Penerapan Social Support untuk meningkatkan Kemandirian pada penderita Skizofrenia. Social Support Intervention To Increase Self-Reliance of Patients With Schizophrenia Arif Tri Setyanto, Nurul Hartini, Ilham Nur Alfian Program Magister Profesi Psikologi UniversitasAirlangga ABSTRAK Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang tergolong berat. Skizofrenia merupakan suatu gangguan psikotik terutama ditandai oleh adanya gangguan pikiran, emosi, dan perilaku antara lain kekacauan pikiran, dimana ide-idenya tidak memiliki hubungan yang logis. Kekacauan persepsi dan perhatian, aktifitas motorik yang ganjil,serta emosi yang dangkal dan tidak wajar. Gejala karakteristik skizofrenia meliputi tidak berfungsinya kemampuan kognitif emosional yang meliputi persepsi, pikiran yang cenderung menarik diri, bahasa dan komunikasi, perilaku yang termonitor oleh kesadaran, kelancaran bahasa, kapasitas hedonis, kemauan dan drive, serta perhatian. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa dalam proses penyembuhannya para penderita skizofrenia hampir tidak bisa lepas dengan terapi medikasi (obat-obatan). Sementara perlakuan terhadap penderita skizofrenia dalam dekade ini terlalu menitikberatkan pada medikasi antipsikotik yang seringkali kurang dapat menawarkan pemulihan sosial (Carson,2000 dalam Schwarzer dan Schulz,2002), sehingga pemberian terapi medis saja tidaklah cukup bagi penderita skizofrenia. Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka diperlukan adanya suatu penanganan yang holistik untuk membantu penderitanya. Dalam kajian ini, intervensi ditujukan pada penderita skizofrenia dengan menggunakan suatu bentuk social support. Subyek dalam penelitian ini adalah laki-laki berusia 54 tahun, sudah berkeluarga, dan posisi sebagai kepala keluarga. Ia telah menjalani perawatan medis kurang lebih dua puluh tahun, adapun kondisinya saat ini sudah mengalami kemajuan setelah mendapatkan perawatan medis dibanding kondisi sebelumnya. Namun, masih ada permasalahan dalam kemandiriannya khususnya dalam Activity daily living (Adl). Intervensi dengan bentuk social support bertujuan untuk meningkatkan kemandirian penderita. Pelaksanaan kegiatan intervensi social support dilaksanakan dalam tiga tahap kegiatan, yaitu: (1) Membangun rapport & kepercayaan antara peneliti, anak subyek dan subyek.(2) Melatih kemandirian subyek dengan memberikan tugas-tugasnya secara mandiri.(3) Meningkatkan rasa kemandirian subyek dalam bentuk pemberian social support, diantaranya berupa pemberian (informasi, nasehat, motivasi,dan sebagainya). Hampir keseluruhan serangkaian kegiatan program intervensi social support berjalan dengan cukup berhasil. Hal ini ditandai dengan subyek semakin termotivasi untuk melakukan aktifitasnya dibanding sebelum pelaksanaan intervensi. Subyek mengutarakan perasaannya ketika ia mendapatkan perhatian dari orang-orang di sekitarnya ia merasa lebih dihargai serta diperhatikan dan kemudian muncul motivasi dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Kata Kunci: social support, kemandirian, skizofrenia
PENDAHULUAN
Penderita skizofrenia menjadi beban tidak hanya bagi keluarga, masyarakat, dan negara
Skizofrenia merupakan salah satu dari gangguan mental klasifikasi berat dan kronik (psikotik) yang menjadi beban utama pelayanan kesehatan jiwa di Indonesia sampai saat ini.
karena penderita skizofrenia adalah orang-orang yang berada dikisaran usia produktif. Dari 220 juta
jiwa
penduduk
Indonesia,
dengan
prevalensi penderita skizofrenia di Indonesia 91
sebesar 0,3-1 persen maka diperkirakan sekitar
gejala-gejala akut skizofrenia seperti tingkah
2 juta orang menderita skizofrenia. Karena ciri
laku kacau, gaduh gelisah, waham, halusinasi
pokok keruntuhan fungsi dan peran itu sehingga
pendengaran,
penderita menjadi tidak produktif dan harus
menghilangkan gejala-gejala negatif (kronik)
ditanggung hidupnya selamanya oleh sanak
seperti autistik (pikiran penuh fantasi dan tak
keluarga, masyarakat atau pemerintah.
terarah),
Skizofrenia disebabkan oleh beberapa hal
yang
multikompleks,
inkoherensi,maupun
perasaan
tumpul,
dan
gangguan
dorongan kehendak (Wicaksana, 2000).
seperti
Di
lain
sisi,
skizofrenia
faktor edukasi dan perkembangan mental sejak
menitikberatkan pada medikasi antipsikotik
masa anak, stressor psikososial berat yang
yang seringkali kurang dapat menawarkan
menumpuk, dengan sifat perjalanan penyakit
pemulihan
yang progresif, cenderung menahun (kronik),
Schwarzer dan Schulz,2002). Oleh karenanya
eksaserbasif
diperlukan
sehingga
dekade
terhadap
ketidakseimbangan neurotransmiter di otak,
(kumat-kumatan)
dalam
perlakuan
sosial
ini
terlalu
(Carson,2000,dalam
pendekatan
psikososial
dalam
terkesan penderita tidak bisa disembuhkan
menangani masalah ini, seperti terapi keluarga,
seumur hidup. (Wicaksana, 2000).
psikoterapi individual, pelatihan ketrampilan
Penderita skizofrenia umumnya tidak
sosial
dan
perlakuan
komunitas.
Dengan
bisa pulih kembali seratus persen, seperti
melihat fakta di lapangan sampai saat ini masih
kondisi sebelumnya. Karena itu skizofrenia
jarang penggunaan model psikoterapi untuk
tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi
membantu
individu penderitanya, tetapi juga bagi orang-
kemampuan
orang terdekatnya. Biasanya, keluargalah yang
skizofrenia, sehingga sudah saatnya sekarang
paling terkena dampak dari kehadiran seorang
psikoterapi lebih ditekankan pada peningkatan
penderita skizofrenia di keluarga mereka.
kemampuan penderita dalam menghadapi stres
penderita skizofrenia membutuhkan perhatian
kehidupan, meningkatkan kemampuan sosial
masyarakat, terutama dari keluarganya. Selain
(social skill training) serta intervensi pada
biaya perawatan tinggi, hampir 70 persen
keluarga(Irmansyah,2002). Dalam
penderita adalah pasien di Rumah Sakit Jiwa
subyek penelitian adalah seorang laki-laki
secara
dengan
menahun.
Akibatnya,
kehadiran
kesembuhan
dan
yang
dimiliki
usia
54
tahun,
penderita
kasus ini
mantan
pegawai
Perkebunan
Negara
penderita cenderung dirasakan sebagai beban
Perseroan
keluarganya (Darmadi, 2000).
(P.T.P.N.) di Surabaya, sudah menikah dan
Penderita
memerlukan
memiliki empat orang anak, tiga laki-laki dan
menyembuhkan
satu perempuan, namun anak yang nomor tiga
penyakitnya, meskipun seratus persen tidak bisa
sudah meninggal. Subyek adalah anak sulung
kembali
dengan
dari 6 bersaudara. Pertama kali ia mengalami
menggunakan obat-obatan dapat menetralisir
gejala skizofrenia pada saat subyek berusia
penanganan
medis
normal.
skizofrenia
Terbatas
meningkatkan
untuk
Terapi
medis
92
kurang lebih 30 th, ia sering mengalami
menjagakesehatan
halusinasi (sering muncul bisikan-bisikan dari
Sebagai
ruh nenek moyang, pejabat tinggi, hingga teman
penderita diperlukan beberapa model intervensi
kerja subyek yang telah meninggal) sering
yang mendukung. Adapun salah satu metode
melamun, bicara sendiri dan puncaknya subyek
yang digunakan adalah dengan modelsocial
berperilaku
marah-marah,
support. Dimana bentuk social supportyang
membentak hingga memukul atau membanting
paling dekat dengan penderita skizofrenia
sesuatu.
adalah social support yang diberikan oleh
agresif,
dengan
dan
penunjang
kestabilan proses
subyek.
kesembuhan
Subyek menjalani proses penyembuhan
keluarga pasien sendiri sebagai caregiver, yang
dengan keluar masuk di Rumah Sakit. Pertama
didalamnya mencakup seluruh anggota keluarga
kali ia periksa di Klinik Jiwa Dharma Mulia
(suami atau istri dan anak-anak).Social support
Surabaya selama kurang lebih satu minggu,
merupakan
kemudian berobat di Rumah Sakit Karang
diberikan pada individu untuk meyakinkan
menjangan. Pada tahun 2003 dimasukkan ke
bahwa mereka dihargai, dihormati dan dicintai,
Rumah Sakit Jiwa Lawang selama kurang lebih
dimana semua hal itu untuk mengatasi berbagai
satu
kondisinya
tekanan serta tantangan hidup sehari-hari.
membaik ia kembali ke rumah. Pada tahun 2004
Social support merupakan bentuk interaksi
subyek kambuh lagi, kemudian dimasukkan ke
sosial yang dapat berwujud dalam berbagai
Rumah Sakit Jiwa Menur selama 5 minggu,
bentuk atau cara, baik psikologis maupun fisik
karena dirasa tidak ada kemajuan akhirnya
yang
subyek di rujuk ke Rumah Sakit Jiwa Lawang.
jaringan
Di sana ia lebih terlihat kemajuannya, ia merasa
hubungan keluarga, juga hubungan kerabat.
lebih baik, dan tidak agresif (marah atau
Social support bisa diperoleh dari sumber-
mengamuk). Subyek di rawat di Rumah Sakit
sumber formal yaitu dari suatu badan yang
Jiwa Lawang selama 3 kali yaitu pada tahun
menangani masalah kesehatan jiwa yang berupa
2003, 2004 dan 2005, dan hingga sekarang ini
sebuah instansi resmi baik dari pihak swasta
ia masih terus mengkonsumsi obat setiap hari
maupun negeri, maupun sumber informal yaitu
2X (pagi&sore), kemudian setiap satu bulan
dari pihak yang non-resmi dalam menangani
sekali subyek datang ke Rumah Sakit Jiwa
masalah kesehatan jiwa namun turut menjadi
Lawang untuk kontrol sekaligus mengambil
andil
obat. Dengan mempertimbangkan kelebihan
Adapun sumber informal social support yang
dan kekurangan subyek maka penanganan pada
sangat penting bisa didapatkan dari keluarga
kasus
peningkatan
yaitu orang tua, pasangan dan kerabat lainnya.
kemandirian dalam melakukan tugasnya sehari-
Sumber yang lain diantaranya teman, partner,
hari (activity daily living).
teman kerja, teman sejawat dan tetangga.
medik
setengah
ini
bulan,
setelah
difokuskan
tetap
rutin
pada
Intervensi secara dijalankan
demi
suatu
bentuk
kesemuanya sosial
bagi
dukungan
terjadi
seperti
individu
yang
karena
adanya
hubungan
teman,
yang
membutuhkan.
