PENGARUH CURRENT RATIO, RETURN ON EQUITY, DAN

Download PENGARUH CURRENT RATIO, RETURN ON EQUITY, DAN EARNING PER SHARE. TERHADAP RETURN SAHAM. Ivan Andrianto Gejali. Ichaan_genius@ yahoo.com. B...

0 downloads 447 Views 939KB Size
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 6 (2013)

PENGARUH CURRENT RATIO, RETURN ON EQUITY, DAN EARNING PER SHARE TERHADAP RETURN SAHAM Ivan Andrianto Gejali [email protected] Budhi Satrio Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT This research is meant to discuss the influence of current ratio, return on equity, and earning per share to the stock return. The object which is researched is automotive companies which go public in the Indonesia Stock Exchange. By using sampling purposive technique 6 automotive companies which have fulfilled requirements to be researched are gained. The data which will be researched is taken from financial statements such as balance report, lost-profit statement from 2007 to 2011 which is gained from the Indonesia Stock Exchange. The multiple regressions analysis is applied in this research. The result of this research indicates that current ratio, return on equity and earning per share variables simultaneously influence the stock return. But, only return on equity and earning per share variables which partially have significant influence to the stock return while the result of current ratio variable indicates that there is no significant influence to the stock return. This is caused by the current ratio variable is getting higher therefore it will have negative influence to the profit which is achieved by the company, while the investors are more interested in investing their capital to the high profit company’s stock. Keywords:

stock return, current ratio, return on equity, earning per share ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk membahas pengaruh current ratio, return on equity, dan earnings per share terhadap return saham. Objek yang diteliti adalah perusahaan otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia. Dengan menggunakan teknik sampling purposive maka diperoleh 6 perusahaan otomotif yang telah memenuhi persyaratan untuk diteliti. Data yang akan diteliti berasal dari laporan keuangan berupa neraca dan laporan rugi-laba pada tahun 2007 sampai dengan 2011 yang diperoleh di Bursa Efek Indonesia. Analisis pada data di dalam penelitian ini menggunakan teknik regresi berganda. Hasil pada penelitian ini menunjukkan variabel current ratio, return on equity, dan earning per share secara simultan mempengaruhi return saham. Namun secara parsial hanya variabel return on equity dan earning per share yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham sedangkan untuk variabel current ratio hasil yang diperoleh menunjukkan tidak ada pengaruh signifikan terhadap return saham. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi current ratio, maka akan berpengaruh negatif terhadap laba yang diperoleh perusahaan, sedangkan investor lebih tertarik untuk berinvestasi pada saham perusahaan yang memiliki laba tinggi. Kata Kunci : return saham, current ratio, return on equity, earning per share. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pasar modal dapat dijadikan salah satu alternatif bagi perusahaan untuk mendapatkan dana. Pasar modal merupakan mediator antara pihak yang kelebihan dana atau lenders dengan pihak yang membutuhkan dana atau borrowers. Dengan menginvestasikan kelebihan

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 6 (2013)

