PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN, PROFITABILITAS, DAN

Download 15. PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN,. PROFITABILITAS, DAN PERENCANAAN PAJAK TERHADAP MANAJEMEN. LABA. (Studi Empiris Pada  ...

0 downloads 392 Views 931KB Size
15

PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN, PROFITABILITAS, DAN PERENCANAAN PAJAK TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Otomotif Dan Komponen Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014) Budi Setyawan Universitas Pamulang Harnovinsah Universitas Mercu Buana ABSTRACT This study aimed to analyze the relationship between deferred tax expense, profitability and tax planning to earnings management with leverage as control variables. Measuring earnings management are used in this study determined based approach to conditional revenue model (Stubben, 2010). The study population was manufacturing sub-sectors of automotive and components listed in the Indonesia Stock Exchange in 2010-2014, namely 12 companies using purposive sampling technique. Methods of data analysis using descriptive statistical analysis, test classic assumptions and hypothesis testing. These results indicate that the deferred tax expense, profitability and tax planning have a significant effect simultaneously on earnings management. The test results only partially profitability has a significant effect on earnings management. However, the deferred tax expense and tax planning does not have a significant effect on earnings management. Keyword: conditional revenue model, profitability, earnings management. operasional perusahaan dapat menaikkan dan menurunkan laba perusahaan sesuai

PENDAHULUAN Laba

perusahaan

masih

sangat

diperhitungkan sebagai informasi yang

dengan keinginannya. Moses (1997) menjelaskan bahwa

penting bagi investor dan kreditur serta

perusahaan-perusahaan

pemilik perusahaan. Para investor, kreditor

besar memiliki dorongan yang lebih besar

dan

dapat

untuk

guna

dibandingkan

pemilik

mengestimasi

perusahaan kekuatan

laba

melakukan

yang

berskala

perataan

dengan

laba

perusahaan-

mengukur risiko dalam investasi dan

perusahaan yang berskala kecil karena

kredit. Di sisi lain, laba perusahaan

memiliki biaya politik yang lebih tinggi.

merupakan target rekayasa bagi pihak

Timbulnya

manajemen

adanya ketertarikan pihak media dan

untuk

memaksimumkan

kepuasannya. Dengan memilih kebijakan

konsumen

akuntansi

perusahaan

tertentu,

pihak

manajemen

sebagai pelaksana dan penanggung jawab

Zimmerman

biaya

politik

terhadap yang

profitabilitas

tinggi.

(dalam

disebabkan

Watts

Yulianti,

dan 2004)

16

mengajukan 3 (tiga) hipotesis sehubungan

Fenomena skandal keuangan terjadi

Teori Akuntansi Positif, yaitu bonus plan

di Indonesia. Kasus pertama adalah pada

hypothesis, debt covenant hypothesis dan

tahun 2001, dimana PT Kimia Farma, Tbk

political cost hypothesis. Ketiga hipotesis

melakukan mark-up atas laba bersihnya

tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa

untuk periode 2001 sebesar 32,6 milyar.

standar

Pada saat itu, Kantor Akuntan Publik

akuntansi

menguntungkan

yang

akan

paling

dipilih

oleh

(KAP)

Hans

Tuanakota

melaporkan

inilah yang merupakan dasar pemikiran

milyar, kemudian setelah dilakukan audit

tentang manajemen laba.

ulang pada tanggal 3 Oktober 2002 atas

keuangan

dunia

oleh

permintaan

bersih

Mustofa

manajemen perusahaan. Pola pemikiran

Skandal

laba

&

Kementrian

sebesar

BUMN

132

dan

korporasi yang dimulai pada tahun 2001 di

Bapepam, maka tersaji kembali laba

belahan bumi Amerika Utara, tepatnya di

bersihnya hanya sebesar Rp 99,56 miliar.

Amerika Serikat oleh Enron Corporation,

Kasus kedua adalah atas laporan keuangan

WorldCom, Global Crossing Ltd, Adelphia

PT Bank Lippo, Tbk per 30 September

Communications dan Xerox Corporation

2002 yang disajikan secara ganda, dimana

serta korporasi lainnya merupakan bukti

terdapat perbedaan atas laporan keuangan

kecurangan

yang

melalui

yang disampaikan kepada publik melalui

manajemen

laba.

(Kompas,

surat kabar dengan yang dilaporkan ke

15/7/02) dalam Irianto (2003) menjelaskan

Bursa Efek Jakarta. Kasus Ketiga adalah

bahwa

pemicu

kasus ditolaknya laporan keuangan PT

perusahaan-

Telkom yang diaudit oleh KAP Eddy

perusahaan tersebut diantaranya dengan

Pianto oleh United States Securities and

manipulasi

Exchange Commision (US SEAC) untuk

terdapat

terjadinya

dilakukan Sunarsip

penyebab

kebangkrutan

pembukuan,

penggelapan

pajak, penipuan sekuritas dan insider

periode 2002 (KPPU, 2003).

trading. Namun manipulasi pembukuan

Kasus perpajakan juga terjadi di

merupakan pemicu yang dominan dari

tahun 2007, dimana PT Kaltim Prima Coal

sebagian besar kasus tersebut. Hal tersebut

(KPC) melakukan rekayasa penjualan

menjadi

tata-kelola

untuk meminimalkan pajaknya. Setelah

perusahaan dan juga lemahnya pengaturan

dilakukan penyelidikan oleh Ditjen Pajak,

dan pengawasan yang dilakukan oleh

KPC

Pemerintah.

sebesar Rp 1,5 trilyun. Dengan melakukan

bukti

gagalnya

ditemukan

pajak kurang bayar

rekayasa penjualan merupakan salah satu

17

praktik

manajemen

laba

dengan

menggunakan pajak tangguhan.

dapat

menciptakan

keuangan sehingga konpensasi atau bonus

salah satu motivasi perusahaan melakukan

yang

manajemen

laba

adalah

manajemen.

perpajakan.

Watt

dan

(1986;1990)

yang

motivasi Zimmerman

menyatakan

alasan

penghematan atau penundaan pajak (pajak melalui

kepada

manajer dalam mengatur data laporan

Scott (2012) mengatakan bahwa

tangguhan)

stimulus

kecenderungan

diharapkan

dapat

Jadi

diterima

perusahaan

yang

memiliki profitabilitas yang tinggi akan semakin

besar

kemungkinannya

melakukan praktik manajemen laba. Faktor

lainnya

yang

bisa

perusahaan untuk mengurangi laba yang

mempengaruhi manajemen laba adalah

dilaporkan.

perencanaan

Hasil

penelitian

yang

pajak.

Suandy

(2008)

dilakukan oleh Philips, Pincus dan Rego

mendefinisikan perencanaan pajak sebagai

(2003) yang menunjukkan bahwa beban

upaya

pajak

secara

pembayaran pajaknya sepanjang masih

siqnifikan dapat mendeteksi manajemen

dalam aturan perpajakan yang berlaku.

laba

tujuan

Penelitian yang dilakukan oleh Yin dan

menghindari kerugian dan penurunan laba.

Cheng (2004) yang berpendapat bahwa

Sedangkan Yulianti (2004) yang meneliti

upaya meminimalkan pembayaran pajak

perusahaan-perusahaan yang terdaftar di

perusahaan dibatasi

Bursa

pajaknya. Sumomba et al. (2012) meneliti

tangguhan

yang

dan

akrual

Efek

dilakukan

dengan

Indonesia,

menunjukkan

bahwa beban pajak tangguhan dan akrual

tentang

secara

siqnifikan

manajemen

laba

perusahaan

pengaruh

oleh perencanaan

perencanaan

pajak

dapat

mendeteksi

terhadap manajemen laba, dimana hasilnya

yang

dilakukan

adalah terdapat pengaruh yang siqnifikan

perusahaan dengan tujuan menghindari

antara

kerugian.

manajemen laba.