Sementara social supportformal bersumber dari 93
pelayanan-pelayanan kesehatan seperti self-help
marah dan membanting barang-barang), serta
group,
meningkatnya kemampuan berkomunikasi dan
pusat
pelayanan
informasi
formal
dan
lainnya.
komunitas
(Schwarzer
Buchwald, 2002).
&
Social
interaksi dengan orang lain. Kedua, saat ini subyek sudah menjalani aktifitasnya seperti saat
supportdiyakini mampu memberikan pengaruh
dahulu sebelum ia sakit dengan bekerja sebagai
yang
pelayan toko, meskipun pada saat bekerja
kuat
mekanisme
terhadap
kesehatan
melalui
yang
berbeda.
Social
subyek
masih
perlu
mendapatkan
supportmemiliki pengertian sebagai pelengkap
pendampingan oleh anak dan teman kerja
jaringan sosial yang secara psikologi bersumber
subyek. Ini disebabkan dalam melakukan tugas-
pada kemampuan seseorang untuk mengatasi
tugasnya
stres kehidupan. Adapun didalamnya dibedakan
kebutuhan dirinya sendiri, seperti: mencuci,
menjadi
menyeterika pakaian) atau Adl (activity daily
tiga sumber
social
supportyaitu:
kemandirian
(dalam
Instrumental support, sebagai contoh: bantuan
living)
keuangan atau bantuan untuk mengerjakan
rendah.
pekerjaan sehari-hari. Informational support,
keadaan, kemampuan dan kelemahan subyek
yaitu mengenai informasi relevan yang fokus
saat ini model intervensi yang dapat diusulkan
untuk menolong seseorang atas masalah-
untuk subyek salah satunya dengan bentuk
masalah yang menghadangnya. Salah satu
pemberian social support.
contohnya
dapat
dengan
mempertimbangkan
Dalam pelaksanaannya, social support
guidance. Dan yang ketiga adalah Emotional
ini melibatkan beberapa pihak antara lain anak
support,
peduli,
dan teman kerja subyek yang sebelumnya sudah
kepercayaan, kesediaan untuk mendengar keluh
didiskusikan dengan peneliti mengenai teknis
kesah serta memberikan cara mengatasinya
pelaksanaannya,
(House & Kahn,1985, dalam Cohen,2004).
mendapatkan monitoring pada saat subyek
ekspresi
bimbingan
Jadi
masih tergolong
atau
seperti
berupa
yang dimilikinya
memenuhi
empati,
Adapun alasan
penggunaan
intervensi
dengan
sehingga
subyek
selalu
melakukan aktifitas apapun, khususnya dalam melakukan aktifitasnya sehari-hari yang biasa ia
modelSocial support pada kasus ini dikarenakan
kerjakan. Adapun
bentuk pemberian social
beberapa pertimbangan. Pertama, subyek sudah
support didalamnya dapat berupa: pujian,
menjalani pengobatan medis di Rumah Sakit
nasehat, arahan, informasi, dorongan semangat
Jiwa dengan rentang waktu yang cukup lama,
dan sebagainya, sehingga pada akhirnya social
yaitu kurang lebih sekitar 5 tahun. Pada rentang
support yang diberikan kepada subyek dapat
waktu tersebut perkembangan kesehatan subyek
berpengaruh
menunjukkan arah kemajuan. Hal ini ditandai
kemandiriannya.
dalam
meningkatkan
rasa
antara lain dengan subyek sudah semakin jarang mengalami
halusinasi
ataupun
waham,
berkurangnya tingkat agresifitas (seperti marah-
Berdasarkan latar belakang sebagaimana yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan
94
yang hendak dikaji dalam kajian ini dirumuskan
"demensia precoks" ini meliputi pola-pola
dalam
efektifitas
tingkah laku seperti delusi, halusinasi, dan
penggunaan Social support untuk meningkatkan
tingkah laku yang aneh (Rathus, et al., 1991
kemandirian pada penderita skizofrenia?”.
dalam Kaplan,1996).
pertanyaan:
“Bagaimana
I. Skizofrenia DASAR TEORI
I.1. Pengertian Skizofrenia
Berdasarkan DSM IV-TR, skizofrenia dijelaskan sebagai suatu gangguan psikotik yang terutama ditandai oleh adanya gangguan pikiran, emosi, dan perilaku antara lain kekacauan pikiran, dimana ide-idenya tidak memiliki hubungan yang logis. Kekacauan persepsi dan perhatian, aktifitas motorik yang ganjil, serta emosi yang dangkal dan tidak wajar.
(DSM
IV-TR,2000).
Penderita
cenderung menarik diri dari realitas dan pergaulan sosial, serta memiliki kehidupan fantasi
sendiri
yang
umumnya
berkaitan
dengan waham atau halusinasi yang diderita. (Davison&Neale,1996). Emil
dengan
(1856-1926)
istilah
"dementia
praecox". Istilah dementia praecox berasal dari bahasa Latin "dementis" dan "precocius", mengacu mengalami
pada
situasi
kehilangan
dimana
seseorang
atau
kerusakan
kemampuan-kemampuan mentalnya sejak dini. Menurut
Kraepelin,
"dementia
praecox"
merupakan proses penyakit yang disebabkan oleh penyakit tertentu dalam tubuh. Dementia praecox meliputi hilangnya kesatuan dalam pikiran, perasaan, dan tingkah laku. Penyakit ini muncul pada usia muda dan ditandai oleh kemampuan-kemampuan yang menurun yang akhirnya menjadi disintegrasi kepribadian yang kompleks.
Gambaran
gangguan mental yang disebut psikosis. Pasien psikotik tidak dapat mengenali atau tidak memiliki kontak dengan realitas. Berikut merupakan beberapa gejala psikotik yang utama (DSM IV-TR,2000). 1. Delusi (waham) Suatu delusi (waham) adalah suatu keyakinan yang salah yang tidak dapat dijelaskan oleh latar belakang budaya pasien ataupun pendidikannya; pasien tidak dapat diyakinkan
oleh
orang
lain
bahwa
keyakinannya salah, meskipun banyak bukti kuat yang dapat diajukan untuk membantah
Kraepelin
menyebutnya
Skizofrenia termasuk dalam salah satu
Kraepelin
tentang
keyakinan pasien tersebut. Ada beberapa macam delusi: a. Grandeur (waham kebesaran)Pasien yakin bahwa mereka adalah seseorang yang sangat luar biasa, misalnya seorang artis terkenal, atau seorang nabi atau bahkan merasa dirinya Tuhan. b. Guilt (waham rasa bersalah)Pasien merasa bahwa mereka telah melakukan dosa yang sangat besar. c. Ill Health (waham penyakit)Pasien yakin bahwa mereka mengalami penyakit yang sangat serius. d. Jealousy (waham cemburu)Pasien yakin bahwa pasangan mereka telah berlaku tidak setia. 95
e. PassivityPasien dikendalikan
yakin atau
bahwa
dimanipulasi
mereka oleh
stimulasi yang obyektif terhadap indera penciumannya.
Misalnya
mencium
gas
berbagai kekuatan dari luar, misalnya suatu
beracun, yang disemprotkan ke kamarnya,
pancaran sinyal radio makhluk Mars.
dan sebagainya.
f. Persecution (waham kejar)Pasien merasa mereka
dikejar-kejar
oleh
pihak-pihak
tertentu yang ingin mencelakainya.
d. Gustatory
Hallucination,yaitu
subyek
mengecap sesuatu dimana tidak terdapat stimulasi yang obyektif terhadap indera
g. Poverty (waham kemiskinan)Pasien takut
pengecapnya. Misalnya, merasakan adanya
mereka mangalami kebangkrutan, dimana
racun pada makanan yang dimakannya atau
pada kenyataannya tidak demikian.
minuman
h. Reference (waham rujukan)Pasien merasa mereka dibicarakan oleh orang lain secara luas.
Misalnya
menjadi
pembicaraan
masyarakat atau disiarkan di televisi.
yang
diminumnya,
dan
sebagainya. e. Tactual merasakan
Hallucination,yaitu adanya
sesuatu
subyek yang
menstimulasi indera rabanya dimana tidak
2. Halusinasi
terdapat stimulasi yang obyektif. Misalnya,
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang salah
merasakan adanya ular yang merayap pada
dimana tidak terdapat stimulus sensorik yang
kuduknya atau badannya, dan sebagainya.
berkaitan
dengannya.
Halusinasi
dapat
3.
Pembicaraan
kacau
berwujud penginderaan kelima indra yang
(Disorganized
keliru, tetapi yang paling sering adalah
yang kacau, terdapat asosiasi yang terlalu
halusinasi dengar (auditori) dan halusinasi
longgar. Asosiasi mental tidak diatur oleh
penglihatan (visual).
logika, tetapi oleh aturan-aturan tertentu yang
Macam-macam halusinasi :
hanya dimiliki oleh pasien.
a. Auditory
Hallucination,yaitu
subyek
4.
Speech)Dalam
Tingkah
pembicaraan
laku
kacau
mendengar sesuatu dimana tidak terdapat
(Disorganized Behavior)Berbagai tingkah laku
stimulasi yang obyektif terhadap indera
yang tidak terarah pada tujuan tertentu.
dengarnya.
Misalnya, membuka baju di tempat umum.
Misalnya
subyek
merasa
mendengar suara Tuhan, suara ghoib, dan sebagainya. b. Visual
5.
