PENGARUH AKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN METODE

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian ex post facto. Sampel pada penelitian ini berjumlah 26 anak dengan menggunakan teknik sampli...

3 downloads 562 Views 157KB Size
PENGARUH AKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN METODE COLLABORATIVE LEARNING TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK

JURNAL

Oleh Morgi Dayana M. Thoha B.S. Jaya EenYayah Haenilah

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015

HALAMAN PENGESAHAN JURNAL SKRIPSI JudulSkripsi

: PENGARUH AKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN METODE COLLABORATIVE LEARNING TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK

NamaMahasiswa

:

NomorPokokMahasiswa

: 1113054033

Program Studi

: Pendidikan Guru PendidikanAnakUsiaDini

Fakultas

: KeguruandanIlmuPendidikan

Morgi Dayana

Bandar Lampung, Juni 2015 Penulis,

Morgi Dayana NPM 1113054033 Mengesahkan Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M S. 19520831 198103 1 001

Dr. Een Yayah Haenilah, M. Pd. NIP 19620330 198603 2 001

ABSTRAK

PENGARUH AKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN METODE COLLABORATIVE LEARNING TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK

Morgi Dayana1, M. Thoha B.S. Jaya2, EenYayah Haenilah3

This study was motivated by the fact that there was some children who are emotionally underdeveloped in according to stages of development. The purpose of this study was to determine the effect of learning activity with collaborative methods learning toward social emotional development of children aged 5-6 years. The research was used ex post facto method. Samples in this research were 26 children, with full sampling technique. Data was analyzed by using simple linear regression which have been tested by prerequisite test analysis table. The result showed that collaborative learning method improve children social emotional development by one to two social emotional developments in one day. Keyword: learning, collaborative learning, social and emotional.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan yang ada di sekolah yaitu terdapat beberapa anak yang perkembangan social emosionalnya kurang berkembang sesuai tahap perkembangannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning terhadap perkembangan sosial emosional anak usia 5-6 tahun. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian ex post facto. Sampel pada penelitian ini berjumlah 26 anak dengan menggunakan teknik sampling penuh. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis yaitu regresi linier sederhana yang terlebih dahulu menggunakan uji prasayarat berupa uji analisis tabel. Hasil penelitian membuktikan bahwa aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning meningkatkan perkembangan sosial emosional anak sebesar satu sampai dua perkembangan sosial emosional dalam satu hari. Kata kunci: belajar, collaborative learning, sosial dan emosional. 1)

Penulis Pembimbing 1 3) Pembimbing 2 2)

PENDAHULUAN Pendidkan anak usia dini mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal ini ditandai dengan terus berkembangnya lembaga PAUD, seperti Taman Kanakkanak (TK), Raudatul Atfal (RA), Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) dan PAUD sejenisnya dengan nama yang bervariasi banyak bermunculan. Hal ini juga sebagai bukti bahwa telah tumbuhnya kesadaran orang tua dan guru tentang pentingnya PAUD. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan dengan pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memilki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Upaya yang diberikan pada anak usia dini adalah dalam bentuk menstimulus, membimbing dan mengasuh serta pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak yang disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan yang di lalui anak usia dini. Hal tersebut berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab 1, Pasal 1, Butir 14. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang dalam proses perkembangan. Perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada anak yang meliputi seluruh aspek, baik perkembangan fisik motorik, perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan sosial emosional anak serta perkembangan moral agama anak. Salah satu aspek perkembangan anak usia dini yang perlu di perhatikan adalah aspek sosial emosional. Perkembangan sosial