2 dana yang mereka miliki, lenders mengharapkan akan memperoleh imbalan dari penyerahan dana tersebut. Dari sisi borrowers tersedianya dana dari pihak luar memungkinkan mereka melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan (Husnan, 2009:4). Dunia otomotif di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, mengalami perkembangan yang pesat. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan konsumen akan produk-produk otomotif yang kemudian ditandai dengan semakin banyaknya bermunculan kendaraan-kendaraan pribadi maupun umum dengan jenis dan merek yang beragam. Sehingga dengan perkembangan otomotif yang semakin pesat, menyebabkan banyak perusahaan otomotif yang memutuskan untuk menambah modal dengan cara menawarkan sekuritasnya kepada publik. Pasar perdana merupakan tempat bagi perusahaan-perusahaan untuk pertama kalinya menjual sekuritasnya ke public. Sebelum menawarkan sekuritas di pasar perdana, perusahaan sebelumnya akan mengeluarkan informasi secara detail yang berkaitan dengan perusahaan. Dalam menjual sekuritasnya, perusahaan umumnya menggunakan jasa professional, dan lembaga pendukung pasar modal untuk membantu menyiapkan berbagai dokumen serta persyaratan yang diperlukan untuk go public (Tandelilin, 2001:14). Dengan menjual sekuritas tersebut, perusahaan mengharapkan memperoleh tambahan dana yang dapat dipakai untuk keperluan aktivitas perusahaan. Setelah sekuritas tersebut dijual oleh perusahaan di pasar perdana, sekuritas tersebut kemudian akan diperdagangkan oleh investor di pasar sekunder. Pasar sekunder merupakan tempat atau sarana transaksi jual-beli efek antar investor dan harga dibentuk investor melalui perantara efek (Samsul, 2006:47). Transaksi yang dilakukan investor di pasar sekunder tidak akan memberikan tambahan dana lagi bagi emiten, karena transaksi hanya terjadi antar investor, bukan dengan emiten (Tandelilin, 2001:14). Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar sekunder adalah saham, obligasi, bukti right, dan warrant. Investasi merupakan suatu kegiatan untuk meningkatkan dana pada satu atau lebih aset dalam periode tertentu dengan harapan untuk memperoleh return di masa akan datang. Return tersebut dapat berupa capital gain, yaitu keuntungan berupa selisih antara harga jual dengan harga beli. Selain dapat memperoleh keuntungan, investasi pada saham merupakan investasi yang penuh dengan risiko. Yang dimaksud dengan penuh risiko adalah karena harga saham sewaktu-waktu dapat naik atau turun, sehingga apabila harga saham turun menyebabkan investor memperoleh return berupa capital loss. Fluktuasi pada saham tersebut dikarenakan sifat saham tersebut yang peka akan perubahan disebabkan oleh faktor internal perusahaan maupun faktor eksternal eksternal perusahaan. Investor yang akan berinvestasi berupa saham, hendaknya melakukan analisis terlebih dahulu. Analisis pada investasi saham dilakukan untuk menilai perusahaan manakah yang memberikan return terbesar. Terdapat dua pendekatan analisis yang sering digunakan dalam penilaian investasi saham, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental digunakan oleh investor yang memiliki tujuan investasi jangka panjang, yaitu dengan cara melihat data yang berhubungan dengan kinerja perusahaan. Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan, sehingga dapat memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan kas serta untuk merumuskan efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya (Prastowo dan Juliaty, 2008:6). Sedangkan analisis teknikal digunakan oleh investor yang ingin berinvestasi jangka pendek. Analisis teknikal dapat dilakukan dengan cara mengamati data perubahan saham di waktu lalu (Sunariyah, 2004:168). Investor yang memiliki tujuan investasi dalam waktu jangka panjang pada umumnya akan mengharapkan untuk memperoleh return berupa dividen dan capital gain. Dividen merupakan pembagian laba yang diberikan oleh emiten kepada

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 6 (2013)

3 investor. Investor yang memiliki tujuan investasi jangka pendek pada umumnya hanya mengharapkan return berupa capital gain. Dalam menilai kinerja perusahaan, investor dapat menilai dari laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan setiap tahunnya. Laporan keuangan merupakan catatan mengenai informasi keuangan suatu perusahaan pada periode akuntansi tertentu. Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (Prastowo dan Juliaty, 2008:5). Laporan keuangan terdiri atas neraca dan laporan rugi-laba. Dengan menggunakan informasi laporan keuangan perusahaan inilah, para investor dapat memperoleh informasi mengenai rasio lancar atau Current Ratio (CR), rentabilitas modal sendiri atau Return On Equity (ROE), dan laba bersih per lembar saham atau Earning Per Share (EPS). Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk membahas pengaruh Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS) secara simultan dan parsial terhadap return saham. TINJAUAN TEORETIS Return Saham Investor yang hendak berinvestasi berupa saham pada umumya akan berusaha untuk dapat memaksimalkan return yang akan diperolehnya tanpa melupakan faktor risiko dari investasi yang harus dihadapinya. Return merupakan salah faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya (Tandelilin, 2010:102). Sedangkan return saham merupakan pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal investasi (Samsul, 2006:291). Return pada investasi saham dapat berupa capital gain atau capital loss dan dividen. Capital gain diperoleh investor apabila harga jual saham lebih tinggi dibanding dengan harga beli, dengan kata lain capital gain merupakan keuntungan yang akan diperoleh investor dalam berinvestasi berupa saham. Sedangkan capital loss diperoleh investor apabila harga jual saham lebih rendah dibanding dengan harga beli, dengan kata lain capital loss merupakan kerugian yang diperoleh investor dalam berinvestasi berupa saham. Saham merupakan surat berharga sebagai bukti penyertaan atau kepemilikan individu maupun institusi yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (Sunariyah, 2004:127). Menurut Samsul (2006:200), harga suatu jenis saham dipengaruhi oleh kinerja perusahaan dan kemungkinan risiko yang dihadapi perusahaan. Kinerja perusahaan dapat diketahui dengan melihat data berupa laporan keuangan. Dengan menggunakan laporan keuangan, maka investor dapat melihat dan menganalisis informasi mengenai laba operasi, laba bersih dan rasio keuangan yang menggambarkan kekuatan manajemen dalam mengelola perusahaan. Current Ratio (CR) Menurut Hanafi dan Halim (2005:79), CR digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. Hutang jangka pendek merupakan hutang yang harus dilunasi dalam jangka waktu satu tahun atau kurang. Hutang jangka pendek berupa hutang wesel, hutang pajak, dan hutang gaji. Sedangkan aktiva lancar merupakan aktiva yang manfaat ekonominya diharapkan akan diperoleh dalam waktu satu tahun atau kurang (Prastowo dan Juliaty, 2008:18). Aktiva lancar berupa kas, surat berharga, piutang, dan persediaan. Nilai CR yang rendah atau mendekati nol menunjukkan bahwa ketidak-mampuan perusahaan dalam pengembalian hutang jangka pendeknya. Sedangkan nilai CR yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai kemampuan dalam pengembalian hutang

