PENANGANAN NYERI PADA PROSES PERSALINAN

Download samping yang justru memperlambat proses persalinan misalnya, penggunaan chloroform dapat menyebabkan inersia uteri sehingga peluang untuk d...

0 downloads 445 Views 369KB Size
Jurnal Ilmiah “RESEARCH SAINIS” Vol. 1 No. 1 Januari 2015

PENANGANAN NYERI PADA PROSES PERSALINAN Oleh : Herna Rina Yanti, S.ST, M.Kes. Dosen AKBID Mitra Husada, Medan Abstrak Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penanganan nyeri pada proses persalinan. Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan makalah adalah metode library research. Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa wanita yang sudah pernah mengalami persalinan akan lebih memahami apa yang akan dialami dan proses persalinan dan akan berusaha untuk mengatasi dan mengantisipasi hal-hal yang sekiranya akan dialami dengan mencari banyak informasi dari berbagai sumber. Usia menentukan kematangan seorang wanita dalam mempersiapkan dan perawatan kesehatan dalam kehamilan. Disamping itu faktor usia juga berhubungan dengan kematangan fungsi reproduksi pada wanita. Faktor usia juga berpengaruh pada tingkat pengetahuan wanita. Dimana makin dewasa umur seseorang akan memacu diri untuk mencari informasi tentang metode tertentu untuk mengatasi kondisi yang akan dialaminya sehubungan dengan kehamilan dan persalinan. Kata kunci : nyeri dan persalinan 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Semua wanita di dunia tumbuh dewasa dengan pengetahuan bahwa melahirkan itu sangat sakit. Melahirkan memang suatu proses yang alami dan menimbulkan rasa sakit. Namun banyak wanita yang merasakan sakit tersebut parah dari seharusnya karena banyak dipengaruhi oleh rasa panik dan stress. Hal ini disebut feartension-pain concept (takut-tegang-sakit), dimana rasa takut menimbulkan ketegangan atau kepanikan yang menyebabkan otot-otot menjadi kaku dan akhirnya menyebabkan rasa sakit. Ada juga sejumlah wanita yang melahirkan normal, namun tetap menggunakan bius epidural untuk mengatasi rasa sakit. Penggunaan bius semacam ini semakin banyak digunakan belakangan ini. Namun apakah semua ini benar-benar perlu? Bayangkan sebuah proses melahirkan dengan rasa sakit yang minimal atau bahkan tidak dirasakan sama sekali. Hal ini bukanlah sesuatu yang tidak mungkin jika kita telah berlatih relaksasi. Relaksasi merupakan metode alamiah yang dipergunakan untuk menghilangkan rasa takut, panik, tegang dan

tekanan-tekanan lain yang menghantui ibu dalam proses persalinan. Relaksasi kehamilan akan membantu ibu hamil untuk mencapai kondisi yang senantiasa rileks dan tenang, dimana efek dari kondisi ini akan berpengaruh pada ibu hamil dan lingkungannya hingga proses persalinan. Dengan kondisi rileks, gelombang otak akan menjadi lebih tenang sehingga dapat menerima masukan baru yang kemudian akan menimbulkan reaksi positif pada tubuh, dan sangat memungkinkan jika tubuh ibu akan mengikuti masukan baru yang diniatkan. Jadi, jika ibu hamil telah melakukan relaksasi dan meniatkan kelahirannya agar lancar, tidak sakit, sehat dan sebagainya, sangatlah mungkin jika proses kelahirannya akan sesuai dengan niat tersebut. Metode relaksasi dalam menjalani masa kehamilan sebenarnya bukan metode yang baru, namun telah digunakan sejak tahun 50-an di Amerika Serikat. Hanya saja akhirakhir ini, banyak nama yang muncul dan dijadikan sebagai trademark baru untuk metode relaksasi kehamilan ini seperti hypnoiterapi, hydroterapi, psikopropilaksis dan sebagainya. Teknik relaksasi semacam ini dapat banyak membantu dalam mengurangi

