PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES Makalah Matakuliah Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Disusun Oleh: Indri Mawardiyanti, S, PdI Ditulis pada tanggal 02 Oktober 2014
BAB I PENDAHULUAN
Menapaki usia ke-69 kemerdekaan Bangsa Indonesia timbul pertanyaan akankah di usianya kini Indonesia telah merdeka dalam bidang pendidikannya. Nyatanya meski telah 69 tahun merdeka, sistem pendidikan di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan beberapa negara berkembang lainnya. Terbukti dengan masih ditemukannya banyak koreksi dalam sistem pendidikannya dimana selolah belum sepenuhnya mampu menghasilkan lulusan yang mampu mengatasi berbagai persoalan kehidupan, bahwa sekolah menjadi penjara bagi siswanya yang mememjarakan potensi yang dimiliki siswa dengan belenggu sistem pendidikan yang kurang manusiawi. Sehingga out put yang dihasilkan hanya dapat menjadi robot yang terbatas dalam bergerak dan berfikir. Perlu disadari betul bahwa manusia diciptakan oleh Allah dengan bentuk yang sempurna dan telah dibekali potensi berupa akal yang tidak di miliki oleh makhluk yang lain. Berbakal potensi yang dibeirikan oleh Allah, manusia diharapkan mampu memanfaatkan atau mendayagunakan alam raya untuk kehidupannya serta dapat mengatasi persoalan-persoalan kehidupan dalam rangka menjalankan amanat kehidupan dari Allah SWT atau menciptakan rahmatan lil alamin di muka bumi. Inilah misi Islam yang tidak lain juga menjadi misi pendidikan Islam. Potesi-potensi manusia diwujudkan dalam bentuk yang berbeda. Bentuk interpretasi dari potensi tersebut dapat berupa kemampuan berbahasa, berlogika, olah tubuh, bermain musik, bekerja sama dengan orang lain, memahami kemampuan diri hingga kemampuan berekplorasi dengan alam. Bentuk-bentuk interpretasi inilah yang kemudian oleh Gardner disebut dengan kecerdasan yang selanjutnya ia rumuskan dalam teori Multiple
Intelligences. Dalam teori tersebut setidaknya terdapat sembilan macam kecerdasan manusia. Kesadaran akan adanya beragam kecerdasan yang dimiliki oleh manusia maka sudah menjadi tugas pendidikan untuk mengembangkannya. Namun dalam kenyataannya masih banyak ditemukan dalam dunia pendidikan kita di Indonesia yang belum sepenuhnya memfasilitasi dan mngembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap anak. Salah satu contohnya dalam seleksi penerimaan siswa baru yang dipilih oleh sekolah adalah anakanak dengan kemampuan kognitif yang tinggi padahal setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk dapat mengenyam pendidikan, belum lagi dalam proses dan evaluasi pendidikan yang dikedepankan hanyalah kemampuan intelektualnya saja atau dapat dikatakan hanya mengembangkan kemampuan bahasa serta logis matematiknya saja. Lantas bagaimanakan dengan kecerdasan anak dibidang yang lainnya apakah tidak berhak diberi reward dan tidak berhak untuk berkembang, ini adalah tanda tanya besar bagi sistem pendidikan di Indonesia. Faktor inilah yang mendorong munculnya sekolah yang lebih manusiawi dalam menanggapi beragam kecerdasan yang dimiliki oleh seorang anak. Prinsip yang digunakan dalan teori multiple intelligences adalah bahwa setiap anak memiliki keunikan atau dapat dikatakan bahwa setiap anak tidak ada yang bodoh. Teori multiple intelligences mengedepankan keunikan yang ada pada setiap anak dan cenderung pada menemukan kecerdasan apa yang dimiliki oleh seorang anak bukan pada mengukur tinggi rendahnya kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang. Menemukan kecenderungan kecerdasan pada anak sedari dini akan mempermudah pendidik maupun orangtua dalam mengembangkan kecerdasanya terebut yang memungkinkan anak tersebut akan menemukan titik akhir yang akan membawa pada kesuksesannya. Inilah yang menjadi tugas bersama baik orangtua, lembaga pendidikan, dan masyarakat. Pendidikan Agama Islam berupanya mengajaran siswanya untuk dapat menjalankan amanah kehidupan dari Allah dengan menciptakan kehidupan yang rahmatan lil alamin serta dapat menjalankan tugasnya sebagai khalifah di bumi. Namun dari bebeberapa studi yang dilakukkan oleh para ahli menunjukkan bahwa Pendidikan Agama Islam yang diselenggarakan disekolah-sekolah di Indonesia pada umumnya memiliki masalah yang sama yakni minimnya metodologi dalam pembelajaran sehingga kurang dapat menarik untuk lebih jauh belajar tentang agama Islam itu sendiri. Dengan kondisi yang demikian pendidikan agama Islam belum dirasa belum mampu membentuk manusia yang cerdas
spiritual. Untuk itulah perlu adanya inovasi dalam pendidikan Agama Islam. Salah satu solisinya adalah dengan menggunakan pembelajaran berbasis multiple intelligences. Untuk itu melalui makalah ini penulis mencoba mejelaskan teori multiple Intelligences dan penerapannya di dalam pembelajaran Agama Islam.