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 6 (2013)

4 jangka pendek. Dengan semakin tinggi nilai CR maka memberikan jaminan atau rasa aman terhadap kreditor jangka pendek. Return On Equity (ROE) Perusahaan yang mempunyai laba tinggi cenderung disukai oleh investor untuk berinvestasi pada saham. Pada umumnya tujuan investor untuk berinvestasi pada saham adalah untuk memperoleh return berupa capital gain atau dividen. Dengan kata lain perusahaan yang mempunyai laba tinggi cenderung lebih konsisten dalam membagikan dividen dibanding dengan perusahaan yang labanya rendah. Hal tersebut menunjukkan kepada investor bahwa kinerja perusahaan baik. Dengan kinerja perusahaan yang baik maka saham perusahaan tersebut akan diminati oleh investor. Salah satu indikator kinerja perusahaan yang perlu dicermati oleh investor sebelum berinvestasi pada saham adalah dengan memperhatikan rasio ROE. Menurut Wild, Subrayaman, dan Halsey (2005:79), ROE merupakan hal yang sangat menarik bagi pemegang saham suatu perusahaan. ROE digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu (Hanafi dan Halim, 2005:87). Apabila perusahaan dapat menghasilkan ROE tinggi, maka investor menganggap bahwa perusahaan telah menggunakan modalnya dengan seefisien dan seefektif mungkin, berarti akan memberikan jaminan pada investor untuk memperoleh laba yang diharapkan (Respatia, 2006). Earning Per Share (EPS) Menurut Sutrisno (2001:255), EPS merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik. Nilai EPS yang tinggi menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih per lembar saham tinggi, Sedangkan EPS yang rendah menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasikan laba bersih per lembar saham kecil. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih inilah yang menyebabkan fluktuasi pada rasio EPS karena rasio ini dipengaruhi laba bersih yang diperoleh perusahaan dibagi dengan jumlah lembar saham yang beredar. Semakin tinggi perusahaan menghasilkan laba bersih maka nilai EPS akan mengalami peningkatan. Tinggi atau rendahnya nilai dari EPS akan mempengaruhi investor untuk berinvestasi berupa saham, karena nilai EPS yang tinggi menunjukkan kinerja perusahaan baik. Dan sebaliknya nilai EPS yang rendah menunjukkan kinerja perusahaan tidak baik, sehingga menyebabkan ketidak-tertarikan investor untuk berinvestasi berupa saham perusahaan tesebut. Neraca Neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. Neraca tidak memberikan informasi nilai perusahaan secara langsung, tetapi informasi tersebut bisa dilihat dengan mempelajari neraca digabung dengan laporan keuangan yang lain (Hanafi dan Halim, 2005:52). Neraca memiliki tiga unsur, yaitu aktiva, hutang, dan ekuitas. Laporan Rugi-Laba Laporan rugi-laba merupakan laporan yang menunjukkan hasil kegiatan perusahaan pada suatu periode tertentu (Sutrisno, 2001:243). Laporan rugi-laba terdiri atas laba atau income dan beban atau expence.

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 6 (2013)