Simptom-simptom
negatifBerkurangnya Hallucination,yaitu
subyek
ekspresi
berkurangnya kelancaran isi
emosi,
pembicaraan,
mendengar sesuatu dimana tidak terdapat
kehilangan minat untuk melakukan berbagai
stimulasi yang obyektif terhadap indera
hal.
penglihatannya. Misalnya melihat nabi,
Skizofrenia
melihat, bidadari, dan sebagainya.
psikosis yang menunjukkan beberapa gejala
c. Olfactory
Hallucination,yaitu
adalah
salah
satu
gangguan
subyek
diatas, ditambah dengan kriteria lain seperti
mencium sesuatu dimana tidak terdapat
jangka waktu, konsekwensi dari gangguan 96
tersebut, dan tidak boleh tumpang tindih
inisiatif dan energi. Pada fase aktif, dimana
dengan gangguan lain yang mirip. Berikut
paling sedikit selama 1 bulan, individu
merupakan
skizofrenia
mengalami simptom psikotik, yaitu halusinasi,
menurut Diagnostic and Stastitical Manual of
delusi, pembicaraan dan tingkah lakunya yang
Mental Disorder-IV text revision (DSM-IV
tidak
TR).
penarikan diri. Pada fase residual, terdapat
Dalam mendiagnosa penderita skizofrenia,
simptom seperti fase sebelumnya, tetapi tidak
DSM IV-TR menyebutkan bahwa gambaran
parah dan tidak mengganggu (DSM IV-TR,
penting skizofrenia adalah gabungan dari tanda
2000:298).
karakteristik dan gejala (baik positif maupun
I.2.
negatif) yang hadir dengan porsi yang tepat dan
umumnya
tetap. Gejala karakteristik skizofrenia meliputi
Skizofrenia biasanya dibagi menjadi 4 tipe,
tidak
kognitif
yaitu : simplex, hebephren, katatonik, dan
emosional yang meliputi persepsi, pikiran yang
paranoid. Dalam hal ini masih terdapat
cenderung
dan
permasalahan, yaitu apakah tipologi tersebut
komunikasi, perilaku yang termonitor oleh
sifatnya kaku. Sebab, pada kenyataannya
kesadaran,
kapasitas
seringkali simptomnya berubah atau berpindah
hedonis, kemauan dan drive, dan perhatian.
dari satu tipe ke tipe lainnya, misalnya mula-
Tidak ada gejala tunggal yang menggambarkan
mula hebephren kemudian menjadi kataton,
dengan tepat bagaimana skizofrenia.
dan seterusnya.
Di
kriteria
berfungsinya
diagnostik
kemampuan
menarik
diri,
kelancaran
dalam
rentang
bahasa
bahasa,
satu
sampai
dengan
teratur,
Tipe-tipe
dan
terdapat
klinis
tanda-tanda
Skizofrenia
pada
a. Tipe simplex
sekurang-kurangnya enam bulan penderita
Simptom utamanya adalah apati, yaitu seolah
tersebut
gejala-gejala
tidak memiliki kepentingan untuk diri sendiri.
gangguan. Dalam 6 bulan tersebut, terdapat
Bahkan, sering harus diberikan pengertian
fase aktif selama sekurang kurangnya 1 bulan,
tentang hal-hal yang menjadi kebutuhannya.
fase prodromal periode sisa sebelum fase aktif,
Penderita
dan fase residual periode sisa setelah fase aktif.
berbaring, malas-malasan, jorok, tidur-tiduran,
Pada fase prodromal, individu menunjukkan
jarang mandi, motorik lamban, dan jarang
gangguan-gangguan
dan
berbicara. Sering berperilaku yang amoral,
interpersonal yang progresif. Perubahan yang
misalnya memaki-maki orang yang sedang
terjadi
sosial,
lewat, memainkan alat kelaminnya. Individu
ketidakmampuan bekerja secara produktif,
pada waktu normal adalah anak yang baik,
eksentrik, pakaian yang tidak rapi, emosi yang
dimana prestasinya cukup baik, perilakunya
tidak sesuai perkembangan pikiran dan bicara
menyenangkan. Hal tersebut terjadi karena
yang aneh, kepercayaan yang tidak biasa,
individu tidak mempunyai cukup energi untuk
pengalaman persepsi yang aneh, dan hilangnya
menentang orang lain atau orang tua sehingga
telah
dapat
menunjukkan
fungsi
berupa
sosial
penarikan
biasanya
berkeinginan
untuk
97
hanya bisa menurut. Energi lemahnya tersebut
Dibandingkan dengan tipe jenis skizofrenia
ditampilkan dalam bentuk apatis (kelesuan).
lainnya,
Individu
untuk
berlangsung jauh lebih cepat. Aktivitasnya jauh
mendapatkan pemuasan (tidak mau apa-apa),
berkurang dibandingkan waktu normal. Pada
yang apabila dipaksakan untuk melakukan
individu terjadi stupor, dimana individu diam,
sesuatu
agresi
tidak mau berkomunikasi, kalau berbicara
(marah), dan apabila hal tersebut semakin
suaranya monoton, ekspresi mukanya datar,
dipaksakan maka biasanya individu akan jatuh
makan dan berpakaian harus dibantu dan sikap
sakit.
badannya aneh yaitu biasanya tegang/kaku
b. Tipe hebephren
seperti serdadu dan biasanya dipertahankan
Pada tipe ini terjadi disintegrasi emosi, dimana
untuk waktu yang lama. Katatonic stupor ini
emosinya bersifat kekanak-kanakan, ketolol-
terdapat dua bentuk, yaitu (1) rigid, dimana
tololan, seringkali tertawa sendiri kemudian
badan menjadi sangat kaku, bisa seperti
secara tiba-tiba menangis tersedu-sedu. Terjadi
bentangan di antara dua benda, (2) chorea-
regresi
menjadi
fleksibility, dimana badannya menjadi lentur
kekanak-kanakan. Individu mudah tersinggung
seperti lilin dan posisinya dapat dibentuk.
atau sangat irritable. Seringkali dihinggapi
Penderita skizofrenia katatonic yang parah
sarkasme (sindiran tajam) dan menjadi marah
biasanya ditempat tidur, tidak mau berbicara,
meledak-ledak atau explosif tanpa sebab.
jorok, makan-minum dipaksa, dan apabila mata
Pembicaraannya kacau, suka berbicara berjam-
terbuka biasanya akan terpaku pada satu titik,
jam.
tidak
tidak
memiliki
seringkali
total,
muncul
dimana
Pada
ambisi
awal
reaksi
individu
gangguan
komunikatif,
tetapi
komunikasinya
menjadi
seringkali
lama-kelamaan tidak
karuan
tipe
katatonic
berkedip,
Perkembangan
dan
ini
serangannya
ekspresi
selanjutnya
kosong.
yaitu
setelah
beberapa minggu atau beberapa bulan, terjadi
(inkoheren), yang bahkan sampai akhirnya
katatonic
individu tidak komunikatif. Terjadi halusinasi
menunjukkan suatu gerakan tertentu dalam
dan delusi yang biasanya sifatnya fantastis,
waktu yang lama dan kemudian secara ekstrem
misalnya:
berubah
ada
vampire
yang
menyedot
excitement
sebaliknya.
dimana
Misalnya,
penderita
berbaring
darahnya, dan sebagainya. Cara berpikirnya
menghadap tembok kiri dalam waktu yang
kacau.
lama dan kemudian menghadap tembok kanan.
Hal
tersebut
terlihat
berbicaranya
yang
tidak
dari
cara
karuan.
Penderita
bersikap
negatif
(negatifistik),
Tulisan/graphis yang dibuatnya bersifat kacau,
dimana penderita tidak ada interest sama sekali
dimana terjadi regresi, yaitu bersifat kekanak-
terhadap sekelilingnya, tanpa kontak sosial,
kanakan.
dan membisu dalam waktu yang lama.
c.Tipe katatonik
d. Tipe paranoid 98
Simptom utamanya adalah adanya delusi
Walaupun skizofrenia dibicarakan seakan-akan
persecusion dan grandeur, dimana individu
merupakan
merasa dikejar-kejar. Hal tersebut terjadi
diagnostik dapat termasuk berbagai gangguan
karena segala sesuatu ditanggapi secara sensitif
yang tampak dengan gejala perilaku yang agak
dan egosentris seolah-olah orang lain akan
mirip. Skizofrenia kemungkinan merupakan
berbuat buruk kepadanya. Oleh karena itu,
suatu kelompok gangguan dengan penyebab
sikapnya terhadap orang lain agresif. Delusi
yang berbeda dan secara pasti memasukkan
tersebut diperkuat oleh halusinasi penglihatan
pasien
dan pendengaran, misalnya terlihat wajah-
pengobatannya,dan
wajah yang menakutkan, terdengar suara
adalah bervariasi.(Kaplan,1997).
mengancam, dan sebagainya sehingga timbul
Model Diatesis-Stres
reaksi menyerang atau agresi karena terganggu.
Suatu model untuk integrasi faktor biologis dan
Hal-hal tersebut juga bisa mendorong penderita
faktor psikososial dan lingkungan adalah
untuk membunuh orang lain atau sebaliknya
model diatesis-stres. Model ini mendalilkan
bunuh
untuk
bahwa seseorang mungkin memiliki suatu
persecusion
Terdapat
kerentanan spesifik (diatesis) yang, jika dikenai
homoseksualitas,
dimana
diri,
menghindari
sebagai delusi
kecenderungan
usahanya
oleh
penyakit
yang
tunggal,
gambaran
suatu
klinisnya,
perjalanan
pengaruh
kategori
respon
penyakitnya
lingkungan
yang
penderita laki-laki akan mengancam laki-laki
menimbulkan stres, memungkinkan gejala
dan penderita perempuan akan mengancam
skizofrenia. Pada model diatesis-stres yang
perempuan. Adanya delusion of grandeur dapat
paling umum diatesis atau stres dapat biologis
menimbulkan delusion of persecusion, dimana
atau lingkungan atau keduanya. Komponen
individu menganggap orang lain cemburu
lingkungan dapat biologis (sebagai contohnya,
kepada
infeksi) atau psikologis (sebagai contohnya,
kepintarannya,
kepopulerannya,
kekayaannya,
kecantikannya,
kedudukan
situasi keluarga yang penuh dengan ketegangan
sosialnya, dan sebagainya. Pada penderita
atau kematian teman dekat). Dasar biologis
timbul "Ideas of Reference", yaitu terjadi
untuk suatu diatesis dibentuk lebih lanjut oleh
percampuran antara waham dan halusinasi
pengaruh epigenetic, seperti penyalahgunaan
dengan kecenderungan untuk memberikan
zat, stres psikologis, dan trauma.