BAB II PEMBAHASAN
A. Multiple Intelligences (MI) 1. Pengertian Multiple Intelligences (MI) Multiple Intelligences merupakan sebuah teori tentang kecerdasan yang artinya “kecerdasan ganda” atau “kecerdasan majemuk”. Teori ini ditemukan dan dikembangkan oleh Horwad Gardner, seorang ahli psikologi perkembangan dan profesor pendidikan dari Graduate School of Education, Harvard University, Amerika Serikat. Horwad Gardner adalah direktur Proyek Zero di Harvard University yang dengannya ia mengembangkan teori multiple intellegensi dan mengaplikasikannya
dalam
dunia
pendidikan.
Gerdner
mempublikasikan
temuannya tersebut melalui buku yang berjudul Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences (1983), Multiple Intelligences: The Theory in Practice Intelligence (1993) kemudian teori ini dilengkapi lagi dengan terbitnya buku Reframed: Multiple Intelligences for the 21st Century (2000). Balam buku-buku tersebut tidak hanya membahas tentang teori multiple intelligences saja tapi juga implikasinya di dunia pendidikan.1 Gagasan Gardner dengan memunculkan teori multiple intelligen didasari oleh kritikan Gardner tentang tes IQ yang disusun Alfred Binet pada tahun 1905, Gardner menganggab bahwa tes tersebut tidaklah cukup dijadikan ukuran untuk mengetauhi kecerdasan seseorang. Gardner mendefinisikan intelegesi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam seting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata. Gardner mengaitkan kecerdasan dengan kapasitas/kemampuan untuk (1) Memecahkan masalah-masalah (problem solving) dan (2) menciptakan produk-produk dan karya-karya baru yang mempunyai nilai budaya (creativity).2 Berdasarkan pernyataan Garner tersebut tes IQ yang selama ini banyak dipercaya, tidak lagi cukup mewakilinya. Sebab IQ
1
Paul Suparno,Teori Intelegensi Ganda: dan Aplikasinya di Sekolah: Cara menerapkan Teori Multiple Intellegences Howard Gardner (Yogyakarta: KANIKUS, 2004), hal. 17 2 Ibid., hal 17 ; Thomas Armstrong, Kecerdasan Multiple di dalam Kelas (Jakarta: INDEKS, 2013) hal. 6 ; Munif Chotib, Gurunya Manusia; Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara (Bandung: KAIFA, 2011) hal. 132
hanya mewakili kecerdasan liguistik dan logis-matematis saja sedangkan yang lain tidak. Pada awal penelitiannnya Gardner mengelompokan kemampuan manusia yang sesuai dengan pengertian kecerdasan kedalam tujuh kelompok kecerdasan, yakni (a) Kecerdasan Liguistic, (b) Kecerdasan Logis-Matematic, (c) Kecerdasan Visual-Spasial, (d) Kecerdasan Kinestetik, (e) Kecerdasan Musik (f) Kecerdasan Intrepersonal, (g) Kecerdasan Intrapersonal. Pada buku Intelligensi reframed Gardner menambahkan dua kecerdasan baru yakni:
Kecerdasan Naturalis dan
Kecerdasan Eksistensialis. Macam-macam kecerdasan yang dirumuskan oleh Gardner dalam perkembangannya akan ada kemungkinan untuk terus bertambah terbukti dari yang pada awalnya disebutkan hanya tujuh kemudian ditambah menjadi sembilan. Tiaptiap kecerdasan memiliki karakteristik dan keunikan tersendiri yang berhak untuk dihargai dan dikembangankan. Agar lebih jelasnya berikut uraian dan penjelasan tentang macam-macam kecerdasan yang digagas oleh Horward Gardner: a. Kecerdasan Linguistik Adalah kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata- kata secara efektif baik secara lisan maupun tulisan seperti yang dimiliki oleh para penyair, pencipta puisi, jurnalistik, dramawan, orator, pendongen atau politisi. Kecerdasan ini mencakup kemampuan yang berhubungan dengan penggunaan dan pengembangan bahasa secara umum. Anak yang memiliki kecerdasan ini akan berbahasa lancar, baik dan lengkap. Ia mudah dalam memahami struktur kata dalam belajar bahasa, mudah menjelaskan mengajarkan, menceritakan pemikirannya kepada orang lain, lancar berdebat, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan bahasa. Dalam pengertian bahasa anak-anak yang memiliki kecerdasan ini memiliki kepekaan yang tinggi terhadap makna katakata (sematik), aturan kata-kata (sintaksis), pada suara dan ritme ungkapan kata (fonologi), dan terhadap perbedaan fungsi bahasa (pragmatik).3 Karakteristik dari anak yang memiliki kecerdasan ini diantaranya sebagai berikut:
3
Ibid, hal 26-27
Mendengar serta merespons setiap suara ritme, warna dan berbagai ungkapan kata
Menirukan suara, bahasa, membaca, dan menulis dari orang lain
Menyimak, membaca termasuk mengeja, menulis, dan berdiskusi
Menyimak secara efektif, memahami, menguraikan, menafsirkan, dan megingat apa yang diucapkan
Membaca secara efektif, memahami, meringkas, menafsirkan atau menerangkan, dan mengingat apa yang dibaca
Berbicara secara efektif kepada berbagai pendengaran, berbagai tujuan dan mengetahui cara bicara sederhana, pasif, persuasif, atau bergariah pada waktu-waktu yang tepat
Menulis secara efektif, memahami, dan menerapkan aturan-aturan tata bahasa, ejean tanda baca dan menggunakan kosakata yang efektif
Memperlihatkan kemampuan menguasai bahasa lainnya
Menggunakan keterampilan menyimak, berbicara, menulis, dan membaca
untuk
mengingat,
berkominikasi,
berdidkusi,
menjelasakan, mempengaruhi, menciptakan pengetauhan, menyusun makna, serta menggambarkan bahasa itu sendiri.4 Beberapa manfaat dari penggunaan kecerdasan liguistik diantaranya: (1) retorika, menggunakan bahasa untuk menyakinkan orang lain agar melakukan aksi tertentu; (2) Mnemonik, menggunakan bahasa untuk mengingat
informasi;
menginformasikan;
(4)
(3)
Penjelasan,
Metabahasa,
menggunakan menggunakan
bahasa
untuk
bahasa
untuk
membicarakan tentang bahasa itu sendiri.5 Anak yang memiliki kecerdasan ini dalam Pendidikan Agama Islam mereka unggul dalam bahasa Arab, mudah menghafal Al-Quran dan Hadits, mampu menyampaikan ceramah dengan menarik.