Perusahaan

meminimalkan

pajak

dengan

memiliki

Fenomena manajemen laba telah

akan

banyak dijadikan objek dalam berbagai

menghasilkan laba yang tinggi, sehingga

penelitian, seperti Watt dan Zimmerman

berhubungan dengan jumlah kompensasi

(1986;1990), Philips, Pincus dan Rego

atau bonus yang diterima manajemen. Ilya

(2003), Ying dan Cheng (2004), Ilya

(2006) mengatakan bahwa pada saat laba

(2006) Igan (2007) dan Widyaningsih;

dijadikan

dalam

Scott; Sumomba et al. (2012). Penelitian

pemberian konpensasi atau bonus, maka

ini menjadi sangat penting, khususnya di

profitabilitas

yang

perencanaan

yang

sebagai

tinggi

patokan

18

Indonesia, mengingat ketiga faktor-faktor

unsur beban pajak tangguhan, profitabilitas

tersebut, yaitu beban pajak tangguhan,

dan

profitabilitas

dan

pajak

berpengaruh terhadap manajemen laba, (3)

terbukti

berpengaruh

dalam

Investor dan Calon Investor, diharapkan

laba.,

lebih berhati-hati dalam membaca laporan

mengidentifikasi

perencanaan

manajemen

perencanaan

pajak

yang

dapat

sehingga sangat menarik untuk dikaji lebih

keuangan

mendalam.

tidak keliru dalam berinvestasi dengan

Perumusan masalah penelitian ini

perusahaan-perusahaan

menganalisis

manajemen

mungkin

terdapat pengaruh beban pajak tangguhan

diharapkan selanjutnya dapat memberikan

terhadap manajemen laba? (2) Apakah

bukti empiris dalam mendapatkan proksi

terdapat pengaruh profitabilitas terhadap

yang lebih baik atau metode yang terbaik

manajemen laba? (3) Apakah terdapat

dalam mengevaluasi penilaian beban pajak

pengaruh perencanaan

pajak terhadap

tangguhan, profitabilitas dan perencanaan

manajemen laba? Tujuan dari penelitian

pajak serta manajemen laba. Penelitian ini

ini adalah sebagai berikut: (1) Menguji

dibatasi sebagai berikut : (1) Obyek

pengaruh beban pajak tangguhan terhadap

penelitian ini adalah Perusahaan Sub

manajemen laba, (2) Menguji pengaruh

Sektor Otomotif dan Komponennya yang

profitabilitas terhadap manajemen laba, (3)

terdaftar di Bursa Efek Indonesia, (2) Data

Menguji

pajak

yang digunakan adalah Laporan Keuangan

terhadap manajemen laba. Penelitian ini

Audited dari tahun 2010 – 2014, (3)

diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-

Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang

pihak sebagai berikut : Adapun kontribusi

diperoleh dari data sekunder di Bursa Efek

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Indonesia.

perencanaan

(4)

Para

yang

adalah sebagai berikut : (1) Apakah

pengaruh

terjadi,

laba

agar

Peneliti,

(1) Manajemen Perusahaan, diharapkan lebih

memperhatikan

faktor-faktor

implementasi dalam PSAK No. 46 tentang

TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

pengakuan terhadap pajak tangguhan dan dapat memanfaatkan efisiensi pembayaran

Teori Agensi

pajaknya melalui perencanaan pajak yang

Teori agensi menjelaskan hubungan

optimal. (2) Auditor, diharapkan lebih

atau kontrak antara prinsipal (pemilik) dan

memahami dalam implementasi PSAK No.

agen (manajer atau para direktur).. Teori

46 secara empiris dan mengetahui unsur-

agensi didefinisikan dimana satu orang

19

atau lebih (principal) mengikutsertakan

kekayaan dan modal perusahaan maka

atau melibatkan orang lain (agent) untuk

agen pun juga akan menghindari risiko.

melakukan

beberapa

kepentingan

mereka

pendelegasian pengambilan

jasa yang

sebagian keputusan

untuk

Teori agensi juga mengasumsikan

meliputi

adanya asimetri informasi, yaitu dimana

wewenang

agen yang mengelola perusahaan memiliki

(Jensen

&

Meckling, 1976).

lebih banyak informasi internal perusahaan daripada prinsipal. Hal ini terjadi karena

Teori agensi berkaitan dengan dua

prinsipal tidak mungkin terus-menerus

masalah dasar yang dapat berlangsung

mengamati setiap tindakan yang dilakukan

pada hubungan agensi, yaitu: (1) terjadi

agen.

ketika keinginan atau tujuan dari prinsipal

memberikan informasi misalnya berupa

dan agen bertentangan dan ini sangat sulit

laporan keuangan kepada prinsipal secara

dan mahal untuk prinsipal untuk bisa

rutin dan transparan. Namun terkadang

memverifikasi

tidak seluruh informasi disampaikan agen

dilakukan

apa

agen,

yang (2)

sebenarnya

masalah

pada

Oleh

karena

itu,

agen

perlu

kepada prinsipal atau bahkan kondisi yang

pembagian risiko yang muncul ketika

dilaporkan

prinsipal dan agen memiliki perbedaan

kenyataan di lapangan. Jadi agen lebih

sikap dan risiko (Eisenhardt, 1989).

banyak mengetahui informasi mengenai

Asumsi risiko dalam teori agensi

perusahaaan

berbeda

daripada

dengan

pihak

kondisi

lainnya

adalah manusia pada dasarnya lebih

(prinsipal). Konflik kepentingan antara

menyukai

prinsipal dan agen terjadi karena agen

pertambahan

kekayaan

dibandingkan dengan pengurangan atau

tidak

penurunan kekayaan. Hal ini dapat dilihat

kepentingan prinsipal sehingga ini memicu

dimana prinsipal akan berusaha untuk

biaya keagenan.

menjaga modalnya dengan berinvestasi di banyak

wadah

selalu

berbuat

sesuai

dengan

Adanya konflik kepentingan dan

(mendiversifikasikan

asimetri informasi itulah yang mendorong

modalnya) dengan tujuan membagi risiko

manajer (agen) menyajikan informasi yang

atau bahkan cenderung menghindari risiko

tidak

yang ada. Untuk agen sendiri yang secara

(prinsipal).

potensial memiliki kemampuan untuk

mengubah,

mengelola sumber daya perusahaan dan

merekayasa angka-angka dalam laporan

terdapat kemungkinan menurunnya nilai

keuangan

sebenarnya Upaya

kepada

pemilik

manajer

untuk

menyembunyikan

dan

dengan

mempermain-kan

metode dan prosedur akuntansi yang

20

digunakan

perusahaan

sering

disebut

Teori akuntansi positif mendasarkan

sebagai manajemen laba. (Sulistiyanto,

pada

premis

2008).

bertindak atas dasar motivasi pribadi dan berusaha

individu

dalam

selalu

memaksimalkan

keuntungan pribadi. Selain itu, teori

Teori Akuntansi Positif Teori

bahwa

akuntansi

positif

adalah

akuntansi positif juga dapat dikaitkan

yang

mencoba

untuk

dengan fenomena perilaku oportunistik

dari

manajer, dimana Watt dan Zimmerman

kejadian di dunia nyata. Teori akuntansi

(1986) menjelaskan tiga hipotesa yang

positif berkaitan dengan memprediksi

melatarbelakangi

tindakan,

pemilihan

manajer, yaitu: (1) Bonus Plan Hypothesis,

kebijakan akuntansi oleh manajer (agen) di

dimana manajer akan memilih metode

suatu perusahaan dan bagaimana respon

akuntansi yang dapat memaksimalkan

manajer terhadap standar akuntansi baru

bonus yang tinggi, yaitu yang dapat

yang diusulkannya itu

(Scott, 2012).

meningkatkan laba yang dilaporkan, (2)

Berdasarkan teori akuntansi positif, hal

Debt Covenant Hypothesis, yaitu makin

tersebut akan memunculkan adanya aliran

tinggi rasio hutang perusahaan semakin

positif dari beberapa ahli.

besar kemungkinan bagi manajer untuk

sebuah membuat

teori

prediksi

seperti

yang

bagus

misalnya

perilaku

oportunistik

Teori akuntansi positif menjelaskan

memilih metode akuntansi yang dapat

sehubungan dengan fenomena akuntansi

menaikkan laba, karena makin dekat

yang diamati berdasarkan pada alasan-

dengan batasan perjanjian atau peraturan

alasan yang menyebabkan suatu peristiwa

kreditnya.