5 Pengembangan Hipotesis Pengaruh CR, ROE, dan EPS terhadap return saham Rasio CR, ROE, dan EPS mempunyai pengaruh terhadap return saham dikarenakan apabila kinerja perusahaan baik, maka investor akan percaya untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Sebaliknya apabila kinerja perusahaan buruk, menyebabkan ketidakpercayaan investor untuk berinvestasi pada saham tersebut. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah: H1 : CR, ROE, dan EPS mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham Pengaruh CR terhadap return saham Rasio CR mempunyai pengaruh terhadap return saham dikarenakan apabila nilai CR suatu perusahaan tinggi menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam pengembalian hutang jangka pendek akan semakin tinggi. Dengan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam pengembalian hutang jangka pendek menunjukkan kepada investor bahwa perusahaan dapat beroperasi dengan baik dan semakin rendah risiko yang harus ditanggung oleh investor. Sehingga investor akan tertarik untuk berinvestasi pada saham perusahaan tersebut. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah: H2 : CR mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham Pengaruh ROE terhadap return saham Rasio ROE mempunyai pengaruh terhadap return saham dapat terjadi karena dengan semakin tinggi nilai ROE menunjukkan manajemen perusahaan semakin baik karena semakin tinggi nilai ROE, mengindikasikan bahwa perusahaan telah berhasil mengelola modal yang telah diinvestasikan oleh investor berupa saham. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah: H3 : ROE mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham Pengaruh EPS terhadap return saham Rasio EPS mempunyai pengaruh terhadap return saham karena informasi mengenai EPS dapat digunakan oleh investor untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih per lembar saham sehingga tinggi atau rendahnya nilai EPS akan berpengaruh terhadap keputusan investor untuk berinvestasi berupa saham, karena jika nilai EPS tinggi mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan baik. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah: H4 : EPS mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Perusahaan Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007 sampai dengan 2011. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive. Menurut Sugiyono (2007:78), sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang digunakan dalam memilih sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan otomotif yang masih terdaftar BEI pada tahun 2007 sampai dengan 2011, (2) Perusahaan yang sahamnya aktif diperdagangkan di BEI pada tahun 2007 sampai dengan 2011, (3) Perusahaan yang setiap tahunnya mengeluarkan laporan keuangan pada tahun 2007 sampai dengan 2011. Dengan menggunakan pertimbangan di atas, maka perusahaan otomotif yang diteliti adalah sebanyak enam perusahaan, yaitu sebagai berikut: (1) PT Astra Internasional, Tbk, (2) PT Astra Otopart, Tbk, (3)PT Goodyear Indonesia, Tbk, (4) PT Gajah Tunggal, Tbk, (5) PT Multistrada Arah Sarana, Tbk, (6) PT Selamat Sempurna, Tbk.

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 6 (2013)

6 Variabel dan Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel merupakan suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan dan diartikan, sehingga tidak salah dimengerti. Batasan operasional variabel tersebut didasarkan atas sifat yang dapat didefinisikan, diamati, dan diobservasi. Sehingga definisi variabel operasional dalam penelitian ini adalah: Variabel Bebas 1. Current Ratio (CR) Menurut Hanafi dan Halim (2005:79), CR digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. CR dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan hutang jangka pendek. Aktiva lancar merupakan aktiva yang manfaat ekonominya diharapkan akan diperoleh dalam waktu satu tahun atau kurang (Prastowo dan Juliaty, 2008:18). Sedangkan hutang jangka pendek merupakan hutang yang harus dilunasi dalam jangka waktu satu tahun atau kurang. Hutang jangka pendek berupa hutang wesel, hutang pajak, dan hutang gaji. 2. Return On Equity (ROE) Menurut Hanafi dan Halim (2005:87), ROE digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. ROE dihitung dengan membagi laba bersih dengan total ekuitas. Laba bersih merupakan pendapatan dan keuntungan yang dikurangi dengan beban, kerugian dan pajak selama periode pelaporan. Sedangkan ekuitas merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan. Menurut Prastowo dan Juliaty (2008:19), ekuitas dapat disubklasifikasikan menjadi dua, yaitu ekuitas yang berasal dari setoran para pemilik, misalnya modal saham dan ekuitas yang berasal dari hasil operasi, yaitu laba yang tidak dibagikan kepada para pemilik, misalnya dalam bentuk dividen. 3. Earning Per Share (EPS) Menurut Sutrisno (2001:255), EPS merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik. EPS dihitung dengan membagi laba bersih dengan jumlah lembar saham yang beredar. Variabel Terikat Return Saham Menurut Samsul (2006:291), return saham merupakan pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal investasi. Return saham dihitung dengan mencari selisih antara harga saham saat ini dengan harga saham periode sebelumnya dibagi dengan harga saham periode sebelumnya. Uji Asumsi Klasik Sebelum menguji hipotesis, penggunaan model regresi perlu memperhatikan adanya kemungkinan penyimpangan asumsi klasik, karena pada hakekatnya jika asumsi dalam uji asumsi klasik ini tidak dipenuhi, maka variabel-variabel yang menjelaskan akan menjadi tidak efisien. Uji asumsi klasik terdiri dari: 1. Uji normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. 2. Uji multikolinearitas Menurut Kuncoro (2001:114), multikolinearitas adalah adanya suatu hubungan linear yang sempurna (mendekati sempurna) antara beberapa atau semua variabel bebas. 3. Uji autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1.

