PEMANFAATAN NUTRISI RANSUM KOMPLIT DENGAN KANDUNGAN PROTEIN

Download Jurusan Nutrisi dan ... protein, energi, dan elemen yang lain sehingga kebutuhan nutrisi tersebut bisa dimaksimalkan .... Jurnal Ternak Tro...

0 downloads 433 Views 251KB Size
PEMANFAATAN NUTRISI RANSUM KOMPLIT DENGAN KANDUNGAN PROTEIN BERBEDA PADA KAMBING MARICA JANTAN

NUTRIENT UTILIZATION OF TOTAL MIXED RATION WITH DIFFERENT PROTEIN LEVELS ON MALE MARICA GOAT Achmad Ragil Ponco Nugroho,1 Asmuddin Natsir,2 Syamsuddin Hasan2 1

Pascasarjana Ilmu dan Teknologi Peternakan, Universitas Hasanuddin, 2Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar

Alamat Korespondensi:

Achmad Ragil Ponco Nugroho, S.Pt Pascasarjana Ilmu dan Teknologi Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 HP: 085255555534 Email: [email protected] / [email protected]

Abstrak Kandungan protein yang terdapat dalam ransum komplit belum diketahui pengaruhnya terhadap konsumsi dan daya cerna ransum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian level protein yang berbeda dalam ransum komplit terhadap konsumsi dan daya cerna bahan kering dan organik kambing marica. Penelitian disusun berdasarkan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan yaitu A (Pakan komplit dengan kandungan protein 10,20%), B (Pakan komplit dengan protein 12,59%), C (Pakan komplit dengan protein 15,24%), dan D (Pakan komplit dengan protein 17,54%). Selama periode pemeliharaan, ternak kambing akan diberikan pakan berdasarkan bahan kering dengan persentase 3% dari berat badan. Hasil penelitian menunjukkan pemberian level protein berbeda dalam ransum komplit tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi dan daya cerna bahan kering dan bahan organik. Rata-rata KBK pada perlakuan A,B,C, dan D berturut-turut adalah 263;372;232;276 g/hari. Rata-rata KBO berturut-turut 218;308;193;229 g/hari. Rata-rata DCBK berturut-turut 64,3;62,8;66,3;66,5%. Rata-rata DCBO berturut-turut 62,2;60,7;65,0;65,6%. Peningkatan level protein dalam ransum komplit tidak mempengaruhi konsumsi bahan kering dan bahan organik. Namun terdapat kecenderungan daya cerna bahan kering dan bahan organik ransum mengikuti pola kenaikan level protein ransum. Kata Kunci : Pakan Komplit, KBK, KBO, DCBK, DCBO,

Abstract Protein that contained in a total mixed ration is unknown influence on consumption and digestibility of total mixed ration. This research was conducted in order to determine the effect of different levels of protein in total mixed ration on consumption and digestibility of dry matter and organic marica goat . Research compiled based on a completely randomized design ( CRD ) with 4 treatments and 3 replications , namely A ( complete feed with a protein content of 10.20 % ) , B (complete feed with a protein content of 12.59 % ) , C (complete feed with a protein content of 15.24 % ) , and D (complete feed with a protein content of 17.54 % protein ). During the research period , goats will be given based on the dry matter percentage of 3 % of body weight . The results showed different levels of protein in the diet does not provide a complete real effect ( P > 0.05 ) on the consumption and digestibility of dry matter and organic matter . Average KBK on treatment A , B , C , and D , respectively, 263 ; 372 ; 232 ; 276 g / day . Average KBO consecutive 218 ; 308 ; 193 ; 229 g / day . Average DCBK respectively 64.3 ; 62.8 ; 66.3 ; 66.5 % . Average DCBO respectively 62.2 ; 60.7 ; 65.0 ; 65.6 % . Increased levels of protein in total mixed ration did not affect dry matter intake and organic matter . However, there is a tendency digestibility of dry matter and organic matter of total mixed ration follows the pattern of the increase in the level of protein diet. Keywords : Total mixed ration, dry matter intake, organis matter intake digestibility of dry matter, digestibility of organic matter,