yang terjadi. Jadi teori akuntansi positif

kemungkinan penyimpangan kredit dan

bertujuan

pengeluaran

untuk

menjelaskan

dan

Hal

ini

biaya.

semakin

Dengan

besar

memilih

memprediksi konsekuensi yang terjadi jika

metode akuntansi yang dapat menaikkan

manajer menentukan pilihan kebijakan

laba,

akuntansi tertentu. Dasar atas penjelasan

batasan kredit dan mengurangi biaya

dan prediksi itu adalah pada proses kontrak

kesalahan

atau hubungan keagenan antara manajer

Hypothesis,

dimana

dengan kelompok lain, seperti investor,

perusahaan

akan

kreditor, auditor, pihak pengelola pasar

kemungkinan

modal dan institusi pemerintah (Watts &

akuntansi yang dapat menurunkan laba,

Zimmerman, 1990).

karena bila laba perusahaan besar maka

sehingga

dapat

teknis,

akan

(3)

mengendurkan

Political semakin

Cost besar

semakin

besar

memilih

metode

21

semakin besar pajak yang harus dibayar

memaksimalkan utilitasnya, yaitu bonus

dan semakin tinggi perusahaan dituntut

yang tinggi. Manajer perusahaan yang

tanggungjawabnya terhadap lingkungan,

memberikan bonus yang besar berdasarkan

otomatis biaya semakin besar.

earnings

lebih

banyak

menggunakan

metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan, (2) Debt Covenant,

Manajemen Laba Healy

dan

(1999)

dimana Perusahaan yang memiliki rasio

laba

Debt to Equity yang tinggi, maka akan

mengandung beberapa aspek, yaitu (1)

mendorong manajer untuk melakukan

intervensi

manajemen

manajemen laba, yaitu dengan pemilihan

pelaporan

keuangan

menyatakan

dengan

Wahlen

bahwa

manajemen

laba dapat

penggunaan

terhadap dilakukan

judgment,

yang

metode

akuntansi

yang

dapat

meningkatkan pendapatan atau laba; dan

dibutuhkan dalam mengestimasi sejumlah

(3)

peristiwa ekonomi di masa depan untuk

perusahaan besar yang memiliki biaya

ditunjukan dalam laporan keuangan, (2)

politik

tujuan manajemen laba untuk menyesatkan

manajer untuk memilih metode akuntansi

stakeholders’ mengenai kinerja ekonomi

yang menangguhkan laba yang dilaporkan

perusahaan.

dari periode sekarang ke periode yang

Scott (2012) menjelaskan tentang

Political

Motivation,

yang tinggi

dimana

akan mendorong

akan datang sehingga dapat memperkecil

manajemen laba yang merupakan cara

laba yag dilaporkan.

yang

untuk

Model Empiris Pengukuran Manajemen

secara

Laba

digunakan

manajer

mempengaruhi

angka

laba

sistematis

sengaja

dengan

cara

akuntansi

dan

mengembangkan manajemen laba dengan

prosedur akuntansi tertentu oleh manajer

menghitung nilai total akrual (TAC)

dari standar akuntansi yang ada dan secara

dengan mengurangi laba akuntansi yang

ilmiah dapat memaksimumkan utilitas

diperolehnya selama satu periode tertentu

mereka dan atau nilai pasar perusahaan.

dengan

pemilihan

Ada belakangi

dan

kebijakan

tiga

faktor

tindakan

yang

melatar-

Model

Healy

arus

kas

(1985)

operasi

Healy

periode

bersangkutan.

dilakukannya

Model De Angelo (1986) Model De

manajemen laba oleh manajer, yaitu : (1)

Angelo mengembangkan manajemen laba

Bonus Purposes, dimana manajemen akan

juga dengan menghitung total akrual

memilih metode akuntansi yang dapat

(TAC)

dengan

mengurangkan

laba

22

akuntansi

dengan

arus

periode

bersangkutan.

discretionary current accruals dan nondiscretionary

Model

Jones

(1991)

Jones

menggunakan dua asumsi sebagai dasar pengembangan, yaitu: (1) Akrual periode

long-term

accruals

merupakan akrual yang berasal dari aset tidak lancar (fixed assets). Model

Revenue

Discretionery

berjalan, yaitu perubahan dalam rekening

(2010) Stubben memiliki dua formula

modal

tersebut

dalam pengukuran manajemen laba, yaitu

merupakan hasil dari perubahan yang

revenue model dan conditional revenue

terjadi di lingkungan ekonomi perusahaan

model. Revenue model menitikberatkan

yang

pada pendapatan yang memiliki hubungan

kerja,

dimana

dihubungkan

hal

dengan

perubahan

penjualan, sehingga seluruh variable yang

secara

langsung

dengan

piutang.

digunakan akan dibagi dengan aktiva atau

Sedangkan conditional revenue model

penjualan periode sebelumnya; dan (2)

adalah pengembangan kembali dengan

Gross property, plant dan equipment

menambahkan ukuran perusahaan, umur

merupakan salah satu komponen utama

perusahaan dan margin kotor.

yang digunakan untuk menghitung total akrual, khusunya untuk biaya depresiasi non discretionary.

Beban pajak tangguhan diatur dalam

Model Jones Dimodifikasi (1995) Dechow,

Beban Pajak Tangguhan

Sloan,

dan

Sweeney

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 46 tentang Akuntansi Pajak

menggunakan total akrual dan model

Penghasilan.

regresi untuk menghitung akrual yang

dikelompokkan

diharapkan (expected accruals) dan akrual

temporer dan perbedaan permanen. pajak

yang

secara final, dan adanya non deductible

tidak

accruals). discretionary

diharapkan Model

ini

accruals

(unexpected menggunakan

sebagai

proksi

expense

Beban

(biaya

pajak

tangguhan

berdasarkan

perbedaan

yang

tidak

boleh

dikurangkan.

manajemen laba. Model ini mempunyai

Perbedaan

Temporer

adalah

kelebihan dalam memecah total akrual

perbedaan yang terjadi akibat perbedaan

menjadi empat komponen utama akrual,

waktu pengakuan biaya atau pendapatan

yaitu discretionary current accruals dan

dalam laba akutansi dan dalam laba fiskal.

discretionary

accruals

Perbedaan inilah yang akan menimbulkan

merupakan akrual yang berasal dari aset

biaya dan pendapatan pajak tangguhan

lancar (current assets), sedangkan non-

dalam

long-term

laporan

keuangan

perusahaan.

23

Perbedaan temporer dibagi menjadi dua

diterima. Angka profitabilitas dinyatakan

kelompok, yaitu Perbedaan Temporer

antara lain dalam angka laba sebelum atau

Kena

sesudah pajak, laba investasi, pendapatan

Pajak

(Taxable

Temporary

Differences) dan Perbedaan Temporer

per saham, dan laba penjualan.

Yang Boleh Dikurangkan (Deductible

.

Temporary

Differences).

akibat

adalah Return on Assets (ROA) dan Return

perbedaan

temporer

dapat

on Equity (ROE). ROA adalah pengukuran

Jadi yang

Ukuran yang banyak digunakan

dikurangkan dalam laporan keuangan masa

atas

kini

pajak

menghasilkan keuntungan dengan seluruh

tangguhan (Deffered Tax Asset). Dengan

aktiva yang dimilikinya. ROA digunakan

demikian

untuk mengetahui tingkat efisiensi operasi

adalah

munculnya

penurunan

aktiva

aktiva

pajak

kemampuan

perusahaan

dalam

dalam

tangguhan menunjukkan adanya beban

perusahaan

menghasilkan

pajak tangguhan pada laporan laporan

keuntungannya. Semakin besar rasio ROA

keuangan tahun berjalan.

yang dimiliki perusahaan adalah semakin baik, sedangkan ROE adalah tolak ukur

Perbedaan

Permanen

adalah

kemampuan

perusahaan

dalam

perbedaan yang sifatnya tetap, yang tidak

menghasilkan laba dengan total modal

akan hilang sejalan dengan waktu. Maka

sendiri yang dimiliki perusahaan. ROE

perbedaan

akan

permanen

ini

tidak

akan

menunjukkan

tingkat

efisiensi

menimbulkan biaya atau pendapatan pajak

investasi yang terlihat pada efektivitas

tangguhan. Perbedaan permanen timbul

pengelolaan modal sendiri.

karena terdapat penghasilan yang bukan

Dalam

penelitian

ini

untuk

merupakan obyek pajak atau penghasilan

mengukur tingkat profitabilitas perusahaan

yang dikenakan pajak secara final, dan

manufaktur

adanya non deductible expense (biaya

komponennya yang terdaftar di Bursa Efek

yang tidak boleh dikurangkan.

