PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS PADA WANITA LANSIA DI KABUPATEN ACEH

Download kepadatan/massa tulang yang mengakibatkan tulang keropos dan mudah patah, oleh karena itu osteoporosis menjadi masalah kesehatan yang seriu...

0 downloads 360 Views 181KB Size
PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS PADA WANITA LANSIA DI KABUPATEN ACEH BESAR PREVENTION MEASURES IN ELDERLY WOMEN IN THE ACEH BESARDISTRICT Yuniar1; Elka Halifah2 1

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2 Bagian Keilmuan Keperawatan Gerontik, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh e-mail: [email protected]; [email protected]

ABSTRAK Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang banyak dialami lansia, yaitu berkurangnya kepadatan/massa tulang yang mengakibatkan tulang keropos dan mudah patah, oleh karena itu osteoporosis menjadi masalah kesehatan yang serius di Indonesia dan dunia. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan pencegahan osteoporosis pada wanita lansia di Desa Lieue Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar. Penelitian ini menggunakan desain korelatif. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita lansia di Desa Lieue Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar yang berjumlah 44 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 10 pertanyaan untuk variabel pengetahuan, 10 pertanyaan untuk variabel sikap, dan 9 pertanyaan untuk variabel tindakan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan dengan tindakan pencegahan osteoporosis pada wanita lansia di Desa Lieue Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar (p-value= 0,007) dan terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan pencegahan osteoporosis pada wanita lansia di Desa Lieue Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar (p-value= 0,017). Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan pencegahan osteoporosis pada wanita lansia di Desa Lieue Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar. Disarankan kepada perawat komunitas agar dapat memberikan informasi kepada lansia akan pentingnya pengetahuan tentang osteoporosis. Kata Kunci: Lansia, Pencegahan, Osteoporosis

ABSTRACT Osteoporosis is a degenerative disease commonly suffered by elderly women; that is the reduced density / bone mass that causes the brittle bones. Osteoporosis is a serious health problem in the world, especially in Indonesia. The aim of research is to determine the relationship of knowledge and attitude towards osteoporosis prevention in elderly women in the Lieue village Darussalam sub-district, Aceh Besar District. This study is designed using correlative design. The populations in this study were elderly women in the Lieue village Darussalam sub-district, Aceh Besar District which were 44 people. The sampling technique is done by total sampling method. The data collection used a questionnaire consisting of 10 questions for the variables of knowledge, 10 questions for the variables attitude, and 9 questions for variable action. The results showed that there is a correlation between knowledge and action the prevention of osteoporosis in elderly women in the Lieue village Darussalam sub-district, Aceh Besar District (p-value = 0.007), and there is a relationship between attitudes and actions prevention of osteoporosis in elderly women in the village Lieue village Darussalam sub-district Aceh Besar District ( p-value = 0.017). To conclude, there is a correlation between knowledge and attitude with precautions osteoporosis in elderly women in the Lieue village Darussalam sub-district, Aceh Besar District. The nurses are expected to provide information to elderly women about the importance of knowledge about osteoporosis. Keywords: Elderly, Prevention, Osteoporosis

1

PENDAHULUAN Kesehatan lanjut usia dan penyandang cacat menurut UU No. 36 tahun 2009 pasal 138 ayat (1) menyatakan bahwa upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus diajukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai dengan martabat kemanusiaan. Selain itu, pemerintah wajib menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif. Upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia, khususnya dalam bidang kesehatan tentu melibatkan peran serta dari pemerintah, swasta dan masyarakat (Republik Indonesia, 2009). Diseluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan sekitar 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia diperkirakan 1.000 orang per hari pada tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia diatas 50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada masa lalu berganti menjadi “Ledakan Penduduk Lanjut Usia” (Padila, 2013). Di Indonesia, prevalensi Osteoporosis lebih tinggi dibandingkan dengan di negara lain, beberapa faktor tambahan pada perempuan Indonesia yang diperkirakan mendorong terjadinya osteoporosis antara lain kurangnya asupan kalsium dalam makanan, pengeluaran kalsium yang berlebihan akibat masa menyusui anak yang terlalu lama, meskipun osteoporosis beserta komplikasi patah tulang merupakan masalah kesehatan diseluruh dunia, osteoporosis dapat dicegah dan diobati. Di Indonesia prevelensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun pada wanita sebanyak 18-36%, sedangkan pria 20-27%, untuk umur diatas 70 tahun untuk wanita 53,6%, pria 38%. Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang diseluruh dunia kemungkinan terjadi di Asia pada 2050. Dua dari lima

