PENGARUH AKTIVITAS PENDUDUK TERHADAP KERUSAKAN HUTAN MANGROVE DI KAMPUNG LAMA KELURAHAN DOMPAK KOTA TANJUNGPINANG Putri Astuti Handayani1, Ir. Linda Waty Zen, M.Sc2, Dr. Febrianti Lestari, S.si. M.Si2 Mahasiswa1, Dosen Pembimbing2
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Juni 2016 di Kampung Lama, Kelurahan Dompak, Kota Tanjungpinang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kerapatan dan persen (%) tutupan hutan mangrove, jenis aktivitas penduduk yang dapat merusak ekosistem hutan mangrove, mengetahui pengaruh aktivitas penduduk terhadap kerusakan hutan mangrove dan upaya pelestariannya di Kampung Lama, Kelurahan Dompak, Kota Tanjungpinang. Penentuan stasiun mengunakan metode purposive sampling. Dari hasil penelitian, Secara umum kondisi mangrove di perairan Kampung Lama Dompak di dominasi oleh jenis Rizophora apicullata dengan tingkat kerapatan tertinggi disetiap stasiun. Diketahui bahwa jenis aktivitas penduduk yang lebih dominan menyebabkan kerusakan ekosistem hutan mangrove di daerah Kampung Lama Dompak yaitu jenis konversi lahan (pertambakan, pembangunan, pemukiman) dengan nilai persentase 39.52%. Aktivitas penduduk di Kampung Lama Dompak sangat berpengaruh terhadap kerusakan hutan mangrove, dapat dilihat dari jenis mangrove yang ditemukan berkurang. kerapatan pohon dan persen tutupan menurun. Sedang kan kualitas lingkungan perairannya termasuk kategori rusak ringan. Salah satu bentuk upaya pelestarian ekosistem hutan mangrove yang bisa dilakukan di Kampung Lama, Kelurahan Dompak, Kota Tanjungpinang dengan cara rehabilitasi dengan tujuan untuk memulihkan kembali kondisi yang rusak yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah/setempat dan penduduk juga harus ikut berpartisipasi dalam membantu pemerintah. Kata kunci: Hutan Mangrove, Kerusakan Ekosistem, Aktivitas penduduk, Kampung Lama Dompak
ABSTRACT
This study was conducted from March to June 2016 in Kampung Lama, Kelurahan Dompak, Tanjungpinang. The purpose of this study was to determine the density and percent (%) of mangrove forest cover, the type of activity that could damage the population of mangrove forest ecosystems, knowing the effect the activity of the population against damage to mangrove forests and its preservation in the Kampung Lama, Kelurahan Dompak, Tanjungpinang. Determining the station using purposive sampling method. From the research, general conditions in the waters of mangrove Kampung Lama Dompak dominated by the type Rizophora apicullata highest densities in each station. Note that this type of activity is more dominant population causes damage to the mangrove forest ecosystem in the area of Kampung Lama Dompak the type of land conversion (aquaculture, construction, residential) with a percentage value of 39.52%. Activities residents in Kampung Lama Dompak greatly affect the mangrove forest destruction, can be seen from the mangrove species found is reduced. tree density and percent cover decreased. Being the environmental quality of waters, including the category of minor damage. One form of mangrove forest ecosystem conservation efforts that can be done in Kampung Lama, Kelurahan Dompak, Tanjungpinang by way of rehabilitation with the aim of restoring the damaged condition that can be done by the local government / local residents should also participate in helping the government. Keywords : Mangrove Forest, Ecosystems damage, Activities population , Kampung Lama Dompak