emosional merupakan dua aspek yang berlainan, namun dalam kenyataannya satu sama lain saling mempengaruhi. Perkembangan sosial sangat erat hubungannya dengan perkembangan emosional, walaupun masing-masing ada kekhususannya. Terdapat kecenderungan yang sama di seluruh dunia, yaitu generasi sekarang lebih banyak memiliki kesulitan emosional dari pada generasi sebelumnya sehingga berdampak pada kemampuan sosialnya. Dengan demikian perlu ada upaya peningkatan kecerdasan emosional. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa perkembangan sosial emosional di TK Handayani Bandar Lampung belum berkembang secara maksimal. Hal tersebut dapat dilihat dari data yang diperoleh peneliti yaitu anak yang berada pada kategori perkembangan sosial emosional tinggi sebanyak 5 anak, anak yang berada pada kategori sedang sebanyak 6 anak, anak berada pada kategori rendah sebanyak 4 anak, dan anak pada kategori kurang yaitu sebanyak 11 anak. Oleh karena itu, perkembangan sosial emosional anak perlu distimulisasi dengan optimal dengan menggunakan model pembelajaran tertentu agar perkembangan sosial emosional anak berkembang dengan baik. Maka dari itu peneliti menggunakan metode collaborative learning untuk meningkatkan perkembangan sosial emosional anak usia dini. Karena pembelajaran dengan metode convensional yang diterapkan di sekolah tersebut kurang berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas pembelajaran yang nantinya dapat mempengaruhi perkembangan sosial emosional anak, hal ini sesuai dengan data nilai aktivitas pembelajaran anak dengan metode convensional. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti bahwa anak yang berada pada

kategori nilai aktivitas pembelajaran tinggi sebanyak 3 anak, anak yang berada pada kategori sedang sebanyak 4 anak, anak berada pada kategori rendah sebanyak 6 anak, dan anak pada kategori kurang yaitu sebanyak 13 anak. Maka dari itu peneliti menggunakan metode collaborative learning untuk meningkatkan perkembangan sosial emosional anak usia dini sesuai dengan tahap perkembangannya. Berdasarakan latar belakang di atas maka dapat di identifikasi masalah tersebut : 1. 2.

3. 4. 5. 6.

Anak tidak mampu bekerja sama Anak membentuk kelompokkelompok dan mengucilkan teman yang dianggap berbeda Anak malu mengungkapkan pendapat Anak malu berbicara depan umum Anak bersikap kasar dengan temannya Anak sulit meminta maaf

Anak Usia 5-6 Tahun di TK Handayani Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aktivitas pembelajaran dengan metode Collaborative Learning terhadap perkembangan sosial emosional anak usia 5-6 tahun di TK Handayani Bandar Lampung tahun ajaran 2014/2015. Manfaat dalam penelitian ini adalah : 1. Manfaat bagi anak didik 2. Manfaat bagi pendidik 3. Manfaat bagi kepala sekolah 4. Manfaat bagi peneliti 5. Manfaat bagi peneliti lain Salah satu teori belajar untuk anak usia dini yaitu teori belajar behavioristik. Menurut teori belajar behavioristik atau aliran tingkah laku, belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons.

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka penelitian dibatasi masalah tentang aktivitas pembelajaran dengan metode Collaborative Learning, perkembangan sosial emosional, dan anak usia 5-6 tahun di TK Handayani Bandar Lampung tahun ajaran 2014/2015.

Belajar menurut psikologi behaviorsitik adalah suatu kontrol isntrumental yang berasal dari lingkungan. Belajar tidaknya seseorang bergantung pada faktor-faktor kondisional yang diberikan lingkungan, Siregar dan Hartini (2014:25).

Rumusan Masalah penelitian ini adalah anak kurang mampu untuk bekerjasama dengan teman-temannya. Dengan demikian pertanyaan penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning terhadap perkembangan sosial emosional anak usia 56 tahun di TK Handayani Bandar Lampung tahun ajaran 2014/2015 ?

Teori belajar behavioristik tepat digunakan dalam penelitian ini karena penelitian ini meneliti tentang perubahan tingkah laku berupa perkembangan sosial-emosional anak usia dini sebagai akibat dari interaksi antara stimulus berupa aktiivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning dan respon yang diberikan anak.

Atas dasar rumusan masalah dan pertanyaan penelitian tersebut maka judul penelitian ini adalah Pengaruh Aktivitas Pembelajaran dengan Metode Collaborative Learning terhadap Perkembangan Sosial Emosional

Maleong dalam Harun (2009:43) menyebutkan bahwa ragam pendidikan untuk anak usia dini jalur non formal terbagi atas tiga kelompok yaitu kelompok taman penitipan anak (TPA) usia 0-6 tahun); kelompok bermain (KB) usia 2-6 tahun;

kelompok satuan PAUD sejenis tahun.

