PENGARUH ARUS KAS OPERASI DAN KEBIJAKAN PENDANAAN TERHADAP

Download bertujuan untuk menguji pengaruh arus kas operasi dan kebijakan pendanaan baik secara simultan maupun parsial terhadap keputusan perusahaan...

0 downloads 403 Views 868KB Size
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)

PENGARUH ARUS KAS OPERASI DAN KEBIJAKAN PENDANAAN TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI OTOMOTIF Emanuel Tani Tuga [email protected] Bambang Suryono Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT Investment can be done with the purpose of expansion or to place of excess funds in the company that will be expected to provide additional revenue for the company as well as provide a high return for investors. The purpose of this research is to examine the influence of operating cash flow and funding policy both partially and simultaneously to the company decision to invest. The samples are LQ-45 companies in Indonesia Stock Exchange. The data are financial statement from 2009 to 2012. The multiple linear regressions analysis which is examined is by using t test and F test are used as the analysis technique in this research.Based on F test result it is found that significant value is < 0.05 that is 0,026 so the entire independent variables of operating cash flow and funding policy simultaneously have an influence to the investment decision. Based on t test result it is found that operating cash flow partially has significant influence to the investment decision since its significant value is < 0.05 that is 0,008. While the funding policy partially has no significant influence to the investment decision since its significant value is > 0.05 that is 0,219. Keywords: operating cash flow, funding, investment ABSTRAK Investasi dapat dilakukan dengan tujuan ekspansi atau untuk menempatkan kelebihan dana yang ada dalam perusahaan yang nantinya diharapkan dapat memberikan pendapatan tambahan bagi perusahaan serta memberikan return yang tinggi bagi investor. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh arus kas operasi dan kebijakan pendanaan baik secara simultan maupun parsial terhadap keputusan perusahaan untuk berinvestasi. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari tahun 2009 sampai 2012. Teknik analisis yang digunakan analisis regresi linear berganda yang diuji dengan uji F dan uji t. Berdasarkan hasil uji F diketahui bahwa nilai signifikansi < 0,05 yaitu 0,026 sehingga keseluruhan variabel bebas arus kas operasi dan kebijakan pendanaan secara simultan berpengaruh terhadap keputusan investasi. Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa arus kas operasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan investasi karena nilai sig < 0,05 yaitu sebesar 0,008. Sedangkan kebijakan pendanaan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan investasi karena nilai sig > 0,05 yaitu sebesar 0,219. Kata kunci: arus kas operasi, pendanaan, investasi PENDAHULUAN Aktivitas investasi merupakan unsur penting dari operasi perusahaan, di mana penilaian kinerja perusahaan mungkin sebagian besar atau seluruhnya bergantung pada hasil yang dilaporkan dari aktivitas investasi. Investasi dapat dilakukan dengan tujuan ekspansi atau untuk menempatkan kelebihan dana yang ada dalam perusahaan yang nantinya diharapkan dapat memberikan pendapatan tambahan bagi perusahaan serta memberikan return yang tinggi bagi investor.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)

2 Dalam mengatur perpaduan sumber modal dana mana yang akan diambil untuk mendanai investasinya, maka diperlukan suatu pertimbangan-pertimbangan tertentu dari perusahaan. Salah satu variabel yang digunakan sebagai proksi kebijakan perusahaan adalah kebijakan pendanaan. Pendanaan perusahaan dapat diperoleh dari sumber dana internal (intern financing) dari dalam perusahaan sendiri yang berasal dari dalam operasional perusahaan berupa laba ditahan (retained earning) atau juga dapat berasal dari dana external (extern financing) yang dapat diperoleh dari hutang jangka panjang (long term debt) dan dari penerbitan saham baru (issuing new stock). Dari peningkatan nilai pembiayaan yang diberikan oleh perusahaan pembiayaan sebagai sektor keuangan non bank, dan tren naik yang juga ditunjukkan oleh sektor perbankan dalam penyaluran kredit, menunjukkan bahwa kebijakan pendanaan mempunyaperanan penting dalam sektor riil yang memberikan 1 kemudahan bagi pengusaha untuk menjalankan usahanya. Terkait dengan aktivitas investasi, kenaikan investasi memungkinkan timbulnya arus kas masa depan yang lebih tinggi apabila kinerja perusahaan baik. Sebaliknya, apabila kinerja perusahaan rendah kenaikan investasi menyebabkan kenaikan resiko investasi yang berakibat pada penurunan arus kas masa depan. Dalam proses pengambilan keputusan investasi, manajemen, pemegang saham maupun investor perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dan setara kas, perolehan, serta penggunaanya dalam satu periode tertentu yang secara terperinci dapat dilihat dalam laporan arus kas. Arus kas dari aktivitas operasi diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan. Arus kas dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah aktivitas operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Komponen arus kas operasi ini yang dapat digunakan untuk menilai peluang investasi. Jika kas bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi tinggi, berarti perusahaan mampu menghasilkan kas yang mencukupi secara internal dari operasi untuk membayar kewajibannya tanpa harus meminjam dari luar. Sebaliknya, jika jumlah kas bersih yang dihasilkan oleh aktivitas operasi rendah atau negatif, berarti perusahaan tidak mampu menghasilkan kas yangmemadai secara internal dari operasinya. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) apakah arus kas operasi dan kebijakan pendanaan secara simultan berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk berinvestasi?; dan (2) apakah arus kas operasi dan kebijakan pendanaan secara parsial berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk berinvestasi? Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui apakah arus kas operasi dan kebijakan pendanaan secara simultan berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk berinvestasi; dan (2) untuk mengetahui apakah arus kas operasi dan kebijakan pendanaan secara parsial berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk berinvestasi. TINJAUAN TEORETIS Arus Kas Arus kas (cash flow) adalah suatu laporan keuangan yang berisikan pengaruh kas dari kegiatan operasi, kegiatan transaksi investasi dan kegiatan transaksi pendanaan serta kenaikan atau penurunan bersih dalam kas suatu perusahaan selama satu periode. Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2) mendefinisikan arus kas sebagai arus kas masuk dan arus keluar kas atau setara kas. Kas terdiri atas saldo kas (cash on hand) dan rekening giro. Sedang setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sangat liquid, berjangka pendek, dan yang dengan

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)