Jurnal Ilmiah “RESEARCH SAINIS” Vol. 1 No. 1 Januari 2015

rasa sakit dan tekanan emosi selama berlangsungnya proses kelahiran tanpa perlu menggunakan obat bius. Disamping itu adanya anggapan diantara masyarakat bahwa kelahiran tanpa rasa sakit merupakan pengalaman yang hanya dimiliki oleh para wanita kaya yang mampu membeli tindakan tersebut dengan mahal. (Sheila Hunt & Anthea Symond, 2007;18). Selama sembilan bulan lebih periode kehamilan dan persalinan perempuan akan banyak mengalami perubahan fisik maupun psikis yang akan membuat mereka akan mengalami letih, lelah, lesu, khawatir dan takut sehingga karenanya banyak ibu memilih tindakan medis seperti anasthesia epidural, secaria, sebagai pilihan dalam persalinan. Menurut penelitian Simpkin (Mander, 2004;148) banyak wanita ingin menangani nyeri persalinan yang dialaminya dengan terapi non medis karena mereka mengalami banyak efek samping yang justru memperlambat proses persalinan misalnya, penggunaan chloroform dapat menyebabkan inersia uteri sehingga peluang untuk ditangani dokter spesialis menjadi besar. Dengan demikian wanita merasa bertanggung jawab untuk menangani nyeri persalinannya sendiri. Karenanya metode pengendalian nyeri persalinan makin banyak, meskipun masih dipertanyakan keefektifan metode terapi nonfarmakologis ini, berhubungan dengan perbedaan pada persepsi nyeri pada setiap individu. Menurut Melzack dan Wall (1991) penggunaan metode psikologis untuk melawan nyeri persalinan berasal dari penelitian yang menunjukkan signifikansi kontribusi psikologis terhadap nyeri. Namun metode psikologis, seperti persalinan alami dan psikopropilaksis telah lama ada. Sehingga hubungan metode psikologis ini tampak jelas seperti relaksasi terdiri dari komponen dasar berbagai metode, seperti hipnosis, umpan balik biologis, dan imajinasi terbimbing (Sheikh & Jordan ;1983). Dengan adanya metode ini, maka mereka akan berusaha untuk meninjau kembali metode ini dan mempergunakannya. Relaksasi adalah metode pengendali rasa nyeri yang memberikan masukan besar

bagi para wnita, konstibusinya diperlukan dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan metode ini, dalam pilihannya apakah dan dimana akan mempelajari teknik yang akan dipilih dan dalam keputusannya mengenai apakah dan berapa lama akan terus menggunakan metode ini dalam persalinan, itu semua tergantung pada pilihan wanita itu sendiri. Menurut Steer (1993) relaksasi adalah pengendali rasa nyeri bukan farmakologis yang paling sering dipergunakan di Inggris. Dalam studi yang dilakukannya ia melaporkan bahwa 34% wanita menggunakan metode relaksasi (Chamberlain, dkk, 1993) frekuensi ini sedikit ketinggalan dibelakang dengan penggunaan Etonox (60%), tidak jauh dibelakang penggunaan Petidin (36,9%) (Mander, 2003). Dimana masih ada anggapan bahwa nyeri dan ketidaknyamanan pada persalinan hanya dapat diatasi dengan tindakan farmakologis yang terbaik. Tingginya angka penanganan kehamilan dan persalinan dengan tindakan medis dan farmakologis berdasarkan alasan takut pada rasa nyeri seperti diatas ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dan persepsi perempuan tentang perubahan fisiologis kehamilan dan persalinan serta penanganan segala ketidaknyamanan dan efek samping terapi farmakologis dalam periode ini masih kurang, yang sebenarnya dapat diatasi dengan berbagai macam metode relaksasi yang tidak memerlukan biaya yang mahal dan biasanya selalu diajarkan oleh para tenaga kesehatan setiap kunjungan kehamilan dan pada persiapan persalinan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk membuat tulisan karya ilmiah tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu hamil tentang metode relaksasi pada persalinan. 1.2. Tujuan Penulisan Untuk mengetahui bagaimana penanganan nyeri pada proses persalinan. 1.3. Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan makalah adalah metode

Jurnal Ilmiah “RESEARCH SAINIS” Vol. 1 No. 1 Januari 2015

library research. Hal ini berarti bahwa datadata yang terdapat di dalam penelitian ini berasal dari buku-buku atau hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. 2. Uraian Teoritis 2.1. Pengetahuan Menurut Notoatmojo perilaku kesehatan suatu individu atau masyarakat tertentu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang merupakan hasil setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Yang terjadi melalui pacar indera manusia yaitu : indera pengetahuan, indera pendengaran, indera penciuman rasa dan raba. 2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan a. Pendidikan Pendidikan adalah proses pembelajaran yang sudah dialami pada jenjang-jenjang tertentu pada institusi formal dan nonformal, semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang semakin mempermudah dalam penyampaian dan penyerapan informasi. Pendidikan merupakan suatu proses perubahan sikap dan tata laku yang berlangsung secara terus menerus, dimana pendidikan merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi tingkat kesehatan manusia, karena dengan semakin tinggi pendidikan sesorang, diharapkan pengetahuan dan kemampuan, semakin meningkat menuju suatu perubahan tingkah laku. (Notoadmojo, 2003). b. Paritas Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan. Terdapat kecenderungan ibu dengan paritas rendah lebih dari paritas tinggi. Paritas akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Menurut Sarwono (2002) paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Resiko pada paritas satu dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Paritas adalah jumlah banyaknya anak yang telah dilahirkan oleh seorang wanita tanpa melihat apakah anak tersebut mati atau hidup. Menurut Farrer wanita yang sudah pernah mengalami pengalaman dalam