usia 0-6

Sementara itu, menurut direktorat pendidikan anak usia dini, pengertian anak usia dini adalah 0-6 tahun, baik yang terlayani maupun yang tidak terlayani dilembaga pendidikan anak usia dini. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pembinaan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Hal ini sesuai dengan ketentuan umum Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani proses perkembangan melalui pembinaan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani bagi kehidupan selanjutnya yang berada pada rentang usia 0-6 tahun. Ada 3 kriteria praktis dan mudah di terapkan untuk mengetahui keadaan anak yang telah encapai masa peka (siap ajar), yaitu : 1. Minat belajar. Anak dikatakan siap belajar ketika ia mulai menunjukkan minat belajar dengan keinginan untuk diajar atau belajar sendiri. Minat mulai timbul dari keinginan anak untuk meniru saudara kandung atau temannya yang lebih besar. 2. Minat yang bertahan. Ketika anak telah siap belajar, minat mereka tetap walaupun mereka menghadapi hambatan dan kesulitan. 3. Kemajuan. Dengan berlatih anak yang telah siap belajar akan menunjukkan kemajuan walaupun sedikit dan

berangsur-angsur, menurut dalam Mashar (2011:10-11).

Hurlock

Masa peka merupakan periode dimana anak telah mencapai kesiapan untuk belajar. Betapapun banyaknya rangsangan yang diterima anak, mereka tidak dapat belajar sampai perkembangan mereka siap untuk melakukannya. Pada fase anak usia dini karakteristik anak dapat dikategorikan berdasarkan tahap-tahap perkembangan. Berkaitan dengan aspek sosial emosional, Santrock (2002:13) membagi masa anak usia dini dalam 3 period perkembangan, yaitu : 1. Masa bayi (usia 0-18 bulan), sebagai tahap terbentuknya kepercayaan dasar versus ketidak percayaan (basic trust vs. Mistrust), dengan karakteristik berupa adanya kebutuhan dasar bayi yang harus di penuhi oleh pengasuh yang tanggap dan peka agar terbentuk rasa kepercayaan yang akan menimbulkan rasa aman. 2. Masa toddlers (usia 18 bulan-3 tahun), sebagai tahap terbentuknya otonomi versus rasa malu dan ragu-ragu (autonimy vs. Sahame and doubt) dengan karakteristik berupa adanya kemauan yanga berasal dari diri anak sendiri, sehingga bayi mulai mengembangkan rasa otonomi atau kemandirian. 3. Masa awal kanak-kanak (tahun-tahun prasekolah; usia 3-6 tahun), sebagai tahap pembentukan inisiatif versus rasa bersalah (initiative vs. guilt) dengan karakteristik anak yang mulai mengembangkan berbagai aktivitas dan prilaku yang lebih bertujuan. Dalam kajian sosiologis, definisi sosial yang disebut dengan proses sosial yaitu cara-cara berhubungan yang dilihat apabila perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta

bentuk-bentuk hubungan ini,atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahanperubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada, Soekanto dalam Susanto (2014: 135). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan sosial anak usia dini yaitu Dini : 1. Adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang yang ada disekitarnya dengan berbagai usia dan latar belakang. 2. Adanya minat dan motivasi untuk bergaul. 3. Adanya bimbingan dan pengajaran dari orang lain yang biasanya menjadi model untuk anak. 4. Adanya kemampuan berkomunikasi yang baik yang dimiliki anak. P.Daeng dalam Pujiana (2005 : 31). Pada periode pra sekolah anak dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan berbagai orang. Misalnya keluarga, teman sekolah dan teman sebaya. Faktor faktor yang menyebabkan perkembangan emosi anak adalah sebagai berikut: 1. Kesadaran koognitifnya yang telah meningkat memungkinkan pemahaman terhadap lingkungan berbeda dari tahap semula. 2. Imajinasi atau daya hayalnya lebih berkembang. 3. Berkembang wawasan sosial anak. Hurlock dalam Patmodewo (2003 : 30). Definisi collaborative learning dirujuk menggunakan frase pembelajaran kolaboratif yang sengaja dirancang dan dilaksanakan secara berpasangan atau dalam kelompok kecil, walau sebenarnya definisi