orang Indonesia risiko terkena penyakit osteoporosis (Depkes, 2006). Pencegahan osteoporosis pada lanjut usia dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi dan menilai faktor resiko pada gaya hidup lansia, seperti pemasukan kalsium dan vitamin D yang memadai serta melakukan olahraga. Karena penyakit ini tersebar luas dan hampir semuanya, penyakit ini dapat dicegah dan dirawat dengan cara kita harus memulai proses untuk mendidik diri kita sendiri terlebih dahulu (Lane, 2001). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rajaratenam, (2014) tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Pencegahan Osteoporosis pada Wanita Usila di Kelurahan Jati menunjukkan bahwa hasil analisis univariat diperoleh tingkat pengetahuan osteoporosis wanita usila baik (87,5%) tingkat pengetahuan kurang (12,5%), sikap tentang osteoporosis baik (86,5%) sikap kurang (13,5%), tindakan pencegahan baik (88,5%) tindakan pencegahan kurang (11,5%). Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan dengan tindakan pencegahan wanita usila di Kelurahan Jati (p=0,004) dan terdapat hubungan bermakna antara sikap dengan tindakan pencegahan wanita usila di Kelurahan Jati (p=0,001).Penelitian ini memperlihatkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap dengan tindakan pencegahan osteoporosis pada wanita usila di Kelurahan Jati Kecamatan Padang Timur. Melihat fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pencegahan Osteoporosis Pada Wanita Lansia DiKabupaten Aceh Besar”.

METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi, dengan desain penelitian cross sectional study melalui kuesioner. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling. Populasi dalam 2

penelitian ini adalah seluruh wanita lansia usia 56-74 tahun diDesa Lieue Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar yang berjumlah44 orang.Sampel dalam penelitian ini merupakan bagian dari populasi target yang akan diteliti secara langsung yang berjumlah 44 orang(Notoatmodjo, 2010).

Tindakan Pengeta Tidak Dilakukan huan Dilakukan f % f % Baik 14 73,7 5 26,3

HASIL

Kurang Baik

Data Demografi Responden Data yang diperoleh berdasarkan kuesioner terhadap 44 responden adalah sebagai berikut: Tabel 1. Data Demografi Wanita Lansia No Data demografi 1. Usia a. Lansia Akhir (5665 tahun) b. Manula (> 65 tahun) 2. Pendidikan Terakhir a. Dasar b. Menengah c. Tinggi 3 Pekerjaan . a. Bekerja b. Tidak Bekerja

Frekuensi Persentase

29 15

65,9 34,1

40 1 3

90,9 2,3 6,8

7 37

15,9 84,1

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa responden berada pada usia 56-65 tahun dengan jumlah responden terbanyak 29 atau 65,9%, tabel diatas juga menginformasikan bahwa sebagian besar responden dengan pendidikan terakhir dasar yaitu 40 atau 90,9%. Kemudian dilihat dari segi pekerjaan, sebagian besar responden tidak bekerja atau IRT 37 atau 84,1%.sebanyak

Tabel 2. Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan Terhadap Pencegahan Osteoporosis

