PEMBERIAN TERAPI MUSIK SUARA ALAM TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH IBU HAMIL PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY.S DENGAN PRE EKLAMSI RINGAN (PER) DI RUANG BOUGENVIL RSUD SUKOHARJO
DISUSUN OLEH :
IIN ROHANA NIM. P.12 090
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
PEMBERIAN TERAPI MUSIK SUARA ALAM TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH IBU HAMIL PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY.S DENGAN PRE EKLAMSI RINGAN (PER) DI RUANG BOUGENVIL RSUD SUKOHARJO
Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
IIN ROHANA NIM. P.12 090
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA
i
2015
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya, Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya dengan judul “Pemberian Terapi Musik Suara Alam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Ibu Hamil Pada Asuhan Keperawatan Ny. S Dengan Pre Eklamsia Riangn (PER) Di Ruang Bougenvil RSUD Sukoharjo”. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat: 1. Ns. Atiek Murharyati, S. Kep., M. Kep., selaku Ketua Program Studi D III Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ns. Meri Oktariani, S. Kep.,M. Kep., selaku sekretaris Program Studi DIII Keperawatan 3. Ns. Siti Mardiyah, S. Kep., dosen pembimbing yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya Karya Tulis Ilmiah ini. 4. Ns. Diyah Ekarini, S. Kep., selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi , perasaan nyaman dalam bimbingan serta mefasilitasi demi sempurnanya Karya Tulis Ilmiah ini.
v
5. Ns. Anissa Cindy Nurul Afni, S.Kep., M. Kep., selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi , perasaan nyaman dalam bimbingan serta mefasilitasi demi sempurnanya Karya Tulis Ilmiah ini. 6. Semua dosen Program Studi D III Keperawatan, dan Staf Perpustakaan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat. 7. Kedua Orang Tuaku, yang selalu menjadi inspirasi, motivasi serta memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan. 8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan.
Surakarta, 22 Mei 2015
Penulis
vi
DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................... i SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ iii HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iv KATA PENGANTAR .................................................................................. v DAFTAR ISI ................................................................................................. vii DAFTAR TABEL ........................................................................................ x DAFTAR BAGAN ........................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang .................................................................................... 1 B. TujuanPenulisan ................................................................................. 4 C. ManfaatPenulisan ............................................................................... 4 BAB II TINJAUAN TEORI A. Kehamilan .......................................................................................... 6 B. Asuhan Keperawatan antenatal ......................................................... 10 C. Hipertensi .......................................................................................... 24 D. Musik Alam ....................................................................................... 32 E. Kerangka Teori .................................................................................. 36 F. Kerangka Konsep .............................................................................. 36 BAB III KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET A. SubjekAplikasi ................................................................................... 37 B. TempatdanWaktu ............................................................................... 37 C. Media dan Alat .................................................................................. 37 D. Prosedur Tindaka Berdasarkan Aplikasi Riset .................................. 38 E. Alat Ukur Evaluasi Tindakan Aplikasi Riset ................................... 38 BAB IV LAPORAN KASUS A. Pengkajian ......................................................................................... 40 B. Analisa Data ...................................................................................... 46
vii
C. Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 47 D. Intervensi Keperawatan ..................................................................... 47 E. Implementasi Keperawatan ............................................................... 49 F. Evaluasi Keperawatan ....................................................................... 52 BAB V PEMBAHASAN A. Pengkajian ......................................................................................... 56 B. Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 59 C. Intervensi Keperawatan ..................................................................... 61 D. Implementasi Keperawatan ............................................................... 62 E. Evaluasi Keperawatan ....................................................................... 67 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ....................................................................................... 69 B. Saran .................................................................................................. 72 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
viii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1 : Frekuensi Tekanan Darah ........................................................... 39 Tabel 3.2 : Frekuensi Pernafasan ................................................................. 39 Tabel 3.3 : Frekuensi Nadi ........................................................................... 39
ix
DAFTAR BAGAN
Halaman Bagan 2.1 : Kerangka Teori............................................................................ 36 Bagan 2.2 : Kerangka Konsep ....................................................................... 36
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2
: Loog Book
Lampiran 3
: Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 4
: Format Pendelegasian Pasien
Lampiran 5
: Lembar Observasi
Lampiran 6
: Asuhan Keperawatan
Lampiran 7
: Jurnal Penelitian Tentang Pengaruh Suara Alam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Ibu Hamil
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Hipertensi ialah tekanan darah sistolik dan diastolik >140/90 mmHg. Pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya 2 kali selang 4 jam. Kenaikan tekanan darah sistolik >30 mmHg dan kenaikan tekanan darah diastolik > 15 mmHg
sebagai
parameter
hipertensi
sudah
tidak
dipakai
lagi
(Prawirohardjo,2010). Hipertensi selama kehamilan dapat berkembang menjadi pre eklamsia yang merupakan masalah obstetric di seluruh dunia maupun di Indonesia dan dapat menyebabkan morbiditas maupun mortalitas pada ibu dan bayi (Amelda, 2009). Pregnancy-induced hypertension (PIH), ini adalah sebutan dalam istilah kesehatan (medis) bagi wanita hamil yang menderita hipertensi. Kondisi hipertensi pada ibu hamil bisa sedang ataupun tergolong parah atau berbahaya, seorang ibu hamil dengan tekanan darah tinggi bisa mengalami preeklamsia dimasa kehamilanya itu.Preeklampsia ialah kondisi wanita hamil yang mengalami hipertensi, sehingga merasakan keluhan seperti pusing,sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut, muka yang membengkak, kurang nafsu makan, mual bahkan muntah. Apabila terjadi kekejangan sebagai dampak hipertensi maka disebut eclamsia (Herlambang, 2013).
1
2
Secara global 80% kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung. Pola penyebab langsung di mana – mana sama, yaitu perdarahan (25% biasanya perdarahan pasca persalinan), sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8%), komplikasi aborsi tidak aman (13%), dan sebab – sebab lain (8%) (Prawirohardjo, 2012). Angka Kematian Ibu di Indonesia masih cukup tinggi.Pada tahun 2012 naik menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup atau kembali pada kondisi tahun 1997. Ini berarti kesehatan ibu justrumengalami kemunduran selama 15 tahun. Pada tahun 2007,AKI di Indonesia sebenarnya telah mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012). Angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari kabupaten per kota sebesar 116,34 per 100.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2011 sebesar 116,01 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Jateng,2012). Berdasarkan data yang diperoleh di RSUD Sukoharjo dari bulan Januari 2014 sampai Desember 2014 didapatkan jumlah ibu hamil dengan preeklampsia ringan (PER) yang mengalami rawat inap sejumlah 85 orang (10,2 % ). Menurut Varney (2007: 645), pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang secara spesifik hanya muncul selama kehamilan dengan usia lebih dari 20 minggu (kecuali pada penyakit trofoblastik). Preeklamsia dapat menyebabkan pertumbuhan janin terlambat, kematian janin, persalinan prematur, solusio plasenta, perdarahan serebral,
3
gagal jantung, ginjal, hati, ablasio retina, gangguan pembekuan darah, trauma karena kejang, penanganan yang tidak tepat juga menyebabkan pneumonia, infeksi saluran kemih, kelebihan cairan dan komplikasi anestesi atau tindakan obstetik (Pudiastuti, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Mulyadidkk (2013).Dengan judul Pengaruh Musik Alam TerhadapTekanan Darah Ibu Hamil. Bahwa ibu hamil yang mengalami hipertensi sangat penting mendapatkan terapi musik karena dapat menurunkan tekanan darah, pada kelompok perlakuan lebih dari separuh (55,5%) tekanan darah darah pada ibu hamil turun dengan penurunan tekanan darah terbesar hingga 23,4 mmHg. Mendengarkan
music
akan
menstimulasi
hipotalamus,
yang
merupakan pusat pengaturan berbagai mekanisme tubuh, sehingga akan mempengaruhi tekanan darah, nadi, respirasi dan mood seseorang. Dengan pemberiaan music sebagai alternative dari teknik relaksasi maka diharapkan penderita hipertensi dapat mencapai keadaan relaks dan keadaan emosial penderita yang stabil,sehingga tekanan darah juga stabil (Nirmala, 2005). Berdasarkan studi kasus yang dilakukan penulis pada tangal 12-14 maret 2015, didapatkan data Ny. S usia 34 tahun, G3P1A1, hamil 28 minggu dengan TD (tekanan darah) 180/100 mmHg. Sehingga penulis tertarik untuk melaksanakan pengaplikasian riset yang telah dilakukan oleh Mulyadi, dkk (2013) dengan judul “Pemberian terapi musik suarar alam terhadap penurunan tekanan darah ibu hamil pada asuhan keperawatan Ny. S dengan Pre Eklampsia Ringan (PER) di Ruang Bougenvile RSUD Sukoharjo”.
4
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Melaporkan hasil tindakan pemberianterapi musik suara alam terhadap penuruna tekanan darah ibu hamil pada asuhan keperawatan Ny.S dengan preeklampsia ringan(PER)di Ruang Bougenvile RSUD Sukoharjo. 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien hamil dengan preeklampsia ringan. b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien hamil dengan preeklampsia ringan. c. Penulis mampu menyusun intervensi pada pasien hamil dengan preeklampsia ringan. d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien hamil dengan preeklampsia ringan. e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien hamil dengan preklampsia ringan. f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian musik suara alam terhadap preeklampsia ringan. C. Manfaat Penulisan 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Pengaplikasianrisetinidiharapkan dapat menambah perkembangan ilmu pengetahuan mengenaipreeklampsia ringan.
5
2. Bagi Institusi Pedidikan Memberikan data kongrit mengenai preeklampsia ringandan sebagai masukan
untuk
mahasiswa
STIKes
Kusuma
Husada,
hasil
pengaplikasianrisetdapat digunakan sebagai refrensi dan sumber bacaan mengenai pengetahuan tentang preeklampsia ringan dan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya. 3. Bagi Institusi Rumah Sakit a. Mampu memberikan Asuhan Keperawatan secara komprehensif kepada pasien ibu hamil denganpreeklampsia ringan. b. Melatih berfikir kritis dalam melakukan Asuhan Keperawatan khususnya pada pasien preeklampsia ringan 4. Bagi Pembaca Sebagai sumber informasi bagi pembaca tentang preeklampsiaibu hamil. 5. Bagi Penulis Sebagai pengalaman dalam melakukan intervensi berbasis riset di bidang maternitas.
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Kehamilan 1. Definisi Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan menurut kalender internasional (Prawirohardjo, 2009). 2. Klasifikasi Klasifikasi kehamilan Menurut Praworihardjo (2009), dibagi menjadi 3 yaitu : a. Trimester I : Awal kehamilan sampai 12 minggu. b. Trimester II : Kehamilan 13 minggu sampai 27 minggu. c. Trimester III :Kehamilan 28 minggu sampai 40 minggu. 3. Manifestasi Klinis Gejala dan tanda yang dapat mengarahkan diagnosis adanya suatu kehamilan : a. Amenorea ( sebenarnya bermakna jika 3 bulan atau lebih). b. Pembesaran uterus (tampak disertai pembesaran perut, atau pada kehamilan muda diperiksa dengan palpasi). c. Adanya kontraksi uterus pada palpasi.
