PENDEKATAN, MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN GEOGRAFI

PEMBELAJARAN GEOGRAFI MAKALAH Disampaikan pada kegiatan ... baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa dapat...

80 downloads 793 Views 70KB Size
PENDEKATAN, MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN GEOGRAFI

MAKALAH Disampaikan pada kegiatan Pelatihan Induksi Lesson Study dan Team Teaching bagi Guru Geografi SMA se Kabupaten Bandung Tanggal 29 Juni 2009

OLEH:

EPON NINGRUM

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2009

0

PENDEKATAN, MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN GEOGRAFI Setiap kegiatan pembelajaran diharapkan mencapai efisiensi dan efektivitasnya. Tetapi untuk mencapainya diperlukan berbagai upaya guru, karena guru memiliki peran penting dan strategis dalam pembelajaran, mulai dari merumuskan RPP, melaksanakan kegiatan pembelajaran sampai evaluasi dan menindaklanjutinya sebagai bentuk refleksi dari pembelajaran. Untuk itu, sangat penting bagi guru memiliki kompetensi pada setiap langkah pembelajaran tersebut. Salah satu kompetensi tersebut adalah memiliki pengetahuan tentang metodologi pembelajaran dan keterampilan memilih serta menggunakannya. Dengan kompetensi tersebut, maka akan tercipta kegiatan pembelajaran yang variatif dalam menggunakan pendekatan, model, dan metode pembelajaran.

A. Pendahuluan Kegiatan pembelajaran adalah proses perolehan pengetahuan baru bagi pelaku pembelajar. Dalam kegiatan pembelajaran, pengetahuan baru tersebut adalah merupakan hasil belajar siswa terkait dengan pencapaian kompetensi dasar. Apabila siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tidak mendapatkan pengetahuan baru, maka guru belum optimal melaksanakan perannya dalam proses pembelajaran. Bagaimanakah agar siswa memperoleh pengetahuan baru melalui proses pembelajaran? Proses pembelajaran yang bagaimanakah yang dapat membekali siswa dengan pengetahuan baru? Efektivitas kegiatan pembelajaran diukur melalui perolehan hasil belajar siswa dalam mencapai kompetensi dasar dengan tolok ukur indikator pembelajaran. Efisiensi kegiatan pembelajaran dapat dicapai melalui pemilihan dan penggunaan pendekatan, model, dan metode pembelajaran yang tepat. Sedangkan efisiensi dan efektivitas kegiatan pembelajaran dapat tercapai melalui interaksi fungsional antar komponen pembelajaran, dan tahapan pembelajaran secara simultan berkelanjutan.

1

Inovasi pendidikan telah banyak dihasilkan melalui kajian secara teoretis dan empiris, untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Di antaranya adalah pendekatan, model, dan metode pembelajaran. Inovasi tersebut diorientasikan bagi tercapainya pembelajaran efektif dan efisien. Namun demikian, diseminasi dan sosialisasi produk dari inovasi pendidikan tersebut masih belum banyak mengubah praktik pembelajaran di lapangan. Ditengarai banyak faktor yang turut serta mempengaruhi kondisi tersebut, baik dari pihak peneliti maupun pihak pengguna inovasi tersebut. Dari pihak peneliti, inovasi tersebut masih tertuju pada kajian teroretis dan tataran penelitian verifikatif. Setelah penelitian dinyatakan berhasil, maka produk penelitian tersebut menambah jumlah referensi bagi peneliti selanjutnya dan menambah koleksi perpustakaan. Sedangkan diseminasi hasil penelitian terhadap para pengguna praktis operasional pendidikan di lapangan masih kurang, melainkan hanya terbatas pada publikasi pada jurnal ilmiah. Pada pihak pengguna inovasi hasil penelitian, di antaranya adalah para guru di sekolah menghadapi berbagai kendala untuk mengaksesnya. Selain itu, alasan klasik belum diaplikasikannya inovasi adalah terbatasnya waktu dan tuntutan administrasi. Menurut Tilaar (2006), belum meratanya pelaksanaan praktik pembelajaran dalam menggunakan inovasi adalah karena faktor geografis. Terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya, praktik pembelajaran harus bersifat inovatif. Artinya, guru selalu melakukan berbagai perubahan sebagai tindak lanjut dari hasil refleksi terhadap kegiatan pembelajaran. Apalagi dalam semangat profesionalisme guru, keinovatifan guru sudah menjadi tuntutan profesi. Tidak terkecuali untuk melakukan berbagai variasi metode atau model pembelajaran yang secara pragmatis dipandang memiliki efektivitas bagi tercapainya tujuan pembelajaran. Pembelajar efektif dapat dicapai melalui dua kunci utama dari peran guru, yakni: waktu efektif yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran di kelas; dan kualitas kemampuan guru (Simon dan Alexander (1980). 2