b. Kecerdasan Logis-Matematis
4
Munif Chatib, Alamsyah Said, Sekolah Anak-Anak Juara: Berbasis Kecerdasan Jamak dan Pendidikan Berkeadilan (Bandung: KAIFA. 2012) hal. 82 5 Thomas, Op Cit., hal 6
Adalah kemampuan untuk menggunakan angka secara efektif, seperti yang dimiliki oleh para saintis, programer, logikus, akuntan atau ahli statistik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap pola-pola dan hubungan yang logis, pertanyaan dan dalil, fungsi, abtraksi, kategorisasi dan perhitungan.6 Dalam menghadapi banyak persoalan mereka tidak mudah bingung sebab mereka akan dengan mudah mengelompokkan persoalan baik secarak deduktif ataupun induktif, mudah mengembangkan pola sebab akibat.7 Anak yang memiliki kecerdasan ini dapat dikembangkan melalui pembelajaran yang melibatkan angka-angka, bagan, grafik, skema, dan tidak begitu banyak mengunakan bacaan yang panjang. Karekteristik dari anak yang memiliki kecerdasan ini diantaranya sebagai berikut:
Kepekaan dalam memahami pola-pola logis atau numeris dan kemampuan mengelola alur pemikiran panjang
Memiliki respon yang cerpat terhadap kalulasi angka
Mengenal konsep-konsep yang bersifat kualitas, kuantitas dan hubungan sebab akibat
Menggunakan simbol-simbol abstrak untuk menunjukkan secara nyata (konkret)
Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah secara logis
Memahami pola-pola dan hubungan-hubungan
Mengajukan dan menguji hipotesis
Menggunakan bermacam-macam keterampilan matematis, seperti memperkirakan, memperhitungkan, algolaritma, menafsirkan statistik dan menggambarkan informasi visual dalam bentuk grafik
Menyukai
operasi
yang
kompleks
serperti
kalkulus,
fisika,
pemprograman komputer atau metodologi penelitian
Berfikir secara matematis dengan mengumpulkan bukti, membuat hipotesis, merumuskan berbagai mode,mengenbangkan contoh-contoh tandingan
6 7
Menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah matematis
Ibid. Paul, Op Cit., hal 31
Mengungkapkan ketertarikan dalam karir seperti akutansi, teknologi, komputer, hukum, mesin, ilmu kimia, dan penelitian labiraturium sains
Mempersiapkan model-model baru atau memahami wawasan baru dalam ilmu pengetahuan alam dan matematika.8
c. Kecerdasan Spasial Adalah kemampuan untuk memahami dunia visual-spasial secara akurat seprti yang dimikili oleh para pemburu, arsitektur, navigator dan dekorator. Termasuk di dalamnya kemampuan untuk mengenal bentuk dan benda secara tepat, melakukan perubahan sesuatu benda dalam pikirannya dan mengenali perubahan itu, menggambarkan suatu hal/ benda dalam pikiran dan mengubahnya dalam bentuk nyata, serta menggunakan data dalam suatu grafik serta peka terhadap keseimbangan, relasi, warna, garis, bentuk dan ruang.9 Karakteristik dari anak yang memiliki kecerdasan ini sebagai berikut:
Belajar dengan melihat dan mengamati, mengenali wajah-wajah, benda-benda,
bentuk-bentuk,
warna-warna,
detail-detail,
dan
pemandangan-pemandangan.