3 cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan. Menurut Soemarso (2005:338) laporan arus kas didefinisikan sebagai laporan arus kas adalah laporan yang mengikhtisarkan sumber kas yang tersedia untuk melakukan kegiatan perusahaan serta penggunaannya selama satu periode tertentu. Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2) mengungkapkan tujuan laporan arus kas memberi informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi maupun pendanaan selama periode tertentu. Laporan arus kas ini memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas dari perusahaan dari suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi berdasarkan pada kegiatan operasi, investasi dan pendanaan. Deanta (2009:106) mengatakan bahwa dengan proyeksi cash flow dapat menentukan jenis atau struktur pendanaan. Hal ini dapat dilakukan dengan memisahkan seluruh pendapatan dan pengeluaran menjadi dua golongan yaitu: (1) Operating cash flow, yaitu seluruh aktivitas yang berhubungan dengan operasi perusahaan sehari-hari misalnya pendapatan operasional atau penjualan, penagihan piutang usaha, pembelian bahan dan sebagainya. (2) Non operating cash flow, yaitu aliran kas yang tidak dipakai untuk kegiatan operasional bisnis sehari-hari misalnya penjualan aktiva tetap, penjualan aktiva tetap dan sebagainya. Deanta (2009:107) juga mengatakan bahwa pembiayaan aktiva sebaiknya dipisah, jika aktiva tetap yang dibiayai, maka pinjaman yang diberikan pinjaman jangka panjang, sedangkan aktiva yang dibiayai adalah aktiva operasional pembiayaan sebaiknya dengan menggunakan pinjaman jangka pendek. Kompenen arus kas Variabel arus kas dalam penelitian ini dilihat pada laporan arus kas suatu perusahaan dalam laporan keuangan tahunan. Laporan arus kas tersebut banyak memberikan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dan kondisi likuiditas perusahaan dimasa yang akan datang, laporan arus kas ini juga memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan pada suatu periode tertentu dengan mengklasifikasikan transaksi pada kegiatan operasi, investasi dan pendanaan. Di dalam PSAK (2009:10) juga disebutkan bahwa perusahaan menyajikan arus kas dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan dengan cara yang paling sesuai dengan bisnis perusahaan tersebut. Klasifikasi menurut aktivitas memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna lpaoran keuangan untuk menilai pengaruh aktivitas tersebut terhadap posisi keuangan perusahaan serta terhadap jumlah kas dan setara kas. Informasi tersebut dapat juga digunakan untuk mengevaluasi hubungan diantara ketiga aktivitas tersebut. Untuk menentukan arus kas apa saja yang masuk dalam golongan operasional, investasi dan pendanaan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Arus kas Aktivitas operasional Arus Kas dari aktivitas operasi merupakan kas masuk dan kas keluar yang terkait dengan pendapatan dan biaya yang dilaporkan dalam laporan laba rugi. Arus kas ini diperoleh dari aktivitas operasi/penghasil utama pendapatan perusahaan. Kegiatan operasi perusahaan mencakup: (1) Arus kas masuk dari penjualan barang, pemberian layanan, pendapatan deviden dan pedapatan bunga; dan (2) Arus kas keluar untuk persediaan, gaji, pengeluaran pajak, pengeluaran bunga dan pengeluaran lainnya. Jadi arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan. Menurut PSAK dalam IkatanAkuntan Indonesia (2009:25)

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)

4 menyatakan bahwa jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan salah satu indikator yang menentukan apakah operasi entitas dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi entitas, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Di samping itu, arus kas operasi pada umumnya berasal dari transaksi yang mempengaruhi penetapan laba bersih perusahaan. Kieso, Weygant, Warfield (2002:242) menyatakan bahwa arus kas dari aktivitas operasi diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan. Jika kas bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi tinggi, berarti perusahaan mampu menghasilkan kas yang mencukupi secara internal dari operasi untuk membayar kewajibannya tanpa harus meminjam dari luar. Sebaliknya, jika jumlah kas bersih yang dihasilkan oleh aktivitas operasi rendah atau negatif, berarti perusahaan tidak mampu menghasilkan kas yang memadai secara internal dari operasinya. 2. Arus kas Aktivitas Investasi Arus kas dari aktivitas investasi merupakan kas masuk dan kas keluar yang terkait dengan pembelian dan penghentian aset produktif jangka panjang dan investasi dalam surat berharga di perusahaan lain. Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah penting karena arus kas tersebut mencerminkan pengeluaran yang telah terjadi untuk sumber daya yang telah dimaksudkan menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Kegiatan investasi ini mencakup: (1) arus kas masuk dari penjualan aktiva tetap, aktiva tak berwujud, aktiva jangka panjang dan penagihan pinjaman yang diberikan perusahaan; dan (2) arus kas keluar dari pembelian aktiva tetap, pemberian pinjaman kepada pihak lain, pembelian investasi jangka panjang, dan pembayaran untuk aktiva yang digunakan dalam kegiatan produktif. Jadi arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan penggunaan sumber daya yang diperoleh perusahaan yang ditujukan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. 3. Arus Kas Aktivitas Pendanaan Arus kas dari aktivitas pendanaan meliputi penukaran kas dengan kreditor (pemberi pinjaman) dan pemilik (pemegang saham). Sedangkan menurut Kieso, Weygandt, and Warfield (2011:1243), aktivitas pendanaan meliputi item hutang dan ekuitas dan termasuk di dalamnya perolehan kas dari kreditor dan pembayaran kembali sejumlah pinjaman tersebut dan perolehan modal dari pemilik dan memberikan mereka pengembalian investasi. Perusahaan dalam penyajian laporan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan dapat mengklasifikasikannya dengan cara yang dianggap paling sesuai dengan bisnis perusahaan tersebut. Tujuan klasifikasi menurut aktivitas ini adalah untuk memberi informasi yang paling akurat bagi pemakai laporan keuangan untuk menilai aktivitas tersebut terhadap posisi keuangan perusahaan, selain itu juga dapat digunakan untuk menilai hubungan antara ketiga aktivitas tersebut. Kebijakan Pendanaan Kebijakan pendanaan merupakan salah satu kunci dalam menentukan nilai perusahaan. Kebijakan pendanaan dalam menentukan struktur modal bertujuan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan, karena nilai perusahaan merupakan cerminan dari kinerja aktivitas-aktivitas bisnis yaitu: kemampuan manajemen pendanaan dalam menentukan target struktur modal (aktivitas pendanaan), kemampuan manajemen investasi dalam mengaktifkan penggunaan aktiva (aktivitas investasi) dan kemampuan manajemen operasi dalam mengefisiensikan proses produksi dan distribusi (aktivitas operasi). Kebijakan pendanaan yang baik akan meningkatkan nilai perusahaan apabila manajemen perusahaan

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)