Kunci pertama adalah jumlah waktu efektif yaitu intensitas proses pembelajaran di mana guru melibatkan siswa secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa dapat mencapai

penguasaan

kompetensi

dasar

yang

telah

ditetapkan.

Sedangkan, kunci yang kedua adalah kualitas kemampuan guru yaitu kompetensi

guru

dalam

melaksanakan

pembelajaran

dan

mengevaluasinya secara profesional. Selain kedua kunci tersebut, guru hendaknya memiliki kemauan untuk menggeser pandangan terhadap pembelajaran yakni dengan melakukan perubahan dalam menggunakan pendekatan pembelajaran.

B. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran Pendekatan, model, dan metode pembelajaran adalah tiga konsep yang saling berkaitan dalam konstelasi pembelajaran. Selain ketiga konsep tersebut, dikenal beberapa konsep lainnya, di antaranya adalah strategi dan teknik pembelajaran. Modal utama untuk menggunakan masing-masing kosep tersebut adalah harus memahami hakikat dari konsep-konsep tersebut, sehingga penggunaannya tidak membingungkan. Pendekatan adalah suatu antar usaha dalam aktivitas kajian, atau interaksi, relasi

dalam suasana tertentu, dengan individu atau kelompok melalui

penggunaan metode-metode tertentu secara efektif. Pendekatan

pembelajaran

sebagai proses penyajian isi pembelajaran kepada siswa untuk mencapai kompetensi tertentu dengan suatu metode atau beberapa metode pilihan. Metode merupakan cara yang dipandang lebih efektif bagi tercapainya tujuan pembelajaran. Untuk itu, guru harus memiliki kompetensi dalam menentukan metode yang akan dipilih dan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Secara umum, pemilihan dan penentuan metode pembelajaran harus mengacu pada tujuan, materi dan kondisi siswa. Selain metode pembelajaran, juga diperlukan teknik atau strategi pembelajaran. Smith (1970: 9293) memberikan batasan terhadap dua istilah tersebut sebagai berikut: Methods

3

are the activities selected or developed by the instructor to reach the educational objectives. Techniques are considered as attribites or procedures for introducing variety, focus, and clarity. Model adalah

bentuk repren-sentasi

akurat, sebagai proses aktual

yang memungkinkan sese-orang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu ( Mills; 1989:4). Hal itu merupakan interpretasi atas hasil observasi

dan

pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem. Pengertian

model pembelajaran, merupakan

landasan

praktik pembelajaran hasil

penurunan teori psikologi pendidikan dan belajar, yang

dirancang

ber-

dasarkan proses analisis yang diarahkan pada implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di depan kelas. Model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam kurikulum,

menyusun

mengatur materi peserta didik,dan memberi petun-juk

kepada

pengajar di kelas dalam set-ting pengajaran atau setting lainnya. Memilih suatu model mengajar, harus sesuaikan dengan realitas yang ada dan situasi kelas yang ada, serta pandangan hidup

yang

akan dihasilkan dari proses kerjasama

dilakukan antara guru dan peserta didik. Sedangkan Joyce dan Weil (1980) menggunakan istilah strategi belajarmengajar sebagai model pembelajaran. Selanjutnya dikemukakan tentang empat model pembelajaran dengan masing-masing model memiliki karakteristik tersendiri. Keempat model pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut: a. Model pemrosesan informasi, yang memiliki orientasi pada pengembangan intelektual siswa. Model ini digunakan untuk membimbing siswa agar memiliki kemampuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah melalui menganalisis informasi. Bagaimana proses pencarian informasi atau fakta atau data,

mengklasifikasikannya,

dan memaknai serta menyimpulkannya,

sehingga siswa memiliki kemampuan berfikir logis. b. Model interaksi sosial, yang berorientasi pada pengembangan berkomunikasi siswa. Model ini digunakan dalam membimbing siswa agar memiliki kompetensi