PENDAHULUAN Sistem pemeliharaan ternak kambing di Indonesia masih dilakukan secara tradisional, termasuk di dalamnya sistem pemberian pakan dengan cara konvensional pula. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh kondisi usaha dalam skala kecil dan bersifat sambilan. Prospek pengembangan usaha komersial dan lebih mengarah ke sistem pemeliharaan secara intensif memerlukan perubahan manajemen pemeliharaan yang lebih baik. Salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan adalah manajemen pakan yang merupakan faktor terbesar yang sangat menentukan keberhasilan usaha peternakan. Kebiasaaan pemberian pakan kepada kambing yang hanya menggunakan hijauan saja tidak efektif untuk memberikan efek maksimal untuk pertumbuhan ternak. hal tersebut terkait dengan kurangnya energi dan juga protein yang terdapat dalam hijauan tersebut. Penggunaan pakan komplit telah banyak dikembangan mengingat pakan komplit sangat praktis digunakan sehingga lebih efisien. Pakan komplit tersebut terdiri dari beberapa bahan baku lokal yang ratarata berasal dari limbah pertanian ataupun limbah agroindustri dimana jumlah produksi limbah tersebut sangat melimpah dan tentunya masih bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan. Pakan komplit dibentuk dan diberikan sebagai satu-satunya pakan yang mampu mempenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi tanpa tambahan substansi lain kecuali air (Purbowati, 2009). Penyusunan ransum komplit dilakukan dalam hal pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti protein, energi, dan elemen yang lain sehingga kebutuhan nutrisi tersebut bisa dimaksimalkan untuk pertambahan bobot badan dan produktivitas ternak ruminansia. Tingkat konsumsi yang tinggi akan menurunkan daya cerna bahan kering dan bahan organik ransum akibat penambahan jumlah bahan makanan yang dimakan mempercepat arus makanan dalam usus sehingga mengurangi daya cerna (Nugroho et al., 2012). Hasil penelitian Natsir, (2007) menunjukkan bahwa Ternak domba yang diberikan ransum basal hay oat yang ditambahkan suplemen barley-urea dan bji-bijian faba memiliki tingkat konsumsi dan daya cerna yang tinggi jika dibandingkan dengan pemberian hay oat tanpa suplemen. Kandungan protein yang terdapat dalam ransum komplit diduga akan berpengaruh terhadap daya cerna ransum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian level protein yang berbeda dalam ransum komplit terhadap konsumsi dan daya cerna bahan kering dan organik kambing marica.

BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dua tahap, yaitu : Tahap I (Pemeliharaan) dilaksanakan di Animal Centre Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar. Tahap II (Analisis) dilaksanakan di laboratorium Kimia Makanan Ternak Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Populasi dan Sampel Penelitian didesain berdasarkan rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. 12 ekor kambing marica jantan dengan kisaran umur kurang lebih satu tahun dengan rataan bobot badan 11,2 kg (variasi bobot badan antara 9,1 – 14,1 kg) ditempatkan pada kandang metabolisme dan diberi pakan komplit yang diformulasikan dari berbagai macam bahan baku lokal dengan level protein yang berbeda berdasarkan perlakuan. Komposisi bahan penyusun dan kimia ransum penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Pemeliharaan dilakukan selama 17 hari, dengan asumsi bahwa 14 hari masa pembiasaan dan 3 hari masa total koleksi sampel. Selama periode pemeliharaan, ternak kambing

diberikan pakan berdasarkan bahan kering dengan

persentase 3% dari berat badan Metode pengumpulan data Pengumpulan data harian (koleksi) sampel feses dilakukan pada tiga hari terakhir dalam periode penelitian. Sampel feses diovenkan pada suhu 65 0C selama 48 jam, kemudian digiling dengan ukuran 1 mm untuk analisis kandungan bahan kering, bahan organik, N, fraksi serat, lemak, BETN, dan abu (AOAC, 2000). Koleksi sampel, juga dilakukan sampling terhadap pakan komplit yang diberikan pada ternak. Sub sampel selama periode koleksi dikumpulkan dan disubsample lalu diovenkan pada suhu 65 0C selama 48 jam, kemudian digiling dengan ukuran 1 mm untuk analisis kandungan bahan kering, bahan organik, N, fraksi serat, lemak, BETN, dan abu (AOAC, 2000). Analisis data Data konsumsi bahan kering perlakuan diperoleh dengan menyelisihkan antara total pemberian ransum berdasarkan bahan kering dengan jumlah ransum sisa. Data konsumsi bahan kering tersebut kemudian dikalikan dengan nilai bahan organik ransum untuk memperoleh data konsumsi bahan organik. Adapun untuk persentasi daya cerna bahan kering/organik ransum