impresi/nuansa
Faktor Biologis
pribadi
terhadap
segala
kejadian yang dialaminya. Misalnya, suara
Penyebab skizofrenia tidak diketahui. Tetapi,
klakson
dalam dekade yang lalu semakin banyak
mobil
dianggapnya
di
jalan
sebagai
depan
rumah,
terompet
tanda
penelitian
telah
melibatkan
peranan
penyerbuan terhadap dirinya segera akan
patofisiologis untuk daerah tertentu di otak,
dimulai (Coleman, 1976; Kartono, 1989).
termasuk sistim limbik, korteks frontalis, dan ganglia basalis. Tentu saja ketiga daerah
I.3Etiologi Skizofrenia
tersebut adalah saling berhubungan, sehingga 99
disfungsi pada salah satu daerah mungkin
kembar monozigotik yang diadopsi yang
melibatkan patologi primer di daerah lainnya.
kemudian menderita skizofrenia kemungkinan
Dua jenis penelitian telah melibatkan sistim
telah diadopsi oleh keluarga yang tidak sesuai
limbik sebagai suatu tempat potensial untuk
secara psikologis.
patologi
Faktor Psikososial
primer
pada
sekurangnya
suatu
bagian, kemungkinan bahkan pada sebagian
Klinisi
harus
mempertimbangkan
besar, pasien skizofrenik. Dua tipe penelitian
psikologis yang mempengaruhi skizofrenia.
adalah pencitraan otak pada orang yang hidup
Walaupun, secara historis, telah diperdebatkan
dan pemeriksaan neuropatologi pada jaringan
bahwa suatu faktor psikososial secara langsung
otak postmortem.
dan secara kausatif berhubungan dengan
Genetika
perkembangan skizofrenia, pandangan awal
Berbagai macam penelitian telah dengan kuat
tersebut
tidak
menyatakan suatu komponen genetika terhadap
modern
untuk
penurunan skizofrenia. Penelitian klasik awal
pedoman yang relevan dari pengamatan dan
tentang genetika dari skizofrenia, dilakukan di
hipotesis masa lalu tersebut.
boleh
faktor
menghalangi
menggunakan
teori
klinisi dan
tahun 1930-an, menemukan bahwa seseorang kemungkinan
menderita
skizofrenia
jika
II. Social Support
anggota keluarga lainnya juga menderita
II.1. Pengertian Social Support
skizofrenia
Social support diartikan sebagai keberadaan
dan
kemungkinan
seseorang
menderita skizofrenia adalah berhubungan
atau
dengan
persaudaraan
individu dapat menyandarkan diri, orang-orang
tersebut (sebagai contohnya, sanak saudara
yang menunjukkan pada individu bahwa
atau derajat pertama atau derajat kedua).
mereka
Kembar
mencintai individu (Sarason,dkk.,1990).
dekatnya
hubungan
monozigotik
yang
diadopsi
tersedianya
orang-orang
memperhatikan,
pada
menghargai,
siapa
dan
menunjukkan bahwa kembar yang diasuh oleh
Hobfoll mendefinisikan social support sebagai
orang tua angkat mempunyai skizofrenia
interaksi sosial yang memberikan bantuan yang
dengan kemungkinan yang sama besarnya
nyata atau tidak nyata kepada individu atau
seperti saudara kembarnya yang dibesarkan
kelompok yang dapat dirasakan oleh individu
oleh orang tua kandungnya. Temuan tersebut
atau kelompok yang bersangkutan sebagai
menyatakan bahwa pengaruh genetik melebihi
perhatian atau cinta (Sarason,dkk.,1990).
pengaruh lingkungan. Untuk mendukung lebih
Menurut
Kahn
&
Antonucci
lanjut dasar genetika adalah pengamatan bahwa
(1980,dalam Sarason dkk,.1990) social support
semakin parah skizofrenia, semakin mungkin
merupakan
kembar
meliputi afeksi (ekspresi menyukai, mencintai,
adalah
sama-sama
menderita
transaksi
kebanggaan,
model
(ekspresi persetujuan, mengakui ketepatan atau
menunjukkan
bahwa
menghormati),
yang
gangguan. Satu penelitian yang mendukung diatesis-stres
dan
interpersonal
affirmasi
100
keberadaan perbuatan, pernyataan atau sudut
menjadi bagian dari suatu kelompok yang
pandangan), bantuan (transaksi dimana bantuan
anggota-anggotanya mempunyai minat dan
langsung atau pertolongan diberikan, termasuk
perhatian yang sama. Hubungan ini lebih
barang-barang atau uang, informasi, nasehat
merefleksikan adanya persahabatan yang bebas
dan waktu).
yang memungkinkan individu untuk ikut serta
Menurut
Cobb
(dalam
Wortman,
dalam berbagai aktifitas.
dkk,1992) social support digolongkan atas tiga
Esteem
hasil, yaitu merasa diperhatikan, keyakinan
dukungan yang diberikan oleh orang lain
bahwa seseorang dicintai, dihargai, dan terlibat
terhadap perasaan kompeten atau harga diri
dalam jaringan yang timbal balik. Jaringan
individu. Termasuk disini adalah adanya
disini berkaitan dengan individu dan orang-
umpan balik yang positip pada individu.
orang yang dengan melalui suatu ikatan yang
Tangible Aid, menggambarkan adanya bantuan
penting dan berarti
yang nyata berupa tindakan atau bantuan fisik
memberikan
support
Support,
menggambarkan
adanya
kepada individu.
dalam menyelesaikan tugas.
Dari beberapa pengertian social support di atas
Informational Support, merupakan pemberian
yang akan dijadikan acuan dalam penelitian ini
nasehat, saran atau bimbingan yang berkaitan
adalah bantuan atau pertolongan yang bersifat
dengan kemungkinan pemecahan masalah.
nyata maupun tidak nyata yang diberikan oleh
Johnson & Johnson (1991) menyatakan bahwa
orang-orang yang signifikan atau orang-orang
social support terdiri dari 4 bentuk, yaitu:
yang dekat dengan individu untuk membantu
a. Perhatian
emosional:
individu dalam mengatasi masalah ketegangan
memberikan
dan kesulitan. Social support yang diberikan
bergantung dan percaya pada seseorang,
dapat dirasakan oleh individu yang terlibat
segala hal yang menimbulkan kepercayaan
didalamnya, menimbulkan perasaan dihargai
bahwa seseorang dicintai dan diperhatikan.
dan diperhatikan sehingga dapat meningkatkan
b. Bantuan instrumental: bantuan langsung,
kesejahteraan dan membantu individu untuk
ketenangan,
kedekatan, rasa
dapat
seperti uang atau jasa.
hidup lebih produktif dan mandiri.
c. Bantuan informational: saran atau nasehat
II.2. Bentuk-Bentuk Social support
yang mungkin membantu memecahkan
Cutrona & Russel (dalam Sarason,dkk.,1990).
masalah.
Menggolongkan 5 bentuk social support, yaitu:
d. Dukungan appraisal: umpan balik mengenai
Emotional Support, menggambarkan adanya
tingkat standar perilaku tertentu yang harus
dukungan atau nasehat yang menimbulkan rasa
dipenuhi (informasi yang berkaitan dengan
aman dan nyaman sehingga menyebabkan
penilaian diri).
individu merasa diperhatikan dan diterima oleh orang lain. Social Integration, menunjukkan perasaan
II.3. Fungsi Social support 101
Bagaimana
individu
mengatasi
gangguan
kemampuan coping.
psikologis tidak hanya tergantung pada sumber
Sementara menurut Kaplan (1981, dalam
eksternal, yaitu sistem social support yang
Crider,1983) social support mempunyai bentuk
dimiliki individu tersebut. Social support
dan fungsi utama sebagai berikut:
terbukti dapat mengurangi gangguan yang
Memberikan informasi dan pedoman kepada
disebabkan masalah emosional secara efektif
individu untuk memecahkan masalah dan
(Wortman,dkk.,1992).
mengatasi kejadian sehari-hari yang penuh
Menurut
Watson
(1984)
social
support
tekanan secara praktis. Hal ini sangat penting
membantu individu mengatasi masalahnya
karena
stres
dapat
dengan cara sebagai berikut:
kognitif individu.Memberikan perhatian, kasih
Individu lain membantu kita menilai stresor
sayang, dan memberi perlindungan. Bentuk
potensial secara lebih realistis. Membicarakan
social support ini membantu dalam memelihara
masalah kita dengan orang lain akan membantu
”self esteem”& menimbulkan rasa percaya
mengatasi masalah tersebut dengan berfikir
diri.Memberikan semangat atau dorongan dan
masalah tersebut tidak seberat yang kita duga.
menenangkan hati; memberi dorongan bahwa
Dukungan yang diperoleh melalui informasi
individu mampu menguasai situasi penuh
verbal dapat memperluas cakrawala pandang
tekanan
individu dan meningkatkan ketahanan individu
kehidupan akan kembali normal.
dan
mengurangi
efisiensi
menenangkannya
bahwa
terhadap stres. Kehadiran orang lain yang
House(1981,dalamWortman,dkk.,1992)
bersifat mendukung akan mengurangi respon
menyatakan bahwa bentuk dan fungsi social
emosional yang negatif terhadap stresor. Jika
support adalah sebagai berikut:
suatu permasalahan terjadi, individu akan
Tangible assistance, bantuan nyata
melakukan penilaian tentang sumber coping
merupakan tindakan atau materi-materi yang
yang terjadi. Disini individu lain dapat
diberikan oleh orang lain dalam bentuk uang
membantu
atau barang untuk membantu individu yang
kita
mengatasi
masalah,
baik
yang
dengan memberikan bantuan secara langsung,
mengalami kesulitan.
memberikan sarana pemecahan masalah atau
Informational Support, dukungan informasi
dorongan untuk mencari bantuan yang akan
yang merupakan komunikasi tentang opini atau
memperbanyak sumber coping. Hal ini berarti
kenyataan yang relevan dengan kesulitan pada
social support yang diberikan oleh individu
saat itu, seperti memberikan pendapat atau
lain yang signifikan dapat mempengaruhi
saran-saran untuk bertindak dalam mengatasi
coping dengan meningkatkan kemampuan
keadaan yang sulit.
individu
dalam
menilai
suatu
keadaan,
Emotional support, dukungan emosi yang
mempengaruhi individu untuk memilih strategi
merupakan pernyataan tentang cinta, perhatian,
coping yang lebih efektif atau memperbaiki
penghargaan atau simpati yang diberikan oleh
rasa percaya diri individu untuk meningkatkan
keluarga dan teman untuk meyakinkan bahwa 102
orang
lain
memperhatikan
saat
individu
menghadapi kesulitan.
interaksi sesama wanita. Akan tetapi pria akan lebih intim dan merasa tidak kesepian jika
Menurut Rook & Dooley (1985). Social
berinteraksi dengan wanita.
support mempunyai pengaruh sebagai berikut: Mengurangi simptom fisik dan psikis.
