PENDAPATAN PETANI MELALUI PERTANIAN TERPADU TANAMAN HORTIKULTURA

Download Pertanian terpadu hortikultura dan ternak dapat meningkatkan pendapatan ... Jumlah petani yang menjadi responden dalam kajian ini adalah se...

0 downloads 479 Views 299KB Size
ARTIKEL UNTUK JURNAL FAK.PETERNAKAN UNAND PENDAPATAN PETANI MELALUI PERTANIAN TERPADU TANAMAN HORTIKULTURA DAN TERNAK DI KOTA PEKANBARU

Latifa Siswati Fakultas Pertanian Universitas Lancang Kuning ,Pekanbaru

Abstrak Pertanian terpadu hortikultura dan ternak dapat meningkatkan pendapatan petani khususnya di kota yang lahan terbatas untuk usahatani. Penelitian ini bertujuan mengetahui pendapatan usahatani terpadu hortikutura dan ternak yang dapat menghasilkan pendapatan maksimal. Metode penelitian survey terhadap 70 petani yang dipilih secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa usahatani terpadu

Pendapatan maksimal Rp 3.962.455,- per

bulan. Kata kunci : pendapatan, pertanian terpadu,hortikultura,ternak Abstrack Integrated farming horticulture and livestock was increase farmer income. Research was to know farmer income horticulture and livestock. The method was purposive sampling 70 famer owning horticulture,livestock..The result integrated farming income Rp 3.962,455,- per month.

Key words: income, integrated farming,horticulture, livestock

PENDAHULUAN

Pekanbaru memilki potensi untuk pengembangan pertanian terpadu, dengan memanfaatkan lahan tidur , sesuai dengan anjuran pemerintah kota melalui Badan Ketahanan Pangan ,dengan memanfaatkan lahan ini untuk usatani sayuran masyarakat bisa mandiri untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat juga merupakan sumber pendapatan bagi petani yang mengusahakannya. Pertanian terpadu merupakan suatu system berkesinambungan dan tidak berdiri sendiri hasil dari alam akan kembali ke alam. Tanaman hortikultura merupakan tanaman yang sangat dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuahan vitamin dan mineral, Sayuran hijau bermanfaat sebagai sumber vitamin dan mineral yang penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Dengan bertambahnya penduduk, meningkatnya pendapatan dan pendidikan akan mempengaruhi kesadaran masyarakat terhadap pentingnya nilai gizi dan kesehatan. Sisa tanaman dapat di manfaatkan untuk pakan ternak , sedangakan kotoran ternak dapat dijadikan pupuk bagi tanaman hortilkutura. Sitorus dkk. (1984) menyarankan dilakukan penelaahan potensi wilayah dan kebutuhan ternak ,meliputi rumput – rumputan dan limbah pertanian untuk pakan ternak sebagai sumber tenaga, penghasil pupuk kandang dan sumber pendapatan. Pendapatan menunjukkan besarnya balas jasa yang diterima oleh petani, karena petani berperan dalam pengelolaan, mengerjakan dan menanam modal. Pendapatan usahatani dibedakan menjadi pendapatan tunai usahatani dan pendapatan total usahatani. Pendapatan tunai usahatani adalah selisih antara penerimaan tunai dengan pengeluaran atau biaya tunai usahatani.