4

berkomunikasi

dalam

komunitasnya

dan

kemampuan

memecahkan masalah sosial. Bagaimana menjalankan peran, bekerja sama, dan menganalisis masalah secara logis. c. Model personal, yang berorintasi pada pengembangan pribadi siswa. Model ini digunakan dalam membimbing siswa dalam mengorganisasikan emosinya, sehingga

siswa

dapat

mengaktualisasikan

potensi

dirinya

dalam

lingkungannya. d. Model behavioral, yang berorientasi pada pengembangan perilaku siswa. Model ini digunakan dalam membantu siswa agar mengalami perubahan perilaku melalui kegiatan belajar. Kegiatan pembelajaran dirancang melalui tahapan-tahapan, di mana setiap tahapannya mencerminkan perilaku siswa secara terukur. Dengan demikian, pada akhir kegiatan pembelajaran siswa dapat menunjukkan perilaku yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, yang kemudian akan terbentuk pola perilaku siswa. Strategi berasal dari konsepsi kemiliteran yang dipergunakan dalam suatu aksi untuk mencapai suatu tujuan. Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yakni strategos yang berarti jenderal. Dalam hal ini, strategi dimaknai sebagai suatu perencanaan angkatan perang yang teliti atau suatu siasat yang cocok untuk menjamin bagi tencapainya tujuan. Secara umum, strategi diartikan sebagai pedoman bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Karena menunjukkan

efektivitasnya

dalam

mencapai

tujuan,

kemudian

dalam

perkembangannya, strategi dipergunakan dalam banyak bidang, termasuk bidang pendidikan dan pembelajaran. Strategi dalam bidang pendidikan digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu kebijakan bagi tercapainya tujuan pendidikan. Misalnya untuk mensosialisasikan dan mengimplementasikan kurikulum baru diperlukan strategi. Ely dan Gerlach (1980) mengemukakan tentang strategi yang merujuk kepada usaha atau cara-cara guru menyajikan isi pelajaran dalam lingkup pendidikan, yang meliputi sifat, ruang lingkup, dan urutan-urutan peristiwa yang memberikan pengalaman-pengalaman pendidikan. Sedangkan dalam konteks pembelajaran, strategi pembelajaran dikembangkan oleh guru untuk membantu siswa mendapatkan pengalaman belajar dan mencapai tujuan belajarnya. 5

Terdapat

beberapa

definisi

tentang

strategi

pembelajaran

yang

menunjukkan bahwa makna yang terkandung di dalamnya memiliki arti yang luas. Pengertian strategi yang dikemukakan Hilda Taba (Ditjen Dikti, 1980) lebih diorientasikan pada guru yakni pola dan urutan perilaku guru untuk menampung semua variabel yang penting secara sadar dan sistematis. Dalam hal ini, penggunaan strategi memiliki konsekuensi yakni memerlukan suatu perencanaan yang

matang

dengan

memperhatikan

beberapa

faktor

dalam

kegiatan

pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar guru memiliki patokan dalam melakukan kegiatan pembelajaran, sehingga proses pembelajaran berjalan lancar dan dapat mencapai tujuan.Strategi mengelola kegiatan,dengan mengorganisasikan

pembelajaran

merupakan pendekatan dalam

mengintregasikan

urutan

kegiatan,

cara

materi pelajaran dan pembelajar,peralatan dan bahan serta

waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran, untuk

mencapai

tujuan

pembelajaran yang telah ditentukan, secara efektif dan efisien. Strategi pembelajaran terkandung pertanyaan menyampaikan

isi pelajaran?.

