PENGAMBILAN-DAN-PEMBIAKAN-PGPR-PLANT-GROWTH-PROMOTING

Download Cara pengambilan dan pembiakan PGPR. 1. 100 gr akar bambu atau rumput gajah atau putri malu (sebagai biang) direndam selama 2-4 hari dalam ...

0 downloads 410 Views 154KB Size
Cara pengambilan dan pembiakan PGPR 1. 100 gr akar bambu atau rumput gajah atau putri malu (sebagai biang) direndam selama 2-4 hari dalam 1 liter air masak yang telah didinginkan

Akar bambu, rumput gajah, putri malu,jagung

Air

Biang Bakteri PGPR

Disaring

Direndam 2 – 4 hari 2. Membuat adonan bahan nutrisi bakteri dengan komposisi sbb: Komposisi 1  400 gr gula pasir  200 gr terasi  1 kg dedak halus/bekatul Bahan adonan direbus semua  10 liter air bening dan diamkan adonan dingin

  



Komposisi 2 2 kg Kedelai/kacang merah/hijau 200 gr gula merah 1 sendok injet 20 liter air bening

3. Larutan adonan yang telah dingin

Disaring

Larutan nutrisi bakteri

4. Biang Bakteri PGPR

+

Larutan nutrisi bakteri

PGPR

Dicampur Perbandingan 1 : 1

Dimasukkan dalam Wadah tertutup 5. Diamkan campuran larutan paling sedikit selama 3 hari sampai larutan keruh dan mengeluarkan gelembung. Tiap 2 hari sekali, larutan diaduk Cara Aplikasi 1. Untuk Tanaman Padi: gunakan PGPR sebanyak 5 ml/liter air pada 3 hari sebelum tanam, 15 hst, 30 hst dan 45 hst dengan cara disemprotkan dengan volume semprot rendah (boros/ tidak berkabut) 2. Untuk Tanaman hortikultura: Kocorkan PGPR sebanyak 5ml/l air tiap 2 minggu sekali. 3. Untuk tanaman Keras: Kocorkan PGPR sebanyak 10 ml/l air tipa 1 bulan sekali 4. Aplikasi dianjurkan pada sore hari setelah pukul 15.00 WIB atau pagi hari sebelum pukul 09.00 WIB

