e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
PENGARUH MODEL INTEGRATED LEARNING ( PEMBELAJARAN TERPADU) TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV SD GUGUS IX DARMASABA Ni Gusti Ayu Yenny Martha Dewi1, I Gusti Agung Oka Negara2, I Wayan Rinda Suardika3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Bahasa Indonesia antara siswa yang belajar melalui model pembelajaran terpadu dan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional di kelas IV SD Gugus IX Darmasaba. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan “Nonequivalent control group design”. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Gugus IX Darmasaba sebanyak 186 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah random sampling”. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas IV SD No. 5 Darmasaba sebagai kelompok eksperimen sebanyak 31 siswa dan kelas IV SD No. 1 Darmasaba sebagai kelompok kontrol sebanyak 34 siswa. Data tentang hasil belajar Bahasa Indonesia dikumpulkan melalui metode tes berupa tes esay. Selanjutnya data dianalisis dengan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Bahasa Indonesia antara siswa yang belajar melalui model pembelajaran terpadu dan siswa yang belajar melalui model pembelajaran konvensional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model Pembelajaran Terpadu berpengaruh terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Gugus IX Darmasaba. Kata-kata kunci: model pembelajaran terpadu, konvensional dan hasil belajar Bahasa Indonesia. Abstract This research aims to investigate the difference of Bahasa Indonesia learning result between the student that learn by integrated learning model and the student that learn by conventional learning in fourth grade of SD Gugus IX Darmasaba. This research was quasy experiment that used Nonequivalent control group design. The population of this reseacrh were the students of fourth grade of SD Gugus IX Darmasaba which consisted of 186 students. The sampling tehnique in this research was random sampling. Sample in this research were the students of fourth grade of SD No 5 Darmasaba as experiment group which consisted of 31 students and the students of fourth grade of SD No 1 Darmasaba as control group which consisted of 34 students. The data of Bahasa Indonesia learning result collected by essay test. Therfore, the data analyzed by t-test. The result of this research show that there is a difference of Bahasa Indonesia learning result between the student that learn by integrated learning model and the student that learn by conventional learning. Thus, can be concluded that the integrated learning model have a effect towards Bahasa Indonesia learning result of fourth grade of SD Gugus IX Darmasaba. Keywords: integrated learning model, conventional learning model, and Bahasa Indonesia learning result
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 PENDAHULUAN Pemerintah selalu melakukan perubahan demi menghasilkan pendidikan yang lebih baik. Pendidikan yang tepat akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu yang dilakukan oleh pemerintah adalah melakukan pembaharuan terhadap kurikulum sesuai dengan perkembangan kebutuhan sumber daya manusia di masyarakat. Kurikulum terus mengalami inovasi diantaranya KBK, KTSP, dan saat ini yang terbaru adalah kurikulum 2013 (Permendikbud, 2013:15). Pembelajaran pada kurikulum 2013 dilakukan dengan cara memadukan beberapa mata pelajaran menjadi tematema yang telah ditentukan oleh pemerintah. Melalui kesepakatan bersama yang dibuat oleh guru-guru sekota Denpasar, pada masing-masing sekolah menerapkan kurikulum 2013.Hanya saja di Kabupaten Badumg seluruhnya belum menerapkan kurikulum 2013 khususnya pada SD Gugus IX Darmasaba. Demi tercapainya kebersamaan dan meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia perlu adanya kecermatan guru dalam menyusun kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang optimal sangat ditentukan oleh kualitas proses dan hasil pembelajaran, salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran Integrated Learning (Terpadu). Integrated Learning (Terpadu) adalah model pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pem-belajaran dengan mengintegrasikan kegiatan pembelajaran ke dalam semua bidang pengembangan, meliputi aspek kognitif, sosial-emosional, bahasa, moral, dan nilai-nilai agama, fisik motorik, dan seni. Semua bidang pengembangan tersebut dijabarkan ke dalam kegiatan pembelajaran yang dipusatkan pada satu tema sehingga pembelajaran menjadi terpadu. Semua kegiatan dalam pembelajaran terpadu melibatkan pengalaman langsung (hands on experience) bagi anak serta memberikan berbagai pemahaman tentang lingkungan sekitar anak. Kegiatan yang