bagaimanakah

cara

Maka komponen operasional strategi

pembelajaran berupa urutan kegiatan, metode, media pembelajaran dan waktu. Metode pembelajaran berfungsi sebagai cara dalam menyajikan (menguraikan, memberi contoh, dan mem-beri latihan) isi pelajaran kepada siswa

untuk

mencapai tujuan tertentu. Jones (1979) memaknai strategi sebagai suatu metode pendidikan untuk mengubah pengetahuan menjadi belajar/perubahan perilaku. Hal ini berlandaskan pada pengertian belajar yakni proses perubahan perilaku siswa dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara sadar. Dengan kata lain, strategi merupakan cara guru membantu siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Pengertian strategi yang dikemukakan Jones tersebut memiliki kesamaan dengan pendapat Sumaatmadja (1997: 82-83), yakni sebagai usaha dan tindakan yang diarahkan kepada sasaran untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini, sasaran dimaksudkan sebagai siswa dan usaha atau tindakan dilakukan oleh guru. Selanjutnya, terdapat penjelasan yang menyiratkan bahwa konsep strategi sama dan sepadan dengan konsep teknik, sehingga penggunaannya dipadupadankan 6

menjadi teknik-strategi. Hal tersebut tertuang dalam pengertian teknik-strategi mengajar adalah cara berusaha dan bertindak yang diarahkan kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pendapat lain tentang strategi yang memiliki makna komunikasi dua arah, yakni guru-siswa. Raka Joni (1980) strategi belajar mengajar sebagai pola umum perbuatan guru-siswa di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Sedangkan Yusuf (1993) lebih menekankan pada pentingnya teknik mendisain sistem lingkungan belajar mengajar supaya strategi pembelajaran berjalan efektif. Secara dikotomis, pendekatan pembelajaran terdiri atas dua ujung yang bersebrangan,

yakni

pendekatan

ekspositiris

dan

pendekatan

discoveri.

Pendekatan ekspositori, secara empiris operasional telah digunakan sejak kurikulum 1975. Pada pendekatan ekspositori, kedudukan guru menjadi pusat dalam kegiatan pembelajaran (Teacher centered) dan menjadi satu-satunya sumber pengetahuan bagi siswa. Dalam kondisi demikian, guru berperan sebagai demonstrator dan kehilangan perannya sebagai fasilitator atau pembimbing kegiatan belajar siswa. Sedangkan posisi siswa sebagai penerima (receiver) pengetahuan. Siswa mendapat pengetahuan baru berdasarkan proses menghafal seperangkat fakta atau konsep, sehingga pengalaman belajar siswa terbatas pada kegiatan mendengarkan dan mencatat. Kemudian sekarang telah mengalami pergeseran ke arah pendekatan konstruktivistik.

Penggunaan pendekatan konstruktivisik adalah merupakan

pengejawantahan dari pengertian pendidikan yang tertuang dalam UURI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sedangkan model, strategi, dan metode pembelajaran telah banyak jenis dan ragamnya yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Namun demikian, pemilihan dan penggunaannya harus relevan dengan pendekatan konstruktuvistik.

C. Putusan Model, Strategi, dan Metode Pembelajaran Pembelajaran adalah suatu sistem dan suatu proses. Dikatakan sebagai suatu sistem karena terdiri atas subsistem-subsistem yang menjadi komponen pembelalajaran. Sedangkan dikatakan sebagai suatu proses, karena pembelajaran 7

