Pemanfaatan Limbah Jagung Sebagai Pakan Kualitas jerami jagung sebagai pakan ternak dapat ditingkatkan dengan teknologi silase yaitu proses fermentasi yang dibantu jasad renik dalam kondisi anaerob (tanpa oksigen). Teknologi silase dapat mengubah jerami jagung dari sumber pakan berkualitas rendah menjadi pakan berkualitas tinggi serta sumber energi bagi ternak. Pembuatan silase terdiri dari bahan baku utama, yaitu jerami jagung 1 t (kadar air 60-70%) sedangkan bahan pencampur terdiri dari urea 2,5 kg, gula saka/molases 4 kg dan dedak halus 5 kg. Proses pembuatan silase dilaksanakan dalam beberapa tahap yaitu tahap fermentasi, pengeringan dan penyimpanan (Anonymous, 2010). Strategi Pemanfaatan Limbah Jagung Tolok ukur keberhasilan pemanfaatan limbah tanaman pangan sebagai pakan adalah termanfaatkannya limbah tanaman pangan dapat dimanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan limbah tanaman sebagai pakan merupakan pencapaian teknologi secara

335

Eka Triana Yuniarsih dan M. Basir: Pemanfaatan Limbah Jagung ……

berkesinambungan dengan sistem pemeliharaan ternak, yang intensif dan peningkatan skala usaha ternak, pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan peternak. Berdasarkan hasil penelitian Syamsu dan Abdullah (2009), bahwa strategi pemanfaatan limbah tanaman pangan sebagai sumber pakan ternak ruminansia di Sulawesi Selatan, mengacu pada tahapan-tahapan di antaranya; (1) pengembangan kawasan pola integrasi sapi potg dengan padi dan jagung, (2) optimalisasi penerapan teknologi pakan limbah tanaman pangan melalui pemberdayaan masyarakat pola partisipatif, (3) membangun industri pakan berbasis bahan baku sumberdaya limbah tanaman pangan, (4) pengembangan sarana alat pengangkutan dan tempat penyimpanan limbah tanaman pangan di pedesaan, dan (5) penyediaan modal usaha dari pemerintah dan lembaga keuangan melalui kerjasama dengan kelembagaan peternak (kelompok, koperasi). Beberapa lembaga pelaku yang terlibat dalam upaya pemanfaatan limbah jagung sebagai pakan ternak ruminansia adalah kelompok tani, koperasi dan usaha kecil menengah, lembaga keuangan, pemerintah, perguruan tinggi, serta organisasi pengusaha peternakan. Di sisi lain, masyarakat yang dapat terlibat adalah petani peternak, pemerintah daerah, pengusaha, manajemen koperasi dan usaha kecil menengah, serta pasar domestik. Strategi yang dilaksanakan oleh pemerintah diupayakan dapat menghasilkan suatu program kegiatan yang dapat mendukung pengembangan pemanfaatan limbah jagung, di antaranya pemetaan dan penentuan lokasi kawasan yang sesuai dengan kondisi wilayah dan masyarakat, penentuan teknologi pakan limbah yang sesuai dengan agroekosistem setempat, penyusunan studi kelayakan pengembangan industri pakan berbasis bahan baku limbah jagung, penentuan lokasi industri yang tepat dan sesuai dengan ketersediaan bahan baku limbah jagung, pengembangan produk pakan limbah dengan harga terjangkau, serta pengembangan infrastruktur industri pakan.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Limbah jagung di Sulawesi Selatan sangat potensial dikembangkan mengingat Sulawesi Selatan merupakan sentra jagung di kawasan Indonesia Timur 2. Pengembangan sistem integrasi tanaman - ternak perlu didukung oleh kebijakan

pemerintah

setempat,

mengaplikasikan dilahannya.

336

sehingga

mendorong

petani

untuk

Seminar Nasional Serealia, 2013

3. Pengembangan inovasi teknologi yang praktis dalam hal pemanfaatan limbah pertanian harus terus dilakukan guna memudahkan petani dalam mengolah limbah pertaniannya. Saran 1. Sinergi kebijakan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, guna mendorong pengembangan pertanian ramah lingkungan. 2. Peran aktif penyuluh sangat diperlukan, guna membina dan meningkatkan pengetahuan petani dan peternak di daerah.

DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2010. Teknologi Pembuatan Silase Jagung Untuk Pakan Sapi Potg. http://sumbar.litbang.deptan.go.id. Diakses tanggal 27 Mei 2012. Anonymous. 2012. Limbah Pertanian Pakan Ternak. Friday, June 01, 2012 (http://dedykoe.blogspot.com/2012/06/limbah-pertanian-sebagai-pakanternak.html, (diakses 09 Juli 2012) Badan Pusat Statistik. 2012. Sulawesi Selatan Dalam Angka, 2011. Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia. 2006. ruminansia, Jakarta.

Limbah tanaman sebagai pakan

Liana dan Febriana. 2011. Pemanfaatan Limbah Pertanian Sebagai Pakan Ruminansia pada Peternak Rakyat di Kec. Rengat Barat Kab. Inragiri Hulu. Fakultas Pertanian Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Jurnal Peternakan Vol 5 No 1 Februari 2008 (28-37) Mccutcheon, J. dan D. Samples. 2002. Grazing Corn Residues. Extension Fact Sheet Ohio State University Extension. Us. Anr 10-20. Nappu, M.B., P. Tandisau., M. Thamrin. N. Razak., M. Musyafir., A. Ahmad., S. Saud. 2010. Survai Dan Observasi Potensi Limbah Pertanian Di Sulawesi Selatan. Kerjasama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Dengan PT. Semen Tasa, 2010. Reksohadiprodjo. 1994. Yogyakarta.

Produksi

Hijauan

Makanan

Ternak

Tropika.

BPFE.

Septiono. 2009. Peluang Pemanfaatan Jagung.rtf.(http://respository.unila.ac.id:8180, diakses 09 Juli 2012). Subandi, Zubachtiroddin, S. Saenong, dan I.U. Firmansyah. 2006. Ketersediaan Teknologi Produksi dan Program Penelitian Jagung. Dalam Prodising Seminar Lokakarya Nasional Jagung 29-30 September 2005, di Makassar. Puslitbangtan. Hal 11-40.

337

Eka Triana Yuniarsih dan M. Basir: Pemanfaatan Limbah Jagung ……

Subandi, 2005. Kebutuhan Benih Jagung di Indonesia. Materi Sosialisasi Produksi dan Distribusi Benih Unggul Jagung Nasional. Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serealia lainnya di Maros Sulawesi. Syamsu, J.A., L.A. Sofyan, K. Mudikdjo dan E. Gumbira Sa'id. 2003. Daya dukung limbah pertanian sebagai sumber pakan ternak ruminansia di Indonesia. Wartazoa 13(1) : 30-37. Syamsu, J.A. dan A. Abdullah. 2009. Analisis Startaegi Pemanfaatan Limbah Tanaman Pangan Sebagai Pakan Ruminansia Di Sulawesi Selatan. Jurnal Ekonomi Pembangunan FE Univ. Mihammadiyah Surakarta. Vo. 10, No. 2, Desember 2009, hl. 199-214.

338