diperoleh dengan membagi konsumsi bahan kering/organik ransum setelah dikurangi kandungan bahan ekring/organik feses dan konsumsi bahan kering/bahan organik ransum . Data parameter penelitian yang telah diperoleh kemudian dianalisis ragam berdasarkan rancangan acak lengkap menggunakan software SPSS 17.0. Perbedaan antarperlakuan akan diuji lanjut dengan uji jarak berganda Duncan. Adapun model matematika untuk Rancangan Acak Lengkap adalah sebagai berikut Yij =  + i + ij Dimana : Yij

: Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i



: Nilai tengah populasi (rata-rata sesungguhnya)

i

:

ij

Pengaruh aditif dari perlakuan ke- i ( i : 1, 2, …4)

: Pengaruh galat dari satuan percobaan ke-j (1,2,3,4) yang memperoleh perlakuan ke-I (Steel et al., 1993).

HASIL PENELITIAN Rataan konsumsi bahan kering dan bahan organik untuk kambing perlakuan adalah masing-masing 286±77 g/ekor/hari dan 237±64 g/ekor/hari. Tingkat konsumsi, baik bahan kering maupun bahan organik bervariasi antarperlakuan. Untuk konsumsi bahan kering (KBO) yaitu berkisar antara 232 g/hari (Perlakuan C) sampai 372 g/hari (Perlakuan D) sebagaimana terlihat pada Tabel 2 . Sementara untuk konsumsi bahan organik (KBO) berkisar antara 193 g/hari (Perlakuan C) sampai 308 g/hari (Perlakuan D). Hasil analisis statistik data perlakuan menunjukkan bahwa perlakuan ransum komplit dengan kandungan protein berbeda tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap tingkat konsumsi bahan kering dan bahan organik ransum. Daya cerna bahan kering (DCBK) dan daya cerna bahan organik (DCBO) bervariasi antarperlakuan. Adapun Rataan daya cerna bahan kering perlakuan berkisar antara 62,8% sampai 66,5% sementara untuk rataan daya cerna bahan organik perlakuan berkisar antara 60,7% sampai 65,6%. Variasi tingkat kecernaan bahan kering dan bahan organik ransum perlakuan pada ternak kambing marica relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan variasi yang terjadi pada tingkat konsumsi bahan kering dan bahan organik ransum. Hasil analisis statistik terhadap data perlakuan menunjukkan tidak adanya pengaruh yang nyata (P>0,05) perbedaan level protein dalam ransum terhadap daya cerna bahan kering dan bahan organik ransum ternak kambing marica .

PEMBAHASAN Penelitian ini memperlihatkan bahwa pemberian level protein yang berbeda pada pakan komplit tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi dan daya cerna bahan kering dan bahan organik ransum perlakuan. Tingkat konsumsi adalah jumlah makanan yang terkonsumsi oleh hewan bila bahan makanan tersebut diberikan secara adlibitum. Konsumsi merupakan faktor esensial yang merupakan dasar untuk hidup dan menentukan produksi, beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi adalah hewan ternak, makanan yang diberikan (palatabilitas), dan lingkungan tempat hewan ternak dipelihara (Rahman, 2008). Daya cerna merupakan salah satu tolak ukur yang penting untuk mengetahui status gizi dari ternak ruminansia. Seluruh zat nutrisi yang terdapat dalam bahan makanan yang dikonsumsi tidak semuanya akan diabsorpsi di dalam saluran intestinal, tetapi sebagian akan dikeluarkan melalui feses Tidak adanya pengaruh nyata perlakuan terhadap tingkat konsumsi bahan kering dan bahan organik ransum disebabkan oleh pemberian ransum yang sama untuk semua ternak percobaan yaitu sebesar 3% dari bobot badan. Konsumsi bahan kering sebesar 3% dari bobot hidup dinilai sudah mencukupi kebutuhan bahan kering dalam masa pertumbuhan (Batubara, et al., 2003). Sementara untuk konsumsi bahan organik perlakuan turut mengikuti tingkat konsumsi bahan kering yang tidak berpengaruh nyata. Bahan organik merupakan bahan yang hilang pada saat pembakaran terdiri dari lemak kasar, protein kasar, serat kasar, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (Tillman et al., 1991). Dengan kata lain bahan organik merupakan bagian dari bahan kering sehingga apabila konsumsi bahan kering suatu ransum tidak berpengaruh nyata, hal tersebut akan sama terjadi pada konsumsi bahan organik. Selain itu, tidak adanya perbedaan dalam konsumsi bahan kering maupun bahan organik perlakuan diduga karena pakan komplit tersebut memiliki palatabilitas yang cukup tinggi. Salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan ternak adalah palatabillitas dari bahan baku / pakan yang diberikan kepada ternak. Dalam hal ini, yang membuat pakan komplit perlakuan memiliki palatabilitas yang tinggi adalah keberadaan bahan baku tepung ikan dalam formulasi. Mardjuki, (2008) menyatakan bahwa penggunaan tepung ikan sebagai salah satu bahan penyusun