Indonesia adalah menggunakan proksi

sektor

otomotif

dan

Return On Assets (ROA), karena ROA mampu merefleksikan keuntungan bisnis

Profitabilitas Profitabilitas

atau

kemapuan

dan mewakili efektifitas perusahaan yang

memperoleh laba adalah suatu ukuran

menggambarkan kinerja manajemen dalam

dalam presentase yang digunakan untuk

penggunaan total aset dalam menghasilkan

menilai sejauh mana perusahaan mampu

laba yang diharapkan.

menghasilkan laba pada tingkat yang dapat

24

undang dan peraturan perpajakan yang

Perencanaan Pajak Perencanaan pajak adalah proses

berlaku, (3) Tax Saving, yaitu tindakan

mengorganisasi usaha wajib pajak orang

penghematan pajak dengan cara yang legal

pribadi maupun badan usaha sedemikian

dan aman karena tidak bertentangan

rupa dengan memanfaatkan berbagai celah

dengan undang-undang dan peraturan

kemungkinan yang dapat ditempuh oleh

perpajakan.

perusahaan

Perencanaan

dalam

koridor

ketentuan

pajak

baik

digunakan

Sedangkan Pohan (2013) mengatakan

menggunakan tax avoidance dan tax

bahwa perencanaan pajak adalah suatu

saving karena tidak melanggar undang-

upaya agar pajak yang dibayar oleh

undang perpajakan.

perusahaan benar-benar efisien. Tujuan

Dalam penelitian ini Perencanaan Pajak

utama perencanaan pajak adalah mencari

diukur dengan menggunakan rumus Tax

berbagai celah yang dapat ditempuh dalam

Retention Rate (Tingkat Retensi Pajak),

koridor peraturan perpajakan (loopholes),

yang menganalisis suatu ukuran dari

agar perusahaan dapat membayar pajak

efektifitas manajemen pajak pada laporan

dalam jumlah minimal. Ada 3 macam cara

keuangan perusahaan. Ukuran efektifitas

yang dapat dilakukan perusahaan untuk

manajemen pajak yang dimaksud dalam

menekan jumlah pajaknya, yaitu: (1) Tax

penelitian ini adalah ukuran efektifitas

Avoidance,

perencanaan pajak.

dan tehnik

perusahaan

yang

peraturan perpajakan (Hutagaol, 2007).

yaitu strategi

oleh

yang

adalah

penghindaran pajak yang dilakukan secara legal dan aman bagi wajib pajak karena tidak

bertentangan

dengan

Rerangka Pemikiran

ketentuan

Rerangka

dalam

mereplikasi

kembali

perpajakan, yaitu dengan memanfaatkan

penelitian

kelemahan yang terdapat dalam undang-

penelitian Phillips, Pincuss, Rego (2003),

undang dan peraturan perpajakan itu

Sumomba & Hutomo dan Widyaningsih

sendiri, (2) Tax Evasion, yaitu strategi dan

dan Purnamawati (2012) yang bertujuan

tehnik penghindaran pajak yang dilakukan

untuk menguji besarnya pengaruh beban

secara illegal dan tidak aman bagi wajib

pajak

pajak. Hal ini dilakukan dengan cara

perencanaan pajak terhadap manajemen

melakukan

laba

penghindaran

pajak

yang

ini

pemikiran

tangguhan,

dengan

profitibilitas

pendekatan

model

dan

conditional

bertentangan dengan ketentuan perpajakan,

revenue

(Stubben,

2010).

karena tidak berada dalam koridor undang-

Berdasarkan kajian pustaka dan penelitian

25

terdahulu, maka dapat digambarkan model rerangka

pemikiran

teoritis

model

penelitian pada Gambar 1 berikut ini:

BEBAN PAJAK TANGGUHAN (X1) MANAJEMEN LABA (Y)

PROFITABILITAS (X2) H2 H3

PERENCANAAN Variabel Kontrol

PAJAK (X3)

Leverage GAMBAR 1 MODEL RERANGKA PEMIKIRAN

pelaporan

Hipotesis Penelitian Hubungan

antara

Beban

Pajak

Tangguhan dengan Manajemen Laba

laba,

yaitu

menghindari

kerugian, menghindari penurunan laba dan menghindari kegagalan memenuhi prediksi

Pajak tangguhan dapat dipahami

laba oleh analis, dan terbukti bahwa beban

sebagai akibat dari perbedaan temporer

pajak tangguhan dapat digunakan dapat

yang boleh dikurangkan dengan sisa

digunakan untuk mendeteksi manajemen

kerugian perusahaan (PSAK 46). Dalam

laba.

kaitannya

dengan

manajemen

laba,

Yulianti (2004) menggunakan beban

perusahaan memiliki kecenderungan untuk

pajak

mengurangi laba yang dilaporkan dalam

manajemen laba dan terbukti beban pajak

rangka penundaan pajak. Philips, Pincus &

tangguhan dan akrual dapat mendeteksi

Rego (2003) menganalisis penggunaan

manajemen

beban

dalam

kerugian. Lalu Sumomba dan Hutomo

mengidentifikasi manajemen laba yang

(2012) juga menggunakan beban pajak

dilakukan untuk mencapai tiga tujuan

tangguhan untuk mendeteksi manajemen

pajak

tangguhan

tangguhan

laba

untuk

untuk

mendeteksi

menghindari

26

laba dimana hasilnya juga terbukti beban

laba dijadikan sebagai media dalam hal

pajak

kewajiban perpajakan.

tangguhan

dapat

mendeteksi

manajemen laba. Namun Widyaningsih dan

Purnamawati

meneliti tangguhan

(2012)

yang

juga

penggunaan

beban

pajak

terhadap

manajemen

laba

Dalam

on

Assets

tangguhan

memenuhi

mendeteksi

(ROA),

perusahaan

yang

memiliki profitabilitas tinggi dan berskala besar

dapat

tingkat

profitabilitas dengan perhitungan Return

menemukan bukti bahwa beban pajak tidak

mengukur

diharapkan

regulator

dalam

kewajiban-kewajiban

manajemen laba. Berdasarkan penjelasan

peraturan-peraturan

di atas, maka hipotesis pertama yang akan

misalnya kewajiban perpajakan, tanggung

diuji dalam penelitian ini adalah :

jawab sosial, dan lainnya. Hasil Penelitian

H1

Widyaningsih dan Purnamawati (2012)

:

Terdapat pengaruh beban pajak

tangguhan terhadap manajemen laba

yang

yang

atas

mengukur

berlaku,

profitabilitas

menggunakan proxi ROA membuktikan Hubungan antara Profitabilitas dengan

pengaruh

Manajemen Laba

mendeteksi manajemen laba. Oleh karena

Profitabilitas adalah suatu ukuran dalam

mendeteksi

(keuntungan)

dan

perolehan digunakan

laba sebagai

yang

signifikan

dalam

itu, hipotesis kedua ini adalah sebagai berikut: H2

kriteria dari penilaian hasil dari aktivitas

:

Terdapat pengaruh profitabilitas

terhadap manajemen laba

perusahaan. Profitabilitas menjadi salah

Hubungan Perencanaan Pajak dengan

satu faktor atau motif perilaku oportunisik

Manajemen Laba

manajer terhadap praktik manajemen laba

Perencanaan pajak dapat dipahami

yaitu political cost hypothesis (Carla &

sebagai upaya yang dilakukan dalam

Bathala, 1997). Penelitian Ilya (2006) dan

meminimalkan

Igan

bahwa

sepanjang masih dalam aturan perpajakan

perusahaan yang memiliki profitabilitas

yang berlaku. Perusahaan yang dapat

yang

kecenderungan

membuat perencanaan pajak dengan baik

dalam melakukan praktik manajemen laba

berdampak pada penurunan laba melalui

karena diharapkannya kompensasi atau

kewajiban perpajakannya. Yin & Cheng

bonus bagi pihak manajemen. Akan tetapi,

(2004) meneliti apakah manajemen laba

perusahaan yang melaporkan kerugian,

perusahaan yang mengalami keuntungan

(2007)

tinggi

menyatakan

memiliki

dan

mengalami

pembayaran

kerugian

pajaknya

memiliki

27

hubungan dengan insentif pajak atau

1. Perusahaan manufaktur sektor

insentif non pajak, dan ternyata didapati

otomotif dan komponennya yang

manajemen laba perusahaan yang memiliki

terdaftar di BEI untuk periode 1

keuntungan memiliki hubungan signifikan

Januari

dengan insentif pajak dan insentif non

Desember 2014, sebanyak 12

pajak,

laba

perusahaan.

perusahaan yang mengalami kerugian

2. Perusahaan

sedangkan

manajemen

2010

tidak

sampai

31

melakukan

hanya memiliki hubungan dengan insentif

merger dan akuisisi dari tahun

non pajak. Dan mereka berpendapat bahwa

2010 sampai 2014.

perusahaan

yang

meminimalkan

pembayaran

pajaknya

dibatasi

3. Perusahaan tidak delisting selama

oleh

periode 1 Januari 2010 sampai 31

perencanaan pajaknya. Sumomba dan

Desember 2014.

Hutomo (2012) yang juga meneliti apakah

4. Laporan keuangan yang disajikan

perencanaan pajak memiliki pengaruh

dalam mata uang asing akan

terhadap manajemen laba dan ditemukan

disajikan dalam kurs rupiahnya.

bukti bahwa perencanaan pajak memiliki

5. Laporan keuangan mempunyai

pengaruh terhadap manajemen laba. Oleh

data lengkap yang dibutuhkan.

karena itu dirumuskan hipotesis ketiga sebagai berikut: H3

Operasionalisasi Variabel

: Terdapat perencanaan

pengaruh

Variabel Independen

terhadap

Beban Pajak Tangguhan

pajak

Variabel beban pajak tangguhan (X1)

manajemen laba

diukur dengan membagi jumlah beban pajak tangguhan dengan total aset tahun

METODE PENELITIAN Populasi

dan

Prosedur

Penentuan

Sampel Populasi

sebelumnya. Profitabilitas

penelitian

ini

adalah

Variabel profitabilitas (X2) menggunakan

perusahaan manufaktur yang terdaftar di

proksi return on assets (ROA), diukur

Bursa Efek Indonesia (BEI). Tehnik

dengan membagi laba bersih perusahaan

pengambilan sampel yang menggunakan

dengan total asetnya.

metode purposive sampling dengan kriteria

Perencanaan Pajak

sebagai berikut:

Variabel

Perencanaan

Pajak

(X3)

menggunakan proksi tax retention rate

28

(TRR), diukur dengan membagi laba

manajemen

bersih perusahaan dengan laba bersih

dengan

sebelum pajak.

revenue model karena pengukuran

Stubben

pendekatan

(2010)

conditional

model ini masih tergolong baru dan

Variabel Dependen Variabel

laba

dependen

(Y)

dalam

lebih menitikberatkan pada revenue

penelitian ini yaitu Manajemen Laba.

yang

Dalam pengukuran manajemen laba,

perpajakan. Data yang digunakan

terdapat

yang

adalah laporan keuangan yang telah

digunakan untuk mengindentifikasi

diaudit setiap tahun dan diterbitkan

adanya manajemen laba yaitu model

oleh

Healy, De Angelo, Jones, Jones

terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Dimodifikasi dan Stubben. Penelitian

Adapun perhitungan model Stubben

ini menggunakan model pengukuran

(2010) dirumuskan sebagai berikut:

beberapa

model

berkaitan

dengan

perusahaan-perusahaan

unsur

yang

∆ARit = α + β1 ∆Rit + β2 ∆Rit × SIZEit + β3 ∆Rit × AGE it + β4 ∆Rit × AGE_SQ it + Β5 ∆Rit × GRR_Pit + β6 ∆ Rit × GRR_Nit + β7∆R Keterangan : it × GRMit + β8 ∆Rit × GRM_SQ it + ε itGRM

:

industry

median

AR

: piutang akrual

adjusted gross margin at end of fiscal

R

: annual revenue

year

SIZE

: natural log dari total

GRM_SQ

: square of variable



: annual change

aset saat akhir tahun AGE

:

natural

log

umur

perusahaan

Variabel Kontrol

GRR_P

:

adjusted

revenue

industry growth

median

Variabel kontrol dalam penelitian ini

(=0

adalah leverage yang menggambarkan

if

positif) GRR_N

:

adjusted

revenue

negatif)

industry growth

kemampuan

perusahaan

dalam

median

membayar

kewajiban

jangka

(=0

panjangnya atau kewajiban-kewajiban

if

apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Leverage dapat ditentukan berdasarkan rumus:

29

Debt to Equity Ratio

=

Total Debt

x 100%

Equity

Metode Analisis Dalam penelitian ini, metode analisis menggunakan 4 (empat) jenis pengujian, yaitu : (1) statistik deskriptif, (2) uji asumsi klasik, (3) uji regresi, dan (4) uji hipotesis. Adapun model persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut : Y=α+β1X1+β2X2+β3X3+β4Z4+e

Keterangan : Y = Variabel Dependen (Manajemen Laba) α = Konstanta β1, β2, β3 = Koefisien regresi masing-masing variabel independen X1 = Beban Pajak Tangguhan X2 = Profitabilitas X3 = Perencanaan Pajak Z = Leverage

Sumber: Output SPSS 22 (2015) Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa variabel Manajemen Laba periode 2010-

e= Standard error HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Tabel 1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Tahun 2010 – 2014

tujuan

untuk

menghindari

pelaporan

kerugian.

2014 mempunyai nilai rata-rata sebesar

Variabel beban pajak tangguhan tahun

2,8327976. Nilai minimum sebesar -3,28667

2010-2014 menunjukkan nilai minimum

dan nilai maksimum sebesar 10,90073.

sebesar -0,018689, nilai maksimum sebesar

Sedangkan nilai standar deviasi sebesar

0,016236,

2,82666338. Berdasarkan data ini, dapat

0,00040163 dan nilai standar deviasi sebesar

diketahui bahwa perusahaan manufaktur sub

0,005491270.

sektor otomotif dan komponen di Indonesia

perusahaan

melakukan praktik manajemen laba dengan

otomotif

nilai

rata-rata

Artinya, di

dan

sebesar

secara

manufaktur komponen

-

rata-rata

sub

sektor

Indonesia

30

mengindikasikan adanya manfaat terhadap

sebesar -3,552000, nilai maksimum sebesar

pajak

1,627100, nilai rata-rata sebesar 0,65279167

yang

ditangguhkan

dengan

melaporkan laba akuntansi yang lebih

dan

rendah daripada laba fiskal.

0,623719132. Artinya, secara rata-rata laba

Variabel profitabilitas tahun 2010-

nilai

standar

deviasi

sebesar

bersih perusahaan manufaktur sub sektor

2014 menunjukkan nilai minimum sebesar

otomotif

-0,022300,

sebesar 65,28% dibandingkan dengan laba

nilai

maksimum

sebesar

0,861900, nilai rata-rata sebesar 0,08140167 dan

nilai

standar

0,117577809. perusahaan otomotif

Artinya, di

dan

mengindikasikan

dan

komponen

di

Indonesia

bersih sebelum pajak.

deviasi

sebesar

Leverage dapat diketahui mempunyai

secara

rata-rata

nilai mean dan standar deviasi masing-

sektor

masing 1,0851 dan 0,73572. Nilai tersebut

Indonesia

menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan di

manufaktur komponen

sub di

adanya

tingkat

pengembalian aset sebesar 8,140%.