Mengarahkan dirinya pada benda-benda secara efektif dalam rungan
Kepekaan merasakan dan mebayangkan dunia gambar dan ruang secara akurat
Merasakan dan menghasilkan imajinasi memvisualisasikan secara detail
Menggunakan gambar visual sebagai alat bantu dalam mengingat informasi
Membaca grafik, bagan, peta, dan diagram belajar atau memalui mediamedia visual
Menikmati gambar-gambar tak beraturan, lukisan, ukiran, atau obyekobyek lain dalam bentuk yang kompleks dan memvisualisasikan bentuk baru
Menggerakkan obyek dalam ruang untuk menentukan interaksinya dengan obyek lain
8 9
Munif, Op Cit., hal 86 Paul, Op Cit., hal 31-33
Melihat benda dengan cara-cara yang berbeda atau dari perpektif baru
Merasakan pola-pola yang lembut maupun rumit
Menciptakan gambaran nyata atau informasi visual
Cakap membuat abstraksi desain
Menciptakan bentuk-bentuk baru dari media visual-spasial atau karya seni asli.10
d. Kecerdasan Kinesterik Adalah keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide-ide dan perasaan seperti pada aktor, atlet, penari, pemahat, dan ahli bedah. Kecerdasan ini meliputi keterampilan fisik tertentu seperti koordinasi, keseimbangan, ketangkasan, fleksibelitas dan kecepatan. Anak yang memiliki kecerdasan ini akan mudah mengungkapkan dirinya dengan gerak tubuh mereka. Mereka akan mudah menungangkan pikiran, rasa, dan perasaan memalui gerakan tubuh baik gerakan kaki dan tangan serta mimik wajah.11 Karakteristik dari anak yang memiliki kecerdasan ini sebagai berikut:
Menjelajahi lingkungan dan sarana melalui sentuhan dan gerakan.
Mempersiapkan untuk menyentuh, menangani atau memainkan apa yang akan menjadi bahan untuk dipelajari.
Menunjukkan keterampilan, dalam atri mengerakkan kelompok besar ataupun kecil.
Menjadi sensitif dan responsif terhadap lingkungan dan sistem secara fisik
Memdemonstrasikan keahlian dalam berakting, menari, atletik, menjahit, mengukir, memainkan keboard.
Mendemonstrasikan keseimbangan, keunggulan, keterampilan, dan ketelitian dalam tugas-tugas fisik dan kemampuan gerak motorik halus dan motorik kasar
Memiliki kemampuan melakukan pementasan fisik memalui perpaduan antara pikiran dan tubuh
10 11
Mengerti dan hidup dalam standar kesehatan fisik
Munif, Op Cit, hal 88 Paul, Op Cit, hal. 33-38
Memiliki kegemaran dalam bidang olahraga atau olah tubuh
Menentukan pendekatan baru dalam kemampua pendekatan baru dalam kemampuan fisik atau menciptakan bentuk-bentuk baru dalam menari, berolahraga atau kegiatan fisik lainnya.12
e. Kecerdasan Musik Adalah kemampuan untuk merasakan, mengubah, membedakan, mengekspresikan bentuk-bentuk musik dan suara. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, nada, melodi dan timbre (warna nada dalam sepotong musik). Serta meliputi kemampuan memainkan alat musik, menyanyi, menciptakan lagu, dan menikmami lagu, melodi, dan nyayian.13 Karakteristik dari anak yang memiliki kecerdasan ini sebagai berikut:
Mendengarkan dan merespons dengan ketertarikan terhadap berbagai bunyi termasuk suara manusia, suara-suara dari lingkuangan alam sektar dan muik, serta mengorganisasi beberapa jenis suara ke dalam pola yang bermakna.
Menikmati dan mencari kesempatan untuk mendengarkan musik atau suara-suara alam pada suasana belajar
Berhasrat untuk selalu ada di sekitar dan belajar dari pemusik
Merespons musik secara kinestetis dengan cara memimpin/ konduktor, memainkan, menciptakan, atau berdansa, secara emosional melaui respon terhadap suasana hati dan tempo musik
Menganalisis estetika musik dengan mengevaluasi dan menggali isi dan arti musik
Mengenali dan mendiskusikan berbagai gaya musik, aliran dan variasi budaya yang berbeda, menunjukkan ketertarikan terhadao aturan dalam musik dan meneruskan dengan memainkannya dalam kehidupan manusia
Mengoleksi musik dan informasi tentang musik dalam berbagai bentuk
Memainkan jenis atau beberapa alat musik dan dengan cepat menguasai teknik penggunaan alat musik yang baru dipelajari
12 13
Munif, Op Cit, hal. 90 Paul, Op Cit hal. 38-37
Mengembangkan kemampuan bernyanyi
Menggunakan perbendaharaan dan notasi musik
Secara cepet mampu menganalisis jenis nada, not, dan oktaf pada sebuah lagu dan mampu mengaransemen lagu
Mengembagkan
referensi
kerangka
berfikir
pribadi
untuk
mendengarkna musik
Dapat memberikan interpetasi menurut pendapat pribadi mengenai apa yang komposer sampaikan melalui musiknya, juga dapat mengkritik dan menganalisis musik.
Mengungkapkan ketertarikan untuk berkarir dibidang musik
Dapat menciptakan kompisisi asli dan atau instrumen musik14
f. Kecerdasan Interpersonal Adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, tempramen orang lain. Kecerdasan ini mencapkup kepekaan terhadap eks[resi wajah, suara, dan gerak tubuh, kemampuan
untuk
membedakan
berbagai
isyarat
interpersinal,
dan
kemampuan untuk merespon secara efektif isyarat-isyarat tersebut dalam beberapa cara pragmatis (misalnya, untuk mempengaruhi sekolompok orang agar mengikuti jalur tertentu dari suatu tindakan). Secara umum kecerdasan interpersonal berkaitan dengan kemampuan menjalin relasi, kominikasi dengan berbagai orang, kemampuan membentuk dan menjaga hubungan, serta mengetahui berbagai peran yang terdapat dalam suatu kelompok. Anak yang memiliki kecerdasan ini akam mudah dalam bergaul, berkerja sama dengan orang lain, mudah berkomunikasi dengan orang lain serta mudah berempati dengan orang lain.15 Karakteristik yang anak yang memiliki kecerdasan ini sbagai berikut:
Membentuk dan menjaga hubungan sosial
Mengetahui dan menggunakan cara-cara yang beragam dalam brhubungan dengan orang lain
14 15
Munif, Op Cit., hal 92 Paul, Op Cit., hal 38-39
Merasakan perasaan, pikiran, motivasi, tingkah laku dan gaya hidup orang lain.