dilakukanpun memungkinkan anak untuk memadukan pengetahuan dan keterampilannnya dari pengalaman satu ke pengalaman lainnya. Di samping itu, mengintegrasikan semua bidang pengembangan, pembelajaran terpadu juga memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal, seperti melatih kemampuan motorik halus dan motorik kasar, mengobservasi, menghitung, mengingat, membandingkan, mengklasifikasi, bermain peran serta mengeksplorasikan gagasan, serta kreativitas (Eliason dan Jenkins,1994:11). Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi yang dipergunakan oleh masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Wibowo, Walija (1996:4) definisi bahasa ialah, “komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat kepada orang lain”. Bahasa Indonesia yang baik dan benar sangatlah penting dibelajarkan khususnya pada siswa-siswa sekolah dasar agar nantinya mereka dapat menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat kepada orang lain secara baik dan mudah dimengerti, sehingga dapat diterima oleh masyarakat. Pembelajaran yang menye-nangkan adalah pembelajaran yang dapat memberikan siswa mem-bangun pengetahuannya sendiri. Pembelajaran seperti ini membuat suasana kelas menjadi ramai untuk membahas suatu permasalahan. Deporter, Reardon & Nourie (2010:31) menyatakan, dengarkan dengungan para siswa yang tertarik dan memperhatikan Anda, perhatikan tangan-tangan teracung dengan antusias, tubuh-tubuh condong ke depan penuh rasa ingin tahu, dan gemuruh suka-ria perayaan. Rasakan keriangan berbagi wawasan dan kehangatan saling tukar perkataan yang menyemangati. Lihatlah ke sekeliling tempat Anda yang menggemakan pembelajaran dan penjelajahan. Tataplah mata siswa-siswa Anda. Rasakan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 pengaruh yang Anda miliki di dalam kehidupan mereka. Pada umumnya siswa akan merasa senang pada suatu pembelajaran, jika dia merasa bisa melakukan semua kegiatan pembelajaran dengan baik dan bisa menjawab semua pertanyaan yang diberikan oleh guru pada saat pembelajaran. Sebagai seorang guru, pastinya akan merasa senang dan bangga bila para siswa bisa belajar dengan baik dan dapat menuntaskan pelajaran dengan hasil yang baik pula. Menurut Suryosubroto (2002: 96), “belajar tuntas adalah suatu filsafat yang mengatakan bahwa dengan sistem pengajaran yang tepat semua siswa dapat belajar dengan hasil yang baik dari hampir seluruh materi pelajaran yang diajarkan di sekolah”. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada 4 Desember 2013 di 7 sekolah di Gugus IX Darmasaba, semua sekolah belum ada yang pernah menerapkan pembelajaran model Integrated Learning (Terpadu) di kelas tinggi. Pembelajaran yang sudah digunakan hanya pembelajaran tematik yang dilakukan di kelas rendah. Pembelajaran sehari-hari yang digunakan di kelas tinggi adalah pembelajaran konvensional yang banyak menggunakan metode ceramah, tanyajawab, dan penugasan. Setelah dilakukan wawancara, pemisahan pembe-lajaran di kelas-kelas menyebabkan ada beberapa pelajaran salah satunya Bahasa Indonesia yang kurang disukai oleh siswa karena dianggap terlalu membosankan, sehingga hasil belajar siswa pada mata pelajaran tersebut kurang optimal. Kenyataan seperti inilah yang seharusnya memotivasi guru untuk melakukan pembaharuan pada pembelajaran. Inovasi (pembaha-ruan) perlu dilakukan agar tercipta suasana belajar yang menye-nangkan, menarik, membuat siswa terfokus pada pembelajaran, mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif serta bermuara pada terciptanya suasana belajar yang optimal. Keunggulan pembelajaran model Integrated Learning