Indonesia

cukup

memiliki

kemampuan

dalam membayar kewajibannya.

Variabel perencanaan pajak tahun 2010-2014 menunjukkan nilai minimum Tabel 2 Perkembangan Manajemen Laba dengan Conditional Revenue Model (Perusahaan Manufaktur, Sub Sektor Otomotif dan Komponen Tahun 2010 – 2014) MANAJEMEN LABA No.

KODE SAHAM

1 2 3 4 5

ASII AUTO BRAM GDYR GJTL

6

IMAS

7 8 9 10 11 12

INDS LPIN MASA NIPS PRAS SMSM

NAMA PERUSAHAAN

TAHUN MEAN

PT. Astra International, Tbk. PT. Astra Otoparts, Tbk. PT. Indo Kordsa, Tbk. PT. Goodyear Indonesia, Tbk. PT. Gajah Tunggal, Tbk PT. Indomobil Sukses International, Tbk. PT. Indospring, Tbk. PT. Multi Prima Sejahtera, Tbk. PT. Multistrada Arah Sarana, Tbk. PT. Nippers, Tbk. PT. Prima Aloy Steel, Tbk. PT. Selamat Sempurna, Tbk. Rata-Rata Tahunan

3,172096 2,880997 1,943952 2,824276 1,823318

2010

2011

2012

2013

2014

6,33643048 3,30076582 3,68312703 9,60821294 3,86502013

5,13822894 3,04034414 2,98880784 2,21054840 3,50232025

3,08109377 1,99926599 0,20075096 1,34698046 1,16701604

0,59939382 4,01970099 2,10278076 4,24230626 -0,31052597

0,70533316 2,04490826 0,74429545 -3,28666766 0,89276191

4,720665 10,90073477 8,33384348 4,58735832 0,28202322 -0,50063589 4,641782 0,254282 1,539114 5,208020 1,594189 3,390879

Sumber: Data Sekunder – Diolah (2015) Berdasarkan data pada tabel 2 di atas,

7,64139524 0,16189745 1,93229949 6,33212029 4,86556822 3,22950644 5,15475653

7,50813408 0,36782124 4,09934600 7,84572103 1,37259736 7,53936679 4,49558996

4,70278662 0,57988640 0,45664099 4,35898594 -0,57329331 1,15514468 1,92188474

2,06118048 0,76563393 2,11938862 5,49838106 0,14505459 2,44813753 1,99778794

1,29541485 -0,60382990 -0,91210423 2,00489071 2,16101833 2,58223886 0,59396866

nilai rata-rata residual tertinggi dimiliki oleh

besarnya nilai rata-rata manajemen laba

PT. Nippers, Tbk. yaitu sebesar 5,208020,

pada industri otomotif dan komponen sejak

nilai

tahun 2010 – 2014. Secara keseluruhan,

manajemen

tersebut

mengindikasikan

laba

yang

tinggi

adanya karena

31

memiliki indeks yang jauh lebih besar dari

tersebut

juga

mengindikasikan

adanya

0,075. Sedangkan nilai rata-rata residual

manajemen laba karena lebih besar dari

terendah dimiliki oleh PT. Multistrada Arah

0,075.

Sarana, Tbk. yaitu sebesar 0,254282, nilai

Manajemen Laba Axis Title

6 4 2 0

2010

2011

2012

2013

2014

Manajemen Laba 5,15476 4,49559 1,92188 1,99779 0,59397

Gambar 2 Nilai Manajemen Laba (Perusahaan Manufaktur, Sub Sektor Otomotif dan Komponen Tahun 2010 – 2014) Berdasarkan

Gambar

2

di

atas,

akrual dengan nilai antara -0,075 sampai

fluktuasi manajemen laba dari 12 (dua

dengan 0,075. Oleh karena itu, dapat

belas) perusahaan manufaktur sub sektor

disimpulkan

otomotif dan komponen tahun 2010 – 2014,

perusahaan manufaktur sub sektor otomotif

dimana nilai residual tertinggi terjadi pada

dan komponen selama 5 tahun terakhir

tahun 2010 dan terendah terjadi pada tahun

(2010-2014) terindikasi adanya manajemen

2014 dengan nilai residual sebesar 0,59397.

laba karena memiliki nilai manajemen laba

Roychowdurry (2006) memberikan batasan

lebih

tidak adanya indikasi manajemen laba

bahwa

besar

(>)

12

(dua

dari

belas)

0,07.

32

Tabel 3 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N

60

Normal Parameters

Mean

a,b

,0000000

Std. Deviation

Most Extreme Differences

2,56953886

Absolute

,132

Positive

,132

Negative

-,084

Kolmogorov-Smirnov Z

1,020

Asymp. Sig. (2-tailed)

,249

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Output SPSS 22 (2015) Pengujian Instrumen Penelitian Uji Normalitas Hasil pengujian Kolmogorov-Smirnov dapat

dilihat

pada

tabel

3,

dengan

menggunakan uji statistik non-parametrik One-Sample

Kolmogorov-Smirnov

pada

nilai residual mengikuti fungsi distribusi normal data. Uji Multikolonieritas Pengujian

ini

dilakukan

dengan

variabel manajemen laba memiliki nilai p =

melihat nilai VIF (Varian Inflated Factor)

0,249, karena nilai p > 0,05 maka H0

dan nilai tolerance pada Tabel 4 berikut ini:

diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa Tabel 4 Hasil Uji Multikolonieritas Variabel Tolarance VIF Beban pajak tangguhan 0,954 1,049 Profitabilitas 0,904 1,106 Perencanaan pajak 0,762 1,313 Leverage 0,695 1,440 Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 22 (2015) Hasil pengujian multikolonieritas pada Uji Heteroskedastisitas tabel 4 di atas, dapat diketahui bahwa nilai

Uji

VIF pada masing-masing variabel lebih

penelitian

kecil daripada 10 dan nilai tolerance lebih

menggunakan teknik scatter diagram. Jika

besar

dapat

pada scatter diagram membentuk pola

disimpulkan bahwa model regresi terbebas

tertentu, seperti titik-titik yang membentuk

dari

pola tertentu yang teratur (bergelombang,

daripada

0,1

multikolonieritas

independen.

sehingga

antar

variabel

melebar

heteroskedastisitas ini

kemudian

dilakukan

menyempit),

dalam dengan

maka

33

mengindikasikan

telah

terjadi

pada

sumbu

Y,

maka

tidak

terjadi

heterokedastisitas. Sebaliknya Jika tidak

heterokedastisitas. Pemilihan model grafik

terdapat pola tertentu yang jelas serta titik-

ini dilakukan karena dalam model ini

titik menyebar di atas dan di bawah angka 0

variabel

bebasnya

lebih

dari

satu.

Gambar 3 Hasil Uji Scatter Diagram

Sumber: Output SPSS 22 (2015) Selain menggunakan analisis scatterterhadap variabel independen dan variabel diagram,

pengujian

heteroskedastisitas

kontrol

(beban

pajak

perencanaan

tangguhan,

dapat dilakukan melalui uji glejser, dimana

profitabilitas,

pajak

dan

pada uji glejser dilakukan dengan analisis

leverage) dengan persamaan regresi sebagai

regresi nilai absolute residual (AbsUi)

berikut:

│U i │= α + βXi + μi Jika β signifikan, maka mengindikasikan terdapat problem heteroskedastisitas dalam model regresi tersebut. Tabel 5 Hasil Uji Glejser

Sumber: Output SPSS 22 (2015)

34

Berdasarkan tabel 5 di atas, yang

Watson. Nilai Durbin-Watson sebesar 2.186

diperoleh dari analisis regresi nilai koefisien

untuk mendekati autokorelasi dapat dilihat

beban

profitabilitas,

dari Tabel 5.6. Nilai du diperoleh sebesar

perencanaan pajak, dan leverage terhadap

1,7274 dan nilai dL sebesar 1,4443. Nilai

absolute residual (AbsUi), dapat diketahui

Durbin Watson sebesar 2,186 lebih besar

bahwa

tidak

dari nilai du = 1,7274 dan kurang dari (4 –

signifikan pada level signifikansi 0,05

1,7274) = 2,2726. Dengan demikian, dapat

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada

disimpulkan bahwa model regresi berada di

permasalahan heteroskedastisitas pada data

antara nilai du ≤ dw ≤ 4 - du yang berarti

residual.