collaborative learning yang fleksibel adalah yang tebaik, namun ada beberapa fleksibel yang dianggap penting: 1. Pembelajaran kolaboratif adalah disain yang di sengaja 2. Kerjasama 3. Pembelajaran kolaboratif adalah terjadinya proses pembelajaran yang penuh makna, dalam Barkley (2012:5). Definisi lain yang menjelaskan pengertian collaborative learning adalah metode pembelajaran yang menerapkan paradigma baru dalam teori-teori belajar khususnya pembelajaran konstruktivisme, Vigotsky dalam Gokhale (2004:90). Berdasarkan penjabaran di atas maka dapat disimpulkan bahwa collaborative learning adalah pembelajaran yang didisain secara sengaja oleh pengajar, dalam bentuk desain kegiatan kerja kelompok agar siswa dapat bekerja sama sehingga terjadi proses pembelajaran yang bermakna. Kelebihan collaborative learning : 1. Siswa belajar bermusyawarah 2. Siswa belajar menghargai pendapat orang lain 3. Dapat mengembangkan cara berpikir kritis dan rasional 4. Dapat memupuk rasa kerja sama 5. Adanya persaingan yang sehat, dalam Barkley (2012:161) . Kerangka pikir penelitian digambarkan sebagai berikut : Aktivitas Pembelajaran dengan Metode Collaborative

ini

dapat

Perkembanga n Sosial Emosional Anak usia

dini 5-6 tahun (Y)

Penelitain ini merupakan jenis penelitain ex post facto yang bertujuan menemukan penyebab yang memungkinkan perubahan perilaku, gejala atau fenomena yang disebabkan oleh suatu peristiwa, perilaku atau hal-hal yang menyebabkan perubahan pada variable bebas yang secara keseluruhan sudah terjadi, Sutrisno (2006: 40). Desain penelitian ini dapat di gambarkan sebagai berikut :

Variabel X

Variabel Y

Gambar 1. Desain penelitian Penelitian ini bertempat di TK Handayani Bandar Lampung. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas B semester genap T.A 2014-2015. Waktu penelitian yaitu pada maret 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh siswa TK kelas B dengan rentang umur 5-6 tahun di TK Handayani Bandar Lampung Tahun 2015 yang berjumlah 26 anak. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling penuh yang penentuan sampelnya bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini dilalukan bila jumlah populasi relatif keci, kurang dari 30 orang atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Sugiyono (2010:124-125). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi. Definisi konseptual variabel X : aktivitas pembelajaran dengan collaborative learning adalah pembelajaran yang didisain secara sengaja oleh pengajar, dalam bentuk desain kegiatan kerja kelompok agar siswa dapat

bekerja sama sehingga terjadi pembelajaran yang bermakna.

proses

Definisi Konseptual variabel Y : Lingkup perkembangan sosial emosisonal anak usia dini berdasarkan permen 58 tahun 2009 memiliki beberapa tingkat pencapaian perkembangan. Diantaranya yaitu memahami peraturan dan disiplin, menunjukkan rasa empati, mengenal tata krama dan sopan santun sesuai dengan nilai sosial budaya setempat, mengekspresikan emosi sesuai dengan kondisi yang ada (senang, sedih, antusias, dsb), bangga terhadap hasil karya sendiri serta menghargai keunggulan orang lain. Kemudian tingkat pencapaian perkembangan tersebut di jabarkan dalam beberapa indikator yaitu sabar menunggu giliran, terbiasa berbagi dengan teman, berbicara dengan sopan, menunjukkan ekspresi wajah, bangga terhadap hasil karya sendiri serta tidak iri terhadap teman yang unggul dalam hal tertentu. Definisi Oprasional variabel X terdiri dari beberapa aktivitas yang terdiri dari Aktivitas membentuk kelompok, Aktivitas mengelola kegiatan kelompok serta Aktivitas membangun pemahaman yang lebih mendalam tentang materi yang di pelajari sedangkan Definisi Oprasional variabel Y dijelaskan dalam bentuk tabel. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu skala likert. Dimana proses kemampuan anak dibuat dalam daftar penilaian yang sudah dikelompokan berdasarkan ciri-ciri tertentu yang akan disesuaikan dengan indikator yang diajarkan dan yang sudah berisi lajur cek list. Instrumen penelitian yang peneliti buat berupa indikator-indikator yang diturunkan berdasarkan variabel-variabel penelitian.Teknik analisis data dalam penelitian ini digunakan untuk menguji

hipotesis. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji analisis tabel. 1. Analisis Tabel (Tunggal dan Silang) Data yang diperoleh dibuat menjadi 4 kategori untuk aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning (X) dan 4 kategori untuk perkembangan sosial emosional (Y). Untuk menyajikan data aktivitas pembelajarn dengan metode collaborative learning, maka hasil perhitungan data digolongkan menjadi 4 kategori yaitu Tinggi (T), Sedang (S), Rendah (R), Kurang (K) yang di tafsirkan menggunakan rumus interval Sutrisno (2006:178):