Berpetisipasi dalam kegiatan kolaboratif dan menerima bermacam peran yang perlu dilaksankan oleh bawahan sampai pimpinan dalam suatu usaha bersama
Mempengaruhi pendapat dan perbuatan orang lain
Kepekaan merencanakan dan merespons secara tepat suasana hati, tempramen, motivasi, dan keinginran orang lain
Memahami dan berkomunikasi secara efektif baik dengan cara verbal maupun non verbal.
Berkaitan dengan kemampuan bergaul dengan orang lain, memimpin, kepekaan sosial tinggi negosiasi, bekerja sama, berempati tinggi.
Menyesuaikan diri terhadap lingkungan dengan kelompok yang berbeda dengan umpan balik dari orang lain
Menerima prespektif yang bermacam-macam dalam masalah sosial dan politik
Mempelajari keterampilan yang berhubungan dengan penengah sengketa , berhubungan dengan menorganisasikan orang untuk bekerja sama dengan orang dari berbagai latar belakang dan usia.
Tertarik pada pekerjaan sosial, konseling, manajemen atau politik
Membentuk proses sosial atau model yang baru.16
g. Kecerdasan Intrapersonal Adalah kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptatif berdasarkan pengenalan diri sendiri. Kecerdasan ini termasuk memiliki gambaran yang akurat tentang diri sendiri, kesadaran terhadap suasana hati dan batin, maksud, motivasi, tempramen, dan keinginan, serta kemampuan untuk mendisiplinkan diri, pemahaman diri dan harga diri. Pemikil kecerdasan ini menggunakan pengetahuan tentang dirinya untuk merencanakan, merencanakan dan mengarahkan kehidupan. Anak yang memiliki kecerdasan ini dapat mengatur
16
Munif, Op Cit, hal 94
perasaan dan emosinya sehingga kelihatan sangat tenang serta mudah berkonsentrasi dan lebih suka bekerja sendiri.17 Karakteristik anak yang memiliki kecerdasan ini sebagai berikut:
Sadar akan wilayah emosi dan kemampuan membedakan emosi
Memahami perasaan sendiri, pengetahuan tentang pengalaman diri sendiri termasuk kekuatan dan kelemahan diri
Menemukan cara-cara dan jalam keluar untuk mengekspresikan perasaan dan pemikirannya.
Mengembangkan model diri yang akurat
Termotivasi untuk mengidentifikasi dan memperjuangkan tujuannya
Membangun dan hidup dengan suatu sistem nilai etika (agama)
Bekerja mandiri
Penasaan tentang makna kehidupan, dan relevansi tujuan kehidupan
Berusaha mencari dan memahami pengalaman batinnya sendiri, kemampua intuitif, sensitif terhadap nilai.
Mendapatkan wawasan dalam kompleksitas diri dan eksistensi sebagai manusia
Berusaha mengaktualisasikan diri
Memberdayakan orang lain dalam upaya memiliki tanggug jawab kemanusiaan.18
h. Kecerdasan Naturalis Adalah kemampuan untuk mengerti tentang flora dan fauna dengan baik, dapat membuat distingsi konsekuensial lain dalam alam natural, kemampuan untuk konsenkuensial lain dalam alam natural, kemampuan untuk memahami dan menikmati alam dan menggunakan kemampuan secara produktif dalam berburu, bertani, dan mengembangan pengetahuan alam. 19 Karakteristik anak yang memiliki kecerdasan ini sebagai berikut:
Kesaaran untuk menjaga kelestarian lingkungan dari kerusakan lingkungan dan keterseimbangan ekosistem
Kemampuan meneliti gejala-gejala alam, mengklasifikasi penyebab gejala-gejala alam
17
Paul, Op Cit., hal 40-41 Munif, Op Cit., hal 97 19 Paul., Op Cit., hal 42-43 18
Keahlian membedakan anggota-anggota spesies, mengenali eksistensi spesies lain dan memetapkan hubungan antara beberapa spesies baik secara formal maupun non formal
Keahlian mengenali dan mengategorikan spesies flora dan fauna di lingkungan sekitar
Termotivasi dalam melakukkan riset untuk menghasilkan natural prodact sebagai penganti obat-obatan dan bahan sintetis
Menunjukkan kesenangan terhadap dunia hewan dan tumbuhan.20
i. Kecerdasan Eksistensi Adalah
kemampuan
untuk
menempatkan
diri
sendiri
dengan
memperhatikan capaian-capaian terjauh dalam kosmos (yang tak terbatas dan sangat tak terukur).21
Kecerdasan ini lebih menyangkut kepekaan dan
kemampuan
untuk
seseorang
menjawab
persoalan-persoalan
terdalam
eksistensi atau keberadaan manusia. Kecerdasan ini sering disebut dengan kecerdasan
spiritual.