tidak terjadinya autokorelasi.

pajak

tangguhan,

secara

umum

variabel

Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menguji nilai Durbin-

d

Nilai

dL N 1 1,4443

Tabel 6 Hasil Uji Autokorelasi d 4 4 du 4-du 4-dL dw 1 2 2 1,7274 2,2726 2,5557 2,186

d 2

Hasil Pengujian Hipotesis Uji Koesifien Determinasi (R2) Pengujian koefisien determinasi dilakukan untuk mengukur kekuatan pengaruh yang terjadi antara variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun hasil dari pengujian korelasi determinasi dapat dilihat pada Tabel 7. berikut ini:

Tabel 7 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi

Sumber: Output SPSS 22 (2015) Dari Tabel 7 di atas, dapat diketahui menyatakan bahwa

nilai

R

adalah

0,417,

yang

variabel

bahwa

independen

korelasi terhadap

berganda variabel

35

dependen sebesar 41,7%. R Square = 0,174 menyatakan bahwa 17,4% perubahan pada

Uji-F Uji-F atau ANNOVA dilakukan untuk

variabel pengungkapan Manajemen Laba

mengetahui

dapat dijelaskan oleh variabel beban pajak

independen yang dimasukkan dalam model

tangguhan,

perencanaan

mempunyai pengaruh secara bersama-sama

pajak, dan leverage yang menjadi variabel

atau simultan terhadap variabel dependen.

kontrol. Sedangkan sisanya sebesar 82,6%

Adapun hasil dari uji-F dapat dilihat Tabel 8

diterangkan oleh variabel lain yang tidak

berikut ini:

profitabilitas,

apakah

semua

variabel

diteliti dalam model ini. Tabel 8 Hasil Uji-F

Sumber: Output SPSS 22 (2015) Berdasarkan analisis uji-F atau Kesimpulan: ANOVA pada Tabel 8 di atas, dapat H0 ditolak, maka terdapat pengaruh yang diketahui bahwa nilai F = 2,890 dengan nilai signifikan antara variabel beban pajak signifikansi lebih kecil dari alpha 5% yaitu tangguhan, profitabilitas dan perencanaan 0,030. Dari tabel distribusi F dapat diketahui pajak terhadap variabel manajemen laba. bahwa nilai kritis dengan menggunakan Uji-t derajat kebebasan (df1) = 4 sebagai Uji-t dilakukan untuk melihat numerator dan (df2) = 55 sebagai dominator pengaruh dari masing-masing variabel pada tingkat α sebesar 0,05. independen secara parsial terhadap variabel dependen. Adapun hasil dari uji-t dapat Keputusan : 0,030 < 0,05  H0 ditolak (Ha dilihat Tabel 9 berikut ini: diterima) Tabel 9 Hasil Uji-t Standardize Unstandardized d Coefficients Coefficients Std. B Beta Model Error t Sig. 1 (Constant) 0,162 1,022 ,159 ,874 Beban Pajak 60,735 64,608 ,118 ,940 ,351 Tangguhan Profitabilitas 8,252 3,099 ,343 2,663 ,010 Perencanaan Pajak 1,011 ,636 ,223 1,588 ,118 Leverage 1,256 ,565 ,327 2,223 ,030

36

a. Dependent Variable: Manajemen Laba Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 22 (2015) 1) Variabel beban pajak tangguhan (X1)

yang signifikan terhadap manajemen

memiliki nilai t sebesar 0,940 dengan

laba. Dengan demikian, hipotesis

signifikansi 0,351 lebih besar dari

ketiga (H3) yang menyatakan bahwa

taraf signifikansi 0,05 (5%). Hal ini

perencanaan

menunjukkan bahwa beban pajak

pengaruh yang signifikan terhadap

tangguhan tidak memiliki pengaruh

manajemen

yang signifikan terhadap manajemen

Diterima.

laba. Dengan demikian, hipotesis pertama bahwa

(H1)

yang

beban

pajak

pajak

laba

mempunyai

Tidak

Dapat

4) Variabel leverage (DER) memiliki

menyatakan

nilai

t

sebesar

2,223

dengan

tangguhan

signifikansi 0,030 lebih kecil dari

memiliki pengaruh yang signifikan

taraf signifikansi 0,05 (5%). Hal ini

terhadap manajemen laba Tidak

menunjukkan

Dapat Diterima.

mempunyai pengaruh yang signifikan

2) Variabel profitabilitas (X2) memiliki nilai

t

sebesar

2,663

terhadap

dengan

bahwa

leverage

manajemen

laba

dan

terbukti sebagai Variabel Kontrol.

signifikansi 0,010 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 (5%). Hal ini PEMBAHASAN menunjukkan

bahwa

profitabilitas

Gambaran umum mengenai manajemen

memiliki pengaruh yang signifikan laba pada perusahaan-perusahaan manufaktur terhadap manajemen laba. Dengan sub sektor otomotif dan komponen yang demikian, hipotesis kedua (H2) yang terdapat di Indonesia di tahun 2010-2014 menyatakan

bahwa

profitabilitas sebanyak

12

memiliki pengaruh yang signifikan Berdasarkan

(dua hasil

belas)

perusahaan.

pengujian

statistik

terhadap manajemen laba Dapat deskriptif, rata-rata keseluruhan manajemen Diterima.

laba pada perusahaan manufaktur sub sektor

3) Variabel perencanaan pajak (X3) otomotif dan komponen sejak tahun 2010 – memiliki nilai t sebesar 1,588 dengan 2014 sebesar 2,8327976 adalah cukup tinggi. signifikansi 0,118 lebih besar dari Dalam pengujian secara simultan, pengaruh taraf signifikansi 0,05 (5%). Hal ini dari menunjukkan

bahwa

variabel

beban

pajak

tangguhan,

perencanaan profitabilitas dan perencanaan pajak terhadap

pajak tidak mempunyai pengaruh manajemen laba menghasilkan nilai R2 sebesar

37

0,174 atau dengan kata lain 17,4% beban

memotivasi pihak manajemen untuk

pajak

melakukan praktik manajemen laba

tangguhan,

profitabilitas

dan

perencanaan pajak dan leverage sebagai

dengan

variabel kontrol cukup menjelaskan pengaruh

perusahaan,

terhadap variabel manajemen laba. Sedangkan

cenderung melakukan perencanaan

sisanya sebesar 82,6% dipengaruhi oleh

pajak

variabel lainnya yang tidak diteliti.

perpajakannya karena sejak tahun

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis

meningkatkan tetapi

untuk

laba

perusahaan

efisiensi

biaya

2009 dikenakan tarif pajak tunggal.

yang telah dikemukakan pada Tabel 5.8

2) Hasil penelitian menunjukkan bahwa

sebelumnya, maka pembahasan hasil hipotesis

profitabilitas berpengaruh signifikan

yang dimaksud dikaitkan dengan teori maupun

terhadap manajemen laba, dengan

hasil dari penelitian terdahulu, yaitu:

nilai signifikansi sebesar 0,010 yang

1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa

berarti

berada

di

taraf

(5%).

Hasil

beban pajak tangguhan berpengaruh

signifikansi

tidak signifikan terhadap manajemen

penelitian ini mendukung penelitian

laba,

Carla & Bathala (1997), Ilya (2006),

dengan

nilai

signifikansi

0,05

bawah

sebesar 0,351 yang berarti berada di

Igan

atas taraf signifikansi 0,05 (5%).