Ŷ = Subjek dalam variabel dependen yang di prediksi a = Harga Y ketika X=0 (harga Konstan) Pada penelitian ini, sebelum melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode collaborative learning, peneliti melakukan observasi selama 2 minggu untuk mendapatkan data tentang tingkat perkembangan sosial emosional anak usia dini sebelum diberi stimulus berupa pembelajaran menggunakan metode collaborative learning. Minggu berikutnya setelah mendapatkan data tentang tingkat perkembangan sosial emosional anak usia dini, yang ternyata tingkat perkembangan sosial emosional anak masih rendah, peneliti menerapkan pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode collaborative learning.

Sedangkan untuk menyajikan data perkembangan sosial emosional anak, digunakan 4 kategori yaitu :

Penelitian ini dilakukan dalam 4 kali pertemuan dengan tema hewan, profesi,dan tumbuhan. Penelitian ini melibatkan guru kelas sebagai mitra dan pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar di kelas. Kegiatan pembelajaran dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan perkembangan sosial emosional anak dengan menggunakan metode collaborative learning

1. 2. 3. 4. 2.

Aktivitas pembelajaran dengan Metode Collaborative Learning berdasarkan nilai patokan mutlak yaitu memiliki nilai paling tinggi 24 dan paling rendah 0, maka dapat diketahui interval (rentang nilai) dan kategori data sebagai berikut :

keterangan : i NT NR K

= interval = Nilai tertinggi = Nilai terendah = Kategori

Berkembang Sangat Baik (BSB) Berkembang Sesuai Harapan (BSH) Mulai Berkembang (MB) Belum Berkembang (BB) Analisi Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis penelitian ini digunakan rumus, Sugiyono (2010:262) : Regresi Linier Sederhan : Ŷ = a + bX Keterangan :

= 6

Berdasarkan perhitungan di atas, diketahui banyak kelas (kategori) adalah 4 dan interval (rentang nilai) adalah 6.

Tabel 1. Tabel silang antara aktivitas metode collaborative learning dan peningkatan sosial emosional

Penggunaan aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning diberikan sebanyak empat kali pertemuan dengan tema hewan, tumbuhan, dan profesi, serta jumlah anak sebanyak 26 anak. Data yang akan di analisis terdiri atas aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learnin.

Perkem N bangan o Sosial Emosio nal

Peningkatan sosial emosional menggunakan metode collaborative learning berdasarkan nilai patokan mutlak yaitu memiliki nilai tertinggi 12 dan terendah 0, maka dapat diketahui rentang nilai dan kategori data sebagai berikut :

1 . 2 . 3 . 4 .

BSB

Aktivitas Pembelajaran dengan Ju Metode Collaborative mla Leraning h Ti Sed Ren Kur ng ang dah ang gi 17 1 1 0 19

BSH

4

0

0

0

4

MB

0

1

1

0

2

BB

0

0

0

1

1

21 2 2 1 26 Jumlah Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian Tahun 2015 =3 Berdasarkan perhitungan di atas, maka dapat diketahui banyak kelas (kategori) adalah 4 dan rentang nilai adalah 3. Penggunaan metode collaborative learning diberikan sebanyak empat kali pertemuan dengan tema hewan, tumbuhan, dan profesi, serta jumlah anak sebanyak 26 anak. Data yang akan di analisis terdiri atas aktivitas metode collaborative learning. Setelah dilakukan rekapitulasi data aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning dan peningkatan sosial emosional anak usia dini selanjutnya data tersebut dimasukan pada tabel silang. Analisis tabel silang antara aktivitas dengan metode metode collaborative learning dan peningkatan sosial emosional (sesudah diberi perlakuan).