antarkebutuhan
untuk
Sifat
kecerdasan
belajar
dengan
ini
selalu
kemampuan
memcari dan
koneksi
menciptakan
kecasadaran akan kehidupan setelah kematian. Kesembilan kercerdasan tersebut tidak semata-mata diklasifikasikan tanpa adanya dasar yang jelas melainkan memalui proses telaah yang panjang. pengklasifikasian kesembilan kecerdasan tersebut didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu sehingga dapat disebut dengan kecerdasan bukan hanya bakat, kemampuan, atau keterampilan semata. Dasar teoritis yang digunakan dalam mengeklasifikasian kecerdasan adalah sebagai berikut: a. Isolasi Potensi oleh kerusakan otak b. Keberadaan orang-orang yang berbakat, genius, dan individu yang luar biasa lainnya. c. Sejarah perkembangan yang khas dan serangkaian prestasi (perfomance) yang memenuhi persyaratan untuk disebut sebagai ahli, yang dapat didefinisikan dengan baik. d. Sebuah sejarah evolusi dan kemasukakalan evolusi 20 21
Munif, Op Cit., hal 99 Thomas, Op Cit., hal 195
e. Dukungan dari temuan-temuan psikometrik f. Duungan dari tugas-tugas psikologi yang bersifat eksperimental g. Sebuah operasi inti yang dapat diidentifikasi atau serangkaian operasi h. Keperkaan dan kerentanan terhadap pengkodean dalam sebuah sistem simbol.22 Terlepas dari pengertian berbagai macam kecerdasan dalam MI dan dasardasar teroritis dari konsep kecerdasan multiple yang perlu diingat adalah setiap anak memiliki kesemuan kecerdasan tersebut namun tiap-tiap anak memiliki porsi yang berbeda pada tiap-tiap kecerdasan sehingga muncullah beberapa anak yang menonjol pada salah satu kecerdasan tertentu.23 Kategorisasi kecerdasan digunakan untuk membantu dalam bentuk representasi mental. Beragam kecerdasan dalam MI sangat mungkin untuk dikembangkan dan ditingkatkan secara memadai hingga ketingkat kopetensi yang memadai pula. Pengembangan dan peningkatan bermacam kecerdasan inilah yang menjadi tugas dari
pendidikan.
Dengan
kata
lain
pendidikan
memiliki
fungsi
yakni
mengembangkan intelegensi seseorang hingga berkembang secara optimal.24 Bermacam-macam kecerdasan biasanya bekerja bersama-sama dalam cara yang kompleks disaat seseorang tengah memecahkan sebuah persoalan. Selain itu ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk menjadi cerdas dalam setiap kategorisasi. Teori kecerdasan multiple menekankan pada keberagaman cara-cara anak dalam menunjukkan bakat mereka diantara kecerdasan yang ada dan guru yang bertugas untuk mendukung dan mengembangkannya. Cara yang dapat dilakukkan oleh guru untuk mengetahui kecenderungan kecerdasan apa yang dimiliki oleh siswanya dapat dilakukan memalui tes Multiple Intelligensi atau yang biasa dikenal dengan Multiple Intelligensi Research (MIR). Hasil MIR dapat digunakan sebagai acuan oleh guru guna menentukan strategi pembelajaran apa yang tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran di dalam kelas. MIR dapat dibeikan pada saat tes penerimaan siswa baru dan secara berkala saat kenaikan kelas. Dengan mengetahui hasil MIR maka akan memudahkan guru dalam merencanakan serta melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan
22
Paul, Op Cit, hal 23 et seq. ; Thomas, Op Cit., hal 8 et seq. Thomas, Op Cit hal 15 24 Paul, Op Cit., hal 45 23
kecenderungan kecerdasan siswanya, sehingga terjadilah kesesuaian antara gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa. Dengan demikian maka terciptalah pembelajaran yang menyenangkan dan dapat memotivasi siswa untuk terus belajar.25 Selain melalui MIR, guru dapat mengetahui kecenderungan kecerdasan siswa memalui pengematan perilaku buruk siswa di kelas serta waktu yang banyak dihabiskan diluar jam sekolah. Misalnya siswa sangat linguistik ia suka berbicara meski bukan gilirannya, siswa yang sangat spasial akan mencoret-coret dan melamun, siswa sangat kinestetik akan gelisah ketika diminta untuk duduk diam, siswa yang sangat naturalis akan lebih suka berada diluar kelas. Perilaku buruk yang ditunjukkan siswa semacam penolakan atau bentuk pemberontakan terhadap ketidak nyamanan ia di dalam kelas.26 2. Multiple Intelligences dalam Dunia Pendidikan Pada mulanya MI adalah pembahasan dalam dunia psikologi yang kemudian ditarik keranah edukasi, sebab tidak dapat dipungkuri bahwa dunia pendidikan