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 6 (2013)

7 4. Uji heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Analisis Regresi Linier Berganda Menurut Sugiyono (2007:210), regresi linier berganda digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel terikat, bila dua atau lebih variabel bebas sebagai prediktor dimanipulasi (dinaik-turunkan nilainya). Bentuk umum dari regresi linier berganda secara matematis adalah sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3+ ei

Keterangan: Y = Harga Saham a = Konstanta b = Koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas X1 = Current Ratio X2 = Return On Equity X3 = Earning Per Share ei = Variabel pengganggu Koefisien Korelasi dan Determinasi Berganda Koefisien korelasi merupakan cerminan tingkat hubungan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Koefisien korelasi berganda digunakan untuk mengukur keeratan hubungan secara simultan antara variabel bebas berupa CR, ROE, dan EPS terhadap variabel terikat, yaitu return saham. Sedangkan koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat (Kuncoro, 2001:100). Uji koefisien determinasi digunakan untuk menunjukkan seberapa besar prosentase variasi dalam variabel bebas berupa CR, ROE dan EPS yang dapat dijelaskan dalam variabel terikat, yaitu return saham. Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F) Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas berupa CR, ROE, dan EPS secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat, yaitu return saham. Tahaptahap yang dilakukan adalah: 1. Merumuskan hipotesis H0 diterima, artinya secara simultan CR, ROE, dan EPS tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham. 2. Menentukan tingkat signifikansi Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 0,05 atau 5%. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) Uji t digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas berupa CR, ROE, dan EPS secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat, yaitu return saham. Tahap-tahap yang dilakukan adalah: 1. Merumuskan hipotesis H0 diterima, artinya secara simultan CR, ROE, dan EPS tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham. 2. Menentukan tingkat signifikansi Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 0,05 atau 5%

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 6 (2013)

8 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji asumsi klasik Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah data yang dianalisis telah memenuhi syarat dari keempat uji asumsi klasik atau tidak. Perhitungan untuk keempat uji asumsi klasik tersebut terdiri dari pengujian normalitas data, multikolineritas, autokerelasi, dan heteroskedastisitas untuk mengetahui apakah hasil estimasi yang dilakukan betul-betul terbebas dari gangguan. Adapun hasil pada uji asumsi klasik pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Uji normalitas Dalam penelitian ini, uji normalitas data untuk memenuhi standar statistik yang berhubungan dengan regresi linier diolah dengan menggunakan program SPSS 21 dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov maupun pendekatan grafik. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: a. Metode Kolmogorov-Smirnov Dasar pengambilan keputusan untuk menentukan normal atau tidaknya data adalah jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka data tersebut terdistribusi normal. Sedangkan jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka data tersebut tidak terdistribusi normal. Tabel 1 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Variabel Return Saham

Asym. Sig (2-tailed) 0,650

CR

0,499

ROE

0,069

EPS

0,075

Sumber: Hasil output SPSS, diolah

Keterangan Data Terdistribusi Normal Data Terdistribusi Normal Data Terdistribusi Normal Data Terdistribusi Normal

Berdasarkan data pada tabel 1 menunjukkan nilai signifikansi untuk variabel return saham sebesar 0,650, CR sebesar 0,499, ROE sebesar 0,069, dan EPS sebesar 0,075. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari keempat variabel, yaitu return saham, CR, ROE, dan EPS data terdistribusi normal. b. Pendekatan grafik Dasar pengambilan keputusan untuk menentukan normal atau tidaknya data adalah jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka data terdistribusi normal. Sedangkan jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, data tidak terdistribusi normal.

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 6 (2013)

9

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Return Saham

Expected Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

Observed Cum Prob

Gambar 1 Grafik Uji Normalitas Data Sumber: Hasil output SPSS, diolah

Berdasarkan data yang telah diolah menunjukkan bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistibusi normal. 2. Uji multikolinearitas Dasar pengambilan keputusan untuk menentukan apakah terdapat masalah multikoliniearitas adalah jika nilai tolerance kurang dari 0,10 dan VIF lebih dari 10, maka terjadi multikolinearitas. Sedangkan jika nilai tolerance lebih 0,10 dan VIF kurang 10, maka tidak terjadi multikolinearitas. Tabel 2 Hasil Pengujian Multikolinearitas Model CR ROE EPS

Collinearity Statistics Tolerance VIF 0,845 1,183 0,971 1,030 0,846 1,182

Sumber: Hasil output SPSS, diolah

Berdasarkan data pada tabel 2 menunjukkan nilai tolerance variabel CR sebesar 0,845, ROE sebesar 0,971, dan EPS sebesar 0,846. Sedangkan nilai VIF variabel CR sebesar 1,183, ROE sebesar 1,030, dan EPS sebesar 1,182. Dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak terjadi masalah multikolinearitas. 3. Uji autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Menurut Hanke dan Reitsch (dalam Kuncoro 2001:106), autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain.