PENDAHULUAN Sebagai salah satu kepulauan di Indonesia, Kepulauan Riau memiliki sumberdaya laut dan pesisir yang melimpah di seluruh wilayah sekitar garis pantai, baik hayati maupun nonhayati. Salah satu sumberdaya laut dan pesisir yang terdapat di Kepulauan Riau adalah ekosistem hutan mangrove yang berada hampir di sebagian wilayah pesisir dan garis pantai. Kampung Lama merupakan salah satu wilayah yang berada di Kelurahan Dompak. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kelurahan Dompak, Kelurahan Dompak memiliki luas wilayah ± 4.280 Ha. Hampir seluruh daerah di Kampung Lama Dompak dikelilingi oleh ekosistem hutan mangrove. Berdasarkan komunikasi pribadi dengan Pak Malik (Ketua RT) bahwa luas ekosistem hutan mangrove di Kampung Lama Dompak yaitu ±3 Ha. Namun dengan adanya kegiatan pembangunan, maka ekosistem mangrove yang ada ditebang habis sehingga menyebabkan kegundulan. Selain itu, ditambah lagi dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat, sehingga hutan mangrove dimanfaatkan sebagai lahan pemukiman penduduk. Kegiatan pertambangan bauksit, pencemaran dari aktivitas pemukiman penduduk (limbah cair pemukiman, sampah, tumpahan minyak) dan pemanfaatan dari ekosistem mangrove oleh manusia (kayu bakar, arang) juga merupakan salah satu aktivitas penduduk yang dapat menyebabkan kerusakan terhadap hutan mangrove. Aktivitas
tersebut menyebabkan terjadi nya pengalihfungsian lahan ekosistem hutan mangrove dan pemanfaatan sumberdaya hutan mangrove secara besar-besaran dan terus-menerus untuk kepentingan penduduk. Hal ini menyebabkan ekosistem hutan mangrove di daerah tersebut mengalami kerusakan dan luasannya semakin berkurang. Ekosistem hutan mangrove yang sudah dieksploitasi oleh penduduk biasanya tidak diiringi dengan upaya pelestarian, sehingga ekosistem hutan mangrove akan terusmenerus mengalami kerusakan dan akhirnya dapat menjadi punah. Ekosistem hutan mangrove yang mengalami kerusakan perlu dilakukan upaya pelestariannya oleh pemerintah dan masyarakat dengan melakukan konservasi, reboisasi, dan rehabilitasi hutan mangrove (Fadhlan, 2010). Upaya pelestarian ekosistem hutan mangrove yang dilakukan oleh pemerintah biasanya dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, maupun dari Pemerintah daerah setempat kemudian dibantu oleh masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam menjaga kelestarian lingkungan alam. Terkait dengan permasalahan tersebut maka, perlu dilakukan sebuah kajian atau penelitian terhadap kondisi kerusakan ekosistem mangrove di Kampung Lama Kelurahan Dompak tersebut. Dengan demikian tujuan dalam penelitian ini adalalah mengetahui kerapatan dan persen (%) tutupan hutan mangrove, mengetahui jenis
aktivitas yang dapat merusak ekosistem hutan mangrove, mengetahui pengaruh aktivitas penduduk terhadap kerusakan hutan mangrove dan upya pelestariannya di Kampung Lama Kelurahan Dompak Kota Tanjungpinang. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah memberikan masukan kepada masyarakat setempat, pemerintah daerah, dan instansi terkait dalam mengambil kebijakan tentang pelestarian kerusakan hutan mangrove di Kampung Lama Kelurahan Dompak Kota Tanjungpinang Kepulauan Riau. METODE PENELITIAN Waktu dan tempat Penelitian ini berlokasi di Kampung Lama Kelurahan Dompak, Kecamatan Bukit Bestari, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau yang dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2016 Alat dan Bahan No Alat dan bahan yang digunakan 1. Kuisioner
2.
Alat tulis
3.
Kamera
4.
Meteran
Kegunaan Untuk memperoleh data dari responden Untuk mencatat hasil dari penelitian Untuk Dokumentasi Mengukur jarak antar transek
5. 6. 7.
8.
9.