tidak dapat lepas dari pembahasan-pembahasan psikologi terutama dalam upaya mengenal peserta didik baik dari segi usia maupun kemampuan atau kecerdasan yang dimiliki. Gardner menyebutkan penerapan MI dalam pendidikan lebih tepat disebut sebagai strategi pembelajaran untuk materi apapun dalam semua bidang pelajaran.27 Teori multiple intelligences telah digunakan dan dikembangankan dalam sistem pendidikan di Amerika Serikat, dan memberikan banyak pengaruh pada perkembangan sistem pendidikan di negara tersebut. Pada bagian ini akan dijelasakan tentang pengaruh teori MI dalam pendidikan diantaranya meliputi kurikulum, pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. a. Kurikulum Penggunaan teori MI akan mempengaruhi penyusunan kurikulum, pengaruh yang menonjol yakni pada pemilihan materi pelajaran lewat topik-topik atau
25
Munif Chatib, Sekolahnya Manusia (Bandung: KAIFA, 2009) hal 99 et seq Thomas, Op Cit., hal 35 27 Munif, Sekolahnya Manusia., hal 108; Munif, Alamsyah. Op Cit., hal 74 26
tematik. Model penggunaan tamatik ini akan memungkinkan digunakannya pendekatan interdisipliner dilihat dari berbagai sudut.28 Misalnya dalam topik thaharoh: dapat didekati lewat pendekatan biologis, ekonomis, lingkungan, fisis, kimia, dll. dengan demikian materi yang dipelajari akan lebih bervariasi dan mencakup semua intelegensi yang ada. b. Pembelajaran Multiple Intelligences (MI) Penerapan teori MI dalam pendidikan telah banyak memberikan pengaruh dalam proses berlajar mengajar yang melibatkan siswa dan guru. Gardner menemukan banyak siswa yang kecewa atau kurang paus dengan cara mengajar guru mereka di sekolah, rasa kecewa dan tidak puas tersebut salah satunya disebabkan oleh guru seringkali monoton dalam mengajar sebab ia mengajar hanya menggunakan satu model yakni yang sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya saja, padahal siswa memiliki kecerdasan beragam dan berbeda antara satu dengan yang lain. Oleh sebab itu sebagai guru yang ingin melejidkan kemapuan siswanya dengan memperhatikan teori MI, setidaknya harus memperhatikan hal berikut: 1) Guru perlu mengerti inteligensi siswa-siswa mereka. 2) Guru perlu mengembangkan model mengajar dengan berbagai inteligensi, bukan hanya dengan inteligensi yang menonjol pada dirinya. 3) Guru perlu mengajar sesuai dengan inteligensi siswa, bukan dengan intelligensi dirinya sendiri yang tidak cocok inteligensi siswa. 4) Dalam mengevaluasi kemajuan siswa, guru perlu menggunakan berbagai model yang cocok dengan inteligensi ganda.29 Munif Chatib menyebut pembelajaran menuggunakan teori MI dengan strategi pembelajaran MI. Strategi pembelajaran MI adalah strategi pembelajaran berupa rangkaian aktifitas belajar yang merujuk pada indikator hasil belajar yang sudah ditentukan.
Inti dari strategi pembelajaran MI adalah bagaimana guru
mengemas gaya mengajarnya agar mudah ditangkap dan dimengerti oleh siswanya. 30
Penggunaan strategi pembelajaran MI dimaksudkan agar terjadi
kesesuaian antara gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa sehingga 28
Paul., hal 52 ; Thomas., hal 74 ibid, hal 58 30 Munif., Sekolahnya Manusia., hal 107 29
terciptalah pembelajaran yang tidak lagi monoton yang mampu meningkatkan motivasi siswa untuk terus belajar dan memberikan kemudahan dalam menangkap materi yang disampaikan guru. Penggunaan istilah strategi pembelajaran dalam penerapan MI dimaksudkan untuk memcakup perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi pembalajaran. Langkah awal dalam penerapan stategi pembelajaran MI adalah menyusun rencana pembelajaran (RPP) atau lesson plan. Penyusunan lesson plan sama halnya dengan menyusun RPP pada umumnya. Namun dalam strategi pembelajaran MI lesson plan yang dibuat hendaknya lebih kreatif, makna kreatif disini adalah kevariatifan dalam metode pembelajaran yang digunakan dan tentunya disesuaikan berbagai macam kecerdasan yang ada. Dalam lesson plan hendaknya dapat membawa siswa untuk belajar aktif, dapat memberikan pengalaman nyata yang tidak mudah terlupakan, terkait dengan pemecahan masalah nyata dalam kehidupan, menyenangkan, dan manfaatnya dapat dirasakan langsung.31 Dalam mengaplikasikan MI dalam pembelajaran terdapat beragam metode pembelajaran yang dapat digunakan.