III. Kemandirian
membangkitkan
III.1. Pengertian Kemandirian
perasaan
dibantu.Membuat
individu merasa lebih baik.Tindakan orang lain yang
memberikan
social
support
akan
menguntungkan. II.4.
Kemandirian istilah,
Independent
berbagai
(Peterson,1996)
Independence (Dusek,1996) dan autonomy
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
(Steiberg,2002; Conger,1991).
Penerimaan Social support: Beberapa
yaitu
mencakup
faktor
Vinacke yang
dapat
Psychology
dalam
Encyclopedia
(1994)
of
mendefinisikan
mempengaruhi keefektifan penerimaan social
kemandirian sebagai tindakan yang lebih
support adalah:
berkenaan dengan kebutuhan, persepsi diri
Keintiman: didefinisikan sebagai kedekatan,
sendiri daripada merespon terhadap tuntutan
ikatan personal yang melibatkan berbagai rasa
lingkungan atau tuntutan orang lain.
dan pemikiran serta pertukaran perhatian.
Pengertian kemandirian tersebut tidak
Kasih sayang dan afeksi secara timbal balik
jauh berbeda dengan pengertian yang diajukan
(Hobfoll & Stephen,1991). Reise Shaver (1987,
oleh Ryan dan Lynch (dalam Newman &
dalam
Newman, 1991) bahwa kemandirian adalah:
Sarason,1990)
menyatakan
bahwa
tingginya tingkat keintiman pada hubungan yang dekat
dapat
”Autonomy is an ability to regulate
memberikan perasaan-
one’s behavior, to select and guide one’s
perasaan dipahami, dipercaya dan diperhatikan
decision and actions, without undue control
pada
from parents or dependence on parents.”
orang-orang
yang
terlibat
dalam
hubungan tersebut.
(p.416-417).
Sense of Acceptence: memberikan perasaan
Lebih
tersedianya social support yang tinggi dan
Kuperminc,dkk,1996) memberikan pengertian
membantu pada saat dibutuhkan, sehingga
bahwa kemandirian adalah:
lanjut,
Connel
(dalam
kecil kemungkinan individu mengalami emosi-
“Autonomy is experience of choice in
emosi negatif, seperti rasa bersalah, marah,
the initiation, maintenance and regulation of
atau malu untuk menerima bantuan dari orang
behavior, and the experience of connectedness
lain. (Sarason,dkk,1990).
between one’s actions and personal value.”
Peran jenis kelamin: sebagaimana dikatakan
(p.400).
oleh
ketiga
Wheeler,dkk.,(1983,dalam
definisi
kemandirian
di
atas,
Sarason,dkk.,1990) interaksi antara sesama pria
menunjukkan adanya suatu kebebasan pada
dianggap kurang intim dibandingkan dengan
setiap
individu
yang
mandiri
untuk 103
menentukan
tindakan
yang
hendak
ia
sendiri
dan
mencari
kompensasi
atas
tampilkan, menampilkan langkah hidupnya,
kelemahan-kelemahannya. Sebaliknya, orang
tujuan hidupnya dan nilai-nilai yang akan
yang tidak mandiri menunjukkan individu yang
dianut serta diyakininya.
pasif, kurang sadar diri, menekan impuls-
Melalui definisi ini, tampak bahwa
impuls, menggunakan pertahanan kekanak-
orang yang mandiri tetap memiliki kebebasan
kanakan dalam melawan kecemasan, kurang
untuk berfungsi sebagai anggota kelompok.
percaya terhadap diri sendiri dan menyerah
Arti kebebasan dalam kemandirian
terhadap kelemahan-kelemahan yang dimiliki.
bukanlah bebas dalam arti untuk berbuat sesuka hati
sesuai
Jadi, dapat diambil suatu kesimpulan
dengan keinginannya,
bahwa kemandirian merupakan kemampuan
melainkan tetap harus memiliki tanggung
seseorang untuk memenuhi kebutuhannya baik
jawab dan juga ketegasan dalam tingkah laku
fisik maupun psikis, dimana di dalamnya
(Grotevant
terdapat kebebasan, inisiatif, kepercayaan diri
&
Cooper
dalam
Kuperminck,dkk,1996). Selain mengandung
yang kuat. ketegasan diri dan tanggungjawab.
kebebasan, tanggung jawab dan ketegasan dalam tingkah laku; Beller, Hartup dan Heathers
III.2. Dimensi-dimensi kemandirian
(dalam Lindzey &Aronson,1975)
mengkaitkan
istilah
kemandirian
dengan
Havinghurst
(dalam
mengatakan bahwa kemandirian terdiri dari
tingkah laku yang menunjukkan inisiatif,
beberapa dimensi, yaitu:
berusaha
Emosi,
untuk
mengejar
prestasi
dan
menunjukkan rasa percaya diri yang besar. Berdasarkan
keseluruhan
pengertian
Mu’tadin,2002)
ditunjukkan
dengan
kemampuan
mengontrol emosi dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua.
kemandirian tersebut, maka dapat diperoleh
Ekonomi, ditunjukkan dengan kemampuan
gambaran bahwa ada beberapa tingkah laku
mengatur ekonomi dan tidak tergantungnya
yang menyertai dan menandakan orang yang
kebutuhan ekonomi kepada orang tua.
mandiri, yaitu: tingkah laku yang mengandung
Intelektual, ditunjukkan dengan kemampuan
suatu kebebasan, inisiatif, rasa percaya diri,
untuk
usaha untuk mencapai prestasi, dan ketegasan
dihadapi.
diri dengan tetap menjaga tanggung jawab baik
Sosial, ditunjukkan dengan kemampuan untuk
terhadap dirinya sendiri maupun terhadap
mengadakan interaksi dengan orang lain dan
orang lain. Hal ini diperkuat dengan hasil
tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang
penelitian Witkin (dalam Vinacke,1994) bahwa
lain.
mengatasi
berbagai
masalah
yang
seseorang yang mandiri adalah individu yang aktif,
memiliki
mengekspresikan
kesadaran dan
diri,
mampu
mampu
mengontrol
impuls-impuls emosional, percaya terhadap diri
III.3. Aspek-aspek kemadirian Berdasarkan
pengertian-pengertian
tentang kemandirian yang telah diungkapkan 104
sebelumnya, maka kemandirian meliputi 5
Kepercayaan diri adalah suatu sikap yang
aspek yaitu kebebasan, inisiatif, kepercayaan
menunjukkan
diri, tanggungjawab dan ketegasan diri. Selain
dapat
kelima aspek tersebut, terdapat dua aspek
sehingga dapat mengembangkan rasa dihargai.
penting yang dapat digunakan untuk mengukur
Manifestasi
kemandirian
berani memilih, yakin terhadap potensi yang
seseorang,
yaitu:
aspek
kemandirian
dimiliki
(Lamman,dkk,1998).
menghasilkan
aspek
bahwa
seseorang
mengerjakan sesuatu dengan baik,
pengambilan keputusan dan aspek kontrol diri Melalui
keyakinan
dalam
seseorang
mengorganisasi suatu
untuk
diri
yang
dan baik
pengambilan keputusan, maka dapat dilihat
(Haditono,1989).
kompetensi seseorang dalam berhubungan
Tanggung jawab
dengan lingkungan luar, sedangkan melalui
Aspek tanggungjawab tidak hanya ditujukan
aspek kontrol diri dapat dilihat kemandirian
pada diri sendiri, tetapi juga terhadap orang
emosi seseorang, yaitu kemampuannya dalam
lain. Orang yang mandiri akan menunjukkan
menguasai konflik-konflik dalam dirinya. Jadi
tanggungjawabnya
dengan
menanggung resiko atas konsekuensi dari
demikian,
kemandirian
meliputi
dalam
bentuk
berani
beberapa aspek, yaitu:
keputusan yang telah diambil, menunjukkan
Kebebasan
loyalitas dan mampu membedakan antara
Kebebasan merupakan hak asasi manusia,
kehidupan dirinya dengan kehidupan orang lain
tanpa
disekitarnya (Lamman,1998).
kebebasan
seseorang
sulit
untuk
mengembangkan potensi diri dan mencapai
Ketegasan diri
tujuan
dkk
Ketegasan diri menunjukkan suatu kemampuan
(1998), manifestasi kemandirian seseorang
untuk mengandalkan dirinya sendiri. Bentuk
dapat dilihat melalui kebebasannya dalam
kemandiriannya
membuat keputusan, tidak merasa cemas, takut,
keberaniannya untuk mengambil resiko dan
ataupun malu bila keputusan yang diambil
mempertahankan pendapat walaupun berbeda
tidak sesuai dengan pilihan atau keyakinan
dengan orang lain (Lamman,dkk,1998).
orang lain.
Pengambilan keputusan
Inisiatif
Pengambilan keputusan merupakan bagian
Inisiatif merupakan suatu bentuk perwujudan
penting dalam kehidupan, karena setiap saat
ide ke dalam suatu tindakan atau tingkah laku.
orang selalu dihadapkan pada berbagai pilihan
Wujud
yang
hidupnya.