5 mampu menggunakan sumber-sumber ekonomi yang mereka miliki dengan efektif dan efesien. Besar kecilnya investasi yang dilakukan oleh perusahaan akan berpengaruh pada komposisi (struktur) pendanaan perusahaan. Pendanaan perusahaan dapat berasal dari modal sendiri (ekuitas) atau hutang. Modal sendiri dapat diperoleh dari internal berupa laba ditahan maupun eksternal perusahaan berupa saham. Menurut Sawir (2004:2) struktur modal merupakan komposisi pendanaan permanen perusahaan, yaitu bauran pendanaan jangka panjang perusahaan. Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan di mana struktur keuangan mencerminkan kebijakan manajemen perusahaan dalam mendanai aktivanya. Penentuan struktur modal, yang menyangkut bauran pendanaan yang berasal dari modal sendiri dan utang yang akan digunakan oleh perusahaan pada akhirnya menyangkut penentuan berapa banyak utang (leverage keuangan) yang akan digunakan oleh perusahaan dalam mendanai aktivanya. Leverage (pengungkit) adalah setiap penggunaan dana yang membawa konsekuensi biaya dan beban tetap. Jika perusahaan menggunakan utang, berarti memiliki kewajiban tetap untuk membayar bunga atas utang yang diambil dalam rangka pendanaan perusahaan. Salah satu rasio solvabilitas adalah Debt to Equity Ratio (DER), yaitu suatu perbandingan antara nilai seluruh hutang (total debt) dengan total ekuitas. Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang. Informasi Debt to Equity Ratio (DER) diperlukan oleh pemegang saham apabila terdapat penurunan dalam DER menunjukkan bahwa sebagian besar investasi yang dilakukan oleh perusahaan harus didanai dari equitas pemegang saham. Penelitian terdahulu yang menunjukkan adanya interdependensi antara keputusan pendanaan dengan keputusan investasi adalah penelitian Purnamasari, Kurniawati dan Silvi (2009) yang menunjukkan bahwa keputusan pendanaan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap keputusan investasi. Keputusan Investasi dan Set Kesempatan Investasi Keputusan investasi merupakan keputusan yang menyangkut pengalokasian dana yang berasal dari dalam maupun dana yang berasal dari luar perusahaan pada berbagai bentuk investasi. Keputusan investasi mempunyai dimensi waktu yang panjang, sehingga keputusan yang diambil harus dipertimbangkan dengan baik karena mempunyai konsekuensi berjangka panjang pula. Menurut Sunariyah (2006:4), investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapat keuntungan dimasa yang akan datang. Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu perusahaan yang mempunyai kelebihan dana. Investasi dalam arti luas terdiri dari dua bagian utama, yaitu: (1) investasi dalam bentuk aktiva riel (real asset) yang berarti aktiva berwujud seperti emas, perak, intan, barang-barang seni dan real estate, (2) investasi dalam bentuk surat-surat berharga atau sekuritas (marketable securitas atau financial assets). Kesempatan investasi/Investment Opportunity Set (IOS) merupakan keputusan investasi dalam bentuk kombinasi antara aktiva yang dimiliki (asset in place) dan pilihan investasi yang akan datang dengan NPV positif. IOS merupakan nilai perusahaan yang besarnya tergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa yang akan datang, yang pada saat ini merupakan pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih besar. IOS merupakan sesuatu yang melekat dan bersifat unsorvable, oleh karenanya dibutuhkan adanya proksi. Nilai IOS dapat dihitung dengan

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)

6 kombinasi berbagai jenis proksi yang mengimplikasikan nilai aktiva di tempat (berupa nilai buku aktiva, ekuitas maupun perusahaan) dan nilai kesempatan bertumbuh suatu perusahaan di masa depan (berupa nilai pasar perusahaan). Proksi kesempatan investasi yang telah digunakan oleh para peneliti secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis utama yaitu proksi berdasarkan harga (price-based proxies), proksi berdasarkan investasi (investment-based proxies) dan proksi berdasarkan varians (variance measures). Pengembangan Hipotesis Pengaruh Arus Kas Operasi terhadap Keputusan Investasi Laporan arus kas memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas dari sebuah perusahaan selama periode tertentu. Laporan jenis ini mulai dianggap informatif karena menyajikan historis tentang arus kas. Informasi yang terdapat dalam laporan arus kas juga dapat memberikan gambaran untuk memprediksi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan arus kas dimasa yang akan datang dengan membandingkan laporan arus kas selama beberapa periode. Laporan laba rugi yang disusun berdasarkan dasar akrual (accrual basis) yang memungkinkan pelaporan pendapatan dan beban walaupun belum ada kas yang masuk atau keluar. Oleh karena itu, perusahaan dapat melaporkan laba yang tinggi dengan berdasarkan konsep ini. Sedangkan Laporan arus kas disusun berdasarkan dasar kas (cash basis). Berdasarkan prinsip ini, pendapatan dan beban diakui bila sudah ada uang masuk atau keluar. Dengan demikian laba tidak dapat ditentukan berdasarkan penerimaan kas yang belum ada. Sehingga laporan arus kas menyajikan perputaran kas yang real. Dengan demikian laporan arus kas mengatasi keterbatasan yang terdapat pada dasar akrual yang disajikan oleh laporan laba rugi. Jadi, laporan ini sangat dibutuhkan oleh investor dan kreditor sebelum mengambil keputusan investasi. Kemampuan arus kas dalam memprediksi arus kas masa depan juga diteliti oleh Palupi (2009) di mana hasil penelitian menunjukkan bahwa arus kas operasi memiliki kemampuan prediksi yang lebih baik terhadap arus kas operasi perusahaan satu tahun kedepan. Selain itu hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kebutuhan informasi investor dapat dipenuhi oleh arus kas, bukan laba akuntansi karena laba sangat rentan terhadap praktek manipulasi dan perubahan metode akuntansi. Kenaikan investasi memungkinkan timbulnya arus kas masa depan yang lebih tinggi apabila kinerja perusahaan baik. Namun sebaliknya, apabila kinerja perusahaan rendah kenaikan investasi akan menyebabkan kenaikan resiko investasi yang berakibat pada penurunan arus kas masa depan. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, investor maupun pemegang saham perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas atau setara kas serta kepastian perolehannya yang dapat dilihat dalam laporan arus kas. Laporan arus kas menyediakan informasi tentang aliran kas dari kegiatan operasi, investasi, dan pendanaan perusahaan. Analisa terhadap laporan arus kas merupakan salah satu perangkat analisa khusus yang dapat digunakan dalam mengevaluasi keputusan kredit dan investasi karena analisa ini difokuskan pada hubungan likuiditas maupun solvabilitas. Analisa terhadap laporan arus kas dapat dilakukan dengan menggunakan rasio arus kas. Arus kas dari aktivitas operasi diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan. Hal ini berarti jika kas bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi tinggi, berarti perusahaan mampu menghasilkan kas yang mencukupi secara internal dari operasi untuk membayar seluruh kewajibannya tanpa harus meminjam dari luar. Salah satu rasio arus kas yang diharapkan dapat membantu para investor dalam mengambil keputusan investasi yang berhubungan dengan penggunaan arus kas operasi adalah rasio kecukupan arus kas. Melalui rasio ini dapat dilihat kecukupan arus kas yang diperoleh perusahaan dari aktivitas operasi untuk memenuhi kebutuhan pihak luar yaitu investor dan kreditor dalam