(Terpadu) ini adalah berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak (Hernawan,dkk, 2009:1.6). Inovasi pembelajaran perlu diterapkan pada pembelajaran di sekolah dasar karena dapat menciptakan suasana belajar kondusif, aktif, dan menyenangkan. Menurut Trianto (2010:17), “pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru dalam membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan. Usaha sadar dari seorang guru dapat diimplemen-tasikan dengan menggunakan pembelajaran model Integrated Learning (Terpadu) untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model Integrated Learning (Terpadu) ini akan dikenalkan di SD Gugus IX Darmasaba untuk membuat suasana belajar lebih menyenangkan. Hal menyenangkan ini diperoleh siswa karena pembelajaran tidaklah secara langsung dibelajarkan kepada siswa, tetapi materi yang akan diajarkan dikemas melalui kegiatan-kegiatan yang menarik seperti bermain, olahraga, bermain peran, bercerita, dan lain sebagaianya. Sehingga, siswa tidak akan merasakan suasana formal pembelajaran yang menakutkan. Siswa akan merasa pembelajaran tersebut adalah pembelajaran yang menarik, dan membuatnya bersaing. Pembelajaran akan dirasakan oleh siswa sebagai suasana bermain. Berbagai mata pelajaran di sekolah dasar seperti Bahasa Indonesia, IPA, matematika, PKn, dan IPS pada umumnya dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional melalui metode ceramah, penugasan dan tanya jawab. Ceramah yang diberikan oleh guru membuat pembelajaran menjadi pembelajaran berpusat pada guru dan siswa hanya mendengarkan saja.Penugasan yang diberikan juga hanya sebatas pada penugasan mengerjakan soal-soal yang ada di buku pelajaran.Inovasi pembelajaran harus dikembangkan pada pembelajaran di
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 kelas khususnya dikelas tinggi seperti di kelas IV. Pembelajaran yang bisa diberikan adalah pembelajaran model Integrated Learning (Terpadu). Pembelajaran model Inte-grated Learning (Terpadu) dapat membantu siswa memperoleh pengalaman langsung sehingga dapat menambah kekuatan siswa untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajari. Pembelajaran model Integrated Learning (Terpadu), merupakan pembelajaran yang menarik digunakan karena pembelajaran ini menggunakan tema-tema yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling siswa dan sangat cocok dengan perkembangan siswa. Selain itu, pembelajaran ini dapat memberikan stimulus yang baik kepada siswa sehingga siswa dapat memberikan respon yang tepat dan bermakna pada saat pembelajaran berlangsung.Pembelajaran terpadu ini bisa dilaksanakan guru di dalam kelas, atau bisa dilaksanakan guru di luar kelas. Kegiatan pembelajaran di luar kelas akan menambah motivasi siswa untuk belajar, karena suasana belajar yang dirasakan siswa akan terasa seperti suasana bermain, sehingga tidak ada perasaan tertekan saat siswa belajar. Hernawan (2009:1.8) menya-takan pembelajaran terpadu dapat membuat siswa mempunyai pengalaman yang relevan dengan perkembangan siswa. Pembelajaran terpadu juga dapat memberikan pembelajaran yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna sehingga ingatan siswa akan lebih tahan lama. Pembelajaran terpadu dapat menumbuhkembangkan keterampilan berpikir siswa serta pembelajaran terpadu ini dapat melatih keterampilan sosial siswa seperti bekerjasama dalam suatu kegiatan. Pembelajaran model Integra-ted Learning (Terpadu) tidak seperti pembelajaran konvensional yang memberikan latihan-latihan secara terusmenerus, tetapi pembelajaran terpadu ini lebih mengutamakan kegiatan siswa yang terfokus kepada praktik pembelajaran yang disesuaikan dengan
kebutuhan perkembangan anak. Pembelajaran terpadu ini dipandang sebagai upaya untuk mempengaruhi hasil belajar siswa saat ini sehingga menciptakan hasil belajar siswa yang optimal. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Trisnayanti (2013) yang menyatakan bahwa,” pembelajaran terpadu berbantuan media gambar berpengaruh terhadap kemampuan menulis permulaan pada siswa kelas II SD di gugus IX kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2012/2013. Berbagai upaya dilakukan agar antara kedua kelompok belajar yang dikenai perlakuan pembelajaran model Integrated Learning (Terpadu) dan pembelajaran konvensional tidak mengalami perlakuan yang berbeda pula pada hal lainnya. Dengan demikian, hasil belajar yang akan diperoleh nantinya adalah otentik berdasarkan hasil yang nyata. Beane (1995:25),”pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang efektif untuk membantu mengembangkan kemampuan anak sebagai pencipta dan pengembang ilmu pengetahuan berdasarkan pengalaman nyata dalam kehidupan mereka melalui interaksinya dengan lingkungan”. Hamalik (2006:133) menambahkan,”pembelajaran terpadu adalah suatu sistem pembelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah atau proyek yang dipelajari/ dipecahkan oleh siswa baik secara individual, maupun secara berkelompok dengan metode yang bervariasi dan melalui bimbingan guru guna mengembangkan pribadi siswa secara utuh dan terintegrasi”. Menurut Trianto (2007:6) ”model pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individu maupun kelompok dapat mencari, menggali, dan menemukan sendiri suatu konsep baik secara holistik, bermakna, dan otentik”. Pembelajaran terpadu ini merupakan pembelajaran yang memadukan beberapa pokok bahasan. Melalui pembelajaran terpadu peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung., sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi pesan-
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 pesan tentang hal-hal yang dipelajari. Dengan demikian peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajarinya. Lebih lanjut Hernawan, dkk. (2009:1.6) menyatakan, ”pembelajaran terpadu merupakan suatu pembelajaran yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak”. Integrated Learning ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelegensi anak”. Pelaksanaan pembelajaran terpadu ini bertolak dari suatu topik atau tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama-sama anak. Tujuan dari tema ini tidak hanya untuk menguasai konsep-konsep mata pelajaran, akan tetapi konsep-konsep dari mata pelajaran terkait dijadikan sebagai alat atau wahana untuk mempelajari dan menjelajahi topik atau tema tersebut. Berdasarkan pemaparan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran model Integrated Learning (Terpadu) dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelas IV SD Gugus IX Darmasaba. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan “Nonequivalent control group design”. Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan menganalisis hasil ulangan semester genap kelas IV dari kedua kelas sampel untuk mengetahui kesetaraannya. Analisis yang digunakan untuk mengetahui kesetaraan tersebut adalah statistik parametrik yaitu uji-t. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa antara siswa kelas IV SD No. 5 Darmasaba dengan siswa kelas IV SD No. 1 Darmasaba memiliki distribusi data yang normal dan homogen serta hasil uji-t menyatakan bahwa kedua kelompok data tersebut tidak terdapat perbedaan yang
signifikan atau dengan kata lain kedua kelas tesebut memiliki kemampuan yang setara. Karena kedua kelompok setara, maka selanjutnya dilakukan randomisasi untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil randomisasi diperoleh kelas IV SD No. 5 Darmasaba sebagai kelompok eksperimen dan kelas IV SD No. 1 Darmasaba sebagai kelompok kontrol. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Gugus IX Darmasaba sebanyak 186 siswa.Penentuan sampel dilakukan dengan teknik “random sampling”. Sehingga diperoleh dua kelas yaitu kelas IV SD No. 5 Darmasaba berjumlah 31 siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas IV SD No. 1 Darmasaba berjumlah 34 siswa sebagai kelompok kontrol. Langkah selanjutnya adalah pemberian treatmen yaitu berupa model Integrated Learning (Terpadu) untuk kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional untuk kelompok kontrol. Masing-masing kelompok akan diberikan 6 kali treatmen dan dilakukan post-test pada pertemuan ke-7. Selama pelaksanaan atau pemberian treatmen juga dilakukan observasi untuk mendapatkan nilai afektif dari kedua kelompok baik eksperimen maupun kontrol. Setelah hasil post-test dan hasil observasi dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol didapatkan maka dilanjutkan dengan menggabungkan kedua nilai tersebut sehingga didapat hasil belajar yang utuh. Hasil belajar ini selanjutnya dianalisis menggunakan uji-t. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan quasy experiment atau eksperimen semu yang menggunakan rancangan nonequivalent control group design yang dianalisis dengan menggunakan uji-t. Objek yang diteliti adalah hasil belajar Bahasa Indonesia kelas IV dari penerapan model pembelajaran Integrated Learning (Terpadu). Dengan demikian data pada penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua yaitu, (1) hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IV yang dibelajarkan dengan model Integrated Learning (Terpadu), (2)
