J. Tek. Ling
Edisi Khusus “Hari Bumi”
Hal. 13 - 20
Jakarta, April 2012
ISSN 1441-318X
PENGARUH INOKULASI BAKTERI PENAMBAT NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PANEN KEDELAI (Glycine max L) Sri Purwaningsih1) dan Saefudin2) 1
Peneliti Bidang Mikrobiologi, Puslit Biologi-LIPI, Cibinong, Jawa Barat 2 Peneliti Bidang Botani, Puslit Biologi-LIPI, Cibinong, Jawa Barat Jl Raya Jakarta-Bogor Km 46 CSC Cibinong, Jawa barat Abstrak
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh inokulasi bakteri penambat nitrogen terhadap pertumbuhan dan hasil panen kedelai (Glycine max L). yang bertujuan untuk mendapatkan isolat bakteri penambat nitrogen yang mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil panen kedelai. Penelitian dilakukan di tanah kebun percobaan Cibinong, Puslit Biologi-LIPI, dengan ukuran petak 1,5 X 2 meter, sebanyak 30 petak. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 10 perlakuan, masing-masing perlakuan 3 kali ulangan, dengan jarak tanam 20 X 20 cm. Biak yang digunakan dalam percobaan ini adalah: biak tunggal yang terdiri: A = Y20R, B = Y64R, C = Y278R, D = Y273R, E = Y284R dan biak campuran yang terdiri dari biak F = (campuran A - E), G = campuran Azotobacter dan Azospirillum, H = campuran dari Rhizobium(F) + Azotobacter + Azospirillum. Sebagai kontrol tanaman tanpa diinokulasi dan tanpa dipupuk N (K1) dan tanaman tanpa diinokulasi dan dipupuk dengan N (urea) setara dengan 100 kg/ha (K2). Tanaman dipanen pada umur 80 hari. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman dan jumlah daun (pada umur 2,4,6,8 dan 10 minggu), bobot kering tanaman bagian atas, akar, bintil dan polong, jumlah polong dan bobot kering biji. Hasil percobaan menunjukkan bahwa inokulasi bakteri penambat nitrogen berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil panen. Biak H (campuran Rhizobium(F) + Azotobacter + Azospirillum) memberikan hasil yang paling baik terhadap produksi kedelai. Sedangkan biak tunggal yang memberikan hasil yang paling baik adalah biak C (Y278R). Kata kunci: biak Rhizobium, Azotobacter, Azospirillum, kedelai. Abstract An experiment the effect of nitrogen fixing bacteria inoculation on the growth and yield of Glycine max L. The purpose of the study was to get of nitrogen fixing bacteria to improve the growth and production of Glycine max L. The experiment was carried out in garden land from Cibinong, Puslit Biologi-LIPI, 1,5 X 1 m for each plot treatments, total 30 plot. The experiment was designed as Randomized Complete Block Design as 10 treatments with three replications for each treatments, and interval planted with 20 X 20 cm. The strain which were used five single inoculants as follow as: A = Y20R, B = Y64R, C = Y278R, D = Y273R, E = Y 284R and three mixed inoculants as: F = (campuran A - E), G = campuran Azotobacter dan Azospirillum, H = campuran dari Rhizobium(F) + Azotobacter + Azospirillum. The controls as uninoculated plant and without urea fertilizer (K1) and uninoculated plant and with urea ferlitizer equal 100 kg/
Pengaruh Inokulasi Bakteri,... Edisi Khusus “Hari Bumi”: 13 - 20
13
ha (K2). The plant were harvestest after 80 days. The parameters of investigation were the high plant, number of leave (2, 4, 6, 8, and 10 week), th. The results showed that all of the nitrogen fixing bacteria inoculants affected the plant growth and productions significantly. Strain of H (Rhizobium(F) + Azotobacter + Azospirillum) have given the more good results on the growth and production of Glycine max L.While of single strain have given the more good results on the growth and production of Glycine max L. Key words: Strain of Rhizobium, Azotobacter, Azospirillum, Glycine max L