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 6 (2013)

10 Tabel 3 Batas-Batas Uji Durbin-Watson Distribusi 2,098 < 1,198 1,198 < 2,098 < 2,098 1,650 < 2,098 < 2,35 2,351 < 2,098 < 2,802 2,098 > 2,802

Keterangan Autokorelasi Positif Daerah Keragu-raguan Tidak Ada Autokorelasi Daerah Keragu-raguan Autokorelasi Negatif

Sumber: Hasil output SPSS, diolah

Berdasarkan data pada tabel 3 dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mempunyai masalah autokorelasi. 4. Uji Heteroskedastisitas Dasar pengambilan keputusan untuk menentukan apakah terdapat masalah heteroskedastisitas adalah jika terdapat pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur, maka terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Scatterplot

Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Return Saham 4

2

0

-2

-4 -3

-2

-1

0

1

2

Regression Standardized Predicted Value

Gambar 2 Grafik Uji Heteroskedastisitas Sumber: Hasil output SPSS, diolah

Berdasarkan data yang telah diolah, menunjukkan tidak ada pola yang jelas, serta titiktitik menyebar di atas dan di bawah, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terdapat masalah heteroskedastisias. Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda Tujuan digunakan persamaan regresi linier berganda adalah untuk melakukan pendugaan atau taksiran variasi nilai suatu variabel terikat yang disebabkan oleh variasi nilai suatu variabel bebas.

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 6 (2013)

11 Tabel 4 Hasil Regresi Linier Berganda

Model (Constant) CR ROE EPS

B 1,601 -0,040 0,393 0,423

Unstandardized Coefficients Std. Error 0,363 0,502 0,112 0,118

Sumber: Hasil output SPSS, diolah

Berdasarkan tabel 4, maka persamaan regresi dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Konstanta regresi ( α ) Konstanta regresi menunjukkan nilai sebesar 1,601 yang berarti jika tidak ada CR, ROE, dan EPS maka besarnya return saham adalah 1,601. 2. Koefisien regresi CR (b1) Besarnya koefisien b1 adalah -0,040 yang berarti menunjukkan arah hubungan negatif atau berlawanan arah antara return saham dengan CR. Tanda negatif menunjukkan tidak ada pengaruh CR terhadap return saham, yaitu jika variabel CR naik sebesar satu satuan maka return saham tidak mengalami perubahan. 3. Koefisien regresi ROE (b2) Besarnya koefisien b2 adalah 0,393 yang berarti menunjukkan arah hubungan positif atau searah antara return saham dengan ROE. Tanda positif menunjukkan pengaruh ROE searah terhadap return saham, yaitu jika variabel ROE naik sebesar satu satuan maka return saham akan naik sebesar b2 yaitu 0,393 dengan asumsi variabel yang lainnya konstan. 4. Koefisien regresi EPS (b3) Besarnya koefisien b3 adalah 0,423 yang berarti menunjukkan arah hubungan positif atau searah antara return saham dengan EPS. Tanda positif menunjukkan pengaruh EPS searah terhadap return saham, yaitu jika variabel EPS naik sebesar satu satuan maka return saham akan naik sebesar b3 yaitu 0,423 dengan asumsi variabel yang lainnya konstan. Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi Koefisien korelasi digunakan untuk mengukur keeratan hubungan secara simultan antara variabel bebas berupa CR, ROE, dan EPS terhadap variabel terikat, yaitu return saham. Menurut Kuncoro (2001:100), koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Hasil koefisien korelasi dan determinasi pada penelitian ini adalah: Tabel 5 Hasil Koefisien Korelasi Dan Determinasi Model 1

R 0,703

R Square 0,710

Sumber: Hasil output SPSS, diolah

Berdasarkan tabel diatas maka dapat diuraikan: 1. Koefisien korelasi berganda (R) Koefisien korelasi berganda ditunjukkan dengan R sebesar 0,703 atau 70,3% yang berarti bahwa korelasi atau hubungan antara variabel bebas yang terdiri atas CR, ROE,

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 6 (2013)