10
Tali
Membuat garis transek dan plot Kantong sampel Sebagai wadah & kertas label sampel Buku identifikasi Untuk jenis mangrove mengidentifikasi jenis mangrove Multitester Untuk mengukur suhu, pH,DO dan BOD Refraktometer Untuk mengukur salinitas Spektrofotometer Untuk UV 1800 mengukur posfat dan nilai nitrat perairan
Metode Metode yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah metode survey lapangan, yaitu pengamatan secara langsung kelapangan terhadap kondisi kondisi ekosistem mangrove dan aktivitas yang dilakukan oleh penduduk yang berpotensi menyebabkan kerusakan ekosistem hutan mangrove di Kampung Lama Kelurahan Dompak Kota Tanjungpinang. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti.sedangkan data sekunder diperoleh oleh peneliti dari instansi yang terkait dalam penelitian ini adalah mengenai monografi (profil desa) di Kantor Kelurahan Dompak
Prosedur Kerja a. 1.
Penentuan titik stasiun
Penentuan stasiun pengamatan mangrove adalah secara purposive sampling yaitu teknik penetuan statiun berdasarkan atas tujuan tertentu. Dalam penelitian ini dipilih tiga stasiun pengamatan yaitu sebagai berikut: a. Statiun I yaitu lokasi yang tidak ada penduduk dan tidak ada aktivitas penduduk sebagai kontrol. b. Stasiun 2 yaitu lokasi yang dekat dengan pemukiman penduduk. Dimana penduduk nya lebih banyak tinggal di bagian pesisir. Jenis aktivitas yang terdapat pada stasiun ini yaitu pemanfaatan, pencemaran, konversi lahan (pertambakan, pembangunan dan pemukiman penduduk) c. Stasiun 3 yaitu lokasi yang dekat dengan pemukiman penduduk. Dimana penduduk nya lebih banyak bertempat tinggal di bagian daratan. Jenis aktivitas yang terdapat pada stasiun ini yaitu pertambangan, pemanfaaatan, konversi lahan (pembangunan, pemukiman penduduk) dan pencemaran. 2.
Pengamatan Mangrove Pengamatan untuk kerusakan hutan mangrove penelitian ini yaitu pengukuran kerapatan hutan mangrove dan persen (%) tutupan mangrove di Kampung Lama Kelurahan Dompak Kota Tanjungpinang.
Pengukuran Mangrove
Kerapatan
Perhitungan kerapatan hutan mangrove menggunakan metode garis transek (kuadran transec). Transek tersebut ditarik tegak lurus dari garis pantai. Pada setiap stasiun terdiri dari tiga transek, dimana dua transek terdiri dari 3 plot dan satu transek terdiri dari 4 plot. Data diambil dengan menggunakan plot berukuran 10x10 m yang terdiri dari 10 plot untuk kelompok pohon berdiameter >10 cm yang ditempatkan di sepanjang garis transek. b. Persen (%) Tutupan Hutan Mangrove Persentase (%) tutupan mangrove di hitung dengan menggunakan metode hemisperichal photography. Dibutuhkan kamera dengan sudut pandang 180o pada satu titik pengambilan foto. Teknik ini masih cukup baru digunakan di Indonesia pada hutan mangrove, penerapannya mudah dan menghasilkan data yang lebih akurat. 3.
Pengukuran Parameter Kualitas Air
Parameter yang diukur dalam penelitian ini yaitu parameter fisika dan parameter kimia. Seperti suhu, salinitas, Ph, DO, BOD, Nitrat dan ortofospat.
4.
Penentuan Responden
Responden yang diamati adalah masyarakat setempat yang bertempat tinggal di Kampung Lama Dompak dan masyarakat luar yang melakukan aktivitas diarea hutan mangrove. Rumus yang dapat digunakan adalah rumus Taro Yamane (1962). Adapun rumus perhitungannya adalah: (
)
Keterangan : N = Jumlah Populasi n = Jumlah Responden d = Error (maksimal 10% atau 20 %) Jumlah populasi masyarakat di Kampung Lama yaitu sebesar 98 KK (Kepala Keluarga), maka banyaknya sampel yang diambil adalah sebanyak 49 KK. Adapun errornya adalah 10%. Analisis Data 1. Analisis Kerapatan Mangrove Kerapatan masing-masing spesies pada setiap stasiun dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Kusmana, 1997 dalam Darmadi, 2012): Kerapatan Mangrove (ind/ha)
Kerapatan Relatif x100%
2.