7

28,0

18

72,0

Total

P value

f % 19 100 25 100

0,007

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 19 responden yang memiliki pengetahuan yang baikterdapat 14 orang (73,7%). yang melakukan tindakan pencegahan osteoporosis. Sementara dari 25 responden yang memiliki pengetahuan yang kurangbaik yang tidak melakukan tindakan sebanyak 18 responden (72,0%). Berdasarkan hasil uji statistic dengan Chi-Square pada α = 0,05 didapatkan nilai P-value 0,007 dapat dikatakan bahwa hipotesa penelitian Ho ditolak yang menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan tindakan pencegahan osteoporosis. Tabel 3. Hubungan Sikap Dengan Tindakan Terhadap Pencegahan Osteoporosis Tindakan Total Tidak pSikap Dilakukan Dilakukan value f % f % f % Positif 14 70,0 6 30,0 20 100 0,017 Negatif 7 29,2 17 70,8 24 100 Berdasarkan table 3 dapat diketahui bahwa dari 20 responden yang memiliki sikap positif terdapat 14 orang (70,0%) yang melakukan tindakan pencegahan osteoporosis dan dari 24 responden yang memiliki sikap negatif terdapat 17 responden (70,8%) yang tidak melakukan tindakan pencegahan osteoporosis. Berdasarkan hasil uji statistic dengan Chi-Square pada α = 0,05 didapatkan nilai P-value 0,017 dapat dikatakan bahwa hipotesa penelitian Ho ditolak yang menunjukkan bahwa ada hubungan sikap dengan tindakan pencegahan osteoporosis.

3

PEMBAHASAN Hubungan pengetahuan dengan tindakan terhadap pencegahan osteoporosis Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 44 responden dengan hubungan pengetahuan dengan tindakan terhadap pencegahan osteoporosis pada wanita lansia diKabupaten Aceh Besar menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan tindakan terhadap pencegahan osteoporosis pada wanita lansia diKabupaten Aceh Besardengan P-value=0,007. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Virka Hasan (2014) tentang hubungan pengetahuan dengan Pencegahan Osteoporosis pada Ibu\Pra Monopause ini terbukti dengan pvalue 0,000 < 0,05 sehingga hipotesa Ho ditolak. Penelitian ini juga menyatakan bahwa Salah satu faktor yang memengaruhi pengetahuan seseorang adalah tingkat pendidikan.Pendidikan akan memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.Pengetahuan yang di maksud adalah pengetahuan wanita lansia tentang pencegahan osteoporosis pada wanita lansia. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yg dilakukan oleh Rajaratenam (2004) Wanita usila dengan tingkat pengetahuan baik, sebesar 92,9% melakukan tindakan pencegahan baik dan sebesar 7,1% melakukan tindakan pencegahan kurang sedangkan, wanita usila yang tingkat pengetahuan kurang diperoleh sebesar 58,3% dengan tindakan pencegahan baik dan sebesar 41,7% adalah tindakan pencegahan kurang. Hasil analisis secara statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan osteoporosis dengan tindakan pencegahan osteoporosis yang dilakukan di Kelurahan Jati (p<0,05). Hal ini dikarenakan sudah banyaknya media yang memunculkan mengenai masalah osteoporosis terutama

dalam bentuk penyuluhan. Perbedaan hasil penelitian ini terjadi karena di Desa Lieue Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar masih kurang diadakan penyuluhan maupun kurangnya ketersediaan media informasi tentang osteoporosis. Oleh karena itu, pengetahuan masyarakat tentang osteoporosis masih terbilang cukup. Terbentuknya suatu perilaku dimulai dari domain kognitif dalam arti tahu dahulu terhadap suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Kemudian menimbulkan pengetahuan baru, selanjutnya menimbulkan sikap terhadap reaksi atau respon terhadap suatu stimulus atau objek. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan adalah kesan dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indra. Semakin berkembang fisik dan psikis seseorang maka semakin banyak pula yang diketahui dan ingin diketahuinya. Sebab lain adalah segala sesuatu yang dialami lingkunganakan membuat ia memperoleh pengetahuan yang lebih luas lagi (Notoatmodjo, 2010). Peneliti berasumsi bahwa tingkat pengetahuan wanita lansia tentang osteoporosis masih terbilang cukup.Hal ini di karenakan tingkat pendidikan responden paling banyak SD.Pendidikan responden merupakan salah satu faktor utama dalam meningkatkan pengetahuan karena semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula kemampuan responden dalam memahami segala informasi yang diterima. Hubungan sikap dengan tindakan terhadap pencegahan osteoporosis Hasil penelitian yang terdapat pada tabel 3 yaitu hubungan sikap dengan tindakan terhadap pencegahan osteoporosis pada wanita lansia di Kabupaten Aceh Besar penelitian terhadap 44 responden menunjukkan adanya hubungan yang 4