dalam konsentrat pada ternak ruminansia

dapat meningkatkan palatabilitas

dan juga

meningkatkan efisiensi pakan. Daya cerna bahan kering dan organik ransum perlakuan tidak memperlihatkan perbedaan. Dengan kata lain peningkatan level protein pada ransum komplit dari 10% menjadi 17,5% tidak berpengaruh signifikan dalam meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik ransum. Dengan demikian ransum dengan kandungan protein 10% sudah cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan ternak. Tidak adanya perbedaan daya cerna antarperlakuan kemungkinan disebabkan oleh kandungan protein ransum berada di atas kebutuhan standar. Hal ini didukung oleh pendapat Arora, (1995) yang menyatakan bahwa kebutuhan minimal protein ransum ternak ruminansia sekitar 7,5%. Hasil analisa sidik ragam yang menunjukkan tidak adanya perbedaan pada daya cerna bahan kering dan bahan organik. Paramita et al., (2008) menyatakan bahwa jumlah pakan akan mempengaruhi kecernaan. Kecernaan sangat erat kaitannya dengan konsumsi pakan. Dengan demikian, tidak adanya perbedaan antara daya cerna bahan kering organik juga disebabkan oleh tidak terdapatnya perbedaan dalam konsumsi bahan kering dan bahan organik perlakuan. Kecernaan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu komposisi bahan pakan, perbandingan komposisi antara pakan yang satu dengan bahan pakan lainnya, perlakuan pakan, suplementasi enzim dalam pakan, ternak, dan juga taraf pemberian pakan (Wijayanti et al., 2012). Secara umum penelitian ini menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata perlakuan pemberian level protein berbeda dalam ransum terhadap konsumsi bahan kering dan bahan organik serta daya cerna bahan kering dan bahan organik. Namun demikian terdapat kecenderungan bahwa daya cerna bahan kering dan bahan organik semakin besar mengikuti kenaikan level protein dalam ransum meskipun terdapat penyimpangan nilai pada salah satu perlakuan. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh tingginya variasi ternak yang mendapatkan perlakuan yang sama sehingga turut memengaruhi eksperimental error.

KESIMPULAN DAN SARAN Pemberian ransum komplit dengan level protein antara 10,20% – 17,5% tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi bahan kering dan konsumsi bahan organik. Level protein ransum komplit juga tidak berpengaruh nyata terhadap daya cerna bahan kering dan bahan organik perlakuan meskipun terdapat kecenderungan daya cerna tersebut mengikuti pola kenaikan level protein dalam ransum komplit. Disarankan untuk penelitian selanjutnya selain mengukur konsumsi dan daya cerna juga perlu dilakukan pengamatan mengenai pengaruh level protein berbeda dalam ransum terhadap performans ternak dan juga kualitas daging.

UCAPAN TERIMA KASIH Penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Asmuddin Natsir, M.Sc yang telah memberikan kesempatan untuk turut serta dalam penelitian ini dan juga senantiasa membimbing pengerjaan penelitian ini sampai selesai. Selain itu penulis juga memberikan penghargaan kepada bapak Dr. Ichsan A. Dagong, S.Pt., M.Si yang mendampingi selama proses pemeliharaan.