Konsep dari analisis ini adalah pemisahan pixel langit dan tutupan vegetasi, sehingga persentase jumlah pixel tutupan vegetasi mangrove dapat dihitung dalam analisis gambar biner. Berikut ini adalah tahapan analisis untuk setiap foto. a) Tampilkan imageJ pada windows 7 64-bit b) Pada imageJ, buka gambar foto dengan format .jpeg dari tempat penyimpanan foto hasil pemotretan dilapangan. File >> Open >> (pilih foto) c) Ubah foto menjadi 8-bit. Caranya pilih Image >> Type >> 8-bit d) Pisahkan langit dan tutupan mangrove. Caranya pilih Image >> Ajust >> Threshold e) Pisahkan nilai digital pixel langit dan tutupan mangrove secara signifikan pada kotak Thresold, Tekan Apply (Default:B/W) f) Dihitung banyakny pixel yang bernilai 255 sebagai intepretasi tutupan mangrove. Caranya Analize >> Histogram. g) Persentase tutupan mangrove merupakan perbandingan dari jumlah pixel yang bernilai 255 (P255) dengan jumlah seluruh pixel (∑P) dikalikan 100 persen (%)
Analisis Persentase (%) Tutupan Mangrove
Data-data yang telah dihitung tersebut selanjutnya dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan antara hasil pengukuran kerapatan mangrove dan % tutupan mangrove dengan standar baku mutu kriteria
baku kerusakan mangrove berdasarkan (KEPMEN LH. No. 201 Tahun 2004) yang tertera pada lampiran. Analisis Parameter Perairan Semua data hasil pengukuran parameter perairan yang dilakukan di tiga stasiun yang berbeda selama ± 1 bulan ditabulasikan dan dibuat dalam bentuk tabel dan diagram. Selanjutnya data – data tersebut dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan antara hasil pengukuran parameter perairan dengan standar baku mutu air laut berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (KEMEN LH No.51 Tahun 2004) yang tertera pada lampiran 4. Analisis Pengaruh Kerusakan Hutan Mangrove Untuk mengetahui faktor penyebab kerusakan hutan mangrove di Kampung Lama Dompak diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuisioner dengan masyarakat setempat dengan jumlah 49 Responden. Kemudian data yang telah di kumpulkan dianalisis secara deskriptif dan dibuat dalam bentuk tabel sesuai dengan tujuan untuk mendapatkan kesimpulan serta memberikan rekomendasi dan saran. Selain itu juga dianalisis dengan Uji Koefisien Determinasi (R2). Uji Koefisien Determinasi (R2) pada intinya untuk mengetahui seberapa besar peran variabel independen yaitu aktivitas penduduk dalam melakukan perubahan yang terjadi terhadap variabel dependent yaitu kerusakan hutan mangrove.
HASIL DAN PEMBAHASAN A.
Kerapatan dan Persen (%) Tutupan Mangrove di Kampung Lama Dompak 1. Kerapatan mangrove Jenis hutan mangrove yang ditemukan yaitu terdiri dari Rhizopora apiculata, Rhizopora mucronata, Nypah, Xylocarpus granatum, Scyphiphora hydrophyllaceae, Sonneratia alba, Avicennia alba. Hasil datanya dapat dilihat pada tabel di bawah ini
3.