12 dan EPS terhadap variabel terikat yaitu return saham secara simultan memiliki hubungan yang cukup kuat. 2. Koefisien determinasi (R2) Hasil Koefisien determinasi yang ditunjukkan dengan nilai sebesar 0,710 menunjukkan sumbangan atau kontribusi dari variabel bebas yang terdiri atas CR, ROE, dan EPS secara simultan terhadap return saham adalah sebesar 71%. Sedangkan sisanya sebesar 29% dipengaruhi oleh sebab-sebab lainnya di luar model. Pengujian Secara Simultan (Uji F) Uji F dilakukan untuk menguji keberartian pengaruh dari variabel bebas berupa CR, ROE, EPS secara simultan terhadap variabel terikat, yaitu return saham, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,05 atau 5%. Berdasarkan data yang telah diolah, menunjukkan hasil yang dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini. Tabel 6 Hasil Uji F Model Regression

Df 3

Residual Total

25 28

F 4,238

Sig. 0,15

Sumber: Hasil output SPSS, diolah

Berdasarkan tabel 6 di atas, maka diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,015 atau lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel bebas berupa CR, ROE, dan EPS mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat, yaitu return saham. Hal ini menunjukkan bahwa return yang diperoleh investor dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Apabila kinerja perusahaan baik, maka investor akan percaya untuk berinvestasi pada saham perusahaan tersebut. Sebaliknya apabila kinerja perusahaan buruk, menyebabkan ketidak-percayaan investor untuk berinvestasi pada saham tersebut. Dengan kata lain kinerja perusahaan akan mempengaruhi mekanisme permintaan dan penawaran pada saham sehingga akan mempengaruhi harga saham dan menyebabkan investor akan memperoleh return berupa capital gain atau capital loss. Hasil dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Novianto (2011), yang menyatakan bahwa secara simultan variabel ROE, EPS, dan PER mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian saat ini adalah pada penelitian sebelumnya menggunakan variabel PER atau Price Earning Ratio, sedangkan pada penelitian saat ini menggunakan variabel CR. Pengujian Secara Parsial (Uji t) Uji t digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas berupa CR, ROE, dan EPS secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat, yaitu return saham. Berdasarkan data yang telah diolah, menunjukkan hasil yang dapat dilihat pada tabel 7.

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 6 (2013)

13 Tabel 7 Hasil Uji t Variabel CR ROE

t -0,079 3,513

Sig 0,937 0,002

Keterangan Tidak Signifikan Signifikan

EPS

3,151

0,008

Signifikan

Sumber: Hasil output SPSS, diolah

Berdasarkan tabel di atas maka dapat diuraikan hasil uji t untuk variabel bebas berupa CR, ROE dan EPS terhadap return saham sebagai berikut: 1. Uji t terhadap variabel CR Hasil yang diperoleh menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,937 atau lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel CR tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham. CR digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya (Hanafi dan Halim, 2005:79). Nilai CR yang tinggi menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam pengembalian hutang jangka pendek akan semakin tinggi. Tetapi menurut Martono dan Harjito (2010:55), CR yang tinggi akan berpengaruh negatif terhadap kemampuan memperoleh laba, karena sebagian modal kerja tidak berputar atau mengalami pengangguran. Hal inilah yang menyebabkan adanya pengaruh negatif antara CR dengan return saham karena pada umumnya investor lebih tertarik untuk berinvestasi pada saham perusahaan yang memiliki laba tinggi. Hasil pada penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Subalno (2009), yang menyatakan bahwa CR tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham. Menurut Subalno (2009), CR tidak mempunyai pengaruh signifikan dikarenakan investor dalam melakukan investasi tidak memandang penting aktiva lancar dan hutang lancar yang dimiliki perusahaan. 2. Uji t terhadap variabel ROE Hasil yang diperoleh menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,002 atau kurang dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel ROE mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham. Menurut Hanafi dan Halim (2005:87), ROE digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Sehingga investor yang ingin berinvestasi berupa saham dalam waktu jangka panjang akan terus memperhatikan rasio ini. Apabila perusahaan dapat menghasilkan ROE tinggi, maka investor menganggap bahwa perusahaan telah menggunakan modalnya dengan seefisien dan seefektif mungkin, berarti akan memberikan jaminan pada investor untuk memperoleh laba yang diharapkan (Respatia, 2006). Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai dari ROE, investor akan tertarik untuk berinvestasi pada saham karena semakin tinggi nilai ROE, menunjukkan bahwa perusahaan telah berhasil mengelola modal yang telah diinvestasikan oleh investor berupa saham. Hasil pada penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Novianto (2011), yang menyatakan secara parsial ROE tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham. Menurut Novianto (2011), ROE tidak mempunyai pengaruh signifikan dikarenakan investor kurang menganggap penting akan laba bersih dan tingkat penjualan yang dilakukan oleh perusahaan, investor lebih memperhatikan dari segi faktor lain misalnya faktor keamanan investasinya atau kondisi politik yang berlaku pada masa itu.