melahirkan akan lebih memahami apa yang akan dialami selama proses persalinan dan akan berusaha untuk mengatasi dan mengantisipasi hal-hal apa yang sekiranya akan terjadi dengan mencari banyak infomasi dari berbagai sumber. (Helen Farrer, 2002 : 760). c. Pekerjaan Yaitu keadaan sosial ekonomi masyarakat itu yang meliputi pekerjaan pendidikan, pendapatan dimana hal ini sangat mempengaruhi pola perilaku masyarakat, ibu yang tingkat pendidikan dan taraf ekonomi yang rendah cenderung memiliki angka kematian ibu dan bayi lebih tinggi karena kekurangmampuan dalam menyerap informasi dan memperoleh fasilitas layanan kesehatan. Pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang atau orang tua untuk memenuhi kebutuhan anak, baik kesehatan primer maupun kebutuhan sekunder. Wanita yang bekerja lebih banyak mendapatkan informasi dari rekan kerja dan media informal lainnya, sedangkan ibu rumah tangganya hanya mendapat informasi dari televisi dan radio. Hal ini menyebabkan seorang ibu yang bekerja memiliki pengetahuan yang lebih tinggi daripada ibu rumah tangga. 2.2. Umur Umur adalah kurun waktu tertentu sejak dilahirkan hingga saat ini. Menurut Sarwono (2002) umur sehat untuk hamil dan melahirkan adalah umur 20-35 tahun. Diluar ini adalah resiko tinggi bagi kesehatan. Manuaba (1998) mengatakan bahwa usia menentukan kematangan seorang wanita dalam mempersiapkan dan perawatan kesehatan dalam kehamilan dan persalinan, karena diluar usia matang kemungkinan perkembangan alat reproduksi belum optimal serta keseimbangan fisik dan mental yang belum seimbang. 2.3. Sumber Informasi Sarana yang menyampaikan pesan atau informasi bagi masyarakat. Media penyalurannya dapat melalui media cetak, elektronik, dll. Kendala yang paling dalam

Jurnal Ilmiah “RESEARCH SAINIS” Vol. 1 No. 1 Januari 2015

penyampaian pesan adalah tingkat pendidikan dan kecerdasan masyarakat masih rendah, karena itu kadang sulit diterima dan dipahami mereka. Karena sulit dalam menerima ini, mereka lambat dalam meresponi dan bahkan tidak ada respon. Disamping beberapa media diatas ada 1 media lain yaitu dari cerita dari mulut kemulut dari teman dan keluarga yang menceritakan tentang pengalaman dalam kehamilan dan persalinan meski tidak menjamin kebenaran tetapi memiliki kebenaran (Sheila Hunt & Anthea Symon, 2007;14). 2.4. Kecemasan Kecemasan adalah kondisi psikologis yang ditandai dengan perasaan tidak menyenangkan atau mengancam diri, objek kecemasan tersebut bersifat tidak jelas dan juga menimbulkan rasa takut, khawatir, waswas dan tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. (Eissenberg, 1991). Kecemasan dalam menghadapi kehamilan adalah wajar mengingat bahwa ini adalah suatu pengalaman istimewa bagi perempuan, apalagi bila perempuan itu mendengar cerita mengenai sulitnya saat-saat persalinan, oleh karena itu perempuan hamil harus melakukan banyak penyesuaian diri terhadap pengalaman baru ini. Selain itu, faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan kehamilan dapat berasal dari luar individu dan dari dalam individu itu sendiri. 2.5. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individur itu sendiri yang meliputi aspek fisik, termasuk fisiologis dan biologis serta termasuk aspek psikologis. Menurut Eissenberg timbulnya perasaan cemas menghadapi kelahiran bayi pada perempuan hamil dipengaruhi oleh perubahan fisik seperti misalnya mengencangnya payudara payudara, berubahnya bentuk tubuh, mual, pusing dan gejala lainnya. Pada trimester pertama (kehamilan 0-12 minggu) ibu akan mengalami kecemasan dan kegusaran panik dan takut atas kehamilannya, serta keluhan seperti mual-mual, sesak nafas,