Berdasarkan data pada tabel di atas, terdapat 19 anak yang mendapat tingkat kategori yang sama, yaitu 17 anak anak mendapat Tinggi dan BSB, 1 anak mendapat Sedang dan BSB, dan 1 anak mendapat Rendah dan BSB, sedangkan 7 anak mendapat kategori yang berbeda, yaitu 4 anak mendapat kategori Tinggi pada aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning dan BSH pada sosial emosional, 1 anak mendapat kategori Sedang pada aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning dan MB pada sosial emosional, 1 anak mendapat kategori Rendah pada aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning dan MB pada sosial emosional serta 1 anak mendapat kategori Kurang pada aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning dan Belum Berkembang pada peningkatan sosial emosional. Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas pembelajaran dengan metode

collaborative learning memiliki pengaruh dalam perkembangan sosial emosional anak usia dini. Selanjutnya akan dilakukan uji regresi linier sederhana untuk melihat pengaruh kedua variabel. Uji regresi linier sederhana dengan penghitungan secara manual :

Persamaan regresi yang telah diperoleh, dapat digunakan untuk memprediksi variabel X jika variabel independen ditetapkan, misalnya nilai variabel X (aktivitas pembelaajaran dengan metode collaborative learning) sebanyak 4 kali maka persamaan di atas adalah : Y = 6,3 + 0,173 (4 = 6,992 dibulatkan menjadi 7

= 6,209429563 menjadi 6,3.

dibulatkan

Dengan demikian jika nilai aktivitas pembelajaran dengan meode collaborative learning 4 (empat) maka diperkirakan ada rata-rata perkembangan sosial emosional anak sebanyak 7 (tujuh) perkembangan sosial emosional selama 4 (empat) hari. Sehingga dapat disimpulkan rata-rata perkembangan sosial emosional anak bertambah sebanyak 1(satu) sampai 2 (dua) perkembangan sosial emosional dalam satu hari. Berdasarkan hasil analisis regresi linier sederhana teruji secara kuantitatif bahwa aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning berpengaruh terhadap perkembangan sosial emosional anak, maka selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis penelitian. Ho: Tidak ada pengaruh aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning terhadap perkembangan sosial emosional anak usia 5-6 tahun di TK Handayani Bandar lampung tahun ajaran 2014/2015.

= 0,1721776 dibulatkan menjadi 0,173 Koefisien regresi b = 0,173 bertanda positif sehingga dapat diidentifikasikan ada peningkatan sosial emosional untuk setiap peningkatan aktivitas metode collaborative learning.

Ha: Ada pengaruh aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning terhadap perkembangan sosial emosional anak usia 5-6 tahun di TK Handayani Bandar lampung tahun ajaran 2014/2015. Berdasarkan analisis regresi linier sederhana dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan

sosial emosional anak usia 5-6 tahun sebanyak 1 sampai 2 perkembangan sosial emosional dalam 1 hari. Ini membuktikan bahwa aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning berpengaruh terhadap perkembangan sosial emosional anak. Rekapitulasi hasil analisis regresi linier yaitu anatara variabel X dan Y berupa konstanta sebesar 6,3 dan koefisien sebesar 0,173 memiliki nilai aktivitas pembelajaran sebelum menggunakan metode collaborative learning sebesar 11,3 dan nilai aktivitas pembelajaran sesudah menggunakan metode collaborative learning sebesar 80,8 serta perkembangan sosial emosional sebelum menggunakan metode collaborative learning sebesar 19,3 dan perkembangan sosial emosional sesudah menggunakan metode collaborative learning sebesar 73 dengan sig 0,000. Berdasarkan rekapitulasi di atas, bahwa ada pengaruh aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning terhadap perkembangan sosial emosional anak usia 56 tahun, maka Ho ditolak dan Ha diterima. aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning meningkat, karena metode collaborative learning memiliki kelebihan sebagai berikut : a. b. c. d. e.

Siswa belajar bermusyawarah Siswa belajar menghargai pendapat orang lain Dapat mengembangkan cara berpikir kritis dan rasional Dapat memupuk rasa kerja sama Adanya persaingan yang sehat, dalam Barkley (2012:161)

Melalui kelebihan metode collaborative learning tersebut maka perkembangan sosial emosional anak usia dini dapat berkembang dengan baik dan optimal berdasarkan tahap perkembangannya.