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)

7 membayar dividen dan hutang jangka panjang, dan juga kecukupan arus kas untuk peningkatan kegiatan operasi. Berdasarkan pemikiran teoritis diatas, maka arus kas operasi perusahaan mempunyai pengaruh yang positif terhadap keputusan berinvestasi. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1 : Arus kas operasi perusahaan memiliki pengaruh terhadap keputusan untuk berinvestasi. Pengaruh Kebijakan Pendanaan terhadap Keputusan Investasi Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan. Bagaimana nantinya perusahaan akan mendanai investasinya, apakah dana yang digunakan berasal dari intern perusahaan atau berasal dari eksternal perusahaan. Dalam mengatur perpaduan sumber modal mana yang akan diambil, maka diperlukan suatu pertimbangan-pertimbangan tertentu dari perusahaan. Hubungan kausal antara kebijakan pendanaan dan keputusan investasi perusahaan didasarkan pada teori agensi. Teori agensi yang dikembangkan oleh Jensen (1986) menjelaskan bahwa penggunaan utang untuk investasi dapat mengurangi biaya keagenan dari arus kas bebas dan memotivasi manager untuk bekerja lebih disiplin sehingga penggunaan faktor-faktor produksi menjadi lebih produktif. Hipotesis dari teori agensi juga menyatakan bahwa utang dapat memotivasi manager untuk menjadi efisien sehingga penggunaan aktiva perusahaan menjadi lebih produktif. Berdasarkan pemikiran teoritis diatas, maka kebijakan pendanaan perusahaan mempunyai pengaruh yang positif terhadap keputusan berinvestasi. Hubungan kausal antara kebijakan pendanaan dan keputusan investasi dapat dijelaskan pula oleh Teori Pecking Order. Teori ini tidak mengindikasikan target struktur modal. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan investasi. Teori ini menjelaskan mengenai urutan preferensi dalam penggunaan dana. Skenario menurut Pecking Order Theory yaitu: perusahaan memilih pendanaan internal, perusahaan cenderung memiliki rasio pembayaran dividen relatif tetap, dan jika pendanaan eksternal dibutuhkan maka diawali dengan utang, dan sebagai pilihan terakhir adalah saham. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H2 : Kebijakan pendanaan berpengaruh terhadap keputusan investasi METODA PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran Obyek Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif. Pendekatan penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat statistik/kuantitatif dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang ditetapkan (Sugiyono, 2011:8). Gambaran dari populasi (objek) penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik Pengambilan Sampel Populasi adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya akan diduga. Adapun populasi dalam penelitian ini yaitu semua perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 45 perusahaan. Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki, jumlah elemen dalam sampel lebih sedikit daripada elemen populasi. Dalam penelitian ini sampel diambil secara purposive sampling, yaitu pemilihan sampel yang didasarkan atas kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah: (1)

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)

8 perusahaan manufaktur yang telah dan masih tercatat (listed) di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 sampai 2012; (2) perusahaan masuk dalam kelompok saham LQ45; (3) perdagangan saham emiten tidak pernah disuspensi atau dinonaktifkan selama lebih dari satu bulan; (3) laporan keuangan perusahaan sampel tidak menunjukkan adanya saldo total ekuitas yang negatif (-) dan tidak memiliki arus kas yang negatif (-); (4) perusahaan dengan data laporan keuangan lengkap, dan laporan arus kas yang disajikan menggunakan metode langsung; dan (5) perusahaan yang menggunakan periode laporan keuangan per 31 Desember. Sehingga dalam penelitian ini diambil sebanyak 45 perusahaan sebagai sampel penelitian. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan berasal dari dokumentasi yang diperoleh dari laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan laba-rugi perusahaan manufaktur yang masuk dalam kelompok saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu tahun 2009 sampai 2012, serta data lainnya berupa sejarah, profil dan ruang lingkup usaha dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM), serta dari situs www.idx.co.id, Indonesian Stock Exchange (IDX) dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) Variabel dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel independen yaitu a. Arus Kas Operasi Variabel arus kas operasi ini dapat dinilai dengan analisa rasio kecukupan arus kas yang dirumuskan sebagai berikut: Jumlah Arus Kas Operasi AKO = Kewajiban Lancar Rasio ini memberikan informasi besarnya arus kas operasi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pihak luar, yaitu investor dan kreditur untuk membayar dividen dan hutang, serta pembelian aktiva untuk peningkatan kegiatan operasi. Semakin besar rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban internal dan externalnya, sehingga semakin besar rasio ini semakin besar pula kemungkinan perusahaan memutuskan untuk berinvestasi. b. Kebijakan Pendanaan Salah satu variabel yang digunakan sebagai proksi kebijakan perusahaan untuk kebijakan pendanaan adalah leverage keuangan. Tinggi rendahnya leverage keuangan dalam penelitian ini diukur menggunakan rasio solvabilitas yang dirumuskan dengan: Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio menunjukkan semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham (Darsono dan Ashari, 2005:54). DER dapat dihitung dengan rumus: Total Kewajiban DER = Total Ekuitas 2. Variabel dependen yaitu keputusan investasi Keputusan investasi dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan ratio Tobin’s Q. Tobin’s Q dapat dihitung dengan menggunakan rumus: MVE + DEBT Tobin’s Q = TA Keterangan: MVE = Harga penutupan saham akhir tahun buku x jumlah saham beredar DEBT = (Total Hutang – Aktiva Lancar) + Nilai Buku Persediaan TA = Total Asset

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)