muntah di pagi hari, ini semua akibat dari meningkatnya kadar hormone Estogen dan HCG dalam seruma darah ibu karenanya ibu menjadi tidak selera makan maka dengan demikian berat badan menurun, ibu mulai mengalami masalah dengan pencernaan dan proses eliminasi karena proses pembesaran janin dalam kandungan. (Asmar Yetti, 2005 : 119). Pada trimester kedua umur kehamilan dua belas minggu sampai dua puluh delapan ibu sudah dapat merasakan kehadiran janinnya dengan merasakan gerakan janinnya terutama pada bulan yang kelima. Saat ini ibu hamil dapat merasa bahagia karena gejala kehamilan pada yang dirasakan sebelumnya sudah berkurang sehubungan dengan proses adaptasi yang telah dibuat oleh tubuh ibu itu secara mandiri pada saat ini biasanya ibu sudah mulai mempersiapkan kebutuhan kedatangan bayinya. Pada trimester ketiga umur kehamilan dua puluh depalan sampai empat puluh minggu menjelang aterm perempuan hamil mengalami gejolak baru yaitu menghadapi persalinan dan rasa tanggungjawab dalam mengurus bayi yang akan dilahirkannya. Pada bulan terakhir persaliran perut ibu mulai turun janin semakin membesar mendesak lambung, usus besar dan diafragma yang membatasi paru-paru. Pada bulan ini ibu juga mengalami otot rahim mulai sering berkontraksi seolah akan melahirkan, kondisi ini menimbulkan perasaan tegang, cemas dan tidak menyenangkan bagi ibu. Sebelum dilahirkan janin harus melewati beberapa tahap yaitu: tahap pembukaan, tahap pengeluaran janin dan pengeluaran plasenta. Pada tahap pembukaan khususnya pada tahap transisi dimana kontraksi semakin kuat, calon ibu akan mengalami berbagai macam gangguan seperti : mual, muntah, detak jantung agak cepat dan tidak teratur, kram, terdesak, merasa sangat lelah, mudah marah, ingin segera meninggalkan tempat persalinan itu dan tidak ingin mempunyai anak lagi karena kesakitan. Menurut Kartono penyebab kegelisahan menjelang persalinan adalah sebagai berikut :

Jurnal Ilmiah “RESEARCH SAINIS” Vol. 1 No. 1 Januari 2015

2.6. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu, meliputi faktor sosial dan dukungan informasi yang didapat dari media seperti televisi, radio, majalah atau informasi dari tenaga kesehatan seperti dokter atau bidan. Faktor sosial yang mempengaruhi kecemasan dalam menghadapi kelahiran pada perempuan hamil ialah : a. Status pernikahan Kehamilan yang terjadi sebelum pernikahan akan menimbulkan perasaan bersalah atau panik karena janin yang ada dalam kandungannya belum dikehendaki akibatnya kehamilan itu sulit diterima bahkan menjadi beban mental, berbeda dengan kehamilan yang terjadi setelah pernikahan dan direncanakan ini merupakan satu faktor pengikat yang mempererat hubungan antara suami dan istri. b. Status sosial ekonomi Ibu hamil yang status ekonominya telah atau lebih mapan tidak akan mudah mengalami cemas atau kwatir dan taku dalam memelihara bayi yang akan dilahirkannya nanti. Sebaliknya mereka yang status ekonominya rendah akan mudah mengalami cemas, takut, khawatir dan takut dalam memelihara bayinya nanti. c. Pengetahuan sosial tentang kehamilan dan persalinan Tingkat pengetahuan perempuan hamil tentang kehamilan maupun proses persalinan akan membantunya dalam menghadapi kelahiran bayinya. 3. Pembahasan 3.1. Nyeri Persalinan Menurut Malzack (1994) bahwa nyeri adalah bagian integral dari persalinan dan kelahiran, bukan merupakan suatu hasil langsung dari pengaruh sosial, kultural, dan emosional saja tetapi lebih pada kulminasi faktor biologis dan psikologis yang melibatkan jaras nyeri asenden dan desenden, respon tubuh terhadap nyeri. Sesuai nyeri dihasilkan oleh jaringan serat syaraf kompleks yang melibatkan system saraf perifer dan sentral. Dalam nyeri persalinan, sistem syarat otonom dan terutama