Usatani tanaman hortikultura,tanaman pangan dapat menyediakan bahan yang dapat dipergunakan sebagai sumber pakan ,sementara ternak dapat dipergunakan ternak beban ataupundapat menyediakan bahan baku sumber pupuk organic ataupun sebagai sumber energy . dengan perkataan lain ternak yang diintegrasikan dengan tanaman mampu memanfaatkan produk ikutan dan produk samping tanaman , sementara ternak dapat menyediakan bahan baku pupuk organic sebagai sumber hara yang sangat dibutuhkan tanaman dan energy bagi kepentingan umat manusia (Dirjen Peternakan,2010). Harga jual tanaman hortilkutura sangat bervariasi sehingga pendapatan petani tidak pasti, dengan memelihara ternak maka petani dapat memanfaatkan kotoran sebagai pupuk dan menambah pendapatan keluarga. Apakah model usahatani terpadu yang dilakukan petani sudah memberikan pendapatan yang maksimal ,merupakan masalah dalam penelitian ini. Tujuan penelitian adalah mengetahui pendapatan usahatani terpadu hortikutura dan ternak yang dapat menghasilkan pendapatan maksimal. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian di kota Pekanbaru ,teknik pengambilan sampel Responden dipilih secara purposive sampling dimana petani yang melakukan pertanian terpadu tanaman hortikultura dan ternak, selanjutnya untuk pemilihan Kecamatan yang petaninya melakukan pertanian terpadu tanaman holtikultura dan ternak. Yaitu Kecamatan Marpoyan Damai, Kecamatan Bukuit Raya, Kecamtan Tenayan Raya, Kecamatan Rumbai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Unit analisis dalam penelitian ini adalah keluarga petani peternak yang melakukan usaha tanaman holtikultura. 1sampel bersifat disengaja yang dipilih atas dasar pertimbangan tertentu yaitu: kelurahan yang melakukan pertanian terpadu tanaman holtikultura dan ternak . Dari kelurahan yang terpilih diambil sampel keluarga secara purposive sampling dengan kriteria keluarga yang melakukan pertanian terpadu tanaman holtikultura dan ternak. Diambil responden sebanyak 70 kepala keluarga. Penelitian dilaksanakan di kota Pekanbaaru dengan memilih Kecamatan yang petaninya melakukan pertanian terpadu. Penelitian dilaksanakan selama 8 bulan .

Lokasi penelitian yang terpilih adalah 4 Kecamatan yaitu: 1.Kecamatan Tenayan Raya 2.Kecamatan Marpoyan Damai

3.Kecamatan

Bukit

Raya

4.Kecamatan Rumbai Data yang di kumpul dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari keluarga petani peternak yang terpilih sebagai sampel dan dikumpul melalui wawancara dan pengisian daftar pertanyaan. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi terkait.

Metode pengolahan data 1. Melakukan tabulasi dan dianalisis. 2. Analisis usahatani , meliputi analisis baiya yang dikeluarkan, penerimaan dan pendapatan usahatani . 3. Analisis pendapatan usahatani Rumus : ∏ = TR – TC Dimana : ∏ = Pendapatan bersih dalam rupiah TR = Total Revenue (pendapatan kotor) TC = Total cost (total biaya) Perhitungan Nilai Penyusutan pengadaan alat Rumus : NP = NB-NS Dimana : NP= Nilai penyusutan NB = Nilai Beli

4. Benefit CostRatio BCR = B/C Dimana;

UE NS= Nilai Sisa UE = Umur Ekonomis

B = Penerimaan C = Biaya

HASIL DAN PEMBAHASAN A.Profil Responden Jumlah petani yang menjadi responden dalam kajian ini adalah sebanyak 70 orang yang tersebar di empat Kecamatan di Kota Pekanbaru Pemilihan petani responden didasarkan pada kepemilikan

lahan

tanaman

holtikultura

dan

telah

melakukan

integrasi

ternak

sapi,kambing,ayam. Berikut distribusi responden yang tersebar pada 4 (empat) kecamatan, yaitu : 1Kecamatan Tenayan Raya

: 20 responden

2.Kecamatan Marpoyan Damai: 20 responden 3.Kecamatan Bukit Raya

: 15 responden

4.Kecamatan Rumbai

: 15 responden

Responden petani yang menanam tanaman holtikultura dan memelihara ternak terdiri dari berbagai suku yang ada kota Pekanbaru diantaranya; jawa sebanyak 84%,Batak 12%,melayu 4%. Hal disebabkan suku jawa memang lebih tekun berusaha tanaman holtikultura dan memelihara ternak kebanyakan dari petani memang dating ke Pekanbaru bersama teman dan menempati lahan tidur setelah terlebih dahulu meminta izin pemilik lahan diantara milik AURI, pribadi,pemerintah, jika lahan yang ditanami akan dipakai oleh pemilik maka petani menyerahkannya dan mencari lahan lain atau membeli lahan. B. Umur Petani Responden