6
7
d. Teraba atau terasa gerakaan janin pada palpasi atau tampak pada imaging.ballotement (+). Jika (-) curiga mola hidadosa. e. Terdengar jantung janin (dengan alat laennec atau doppler) atau visual tampak jantung berdenyut pada imaging (fetal ultrasound echoscopy). f. Teraba bagian tubuh janin pada palpasi (leopold) atau tampak pada imaging (ultrasonografi). g. Perubahan serviks uterus (chadwick atau hegar sign). h. Kurva suhu badan meningkat. i. Tes urine B-hCG (pack’s test atau GalliMainini) positif. j. Titer B-hCG meningkat pada kehamilan sekitar 90 hari, kemudian menurun seoerti awal kehamilan, bahkan sampai tidak terdeteksi. k. Perasaan mual dan muntah berulang, morning sickness. l. Perubahan payudara. m. poliuria. 4. Patofisiologi Setiap bulan waktu wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum) dari indung telur ditangkap umbai-umbai dan masuk ke dalam saluran telur waktu persetubuhan, cairan semen tumpah ke dalam vagina dan berjuta sel mani bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk ke saluran telur. Di
sekitar
sel
telur,
banyak
berkumpul
sperma
yang
mengeluarkan ragi untuk mencairkan zat-zat yang melindungi ovum. Kemudian pada tempat yang paling mudah dimasuki, masuklah satu sel
8
mani dan kemudian bersatu dengan sel telur, peristiwa ini disebut konsepsi. Ovum yang telah dubuahi, segera membelah diri sambil bergerak (oleh rambut getar tuba), menuju ruang rahim kemudian melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya bersarang di ruang rahim. Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu kira-kira 6-7 hari, untuk menyuplai darah dan zat-zat makanan bagi mudigah dan janin, dipersiapkan plasenta. Jadi dapat dikatakan bahwa untuk setiap kehamilan harus ada ovum,sperma,konsepsi, nidasi, dan plasentasi (Prawirohardjo, 2008). 5. Komplikasi Komplikasi kehamilan adalah keadaan patologis yang erat kaitannya dengan kematian ibu atau janin (Nugroho, 2014). Menurut Depkes RI, jika tidak melakukan ANC sesuai aturan dikhawatirkan akan terjadi komplikasi-komplikasi sebagai berikut : a. Perdarahan Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu. b. Kelainan letak (letak lintang atau letak sungsang). Letek lintang merupakan kelainan letak janin di dalam rahim dengan kepala ada disamping kanan atau kiri dalam rahim ibu.
9
Sedangkan letak sungsang merupakan kelainan letak janin dalam rahim dengan kepala di atas dan bokong atau kaki dibawah. c. Hidramnion Kehamilan dengan jumlah air ketuban lebih dari 2 liter. Pada kehamilan normal jumlah air ketuban 0,5 – 1 liter. d. Ketuban Pecah Dini Keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu. Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm. e. Pre eklampsia Pre eklampsia dalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan (Sukarni dan Sudarti, 2014). 1) Klasifikasi pre eklampsia Tingkatan pre eklampsiamenurut Astuti (2012), dibagi menjadi 2 yaitu : a) Pre eklampsia ringan Mengalami kenaikan tekanan diastolik 15 mmHg atau sistolik > 30 mmHg dalam 2x pengukuran berjarak 1 jam, proteinuria (+).
10
b) Pre eklampsia berat Mengalami tekanan sistolik > 160 mmHg dan diastolik > 110 mmHg, proteinuria (4+), oliguria, gangguan penglihatan dan nyeri epigastrum. B. Asuhan Keperawatan Antenatal 1.Pengkajian keperawatan Pengkajian atau pengumpulan data adalah pengumpulan data yang dilakukan pengkajian dan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien meliputi riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik (Purwoastuti, dkk, 2014). a. Identitas pasien 1) Nama Klien Untuk memperlancar komunikasi dalam asuhan sehingga tidak terlihat kaku dan lebih akrab. 2) Umur Untuk mengetahui masa reproduksi klien berisiko tinggi atau tidak, <16 tahun atau >35 tahun 3) Agama Untuk menuntunsuatu diskusi tentang pentingnya agama dalam kehidupan klien. 4) Pendidikan Membantu klinis memahamiklien sebagai individu dan memberi gambaran kemampuan baca tulis.
11
5) Pekerjaan Untuk mengetahui apakah klien berada dalam keadaan utuh dan untuk mengkaji potensi kelahiran, prematur, dan lingkingan kerja yang dapat merusak janin. 6) Alamat Untuk lebih memudahkan saat pertolongan persalinan dan untuk mengetahui jarak rumah dengan tempat rujukan. b. KeluhanUtama adalah alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan (Sulistyawati, 2009). Keluhan pada ibu hamil dengan pre eklampsia berat meliputi nyeri epigastrium, gangguan penglihatan dan nyeri kepala (Prawirohardjo, 2012). c. Riwayat kehamilan sekarang Riwayat hamil sekarang menurut Muslihatun, dkk, (2009) ; Sulistyawati, (2009) ; Astuti, (2012) dan Purwoastuti, dkk, (2014) meliputi : 1) HPHT Tanggal hari pertama haid terakhir pasien untuk memperkirakan kapan kira-kira bayi akan dilahirkan 2) HPL
12
Untuk mengetahui hari perkiraan lahirnya bayi, biasanya ditmbah 7 pada tanggal di kurangi 3 pada bulan dan ditambah 1 pada tahun 3) Imunisasi Tanyakan ada klien apakah sudah pernah mendapatkan imunisasi TT. Imunisasi teranus toxoid diperlukan untuk melindungi bayi terhaap penyakit tetanus neonatorum, imunisasi dapat dilakukan pada trimester I atau trimester II pada kehamilan 3-5 bulan dengan interval minimal 4 minggu.
Lakukan
penyuntikan
secara
IM
(intramuscular), dengan dosis 0,5 ml. d. Riwayat kehamilan lalu menurut, Astuti (2012) meliputi : 1) Jumlah kehamilan (G/Gravid) Untuk mengetahui seberapa besar pengalaman klien tentang kehamilan. 2) Jumlah kelahiran prematur Untuk
mengidenifikasi
apabila
pernah
mengalami
kelahiran prematur ebelumnya maka dapat menimbulkan resiko persalinan prematur berikutnya. 3) Jumlah keguguran Untuk mengetahui resiko mengalami keguguran pada kehamilan berikutnya.
13
4) Persalinan dengan tindakan ( operasi sesar, vakum, forsep). Untuk memfasilitasi klien memahami alasan pemakaian alat bantu dalam persalinan dan membantu instruktur persalinan menghindari masalah selama proses persalinan dan melahirkan pada kehamilan saat ini 5) Kehamilan dengan tekandarah tinggi Untuk mendapatkan perawatan yang intensif. 6) Berat badan bayi Untuk mengidentifikasi apakah bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi besar untuk masa kehamilan suatu kondisi yang biasanya berulang. e. Riwayat sosial ekonomi, menurut Astuti (2012) : 1) Usia menikah Untuk mengetahui bagaimana asuhan kehamilannya. 2) Riwayat KB Diperlukan
karena
kontrasepsi
hormonal
dapat
mempengaruhi EDD, dan karna penggunaan metode lain dapat membantu menanggali kehamilan. f. RiwayatNutrisi Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya jenis makanan dan makanan pantangan. Pada ibu hamil dengan pre eklampsia berat
14
dianjurkan untuk diet cukup protein, rendah karbohidrat, rendah lemak dan rendah garam ( Prawirohardjo, 2012). g. Pemeriksaanfisik 1) Keadaanumum Astuti (2012), menyatakan bahwa pemeriksaan umum meliputi : Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati keadaan pasien. a) Kesadaran Ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan. 2) Tanda-tanda vital a) Tekanan darah Untuk mengetahui hipertensi, tekanan darah normal, sistolik antara 110sampai 140 mmHg dan diastolik antara 70 sampai 90 mmHg. Pada pre eklamsia berat tekanan darah ≥ 160/110 mmHg. b) Nadi Untuk mengetahui nadi paien yang dihitung dalam hitungan menit, frekuensi nadi normal 60-100 X/menit. c) Respirasi Frekuensi pernafasan normal 16-24x/menit.
15
d) Suhu Dalam keadaan normal
suhu badan berkisar
36,5ºCsampai 37,5ºC 3) Pemeriksaan sistematis Pemeriksaan sistematis menurut Muslihatun,dkk(2009) dan Astuti, (2012) meliputi : a) Kepala danleher (1) Rambut Meliputi pemeriksaan kebersihan rambut, warna dan mudah rontok atau tidak. (2) Muka Meliputi pemeriksaan simetris, oedema dan cloasma gravidarum. Pada kasus pre eklampsia berat biasanya terdapat oedema (Prawirohardjo, 2012). (3) Mata Untuk mengetahui cojungtiva, sclera dan ada tidaknya oedema pada mata. (4) Hidung Untuk mengetahui adanya secret dan benjolan pada hidung. (5) Telinga
16
Untuk mengetahui kesimetrisan kanan dan kiri, tanda infeksi dan serumen. (6) Mulut Untuk mengetahui adanya stomatitis, keadaan bibir, karies pada gigi dan lidah kotor atau bersih. (7) Leher Untuk mengetahui pemeriksaan kelenjar limfe, pembesaran kelenjar tyroid, dan tumor. b) Dada dan axilla (1) Mammae Untuk
mengetahui
bentuk,
areola,
hyperpigmentasi, keadaan puting susu, dan kolostrum atau cairan lain. (2) Axilla Untuk mengetahui pembesaran kelenjar limfe ketiak, dan nyeri tekan. c) Abdomen Muslihatun, dkk (2009), menyatakan pemeriksaan Abdomen meliputi : (1) Inspeksi Untuk
mengetahui
adanya
bekas
luka
hiperpigmentasi (linea nigra, strie gravidarum). (2) Palpasi
dan
17
Untuk mengetahui letak, presentasi, posisi dan penurunan kepala janin. Leopold I Untuk mengetahui tinggi fundus uteri (TFU) dan bagian janin yang ada di fundus. Leopold II Untuk menentukan letak janin, apaka melintang atau memanjang, serta menentukan bagian janin yang ada di sebelah kan dan kiri uterus. Leopold III Untuk menentukan bagian terendah janin dan menentukan apakah bagian terendah janin sudah masuk pintu atas panggul (PAP) atau belum. Leopold IV Untuk
menentukan
seberapa
jauh
masuknya
presentasi ke pintu atas panggul(PAP). (3) Auskultasi Untuk mengetahui letak detak jantung janin (DJJ), lamanya dalam hitungan menit dan teratur atau tidak. (4) Perkusi
18
Perkusi ditujukan terhadap gelembung udara gastric, lakukan perkusi pada area bawah kiri epigastrik (Hidayat, 2008). 4) Pemeriksaan panggul Untuk menilai keadaan dan bentuk panggul apakah terdapat
kelainan
atau
keadaan
yang
dapat
menimbulkan penyulit persalinan (Astuti, 2012). (2012),menyatakanpemeriksaan panggul meliputi: a) Distansia spinarum Yaitu jarak antara spina iliaka anteroir superior kanan dan kiri, dengan ukuran normal 23 cm - 26 cm. b) Distansia kristarum Yaitu jarak antara krista iliaka terjauh kanan dan kiri dengan ukuran sekitar 26 cm – 29 cm. c) Konjugata eksterna (boudeloqe) Yaitu jarak antara tepi atas simfisis dan prosesus spinosus lumbal V dengan ukuran normal sekitar 18 cm -20 cm. d) Lingkar panggul Yaitu dari tepi atas simfisis pubis, mengelilingi ke belakang melalui pertengahan SIAS ke ruas limbal v dan kembali lahi ke simfisis melalui
19
pertengahan SIAS berakhir di tepi atas simfisis. Ukuran normal sekitar 80 cm – 90 cm. h. Pemeriksaanpenunjang Pada ibu hamil meliputi pemeriksaan urin untuk mengetahui kadar protein dan glukosanya, pemeriksaan darah untuk mengetahui golongan darah dan hemoglobin (Hb) (Astuti, 2012). Adapun klasifikasi uji proteinuria Negative (-)
: Tidak ada keruhan sedikitpun
Positive + atau 1+
: Ada keluhan ringan tanpa butirbutir
kadar
protein
kira-kira
(0,01- 0,05%) Positive ++ atau 2+
: Kekeruhan mudah dilihat dan nampak
butir-butir
dalam
kekeruhan itu.(0,05 – 0,025 %) Positive +++ atau 3+
: Urine jelas keruh dan kekeruhan itu berkeping-keping (0,2–0,5 %)
Positive ++++ atau 4+ :
Urine
kekeruhan
sangat itu
keruh
dan
memadat
atau
menggumpal (lebih dari 0,05 %). Pada kasus Pre eklampsia didapatkan hasil protein urin 4+ (Prawirohardjo, 2012).