DAFTAR PUSTAKA AOAC. (2000). Association of Official Analytical Chemists, Official Methods of Analysis. 15th ed. Washington, DC., USA. Arora. (1995). Pencernaan Mikrobia pada Ruminansia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta (Diterjemahkan oleh R.Murwani). Batubara et al. (2003). Analisis Potensi Ekonomi Limbah dan Hasil Ikutan Perkebunan Kelapa Sawit sebagai Pakan Kambing Potong. Loka Penelitian Kambing Potong Sungai Putih, Sumatera Utara Mardjuki. (2008). Penggunaan Tepung Ikan dalam Pakan Konsentrat dan Pengaruhnya Terhadap Pertambahan Bobot Badan Kambing Betina. Jurnal Ternak Tropika 9 (2) : 90-100. Natsir, Asmuddin. (2007). Eskresi Derivat Purin dan Estimasi Suplai Protein Mikroba pada Ternak Domba yang Mendapat Suplemen Protein Berbeda. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 12 (3) : 183-188. Nugroho et al. (2012). Estimasi Suplai Protein Mikroba Ternak Kambing Kacang Berdasarkan Eksresi Turunan Purin dalam Urine. Jurnal Agrisistem 8 (1) : 36 -43. Paramita, et al. (2008). Konsumsi dan Kercernaan Bahan Kering dan Bahan Organik dalam Haylase Pakan Lengkap Ternak Sapi Peranakan Ongole. Media Kedokteran Hewan Vol.24 (1): 59-62. Purbowati, E. (2009). Pemanfaatan Protein Pakan dan Produksi Protein Mikroba pada Sapi Peranakan Ongole yang diberi Pakan Roti Sisa Pasar Sebagai Pengganti Dedak Padi. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Hal : 220-225. Rahman, Dhana Kurnia. (2008). Pengaruh Penggunaan Hidrolisat Tepung Bulu Ayam dalam Ransum terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik serta Konsentrasi Amonia Cairan Rumen Kambing Kacang Jantan. Skripsi. Program Studi Peternakan Universitas Sebelas Maret. Steel, R.G.D, et al. (1993). Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Edisi Kedua. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Tillman,A.D, et al. (1991). Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Wijayanti, E, et al. (2012). Kecernaan Nutrien dan Fermentabilitas Pakan Komplit dengan Level Ampas Tebu yang Berbeda secara In Vitro. Animal Agricultural Journal 1 (1) : 167179.

Tabel 1. Komposisi Bahan Baku & Kimia Ransum Perlakuan Komposisi Bahan (%) Dedak Padi Bungkil Kelapa Tumpi Jagung Jagung Giling Tepung Rumput Gajah Garam Mineral Mix Tepung Cangkang Kepiting Tepung Ikan Urea JUMLAH Komposisi Kimia (%)* Protein Kasar *Hasil Perhitungan

A

Ransum Perlakuan B C

D

10.00 7.50 9.25 10.00 60.00 1.00 1.00 1.00 0.00 0.25 100.00

10.00 7.50 8.00 10.00 60.00 1.00 1.00 1.00 0.50 1.00 100.00

10.00 7.50 6.25 10.00 60.00 1.00 1.00 1.00 1.50 1.75 100.00

10.00 7.50 3.00 10.00 60.00 1.00 1.00 1.00 4.50 2.00 100.00

10.20

12.59

15.24

17.54

Tabel 2. Rataan Konsumsi dan Daya Cerna Tiap Perlakuan Perlakuan Parameter A

B

C

D

Signifikansi

Konsumsi Bahan Kering (g/hari)

263

372

232

276

tn

Konsumsi Bahan Organik (g/hari)

218

308

193

229

tn

Daya Cerna Bahan Kering (%)

64,3

62,8

66,3

66,5

tn

Daya Cerna Bahan Organik (%)

62,2

60,7

65,0

65,6

tn

Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata (P>0.05) A = Level Protein Ransum 10,20 %, B = 12,59 %, C = 15,24 %, D = 17,54 %