Kisaran umur responden dalam penelitian ini adalah bergerak dari umur 29 tahun sampai 65 tahun, dengan rata-rata 42 tahun. Pada Tabel 1. disajikan kisaran umur dari seluruh responden yang dibedakan atas umur atau usia yang produktif dan umur yang tidak produktif. Tabel 1. Umur Petani Responden No

Umur (Tahun)

Jumlah (Orang)

Persentase (%)

1

< 18

0

0

2

19 – 55

66

94,28

3

> 55

4

5,72

Jumlah

70

100

Sumber : Hasil Pengolahan Data (2012) Umur dapat menggambarkan tingkat kematangan setiap individu petani dalam mengambil keputusan atau tindakan maupun resiko yang akan diterima, sebagian besar 94,28 % umur produktif sehingga pada umumnya petani masih produktif. Faktor umur biasanya diidentikkan dengan produktivitas kerja. Jika seseorang masih tergolong usia produktif ada kecendrungan produktivitasnya juga tinggi ,dapat dibina dan diarahkan. Menurut Sastraatmadja dkk. (2003),umur angkatan kerja dimulai pada usia 15 – 55 tahun. C.Tingkat Pendidikan Responden Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan respoden sebagian besar adalah SD, yaitu sebanyak 22 orang atau 31,43 %. Responden dengan pendidikan SLTP berjumlah 19 orang (27,15 %) dan yang berpendidikan SLTA 29 orang (41,42 %), sedangkan yang berpendidikan sarjana hanya tidak ada, (Tabel 2.). Dengan kondisi ini dimana tingkat pendidikan responden pada umumnya sudah memadai sehingga dapat menyerap teknologi yang diberikan.pada umumnya petani sudah melakukan teknologi yang baik diantaranya untuk membajak sudah memakai hand traktor,untuk menyiram tanaman sudah dengan springkel dan irigasi tetes yang sudah lebih maju sehingga petani sudah dapat menghemat tanaga dan waktu ,para petani di kota Pekanbaru di bimbing oleh penyuluh lapangan baik bidang pertanian dan

peternakan serta mereka cukup aktif melakukan diskusi kelompok rutin sekali dalam sebulan bersama PPL,diskusi kelompok setiap minggu.

Menurut Edwina et al. (2006), tingkat

pendidikan yang relatif tinggi memungkinkan petani mampu mengadopsi inovasi, penyuluhan serta bimbingan untuk meningkatkan usahanya. Tabel 2. Tingkat Pendidikan Responden No

Tingkat Pendidikan

Jumlah (Orang)

Persentase (%)

1

SD

22

31,43

2

SLTP

19

27,15

3

SLTA

29

41,42

4

Sarjana

-

-

Jumlah

70

100

Sumber : Hasil Pengolahan Data (2012) D.Kepemilikan Tanaman hortikultura dan Ternak Dari hasil kajian ini dapat diketahui bahwa petani yang menjadi responden seluruhnya memiliki lahan tanaman holtikultura sendiri. Rata-rata luasan tanaman hortikultura yang dimiliki oleh 70 orang responden adalah seluas0,25 ha.jika di kelompokan 0,2 -0,5 ha ada 43 orang petani (61,43%) petani sayuran berarti kepemilikan masih rendah Terdiri dari lahan milik sendiri dan lahan sewa.Rata- rata pemilikan ternak sapi 4 sampai 5 ekor per peternak. Ternak kambing ratarata pemilikan per petani 2 sampai 3 ekor. E.Produktivitas Ternak Sapi dan Tanaman Hortikultura Integrasi sapi dengan