Teknologi Ramah Lingkungan, PGPR Sebagai Teknologi Alternatif di Lapangan Akhir‐akhir ini, teknologi PGPR telah cukup berhasil mengendalikan berbagai penyakit pada komoditas sayuran. Beberapa hasil penelitian Departemen Proteksi Tanaman IPB, sudah banyak dicoba oleh petani cabai dan bawang merah di sentrasentra produksinya di Jabar, Jateng dan Jatim, dan hasilnya dirasakan petani. Aplikasinya sederhana dengan cara perendaman benih dalam suspensi dan penyiraman (pengocoran) suspensi PGPR ke dalam tanah pada saat tanaman (bibit) pindah tanam. Beberapa PGPR yang telah dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai agen pengendalian biologi adalah Actinoplanes, Alcaligenes, Agrobacterium, Amorphosposporangium, Arthrobacter, Bacillus, Cellulomonas, Enterobacter, Erwinia, Pseudomonas, Hafnia,Micromonospora, Flavobacterium, Rhizobacterium, dan Bradyrhizobium, Serratia, Streptomycetes dan Xanthomonas. Khusus untuk jenis bakteri yaitu Pseudomonas fluerescens dan Bacillus polimixa, dibuat dari bahan‐bahan: terasi, dedak halus masing‐masing sebanyak 100‐150 gram, kapur 50 gram, air 1 liter dan larutan inokulum PGPR (biang) sebanyak 10‐20 cc/liter. Cara pembuatannya: terasi, dedak halus, gula pasir, dan kapur direbus dalam air. Setelah mendidih dinginkan dalam suhu kamar, kemudian disaring. Masukkan biang PGPR ke dalam air hasil saringan, selanjutnya diinkubasikan selama 3 hari dan siap untuk diaplikasikan. PGPR yang telah diinkubasi selama 3 hari, dapat diaplikasikan untuk tanaman encerkan terlebih dahulu dengan perbandingan 200 cc larutan PGPR dalam 20 liter air. Hasil pengenceran dapat dikocorkan pada tanaman dengan konsentrasi 200 cc per tanaman ( umur 1 bulan setelah tanam atau 40 hari setelah tanam). Aplikasi dianjurkan pada sore hari setelah pukul 15.00 WIB atau pagi hari sebelum pukul 09.00 WIB. Untuk pembenihan, rendam terlebih dahulu bibit yang akan disemai dalam larutan PGPR selama 10 menit, kemudian disemai. Sedangkan untuk bibit yang akan dipindah untuk ditanam, terlebih dahulu dicelup dalam larutan PGPR selama 10 menit. Selanjutnya siap untuk ditanam. Cara‐cara tersebut bersifat ramah lingkungan sangat cocok digunakan untuk mendukung pertanian berkelanjutan dan menekan penggunaan pestisida. Formulasi PGPR ini banyak dicoba pada berbagai daerah di pulau Jawa seperti Bogor, Sukabumi, Subang, Garut, Bandung, Cirebon, Breber, Purbalingga, Wonosobo, Magelang, Nganjuk, Mojokerto, Malang, Ngawi, Bojonegoro dan lain‐lain. Hasil‐hasil uji coba pakar IPB dan Klinik Tanaman IPB membuktikan bahwa PGPR mempunyai kegunaan/manfaat dalam: meningkatkan pertumbuhan tanaman, antara lain melalui memperbaiki dan merangsang tumbuhnya akar, meningkatkan diameter batang, meningkatkan jumlah batang, memperbanyak produksi buah, meningkatkan daya kecambah benih, merangsang pembentukan tunas. Disamping itu, PGPR dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap OPT, antara lain antraknose pada cabai (Colletotrichum), moler pada bawang merah (Fusarium), kanker batang pada terong (Phomosis) dan layu fusarium pada melon dan semangka. Mekanisme PGPR dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman dan ketahanan tanaman terjadi antara lain melalui: Kemampuan memproduksi ZPT (Zat Pengatur Tumbuh), pelarutan posfat yang dapat meningkatkan efisiensi pemupukan fosfat, dan kemampuan produksi antibiotik, memproduksi siderofor yang berperan dalam induksi resistensi atau peningkatan ketahanan tanaman terhadap OPT; serta peningkatan produksi senyawa pertanaman tanaman seperti fitoaleksin. Penyerapan unsur hara dan air yang lebih baik dan nutrisi yang tercukupi, kebugaran tanaman akan semakin baik, sehingga semakin meningkatkan ketahanan tanaman terhadap gangguan biotik (hama dan penyakit) maupun abiotik (kekeringan, kebanjiran). Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR, rhizobacteria pemacu pertumbuhan tanaman) memainkaan peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman, perlindungan hasil panen, dan kesuburan lahan. PGPR dapat merangsang pertumbuhan tanaman baik secara langsung maupun