20
2.Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual/potensial) dari individu atau kelompok tempat perawat secara legal mengidentifikasi dan perawat dapat memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk mengurani, menyingkirkan, atau mencegah perubahan (Rohmah, dkk, 2012). Diagnosa keperawatan menurut Wijaya, dkk, (2013) : a. Resiko
tinggi
terhadap
penurunan
curah
jantung
berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular. b. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan darah vaskuler serebral. c. Ansietas yang berhubungan dengan kritis situasi, ancaman konsep diri, ancaman yang dirasakan atau aktual dari kesejahteraan maternal dan janin transmisi interpersonal (Mitayani, 2012). 3.Perencanaan Perencanaan
adalah
pengembangan
strategi
desain
untuk
mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara
21
menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien (Rohmah, dkk, 2012). Perencanaan menurut Wijaya dkk (2013) : a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan degan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard Hasil yang diharapkan : 1) Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD 2) Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima 3) Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil Intervensi keperawatan: 1) Pantau TD ukuran pada kedua tangan, gunakan manset dan teknik yang tepat 2) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer 3) Auskultasikan tonus jantung dan bunyi nafas 4) Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler b. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang
22
Hasil yang diharapkan : 1) Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman Intervensi keperawatan : 1) Pertahankan tirah baring
, lingkungan yang tenang, sedikit
penerangan 2) Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan 3) Batasi aktivitas 4) Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman, teknik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi. c. Ansietas yang berhubungan dengan krisis situasi, ancaman konsep diri, ancaman yang dirasakan atau aktual dari kesejahteraan maternal, dan janin transmisi interpersonal Tujuan : ansietas pada klien dapat teratasi Kriteria hasil : 1) Mengunkapkan rasa takut pada keselamatan ibu dan janin 2) Mendiskusikan perasaan tentang kelahiran 3) Klien tampak benar-benar rileks 4) Menggunakansumber atau sistem pendukung dengan efektif Intervensi keperawatan 1) Kaji respons psikologi pada kejadian dan ketersedian sistem pendukung
23
2) Pastikan apakah prosedur direncanakan atau tidak direncanakan 3) Beri penguatan aspek positif 4.Pelaksanaan Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Keiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respons klien dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Rohmah, dkk, 2012). Pelaksanaa menurut (Rohmah, dkk, 2012) : 1. 08.15
Tekanan darah 180/120 mmHg, nadi 94x/mnt.
2. 09.00
Memantau cairan infus
3. 09.30
Melakukan kolaborasi dengan dokter
4. 10.30
Memberikan penjelasan kepada keluarga tentang kondisi klien terakhir.
5.Evaluasi Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Rohmah, dkk, 2012). Evaluasi menurut (Rohmah, dkk, 2012) : S : Pasien mengeluh nyeri kepala O : tekanan darah 160/100 mmHg, Nadi : 100x/mnt. A : nyeri belum teratasi P : lanjutkan intervensi
24
C. Hipertensi 1. Definisi Penyakit darah tinggi atau Hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolik) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukuran tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainya.batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah bila tekanan darah kurang dari 130/85 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi,dan diantara nilai tersebut dikategorikan sebagai normal-tinggi (batasan tersebut diperuntukan bagi individu dewasa diatas 18 tahun (Herlambang, 2013). 2. Hipertensi kehamilan Preeklampsiamerupakanpeyulitkehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra, dan post partum. Timbulnya hipertensi dan proteinuria merupakan gejala yang paling penting. Namun sayangnya penderita seringkali tidak merasakan perubahan ini. Bila penderita sudah mengeluh adanya gangguan nyeri kepala, gangguan pengelihatan, atau nyeri epigastrium, maka penyakit ini sudah cukup lanjut (Prawirohardjo, 2009). 3. Klasifikasi Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut : a. Preeklampsia ringan,bila disertai keaadan sebagai berikut :
25
Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring, atau kenaikan diastol 15 mmHg atau lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka: atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per minggu. Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1+ atau 2+ pada urin kateter atau midstream. b. Preeklampsia berat Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih. Proteinuria 5 gr atau lebih per liter. Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam. Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium. Terdapat edema paru dan sianosis. 4. Etiologi Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklampsia, yaitu : bertambahnya
frekuensi
pada
primigraviditas,
kehamilan
ganda,
hidramnion, dan mola hidatidosa. Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma. Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan tersebut sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases
26
of theory. Adapun teori-teori antara lain : peran prostasiklin dan tromboksan. a. Peran faktor imunologis. Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivitas system komplemen pada preeklampsia b. Peranfaktor genetik terdapat kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi pada anak-anak dari ibu yang menderita preeklampsia. Kecenderungan meningkatknya frekuensi preeklampsia dan anak cucu ibu hamil dengan riwayat preeklampsia dan bukan pada ipar mereka. Peran renin angiotensin aldosteron system (RAAS) c. Faktor predisposisi 1) Molahidatidosa 2) Diabetes milletus 3) Kehamilan ganda 4) Hidrops fetalis 5) Obesitas 6) Umur yang lebih dari 35 tahun(Margareth, sukarni, 2013). 5. Manisfestasi Klinis a. Tekanan darah diastolik merupakan indikator dalam penanganan hipertensi dalam kehamilan, oleh karena tekanan diastolic mengukur tahanan perifer dan tidak tergantug keadaan emosional pasien. b. Diagnosis hipertensi dibuat jika tekanan darah diastolik 90 mmHg pada 2 pengukuran berjarak 1 jam atau lebih. c. Hipertensi dalam kehamilan dapat dibagi dalam :
27
1) hipertensi karena kehamilan , jika hipertensi terjadi pertama kali sesudah kehamilan 20 minggu, selama persalinan, dan atau dalam 48 jam pasa persalinan. 2) Hipertensi kronik, jika hipertensi terjadi sebelum kehamilan 20 minggu (Pudiastuti, 2012). 6. Patofisiologi Menurut Sudarti (2014), pada preeklamsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus. Keadaan iskemia pada uterus, merangsang pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik menyebabkan
terjadinya
tromboplastin.
endotheliosis
Tromboplastin
yang
menyebabkan dilepaskan
pelepasan
mengakibatkan
pelepasan tomboksan dan aktifitas agregasi trombosit diposisi fibrin. Pelepasan tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme sedangkan aktivas atau agregasi trombosit diposisi fibrin akan menyababkan koagulasi intravaskular yang mengakibatkan perfusi darah menurun dan komsumtif koagulapati. Konsumtif koagulapati mengakibatkan trombosit dan faktor pembekuan
darah
menurun
dan
menyebabkan
gangguan
faal
hemostasis. Renin uterus yang dikeluarkan akan mengalir bersama darah sampai organ hati dan bersama-sama angiotensiogen menjadi angiotensi I dan selanjutnya menjadi angiotensis II. Angiotensis II
28
bersama tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme. Vasospasme menyebabkan lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang menyempit menyebabkan lumen hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah. Tekanan perifer akan meningkan agar oksigen mencukupi kebutuhan sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan vasospasme, angiotensi II akan merangsa grandula suprarenal untuk mengeluarkan aldosteron. Vasospasme bersama dengan koagulasi intra vaskular akan menyababkan ganggguan perfusi darah dan ganggguan multi organ. Gangguan multiorgan terjadi pada organ-organ tubuh diantarnya otak, darah, paru-paru, hati liver, renal dan plasenta. Pada otak akan menyebabkan terjadinya edema selebri dan selanjutnya terjadi peningkatan tekanan intra kranial. Tekanan intra kranial yang meningkan menyebabkan terjadinya gangguan perfusi serebral, nyeri dan terjadinya kejang sehingga menimbulkan diagnosa keperawatan resiko cidera. Pada darah akan terjadi anditheliosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah. Pecahnya pembuluh darah akan menyababkan terjadinya pendarahan, sedangkan sel darah merah yang pecah akan menyababkan terjadinya anemia hemolitik. Pada paru-paru, LADEP akan meningkat menyebakan terjadinya kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan sehingga
akan
mengakibatkan
terjadinya
oedema
menyebabkan terjadinya kerusakan pertukaran gas.
paru.
Akan
29
Pada hati ,vasokontriksi pembuluh darah menyebabkan akan menyebabkan gangguan kontraklitas miokard sehingga menyebabkan payah jantung dan memunculkan diagnosa keperawatan penurunan curah jantung pada ginjal, akibat pengaruh aldosteron, terjadi peningkatan reabsobsi natrium dan menyebabkan rentensi cairan dan dapat menyebabkan terjadinya oedma sehingga dapat memunculkan diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan. Selain itu vasospasme arterior pada ginjal akan menyebabkan penurunan GER dan permeabilitas terhadap protein akan meningkat. Penurunan GFR tidak diimbangi dengan peningkan reabsobsi oleh tubulus sehingga menyebabkan diuresis menurun sehibgga menyebabkan terjadinya oligouri dan anuri. Oligouri atau anuri akan memunculkan diagnosa keperawatan gangguan eliminasi urin. Permeabilitas
terhadap
protein
yang
meningkan
akan
menyebabkan banyak protein akan lolos dari filtrasi glomerolus dan menyebabkan proteinuria. Pada mata, akan terjadi spasmus artereola selanjutnya menyababkan oedem diskus optikus dan retina. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya diplopia dan memunculkan diagnosa keperawatan resiko cidera. Pada plasenta penurunan perfusi akan menyebabkan hipoksia atau anoksia sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehingga dapat berakibat terjadinya Intra
Uterin
Growth
Retardatio
serta
memunculkan
diagnosa
30
keperawatan resiko gawat janin. Hipertensi akan medula oblongata dan sistem saraf parasimpatis akan meningkat. Peningkatan
saraf
simpatis
mempengaruhi
traktus
gastrointestinal dan ekstemitas. Pada traktus galstonitinal dapat menyebabkan terjadinya hipoksia duodenal dan penumpukan ion H menyebabkan HCI meningkatkan sehingga dapat menyebabkan nyeri epigastrik. Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual dan timbulnya muntah sehingga muncul diagnosa keperawatan ketidak seimbangan nutri kurang dari kebutuhan tubuh. Pada ektremitas dapat terjadi metabolisme anaerob menyebabkan ATP diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2ATP dan pembentukan asam laktat. Terbentuknya asam laktat dan sedikitmya ATP yang diproduksi akan menimbulkan keadaan cepat lelah, sehingga muncul diagnosa keperawatan mengakibatkan
intoeransi seseoramg
aktifitas. kurang
Keadaan mendapat
memunculkan keperawatan kurang pengetahuan. 7. Komplikasi a. Iskemia uteroplasenta 1) pertumbuhan janin terlambat 2) kematian janin 3) persalinan prematur 4) solusio plasenta
hipertensi informasi
akan dan
31
b. pasmen arteriolar 1) perdarahan serebral 2) gagal jantung,ginjal,hati 3) ablasio retina 4) gangguan pembekuan darah c. Kejang dan koma 1) trauma karena kejang 2) aspirasi cairan, darah, muntahan, dengan akibat gangguan pernafasan. d. Penanganan tidak tepat 1) pneumonia 2) infeksi saluran kemih 3) kelebihan cairan 4) komplikasi anestesi atau tindakan obstetik (Pudiastuti, 2012). 8. Penatalaksanaan a. Penatalaksanaan Medis 1) Anti hipertensi diberikan jika 280/110 mmHg. 2) Kartiko steroid diberikan pada kehamilan preterm <34 minggu dengan tujuan untuk mematangkan paru janin. b. Penatalaksanaan non medis 1) Mengatur pola makan 2) Aktifitas fisik yang cukup 3) Olahraga secara rutin (Herlambang, 2013).