tanaman holtukultura relatif mudah dilaksanakan, bila kedua

usaha dikendalikan dan dikelola dalam satu wadah. Jenis ternak sapi yang di pelihara oleh responden adalah sapi Bali, peranakan simental ,kambing yang di pelihara jenis peranakan ettawa terutama betina. Pemilihan jenis sapi ini dilandasi oleh beberapa alasan antara lain karena Sapi Bali adalah jenis sapi yang sudah beradaptasi baik di daerah Propinsi Riau, selain itu dapat memanfaatkan pakan dengan kualitas rendah dan memiliki fertilitas yang cukup tinggi. Hal ini

sesuai dengan pendapat para ahli yang menyarankan bahwa pengembangan sapi sebaiknya memanfaatkan plasma nutfah (sumberdaya genetik = SDG) lokal, antara lain sapi Bali. Kelebihan sapi bali antara lain adalah (a) daya adaptasi yang tinggi, (b) daya reproduksi sangat baik, (c) mampu memanfaatkan pakan yang berkualitas ‘rendah’, (d) kualitas karkas sangat baik, serta (e) mempunyai harga jual yang tinggi. Secara umum sapi Bali mempunyai lebih banyak keunggulan teknis dan ekonomis. Setiap petani mempunyai kandang tersendiri yang dilengkapi dengan tempat pakan dan penampungan kotoran. Kandang dibangun dekat rumah petani agar mudah melakukan pengawasan, perawatan dan pengumpulan pakan. Kandang yang dibuat berisi 3 sampai 4 ekor sapi F.Tingkat Pendapatan dan Kesejahteraan Petani Tingkat pendapatan petani di kota Pekanbaru cukup tinggi dibandingkan dengan Upah Minimum Regional (UMR) daerah Riau, yang hanya sebesar Rp. 1.250.000,-. Hal ini banyak dipengaruhi oleh permintaan holtikultura dan daging untuk masyarakat kota Pekanbaru setiap hari bertambah sehingga dengan bayaknya penjualan maka pendapatan petani meningkat dan lebih tinggi sayuran yang ditanam di Pekanbaru setelah di panen langsung di ambil oleh pedagang dan langsung di jual ke pasar sehingga sayuran dan buah-buahan masih segar sampai di tangan konsumen .pendapatan petani dari hortilkultura perperiode tanam Rp 9.731.147,- dari usaha ternak Rp 9.345.328,-per tahun.sedangkan hasil penelitian Nizar,R dan Niken ,N (2011) pendapatan petani sayuran di kelurahan Sidomulyo Rp 5.928.400,-per periode tanam Tanaman holtikultura harga tidak stabil tergantung musim dan kebutuhan masyarakat. Sampai saat ini usaha ternak sapi yang dilakukan petani responden sebagai usaha sambilan dan belum menjadi usaha pokok, dimana rata-rata kepemilikan ternak sapi masih rendah yaitu 4 -5

ekor. Ternak

kambing 2- 3 perpetani. Kalau ternak harga jual akan meningkat jika ada hari besar agama seperti hari raya idil fitri dan idil adha,karena permintaan daging meningkat. Hutabarat (2002) menyatakan bahwa adanya kotoran sapi dapat mengurangi biaya pengadaan pupuk yang sekaligus dapat mengurangi biaya produksi di samping menjaga kelestarian bahan organik tanah khususnya wilayah perkebunan berlereng. Sedangkan Ginting

(1991) melaporkan bahwa ternak dapat berperan sebagai industri biologis sekaligus mampu meningkatkan produksi daging dan penyedia kompos. Pada dekade tahun 1990 –an telah diintensifkan integrasi tanaman padi dan ternak sapi. Dalam hal ini dioptimalkan pemanfaatan pupuk organik berasal dari kotoran sapi biasa mencapai 40 % dari pendapatan (Dwiyanto ,dkk.2001). Bertitik tolak dari hal tersebut sudah banyak program peningkatan pendapatan petani peternak mengacu pada program integrasi tanaman dan ternak dengan melibatkan ternak (Kusnadi,2007;Hamdani,2008:Kariyasa 2005). Dengan adanya sistem pertanian terpadu petani semakin sejahtera karena telah ada peningkatan pendapatan. Jika harga sayur turun petani masih punya penghasilan lain yaitu dari ternak sapi, kambing,ayam yang setiap tahun dapat menghasilkan anak dan pupuk. Petani yang memiliki sapi