komponen simpatis juga berperan dalam sensasi. Sel syaraf terdiri dari badan sel dan dua set tonjolan yang bertanggung jawab untuk transmisi infuls syaraf, termasuk infuls nyeri. Menonjol dari badan sel adalah tonjolan pendek bercabang yang disebut dendrite yang menerima rangsang sensorik dari lingkungan luar sel dan mentransmisikannya menuju badan sel. Tonjolan ini disebut neuron atau serat saraf aferen dan merupakan reseptor untuk semua stimuli, termasuk impuls yang tidak menyenangkan. Setiap sel memiliki tonjolan tunggal yang disebut akson yang panjangnya bervariasi dan di sepanjang akson itulah impuls saraf dikonduksikan menjauhi badan sel neuron menuju dendrit neuron lain atau ke struktur eferen, misalnya otot atau kelenjar. Serat saraf ini disebut neuron eferen (motorik). Sebagian besar akson ditutupi oleh dua lapisan suatu selubung spiral yang terdiri dari sel-sel khusus yang disebut sel schwan dan selubung mielin yang merupakan bahan cair yang terkadang terbentang di sepanjang akson seperti untaian sosia yang dipisahkan oleh nodus Ranvier yang memungkinkan transmisi listrik impuls saraf dalam serat saraf bermielin. Saraf ini diketahui bahwa terdapat dua jenis serat saraf perifer spesifik yang mentransmisikan dan memproses sensasi nyeri secara terpisah ; serat A-delta dan C (Perl, 1971 ; Hallin & Torebjork, 1974 ; Boninca & Albe Fessard, 1976, dalam Mander, 2004 ; 75). Serat A-delta kecil, bermielin tipis yang mempersarafi kulit dan jaringan subkutan serta visera, otot dan struktur dalam lain. Serat A-delta mentransmisikan impuls secara cepat dan impuls terkait nyeri mudah dilokalisasikan dan secara umum disebut sebagai “menusuk dan tajam”. Serat-C juga kecil, tetapi tidak bermielin dan menyusun dua pertiga dari serat saraf dalam sistem saraf perifer. Serat-C mentransmisikan informasi lebih lambat daripada serat-A delta dan bertanggung jawab untuk konduksi lambat, nyeri terbakar, secara umum disebut sebagai “dalam nyeri tumpul yang lama” dan sulit dilokalisasi. Sebagian serat nosiseptif (nyeri) diaktivasi oleh stimulasi mekanis yang kuat

Jurnal Ilmiah “RESEARCH SAINIS” Vol. 1 No. 1 Januari 2015

dan disebut dan nosiseptor mekanis. Sebagian dirangsang oleh suhu yang sangat dingin atau panas dan dikenal sebagai nosiseptor termal. Sejumlah nosiseptor juga diaktivasi oleh rangsang mekanis dan termal serta oleh bahan kimia sensitifnya dan disebut nosiseptor polimodal. Kurang lebih seperempat serat Adelta merespons rangsang mekanis dan termal yang sangat kuat (Perl, 1971 ; Burgess, 1974 ; Bonica & Albe Fessard, 1976) dan serat ini tidak hanya mempersarafi kulit dan jaringan subkutan tetapi juga visera termasuk uterus. Selain itu, 10-20 % serat-C menyupay nosiseptor mekanis dan kurang lebih 30-40% menyuply nosiseptor polimodal. Peranan kedua serat saraf ini dalam transmisi rangsang nyeri berdasarkan konsep nyeri ganda, pertama nyeri tajam dikonduksikan oleh serat A-delta bermielin, sedangkan yang kedua, nyeri tumpul yang lama diperantarai oleh serat-C yang berkonduksi lambat (Bonica, 1980). Gambaran singkat ini merupakan neuroanatomi dasar nyeri yang berhubungan dengan rangsangan somatik dan otonomik. Namun, terdapat gambaran tertentu yang berbeda dari sistem saraf otonom dan khususnya pada komponen simpatis yang bekerja pada nyeri viseral termasuk pada nyeri persalinan. (Mander, 2003). 3.2. Pengendalian Nyeri Bukan Farmakologis Dalam tinjauan singkatnya mengenai riwayat analgesia persalinan, Simkin (1989) meninjau ulang alasan wanita untuk memilih terapi bukan farmakologis sejak pengenalan pengobatan pengendalio nyeri pada abad kesembilan belas (Smith, 1979). Ia mengidentifikasi tiga fenomena paralel yang mempengaruhi minat wanit bersalin. Pertama adalah kekecewaan yang meningkatkan kesadaran akan adanya efek samping pengobatan yang merugikan. Efek samping diterima secara berbeda oleh kontributor persalinan yang berbeda, misalnya efek samping kloroform, inersia uteri, yang memberikan kesempatan lambat yang bersifat iatrogenik (Mander, 2003). Kemudian, Simkin menunjukkan bagaimana wanita beranggapan untuk