tidak langsung. Secara langsung, PGPR merangsang pertumbuhan tanaman dengan menghasilkan hormon pertumbuhan, meningkatkan asupan nutrien. Pertumbuhan tanaman ditingkatkan secara tidak langsung karena PGPR menghasilkan senyawa antimikroba yang menekan pertumbuhan fungi penyebab penyakit tumbuhan (fitopatogenik). Strain PGPR sendiri sudah banyak yang telah dikenal secara luas, dua di antaranya adalah Pseudomonas sp dan Bacillus sp yang pada studi ini digunakan sebagai model. Pada studi yang dilakukan, didapatkan bahwa 81 isolat Pseudomonas sp dan 91 isolat Bacillus sp yang diisolasi dari lingkungan akar kacang kedelai memproduksi asam indol asetat yang merupakan hormon pertumbuhan pada tanaman. Hormon ini meningkatkan perkecambahan benih seperti panjang akar, panjang batang, dan jumlah perambatan akar. Pertumbuhan jamur fitogenik juga dihambat karena beberapa isolat lain menghasilkan senyawa-senyawa seperti siderofor, kitinase, sianida, dan juga antibiotik. Senyawasenyawa ini menekan pertumbuhan fungi patogenik seperti Sclerotium rolfsii, Fusarium oxysporum, dan Rhizoctonia solani. Kloepper dan Schroth (1978) mengatakan bahwa kemampuan PGPR sebagai agen pengendalian hayati adalah karena kemampuannya bersaing untuk mendapatkan zat makanan, atau karena hasil-hasil metabolit seperti siderofor, hidrogen sianida, antibiotik, atau enzim ekstraselluler yang bersifat antagonis melawan pathogen (Kloepper & Schroth. 1978; Thomashow & Weller 1988; Weller 1988). Rhizobakteri adalah bakteri yang hidup di daerah perkaran (rhizospher) dan berperan penting dalam pertumbuhan tanaman. Pada dasarnya rhizobakteri dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu : rhizobakteri yang memacu pertumbuhan tanaman atau PGPR (plant growth-promotting rhizobacteria) dan rhizobakteri yang merugikan tanaman atau DRB (deleterius rhiozbacteria). PGPR dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan tanaman melalui mekanisme : produksi hormon pertumbuhan, kemampuan fiksasi nitrogen dari udara untuk meningkatkan ketersedian nitrogen tanah, penghasil osmoprotektan pada kondisi cekaman kekeringan dan pengahsil osmolit tertentu yang dapat membunuh patogen tanaman di tanah (Kloepper, 1993). Menurut Lalande et al. (1989) , Pseudomonas sp., Salmonella liquefaciens, dan Bacillus sp. mampu menghasilkan hormon pertumbuhan tanaman dan dapat meningkatkan berat kering tanaman jagung masing-amsing mencapai 9%, 10% dan 7% lebih tinggi dibanding kontrol (tanpa diinokulasi). Sedangkan fiksasi N2 udara secara biologis mampu menyumbangkan kurang lebih 70% dari seluruh fikasasi N yang dapat diserab di muka bumi. Kurang lebih 50% dari hasil fiksasi biologis tersebut merupakan hasil asosiasi rhizobia-legum (Arshad, 1993). Hasil percobaan di lapangan menunjukkan bahwa , Azotobacter sp. tanpa pemberian pupuk N dapat meningkatkan hasil tanaman padi mencapai 16,69%. Azospirillum sp. dengan pemberian pupuk N 120 kg/ha dapat meningkatkan hasil tanaman padi mencapai 43,49%. Di sisi lain , pada percobaan di rumah kaca dengan pupuk N takaran tertentu Azozspirillum sp. dapat meningkatkan hasil padi mencapai 115,91% dan Pseudomonas sp. mencapai 112,88% (Rao et al. 1987). Kemampuan lain dari rhizobakteri adalah mampu memproduksi osmoprotektan dalam kondisi cekaman osmotik maupun cekaman kekeringan. Hartman et al. (1991) menyatakan bahwa Azospirillum halopreferens pengahsil osmoprotektan glisin betain mampu mempertahankan aktivitas nitrogenase (enzim yang berperan dalam fiksasi N) kurang lebih 100% pada cekaman osmotik mencapai 27 bar. Strom et al. (1989) melaporkan bahwa penambahan glisin betain mampu memacu fiksasi N secara nyata pada Klebsiella pneumoniae yang ditumbuhkan pada cekaman osmotik 0,65 M NaCl. Dengan demikian pada kondisi tersebut sumbangan hasil fikasasi N pada ketersediaan N tanah relatif dapat dipertahankan.