Berikut ini beberapa metode yang dapat
digunakan yang disajikan berdasarkan kecerdasan32: Kecerdasan Linguistik - Membaca - Menulis informasi - Menulis naskah - Wawancara - Presentasi - Mendodngeng - Bercerita - Bertukar pikiran (Brainstorming) - Debat - Membuat puisi, cerpen, artikel - Tanya jawab - Tabak kata - Melaporkan suatu peristiwa (reportase) Kecerdasaan Visual - Visualisasi - Fotografi - Dekorasi 31 32
Munif., Gurunya Manusia., hal 134 et seq. Munif, Sekolah anak-anak Juara., hal. 82-100
Kecerdasan Logis Matematis - Grafik, bagan, diagram - Pembuatan pola - Pengkodean - Perhitungan - Pengklasifikasian dan kategorisasi - Membuat hipotesis - Praktikum - Studi kasus - Penalaran ilmiah
Kecerdasan Kinestetik - Body answer - Kelas teater - Simulasi
-
Desain Simbol grafis Mind mapping (peta pikiran) Imajinasi Metavora warna
Kecerdasan Musik - Bernyayi - Menciptakan lagu - Senandung - Belajar dengan pola-pola musik - Musik suasana Kecerdasan Intrapersonal - Berbagi kasih - Refleksi - Motivasi diri - Renungan - Ekspresi diri
- Hands of thingking - Gerak tubuh - Kerja tangan - Olah tubuh - Outbound - Petualangan - Bermain peran Kecerdasan Interpersonal - Kerja kelompok - Belajar kelompok - Kolaborasi - Negosiasi - Manajement konflik Kecerdasan Naturalis - Wisata alam - Penelitian lingkungan - Belajar di alam terbuka - Mengunakan binatang atau hewan sebagai alat peraga - Studi lingkungan
Secara umum seorang guru dapat mengembangkan cara mengajar dengan inteligensi lain yang tidak dikuasi. Caranya dengan melatih metode tertentu sesuai dengan inteligensi apa yang ingin dikuasai. Jika siswa melalui pendidikan dapat membantunya mengasah dan mengembangkan kecerdasannya, begitu juga dengan guru dalam menvariasi cara mengeajarnya dengan memperhatikan keragaman kecergasan siswanya. Penggunaan teori MI dalam pendidikan tidak hanya berdampak pada pengajaran saja yang bervariatif tetapi juga pada pengaturan kelas. Kelas dapat dibuat lebih fleksibel sehingga akan memudahkan guru dan siswa dalam menggukan beragam metode pembelajaran. Pembelajaran tidak hanya dilaksanan di ruang kelas tertutup, tetapi dapat dilaksanakan di berbagai tempat di sekitar sekolah sesuai dengan materi yang dipelajari. Selain itu guru juga dapat mendesain kelas dengan gambar-gambar yang bervariatif sehingga ruang kelas menjadi lebih nyaman dan menyenangkan. c. Evaluasi Pembelajaran Dengan sistem pembelajaran dan juga pendekakan yang variatif maka dalam melakukan evaluasi harus berfaruasi pula, mengingat satu macam evaluasi saja tidak cukup dalam menilai keberhasilan siswa dalam belajar. Evaluasi yang
dipandang cocok dengan model pembelajaran MI adalah dengan melihat perfoma siswa dalam situasi yang real, sehingga evaluasi yang dilakukan akan lebih autentik dan menyeluruh. Terdapat beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam melaksanakan evaluasi sehingga menjadi autentik dan menyeluruh, diantantaranya sebagai berikut: 1) Guru perlu melihat bagaimana siswa menunjukkan prestasinya berkaitan dengan setiap intelligensi yang digunakan 2) Guru dapat mengumpulkan semua dookumen yang dihasilkan siswa selama proses pembelajaran (portofolio) seperti tes formal, informal, lisan, foto, pekerjaan,
jurnal
yang
ditulis,
hasil interview,
pengamatan
pembalajaran, dan sebagainya. 3) Guru perlu melihat bagaimana hasil kerja proyek bersama teman-teman. 4) Membuat tes yang bervariasi.
selama
BAB III KESIMPULAN
Teori Multiple Intelligences muncul sebagai bentuk krtitik terhadap teori IQ yang membatasi kecerdasan hanya pada kecerdasan Logis-Matematis dan Linguistik saja. sementara dalam teori MI terdapat sembilan kecerdasan manusia yakni: a) Kecerdasan Liguistic, (b) Kecerdasan Logis-Matematic, (c) Kecerdasan Visual-Spasial, (d) Kecerdasan Kinestetik, (e) Kecerdasan Intrepersonal, (f) Kecerdasan Intrapersonal, (g) Kecerdasan Naturalis, (h) Kecerdasan Eksistensialis. Teori ini menyadari betul bahawa setiap anak yang lahir ke dunia memiliki keuniakan tersendiri yang berhak mendapatkan pengakuan dan di apresiasi dalam kehidupan utamannya dalam pendidikan. Sebab pendidikan merupakan wadah bagi siswa untuk membentuk dan mengembangkan potensi untuk dapat menjalankan tugasnya sebagai khalifah di bumi dan membawa rahmad bagi seluruh alam ini. Pembelajaan berbasis Multiple Intelligences merupakan dalah satu bentuk inovasi pembelajaran yang dapat menjadi pilihan bagi guru Pemdiikan Agama Islam di Indonesia. Mengimplementasikan pembelajaran berbasis Multiple Intellegences berarti menggunakan pendekatan interdisipliner dalam mengembangkan materi pembelajaran, menggunakan multimodel pembelajaran, dan menggunakan penilaian autentik dalam evaluasi pembelajarannya. Hal ini dimaksudkan untuk mewadahi kebaragaman kecerdasan yang dimiliki oleh siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong, Thomas. 2013. Kecerdasan Mutliple di Dalam Kelas Edisi Ketiga. Jakarta: INDEKS Chatib Munif. 2009. Sekolahnya Manusia; Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia. Bandung: KAIFA. Chatib, Munif. 2011. Gurunya Manusia; Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara. Bandung: KAIFA. Chatib, Munif dan Alamsyah Said. 2012. Sekolah Anak-Anak Juara: Berbasis Kecerdasan Jamak dan Pendidikan Berkeadilan. Bandung: KAIFA. Prasetyo, reza. 2009. Multiply Your Multiple Intelligences: melatih 8 kecerdasan majaemuk pada anak dan Dewasa. Yogjakarta: ANDI. Suparno Paul. 2004. Teory Intelligensi Ganda Dan Aplikasinya Di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius. Syufah, Ariany. 2009. Multiple Intelligences for Islamic Teaching. Bandung: Stigma Publishing.