Spesies
No
1
3 4
Rhizophora apiculata Rhizophora mucronata Nypafruticans Sonneratia alba
5
Avicennia alba
6
Xylocarpus granatum Scyphiphora hydrophyllaceae
2
7
Nama Setempat Mangimangi Bakau Hitam Nipa Pedada, Prepat Api-api Nyireh Prepat Lanang
Famili Rhizophorac eae Rhizophorac eae Arecaceae Sonneratiace ae Avicenniace ae Meliaceae Rubiaceae
Sumber: Data Primer(2016) a. Kerapatan Mangrove Stasiun I No 1 2
Jenis Rizhophora apiculata Rizhophora mucronata
Kerapatan (ind/ha)
Kerapatan Relatif (%)
520
33,7662
410
26,6234
3
Nypah
60
3,8961
4
Soneratia alba
140
9,0909
5
Avicennia Xylocarpus granatum Scyphiphora hydrophyllaceae
160
10,3896
80
5,1948
6 7
Total
170 1540
11,0390 100
Jumlah yang paling banyak ditemui pada stasiun I adalah jenis Rhizophora Apiculata yaitu dengan kerapatan pohon 520 ind/ha dan kerapatan relatifnya 33,7662%. Sedangkan jenis mangrove yang paling sedikit ditemui adalah pohon Nypah dengan tingkat Kerapatan 60 ind/ha dan kerapatan relatif nya adalah 3,8961%. Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup 2014, kerapatan pada stasiun I termasuk kategori sangat padat. b. Kerapatan Mangrove Stasiun II No
1
2 3 4
Jenis Rizhophor a apiculata Rizhophor a mucronata Nypah Soneratia alba Total
Kerapata n (ind/ha) 320
Kerapata n Relatif (%)
50 690
No 1 2 3 4 5
Jenis Rizhophora apiculata Rizhophora mucronata Soneratia alba Scyphiphora hydrophyllace ae Avicennia alba Total
Kerapatan (ind/ha)
Kerapatan Relatif (%)
370
45,1220
210
25,6098
20
2,4390
110
13,4146
110 820
13,4146 100
46,3768
Sumber: Data Primer(2016)
37,6812
Berdasarkan data hasil kerapatan hutan mangrove pada diatas kerapatan total hutan mangrove pada stasiun III yaitu 820 ind/ha maka kerapatan nya termasuk kategori jarang/ rusak. Kerusakan hutan mangrove dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor alam dan faktor manusia. Faktor manusia lebih banyak menyebabkan terjadinya kerusakan seperti terjadi pengalihfungsian lahan untuk konversi lahan, pertambakan/keramba dan pertambangan serta pemanfaatan dari ekosistem mangrove untuk kebutuhan sehari-hari.
260 60
mangrove menyatakan bahwa kondisi mangrove pada stasiun II termasuk kedalam kriteria rusak/jarang karena kerapatan hutan mangrove nya yaitu < 1000 ind/ha c. Data Kerapatan Mangrove Stasiun III
8,6957 7,2464 100
Sumber: Data Primer(2016) Pada statiun II Rhizopora apiculata lebih dominan dibandingkan dengan jenis mangrove yang lainnya. pada stasiun II jumlah yang paling sedikit ditemukan adalah jenis Soneratia alba yaitu dengan kerapatan 50 ind/ha dan kerapatan relatifnya yaitu 7,2464%. Statiun II memiliki kerapatan total hutan mangrove yaitu 690 ind/ha merupakan kerapatan terkecil dari 3 stasiun dikawasan penelitian. Berdasarkan perbandingan dengan Kepmen LH No. 201 tahun 2004 tentang kriteria kerusakan hutan
2.