Menurut
kemandirian
Lamman
yang
menunjukkan
ditunjukkan
menuntutnya
untuk
melalui
mengambil
inisiatif dapat dilihat dari kemampuannya
keputusan. Manifestasi kemandirian dari aspek
untuk
ide,
ini ditunjukkan melalui kemampuan untuk
berani
menemukan akar masalah, mengidentifikasi
berpendapat,
memenuhi
kebutuhan
mengemukakan sendiri
dan
mempertahankan sikap (Rich,1992).
alternatif
pemecahan
Percaya diri
mengevaluasi
segala
masalah kemungkinan
untuk dalam 105
mengatasi masalah dan berbagai tantangan
diri dan perasaannya, sehingga tidak merasa
serta kesulitan lainnya tanpa harus mendapat
takut, ragu, cemas, tergantung dan marah yang
bimbingan dari orang tua atau orang dewasa
berlebihan dalam berhubungan dengan orang
lainnya
lain.Mengandalkan diri sendiri untuk menjadi
(Lamman,dkk,1998;
Newman&Newman,1991).
penilai mengenai apa yang terbaik bagi dirinya,
Kontrol diri
serta berani mengambil resiko atas perbedaan
Kontrol diri mengandung suatu pengertian
kebutuhan
dan
kemampuan untuk menyelesuaikan diri dengan
meskipun
harus
lingkungan sosial, baik dengan mengubah
lain.Menunjukkan tanggung jawab terhadap
tingkah laku tanpa bimbingan atau arahan dari
diri sendiri dan terhadap orang lain yang
orang
diperlihatkan melalui kemampuannya dalam
lain
(Kopp
Newman&Newman,1991). dapat
dikatakan
dalam
Secara
bahwa
singkat
kemampuan
membedakan kehidupan
nilai-nilai berselisih
kehidupan orang
yang
diyakini,
dengan
dirinya
lain
dengan
orang
dengan tetap
mengontrol diri dari perasaannya, sehingga
menunjukkan loyalitas.
tidak merasa cemas, ragu ataupun marah yang
Memperlihatkan inisiatif yang tinggi melalui
berlebihan ketika berinteraksi dengan orang
ide-idenya dan sekaligus mewujudkan idenya
lain (Lamman dkk,1998).
tersebut. Hal ini ditunjukkan pula melalui kemampuannya untuk mencoba hal yang baru.
III.4. Ciri-ciri individu mandiri
Memiliki kepercayaan diri yang kuat dengan
Berdasarkan aspek-aspek kemandirian
menunjukkan keyakinan atas segala tingkah
yang telah diungkapkan (Haditono,1989), maka
laku yang dilakukan dan menunjukkan sikap
peneliti menyimpulkan ciri-ciri individu yang
yang tidak takut menghadapi suatu kegagalan.
mandiri, antara lain : Memiliki kebebasan untuk bertingkah laku,
METODE PENELITIAN
membuat keputusan dan tidak merasa cemas,
Penelitian
ini
menggunakan
takut ataupun malu jika keputusan yang
kualitatif studi kasus(single case study) dalam
diambil tidak sesuai dengan pilihan atau
bentuk
keyakinan orang lain.
support.Instrumen
Mempunyai kemampuan untuk menemukan
metode observasi, wawancara, tes proyektif
akar masalah, mencari alternatif pemecahan
Thematic Apperception Test (TAT)dan tes
masalah, mangatasi masalah dan berbagai
grafis.
tantangan serta kesulitan lainnya tanpa harus
Tujuanintervensi social supportyang diberikan
mendapat bimbingan dari orang tua atau orang
dalam studi ini adalah social support yang
dewasa lainnya, serta dapat berfungsi mandiri
diberikan oleh orang-orang terdekat serta
dalam membuat keputusan dan melaksanakan
terlibat
keputusan yang diambil.Mampu mengontrol
dirasakan langsung oleh subyek, sehingga
pemberian
pendekatan
intervensi
social
pengumpul data dengan
didalamnya,
dan
hasilnya
dapat
106
menimbulkan perasaan dihargai, diperhatikan
aktifitas sehari-hari untuk kepentingan dirinya
dan
meningkatkan
(activity daily living), sehingga intervensi ini
kesejahteraan serta membantu subyek untuk
lebih ditekankan kepada pemberian social
hidup lebih produktif yang salah satu cirinya
support pada saat subyek mampu ataupun tidak
ditandai
mampu dalam melakukan aktifitasnya sehari-
pada
akhirnya
dengan
dapat
meningkatnya
rasa
kemandirian pada diri subyek.
hari
dengan
tujuan
Intervensi ini membutuhkan dukungan
kemandiriannya.
dan kerjasama antara terapis, anggota keluarga
Pendapat
ini
untuk
sejalan
meningkatkan
seperti
yang
dan teman kerja subyek. Anggota keluarga
disampaikan Watson bahwa social support
maupun teman-teman subyek dapat membantu
membantu
dalam
dan
dengan cara individu lain membantu kita
mengidentifikasi stressor psikososial yang dapat
menilai stresor potensial secara lebih realistis.
mencegah kemajuan, sekaligus dapat membantu
Membicarakan masalah kita dengan orang lain
sebagai fasilitator dalam pelaksanaan intervensi.
akan membantu mengatasi masalah tersebut
Adapun dasar penggunaan intervensi
dengan berfikir masalah tersebut tidak seberat
menggunakan social support, Pertama, karena
yang kita duga. Dukungan yang diperoleh
saat ini kondisi subyek sudah membaik, yang
melalui informasi verbal dapat memperluas
ditandai dengan semakin jarang munculnya
cakrawala pandang individu dan meningkatkan
halusinasi ataupun waham, menurunnya tingkat
ketahanan
agresifitas seperti mengamuk, membanting
(Watson,1984).
membahas
rencana
treatment
individu
mengatasi
individu
masalahnya
terhadap
stres.
sesuatu, memukul dan sebagainya, serta subyek saat ini sudah bisa bekerja meskipun pekerjaan
HASIL- HASIL
yang dikerjakannya tergolong sederhana dan
Jenis atau tipe skizofrenia yang dialami subyek
subyek mampu untuk mengerjakannya, namun
adalah skizorenia paranoid:
tetap mendapatkan pengawasan dari anaknya
Gambaran klinis didominasi oleh waham-
sendiri.
pelaksanaan
waham yang secara relatif stabil, biasanya
intervensinya tergolong praktis, mudah serta
disertai oleh halusinasi-halusinasi, terutama
sederhana, tidak perlu mengeluarkan banyak
halusinasi pendengaran, dan gangguan persepsi.
biaya dan hampir semua orang bisa menerapkan
Adapun beberapa gejala-gejala paranoid pada
metode social support ini. Ketiga, Tidak ada
diri subyek antara lain:
batasan waktu untuk pelaksanaan intervensinya
a. Waham kejaran (subyek merasa dikejar-kejar
artinya
dapat
oleh makhluk halus atau roh nenek moyang) ia
memberikan social support kapanpun dan
merasa di mulutnya dihuni oleh ruh orang yang
dimanapun.
sudah meninggal, waham grandeur merasa
Pada kasus ini, subyek memiliki kemandirian
dirinya seseorang yang sangat luar biasa atau
Kedua,
seorang
untuk
terapis
(petugas)
yang tergolong rendah pada saat mengerjakan 107
istimewa (subyek merasa dirinya adalah juru
dalam
bicara kepresidenan)
cenderung ekspresif.
b.
Suara-suara
halusinasi
yang
memberi
mengungkapkan
rasa
marahnya
ia
I..3. Aspek emosi & afeksi
perintah, misalkan: subyek diminta memukul
Emosi subyek masih labil dan kurang matang,
istri dan anak-anaknya, subyek dibisiki dengan
hal
kata-kata kotor pada saat subyek melakukan
kedewasaannya, latar belakang keluarga subyek
ibadah shalat atau pada waktu akan tidur.
juga
1. Analisis Fragmental
pembelajaran bagi subyek. Pola asuh masa lalu
I.1. Aspek kognitif
subyek
ini
juga
berperan
berpengaruh
besar
sangat
dalam
berpengaruh
pada
sikap
memberikan
besar
bagi
Dari hasil studi retrospektif semenjak ia
perkembangan emosinya, sejak kecil ia jarang
duduk di bangku Sekolah Dasar, Sekolah
mendapatkan belaian kasih sayang dari kedua
Menengah Pertama, hingga tamat SMEA.
orang tuanya yang dikarenakan kesibukannya
Subyek menunjukkan prestasi yang cukup baik.
dalam bekerja. Sehingga subyek minim dalam
Selama sekolah ia belum pernah menjadi juara
pemenuhan kebutuhan afeksinya.
kelas, namun pernah beberapa kali masuk
I.4. Aspek relasi sosial
rangking sepuluh besar pada waktu Sekolah
Subyek sebenarnya kurang mampu dalam
Dasar. Rata-rata subyek berada di ranking
melakukan kontak sosial, namun ia berusaha
pertengahan dari total semua siswa di kelasnya.
menampakkan keantusiasan untuk memperluas
Dan ia juga tidak pernah tinggal kelas. Secara
diri dalam lingkungan masyarakat, meskipun
garis besar tidak ada prestasi yang menonjol
terkadang subyek merasa minder atau sedikit
pada satu mata pelajaran tertentu di sekolahnya.
muncul keragu-raguan didalam dirinya apakah
I..2. Aspek dorongan/motivasi
ia bisa diterima dilingkungan sosialnya atau
Subyek memiliki motivasi yang cukup kuat
tidak, akan tetapi ia selalu berusaha hadir di
untuk melakukan aktifitasnya, akan tetapi
lingkungannya. Meskipun di dalam menjalin
dorongan yang dikeluarkannya terkadang tidak
kontak sosialnya terasa hampa karena tidak ada
bisa maksimal dikarenakan subyek tidak bisa
keterlibatan emosi di dalamnya. Subyek juga
fokus pada satu pekerjaan. Di dalam bekerja ia
merasa
cenderung setengah-setengah. Motivasi dalam
penyesuaian diri terhadap orang ataupun hal-hal
diri subyek akan berkembang dan menjadi lebih
lain.
terarah apabila lingkungan dapat memberikan
I.5. Dinamika Kepribadian
kesulitan
dukungan dan dorongan dalam mengarahkan kemampuan
subyek.
pengelolaan emosinya
Adapun
dalam
di
dalam
melakukan
Subyek memiliki motivasi yang cukup kuat
untuk
melakukan
suatu
pekerjaan,
masih nampak labil,
dorongan yang dimilikinya cukup, hanya saja
subyek memiliki tipikal mudah tersinggung dan
tidak bisa maksimal dikarenakan subyek tidak
mudah marah serta ada kecenderungan depresif,
bisa fokus pada satu pekerjaan. Di dalam bekerja
ia
cenderung
setengah-setengah. 108
Pengelolaan emosinya juga kurang baik dan
subyek, anak subyek dan teman kerja subyek.
masih labil. Akan tetapi subyek memiliki
Adapun hasil yang didapat dari tahap pertama
ketrampilan dan kecakapan yang cukup baik
ini adalah: peneliti mencatat secara keseluruhan
dalam menjalin relasi sosialnya. Kebiasaannya
mengenai kegiatan subyek yang biasa ia
berkumpul dengan tetangganya menjadi bahan
kerjakan sehari-hari dari semenjak subyek
latihan untuk mengasah kemampuan sosialnya.