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IV yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Data kelompok eksperimen adalah data hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IV yang dibelajarkan dengan model Integrated Learning (Terpadu). Data hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IV ini merupakan penggabungan data hasil belajar kognitif yang diperoleh dari hasil post test dan hasil belajar afektif yang diperoleh dari hasil observasi. Pembobotan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IV ini adalah 60% hasil belajar kognitif dan 40% hasil belajar afektif. Dari paparan data hasil belajar Bahasa Indonesia kelas IV kelompok eksperimen, terdapat 31 orang siswa dengan nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 86 dan nilai terendah adalah 46. Data kelompok kontrol adalah data hasil belajar Bahasa Indonesia
siswa kelas IV yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Data hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IV ini merupakan penggabungan data hasil belajar kognitif yang diperoleh dari hasil post test dan hasil belajar afektif yang diperoleh dari hasil observasi. Pembobotan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IV ini adalah 60% hasil belajar kognitif dan 40% hasil belajar afektif. Dari paparan data hasil belajar Bahasa Indonesia kelas IV kelompok kontrol, terdapat 34 orang siswa dengan nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 78 dan nilai terendah adalah 45. Hasil perhitungan dan uji signifikan normalitas sebaran data dengan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) secara keseluruhan disajikan pada tabel berikut.
Tabel 1. Hasil Pengujian Normalitas Sebaran Data Penelitian Kelompok Eksperimen Kontrol
n 31 34
Statistik K-S 0,078 0,147
Berdasarkan perhitungan uji normalitas, tampak bahwa harga statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S) yang diperoleh dari hasil pengolahan dengan program SPSS 16.00 for Windows adalah p > 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa (1) hasil belajar bahasa Indonesia kelompok eksperimen dan (2) hasil belajar bahasa Indonesia kelompok kontrol berdistribusi normal. Selain uji normalitas, untuk dapat menganalisis data dengan menggunakan statistik parametrik khususnya dengan uji-t juga perlu dipastikan kalau kedua data yang dianalisis tersebut homogen. Uji homogenitas varians dilakukan untuk meyakinkan bahwa perbedaan benarbenar berasal dari perbedaan antar kelompok, bukan berasal dari perbedaan
Sig 0,200 0,059
0,05 0,05
Kesimpulan Normal Normal
yang terjadi di dalam kelompok. Pengujian homogenitas varians dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Levene’s Test for Equality of Variances. Hasil uji homogenitas varians melalui uji Levene’s Test for Equality of Variances. Berdasarkan uji Levene’s Test for Equality of Variances diperoleh nilai-nilai Sig sebesar 0,194 Nilai tersebut ternyata lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa varians skor masing-masing kelompok adalah homogen. Selanjutnya, untuk menguji hipotesis penelitian dilakukan dengan uji t yang ringkasannya dapat dilihat pada tabel berikut.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji – t Data Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD No. 5 Darmasaba (Kelompok Eksperimen) dan Siswa SD No. 1 Darmasaba (Kelompok Kontrol)
No Kelompok
N
1 Eksperimen 31 2 Kontrol
34
Taraf
db
Signifikan 5%
_
X
S2
t hit
t tabel
Keputusan
63 67,23 95,65 2,534 2,00 Terdapat perbedaan yang signifikan 61,32 79,62