bertanggung jawab dalam menangani nyeri persalinannya sendiri. Walaupun mengacu secara khusus pada obat “bebas” pengamatnya diterapkan secara seimbang pada pengendalian nyeri dalam berbagai aspek persalinan direfleksikan dalam “tren menuju pengobatan nyeri sendiri secara tidak profesional” (Simkin, 1989 ; 894). Akibatnya, efek samping dari gerakan perawatan diri ini merupakan bagian dari faktor ketiga yang berpengaruh (Kickbusch, 1989). Semakin jelasnya metode individu dalam penelitian seksama, penelitian pengendalian nyeri bukan farmakologis sangat banyak. Namun, kualitas dan keabsahan penelitian ini adalah masalah lain. Setelah meta-analisis berorientasi keperawatan dari intervensi ini, Sindhu, (1996) menyimpulkan bahwa walaupun menjadi “permohonan secara naluri”, hal tetap menjadi tidak pasti apakah pengendalian nyeri bukan farmakologis efektif dalam penatalaksanaan nyeri akut. Menurut Melzack dan Wall (1991), penggunaan metode psikologis untuk melawan nyeri berasal dari penelitian yang menunjukkan signinifkasi kontribusi psikologis seperti “persalinan alami” dan psikoprofilaksis telah lama mendahului relaksasi terdiri dari komponen dasar berbagai metode, seperti hipnosis, umpan balik biologis dan imajinasi terbimbing (Sheikh & Jordan, 1983 ; 394). Dengan demikian, perbedaan metode tersebut tidak relevan. Namun, ketika hal tersebut muncul dalam benak wanita yang menggunakannya akan sangat penting untuk meninjau kembali metode tersebut. 3.3. Relaksasi Pengertian metode relaksasi menurut Chaplin (2006) adalah prosedur sistematis yang tercakup dalam upaya mengembalikan kondisi otot pada bentuk istirahat setelah mengalami kontraksi atau peregangan atau satu keadaan tegangan rendah tanpa ada emosi yang kuat. Menurut beberapa ahli bahwa ketidaknyamanan selama kehamilan dan persalinan dapat diatasi dengan metode relaksasi dan olah pernapasan.

Jurnal Ilmiah “RESEARCH SAINIS” Vol. 1 No. 1 Januari 2015

Relaksasi adalah metode pengendalian nyeri yang memberikan wanita masukan terbesar. Kontribusinya diperlukan dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan metode ini, dalam pilihannya apakah dan dimana akan mempelajari teknik yang dipilih dan dalam keputusannya mengenai apakah dan berapa lama akan terus menggunakan metode ini dalam persalinan. Satu-satunya masukan bukan dari ibu terdiri dari pengajaran untuknya selama kehamilan dan penguatan (reinforcement) dari pendamping persalinannya. (Schrock, 1998). Menurut Steer (1993 ; 49), relaksasi adalah metode pengendalian nyeri bukan farmakologis yang paling sering digunakan di Inggris. Dalam studi yang ia laporkan 34% wanita menggunakan relaksasi (Chamberlain, dkk, 1993). Frekwensi ini sedikit ketinggalan dengan penggunaan Etonox (60%) tetapi tidak jauh di belakang metode kedua yang sering digunakan, petidin (36,9%). Bersamaan dengan latihan pendidikan dan latihan pernapasan, relaksasi telah menjadi landasan persalinan yang dipersiapkan sejak Dick-Read pertama kali memperkenalkannya(1993). Teori yang menyokong penggunaan relaksasi selama persalinan terletak pada fisiologis sistem saraf otonom (ANS ; Schrock, 1998). SSO adalah bagian dari sistem saraf perifer yang mempertahankan homeostasis dalam lingkungan internal individu, sehingga fungsi ini jarang mencapai tingkat kesadaran-dan bila pun ada, hanya sedikit kontrol volunter (Sherwood, 1995). Dalam keadaan tertekan atau potensial menimbulkan stress komponen simpatis SSO bekerja dengan meningkatkan suplay darah dan karenanya oksigenisasi dan fungsi pada organ tersebut mungkin diperlukan, demikian juga peningkatan fungsi struktur penting lain. Reaksi ini dikenal dengan nama yang sayangnya diingat sebagai “respons figh or fight” (Cannon, 1932). Organ yang relevan dipersarafi secara ganda dan dalam keadaan yang lebih vegetatif, komponen parasimpatis bekerja untuk meningkatkan fungsi restoratif tubuh. Selama pendidikan kelahiran anak, wanita belajar untuk meminimalkan fungsi simpatis dan

meningkatkan aktivitas komponen parasimpatis. Ini meruntuhkan teori siklus ketakutan-tegang-nyeri yang pertama kali dikemukakan oleh Dick-Read dan selanjutnya disokong oleh Mc Caffery dan Beebe (1989). Dengan demikian, wanita mengurangi nyerinya dengan cara mengurangi sensasi nyeri dan dengan mengontrol intensitas reaksi yang terhadap nyeri (Edgar & SmithHanrahan, 1992). Teknik yang dipelajari wanita dapat mencakup fokus atau relaksasi progresif (Jacobsenm 1938) atau teknik relaksasinya lebih meditatif (Benson, dkk, 1977). Bentuk relaksasi lain juga membawa nama pencetusnya, seperti Wolpe dan Bradley. Instruktur persalinan menganjurkan untuk latihan relaksasi selama pelajaran dan pada saat lain, lebih disukai didampingi oleh pendamping persalinan (Schrock, 1998). Sheila Hunt mengatakan bahwa teknik relaksasi memfasilitasi usaha proses persalinan alamiah dimana persalinan ini tanpa tindakan medis. Proyek penelitian yang memeriksa efektivitas relaksasi dalam persalinan dikacaukan oleh keragaman masukan pendidikan lain selama kehamilan. Seperti yang telah disebutkan relaksasi jarang diajarkan tanpa topik pernapasan dan topik yang lain yang dapat membantu sehingga studi penelitian yang reliabel belum benarbenar berfokus dalam Timm (2989) yang meneliti kelas pranatal format standart. Mungkin proyek penelitian mengenai pendidikan kelahiran anak mengabaikan topik yang kisarannya luas ini tidak akan dibolehkan secara etis. Namun, relaksasi sendiri telah diteliti dalam cakupan kondisi lain, yang selalu bersifat kronis dan patologis, seperti insomnia dan hipertensi. Contohnya adalah studi oleh Philips (1988) yang melibatkan kelompok relaksasi eksperimental (n=24) penderia sakit kepala dan kelompok kontrol (n=22). Induksi relaksasi selama 20 menit secara signifikan dapat mengurangi komponen sensorik nyeri. Yang terpenting, dalam konteks saat ini adalah temuan Philips bahwa komponen emosional nyeri juga berkurang sehingga efek kecemasan yang memperburuk tampak berkurang dengan relaksasi, secara reilabel mendukung hipotesis