menjadikan kotoran sapi untuk biogas sehingga tidak perlu membeli gas untuk

memasak Model pertanian terpadu; ternak sapi maksimal di pelihara 21 ekor, kambing 12 ekor dan hortikultura 4,22 ha.pendapatan maksimal dari pertanian terpadu hortikultura dan ternak Rp 3.96142,5 perbulan ,dari usahatani terpadu ini dengan mengunakan program liner maka yang menguntungkan hanya ternak kambing. Sedangkan yang terjadi di lapangan petani melakukan usahatani terpadu dapat meningkatkan pendapatan dari hasil penjualan sayuran yang diperoleh setiap hari. B/C ratio tanaman holtikultura 1,68 .B/C ratio ternak 1,7 berarti usahatani menguntungkan dan layak untuk dilanjutkan. KESIMPULAN DAN SARAN 1.Pertanian terpadu tanaman holtikultura dan ternak dapat meningkatkan pendapatan petani serta dapat memanfaatkan lahan kosong menjadi produktif. Pendapatan maksimal Rp 3.96245,5,- per bulan. 2.Rata – luas lahan garapan 0,25 ha, pemilikan ternak sapi 4- 5 ekor dan pemilikan kambing 2-3 ekor. SARAN

Agar pemerintah membantu petani meningkatkan jumlah ternak untuk meningkatkan pendapatan,pemasarandilakukan oleh koperasi sehingga harga dapat ditentukan bersama.

DAFTAR PUSTAKA

Diwiyanto,K.

Bambang,R.P.dan

Darwinsyah,L.2001.Integrasi

Tanaman

Ternak

dalam

Pengembangan Agribisnis yang Berdaya Saing Berkelanjutan dan Berkerakyatan. Disampaikan pada Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Puslitbang ,Bogor Dirjen Peternakan ,2010. Pedoman Teknis Pengembangan Usaha Integrasi Ternak Sapid Tanaman .Direktorat Jenderal Peternakan .Kementrian Pertanian, Jakarta. Hamdani,2008. Sistem Pertanian Terpadu untuk Peningkatan produktivitas Lahan dan Kesejahteraan Petani .Makalah Workshop Teknologi untuk Masyarakat .Gedung KORPRI. Serang- Banten. 24 Desember 2008. Hutabarat,T.S.P.N. 2002. Pendekatan Kawasan dalam Pembangunan Peternakan. Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan ,Departemen Pertanian.Jakarta.1-13 Kariyasa ,K.2005. Sistem Integrasi Tanaman Ternak dalam Perspektif Reorientasi kebijakan Subsidi Pupuk dan Peningkatan Pendapatan petani .Analisis Kebijakan Pangan .Vol.3 No.1.Maret 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.Badan Litbang Pertanian.Jakarta.

Kusnadi,U. 2007. Inovasi Teknologi Peternakan dalam Sistem Integrasi Tanaman dan Ternak (SITT)Untuk Menunjang Swasembada Daging Tahun 2010. Orasi pengukuhan professor riset Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Nizar ,R. Niken N.2011. Analisis Pendapatan dan Optimalisasi Pola Tanam Usahatani Sayuran di Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan kota Pekanbaru.. Sastraatmadja ,S.,Hermanto dan Kuswara,E .2003. Juknis Likaji Nasional Holtikultura dan Indikator Pembangunan Pertanian. Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP).Bogor. hal 11. Setiawan, A. 2002. Memenfaatkan Kotoran Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta. Sitorus,P.U.Kusnadi dan T.Manurung.1984. Strategi Penelitian Usahatani Pola Peternakan di Daerah Transmigrasi. Proceeding Pertemuan Teknis Pola UsahataniMenunjang Transmigrasi. Cisarua.

Ucapan terimakasih Terimakasih peneliti ucapkan kepada DP2M DIKTI yang telah membiayai penelitian dana Hibah bersaing tahun anggaran 2012.