Berdasarkan hasil perhitungan uji-t diperoleh nilai t hit sebesar 2,534 sedangkan harga t tab pada taraf signifikan 5% dan db = n 1 + n 2 – 2 = 60 diperoleh sebesar 2,00, sehingga t hit lebih besar dari t tab. Ini berarti hipotesis nol (H 0) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Bahasa Indonesia antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model Integrated Learning (Terpadu) dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus IX Darmasaba tahun ajaran 2013/2014 ditolak. Ini berarti hipotesis alternatif (H a) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penerapan model Integrated Learning (Terpadu) terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IV di SD Gugus IX Darmasaba tahun pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Trisnayanti (2013) dengan judul, “Pengaruh Pembelajaran Terpadu Berbantuan Media Gambar terhadap Kemampuan Menulis Permulaan Siswa Kelas II SD Gugus IX Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2012/2013”. Perolehan prosentase rata-rata siswa dari pra tindakan ke siklus I meningkat sebesar 12,5%, sedangkan dari hasil silkus I ke siklus II meningkat sebesar 31,25%. Perbedaan hasil belajar tersebut disebabkan kelompok siswa yang
dibelajarkan dengan model Integrated Learning (Terpadu) dapat lebih gampang memahami atau memaknai setiap materi yang dibelajarkan. Hal itu dikarenakan strategi pembelajaran ini memiliki kesesuaian dengan karakteristik mata pelajaran Bahasa Indonesia. Strategi ini juga merupakan pembelajaran yang bernafaskan kontekstual, jadi dalam pelaksanaannya tentunya materi-materi pembelajaran dikaitkan dengan konteks nyata yaitu lingkungan atau pengalaman peserta didik sehingga pemahamannya terhadap materi jadi lebih optimal. Selain itu komponen-komponen dari strategi pembelajaran ini memberikan kesempatan pada siswauntuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya baik gaya audio, visual, maupun kinestetik. Berbeda dengan yang diterapkan pada kelompok kontrol, strategi pembelajaran yang konvensional yang diterapkan sering kali menimbulkan kebosanan karena selalu disajikan dengan ceramah dan tanya jawab. Strategi seperti ini tidak memberikan kesempatan pada peserta didik belajar sesuai dengan gaya belajarnya dan cenderung menunggu informasiinformasi yang disampaikan oleh guru. Jadi sudah dapat dilihat proses pembelajaran dengan pembelajaran konvensional membuat siswa cenderung pasif yang berpengaruh pada perolehan hasil belajar siswa yang kurang optimal. Dalam pembelajaran konvensional, tindakan atau perilaku individu didasarkan oleh faktor dari luar dirinya,
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 misalnya individu tidak melakukan sesuatu karena takut dengan adanya hukuman, atau melakukan sesuatu hanya sekedar untuk memperoleh angka atau nilai dari guru. Selanjutnya, pengetahuan yang dimiliki setiap individu dalam pembelajaran konvensional tidak berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya atas dasar setiap siswa memiliki perbedaan dalam memaknai pengetahuan yang dimiliki. Guru mempunyai tanggung jawab penuh memantau dan mengembangkan pembelajaran karena guru sebagai penentu jalannya proses pembelajaran yang mana pembelajaran hanya dilakukan di dalam kelas dan keberhasilan pembelajaran hanya diukur dari tes saja. Pembelajaran terpadu mempunyai kelebihan memberikan ruang yang besar bagi siswa untuk belajar sesuai minat dan kebutuhannya sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu juga memberikan siswa kesempatan untuk menumbuhkan keterampilan sosialnya, serta waktu yang dibutuhkan dalam pembelajaran terpadu relative lebih singkat karena dapat memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus. Penelitian ini didukung oleh pendapat Trianto (2007:6) ”model pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individu maupun kelompok dapat mencari, menggali, dan menemukan sendiri suatu konsep baik secara holistik, bermakna, dan otentik”. Pembelajaran terpadu ini merupakan pembelajaran yang memadukan beberapa pokok bahasan. Melalui pembelajaran terpadu peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung., sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi pesan-pesan tentang hal-hal yang dipelajari. Dengan demikian peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajarinya.