Jurnal Ilmiah “RESEARCH SAINIS” Vol. 1 No. 1 Januari 2015

Dick-Read yang sudah bertahan lama tetapi belum terbukti kebenarannya. Secara umum kita harus mempertanyakan relevansi pada persalinan tentang evaluasi relaksasi dalam keadaan patologis, tetapi studi dalam skala kecil mengenai nyeri akut dapat menjadi perbandingan (Parsons, 1994). Studi ini menunjukkan keuntungan pengajaran teknik relaksasi Benson pada pasien bedah ortopedi yang tidak lagi mendapat obat analgesik sistemik. Kelompok relaksasi menunjukkan skor distress yang lebih rendah, skor nyeri rendah dan menderita insomnia lebih sedikit dari kelompok kontrol. Penelitian ini menyatakan bahwa dalam episode nyeri akut yang dibandingkan, relaksasi sangat menguntungkan. Sementara sulit membayangkan bahwa teknik relaksasi memiliki efek samping yang merugikan, mungkin bahwa kegagalan metode tersebut cukup membingungkan bagi wanita untuk membenarkan deskripsi ini. Hal ini dapat dicegah dengan mulai mengajarkan sejak awal, menekankan kebutuhan bagi wanita dan pasangannya melatih teknik tersebut dan memungkinkan waktu berlatih dalam kelas (Schrock, 1988). 3.4. Manfaat Metode Relaksasi Manfaat relaksasi dalam persalinan adalah sama dengan manfaat yang didapat dalam hidup sehari-hari : 1. Mencegah otot dari kelelahan. 2. Menolong ibu mengatasi stress persalinan sehingga lebih menikmati pengalamannya. 3. Menolong menghemat energi sehingga ibu lebih sedikit membutuhkan pertolongan dalam menghadapi kontraksi kuat atau saat mengejan. 4. Membantu ibu berkomunikasi lebih efektif dengan orang-orang di sekitarnya. 5. Membantu bayi dalam kelahirannya. 6. Jika ibu rileks, ibu tidak akan mengalirkan hormone stress ke sistem tubuh bayi. Hormone dapat membuat denyut jantung janin meningkat dan menjadi pencetus petal distress.

7.

Rileks membuat ibu bernafas dalam sehingga janin mendapat banyak suplay oksigen. (Boni Danuatmadja, 2006).

3.5. Langkah-Langkah Metode Relaksasi Untuk dapat benar-benar rileks dalam proses persalinan tidaklah mudah namun ada beberapa langkah yang dapat diambil sebelum melakukannya yaitu : 1. Memilih lingkungan yang tepat. Memilih lingkungan yang benar-benar nyaman bagi ibu. 2. Memahami tubuh. Mengamati tubuh sangat perlu dilakukan oleh ibu karena ini akan membantu ibu dalam mengatasi masalah ketegangan yang dialami selama proses persalinan. 3. Komunikasi yang jelas. Penyampaian informasi yang jelas mengenai gambaran proses persalinan yang akan dialami oleh ibu serta tindakan yang akan diambil oleh petugas atas ibu akan membantu ibu untuk dapat lebih rileks (Boni Danuatmaja & Mila, 2004 ; 80). 4. Pernapasan dan pernapasan dalam. Setelah beberapa hal di atas maka dapat dilakukan teknik metode relaskasi ini dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan yaitu dengan cara berikut ini : pejamkan mata dan fokuskan pikiran pada teknik pernfasan dengan cara mendengarkan ritme pernapasan, lalu menarik nafas dalam dan panjang dari hidung kemudian keluarkan dari mulut dengan durasi waktu dan kedalamanan yang sama dengan ketika menarik nafas. Durasi menarik nafas tidak boleh lebih panjang dari durasi menghembuskan nafas, kalaupun sulit maka lebih baik jika durasi mengeluarkan nafas yang diinginkan. 3.6. Macam Metode Relaksasi 1. Hipnoterapi. 2. Imajinasi. 3. Umpan Balik Biologis. 4. Psikoprofilaksis. Persepsi dan daya tahan terhadap sakit berbeda pada setiap perempuan. Ada yang merasakan sakit pada awal kontraksi, ada yang tidak merasa sakit pada awal kontraksi.