CARA PERBANYAKAN PLANT GROWTH PROMOTING REZOBAKTERIA (PGPR) PGPR adalah Bakteri sekitar perakaran yang dapat memacu pertumbuhan tanaman dan juga merupakan agens (mikroba) pengendali hayati yang menguntungkan bagi Tumbuhan. Bakteri ini hidupnya di sekitar perakaran (Rhizosper) di mana terdapat eksudat yang dikeluarkan akar sebagai nutrusi bagi mikroba. PGPR yang bersumber pada akar rumpun bambu, rumput gajah yang mengandung bakteri Pseudomonas flourenscens, Bacillus polymixa, Bakteri tersebut mampu memacu pertumbuhan tanaman melalui beberapa cara, di antaranya: · Mengeluarkan cairan yang mampu melarutkan mineral (misal pospat) sehingga menjadi unsur hara yang tersedia · Merombak dan mengurai bahan organik (dekomposisi bahan organik) menjadi nutrisi tanaman · Mengeluarkan enzim dan hormon yang berguna untuk memacu pertumbuhan tanaman · Mengeluarkan antibiotik yang mampu menghanbat pertumbuhan dan perkembangan mikroba yang bersifat patogenik (mikroba penyebab penyakit) Petani telah banyak mengembangkanbiakan dan menggunakan PGPR karena telah terbukti memacu pertumbuhan tanaman dan efektif mengurangi infeksi pathogen tular tanah (soil born), antraknosa dll. PGPR dapat digunakan untuk tanaman hortikultura, padi maupun palawija bahkan tanaman keras. PGPR sangat baik bila diaplikasikan pada saat tanaman muda, dipersemaikan atau pada benih tanaman. PGPR berbentuk cair berwarna coklat keruh dengan bau masam. Cara pengambilan dan pembiakan PGPR 1. 100 gr akar bamba atau rumput gajah atau putri malu (sebagai biang) direndam selama 2-4 hari dalam 1 liter air masak yang telah di dinginkan 2. Membuat adonan bahan nutrisi bakteri dengan komposisi sbb: 400 gr gula pasir, 200-400gr terasi, 1 kg dedak halus/bekatul, 10 liter air bening, Penyedap rasa secukupnya 3. Adonan bahan nutrisi tersebut direbus sampai mendidih tunggu selama 15-20 menit dari mulai mendidih lalu diangkat dari atas kompor /tungku. Diamkan adonan tersebut sampai dingin (tunggu sampai temperatur adonan sama dengan temperature udara luar) 4. Peras adonan dengan kain sehingga menjadi larutan kental kemudian di campur dengan air rendaman akar rumput gajah 5. Masukan campuran larutan tersebut kedalam jerigen/wadah tertutup 6. Diamkan selama 7 hari. Tiap 2 hari sekali, diaduk (jerigen digoyang-goyangkan) Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor abiotik dan biotik. Daerah sekitar perakaran (Rhizosphere) mempunyai kandungan nutrisi yang kaya karena kira-kira 40% hasil photosintesis hilang melalui akar. Hal tersebut menyebabkan banyaknya populasi mikroba sekitar rhizosphere. Sejumlah bakteri pada sekitar perakaran (Rhizobacteria) telah dilaporkan dalam berbagai hasil penelitian dapat berperan sebagai pemacu pertumbuhan tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman, menghasilkan hormon (Plant Growth-Promoting Rhizobacteria, PGPR). PGPR pertama kali dilaporkan oleh Joseph W. Kloepper dan Milton N. Scoth yang selain rhizobacteria juga termasuk bakteri tanah yang mengkolonisasi perakaran dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pada saat ini pengertian PGPR tidak hanya pada kelompok Bakteri tetapi juga pada kelompok Jamur sehinngga semakin meluas pengertian mengenai mikroorganisme pemacu pertum,buhan ; termasuk mikroba yang digunakan dalam pengendaliaan hayati (biocontrol), penyedia nutrisi (biofertilization) dan produksi hormon (Biostimulation).