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 6 (2013)

14 3. Uji t terhadap variabel EPS Hasil yang diperoleh menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,008 atau kurang dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel EPS mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham. Menurut Sutrisno (2001:255), EPS merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai EPS, menyebabkan investor akan tertarik untuk berinvestasi saham pada perusahaanperusahaan otomotif, karena semakin tinggi nilai EPS mengindikasikan bahwa keuntungan yang diperoleh investor akan meningkat. Hasil pada penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Christanty (2009), yang menyatakan bahwa secara parsial EPS mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham. Menurut Christanty (2009), EPS mempunyai pengaruh signifikan dikarenakan kemampuan perusahaan dalam memberikan laba dalam lembar saham membawa daya tarik terhadap investor untuk memiliki saham tersebut. SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, menunjukkan kinerja perusahaan berupa Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS) secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Hal ini menunjukkan return yang diperoleh investor dipengaruhi oleh baik atau buruknya kinerja perusahaan. Apabila kinerja perusahaan baik, maka investor akan percaya untuk berinvestasi pada saham perusahaan tersebut. Sebaliknya apabila kinerja perusahaan buruk menyebabkan ketidak-percayaan investor untuk berinvestasi pada saham tersebut. Secara parsial hanya ROE dan EPS yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham sedangkan CR tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Hal tersebut terjadi karena semakin tinggi nilai CR maka laba yang diperoleh perusahaan cenderung mengalami penurunan yang disebabkan adanya modal kerja yang tidak berputar. Dengan laba yang cenderung menurun menyebabkan investor tidak tertarik untuk berinvestasi pada saham tersebut, karena pada umumnya investor lebih tertarik untuk berinvestasi pada saham perusahaan yang mempunyai laba tinggi. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel, yaitu Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS), 2. Return saham pada penelitian ini menggunakan konsep capital gain atau capital loss. Saran 1. Bagi perusahaan, rasio CR, ROE, dan EPS dapat digunakan sebagai pengukuran tingkat harga saham. Dengan demikian manajemen perusahaan perlu mempertimbangkan dengan baik kinerja perusahaannya, karena dengan meningkatnya kinerja perusahaan maka diprediksi harga saham perusahaan akan mengalami peningkatan. 2. Bagi calon investor disarankan untuk menggunakan analisis fundamental apabila ingin berinvestasi berupa saham dalam waktu jangka panjang. Analisis tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi dan menganalisis harga saham suatu perusahaan sebelum melakukan investasi di Bursa Saham guna memperoleh return yang diharapkan berupa capital gain dan dividen. 3. Return saham dalam penelitian berikutnya diharapkan menggunakan konsep capital gain atau capital loss dan dividen.

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 6 (2013)

15 4. Dalam penelitian berikutnya diharapkan menambah variabel-variabel mikro seperti Debt Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Dividend Payout Ratio (DPR), dan atau variabel-variabel makro seperti tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan kurs valuta asing.

DAFTAR PUSTAKA Christanty, M. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Economic Value Added (EVA) terhadap Return Saham. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang. Halim, A. 2005. Analisis Investasi. Edisi Kedua. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Hanafi, M. dan A. Halim. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Penerbit UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Husnan, S. 2009. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Keempat. Penerbit UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Kuncoro, M. 2001. Metode Kuantitatif. Edisi pertama. Penerbit UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Martono dan A. Harjito. 2010. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Novianto, A.B. 2011. Pengaruh Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), dan Price Earning Ratio (PER) Terhadap Return Saham Pada Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. STIESIA. Surabaya. Prastowo, D.D. dan R. Juliaty. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Penerbit UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Respatia, W. 2006. Pengaruh Return On Equity, Economic Value Added, Net Working Capital Ratio Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekuitas, Ekonomi dan Keuangan. Volume 10. No 3:394-408. Samsul, M. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Penerbit Erlangga. Jakarta. Siamat, D. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi Keempat. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Yogyakarta. Subalno. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Kondisi Ekonomi Terhadap Return Saham. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Penerbit CV. Alfabeta. Bandung Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Keempat. Penerbit UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Sutrisno. 2001. Manajemen Keuangan. Teori, Konsep dan Aplikasi. Edisi Pertama. Penerbit Ekonisia.Yogyakarta. Tandelilin, E. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama. Penerbit BPFE. Yogyakarta. _________________.2010. Portofolio dan Investasi. Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Wild, J.J., K.R. Subramanyam, dan R.F. Halsey. 2005. Financial Statement Analisis, Analisis Laporan Keuangan. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.