9

Teknik Analisa Data Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya pengaruh antara arus kas operasi dan kebijakan pendanaan sebagai variabel independent (bebas) terhadap keputusan investasi sebagai variabel dependent (terikat). Rumus regresi linier berganda menurut Sugiyono (2011:192) adalah sebagai berikut: Tobins’Q = a + b1 AKO + b2 DER Keterangan: Tobins’Q = Keputusan investasi a = Konstanta b1, b2 = Koefisien variabel bebas (koefisien regresi) AKO = Arus kas dari aktivitas operasi DER = Kebijakan pendanaan yang diukur dengan debt to equity ratio 2. Uji Asumsi Klasik Uji melihat layak atau tidaknya model regresi yang digunakan untuk memprediksi variabel terikat berdasarkan masukan variabel bebasnya, maka model regresi harus terbebas dari beberapa asumsi, antara lain: a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependent dan variabel independent keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dalam penelitian ini dapat dilakukan melalui pendekatan grafik. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk mengidentifikasi hubungan antar variabel independent. Regresi yang baik adalah regresi yang variabel independent -nya tidak memiliki hubungan yang erat atau dengan kata lain tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independent-nya. c. Analisis Autokorelasi Uji autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam model regresi linear berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka diidentifikasi terjadi masalah Autokorelasi. Regresi yang baik adalah regresi yang tidak terjadi Autokorelasi di dalamnya. d. Uji Heteroskedastisitas Uji terhadap adanya Heteroskedastisitas adalah bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari pengamatan satu ke pengamatan yang lain. Jika varians dari pengamatan yang satu ke pengamatan yang lain tetap, maka ini disebut Homoskesdastisitas. Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terjadi Heteroskedastisitas. Santoso (2002:210) mengatakan bahwa jika sebaran titik-titik berada di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas. 3. Uji Hipotesis a. Pengujian Pengaruh Simultan dengan Uji F Uji F dilakukan untuk menguji kesesuaian model regresi linear berganda. Uji ini dilakukan untuk menguji kebenaran hipotesis pertama bahwa terdapat pengaruh simultan antara arus kas operasi dan kebijakan pendanaan terhadap keputusan berinvestasi.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)

10 Kriteria pengujian dengan uji F adalah dengan membandingkan tingkat signifikansi dari nilai F (α = 0,05) dengan ketentuan: (1) jika tingkat signifikansi uji F < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat pengaruh simultan yang signifikan antara arus kas operasi dan kebijakan pendanaan terhadap keputusan berinvestasi; dan (2) jika tingkat signifikansi uji F > 0,05 tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh simultan yang signifikan antara arus kas operasi dan kebijakan pendanaan terhadap keputusan berinvestasi. b. Pengujian Pengaruh Parsial dengan Uji t Uji t dilakukan untuk menguji signifikansi pengaruh parsial antara arus kas operasi dan kebijakan pendanaan terhadap keputusan berinvestasi. Kriteria pengujian dengan uji t adalah dengan membandingkan tingkat signifikansi dari nilai t (α = 0,05) dengan ketentuan: (1) jika tingkat signifikansi uji t < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat pengaruh parsial yang signifikan antara arus kas operasi dan kebijakan pendanaan terhadap keputusan berinvestasi; dan (2) jika tingkat signifikansi uji t > 0,05 tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh parsial yang signifikan antara arus kas operasi dan kebijakan pendanaan terhadap keputusan berinvestasi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Arus Kas Operasi Arus Kas Operasi menurut Darsono dan Ashari (2005:91) dapat dinilai dengan analisa rasio kecukupan arus kas yang dirumuskan sebagai berikut: Jumlah Arus Kas Operasi AKO = Kewajiban Lancar Rasio ini memberikan informasi besarnya arus kas operasi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pihak luar, yaitu investor dan kreditur untuk membayar dividen dan hutang, serta pembelian aktiva untuk peningkatan kegiatan operasi. Hasil perhitungan Arus Kas Operasi dapat disajikan sebagai berikut: Tabel 1 Hasil Perhitungan Arus Kas Operasi Perusahaan 2009 2010 2011 2012 AALI 2,11 2,78 2,15 1,00 ADRO 0,89 0,47 0,91 0,48 ASII 0,42 0,08 0,20 0,16 AKRA 0,24 0,11 0,24 -0,03 ASRI 0,15 0,55 0,60 0,64 BHIT 0,08 0,05 0,23 0,17 BKSL -0,25 -0,22 -0,89 0,67 BMTR 0,08 0,14 0,46 0,69 BSDE 0,15 0,20 0,24 0,04 BUMI 0,11 0,15 0,08 0,09 BWPT 0,34 0,59 0,54 0,27 CPIN 1,02 1,65 0,81 0,78 EXCL 1,28 1,93 0,97 1,03 GGRM 0,41 0,34 -0,01 0,29 HRUM 0,86 0,81 1,43 1,05 ICBP 0,08 0,83 0,73 0,85 IMAS 0,25 -0,28 -0,22 -0,36 INCO 2,37 4,05 1,81 0,48

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)

11 Tabel 1 (Lanjutan) Hasil Perhitungan Arus Kas Operasi Perusahaan 2009 2010 2011 INDF 0,21 0,70 0,39 INTP 1,79 2,51 2,63 ITMG 1,19 0,72 1,30 KLBF 0,87 1,09 0,90 LPKR 0,02 -0,11 0,17 LSIP 1,30 2,22 3,27 MAIN 0,22 0,42 0,13 MAPI 0,21 0,52 0,21 MNCN 0,11 0,15 0,71 MLPL 0,34 0,16 0,08 PGAS 1,86 2,37 3,46 PTBA 2,00 2,17 1,88 PWON 0,24 1,07 0,28 SMCB 1,33 0,78 1,24 SMGR 1,85 1,33 1,53 SSIA -0,11 0,12 0,53 TLKM 1,11 1,36 1,38 UNTR -0,30 -0,01 0,70 UNVR 0,84 0,69 0,84 WIKA 0,26 0,06 0,16 Rata-Rata 0,68 0,86 0,84 Tertinggi 2,37 4,05 3,46 Terendah -0,30 -0,28 -0,89

2012 0,57 2,35 0,95 0,73 0,37 1,78 0,34 0,12 0,93 0,13 2,47 1,25 0,68 1,09 1,16 0,69 1,16 0,56 0,69 0,07 0,69 2,47 -0,36