Jurnal Ilmiah “RESEARCH SAINIS” Vol. 1 No. 1 Januari 2015

Perempuan hamil akan merasa lebih sakit jika dalam keadaan lemah, takut, gelisah, sendirian dan jarang merubah posisi tubuh, atau karena kandung kemih penuh. Pada saat melahirkan umumnya perempuan hamil akan mengalami sakit. Beberapa faktor penyebab rasa sakit timbul karena disebabkan oleh : 1. Relaksasi otot yang tidak sempurna, hal ini berhubungan dengan resptor nyeri di rahim berlawanan di sekitar jaringan oto perut, otot punggung dan otot daerah panggul dimana saat otot itu teregang, maka timbullah rasa sakit. 2. Pernapasan yang tidak benar. Perempuan yang akut dan cemas akan bernapas cepat dan dangkal hal ini tidak saja menyebabkan faktor oksigen rendah dalam sirkulasi darah tetapi juga menyebabkan rasa sakit makin menyebar di seluruh otot. 3. Posisi ibu yang tidak benar. Ada beberapa posisi tubuh yang dapat meningkatkan, rasa sakit tetapi sebaliknya ada juga posisi yang dapat mengurangi rasa sakit, kesalahan posisi diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan dan bantuan untuk menentukan posisi yang tepat. Perempuan hamil dapat mengurangi rasa sakit dengan mengambil posisi senyaman mungkin sesuai dengan keinginannya. 4. Penutup Wanita yang sudah pernah mengalami persalinan akan lebih memahami apa yang akan dialami dan proses persalinan dan akan berusaha untuk mengatasi dan mengantisipasi hal-hal yang sekiranya akan dialami dengan mencari banyak informasi dari berbagai sumber. Usia menentukan kematangan seorang wanita dalam mempersiapkan dan perawatan kesehatan dalam kehamilan. Disamping itu faktor usia juga berhubungan dengan kematangan fungsi reproduksi pada wanita. Faktor usia juga berpengaruh pada tingkat pengetahuan wanita. Dimana makin dewasa umur seseorang akan memacu diri untuk mencari informasi tentang metode tertentu untuk mengatasi kondisi yang akan

dialaminya sehubungan dengan kehamilan dan persalinan. Daftar Pustaka Arlene

Aziz

Eisenberg, Heidi. E. Murkhof. Kehamilan. Jakarta. Arcan. 1996. Alimut Hidayat. Metode Penelitian Kebidanan Teknis dan Analisis Data. Jakarta, Salemba Medika. 2007.

Bonny Danuatmaja, Mila Meilasari. Persalinan Normal. Jakarta. Pusa Swara. 2006. Fotarisman Zaluchu. Metologi Penelitian Kesehatan. Bandung. Cipta Pustaka. 2006. Helen Farrer. Perawatan Maternitas. Jakarta. EGC. 2001. J.P. Chaplin. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta. Raja Grafino Persada. 2006. Mary Nolan. Kehamilan dan Melahirkan. Jakarta. Arcan. 2004. Peny Simpcin & Ruth Ancheta. Persalinan. Jakarta. EGC. 2005. Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo. SKM. Promosi Kesehatan. Jakarta. Rineka. 2005. Prof.

Dr. Soekidjo Notoatmojo. SKM. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka. 2003.

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo. SKM. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Rineka. 2003. Prof. Dr. Sudarwan Damin Darwis. SKp. Metodologi Penelitian Kebidanan. Jakarta. EGC. 2003. PUDIKNAKES Asuhan Kebidanan. Intra Partum. Jakarta. Dep.Kes.RI. 2001.

Jurnal Ilmiah “RESEARCH SAINIS” Vol. 1 No. 1 Januari 2015

Rosemary Mander. Nyeri Persalinan. Jakarta. EGC. 2004. Sarwono. Ilmu Kebidanan. Pustaka. 1999.

Jakarta.

Bina

Sheila Hunt & Anthea Symond. Konsep Sosial Kebidanan. Jakarta. EGC. 2007. Sudigdo Sastroasmoro. Panduan Penulisan Makalah Ilmiah Kedokteran. Jakarta. FKUI. 1999. Yunarti. Pondok Bersalin. Padang. Andalas University Press. 2006.