bangun tidur hingga ia kembali tidur. Kemudian
Namun ia mengalami hambatan dalam kontak
peneliti juga mencatat keluhan-keluhan yang
sosial artinya, interaksi yang terjalin dengan
sering muncul pada subyek. Dan satu hal yang
lingkungan sekitar kurang melibatkan aspek
terpenting lagi peneliti bersama dengan anak
emosi. Secara sekilas subyek memperlihatkan
subyek
rasa tanggung jawab & kepedulian sosial yang
merancangkan suatu desain intervensi yang
baik, untuk keluarganya maupun lingkungan
dapat dilaksanakan untuk subyek. Dari sini
sosialnya. Sebagai seorang Ayah sekaligus
peneliti menggali lebih dalam mengenai tugas-
pemimpin keluarga, ia berusaha menunjukkan
tugas atau pekerjaan apa saja yang diberikan
rasa tanggungjawabnya mencari nafkah untuk
kepada subyek dengan status subyek sebagai
keluarganya, meskipun secara materi hasilnya
karyawan
tidak
habis
menjadi dua bagian, yaitu kegiatan yang
dipergunakan untuk keperluan subyek sendiri
dilakukan subyek untuk kepentingan atau
dan diberikan kepada anak bungsunya). Subyek
pemenuhan dirinya sendiri dan kegiatan yang
mengalami masalah di dalam pengelolaan
dilakukan subyek statusnya sebagai karyawan
emosinya ia cenderung mengambil sikap represi
toko. Pembagian seperti ini bertujuan untuk
(cenderung memendam kemarahannya) pada
memudahkan
hal-hal
perkembangan
seberapa
yang
(gaji
dirasa
setiap
bulan
menyerang
ego-nya
membahas
toko,
bersama
sehingga
peneliti
bisa
dibedakan
dalam
subyek
melihat mengenai
(defensif). Karena energi atau vitalitas yang
kemandiriannya
dimilikinya
sebagai karyawan toko dan tugas untuk
lemah
(rendah)
ia
cenderung
bersikap diam dan tidak melakukan perlawanan.
pemenuhan
dalam
untuk
kebutuhan
melakukan
dirinya
tugas
sendiri.
Selanjutanya berawal dari pembagian kegiatan PEMBAHASAN Proses
intervensisocial
seperti ini rancangan intervensi dibuat. support
ini
Dengan mempertimbangkan kemampuan dan
berlangsung selama kurang lebih 4 minggu.
kelemahan subyek, serta berangkat dari keluhan
Peneliti membagi menjadi 3 tahapan dengan
yang sering dialami di lingkungan sekitarnya,
perincian: Tahap Ke-1 yaitu tahap membangun
akhirnya peneliti mengerucutkan permasalahan
rapport dengan tujuan untuk menciptakan rasa
yang hendak ditangani saat ini untuk kemajuan
kepercayaan dan keterbukaan subyek, anak
subyek yaitu melatih kemandirian dengan cara
subyek dan teman subyek dengan peneliti. pada
memberi tugas dan pada akhirnya dapat
sesi ini peneliti melakukan interaksi dengan
meningkatkan kemandiriannya yang salah satu 109
cirinya
ditandai
dengan
rasa
memberi daftar harga (memberi label pada
tanggung jawab pada diri subyek. Adapun
sejumlah barang), mengecek keluar masuk
intervensi yang digunakan peneliti adalah
barang persiapan menutup toko.
dengan model pemberian social support yang
Pada semua daftar tugas yang diberikan, subyek
diberikan dari banyak fihak yaitu beberapa
rata-rata mampu melakukan tugasnya dengan
anggota keluarga anak, menantu dan teman-
baik, hanya saja pada hari pertama dan kedua
teman subyek di tempat kerjanya.
saat pelaksanaan intervensi dimulai subyek
Pada tahap selanjutnya, yakni tahap ke-2 dan
masih belum menunjukkan perubahan yang
ke-3 peneliti akan memaparkan hasil kegiatan
nampak, baru memasuki hari ketiga perubahan
intervensi selama kurang lebih 4 minggu, yang
pada diri subyek sudah mulai terlihat hingga
berupa
yang
akhir intervensi. Ini juga didasarkan pada hasil
sebelumnya telah dicatat jenis-jenis kegiatannya
wawancara terhadap anak subyek, teman kerja
dan kemudian hasil dari kegiatan tersebut,
dan subyek sendiri. Subyek merasakan perasaan
dimana dari hasil ini dapat dilihat kemampuan
senang dan lebih termotivasi ketika dirinya
subyek dalam melatih tingkat kemandiriannya,
dapat melaksanakan tugasnya dengan baik,
dan juga dapat dilihat kelemahan, kelebihan dan
namun terkadang muncul keluhan ketika ia
keluhan-keluhan subyek saat ia tidak mampu
tidak mampu atau sanggup mengerjakan tugas-
melaksanakan
tugasnya,
jenis-jenis
munculnya
kegiatan
salah
satu
subyek
atau
beberapa
misalnya:
subyek
tidak
tahu
tugasnya.
bagaimana cara mengerjakan tugas tersebut,
Dari pelaksanaan intervensi tahap ke-2 (yang
merasa lelah dan jenuh, dan sebagainya.
bertujuan untuk melatih kemandirian subyek)
Selanjutnya, tugas dari observer (petugas)
menunjukkan
perilaku
mencatat kegiatan atau tugas-tugas apa saja
meskipun tidak terlalu mencolok ini dapat
yang sekiranya memberatkan dan subyek tidak
dilihat dari beberapa indikator, yang salah
mampu
satunya adanya perubahan pada diri subyek
(kegiatan) ini selanjutnya menjadi acuan dalam
yaitu
pelaksanaan social support.
terlihat
adanya
lebih
perubahan
bersemangat
dalam
melakukannya.
Dari
daftar
tugas
menjalankan tugas-tugas yang telah disusun dan
Pelaksanaan pada tahap ke-3, pada tahap ini
disepakati oleh subyek pada saat penyusunan
subyek diberi intervensi dengan pemberian
rancangan intervensi. Hal ini didasarkan pada
social support dalam berbagai macam bentuk
hasil saat pelaksanaan intervensi berlangsung
antara lain berupa: Informasi yang dibutuhkan
hingga akhir pelaksanaan. Adapun jenis-jenis
subyek misalkan mengenai tugasnya, pujian
kegiatan yang harus dikerjakakan subyek untuk
kepada
dijadikan sebagai acuan dalam pemberian tugas
mengerjakan
diantaranya: Bangun pagi & sholat Shubuh,
memberikan nasehat serta motivasi saat subyek
membuka toko, menyapu, mengelap etalase,
mengeluh dan patah semangat, dan memberikan
subyek
saat
subyek
tugas-tugasnya
dengan
mampu baik,
melayani pembeli, menata barang/assesoris, 110
sesuatu dalam bentuk materi yang salah satunya
lama
berupa uang.
dikhawatirkan jika pemberian social support ini
Darikeseluruhan
serangkaian
kegiatan
akan
semakin
menguat,
sehingga
berkurang yang mungkin dikarenakan proses
intervensi social support berjalan dengan lancar
intervensi
dan sesuai jadwal pelaksanaan. Hal ini ditandai
kemungkinan perilaku subyek akan kembali
dengan terjalinnya rapport yang baik antara
pada kondisi semula, sebab sebelum adanya
peneliti, subyek, anak subyek dan teman-teman
intervensi social support orang-orang di sekitar
subyek
dalam
subyek bersikap biasa saja, artinya mereka
pelaksanaan terapi. serta terjalin kepercayaan
semua memperlakukan subyek seperti apa
dan kerjasama yang harmonis baik sebelum
adanya (tidak ada perlakuan istimewa, seperti
pelaksanaan
melakukan
yang
turut
membantu
intervensi
hingga
selesai
pelaksanaannya. Meskipun
sudah
berakhir,
maka
pengawasan
atas
ada
semua
kegiatannya). Hal ini berbeda jauh ketika
pelaksanaan
intervensi
berjalan
subyek
mendapatkan
yang
hingga
akhir
dengan lancar, dan menghasilkan perubahan
berlangsung
perilaku terhadap subyek, namun masih ada
pelaksanaan.
beberapa poin yang harus dievaluasi selama
c. Demikian juga dalam pelaksanaan intervensi
pelaksanaan
dari
social support, subyek diberi uang tambahan
intervensi, sehingga untuk tahap selanjutnya
(uang diluar gaji pokok) yaitu di tiap akhir
jika pelaksanaan intervensi ini dilanjutkan
pekan yang diberikan oleh dan dari anaknya
kembali maka model intervensi yang peneliti
sendiri.
rancangkan dapat direvisi kembali, adapun
mengandung resiko, yaitu ada kemungkinan
catatan yang perlu diketahui dalam evaluasi
jika suatu waktu atau pada akhir pekan subyek
intervensi ini antara lain:
tidak diberi uang maka kemungkinan akan
a. Masih adanya para pendamping atau petugas
berpengaruh
(anak subyek dan teman-temannya) yang
sebelumnya.
begitupun
juga
hasil
dari
intervensi
Hal
ini
awal
dikhawatirkan
pada
bertugas mengamati dan mencatat perilaku
perubahan
dapat
perilaku
PENUTUP
subyek, sehingga hal ini dikhawatirkan akan
I. Kesimpulan
membentuk pola kebiasaan subyek. Misalkan:
Berdasarkan hasil intervensi yang dilakukan,
Pada
proses
intervensi
subyek
selalu
dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini:
mendapatkan pengawasan sehingga bisa jadi
1. Pemberian social support pada penderita
motivasi subyek untuk melakukan semua tugas-
skizofrenia akan berpengaruh positif untuk
tugasnya bukan atas dasar keinginan dirinya
kesehatan psikologisnya, adapun efek positif
sendiri akan tetapi lebih dikarenakan subyek
dari pemberian social support beberapa
merasa selalu diawasi dan diperhatikan.
diantaranya berupa: munculnya perasaan
b. Harapan subyek untuk selalu mendapatkan
dihargai dan merasa disayangi, menjadi
social support dari orang sekitarnya semakin
semakin
termotivasi
serta
bersemangat 111
dalam menjalankan aktifitas dan rutinitas
terjadi ketergantungan pemberian social
sehari-hari, juga meningkatnya kemandirian
support untuk subyek dari ”petugas”.