Sumber: Data diolah peneliti

Berdasarkan tabel 1 tersebut diketahui bahwa pada tahun 2009 nilai rata-rata Arus Kas Operasi adalah sebesar 0,68, Arus Kas Operasi tertinggi dicapai oleh PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO) sebesar 2,37 dan terendah dialami oleh PT United Tractors Tbk (UNTR) sebesar -0,30. Pada tahun 2010 nilai rata-rata Arus Kas Operasi adalah sebesar 0,86, Arus Kas Operasi tertinggi dicapai oleh PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO) sebesar 4,05 dan terendah dialami oleh PT Indomobil Sukses Makmur Tbk (IMAS) sebesar 0,28. Pada tahun 2011 nilai rata-rata Arus Kas Operasi adalah sebesar 0,84, Arus Kas Operasi tertinggi dicapai oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) sebesar 3,46 dan terendah dialami oleh PT Sentul City Tbk (BKSL) sebesar -0,89. Pada tahun 2012 nilai rata-rata Arus Kas Operasi adalah sebesar 0,69, Arus Kas Operasi tertinggi dicapai oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) sebesar 2,47 dan terendah dialami oleh PT Indomobil Sukses Makmur Tbk (IMAS) sebesar -0,36. Kebijakan Pendanaan Kebijakan pendanaan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan leverage keuangan, yaitu rasio Debt to Equity Ratio (DER). DER dapat dihitung dengan rumus: Total Kewajiban DER = Total Ekuitas Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Hasil perhitungan Kebijakan Pendanaan yang diukur dengan DER dapat disajikan sebagai berikut:

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)

12

Tabel 2 Hasil Perhitungan Kebijakan Pendanaan Perusahaan 2009 2010 2011 2012 AALI 0,18 0,19 0,21 0,33 ADRO 1,42 1,18 1,32 1,23 ASII 1,00 1,10 1,03 1,03 AKRA 2,20 2,01 1,29 1,80 ASRI 0,84 1,07 1,16 1,31 BHIT 1,39 0,61 0,55 0,48 BKSL 0,22 0,17 0,15 0,28 BMTR 0,60 0,64 0,40 0,40 BSDE 0,84 0,70 0,55 0,59 BUMI 4,34 4,06 5,64 17,75 BWPT 0,79 1,35 1,52 1,95 CPIN 0,82 0,46 0,43 0,51 EXCL 2,11 1,33 1,28 1,31 GGRM 0,48 0,44 0,59 0,56 HRUM 2,45 0,40 0,31 0,26 ICBP 6,72 0,45 0,42 0,48 IMAS 0,87 0,80 1,54 2,08 INCO 0,28 0,30 0,37 0,36 INDF 2,45 1,34 0,70 0,74 INTP 0,24 0,17 0,15 0,17 ITMG 0,52 0,51 0,46 0,49 KLBF 0,39 0,23 0,27 0,28 LPKR 1,40 1,03 0,94 1,17 LSIP 0,27 0,22 0,16 0,20 MAIN 6,35 2,75 0,68 0,62 MAPI 1,62 1,50 1,46 1,76 MNCN 0,64 0,58 0,29 0,23 MLPL 5,31 1,14 0,76 1,00 PGAS 1,35 1,22 0,81 0,66 PTBA 0,40 0,36 0,41 0,50 PWON 1,94 1,66 1,42 1,41 SMCB 1,18 0,53 0,45 0,45 SMGR 0,26 0,29 0,35 0,46 SSIA 1,79 1,64 1,45 1,91 TLKM 1,25 0,98 0,69 0,66 UNTR 0,76 0,84 0,69 0,56 UNVR 1,85 2,02 1,85 2,02 WIKA 2,65 2,43 2,75 2,89 Rata-Rata 1,58 1,02 0,93 1,34 Tertinggi 6,72 4,06 5,64 17,75 Terendah 0,18 0,17 0,15 0,17 Sumber: Data diolah peneliti

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa pada tahun 2009 nilai rata-rata Kebijakan Pendanaan adalah sebesar 1,58, Kebijakan Pendanaan tertinggi dicapai oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) sebesar 6,72 dan terendah dialami oleh PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) sebesar 0,18. Pada tahun 2010 nilai rata-rata Kebijakan Pendanaan adalah sebesar 1,02, Kebijakan Pendanaan tertinggi dicapai oleh PT Bumi Resources Tbk (BUMI) sebesar 4,06 dan terendah dialami oleh PT Sentul City Tbk (BKSL) sebesar 0,17. Pada tahun 2011 nilai rata-rata Kebijakan Pendanaan adalah sebesar 0,93, Kebijakan Pendanaan tertinggi dicapai oleh PT Bumi Resources Tbk (BUMI) sebesar 5,64 dan terendah dialami oleh PT

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)

13 Sentul City Tbk (BKSL) sebesar 0,15. Pada tahun 2012 nilai rata-rata Kebijakan Pendanaan adalah sebesar 1,34, Kebijakan Pendanaan tertinggi dicapai oleh PT Bumi Resources Tbk (BUMI) sebesar 17,75 dan terendah dialami oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) sebesar 0,17. Keputusan Investasi Keputusan investasi merupakan keputusan yang menyangkut pengalokasian dana yang berasal dari dalam maupun dana yang berasal dari luar perusahaan pada berbagai bentuk investasi. Keputusan investasi mempunyai dimensi waktu yang panjang, sehingga keputusan yang diambil harus dipertimbangkan dengan baik karena mempunyai konsekuensi berjangka panjang pula. Keputusan investasi dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan ratio Tobin’s Q. Tobin’s Q dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: MVE + DEBT Tobin’s Q = TA Keterangan: MVE = Harga penutupan saham akhir tahun buku x jumlah saham beredar DEBT = (Total Hutang – Aktiva Lancar) + Nilai Buku Persediaan TA = Total Asset Hasil perhitungan Keputusan Investasi yang diukur dengan Tobin’s Q dapat disajikan sebagai berikut: Tabel 3 Hasil Perhitungan Keputusan Investasi Perusahaan 2009 2010 2011 2012 AALI 1,34 1,21 0,65 0,63 ADRO 1,57 1,57 0,86 0,62 ASII 0,71 0,77 0,76 0,43 AKRA 0,68 1,38 1,56 1,29 ASRI 0,64 2,94 1,87 1,97 BHIT 0,06 0,37 0,36 0,30 BKSL 0,27 -0,02 1,52 0,97 BMTR 0,15 0,46 0,43 0,98 BSDE 0,47 0,68 0,31 0,64 BUMI 3,97 2,01 1,61 0,85 BWPT 0,70 2,47 1,43 1,79 CPIN 0,76 0,42 1,31 0,97 EXCL 0,61 1,03 0,67 0,84 GGRM 0,48 0,74 0,84 0,78 HRUM 0,27 2,67 2,58 1,95 ICBP 0,60 0,31 0,33 0,30 IMAS 0,46 0,45 0,87 0,64 INCO 0,85 0,97 0,29 0,33 INDF 1,40 0,92 0,56 0,47 INTP 1,26 0,86 0,63 0,40 ITMG 1,77 2,31 1,01 0,85 KLBF 0,65 3,95 1,11 0,51 LPKR 1,12 1,67 1,13 0,70 LSIP 2,21 2,18 0,79 1,05 MAIN 0,39 0,83 1,42 3,39