32
D. Musik Alam 1. Pengertian Musik adalah merupakan bagian yang penting dari kebudayaan masa lalu dan sekarang. Sepanjang sejarah musik telah mempengaruhi dan menbentuk respon sosial dalam konteks yang berbeda-beda, misalnya pada kegiatan ritual, sosial, dan upacara politik. Secara tradisional, musik dianggap berdampak terhadap respon fisik dan emosional. Lebih lanjut, musik telah banyak dimanfaatkan dalam intervensi teraupetik pada pertengahan abad 20, yang sebelumnya telah muncul dalam berbagai bentuk kebudayaan sepanjang abad (Triyanto, 2014). Musik adalah kesatuan kumpulan melodi, ritme dan harmoni yang dapat membangkitkan emosi. Terapi adalah serangkaian upaya yang direncanakan untuk membantu atau menolong orang lain. Terapi musik adalah sebuah Terapi kesehatan yang menggunakan musik untuk meningkatkan dan memperbaiki kondisi fisik, kognitif dan sosial bagi individu dalam berbagai usia (Djohan, 2006). Musik adalah alat yang bermanfaat bagi seseorang untuk menemukan harmoni di dalam dirinya. Hal ini disarankan perlu, karena dengan adanya harmoni di dalam diri seseorang, ia akan lebih mudah mengatasi stress, ketegangan, rasa sakit, dan berbagai gangguan atau gejolak emosi negatif yang dialaminya. Selain itu
33
musik melalui suaranya dapat mengubah frekuensi yang tidak harmonis tersebut kembali ke vibrasi yang normal, sehat, dan dengan demikian kembali keadaan yang normal (Merrit, 2003). Alam ialah kesatuan dari udara , air tanah, dll. Udara ada dimana-mana senantiasa bergerak, berhembus pelan, berpindahpindah bebas dan tembus cahaya. Sedangkan air adalah sesuatu yang cair, yang senantiasa bergerak dengan cara mengelir ke bawah, sedangkan tanah tempat kita berdiri dan menumbuhkan makanan dan tumbuhan, berwujud padat (Bassano dkk, 2015). 2. Efek terapi musik Campbell (2006), mengemukakan bahwa bunyi yang mengalir dalam bentuk gelombang elektromagnetik melalui udara dan dapat diukur berdasarkan frekuensi bunyi dan intensitas musik. Jauh dijelaskan efek musik dirasakan di hemisfer kanan, akan tetapi hemisfer kiri akan mendapatkan fungsi analis yang luar biasa dari musik. Persepsi auditori dari musik bekerja di pusat auditori di lobus temporal, yang akan mengirimkan sinyal ke talamus, otak tengah, pons, amigdala, medulla dan hipotalamus. Menurut Kneafsey (1997) yang menyatakan bahwa musik dalam penyatuan dengan perasaan dapat bertindak sebagi katalis, menurunka emosi dan membuka saluran komunikasi dan musik dalam kondisi alami akan memberikan sentuhan fisik, psikologis, spiritual dan emosi sosial dari tingkat kesadaran.
34
Champbell
(2002)
menyatakan
pengaruh
musik
berfrekuensi sedang (750-3000 herzt) cenderung merangsang jantung, paru, dan emosi. Finnerty (2006), terapi musik bisa mempengaruhi keadaan biologis tubuh seperti emosi, memori. Ketukan yang tetap dan tenang memberi pengaruh kuat pada pasien sehingga tercipta suatu keadaan rileks, keadaan rileks ini memicu teraktivasinya sistem syaraf parasimpatis yan berfungsi sebagai penyeimbang dari fungsi parasimpatis. Terapi musik bisa menjadi distraksi dari nyeri seseorang dan mengurangi efek samping analgesik, terapi musik juga bisa menurunkan kecemasan, gejala depresi, meningkatkan motivasi, sehingga berkontribusi meningkatkan kualitas hidup pasien. 3. Mekanisme terapi musik Saat seseorang mendengarkan musik, gelombangnya ditransmisikan melalui ossicles di telinga tengah dan melalui cairan cochlear berjalan menuju telinga dalam (Wilgram, 2002). Membran basilaris cochlea merupakan area resonansi dan berespon terhadap frekuensi getaran yang bervariasi. Rambut silia sebagai sensori reseptor yang mengubah frekuensi getaran menjadi getaran elektrik dan langsung terhubung dengan ujung nervus pendengaran. Nervus auditori menghantarkan sinyal ini ke korteks auditori di lobus temporal. Korteks auditori primer menerima input
35
dan mempersepsikan pitch dan melodi yang rumit, dan dipengaruhi oleh pengalaman seseorang. Korteks auditori sekunder lebih lanjut memproses interpretasi musik sebagai gabungan harmoni, melodi, dan rhytm (Wilgram, 2002).
E. Kerangka Teori Hipertensi
1. Pre eklamsia ringan 2. Pre eklamsia berat
Antenatal
K
H Penatalaksanaan g Farmakologi : 1. obat antihipertensi (Nifedipine 10mg/8 jam) Non farmakologi : 1.Mengatur pola makan 2.Aktifitas fisik yang cukup 3.Olahraga secara rutin 4.Terapi musik alam
Penyebab :
1. Imun 2. Genetik 3. Faktor predisposisi
Komplikasi :
1. 2. 3. 4.
Perdarahan Kelainan letak Hidramnion Ketuban pecah dini
F. Kerangka Konsep
Preeklamsia
Terapi musik suara alam
Hipertensi menurun
BAB III KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET
A. Subjek Aplikasi Riset Subjek yang digunakandalam aplikasi penelitian ini adalah ibu hamil Dengan usia 34 tahun dan usian kehamilan 28 minggu, G3P1A1. Dengan hipertensi tekanan darah 180/100 mmHg. B. Tempat dan Waktu Aplikasi riset ini dilaksanakan di ruang Bougenvile RSUD Sukoharjo pada tanggal 12-14Maret 2015. Dilakukan tindakan selama 30 menit dalam sehari. C. Media dan Alat yang digunakan Dalam aplikasi penelitian ini media dan alat yang digunakan : 1. Lembar Observasi yang digunakan untuk mencatat hasil pengukuran ataupemeriksaan terhadap TD,RR, N, Terapi mendengarkan musik alam. 2. Kaset suara alam 3. Tape recorder 4. Jam tangan
36
37
D. Prosedur Tindakan Menurut Cross (2002), Prosedur tindakan yang akan dilakukan pada aplikasi penelitian tentang pengaruh terapi musik alam terhadap tekanan darah : 1. Pastikan tempat yang nyaman 2. Siapkan alat berupa tape recorder dan kaset suara alam yang akan dimainkan. 3. Posisikan pasien senyaman mungkin 4. Anjurkan pasien ambil nafas dalam-dalam, tarik dan keluarkan perlahanlahan melalui hidung 5. Mulailah memutar musik alam 6. Lakukan pemutaran musik selama 30 menit dalam sehari E. Alat Ukur Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah tensi yang bertujuan untuk mengetahuiTD (Tekanan Darah), RR (Respiratory Rate), N (Nadi).
38
F. Menurut Herlambang (2013) frekuensi TD (Tekanan Darah); Tabel 3.1 Derajat
Tekanan sistolik
Tekanan diastolik
Normal
<120
Dan < 80 mmhg
Prehipertensi
120-139
80-89 mmhg
1
140-159
90-99 mmhg
2
>160
>100mmhg
G. Menurut Astuti, (2012), frekuensi pernapasan (Respiratory Rate)per menit : Tabel 3.2 Usia
Frekuensi napas /menit
18 –Dewasa
16-24x/mnt
H. Menurut Astuti, (2012), Nadi per menit :
Tabel 3.3 Usia
Frekuensi / menit
12 – Dewasa
60 – 100x/mnt
39
BAB IV LAPORAN KASUS
Pada bab ini penulis akan menuliskan laporan kasus asuhan keperawatan mulai
dari
pengkajian,
diagnose
keperawatan,
intervensi
keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan yang dilakukan padaNy. S selama tiga hari mulai tanggal 12 - 14 Maret 2015 di bangsal Bougenvile Rumah Sakit RSUD Sukoharjo. Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 12 Maret 2015 jam 10.35 WIB kemudian penulis melakukan pengkajian pada tanggal 12 Maret 2015 jam 12.45 WIB dengan metode Autoanamnesa dan Alloanamnesa melalui pengamatan, observasi langsung, pemeriksaan fisik, memahami catatan medis, dan catatanperawat. A. Pengkajian Identitas pasien Klien bernama Ny. S alamat nguter,sukoharjo klien berumur 34 tahun. Klien beragama islam, usia kehamilan klien 28 minggu. Tanggal pengkajian 12 Maret 2015 waktu pengkajian 10.45. HPHT klien tanggal 27 Agustus 2014, sedangkan HPL klien tanggal 03 juni 2015 klien bersuku bangsa indonesia. Klien datang ke rumah sakit pada tanggal 12 maret 2015. Dengan keluhan pusing, flu disertai batuk, tekanan darah tinggi, dan takut akan sakit yang dialaminya. Klien mengatakan kehamilan ini tidak mengganggu dalam kesehariaanya, klien berharap selama masa kehamilan klien selalu dalam kondisi yang sehat. Klien datang kerumah sakit bersama suami, orang
39
40
terpenting bagi klien ialah suami anak dan orang tuanya, klien mengatakan kedatanganya ke klinik di dukung oleh keluarga dan suami selalu menemani klien untuk periksa. Klien berencana akan melahirkan di RSUD sukoharjo, klien mengatakan selama kehamilan klien sudah pernah diimunisasi, klien berencana akan menyusui banyinya dengan ASI eklusif, klien tidak memelihara kucing. Klien mengatakan terkadang mengalami gangguan kenyamanan pada kehamilannya, terkadang merasa nyeri. Klien biasanya mengelus-ngelus perutnya untuk menghilangkan nyerinya. Klien mengatakan nyeri hilang dengan pengobatan dari bidan desa, klien berharap perawat memberikan pelayanan yang nyaman. Dalam pengkajian istirahat tidur klien mengatakan susah tidur selama kehamilan klien hanya tidur malam 6-7 jam, klien mengatakan dengan cara berusaha memejamkan mata agar cepat tidur, klien mengatakan hal tersebut berhasil, klien mengatakan terkadang tidur siang terkadang tidak, jika tidur siang 1-2 jam/hari klien tidur siang. Pengkajian hygiene prenatal klien mengatakan mandi sehari 2x/hari, klien menjelaskan mengosok gigi pada waktu mandi pagi dan sore, klien menjaga kelembapan kulit, klien menggunakan bedak wajah, badan menggunakan hand body lotion, terkadang menggunakan minyak kayu putih pada bagian perut. Klien mengatakan pergerakan normal, pergerakan normal dan pendengaran normal.Klien mengatakan selama kehamilan klien banyak minum
41
susu 2x dalam sehari dan sering air putih 4-5x perhari, minuman yang disukai klien ialah air putih, klien tidak menyukai minuman yang bersoda. Keadaan gigi klien bersih dan tidak menggunakan gigi palsu, klien tidak pernah merasa terganggu karena gigi, dan tidak ada gangguan pada mulut. Klien mengatakan berat badan klien naik 3 kg selama kehamilan. Selama kehamilan tidak ada perubahan dalam cara makan klien, makanan utama klien nasi, klien tidak pernah ada pantangan dalam makanan. Selama kehamilan klien tidak melakukan diet apapun, klien ingin memberikan ASI eklusif pada bayinya nanti. Selama kehamilan klien tidak ada perubahan dalam Bab (buang air besar)/Bak (buang air kecil) nya, klien mengatakan Bab sehari 1x/hari, Bak 34x/hari, klien mengatakan Bab biasanya di pagi hari dan Bak sewaktu-waktu. Klien mengatakan lebih banyak makan buah pepaya agar Bab lancar dan minum air putih yang cukup. Klien mengatakan terkadang ter engah-engah jika jalan terlalu jauh, dan untuk mengatasinya klien istirahat sejenak.Klien mengatakan dalam hubungan suami istri tidak ada perubahan, dan disaat klien hamil juga tidak ada perubahan dalam hubungan suami istri. Klien mengatakan dalam riwayat kehamilannya dan persalinan yang lalu klien melahirkan anak laki-laki proses persalinan caesar karena keracunan kandungan, masalah dalam kandungan pada saat trimester pertama mengalami mual muntah BB bayi 2700 dalam keadaan baik.