Persen Tutupan Mangrove
PERSENTASE (%) TUTUPAN MANGROVE
80%
76%
70% 60%
57%
60%
50% 40% 30% 20% 10% 0% Stasiun Stasiun Stasiun 1 2 3 STASIUN PENELITIAN
Sumber: Data Primer(2016) Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode hemisperichal photografy bahwa persen (%) tutupan hutan mangrove dari tiga stasiun di Kampung Lama Dompak memiliki hasil yang berbeda. Pada stasiun I rata-rata total persen (%) tutupan mangrove yaitu 76% (Lampiran 3). Ditinjau dari Kepmen LH No 201 Tahun 2004 tentang kriteria kerusakan mangrove bahwa persen (%) tutupan mangrove pada stasiun I yaitu 76% termasuk kategori sangat padat dengan nilai persen (%) tutupan mangrove nya yaitu >75%. Kemudian Pada stasiun II merupakan kawasan ekosistem mangrove yang dekat dengan penduduk memiliki nilai (%) tutupan mangrove yang jauh lebih rendah dari stasiun I dan III. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh dari aktivitas penduduk seperti pemanfaatan kayu untuk perahu
nelayan selain itu juga terjadi penumpukan bekas pertambangan bauksit sehingga hutan mangrove di kawasan tersebut semakin berkurang dan rusak selain itu pada stasiun II juga terdapat pembangunan pelabuhan dan konversi lahan seperti pemukiman penduduk dan keramba ikan. Rata-rata total persen (%) tutupan mangrovenya pada stasiun II dari tiga transek yaitu 57% (Lampiran 3). Berdasarkan Kepmen LH No 201 Tahun 2004 tentang kriteria kerusakan mangrove bahwa persen (%) tutupan mangrove pada stasiun II termasuk kategori sedang. Kategori sedang yaitu >50%<75%. Pada stasiun III memiliki ratarata total (%) tutupan mangrove nya yaitu 60%. Menurut Kepmen LH No 201 tahun 2004 tentang kriteria kerusakan mangrove bahwa kondisi (%) tutupan hutan mangrove pada stasiun III yaitu 60% terkategori sedang. 3. Kualitas Lingkungan Perairan Parameter Peraian
ST I
ST II
ST III
1
Suhu
28.2
29.6
30
2
Salinitas
32.5
33
33.2
3
pH
6.8
7.4
7
28°C 32°C 33(‰) 34 (‰) 7–8
4
DO
6.1
5.6
5.6
>5 mg/l
5
BOD Nitrat(NO3N)
21
20
20.5
1
1.1
1.4
Autopospat
0.03
0.03
0.02
20 mg/l 0,008 mg/l 0,015 mg/l
No
6 7
Sumber : Data Primer (2016)
Baku Mutu
4.
Jenis Aktivitas Penduduk yang dapat Merusak Ekosistem Hutan Mangrove di Kampung Lama Kelurahan Dompak
sebelumnya yang dilakukan Lestari (2013) bahwa ditemukan sebanyak 12 jenis hutan mangrove. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (Kepmen LH) No. 201 Tahun 2004 tentang kriteria baku kerusakan hutan mangrove bahwa kerapatan hutan mangrove dan % tutupan vegetasi hutan mangrove di Kampung Lama termasuk kategori rusak/jarang.
No
Jenis Aktivitas Penduduk yang dapat merusak mangrove
Jumlah Jawaban Responden
Persentase (%)
1
Konversi Lahan ( pertambakan, pembangunan, pemukiman)
49
39.52
a.
2
Pertambangan
16
12.90
3
Pencemaran Pemanfaatan mangrove untuk kebutuhan seharihari (kayu) Total
25
20.16
Tabel 12. Hasil determinasi (R2) deDeterminasi (R2)
34
27.42
124
100
4
Pengaruh Aktivitas Penduduk Terhadap Kerusakan HutanMangrove
Kerusakan Hutan Mangrove yang terjadi di Kampung Lama Dompak dapat disebabkan oleh aktivitas penduduk. Dapat dilihat dari jenis mangrove yang ditemukan telah mengalami pengurangan hanya ditemukan sebanyak 7 jenis hutan mangrove. Dalam penelitian
Koefisien
b
Model
Berdasarkan tabel 10. Jenis yang paling dominana menyebabkan kerusakan adalah konversi lahan dengan persentase 39.52 %. Sedangkan yang paling sedikit menyebabkan kerusakan hutan mangrove adalah jenis pertambangan dengan nilai persentase yaitu 12.90%
Uji
Model Summary
Sumber: Data Primer (2016)
5.