pada subyek yang salah satunya ditandai
2. Keluarga khususnya, dan masyarakat pada
dengan munculnya rasa tanggung jawab
umumnya
dalam mengerjakan tugas-tugasnya.
tersebut ada salah satu anggota yang
2. Kepedulian dan keberadaan orang-orang di sekitar
penderita
skizofrenia,
apabila
diantara
komunitas
menderita skizofrenia, sudah selayaknya
terutama
untuk diperhatikan dan diberi social support,
keluarga pasien dianggap perlu, sebab secara
sebab social support dapat meminimalisir
perlahan
turut
kekambuhan penderitanya. Jadi, pengobatan
membantu dalam proses pemulihan keadaan
secara medikasi (dengan menggunakan obat-
subyek saat ini, serta dapat meningkatkan
obatan) saja tidaklah cukup untuk menangani
kemandiriannya
dalam
masalah skizofrenia maka dibutuhkan sebuah
melakukan aktifitas sehari-hari (activity daily
intervensi social support sebagai pendukung
living).
dalam proses pemulihannya. Melatih serta
II. Saran
mengasah keterampilan sosial (social skill)
keterlibatannya
Berdasarkan
akan
khususnya
hasil
evaluasi
terhadap
yang dimiliki penderita skizofrenia sejak dini
program intervensi yang telah dilakukan, ada
juga
beberapa
kondisinya, namun dengan catatan dalam
saran
yang
dapat
diberikan,
turut
membantu
memulihkan
diantaranya:
pelaksanaannya harus memperhatikan dan
1. Mengingat program intervensi social support
mempertimbangkan
kelebihan
serta
yang diberikan kepada subyek belum tuntas,
kelemahan penderitanya, sebab aktifitas atau
maka saran yang dapat peneliti sampaikan
kegiatan yang terlalu berat hingga penderita
kepada
skizofrenia tidak sanggup melakukannya
subyek
dan
”petugas”
adalah,
hendaknya pelaksanaan intervensi dapat dilanjutkan kembali hingga subyek benarbenar dapat merasakan dampak positip dari social
support.
dalam
3. - Untuk Psikolog klinis: Bersama-sama dengan profesi lain seperti
hal
psikiater agar lebih aktif dalam menjalin
atau
komunikasi, sehingga keduanya bisa saling
pemenuhan kebutuhan sehari-hari (activity
bekerjasama dalam suatu kegiatan yang
daily living). Namun perlu dicatat, bahwa
saling menunjang dalam mengaplikasikan
harus ada batasan kapan pemberian social
disiplin ilmunya masing-masing. Misalkan,
support pada subyek mulai dikurangi sedikit-
dengan cara mengadakan seminar, pelatihan
demi sedikit hingga tahap terminasi dan pada
ataupun
akhirnya subyek mampu men-suport dirinya
sehingga
sendiri. hal ini perlu dilakukan agar tidak
menghasilkan
meningkatkan
khususnya
justru akan memicu kekambuhannya lagi.
kemandiriannya
workshop
seputar
skizofrenia,
dari kegiatan tersebut dapat suatu
intervensi
ataupun
112
model psikoterapi yang holistik dalam menangani penderita skizofrenia. - Untuk Pemerintah dan masyarakat: Dari hasil kajian seminar, pelatihan ataupun workshop yang telah diselenggarakan oleh psikolog klinis dan psikiater, maka hasilnya dapat
ditindaklanjuti
dengan
pihak
pemerintah serta imnstansi terkait, misalkan dengan
cara
melakukan
sosialisasi
(pp.141-163). Aachen, Germany: Shaker Verlag.. Cohen, S. (2004). Social Relationship and Health. New York: Carnegie Mellon University. Conger, J.J. (1991). Adolescent and Youth: Psychology Development in A Changing World (4th ed.). New York: Harper Collins Publishers.
ke
masyarakat secara langsung melalui promosi
Crider, A.B (1983). Psychology. Illionis: Scott, Forestman & Comp.
kesehatan. Misalkan dengan mengambil tema kegiatan ”Bagaimana prevensif dan cara mengatasi munculnya skizofrenia, atau
Dunkel-Schetter, C (1987). Correlates of Social Support Receipt. Journal of Personality &Social Psychology 3 (1), 71-80.
bagaimana cara mendeteksi dini penderita skizofrenia?”. Dengan teknis pelaksanaan, dapat melibatkan langsung ketua RT/RW setempat sebagai fasilitator dan mediator, sementara dari pihak psikolog klinis atupun psikiater sebagai nara sumber kegiatan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA APA. (2000). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV-TR. Washington, DC. Text revision edition : Psychiatrist Association. Atkinson, R.L., Atkinson R.C.,&Hillgard E.R. (1991). Pengantar Psikologi, Edisi Kedelapan, Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga. Bellak,Leopold.(1993). TAT,CAT, and SAT in Clinical Use (5th ed.) NewYork: Allyn & Bacon. Buchwald,P.,& Schwarzer,C. (2002). Analyzing the mutual influence of social support and controls beliefs in the elderly. In C. Schwarzer,C, & M. Zeidner (Eds.), Developmental issues in stress and coping
Dusek, J.B.(1996). Adolescence Development and Behavior (3rd ed). New Jersey: Prentice Hall Inc. Haditono, S.R. (1989). Sikap Mandiri dalam Perubahan Sosial. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Himpsi Wilayah Jawa Timur. (2003). Modul Penyegaran Psikodiagnostik Himpsi. Tidak diterbitkan Untuk Umum. Hobfoll, S & Stephens, M.A (1990). Social Support During Extreme Stress: Consquence & Intervention (Dalam Sarason B.R, Pierce, G.R & Sarason L.G (1990). Social Support an Interaction View. New York: John Wiley). Irmansyah, (2002). Satu Abad Skizofrenia..!. (http://www.kompas.cybermedia.go.id/ipt ek/rubrik/kesehatan.htm. diakses pada tanggal 8 Juni 2007) Johnson, D.W & Johnson, F.P, (1991). Joining Together. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Kaplan,H.I, Saddock,B.J&Grebb.J.A. (1997). Sinopsis Psikiatri dalam pengetahuan perilaku psikiatri klinis. Jilid 2. edisi 7.
113
(Terjemahan oleh Dr Wijaya K). Jakarta: Bina Rupa Aksara Kartono, K. (1989). Psikologi Abnormal Dan Abnormalitas Seksual. Bandung: Penerbit Mandar Maju. Koch, C. (1952). The Tree Test : The Tree Drawing Test as An Aid in Psychodiagnosis. Bern : Hans Huber Publisher Berne. Kuperminc, G.P., Joseph, A.P., & Arthur, M.W.(1996). Autonomy, relatedness, and male adolescent deliquency: Toward a multidimentional view of social competence. Journal of Adolescence Research,11,4, 397-420. Lamman, M.S., Avery, C.B, & Frank, S.J. (1998). Young adult’s perception of their relationship with warents: individual differences in connectedness, competence, and emotional autonomy. Journal of Developmental Psychology,24,5,729-737.
Neale, J.M, Davison, G.C & Haaga, D.A.F. (1996). Exploring abnormal psychology. Toronto: John Wiley Sons,Inc. Newman, B.M & Newman P.R.(1991). Development Through Lifed Psychosocial Approach (5th ed). Chicago: The Dorsy Press. Peterson, C. (1996). Looking Forward Through The Life Span: Developmental Psychology (3rd ed.). New Jersey: Prentice Hall Inc. Poerwandari, E. K. (2001). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Edisi Revisi. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI. Rahayu,I.T. & Ardiani,T.A. (2004). Observasi dan Wawancara. Malang: Bayumedia Publishing. Rathus, S.A.& Nevid, J.J. (1991). Abnormal Psychology. New Jersey, Prentice Hall,Englewood Cliffs.
Lindzey, G.,& Aronson, E. (1975). Hand book of Social Psychology. Vol.3. New York:John Willey& Sons.
Rich, D. (1992). The Adolescent (6th ed.). New York: Allyn & Bacon.
Maramis, W.F. (1999). Catatan ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press
Rook, K.S & Dooley, D.(1985). Applying social support research: Theoritical, problem and future direction. Journal of Social Issues, 41 (1), 7-13.
Martaniah, S.M. (1999). Hand Out Psikologi Abnormal. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Morrison,J. (1995). DSM-IV Made Easy. New York: The Guilford press Mu’tadin, Z.(2002,25 Juni). Kemandirian sebagai Kebutuhan Psikologis Pada Remaja. [on-line]. (www.epsikologi.com/remaja/250602.htm, diakses pada tanggal 28 Juni 2007).
Sarason, B.R.; Pierce, G.R & Sarason L.G (1990). Social Support an Interaction View. New York: John Wiley. Sarwindah,D.S.P. (2004). Diktat Kuliah Psikodiagnostika VIII (TAT & CAT). Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus. Schwarzer,R., & Schulz,U. (2002). The role of stressful life events.In A. M. Nezu,C.M. Nezu & P.A. Geller (Eds), Comprehensive handbook of psychology, 114
Vol.9: Health psychology. New York: Wiley. Shaw, M. (1977). Group Dynamics: The Psychology of Small Group of Behavior (2nd ed). New York: Mc Graw-Hill Publishing. Sudiyanto, A. Idul Fitri dapat menyehatkan jiwa manusia (http://www.litbang.depkes.go.id/lokacia mis/artikel/sehat-arda.htm, diakses pada tanggal 4 Juni 2007). Suhapti (1989). Kumpulan Materi Kuliah Psikodiagnostika. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sutatminingsih, R. (2002). Artikel skizofrenia. Sumatera: Universitas Sumatera Utara: Fakultas kedokteran. Thoits, PA (1986). Social Support Coping Assistance, Journal of Consulting & Clinical Psychology 54 (4), 416-423. Vinacke, W.E. (1994). Independence Personality. Dalam Raymond J.Corsini (Eds). Encyclopedia of Psychology (2nd ed,Vol.2, P.222-223). Canada: John Willey & Sons Watson, D.L. (1984). Social Psychology Science & Application, New York: Scott, Forestmen & Comp. Wicakcana,I, (Oktober 2000)., Skizofrenia: Antara kerja dan kualitas hidup. (http://www.kompas.cybermedia.go.id/ipt ek/rubrik/kesehatan.htm. diakses pada tanggal 8 Juni 2007) Wortman, C.B ,Loftus E.F & Marshal, E.M (1992). Psychology (4th Edition). New York: Mc.Graw Hill .
115