42
Klien mengatakan pernah menggunakan KB suntik ± 1 tahun setelah anak pertama lahir, klien mengatakan setelah menggunakan KB suntik klien sering merasa pusing dan setelah klien memutuskan untuk berhenti menggunakan KB suntik tekanan darah klien tinggi. Klien mengatakan tidak ingin menggunakan alat kontrasepsi setelah persalinan ke 2 ini.klien berencana memiliki 2 orang anak saja. Keadaan umum klien baik,kesadaran klien composmentis, tanda-tanda vital klien TD : 180/100 mmHg, Nadi : 84x/mnt, suhu : 36,6 ºC, RR : 24x/mnt. Antropometri klien BB sekarang 73 kg, BB sebelum hamil 70 kg, TB 169 cm, LILA 32 cm. Pelvimetri klien distansia spinarum 28 cm, distansia kristarum 26,5 cm, konjugata eksternal 19 cm, lingkar panggul 84 cm. Status obstetri klien G3P1A1. Pemeriksaanfisik
yang
dilakukanolehpenulispada
klien
ialah
pemeriksaan kepala dan leher, bentuk kepala mesochepal, rambut hitam dan bersih. Kemudian mata konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, klien tidak menggunakan alat bantu kacamata. Kemudian hidung klien bentuk simetris, bersih tidak ada sekret. Gigi dan mulut klien bersih dan gigi lengkap. Telinga kanan kiri bersih tidak ada serumen. Leher tidak ada pembesaran tiroid. Pemeriksaan pada jantung klien degan menggunakan teknik Inspeksi (melihat) di dapatkan hasil yaitu bentuk simetris, ictus cordis tidak tampak, Hasilpemeriksaanmenggunakanteknikpalpasi(meraba) ictus cordis teraba di IC V. Hasilpemeriksaandenganmelakukanperkusi (mengetuk) didapatkan suara
43
pekak IC II kanan dan IC II kiri. Kemudian untuk pemeriksa adengan melakukan auskultasi (mendengarkan) yaituBJ (bunyi jantung) I dan BJ (bunyi jantung) II murni regular. Pemeriksaan fisik paru – paru dengan teknik Inspeksi (melihat) didapatkan hasil yaitu paru – paru terlihat simetris kanan dan kiri tidak ada jejas. Hasil pemeriksaan menggunakan teknik palpasi (meraba) didapatkan vokal fremitus kanan dan kirisama. Hasil pemeriksaan dengan melakukan perkusi (mengetuk) didapatkan terdengar suara sonor pada seluruh lapang paru. Kemudian untuk pemeriksa adengan melakukan auskultasi (mendengarkan) yaitu tidak ada suara nafas tambahan. Kemudian pemeriksaan pada payudara klien yaitu payudara tampak membersar, areola berubah menjadi kehitaman. Pengeluaran ASI belum keluar. Pemeriksaan Abdomen uterus klien membesar sesuai dengan usia kehamilan klien, kontraksi iya terkadang sedikit nyeri. Pemeriksaan leopld I tinggi fundus uteri 32 cm, teraba bulat keras seperti kepala, leopold II kanan teraba seperti papan (punggung),leopold kiri bagian kecil seperti kaki dan tangan. Leopold III teraba bulat tetapi tidak keras seperti bokong, leopold IV belum masuk panggul. DJJ (denyut jsntung janin) 142x/mnt, TBJ(taksiran berat janin) 2950 gram. Pigmentasi abdomen menjadi hiperpigmentasi (kecoklatan). Lineanigra tampak,striae juga tampak. Pemeriksaan perineum dan genital kebersihan perineum dan genital klien baik, keputihan pernah sebentar tetapi tidak bau, hemoroid tidak
44
ada.Ekstremitas atas klien tidak ada oedema, dan tidak ada varises, ekstremitas bawah klien tidak ada oedema, tidak ada varises. Persiapan persalinan klien, selama hamil klien belum pernah melakukan senam ibu hamil, rencana klien melahirkan di RSUD sukoharjo, klien mengatakan perlengkapan saat melahirkan dan kebutuhan bayi sudah sediki demi sedikit disiapkan. Klien mengatakana siap untuk melahirkan anak yang ke dua, klien mengataka sedikit mengetahui dengan tanda-tanda melahirkan, klien biasanya menarik nafas pelan-pelan dan mengeluarkan saat mengalami nyeri pada perutnya. Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 12 maret 2015 di dapatkan hasil : leokosit 7,7 ribu/µl (nilai normal 3,6-11,0 ribu/µl ), kritosit 4,64 ribu/µl (nilai normal 3,80-5,20), hemoglobin 13,4 g/dl (nilai normal 11,7-15,5 g/dl), hematokrit 37,9% (nilai normal 35-47%), MCV 81,7 fl (nilai normal 80-100 fl), MCH 28,9 pg (nilai normal 26-34 pg), MCHC 35,4 g/dl (nilai normal 32-36 g/dl), trombosit 226 ribu/µl (nilai normal 150-450 ribu/µl), RDW-CV 14,0 % (nilai normal 11,5-14,5 %), PDW 10,3 fl, MPV 9,8 fl, P-LCR 22,3 %, POT 0,22 %, NRBC 0,00 % (nilai normal 0-1), neutrofil 66,6 % (nilai normal 5375%), limfosit 26,2 % (nilai normal 25-40 %), monosit 5,60 % (nilai normal 28%), eosinofil 1,30 % (nilai normal 2,00-4,00 %), basofil 0,30 % (nilai normal 0-1 %), gol darah AB, protein pos (1+) (nilain normal negatif - ), GDS 70 mg/dl (nilai normal 70-120 mg/dl), creatinis 0,72mg/dl (nilai normal 0,50-0,90 mg/dl), GOT 19,28 mg/dl (nilai normal 0-35 mg/dl), GPT 10,0 mg/dl (nilai
45
nilai normal 0-31 mg/dl), kontrol (PT) 11,10 dtk, pasien (PT) 9,20 dtk (nilai normal 9,40-11,30 dtk), INR (PT) 0,82. Pada tanggal 12-14 maret 2015 mendapat terapi infus RL dengan dosis 20
tpm,
Infus
RL
masukdalamgolonganlarutanelektrolitnutrisi
yang
berfungsiuntukmenambahcairanpadatubuhuntukmencegahdehidrasi. Kemudian terapi obat oral nifedipine dengan dosis 10 mg/8 jam, yang termasuk dalam golongan obat antiangina fungsi dari nifedipine ialah untuk menurunka tekanan darah tinggi pada ibu hamil. B. Analisa Data Diagnosakeperawatan
yang
ditemukanpadakliendarihasilpengkajian
pada tanggal 12 maret 2015 jam 10.45 WIB, penulis menegakkan diagnose keperawatan ketidak efektifan perfusi jaringan berhubungan dengan hipertensi. Data tersebut ditunjang dengan data subjektif dari klien mengatakan pusing, flu disertai batuk serta tekanan darah tinggi. Data objektif yang diperoleh klien tamapak lesu Td : 180/100 mmHg, N : 72x/mnt, T : 36,6ºC, R : 20 x/mnt hasil lab protein urine pos (1+). Jam 11.00 WIB diadapatkan data subjektif klien mengatakan pusing setiap saat, kaji skala nyeri P : nyeri saat memikirkan hal yang terlalu berat, Q : nyeri seperti tertindih beban berat, R : nyeri di kepala belakang, S : nyeri skala 5, T : nyeri hilang timbul. Dan didapatkan data objektif klien tampak menahan sakit, tampak memijat kepala. Penulis dapat menegakkan diagnose nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
46
Jam 11.10 WIB didapatkan data subjektif klien mengatakan takut dengan sakit yang dialaminya akan berdampak pada kehamilannya saat ini. Dan didapatkan data objektif klien tampak cemas. Penulis dapat menegakkan diagnose ansietas (cemas) berhubungan dengan krisis situasional. C. Diagnos Keperawatan Berdasarkananalisa data diatas penulis dapat memprioritaskan diagnosa keperawatan, yaituprioritas yang utamaadalah ketidak efektifan perfusi jaringan berhubungan dengan hipertensi. Prioritas diagnosa yang kedua yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis. Prioritas diagnosa yang ketiga yaitu ansietas (cemas) berhubungan dengan krisis situasional. D. Intervensi Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil pada diagnosa keperawan utama adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan hipertensi dapat teratasi dengan kriteria hasil TTV klien datam batas normal 120/80-130/90 mmHg, terciptan kondisi yang nyaman dan tenang, diit makanan rendah garam, diharapkan ada penurunan darah dari hari ke hari. Berdasarkantujuandankriteriahasiltersebutpenulismembuatperencanaant indakankeperawatanyaitu kaji TTV klien, berikan relaksasi nafas dalam, berikan posisi nyaman, informasikan diit rendah garam, berikan terapi musik suara alam, kolaborasi dalam pemberian obat antihipertensi. Rasional dari intervensi diatasa ialah untuk mengetahui ttv klien, agar kondisi klien lebih tenang, agar klien dapat beristirahat dengan posisi yang
47
nyaman, agar tekanan drah tidak naik karna faktor makanan, agar tekanan darah dapat turun, agar tekanan darah dalam batas normal. Tujuan dan kriteria hasil pada prioritas diagnosa keperawatan yang kedua adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil klien mengungkapkan nyeri berkurang, skala nyeri 1-2, klien tampak rileks, nyeri berkurang dalam 3 hari. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut penulis membuat perencanaan tindakan keperawatan yaitu kaji skala nyeri dengan pola PQRST, berikan posisi yang nyaman, ajarkan teknik relaksasi. Rasional dari intervensi diatas ialah untuk mengetahui intensitas nyeri, untuk meningkatkan relaksasi, untuk mengurangi rasa nyeri. Tujuan dan kriteria hasil pada prioritas diagnosa keperawatan yang ketiga adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan cemas dapat teratasi dengan kriteria hasil mengidentifikasi gejala yang indikator cemas dari klien, mengkomunikasikan perasaan negatif secara tepat, cemas hilang dalam waktu 3 hari, pasien tampak lebih tenang, cemas berkurang dari hari ke hari. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut penulis membuat perencanaan tindakan keperawatan yaitu kaji tingkat kecemasan, anjurkan untuk berfikir positif, anjurkan orang terdekat mendampingi, berikan informasi tentang keadaan klien.