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)

14 Tabel 3 (Lanjutan) Hasil Perhitungan Keputusan Investasi Perusahaan 2009 2010 2011 MAPI 0,45 1,27 1,51 MNCN 0,07 0,72 0,71 MLPL 0,36 0,20 0,16 PGAS 1,73 1,50 1,08 PTBA 3,20 2,06 0,72 PWON 0,58 1,20 0,71 SMCB 1,29 0,79 0,48 SMGR 0,56 2,27 1,17 SSIA 0,34 0,40 1,65 TLKM 0,87 0,80 0,59 UNTR 1,15 1,16 0,80 UNVR 0,94 1,13 1,40 WIKA 0,27 0,71 0,27 Rata-Rata 0,93 1,25 0,95 Tertinggi 3,97 3,95 2,58 Terendah 0,06 -0,02 0,16

2012 1,47 1,66 0,20 0,74 0,54 0,71 0,56 1,37 1,99 0,62 0,73 1,38 0,66 0,96 3,39 0,20

Sumber: Data diolah peneliti

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa pada tahun 2009 nilai rata-rata Keputusan Investasi adalah sebesar 0,93, Keputusan Investasi tertinggi dicapai oleh PT Bumi Resources Tbk (BUMI) sebesar 3,97 dan terendah dialami oleh PT Bhakti Investama Tbk (BHIT) sebesar 0,06. Pada tahun 2010 nilai rata-rata Keputusan Investasi adalah sebesar 1,25, Keputusan Investasi tertinggi dicapai oleh PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) sebesar 3,95 dan terendah dialami oleh PT Sentul City Tbk (BKSL) sebesar -0,02. Pada tahun 2011 nilai rata-rata Keputusan Investasi adalah sebesar 0,95, Keputusan Investasi tertinggi dicapai oleh PT Harum Energy Tbk (HRUM) sebesar 2,58 dan terendah dialami oleh PT Multipolar Tbk (MLPL) sebesar 0,16. Pada tahun 2012 nilai rata-rata Keputusan Investasi adalah sebesar 0,96, Keputusan Investasi tertinggi dicapai oleh PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) sebesar 3,39 dan terendah dialami oleh PT Multipolar Tbk (MLPL) sebesar 0,20. Outlier Outlier dalam penelitian ini diperlukan untuk mengeliminasi data yang mengganggu penelitian. Outlier dilakukan dengan cara menghitung nilai z-score dari data lalu mengeluarkan data yang mengandung outlier yaitu z-score sebesar < -3 atau > +3. Setelah dilakukan outlier maka jumlah data yang terkena outlier sebanyak 7 data, sehingga jumlah data yang semula 152 data berkurang menjadi 145 data. Analisis Regresi Linear Berganda Regresi linier berganda merupakan suatu persamaan yang menggambarkan hubungan antara dua atau lebih variabel bebas dengan satu variabel terikat. Regresi linier berganda diterapkan pada penelitian ini untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara Arus Kas Operasi dan Kebijakan Pendanaan terhadap Keputusan Investasi, serta mengetahui besar pengaruhnya. Tabel di bawah ini menunjukkan persamaan regresi yang dapat menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antara variabel bebas Arus Kas Operasi dan Kebijakan Pendanaan

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)

15 terhadap Keputusan Investasi serta dapat menginformasikan besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Tabel 4 Koefisien Regresi Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1

B (Constant) AKO DER

,756

Std. Error ,106

,184 ,073

,068 ,059

Standardized Coefficients Beta ,235 ,107

t 7,153

Sig. ,000

2,712 1,233

,008 ,219

a. Dependent Variable: Tobin's Q Sumber: Data diolah peneliti

Dari tabel di atas diperoleh model regresi linier berganda: Tobin’s Q = 0,756 + 0,184 AKO + 0,073 DER. Berdasarkan model regresi di atas dapat dijelaskan bahwa: (1) nilai konstanta sebesar 0,756 menunjukkan bahwa jika variabel bebas Arus Kas Operasi dan Kebijakan Pendanaan sama dengan nol, maka Keputusan Investasi akan sebesar 0,756 satuan; (2) nilai koefisien Arus Kas Operasi sebesar 0,184 menunjukkan bahwa jika Arus Kas Operasi meningkat satu satuan maka akan meningkatkan Keputusan Investasi sebesar 0,184 satuan dengan asumsi variabel bebas yang lain konstan; dan (3) nilai koefisien Kebijakan Pendanaan sebesar 0,073 menunjukkan bahwa jika Kebijakan Pendanaan meningkat satu satuan maka akan meningkatkan Keputusan Investasi sebesar 0,073 satuan dengan asumsi variabel bebas yang lain konstan. Uji Asumsi Klasik Persamaan regresi yang baik harus bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE tersebut maka harus dipenuhi beberapa asumsi klasik yaitu: 1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Modal regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal (Santoso, 2002:212). Untuk mendeteksi normalitas adalah dengan melihat penyebaran data/titik pada sumbu diagonal dari grafik, dasar pengambilan keputusan adalah: (1) jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas; dan (2) jika data menyebar jauh garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Tobin's Q 1,0

Expected Cum Prob

,8

,5

,3

0,0 0,0

,3

,5

,8

Observed Cum Prob

Gambar 1 Uji Normalitas

1,0

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)

16

Dari grafik di atas di ketahui bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal. Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas. Di mana uji ini dihitung dengan menggunakan alat bantu ukur program SPSS. 2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk mengidentifikasi hubungan antar variabel independen (bebas). Regresi yang baik adalah regresi yang variabel bebasnya tidak memiliki hubungan yang erat atau dengan kata lain tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independennya. Ketentuan dalam pengujian ini adalah: (1) jika nilai tolerance < 0,10 dan VIF > 10, maka terdapat korelasi yang terlalu besar di antara salah satu variabel bebas dengan variabel-variabel bebas yang lain (terjadi multikolinearitas); dan (2) jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas. Dari hasil pengolahan data dengan program SPSS diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 5 Nilai Tolerance Dan VIF Variabel Tolerance VIF AKO DER

0,889 0,889

1,125 1,125

Sumber: Data diolah peneliti

Dari dua variabel bebas dan satu variabel moderasi yang ada diketahui memiliki nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10 maka penelitian ini bebas dari Multikolinearitas. 3. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam model regresi linear berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka diidentifikasi terjadi masalah Autokorelasi. Regresi yang baik adalah regresi yang tidak terjadi Autokorelasi di dalamnya. Tabel 6 Nilai Durbin Watson Model Durbin Watson 1 1,751 Sumber: Data diolah peneliti