terdiri atas tiga tahap yakni perencanaan, kegiatan pembelajaran, dan penilaian serta refleksi yang dilakukan secara simultan berkelanjutan. Komponen-komponen pembelajaran di antaranya adalah: siswa, guru, bahan ajar, media dan alat belajar, alat evaluasi, metode yang saling berinteraksi secara fungsional bagi tercapainya tujuan pembelajaran. Pada hakikatnya, siswa memiliki karakteristik yang harus mendapat perhatian dari guru dalam pembelajaran, sehingga diperlukan pengetahuan tentang berbagai pendekatan, model, dan metode dan keterampilan memilih serta menggunakannya dalam pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran sangat penting memperhatikan faktor siswa agar proses pembelajaran berlangsung efektif. Faktor-faktor tersebut adalah: melibatkan siswa secara aktif, menarik minat dan perhatian siswa, dan karakteristik siswa secara individu. Siswa yang secara aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran dicirikan oleh dua aktivitas, yakni aktivitas dalam berfikir (minds-on) dan aktivitas dalam berbuat (bands-on). Agar siswa dapat terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran diperlukan adanya proses pembiasaan. Dalam proses pembiasaan tersebut hendaknya tertanam kecakapan dasar bagi penunjang aktivitas siswa di kelas. Guru sebagai salah satu komponen pembelajaran memiliki peranan yang strategis bagi pendayagunaan komponen-komponen pembelajaran lainnya agar kegiatan berlangsung efektif dan efisien. Dalam kegiatan pembelajaran, guru memiliki peran dan tugas yang berorientasi pada kegiatan pembelajaran, pengembangan potensi siswa, dan memberikan kecakapan tranfer of learning. Dalam

menentukan

dan

memilih

model,

strategi,

dan

metode

pembelajaran perlu mempertimbangkan beberapa hal seperti yang divisualisasikan pada bagan berikut.

8

media

siswa Model, Srategi, dan Metode

tujuan

guru Materi

Gambar: Faktor-Faktor Putusan Model, Strategi, dan Metode Pembelajaran Suatu kegiatan pembelajaran akan memiliki efektivitas manakala guru memperhatikan potensi siswa, sehingga proses pembelajaran efisien dalam mencapai tujuan belajar. Selain itu, pembelajaran yang memperhatikan potensi siswa akan menjadi wahana bagi pengembangan diri dan kehidupan siswa. Artinya, siswa akan merasakan kebermaknaan belajar bagi dirinya. Dengan kata lain, siswa memiliki motivasi dan merasa senang dalam melakukan kegiatan belajar. Kondisi pembelajaran seperti ini dapat menumbuhkembangkan citra belajar pada siswa bahwa belajar itu tidak sulit dan hasil belajar akan berdaya guna bagi kehidupannya. Secara empiris, potensi siswa terbagi atas dua kelompok yakni secara vertikal dan horisontal. Potensi siswa secara vertikal adalah kecerdasan yang ditunjukkan dengan tingkat intelegensinya. Siswa memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda sehingga terdapat pengelompokkan berdasarkan kecerdasannya tersebut. Siswa yang termasuk ke dalam kategori pandai atau cerdas, rata-rata atau sedang, dan kurang atau di bawah rata-rata. Sedangkan untuk mengetahui tingkat intelegensi siswa dapat dilakukan melalui test intelegensi (Intelegent Quotion).

9

Kecerdasan dikatakan sebagai potensi vertikal karena potensi tersebut dimiliki oleh siswa secara berbeda dan menunjukkan suatu hierarki atau tingkatan. Potensi siswa secara horisontal adalah potensi yang dimiliki oleh siswa dengan tidak ada tingkatannya melainkan memiliki kadar yang sama. Adapun yang membedakannya adalah pandangan masyarakat sedangkan secara ilmiah tidak menunjukkan