48
Rasional dari intervensi diatas ialah untuk mengetahui tingkat kecemasan klien, agar klien berfikir positif tentang sakitnya, agar klien merasa tenang dan nyaman, agar klien berfikir tenang. E. Implementasi Keperawatan Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis untuk mengatasi diagnosa keperawatan pertama ketidak efektifan perfusi jaringan b.d hipertensi pada tanggal 12 maret 2015 jam 10.45 WIB mengkaji TTV klien, respon subjektif klien bersedian di periksa TTV oleh perawat, respon objektif TD: 180/100 mmHg, N: 84x/mnt, T: 36,6ºC, R: 24x/mnt. Jam 11.20 WIB memberikan terapi musik suara alam, respon subjektif klien bersedia mendengarkan terapi musik suara alam, respon objektif klien mendengar terapi musik suara alam selama 30 menit. Jam 11.55 WIB memberikan teknik relaksasi nafas dalam, respon subjektif klien berserian diajarkan relaksasi nafas dalam, respon objektif klien tampak lebih tenang. Jam 12.00 WIB mengkaji TTV klien , respon subjektif klien bersedia di periksa TTV perawat , respon objektif TD: 160/90 mmHg, N: 80x/mnt, T: 36,6ºC, R: 24x/mnt. Jam 12.20 WIB memberikan terapi bat nifedipine 10mg, respon subjektif klien bersedia meminu obat, respon objektif klien meminum obat nifedipine 10 mg. 14.05 WIB
memberikan
informasi
diit
hipertensi,
respon
subjektif
klien
mendengarkan penjelasan perawat mengenai makanan, respon objektif klien tampak lebih mengerti. Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis untuk mengatasi diagnosa ke dua yakni nyeri akut b.d agen cidera biologis pada tanggal 12
49
Maret 2015. Jam 11.00 WIB mengkaji skala nyeri klien dengan pola PQRST, respon subjektif klien bersedia diperiksa P: nyeri saat memikirkan hal yang berat, Q: nyeri seperti tertindih beban berat, R: nyeri pada kepala belakang, S: skala nyeri 5, T: nyeri hilang timbul, data objektif klien tampak meringis menahan sakit. Jam 11.55 WIB memberikan teknik relaksasi nafas dalam, respon subjektif klien bersedia diajarkan relaksasi nafas dalam, respon objektif klien tampak lebih tenang. Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis untuk mengatasi diagnosa ke tiga ansietas b.d krisis situasionalpada hari 12 Maret 2015. Jam 11.10 WIB menganjurkan berfikir positif, respon subjektif klien mengatakan gelisah terhadap sakitnya, respon objektif klien memahami motivasi perawat. Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis untuk mengatasi diagnosa pertama ketidak efektifan perfusi jaringan b.d hipertensi pada tanggal 13 maret 2015. Jam 09.15 WIB Mengkaji TTV klien, respon subjektif klien bersedia diperiksa TTV perawat, respon objektif TD: 170/80 mmHg, N: 82x/mnt, T: 36ºC, R: 22x/mnt. Jam 09.20 WIB berikan posisi nyaman, respon subjektif klien bersedia diposisikan nyaman, respon objektif klien tampak lebih nyaman. Jam 09.25 WIB memberikan terapi musik alam, respon subjektif klien bersedia mendengarkan terapi musik alam, respon objektif klien mendengarkan musik alam selama 30 mnt. 09.55 WIB memberikan teknik relaksasi nafas dalam, respon subjektif klien mau mengulangi relaksasi nafas dalam dalam seperti kemarin, respon objektif klien tampak nyaman. Jam 12.05 WIB Mengkaji TTV klien , respon subjektif klien bersedia di periksa TTV klien
50
respon subjektif klien bersedia diperiksa TTV, respon objektif TD: 160/80 mmHg, N: 82x/mnt, T: 36ºC, R: 20x/mnt. 12.15 WIB memberikan obat nifedipine 10mg, respon subjektif klien bersedia meminum obat, respon objektif klien meminum obat nifedipine 10mg, Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis untuk mengatasi diagnosa kedua nyeri akut b.d agen cidera biologis pada tanggal 13 maret 2015.Jam 09.00 WIB mengkaji skala nyeri dengan pola PQRST, respon subjektif: klien mengatakan nyeri berkurang, P: nyeri saat memikirkan hal yang negatif, Q: nyeri seperti tertindih benda berat, R: nyeri pada kepala belakang, S: skala nyeri 3, T: nyeri hilang timbul. Jam09.55 WIB memberikan teknik relaksasi nafas dalam, respon subjektif klien mau mengulangi relaksasi nafas dalam dalam seperti kemarin, respon objektif klien tampak nyaman. Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis untuk mengatasi diagnosa ketiga ansietas b.d krisis situasional pada tanggal 13 maret 2015. Jam 10.00 WIB mengkaji tingkat kecemasan , respon subjektif klien mengatakan sedikit paham tentang penjelasan perawat terhadap sakitnya, respon objektif klien tampak cemas berkurang, Jam 13.30 WIB anjurkan berfikir positif, respon subjektif klien mengatakan mencoba berfikir positif, respon objektif klien tampak lebih rileks terhadap motivasi perawat. Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis untuk mengatasi diagnosa pertama ketidak efektifan perfusi jaringan b.d hipertensi pada tanggal 14 maret 2015. Jam 09.25 WIB mengkaji TTV, respon subjektif klien mau iperiksa TTV, respon objektif TD: 160/90 mmHg, N: 80x/mnt, T: 36,3ºC, R:
51
24x/mnt. Jam 09.30 WIB memberikan terapi musik suara alam, respon subjektif klien bersedia mendengarkan terapi musik alam, respon objektif klien tampak mendengarkan suara alam selama 30 mnt. Jam 10.00 WIB memberikan posisi nyaman , respon subjektif klien bersedia berpindah posisi yang nyaman, respon objektif klien tampak lebih nyaman. Jam 12.15 WIB mengkaji TTV, respon subjektif klien bersedia di periksa TTV, respon objektif TD: 150/80 mmHg, N: 82x/mnt, T: 36,3ºC, R: 20x/mnt. Jam 12.25 WIB memberikan obat antihipertensi nifedipine 10mg, respon subjektif klien bersedia meminum obat, respon objektif klien meminum obat nifedipine 10mg. Jam 13.30 WIB informasi diit hipertensi, respon subjektif klien mengulangi diit apa saja yang dianjurkan dan tidak, respon objektif klien tampak memahami informasi dari perawat. Jam13.40 WIB ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, respon subjektif klien mampu mengulangi teknik relaksasi nafas dalam, respon objektif klien tampak lebih tenang. Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis untuk mengatasi diagnosa kedua nyeri akut b.d agen cidera biologis pada tanggal 14 maret 2015. Jam 09.15 WIB mengkaji sekala nyeri dengan PQRST, P: nyeri saat memikirkan hal yang berat, Q: nyeri seperti tertindih beban berat, R: nyeri pada kepala belakang, S: skala nyeri 3,T: nyeri hilang timbul, objektif : klien tampak lebih tenang. Jam 10.00 WIB memberikan posisi nyaman , respon subjektif klien bersedia berpind posisi yang nyaman, respon objektif klien tampak lebih nyaman. Jam 13.40 WIB ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, respon subjektif klien mampu mengulangi teknik relaksasi nafas dalam, respon objektif klien
52
tampak lebih tenang. Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis untuk mengatasi diagnosa ketiga ansietas b.d krisis situasional pada tanggal 14 maret 2015. Jam 13.00 WIB memberikan saran agar didampingi orang terdekat, respon subjektif klien mengatakan lebih tenang jika didampingi suami dan anak, respon objektif klien tampak di dampingi suami. F. Evaluasi Setelah dilakukan perencanaan keperawatan dan tindakan keperawatan, evaluasi hasil dari masalah keperawatan pertama ketidak efektifan perfusi jaringan b.d hipertensi pada tanggal 12 maret 2015. Jam14.05 WIB adalah subjektif : klien mengatakan kepala merasa pusing, dan tensi darah tinggi , objektif : klien tampak lesu, TD: 160/90 mmHg, N: 80x/mnt, T: 36,6ºC, R: 24x/mnt, hasil lab protein urine pos (+), Analisa : masalah belum teratasi, tekanan darah masih tinggi, planning : lanjutkan intervensi observasi TTV, observasi diit, obsevasi keadaan sekitar. Evaluasi dari masalah keperawatan yang kedua nyeri akut b.d agen cidera biologispadatanggal 12 maret2015 . Jam 14.10 WIB adalah subjektif : klien mengatakan pusing seperti tertindih bends berat P: nyeri saat memikirkan hal yang berat, Q: nyeri seperti tertindih beban berat, R: nyeri pada kepala belakang, S: skala nyeri 5, T: nyeri hilang timbul, objektif : klien tampak meingis menahan sakit, analisa: masalah belum teratasi,nyeri belum berkurang, planning: lanjutkan intervensi observasi nyeri,observasi lingkungan yang nyaman.
53
Evaluasi dari masalah keperawatan
yang ketiga ansietas b.d krisis
situasionalpadatanggal 12 maret 2015. Jam 14.15 WIB subjektif : klien mengatakan cemas dengan keadaanya, objektif : klien tampak cemas dan gelisah dengan sakitnya, analisa: masalah belum teratasi, klien masih cemas, planning : lanjutkan intervensi obsrvasi kecemasan, berikan motivasi klien, observasi pendamping klien. Evaluasi dari masalah keperawatan yang pertama ketidak efektifan perfusi jaringan b.d hipertensi pada tanggal 13 maret 2015. Jam 13.30 WIB subjektif : klien mengatakan pusing berkurang, dan tensi sedikit turun, objektif : klien tampak lebih tenang TD: 160/80 mmHg, N: 82x/mnt, T: 36ºC, R: 20x/mnt, analisa: masalah belum teratasi, tekanan darah masih tinggi, planning : lanjutkan intervensi observasi TTV, observasi diit, observasi keadaan sekitar. Hasil lab urine pos (+). Evaluasi dari masalah keperawatan yang kedua nyeri akut b.d agen cidera biologis pada tanggal 13 maret 2015. Jam 13.45 WIB subjektif : klien mengatakan pusing berkurang, P: nyeri saat memikirkan hal yang negatif, Q: nyeri seperti tertindih benda berat, R: nyeri pada kepala belakang, S: skala nyeri 3, T: nyeri hilang timbul. Objektif: klien tampak lebih tenang, analisa: masalah teratasi sebagian, nyeri berkurang, planning: lanjutkan intervensi observasi nyeri, observasi lingkungan nyaman. Evaluasi dari masalah keperawatan yang ketiga ansietas b.d krisis situasional pada tanggal 13 maret 2015. Jam 13.55 WIB Subjektif: klien mengatakan sedikit tenang dengan keadaanya, karnaperawat memberikan
54
informasi. Objektif : klien tampak nyaman dan sedikit tenang. Analisa: masalah teratasi sebagian, cemas klien berkurang. Planning: lanjutkan intervansi observasi kecemasan, observasi pendamingan. Evaluasi dari masalah keperawatan yang pertama ketidak efektifan perfusi jaringan b.d hipertensi pada tanggal 14 maret 2015. Jam 13.40 WIB subjektif : klien mengatakan pusing berkurang dan tensi darah dapat turun sebagian, objektif : klien tampak lebih baik TD: 150/80 mmHg, N: 82x/mnt, T: 36,3ºC, R: 20x/mnt hasil lab protein urin pos (+), analisa: masalah teratasi sebagian, tekanan darah turun, planning: lanjutkan intervensi observasi ttv, observasi diit. Evaluasi dari masalah keperawatan yang kedua nyeri akut b.d agen cidera biologispadatanggal 14 maret 2015. Jam13.50 WIB subjektif : klien mengatakan pusing berkurang seperti tertindih benda berat P: nyeri saat memikirkan hal yang berat, Q: nyeri seperti tertindih beban berat, R: nyeri pada kepala belakang, S: skala nyeri 3,T: nyeri hilang timbul, objektif : klien tampak tenang, analisa : masalah teratasi sebagian, planning : lanjutkan intervensi observasi nyeri, observasi lingkungan nyaman. Evaluasi dari masalah keperawatan yang ketiga ansietas b.d krisis situasional pada tanggal 14 maret 2015. Jam 14.00 WIB subjektif : klien mengatakan lebih tenang, objektif : klien tampak nyaman sedikit paham dengan kondisinya, analisa : masalah teratasi sebagian, klien tampak lebih tenang, planning : lanjutkan intervensi observasi kecemasan.