bermakna antara sikap dengan tindakan terhadap pencegahan osteoporosis pada wanita lansia di Kabupaten Aceh Besar dengan P-value= 0,017. Hal ini di dukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Ekaputri (2009), dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa lebih dari setengah 65,3% responden memiliki sikap kurang baik mengenai osteoporosis 58,2% dan tindakan kurang baik dalam melakukan pencegahan osteoporosis 78,6%. Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan responden dengan tindakan pencegahan osteoporosis dengan nilai (p=0,008). Dikarenakan faktor yang memengaruhi sikap yaitu lingkungan, pengaruh individu, proses psikologis. Lingkungan mempunyai peran penting dalam mempengaruhi sikap seseorang, jika seseorang tersebut berada pada lingkungan yang baik maka akan terbentuk sikap yang positif. Pengaruh individu terdiri dari motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup, dan demografi. Perbedaan individu merupakan faktor internal (interpersonal) yang menggerakkan serta mempengaruhi perilaku. Proses psikologis terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yg dilakukan oleh Rajaratenam (2004) Wanita usila dengan sikap baik tentang osteoporosis sebanyak 94% dengan tindakan pencegahan baik, dan 6% dengan tindakan pencegahan kurang. Sedangkan wanita usila dengan sikap kurang didapatkan 53,8% dengan tindakan pencegahan yang baik, dan 46,2% dengan tindakan pencegahan yang kurang. Hasil analisis menunjukkan terdapatnya hubungan yang bermakna antara sikap dengan tindakan pencegahan osteoporosis dengan nilai p=0,001 (p<0,05). Menurut asumsi peneliti tentang hubungan sikap dengan pencegahan osteoporosis adalah sikap baik juga bukan

merupakan suatu dominan memiliki pencegahan baik pula karena sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecendrungan untuk bertindak sesuai dengan sikap yang objektif jadi sikap senantiasa tearah suatu hal, suatu objek, tidak ada sikap yang tanpa objek. Hal ini dapat di simpulkan bahwa pandangan wanita lansia terhadap pencegahan osteoporosis dengan cara wanita lansia tidak melakukan pencegahan osteoporosis dengan alasan tidak mengetahui tentang osteoporosis itu sendiri, faktor lain yang mempengaruhi sikap wanita lansiauntuk melakukan pencegahan osteoporosis di lihat dari lingkungan, lingkungan sangat berperan penting dalam mempengaruhi sikap seseorang. Karena dari lingkungan seseorang bisa terpangaruh, apabila dia tinggal di lingkungan yang baik maka sikapnya akan baik juga (James, 2006).

KESIMPULAN Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah ada hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan pencegahan osteoporosis pada wanita lansia di Kabupaten Aceh Besar. Adapun beberapa saran berdasarkan hasil penelelitian dari penulis untuk instansi pelayanan kesehatan adalah diharapkan pada petugas kesehatan yang ada di Kabupaten Aceh Besar, untuk tetap melaksanakan pembinaan peran masyarakat khususnya wanita lansia dalam melakukan perilaku kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan yang baik melalui penyuluhun-penyuluhan kesehatan supaya memperoleh informasi terkait kesehatan dan menambah pengetahuan. Serta saran penulis selanjutnya bagi peneliti selanjutnya adalah perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai Pemberian pendidikan dan pengaruhnya terhadap tindakan pencegahan sehingga nantinya dapat dijadikan sebagai program untuk mencegah dan meminimalisasi kejadian osteoporosis

5

REFERENSI Arikunto, S. (2009). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Kesehatan RI. (2006). Pedoman penyelenggaraanupaya Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Depkes RI Departemen Kesehatan RI, (2009). Profil kesehatan indonesia 2008. Jakarta: Depkes RI Ekaputri. (2009). Hubungan antara pengetahuan dengan tindakan pencegahan osteoporosis. James, F., McKenzie, R.R., Pinger, J, E., Kotecki. (2006). Kesehatanmasyarakat. Edisi 4. Jakarta: EGC. Lane., Nancy, E. (2001). Osteoporosis. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Notoadmojo,S. (2010). Metodelogi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Padila. (2013). Buku ajar keperawatan gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika. Rajaratnam, (2004). Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan tindakan pencegahan Virka,H. (2014). Hubungan pengetahuan dengan pencegahan osteoporosis pada ibu/pra monopause di Desa Bubeya Kecamatan Suwama Kabupaten Bone Bolango. Jurnal

6