Pengujian koefisien Determinasi (R2)
R
R Squar e
Adjusted Std. Error R Square of the Estimate
.99 .985 .969 80.41131 a 2 a. Predictors: (Constant), aktivitaspenduduk 1
b. Dependent Variable: kerusakanmangrove
Sumber: Data Primer yang diolah versi SPSS 21.0 Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,969 atau sebesar 96,9 % yang dihitung menggunakan SPSS 21.0. Hal ini menunjukkan bahwa persentase pengaruh variabel independent yaitu aktivitas penduduk terhadap kerusakan hutan mangrove sebagai variabel dependent sebesar 96,9 %. Berdasarkan Interpretasi Koefisien Determinasi yang dikemukakan oleh Nurgana, 1993 dalam Kurnia, 2014 “jika R264% artinya terjadi hubungan
yang tinggi sekali antara variabel independent (aktivitas penduduk) dengan variabel dependent (kerusakan hutan mangrove) Sedangkan sisanya 3,1 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam model penelitian ini 6.
Upaya Pelestarian Ekosistem Hutan Mangrove
Untuk memulihkan kembali ekosistem hutan mangrove yang rusak yang terjadi di Kampung Lama Dompak yang disebabkan oleh aktivitas penduduk harus dilakukan upaya pelestarian guna menjaga kelestarian ekosistem hutan mangrove. Salah satu bentuk upaya pelestarian ekosistem hutan mangrove yang bisa dilakukan di daerah penelitian tersebut dengan cara rehabilitasi dengan tujuan untuk memulihkan kembali kondisi yang rusak yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah/setempat dan penduduk juga harus ikut berpartisipasi dalam membantu pemerintah. Berdasarkan UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 Pasal 43 tentang kehutanan bahwa dalam kaitan kondisi hutan mangrove yang rusak pada setiap orang yang mengelola atau memanfaatkan hutan mangrove wajib melaksanakan rehabilitas untuk tujuan perlindungan konservasi.
KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis di Kampung Lama Dompak, maka dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut : 1. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 201 Tahun 2004 tentang kriteria baku kerusakan hutan mangrove bahwa kerapatan dan persentase tutupan mangrove pada stasiun II dan III yaitu lokasi yang tidak ada penduduk termasuk kategori jarang/rusak. Sedangkan pada stasiun I lokasi yang tidak ada penduduk hutan mnagrove nya termasuk kategori sangat padat. 2. Jenis aktivitas penduduk yang dapat merusak ekosistem mangrove yaitu konversi lahan (pertambakan, pembangunan, pemukiman) dengan nilai persentase 39,52%, pertambangan yaitu 12,90%, pencemaran yaitu 20,16% dan pemanfaatan mangrove yaitu 27,42%. Dengan demikian, aktivitas yang lebih dominan menyebabkan kerusakan hutan di daerah Kampung Lama Dompak yaitu jenis konversi lahan. 3. Aktivitas penduduk di Kampung Lama Dompak sangat berpengaruh terhadapat kerusakan hutan mangrove. Dapat dilihat dari jenis mangrove yang ditemukan berkurang (hanya ditemukan 7 jenis mangrove). Kerapatan pohon dan persen tutupan menurun. Sedang kan
kualitas lingkungan perairannya termasuk kategori rusak ringan dan belum melebihi ambang batas. Selain itu, salah satu bentuk upaya pelestarian ekosistem hutan mangrove yang bisa dilakukan di daerah penelitian tersebut dengan cara rehabilitasi dengan tujuan untuk memulihkan kembali kondisi yang rusak yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah/setempat dan penduduk juga harus ikut berpartisipasi dalam membantu pemerintah. B. Saran Diharapkan kepada pemerintah setempat agar dapat bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk melakukan upaya pelestarian ekosistem mangrove. karena upaya pengalihfungsian lahan mangrove yang terjadi Kampung Lama Dompak perlu di seimbangkan dengan adanya upaya pelestarian hutan mangrove agar fungsi hutan mangrove secara fisik, biologis dan sosial ekonomis tetap terjaga dan bersifat berkelanjutan. DAFTAR PUSAKA Bahri, Andi Faizal. 2010. Analisis Kandungan Nitrat dan Fosfat Pada Sedimen Mangrove Yang Termanfaatkan di Kec. Mallusetasi Kab. Barru. (http://andifaizalbahriskel.blogsp ot.co.id/2010/11/analisis-nitratdan-fosfat-pada-sedimen.html, diakses 15 Februari 2015)