BAB V PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang karya tulis ilmiah, yang berjudul pemberian terapi musik suara alam pada ibu hamil pada asuhan keperawatan Ny. S dengan Hipertensi yang sudah dilakukan penulis di bangsal bougenvile RSUD Sukoharjo pada tanggal 12– 14 Maret 2015. A. Pengkajian Penulis melakukan pengkajian pada tanggal12-14 maret 2015 dengan alloanamnesadanautoanamnesa. Alloanamnesa anamnesa yang dilakukan terhadap keluarga atau relasi terdekat atau yang membawa pasien tersebut ke rumah sakit. Sedangkan autoanamnesa yaitu anamnesa yang dilakukan langsung kepada pasien karena pasien kuasa atau mampu melakukan tanya jawab (Nurhay, 2005). Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. Pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya. Kemampuan mengidentifikasi masalah keperawatan yang terjadi pada tahap ini akan menentukan diagnosis keperawatan. Diagnosis yang diangkat akan menentukan desain perencanaan yang ditetapkan. Selanjutnya, tindakan keperawatan dan evaluasi mengikuti perencanaan yang dibuat (Rohmah, dkk 2012). Keluhan utama yang dirasakanpasien tekanan darah tinggi dan merasa pusing setiap waktu, pasien merasa cemas dengan sakitnya kemudian berobat
55
56
ke RSUD sukoharjo.Hasilpemeriksaantekanandarah 180/100 mmHg. Menurut prawirohardjo, (2010). Hipertensi ialah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥ 140/90 mmHg. Tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam. Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan tekanan darah diastolik ≥ 15 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi. Gejalaklinispenyakit darah tinggi pada kehamilan menurut Pudiastuti, (2012) adalah tekanan darah diastolik merupakan indikator dalam penanganan hipertensi dalam kehamilan, oleh karena tekanan dalam penanganan hipertensi dalam kehamilan, oleh karena tekanan diastolic mengukur tahanan perifer dan tidak tergantung keadaan emosional pasien. Diagnosis hipertensi dibuat jika tekanan darah diastolik 90 mmHg pada 2 pengukuran berjarak 1 jam atau lebih. Hipertensi selama kehamilan adalah kelainan vaskular yang terjadi sebelum atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas. Kriteria yang dapat dijadikan dasar diagnostik hipertensi selama kehamilan adalah kenaikan tekanan darah 30 mmHg untuk sistolik atau diastolik sebesar 15 mmHg, tekanan darah absolut dari 140/90 mmHg sesaat dengan interval 6 jam, terdapat atau disertai konvulsi dan atau koma (Manuaba, 2007). Hasil pengkajian pasien mengatakan nyeri kepala, P: nyeri timbul saat memikirkan hal yang terlalu berat, Q: nyeri seperti tertindih beban berat, R: nyeri bagian kepala , S: nyeri skala 5, T: nyeri hilang timbul. Menurut pudiastuti (2010), gejala klinis seperti berikut : tekanan diastolik >mmHg, nyeri daerah epigastrium atau kuadran atas kanan, nyeri kepala hebat, tidak berkurang dengan analgesik biasa. Menurut hinchliff, dkk
57
(1996), nyeri terletak pada semua saraf bebas yang terletak pada kulit, tulang, persendian, dinding arteri, membran yang mengelilingi otak, dan usus. Nyeri digambarkan bermacam-macam, seperti: terbakar, terpotong, tertusuk, dan tikaman. Faktor yang dapat mempengaruhi nyeri menurut Niven, 2002; Aziz, 2009, ialah faktor lingkungan, keadaan umum, endorfin, faktor situasional, jenis kelamin, pengalaman masa lalu dan status emosional, anxietas dan kepribadian, budaya dan sosial, arti nyeri, usia, fungsi kognitif, dan kepercayaan individu. Hasil pengkajian kecemasan pasien mengatakan takut dengan sakit yang dialaminya akan berdampak pada kehamilannya saat ini. Kecemasan menurut Solehatidkk (2015), seorang individu mengalami kecemasan yang bervariasi, mulai dari cemas ringan sampai panik. Menurut stuart dan sundeen (1998), kecemasan dapat digolongkan dalam beberapa tingkat, kecemasan berat kecemasan ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak berpikir tentang hal lain. Individu tak mampu berpikir lagi dan membutuhkan banyak pengarahan atau tuntunan. Hasil pemeriksaan laborat pada tanggal 12 April 2015 proteinurin pos (1+) positif. Menurut Prawirohardjo, (2010) proteinuria ialah adanya 300 mg protein dalam urin selama 24 jam atau sama dengan ≥1+ dipstick, Oliguria dan anuria terjadi karena hipovolemia sehingga aliran darah ke ginjal menurun yang mengakibatkan produksi urin menurun (oliguria ), bahkan dapat terjadi
58
anuria. Berat ringannya oliguria menggambarkan berat ringannya hipovolemia. Hal ini berarti menggambarkan pula berat ringannya preeklamsia. Pasien pada tanggal 12 april 2015 mendapatkan terapi infus RL (ringer laktat) 20 tpm, nifedipine 10mg/8 jam. Infus RL (ringer laktat) berfungsi untuk keseimbangan elektrolit, nifedipine 10mg/8 jam berfungsi untuk menurunkan tekanan darah pada ibu hamil. Diit makanan rendah garam berfungsi untuk menambah nutrisi pada ibu dan janin jika penderita hipertensi mengkonsumsi garam berlebih maka volume darah akan meningkat dan dapat meningkatkan beban kerja pada jantung. B. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan yang pertama kali ditemukanadalah ketidak efektifan perfusi jaringan b.d hipertensi. Definisi ketidak efektifan perfusi jaringan b.d hipertensi. Definisi dari ketidak efektifan perfusi jaringan b.d hipertensi ialah penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan. Batasan karakteristik perubahan tekanan darah di ekstermitas, penurunan nadi, nyeri ektermitas, warna kulit pucat saat elevasi (Herdman, 2009). Diagnosa yang kedua yang ditemukan adalah nyeri akut b.d agen cidera biologis.Definisi dari nyeri akut b.d agen cidera biologis ialah nyeri akut merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan actual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (international association for the study
59
of pain): awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung >6 bulan. Batasan karakteristik yang muncul pada diagnosa nyeri akut b.d agen cidera biologis perubahan tekanan darah, perubahan frekuensi pernafasan, meringis manhan sakit, perubahan posisi untuk menghindari nyeri, sikap tubuh melindungi, gangguan tidur, melaporkan nyeri secara verbal (Herdman, 2009). Diagnosa ketiga yang ditemukan adalah ansietas b.d krisis situasional. Definisi dari ansietas b.d krisi situasional. Definisi dari ansietas b.d krisi situasional ialah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang sama disertai respons autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu, perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman (Herdman, 2009). Batasan karakteristik yang muncul mengekspresikan kekawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup, gelisah, ketakutan, peningkatan kewaspadaan, parasimpatik penurunan tekanan darah, penurunan denyut nadi (Herdman, 2009).
C. Intervensi Tujuan adalah perubahan perilaku pasien yang diharapkan oleh perawat setelah berhasil dilakukan (Rohmah, 2012). Kriteria hasil ialah pernyataan spesifik tentag perilaku atau respon klien yang perawat antisipasi dari asuhan
60
keperawatan. Setelah mengkaji, mendiagnosis, dan menetapkan prioritas tentang kebutuhan perawatan kesehatan klien, perawat merumuskan tujuan dan hasil yang diperkirakan dengan klien untuk setiap diagnosa keperawatan (Gordon, 1994). Menurut Rohmah (2012); Prinsip tujuan dan hasil sesuai dengan SMART ( Spesifik, Measurable, Achievable, Reasonable, Time). Intervensi ialah
pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, dan
mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan. Desain keperawatan menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien (Rohmad dkk 2012). Penulismenyusunperencanaan dengan prinsip ONEC (Objektif, Nurse, Educatife, Colaboration). Berdasarkandiagnosapertamaketidak efektifan perfusi jaringan b.d hipertensi, tujuan yang diharapkan tekanan darah dalam batas normal 120/80130/90 mmHg, tercipta lingkungan yang nyaman dan tenang, diit makanan rendah garam, diharapkan tekanan darah ada penurunan dari hari kmren. Perencanaan diagnosa pertama ketidak efektifan perfusi jaringan b.d hipertensi antara lain : monitor tanda-tanda vital, berikan relaksasi nafas dalam, berikan posisi nyaman, informasikan diit rendah garam, berikan terapi musik suara alam, kolaborasi dalam pemberian obat antihipertensi. Berdasarkan
diagnosakedua
nyeri
akut
b.d
agen
cidera
biologis,tujuanyang diharapkan klien mengungkapkan nyeri berkurang, ada
61
penurunan nyeri dari hari ke hari, skala nyeri 1-2, klien tampak rileks, nyeri dapat berkurang dalam kurun waktu tiga hari. Perencanaan
diagnosa
kedua
nyeri
akut
b.d
agen
cidera
biologis,antaralain : kaji nyeri dengan pola PQRST, berikan posisi yang nyaman, ajarkan teknik relaksasi. Berdasarkan diagnosa ketiga ansietas b.d krisis situasional, tujuan yang di
harapkan
mengidentifikasi
gejala
yang
indikator
cemas,
mengkomunikasikan perasaan negatif secara tepat, cemas berkurang dari hari ke hari, cemas hilang dalam waktu tiga hari, pasien tampak lebih tenang. Perencanaan diagnosa ketiga ansietas b.d krisis situasional, antaralain : kaji tingkat kecemasan klien, anjurkan untuk berfikir yang positif, anjurkan orang terdekat mendampingi, berikan informasi tentang keadaan klien. D. Implementasi Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respons klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Rohmah, 2012). Berdasarkanmasalahkeperawatantersebutperawatmelakukanimplementa siselama 3 harisesuaidenganintervensi yang telahdibuat. Implementasidilakukanpadadiagnosakeperawatan yang pertama ketidak efektifan perfusi jaringan b.d hipertensi padatanggal 12 maret 2015 sampai tanggal 14 Maret 2015 yaitu: Mengkaji tanda-tanda vital klien, sebelum dilakukan tindakan keperawatan memberikan terapi musik suara alam pasien
62
terlebih dahulu diukut tekanan darahnya dengan tujuanuntuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh (Hidayat, 2015). Tindakan terapi musik suara alam sebagai salah satu terapi pelengkap, bisa menjadi alternatif pilihan, karena merupakan suara alam, tanpa adanya lirik, sehingga lebih mudah di terima oleh penderita, mendengarkan musik akan menstimulasi hipotalamus, yang merupakan pusat pengaturan berbagai mekanisme tubuh, sehingga akan mempengaruhi tekanan darah, nadi, respirasi dan mood seseorang. Dengan pemberian musik sebagai alternatif dari teknik relaksasi maka diharapkan penderita hipertensi dapat mencapai keadaan relaks dan keadaan emosional penderita stabil, sehingga tekanan darah juga bisa stabil (Nirmala, 2005). Hasil penelitian dari Mulyadi dkk (2013), yang berjudul “Pemberian pengaruh musik suara alam terhadap tekanan darah ibu hamil” efektif dapat menurunkan tekanan darah pada ibu hamil, penurunan tekanan darah terbesar hingga 23,4 mmHg. Jurnal Mulyadi dkk (2013) di dukung oleh jurnal dari Asrin, dkk (2009), yangberjudul “Upaya pengendalian respon emosional pasien hipertensi dengan terapi musik dominan frekuensi sedang” efektif dapat mengendalikan respon emosional (tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu) dalam kurun waktu 1-5 hari, pilihan lagu yang digunakan dalam terapi musik ini sepenuhnya kesukaan pasien. Menurut Cross (2002), Prosedur tindakan yang akan dilakukan pada aplikasi penelitian tentang pengaruh terapi musik alam terhadap tekanan darah:
63
7. Pastikan tempat yang nyaman 8. Siapkan alat berupa tape recorder dan kaset suara alam yang akan dimainkan. 9. Posisikan pasien senyaman mungkin 10.
Anjurkan pasien ambil nafas dalam-dalam, tarik dan keluarkan
perlahan-lahan melalui hidung 11.
Mulailah memutar musik alam
12.
Lakukan pemutaran musikselama 30 menitdalamsehari. Setelah pemberian terapi musik suara alam selang waktu 2-3 jam
dilakukan pengukuran tekanan darah kembali, Pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam (Prawirohardjo, 2010). Pemberian obat oral nifedipine 10mg, nifedipine 10 mg/8 jam termasuk dalam golongan antiangina dan berfungsi untuk menurunkan tekanan darah pada kehamilan (Sirait, 2012). Memberikan informasi diit rendah garam, diit rendah garam berfungsi untuk
menambah
nutrisi
pada
ibu
dan
janin,
penderita
hipertensi
mengkonsumsi garam berlebih, santan, minyak yang berlebih maka volume darah akan meningkat dan dapat meningkatkan beban kerja pada jantung (Herlambang, 2013). Memposisikan posisi nyaman, memberikan posisi nyaman dilakukan sebagai salah satu cara untuk membantu mengurangi rasa sakit yang dirasakan, diharapkan pasien merasa nyaman dan dapat mengurangi kondisi saat terjadi serangan (Safitri, 2011).
64
Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, relaksasi membuktikan bahwa ada hubungan antara otot, nyeri, dan kecemasan, yaitu bila pasien merasakan ketegangan otot maka ia akan merasakan nyeri serta cemas, dan sebaliknya. Ada beberapa bentuk relaksasi yang telah diuji efektivitasnya dalam menurunkan nyeri dan kecemasan seseorang (Metz, 2003). Implementasidilakukanpadadiagnosakeperawatankedua nyeri akut b.d agen cidera biologisdaritanggal 12 Maret 2015 sampai 14 Maret 2015 yaitu: Mengkaji skala nyeri dengan PQRST ( Provoking, Quality, Regio, Skala, Time ), nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat sangat subjektif. Perasaan nyeri pada setiap orang berbeda dalam hal skala ataupun tingkatanya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Aziz, 2009). Memberikan teknik relaksasi nafas dalam, relaksasi membuktikan bahwa ada hubungan antara otot, nyeri, dan kecemasan, yaitu bila pasien merasakan ketegangan otot maka ia akan merasakan nyeri serta cemas, dan sebaliknya. Ada beberapa bentuk relaksasi yang telah diuji efektivitasnya dalam menurunkan nyeri dan kecemasan seseorang (Metz, 2003). Memberikan posisi nyaman,
memberikan posisi nyaman dilakukan
sebagai salah satu cara untuk membantu mengurangi rasa sakit yang dirasakan, diharapkan pasien merasa nyaman dan dapat mengurangi kondisi saat terjadi serangan (Safitri, 2011). Implementasidilakukanpadadiagnosakeperawatanketiga
ansietas
b.d
krisi situasionaldaritanggal 12Maret 2015 sampai 14 Maret 2015 yaitu:
65
Menganjurkan berfikir positif, menurut Hannent (2001) dalam penelitiannya menemukan, bahwa pemaknaan stressor yang negatif dapat meningkatkan kecemasan, jadi apabila individu menganggap stressor sebagai sesuatu yang positif bagi kehidupannya, tentunya kecemasan tidak akan terjadi berlarutlarut. Mengkaji tingkat kecemasan, menurut Stuart dan Sundeen (1998), kecemasan dapat digolomgkan menjadi tiga; yang pertama kecemasan ringan yaitu ketegangan hidup sehari-hari. kedua kecemasan sedang yaitu lahan persepsi terhadap lingkungan menurun mengesampingkan hal-hal lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Pendampingan orang terdekat, yaitu kecemasan berat kecemasan ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang, seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Individu tak mampu berfikir lagi dan membutuhkan banyak pengarahan atau tuntunan (Stuart dan Sundeen, 1998).