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pembelajaran yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak”. Integrated Learning ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelegensi anak”. Pelaksanaan pembelajaran terpadu ini bertolak dari suatu topik atau tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama-sama anak. Tujuan dari tema ini tidak hanya untuk menguasai konsep-konsep mata pelajaran, akan tetapi konsep-konsep dari mata pelajaran terkait dijadikan sebagai alat atau wahana untuk mempelajari dan menjelajahi topik atau tema tersebut. Pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang efektif untuk membantu mengembangkan kemampuan anak sebagai pencipta dan pengembang ilmu pengetahuan berdasarkan pengalaman nyata dalam kehidupan mereka melalui interaksinya dengan lingkungan. Pembelajaran terpadu adalah suatu sistem pembelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah atau proyek yang dipelajari/dipecahkan oleh siswa baik secara individual, maupun secara berkelompok dengan metode yang bervariasi dan melalui bimbingan guru guna mengembangkan pribadi siswa secara utuh dan terintegrasi. Pembelajaran terpadu mempunyai kelebihan memberikan ruang yang besar bagi siswa untuk belajar sesuai minat dan kebutuhannya sehingga pembelajaran lebih bermakna. Selain itu juga memberikan siswa kesempatan untuk menumbuhkan keterampilan sosialnya, serta waktu yang dibutuhkan dalam pembelajaran terpadu relative lebih singkat karena dapat memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus. Hernawan (2009:1.8) menambahkan kelebihan pembelajaran terpadu sebagai berikut: (1) pengalaman dan kegiatan belajar akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan siswa, (2) kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 sesuai dengan minat dan kebutuhan anak, (3) seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi siswa sehingga hasil belajar akan lebih tahan lama, (4) pembelajaran terpadu dapat menumbuhkembangkan keteram-pilan berpikir siswa, (5) menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan perma-salahan yang sering ditemukan oleh siswa di lingkungannya, dan (6) menumbuh-kembangkan keterampilan sosial siswa seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan respek terhadap gagasan orang lain. Berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah dipaparkan menunjukan bahwa model Integrated Learning (Terpadu) telah terbukti lebih baik dibandingkan dengan penerapan pembelajaran konvensional. Maka dari itu, model Integrated Learning (Terpadu) ini dapat diterapkan sebagai variasi dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa tidak mudah jenuh dan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan pada akhirnya hasil belajar Bahasa Indonesia dapat dioptimalkan. PENUTUP Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang dipaparkan pada BAB IV, dapat disimpulkan hasil penelitian ini sebagai berikut. Dari hasil analisis uji-t diperoleh thit = 2,534 dan ttab = 2,000, sehingga thit> ttab. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar bahasa Indonesia antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model Integrated Learning (Pembelajaran Terpadu) dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model Integrated Learning (Pembelajaran Terpadu) berpengaruh terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas IV SD di gugus IX Darmasaba tahun ajaran 2013/2014. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh beberapa saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut: (1) Bagi guru, Dari hasil penelitian ini yang menunjukan bahwa model Integrated
Learning (Pembelajaran Terpadu) terhadap hasil belajar bahasa Indonesia pada siswa kelas IV di SD gugus IX Darmasaba tahun pelajaran 2013/2014. Maka dari itu bagi guru sebagai variasi strategi pembelajaran disarankan untuk menerapkan model Integrated Learning (Pembelajaran Terpadu) dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia, (2) Bagi siswa, Siswa mampu mengaitkan antar materi yang diajarkan, mampu meningkatkan kemampuan di dalam memecahkan suatu permasalahan dan hasil belajar bahasa Indonesia, serta meningkatkan motivasi belajar khususnya di dalam proses pembelajaran, dan (3) Bagi peneliti lainnya Kepada peneliti lain diharapkan melakukan penelitian dengan model Integrated Learning (Pembelajaran Terpadu) pada materi bahasa Indonesia yang lain atau mata pelajaran selain bahasa Indonesia serta dengan melibatkan sampel yang lebih luas. DAFTAR PUSTAKA Deporter, Bobbi, Mark Reardon & Sarah Singer-Nourie. 2010. Quantum Teaching Mempraktikkan Quantum Learning di RuangRuang Kelas. Bandung: Kaifa Hernawan, dkk. 2009. Pembelajaran Terpadu di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Permendikbud. 2013. Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta. Trianto.
2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara
Trianto.
2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 Wibawa, W. 1996. Bahasa Indonesia dalam Perbincangan. Jakarta: IKIP Muhammadiyah Jakarta Press.