Berdasarkan teori teori belajar behavioristik atau aliran tingkah laku, belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons. Belajar menurut psikologi behaviorsitik adalah suatu kontrol isntrumental yang berasal dari lingkungan. Belajar tidaknya seseorang bergantung pada faktor-faktor kondisional yang diberikan lingkungan, siregar dan Hartini (2014:25). Teori belajar behavioristik tepat digunakan dalam penelitian ini karena penelitian ini meneliti tentang perubahan tingkah laku berupa perkembangan sosial-emosional anak usia dini sebagai akibat dari interaksi antara stimulus berupa aktiivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning dan respon yang diberikan anak dan lingkungan yang diberikan oleh metode collaborative learning juga dirancang agar perkembangan sosial emosional anak berkembang dengan maksimal. Aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning pada penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sosial emosional anak usia 5-6 tahun karena salah satu periode perkembangan anak usia dini yaitu Masa awal kanak-kanak (tahun-tahun prasekolah; usia 3-6 tahun), sebagai tahap pembentukan inisiatif versus rasa bersalah (initiative vs. guilt) dengan karakteristik anak yang mulai mengembangkan berbagai aktivitas dan prilaku yang lebih bertujuan, Santrock (2002:103). Metode collaborative learning tepat digunakan dalam mengembangkan sosial emosional anak usia 5-6 tahun di TK Handayani Bandar Lampung karena metode collaborative learning didefinisikan sebagai berikut : 1. Pembelajaran kolaboratif adalah disain yang di sengaja

2. =Kerjasama 3. Pembelajaran kolaboratif adalah terjadinya proses pembelajaran yang penuh makna, Barkley (2012:5). Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning terhadap perkembangan sosial emosional anak usia 5-6 tahun di TK Handayani Bandar Lampung Tahun ajaran 2014/2015. Berdasarkan hasil analisis data, menunjukkan bahwa ada peningkatan sosial emosional anak usia 5-6 tahun setelah diberi perlakuan dengan menggunakan metode collaborative learning, diketahui bahwa hasil peningkatan sosial emosional sesudah diberi perlakuan lebih tinggi dibandingkan hasil sebelum menggunakan metode collaborative learning. Hal ini ini dapat dilihat dari hasil analisis regresi yang menyatakan ada rata-rata peningkatan sosial emosional anak usia 5-6 tahun sebanyak 1 sampai 2 perkembangan sosial emosional dalam 1 hari. Ini membuktikan bahwa aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning berpengaruh terhadap perkembangan sosial emosional anak. Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis mengemukakan saran sebagai berikut : 1. Saran bagi anak didik Diharapkan anak anak lebih aktif dalam proses belajar untuk mengembangkan semua aspek perkembangan yang dimiliki anak. 2. Saran bagi pendidik diharapkan menggunakan metode collaborative learning dalam mengembangkan sosial emosional anak secara berkelanjutan, sehingga

kemampuan sosial emosional anak dapat berkembang dengan baik dan optimal. 3. Saran bagi kepala sekolah Diharapkan untuk untuk memperbaiki praktik-praktik pembelajaran guru agar menjadi lebih efektif dan efisien sehingga kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa meningkat. 4. Saran bagi peneliti Diharapkan penelitian ini menjadi sarana belajar untuk mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan dengan terjun langsung sehingga dapat melihat, merasakan, dan menghayati apakah praktikpraktik pembelajaran yang di lakukan selama ini sudah efektif dan efisien. 5. Saran bagi peneliti lain penelitian ini hanya pada pengembangan sosial emosional anak, maka untuk selanjutnya perlu adanya penelitian lebih lanjut pada pengembangan kemampuan yang lain seperti bahasa, kognitif, moral agama, dan fisik motorik.

DAFTAR PUSTAKA Barkley, E. 2012. Collaborative learning techiques. Bandung: Nuansa media. Gokhale, A. 2004. Social Psychology. Addison, Mass : Reading, Wesley. Harun, R. 2009. Asesmenen Perkembangan Anak Usia Dini, Yogyakarta: Multi Pressindo. Mashar, R. 2011. Emosi anak usia dini dan stategi pengembangannya, Jakarta: Fajar Interpratama offset.

Patmodewo, S. 2003. Pendidikan anak Prasekolah, Jakarta : PT. Rineka Cipta. Pujiana. 2005. Psikologi Perkembangan Anak, Jakarta : Grasindo. Santrock. 2002. Life span development, Perkembangan masa hidup, Jakarta : Erlangga. Siregar, E dan Hartini, N. 2014. Teori Belajar dan pembelajaran, Bogor: Gralia Indonesia. Sugiyono. 2010. Metode penelitian pendidikan, Bandung : Alfabeta. Susanto, A. 2014. Perkembangan anak usia dini. Jakarta : Kencana Prenamedia Group. Sutrisno, H. 2006. Metodologi Penelitian, Jogjakarta : Andi Offset