potensi baik dan jelek. Bakat yang dimiliki oleh siswa

termasuk ke dalam kategori potensi secara horisontal. Siswa yang berbakat dalam bidang olah raga tidak lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki bakat dalam bidang kesenian. Demikian juga halnya dengan siswa yang memiliki bakat dalam berhitung sama baiknya dengan bakat siswa dalam hukum. Dengan demikian, maka bakat siswa termasuk potensi secara horisontal karena menunjukkan kesetaraan. Mursell mengemukakan potensi siswa secara vertikal dan secara kualitatif. Potensi secara vertikal adalah intelegensi umum dan secara kualitatif adalah bakat dan minat yang dimiliki siswa. Minat dan bakat merupakan dua hal yang berbeda tetapi dapat saling berhubungan secara fungsional. Siswa yang berbakat secara otomatis memiliki minat terhadap bidang yang menjadi bakatnya tersebut. Misalnya, siswa yang berbakat di bidang olah raga sudah tentu menunjukkan minatnya terhadap bidang tersebut. Minat akan menjadi motivasi bagi keberhasilan siswa. Artinya, siswa yang memiliki minat terhadap olah raga akan memiliki motivasi untuk menekuni bidang tersebut dan dapat mencapai prestasi yang baik. Dalam hal ini, minat memiliki daya yang kuat bagi keberhasilan siswa dalam belajar. Dalam kaitannya dengan kegiatan pembelajaran, potensi siswa hendaknya mendapatkan perhatian dari guru. Secara umum, siswa memiliki dasar mental yang sama. Sumaatmadja (1997: 1) mengemukakan tentang pentingnya pendidikan bagi pengembangan dasar mental siswa karena dasar mental tersebut merupakan potensi yang sangat berharga untuk kepentingannya (diri siswa). Dalam konteks pembelajaran, beberapa potensi anak tersebut dapat dikembangkan dan diberdayakan bagi pengembangan diri anak. Dalam hal ini, guru yang berperan sebagai pembimbing wajib mengembangkan 10

kegiatan

pembelajaran berbasis potensi siswa. Kompetensi guru dalam penggunaan variasi strategi pembelajaran menjadi mutlak, karena dengan strategi tersebut dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar. Muara dari pembelajaran adalah tercapainya kompetensi dasar yang telah dijabarakan secara operasional menjadi tujuan pembelajaran. Setiap pendekatan, model, dan metode pembelajaran adalah baik juga memiliki kelemahan. Sehingga tidak ada satupun pendekatan, model, dan metode pembelajaran yang paling baik, kecuali memiliki kesesuaian dengan tujuan KD dan atau tujuan pembelajaran, sifat materi pembelajaran, karakteristik siswa, dan kemampuan guru menggunakannya. Dengan demikian, sangat bijaksana apabila menyebutnya dengan pendekatan, model, dan metode yang tepat bukan yang baik. Untuk itu, diperlukan kemauan memilih dan menggunakannya agar pada setiap pembelajaran terjadi perubahan. Perubahan tersebut merupakan cerminan adanya inovasi dalam pembelajaran sebagai cerminan dari guru profesional. D. Penutup Pendekatan, model, dan metode pembelajaran adalah suatu wahana bagi tercapainya pembelajaran yang efektif dan efisien. Untuk itu, penggunaannya secara tepat dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Namun demikian, untuk menentukan pendekatan, model, dan metode yang tepat hendaknya didasarkan pada berbagai pertimbangan,

yaitu:

KD (tujuan pembelajaran),

materi

pembelajaran, siswa, dan kemampuan guru menggunakannya. Dengan demikian, rumusan tujuan tujuan pembelajaran memiliki konsekuensi metodologis. Untuk itu, agar terjadi variasi dalam menggunakan model atau metode pembelajaran maka rumuskanlah tujuan pembelajaran menurut kaidah dan aspek siswa secara integratif.

11

E. LITERATUR Ely, D.P. 1980. Teaching and Media: A systematic Approach. New Jersey. Prentice Hall, Inc. Goleman, D. 1999. Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi, Terjemahan. Jakarta. Gramedia. Jones, A.S. Bagford. 1979. Strategies for Teaching. London. The Scrarecrow Press, Inc. Joyce, B. & Weil, M.1980. Models of Teaching. New Jersey. Prentice Hall, Inc. Miles, B. M. 1964. Innovation in Education. New York. Columbia University. Sumaatmadja, N. 1997. Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta. Bumi Aksara. Tilaar, H.A.R. 2006. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad 21. Magelang. Tera Indonesia. Uzer Usman, M. 1999. Menjadi Guru Profesional. Bandung. Remaja Rosdakarya. Yusuf, S.,dkk. 1993. Dasar-Dasar Pembinaan Kemampuan Proses Belajar Mengajar. Bandung. Andira.

12