Bonagung. 2011. Penentuan Oksigen Terlarut. http://scribd.com/doc/. (Diakses pada 22 November 2015) Darmadi. 2012. Struktur Komunitas vegetasi mangrove Berdasarkan Karakteristik Substrat di Muara Harmin Desa Cangkring kecamatan Cantigi Kabupaten Indramayu. Jurnal. Indramayu: Alumni Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Padjadjaran Desriana. 2015. Kajian Potensi Ekosistem Mangrove Untuk Pengebangan Ekowisata Mangrove Di Desa Kuala Sempang Kecamatan Seri Kuala Lobam Kabupaten Bintan. Skripsi. Bintan: Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Ilmu Kelautan dan perikanan UMRAH. Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya Dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Jakarta Fadlan, Mohammad. 2010. Aktivitas Ekonomi Penduduk terhadap Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove di KelurahanBagan Deli Kecamatan Medan Belawan. Jurnal. Medan: Universitas Sumatera Utara. Harahab, Nurdin. 2010. Penilaian Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove & Aplikasinya dalam Perencanaan Wilayah Pesisir. Graha Ilmu. Yogyakarta
Hutabarat, S.E. 1985. Pengantar Oceanografi. UI Press. Jakarta. Irwanto. 2008. Irwantoshut.com. Hutan Mangrove dan Manfaatnya, (http://www.irwantoshut.com/pe nelitian/hutan_mangrove/, diakses pada 22 November 2015). Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004 Tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove. Kementerian Lingkungan Hidup. Jakarta Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut. Kementerian Lingkungan Hidup. Jakarta Kurnia, Asep Putra. 2014. Kontribusi nilai praktik kerja industri terhadap nilai uji kompetensi siswa SMKN I Sumedang. Jurnal. Sumedang: Universitas Pendidikan Indonesia Kustanti, Asihing. 2011. Manajemen Hutan Mangrove. IPB Press. Bogor Lestari, Febrianti. 2013. Identifikasi Kondisi Ekosistem Mangrove di Wilayah Pesisir Pulau Dompak. volume 23 (Nomor 23 Mei 2013)
M. Ghufran H. Kordi K. 2012. Ekosistem Mangrove Potensi, Fungsi, dan Pengeloaan. PT.Rineka Cipta. Jakarta. Nontji, Anugerah. 2005. Laut Nusantara. Cetakan Keempat. Djambatan. Jakarta Nontji. A. 2007. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. Rahman. 2013. Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove Di Desa Dongko Kecamatan Dampal Selatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2007- 2012. Jurnal. Tolitoli: Universitas Tadulako Rahmawaty, 2006. Upaya Pelestarian Mangrove Berdasarkan Pendekatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. Saparinto, C. 2007. Pendayagunaan Ekosistem Mangrove. Dahara Prize. Semarang Surya, Bharata. 2015. Struktur Komunitas Mangrove Di Perairan Kampung Kelam Pagi Keurahan Dompak Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang. Skripsi. Tanjungpinang: Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Ilmu Kelautan dan perikanan UMRAH. Taro
Yamane. 1962. (https://virtualyuni.wordpress.co m/2011/03/08/chapter-4-metodepenelitian/, diakses pada 22 November 2015)
Taty. 2009. Oksigen Terlarut. http://tatyalfiyah.file.wordpress.c om/2009/do.mhs.pdf. (Diakses 10 Februari 2015) Vedca. 2009. Teknologi Pengelolaan Kualitas Air. http://sith.ttb.ac.id/d4.pdf (Daikses pada 10 Februari 2015) Wibisono, M.S. 2005. Pengantar ilmu kelautan. PT Grasindo. Jakarta