Untuk mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson (DW) dengan ketentuan menurut Sunyoto (2011:91-92) adalah: (1) terjadi autokorelasi positif jika nilai DW di bawah -2 (DW < -2); (2) tidak terjadi autokorelasi jika nilai DW berada di antara -2 dan +2 atau -2 ≤ DW ≤+2; dan (3) terjadi autokorelasi negatif jika nilai DW di atas +2 atau DW > +2. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa model regresi yang terbentuk tidak terjadi Autokorelasi karena mempunyai angka Durbin Watson di antara di antara -2 dan +2 sebesar yaitu 1,751. 4. Uji Heteroskedastisitas Uji terhadap adanya Heteroskedastisitas adalah bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian residual dari pengamatan satu ke pengamatan yang lain. Jika varians dari pengamatan yang satu ke pengamatan yang lain tetap, maka ini disebut Homoskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terjadi Heteroskedastisitas. Santoso (2002:210) mengatakan bahwa jika sebaran titik-titik berada di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)

17

Scatterplot Dependent Variable: Tobin's Q Regression Studentized Residual

4 3

2

1

0

-1 -2 -3

-2

-1

0

1

2

3

4

Regression Standardized Predicted Value

Gambar 2 Uji Heteroskedastisitas Dari grafik di atas diketahui bahwa titik-titik data tersebar di daerah antara 0 – Y dan tidak membentuk pola tertentu, maka model regresi yang terbentuk diidentifikasi tidak terjadi Heteroskedastisitas. Karena data yang diolah sudah tidak mengandung Heteroskedastisitas, maka persamaan regresi linear berganda yang diperoleh dapat dipergunakan untuk penelitian. Pengujian Hipotesis Pengujian Pengaruh Simultan dengan Uji F Uji signifikansi model dengan uji F digunakan untuk mengetahui apakah model regresi linier berganda yang telah didapatkan telah signifikan (telah sesuai untuk menggambarkan pengaruh simultan variabel bebas terhadap variabel terikat). Uji signifikansi model ini dapat dilihat pada nilai F hitung yang telah diperoleh dari program SPSS sebagai berikut: Tabel 7 Analisis of Varians ANOVAb Model 1

Regression Residual Total

Sum of Squares 2,820 53,532 56,352

df 2 142 144

Mean Square 1,410

F 3,740

Sig. ,026 a

,377

a. Predictors: (Constant), DER, AKO b. Dependent Variable: Tobin's Q Sumber: Data diolah peneliti

Untuk mengetahui variabel-variabel independen berpengaruh secara simultan (bersama) terhadap variabel dependen digunakan uji F dengan tingkat signifikansi α = 0,026. Jika hasil statistik F pada taraf signifikansi ≤ 0,05 berarti variabel-variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap variabel terikat dan sebaliknya. Karena nilai sig < 0,05 yaitu 0,026 < 0,05, maka H0 ditolak, sehingga dapat diambil simpulan bahwa Arus Kas Operasi dan Kebijakan Pendanaan secara simultan berpengaruh terhadap Keputusan Investasi.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)

18

Pengujian Pengaruh Parsial dengan Uji t Uji parsial (uji t) digunakan untuk mengetahui apakah model persamaan regresi telah signifikan untuk digunakan mengukur pengaruh secara parsial variabel bebas Arus Kas Operasi dan Kebijakan Pendanaan terhadap Keputusan Investasi. Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan Program SPSS diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 8 Uji Parsial (Uji t) Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1

(Constant)

B ,756

Std. Error ,106

AKO

,184 ,073

,068 ,059

DER

Standardized Coefficients Beta ,235 ,107

t 7,153

Sig. ,000

2,712 1,233

,008 ,219

a. Dependent Variable: Tobin's Q Sumber: Data diolah peneliti

Prosedur pengujian dilakukan melalui uji t dengan membandingkan tingkat signifikansi dengan alpha (α) = 0,05. Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa: (1) uji parsial antara variabel bebas Arus Kas Operasi terhadap Keputusan Investasi dengan nilai sig = 0,008, karena nilai sig 0,008 < 0,05 maka H0 ditolak, sehingga dapat diambil simpulan bahwa variabel bebas Arus Kas Operasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Investasi; dan (2) uji parsial antara variabel bebas Kebijakan Pendanaan terhadap Keputusan Investasi dengan nilai sig = 0,219, karena nilai sig 0,219 > 0,05 maka H0 ditolak, sehingga dapat diambil simpulan bahwa variabel bebas Kebijakan Pendanaan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Investasi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil beberapa simpulan yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan, yaitu: (1) berdasarkan pengujian diketahui bahwa secara simultan arus kas operasi dan kebijakan pendanaan berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk berinvestasi; dan (2) berdasarkan pengujian diketahui bahwa secara parsial arus kas operasi berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk berinvestasi, sedangkan kebijakan pendanaan tidak berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk berinvestasi. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan yang telah diambil maka saran-saran yang dapat diajukan yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu: (1) peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian berkaitan dengan penelitian ini hendaknya menambah jumlah variabel dalam penelitian; (2) disarankan kepada peneliti selanjutnya hendaknya menambah periode pengamatan yang lebih banyak daripada penelitian ini; dan (3) peneliti selanjutnya untuk menambah jumlah sampel yang lebih banyak daripada penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Darsono dan Ashari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta. Deanta. 2009. Memahami Pos-Pos dan Angka-Angka dalam Laporan Keuangan untuk Orang Awam. Penerbit Gava Media. Yogyakarta.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)

19 Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan Per 1 September 2009. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Kieso, D. E., J. J. Weygant, dan T. W. Warfield. 2002. Akuntansi Intermediate. Edisi Kesepuluh. Jilid 3. Penerbit Erlangga. Jakarta. Palupi, D. 2009. Kemampuan Prediktif Earnings dan Arus Kas dalam Memprediksi Arus Kas Masa Depan. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang. Purnamasari L., S. L. Kurniawati, dan M. Silvy. 2009. Interdependensi antara keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan dividen. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol. 13 No 1:106-119 Sawir, A. 2004. Kebijakan Pendanaan dan Restrukturisasi Perusahaan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Soemarso S. R. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar. Buku Dua Edisi Lima (Revisi). Salemba Empat. Jakarta. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Cetakan ke-13. Penerbit Alfabeta. Bandung. Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan. Yogyakarta. Sunyoto, D. 2011. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Penerbit CAPS. Yogyakarta.