E. Evaluasi Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan peruahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Rohmah, 2012). Evaluasi yang dilakukan penulis pada hari pertama pada diagnosa pertama pada tanggal 12 Maret 2015 jam 14.05 WIB, masalah keperawatan
66
hipertensi padaNy. Sbelumt eratasi karena belum sesuai tujuan dan kriteriahasil yang diharapkan, karenahasil pemeriksaan diperoleh TD: 160/90 mmHg, adapun permasalahan pada diagnosa kedua nyeri belum teratasi hasil pemeriksaan yang didapat P: nyeri saat memikirkan hal yang berat, Q: nyeri seperti tertindih benda berat, R: nyeri pada kepala belakang, S: skala nyeri 5, T: nyeri hilang timbul. Hasil evaluasi pada masalah keperawatan cemas (ansietas) dari tindakan yang dilakukan penulis, belum teratasi karena belum sesuai tujuan dan kriteria hasil dan didapatkan klien masih cemas memikirkan sakitnya. Evaluasi yang dilakukan penulis pada hari kedua pada diagnosa pertama pada tanggal 13 Maret 2015 jam 13.30 WIB, masalah keperawatan hipertensi padaNy. Sbelum teratasi karena belum sesuai tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan, karenahasilpemeriksaandiperoleh TD: 160/80 mmHg, adapun permasalahan pada diagnosa kedua nyeri teratasi sebagian hasil pemeriksaan yang didapat P: nyeri saat memikirkan hal yang berat, Q: nyeri seperti tertindih benda berat, R: nyeri pada kepala belakang, S: skala nyeri 3, T: nyeri hilang timbul. Hasilevaluasipadamasalahkeperawatancemas(ansietas) daritindakan yang dilakukan penulis, teratasi sebagian karena belum sesuai tujuan dan kriteria hasil dan didapatkan klien masih cemas dengan sakitnya. Evaluasi yang dilakukan penulis pada hari ketiga pada diagnosa pertama pada tanggal 14 Maret 2015 jam 13.40 WIB, masalah keperawatan hipertensi pada Ny. Steratasi sebagian karena belum sesuai tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan, karena hasil pemeriksaan diperoleh TD: 150/80 mmHg.
67
Sesuai dengan jurnal mulyadi, dkk (2013), bahwa pemberian terapi musik suara alam dilakukan selama 3 minggu dan rutin mendengarkan terapi musik setiap hari.Dalam karya tulis ilmiah ini penulis melakukan karya tulis ilmiah dalam waktu 3 hari, dalam hal ini maka masalah hipertensi belum teratasi. Adapun permasalahan pada diagnosa kedua nyeri teratasi sebagian hasil pemeriksaan yang didapat P: nyeri saat memikirkan hal yang berat, Q: nyeri seperti tertindih benda berat, R: nyeri pada kepala belakang, S: skala nyeri 3, T: nyeri hilang timbul. Hasil evaluasi pada masalah keperawatan cemas (ansietas) dari tindakan yang dilakukan penulis, teratasi sebagian karena belum sesuai tujuan dan kriteria hasil dan didapatkan klien tampak lebih tenang.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan Setelah penulis melakukan pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan,
implementasi
keperawatan
dan
evaluasi
keperawatan tentang pemberian musik suara alam terhadap penurunan tekanan darah ibu hamil pada asuhan keperawatan Ny. S dengan pre eklamsia ringan (PER) di ruang bougenvile RSUD Sukoharjo. 1. Pengkajian Hasil pengkajian yang didapatkan anatara lain data subjektifpasien mengatakan datang ke rumah
sakit karna tekanan darah tinggi, pasien
mengatakan pusing secara tiba-tiba. Pasien mengatakan cemas akan sakit yang dialaminya akan berdampak pada kehamilannya. Data objektif yang diperoleh dari diagnosa pertama adalah tekanan darah 180/100 mmHg, hasil lab. Proteinuria (+1). Diagnosa kedua nyeri akut data objektif diperoleh pasien mengalami pusing (nyeri bagian kepala), P: nyeri saat memikirkan hal yang terlalu berat, Q: nyeri seperti tertindih beban berat, R: nyeri dikepala belakang, S: nyeri skala 5, T: nyeri hilang timbul. Diagnosa ketiga diperolrh data objektif pasien tampak cemas dengan sakit yang dialaminya akan berdampak pada kehamilannya.
68
69
2. Diagnosa keperawatan Dari hasil pengkajian, penulis merumuskan diagnose dan membuat prioritas diagnose keperawatan yang pertama ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan hipertensi. Diagnose kedua nyeri akut behubungan dengan agen cidera biologis. Diagnosa ke tiga ansietas berhubungan dengan krisis situasional. 3. Intervensi keperawatan Intervensi yang ditulis pada diagnosa yang pertama yaitu ; kaji tekanan darah pasien, berikan relaksasi nafas dalam, berikan posisi nyaman, informasikan diit rendah garam, berikan terapi musik suara alam, kolaborasi dalam pemberian obat antihipertensi. Intervensi keperawatan yang kedua yang dibuat oleh penulis yaitu ; kaji nyeri dengan pola PQRST, berikan posisi yang nyaman, ajarkan teknik relaksasi. Intervensi keperawatan yang ke tiga yang dibuat oleh penulis yaitu ; kaji tingkat kecemasan pasien, anjurkan untuk berfikir positif, anjurkan orang terdekat mendampingi, berikan informasi tentang keadaan pasien. 4. ImplementasiKeperawatan Implementasi pada diagnosapertama ketidak efektifan perfusi jaringan b.d hipertensi yaitu: mengkaji tanda-tanda vital, memberikan terapi musik suara alam, memberikan obat oral nifedipine, memberikan informasi diit rendah garam, memberikan posisi nyaman, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
70
Implementasi pada diagnosa kedua nyeri akut b.d agen cidera biologis yaitu: mengkaji skala nyeri dengan pola PQRST, memberikan teknik relaksasi nafas dalam, memberikan posisi nyaman. Implementasi pada diagnosa ketiga ansietas b.d krisis situasional yaitu: menganjurkan berfikir positif, mengkaji tingkat kecemasan, pendampingan orang terdekat. 5. Evaluasi Setelah penulis melakukan implementasi, penulis melakukan evaluasi selama 3 x 24 jam.didapatkan hasil masalah keperawatan ketidak efektifan perfusi jaringan berhubungan dengan hipertensi, teratasi sebagian karna tekanan darah pasien belum diambang nilai normal. Diagnosa yang kedua nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis teratasi sebagian karena nyeri masih dalam skala 3. Diagnosa yang ketiga ansietas berhubungan dengan krisis situasional teratasi sebagian karena cemas pasien sudah berkurang. 6. Analisa Pemberian tindakan keperawatan pemberian terapi musik alam terhadap penurunan tekanan darah ibu hamil diberikan selama 30 menit dalam seharidan diberikan selama 3 hari berturut-turut, mengalami penurunan tekanan darah pada ibu hamil dari 180/100 mmHg menjadi 150/80 mmHg.
71
B.
Saran Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Pre Eklamsia Ringan (PER) penulisakan memberikan usulan dan masukan yang positif khususnya dibidang kesehatan antara lain : 1. Bagi Instasisi Pelayanan Kesehatan(RumahSakit) Bagi instasi sirumah sakit diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan maupun dengan pasien, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan khususnya bagi pasien yang mengalami Pre Eklamsia Ringan (PER) 2. Bagi Tenaga Kesehatan Khusunya Perawat Bagi tenaga kesehatan diharapkan dalam melakukan tindakan keperawatan hendaknya selalu berkoordinasi dengan perawat ataupun tim medis yang lain dalam memberikan memberikan asuhan keperawatan pada pasien ibu hamil yang mengalami pre eklamsia ringan (PER) serta berpedoman dengan teori-teori yang ada dan terbaru, sehingga pasien memperoleh perawatan secara komprehensif dan sesuai dengan kebutuhan dasar manusia. 3. Bagi Institusi Pendidikan Mampu meningkatkan mutu pelayanan pendidikan sehingga mampu menciptakan perawat yang profesional dan berkualitas dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai kode etik yang ada. Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana yang merupakan fasilitas bagi
72
mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam prakti kklinik dan pembuatan laporan.
DAFTAR PUSTAKA Amelda, 2009. Gambaran Karekteristik Ibu Hamil Dengan Preeklamsia di RSUP H. Adam Malik Medan, Periode 2005-2006. Karya Tulis Ilmiah STIKes Helvetia Medan, http://www.helvia.ac.id.library/html/stikes/amelda. Diakses tanggal 5 April 2015 Asrin, dkk. 2009. Upaya Pengendalian Respon Emosional Pasien Hipertensi Dengan Terapi Musik Dominan Frekuensi Sedang. Jurnal Keperawatan Astuti, H.P. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu 1 (Kehamilan). Yogyakarta : Rohima press Campbell N. A. Mitchell LG , Reece JB, Taylor MR, Simon EJ. 2006. Biology, 5th ed. Benyamin Cummings Publishing Company, Inc., Redword City, England Djohan. 2006. Terapi Musik Teori Aplikasi. Yogyakarta: Galang Press Firnnety, J. 2006. The Encyclopedia of Finance. New York: Springer Publications Herdman, T Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. ECG. Jakarta Herlambang, 2013. Menaklukan Hipertensi Dan Diabetes. Yogyakarta: Suka Buku Mitayani. 2012. Asuhan keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Mulyadi, dkk. 2013. Pengaruh Musik Suara Alam Terhadap Tekanan Darah Ibu Hamil. Jurnal Keperawatan Muttaqin, Arif. 2009. Buku ajar keperawatan klien dengan gangguan sistem kardiovaskular dan hematologi. Jakarta: Salemba Medika Muslihatun, N.W. 2009. Dokumentasi Kebidanan.Yogyakarta : Citramaya Novita, dian. 2001. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Nyeri Post Operasi Open Reduction And Internal Fixation (ORIF). Tesis Program Megister Ilmu Keperawatan UI Nugroho, MPH, dkk. 2014. Buku ajar asuhan kebidanan I. Yogyakarta: Nuha Medika Pudiastuti, R.D. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal dan Patologi. Yogyakarta : Nuha Medika
Purwoastuti, E dan Walyani, E,S. 2014. Konsep Kebidanan. Jogyakarta : Pustaka Baru Press. Prawirohardjo,Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan Edisi Pertama. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi Dua. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan Edisi Tiga. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan Edisi Empat. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan Edisi Enam. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Purwoastuti, dkk. 2014. Konsep kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press Rohmah & Walid S. 2012. Proses Keperawatan Teori Dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-ruzz Media SDKI. 2012. Angka Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia .http://www. www.nasional.sindonews.com. Diakses tanggal 26 September 2014. Sirait, Midian. 2012. Informasi Spesialis Obat Indonesia. Jakarta: PT ISFI Solehati T & Kosasih C E. 2015. Relaksasi dalam keperawatan maternitas. Bandung: PT Refika Aditama Sukarni, dkk. 2013. Kehamilan persalinan dan nifas. Yogyakarta: Nuha Medika Sukarni, dkk. 2014. Patologi kehamilan persalinan nifas dan neonatus resiko tinggi: yogyakarta: Nuha Medika Triyanto, 2014. Penderita hipertensi secara terpadu. Yogyakarta: GrahA ilmu Wigran, T. 2002. Indications in music therapy: evidence from assesment that can identifity the expectations of music therapy as a treatment for Autistic Spectrum disorder (ADS): meeting the challenge of Evidence Based Practice. British journal of music therapy, 16, 11-28 Wijaya, dkk. 2013. Keperawatan medikal bedah. Yogyakarta: Nuha Medika