Purnamawati

Hasil penelitian ini tidak mendukung

menyatakan bahwa semakin tinggi

penelitian Philips, Pincus & Rego

profitabilitas maka akan memiliki

(2003),

kecenderungan

Sumomba

dan

Hutomo

(2007),

Widyaningsih (2012)

dalam

yang

melakukan

(2012) yang membuktikan beban

praktik

pajak tangguhan dapat mendeteksi

diharapkannya

adanya manajemen laba perusahaan.

bonus bagi pihak manajemen. Di

Hasil

samping

penelitian

penelitian

tangguhan

mendukung

Yulianti

Widyaningsih (2012)

ini

dan

dimana tidak

(2004), Purnamawati

beban

pajak

berpengaruh

manajemen

dan

karena

kompensasi

itu,

memperoleh

laba

perusahaan laba

tinggi

atau

yang akan

melakukan praktik manajemen laba yang

lebih

perusahaan

besar

dibandingkan

yang

mengalami

terhadap praktik manajemen laba.

kerugian

Adanya

dikarenakan

perusahaan

yang

mengalami

kerugian

dapat

penurunan

tarif

pajak

menjadi 25% pada tahun 2010 tidak

(loss

firm),

hal

ini

38

dibebaskan dari pembayaran pajak demikian, dapat dikatakan bahwa variabel sesuai dengan peraturan perpajakan leverage di

Indonesia

yang

terbukti

mempunyai

pengaruh

menyatakan sebagai variabel kontrol untuk mendukung

bahwa perusahaan yang mengalami pengaruh variabel independen (beban pajak kerugian dapat mengkompensasikan tangguhan, profitabilitas dan perencanaan kerugiannya maksimal dalam kurun pajak) terhadap manajemen laba. Dengan waktu 5 (lima) tahun.

demikian, perusahaan manufaktur sub sektor

3) Hasil penelitian menunjukkan bahwa otomotif dan komponen di Indonesia yang perencanaan pajak berpengaruh tidak menjadi sampel dalam penelitian ini pada signifikan terhadap manajemen laba, periode 2010-2014 cukup mengindikasikan dengan nilai signifikansi sebesar adanya praktik manajemen laba. 0,118 yang berarti berada di atas taraf signifikansi 0,05 (5%). Hasil penelitian

ini

tidak

SIMPULAN

mendukung Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,

penelitian Ying dan Cheng (2004) sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab dan Sumomba dan Hutomo (2012) 5, terdapat beberapa simpulan penelitian yang

membuktikan

pajak

dapat

perencanaan sebagai berikut:

mendeteksi

adanya a) Beban pajak tangguhan tidak memiliki

manajemen laba perusahaan. Hal ini

pengaruh

disebabkan

manajemen laba.

pada

tahun

terdapat

penurunan

tarif

menjadi

sebesar

25%

2010,

yang

signifikan

terhadap

pajak b) Profitabilitas memiliki pengaruh yang dan

dibandingkan dengan tahun 2009

signifikan

terhadap

manajemen

laba.

sebesar 28% sehingga manajemen c) Perencanaan

pajak

tidak

memiliki

cenderung akan mengkaji ulang atau

pengaruh yang signifikan terhadap

memodifikasi

manajemen laba.

perencanaan

pajak

yang telah dibuat sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa leverage memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

manajemen

laba,

dengan

nilai

signifikansi sebesar 0,030 yang berarti berada di bawah taraf signifikansi 0,05 (5%). Dengan

DAFTAR PUSTAKA Asih, Prihat dan M. Gudono (2000). Hubungan Tindakan Perataan Laba dengan Reaksi Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 3 (1), 35-53.

39

Chariri, A. and Ghozali, I., (2007). Teori Akuntansi (Trans: Accounting Theory), Semarang: Badan Penerbit UNDIP, ISBN 979.704.014.3 Dechow, P., and R. Sloan. (1991). Executive Incentives and the Horizon Problem: An Empirical Investigation. Journal of Accounting and Economics, 14, 51– 89. ———, ———, and Sweeney, A. (1995). Detecting Earnings Management. The Accounting Review, 70, 193– 225. Eisenhardt, K.M. (1989). Agency Theory: An Assesment and Review. Academy of Management Review, 14 (1), 57-74. Gideon, Boediono, SB. (2005). Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi 8 Solo. 15-16 September 2005. Harnanto. 2013. Perencanaan Pajak. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE. Healy, P. (1985). The Effect of Bonus Schemes on Accounting Decisions. Journal of Accounting and Economics, 7, 85-107. ———, and Wahlen, J.M. (1999). A Review of the Earnings Management Literature and its Implications for Standard-Setting. Accounting Horizons 13, 365–383. Hutagaol, J. (2007). Perpajakan Isu-Isu Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat. Ikatan Akuntan Indonesia. (2012). Pernyatan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Igan, B. (2007). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba. Diakses 01 Oktober 2014 dari World Wide Web:

Ilya,

A. (2006). Mengungkap Praktik Earnings Management di Perusahan. Jurnal Bisnis Manajemen dan Ekonomi, 7 (3), 828-841. Irianto, G. (2003). Skandal Korporasi dan Akuntan. Lintasan Ekonomi, XX (2), 104-114. Jensen, M.C. dan Meckling, W.H. (1976). Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, (3), 305-360. Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia. (2003). Surat Putusan Perkara Nomor: 08/KPPUL/2003. Jakarta: KPPU. Kuncoro, M. (2014). Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi (Edisi ke-4). Jakarta: Erlangga. Lumbantoruan, S. (2005). Akuntansi Pajak. Jakarta: Gramedia. Moses, D.O. (1997). Income Smooting and Incentives: Empirical Using Accounting Changes. The Accounting Review, LXI (2), 259372. Philips, J.D., Pincus, M., & Rego, S.O. (2003). Earnings Management : New Evidence Based on Deferred Tax Expense. The Acounting Review. 78 (2), 491– 521. Pohan, C.A. (2013). Manajemen Perpajakan – Strategi Perencanaan Pajak dan Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Purba. J. M. dan Pujiastuti. S. E. (2009). Dilema Etik dan Pengambilan Keputusan Etis. Jakarta: EGC. Ross, S.A., Westerfield R.W., & Jordan B.D. (2014). Pengantar Keuangan Perusahaan-Corporate Finance Fundamentals. Jakarta: Salemba Empat. Santi, A.W. & Yulianti. (2009). Hubungan Laba Akuntansi dan Laba Pajak dengan Perilaku Manajemen Laba

40

dan Persistensi Laba. Simposium Nasional Akuntansi 12 Palembang. Sartono, Agus. (2010). Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi (4th ed.). Yogyakarta: BPFE. Scott, W.R. (2012). Financial Accounting Theory (6th ed). New Jersey: Prentice-Hall International, Inc. Stuben, S.R. (2010). Discretionary Revenues as a Measure of Earnings Management. The Accounting Review, 67 (3), 546-562. Suandy, E. (2008). Perencanan Pajak. (4th ed.). Jakarta: Salemba Empat Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Sulistyanto, H.S. (2008). Manajemen Laba – Teori dan Model Empiris. Jakarta: PT. Grasindo. Sumomba, C.R dan Hutomo, Y.S. (2012). Pengaruh Pajak Tangguhan dan Perencanan Pajak Terhadap Manajemen Laba. Kinerja, 16 (2), 103-115. United States Securities & Exchange Commision (US SEAC). Watts, R. L., & Zimmerman, J.L. (1986). Positive Accounting Theory. New Jersey: Prentice Hall, Inc. ______________________________. (1990). Positive Acounting Theory: A Ten Year Respective. The Accounting Review, 65 (1), 131156. Wild, J.J., Subramanyam, K.R. & Halsey, R.F. (2004). Financial Statement Analysis, (18th ed.). Boston: Mc. Graw-Hill. Yin, Q.J. & Cheng S.A. (2004). Earnings Management of Profit Firms and Loss Firms in Response to Tax Rate Reductions. Review of Accounting & Finance, 3, 67-92. Yulianti. (2004). Kemampuan Beban Pajak Tangguhan dalam Mendeteksi Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi VII Denpasar. 2-3 September 2004.

Widyaningsih, A. dan Purnamawati, C.A. (2012). Pengaruh Pajak Tanguhan dan Probabilitas terhadap Manajemen Laba. Forum Bisnis & Keuangan, 1, 323-339. http://www.idx.co.id