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai (Glycine max L Merr) berasal dari China, kemudian dikembangkan di berbagai daerah seperti Amerika Serikat, Amerika Latin dan negara-negara Asia. Di Indonesia pertanaman kedelai terpusat di Jawa, Lampung, Nusa Tenggara Barat dan Bali. Kedelai merupakan salah satu tanaman budidaya, yang mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi diantaranya mengandung protein sebanyak 30-50%1). Tanaman yang mempunyai kandungan protein yang tinggi memberikan indikasi bahwa tanaman tersebut banyak membutuhkan unsurunsur hara, terutama unsur hara N untuk pertumbuhannya. Di Indonesia sampai saat ini produksi kedelai belum dapat memenuhi kebutuhan konsumen dalam negri, hal ini disebabkan karena luas areal panen belum memadai dan produktivitasnya masih rendah, selain itu karena teknik budidaya yang masih rendah, tingginya serangan hama dan penyakit, serta tingginya harga pupuk 2). Salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas kedelai adalah dengan menggunakan inokulan bakteri penambat nitrogen sebagai pupuk hayati. Pupuk ini harganya relatif murah dan berdampak positif terhadap sifat fisik dan kimia tanah, sehingga mempunyai peranan yang sangat penting yang dapat meningkatkan kesuburan tanah dan efisiensi terhadap pemupukan serta tidak menyebabkan pencemaran lingkungan3). Bakteri penambat nitrogen yang 14
digunakan dalam percobaan ini adalah bakteri Rhizobium, Azotobacter dan Azospirillum. Bakteri Rhizobium merupakan bakteri yang mampu menambat nitrogen bebas (N 2) dari udara dan merubahnya menjadi amonia (NH3) dimana produk yang terakhir dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang4). Bakteri Azotobacter merupakan salah satu kelompok bakteri aerobik yang mengkolonisasi permukaan akar, yang mampu menghasilkan substansi zat pemacu tumbuh giberelin, sitokinin dan Indol Asam Acetat (IAA) yang dapat meningkatkan perkembangan dan pembelahan sel tanaman3),5)&6),selain itu IAA juga mampu merangsang perkembangan akar dan memperbanyak bulu-bulu akar tanaman 7),8) , sedangkan Azospirillum merupakan kelompok bakteri yang hidup bebas dan tersebar luas di dalam tanah yang mampu menambat nitrogen dan mengadakan assosiasi yang erat dengan tanaman inang tertentu 9) , Selain itu Azospirillum menghasilkan hormon tumbuh seperti auksin, sitokinin dan giberelin yang dapat memacu akar rambut sehingga dapat menyebabkan bertambahnya volume penyerapan akar, hara yang diserap lebih banyak dibandingkan dengan tanaman yang tidak berasosiasi dengan bakteri ini, serta merupakan jasad renik mediator untuk terjadinya infeksi oleh Rhizobium pada tanaman inang10),11)&12). Asosiasi antar tanaman, Rhizobium, Azotobacter dan Azospirillum merupakan sistem simbiosis mutualistis yang saling mendukung terhadap pertumbuhan dan produksi kacangkacangan, sehingga inokulasi jasad renik tersebut diharapkan dapat meningkatkan
Purwaningsih, S. dan Saefudin., 2012
kesuburan tanah dan efisiensi terhadap pemupukan, serta meningkatkan hasil. Penggunaan berbagai pupuk hayati pada lahan marginal di Indonesia ternyata mampu meningkatkan ketersediaan hara dan hasil berbagai tanaman antara 20100% dan mampu menekan pemakaian pupuk buatan dan meningkatkan efisiensi pemupukan, serta meningkatkan produksi13), selain itu inokulasi biak Rhizobium, Azotobacter dan Azospirillum telah terbukti meningkatkan secara nyata penambatan N2, dan mampu meningkatkan hasil antara 5-25%14),sedangkan15) melaporkan bahwa dalam keadaan lingkungan yang memenuhi persyaratan tumbuh, simbiosis yang terjadi akan mampu memenuhi 50% atau bahkan seluruh kebutuhan N tanaman bersangkutan dengan cara menambat N2 bebas, dan pada prinsipnya mikroba tanah dapat ditingkatkan untuk kurun waktu tertentu dan bermanfaat bagi tanaman melalui introduksi mikroba unggul 16) . Inokulasi bakteri penambat nitrogen kadang hasilnya tidak konsisten dan sangat beragam, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain ketersediaan inokulan yang sesuai dengan jenis tanah yang diinokulasi, ketidaksesuaian formula bahan pembawa, sistem tehnologi produksi yang kurang efisien, dan mutu produk yang kurang konsisten, terutama diakibatkan oleh biak yang tidak spesifik17), selain itu keberhasilan suatu inokulasi tergantung pada kemampuan biak yang diintroduksi untuk berkembang dan bertahan hidup, sehingga sangat diperlukan biak yang cepat tumbuh, efektif dan efisien sebagai bahan inokulan, serta faktor lingkungan, sifat fisik, kimia tanah dan efektivitas populasi asli juga sangat menentukan keberhasilan suatu inokulasi18) ,19)&20). Berlatar belakang dari hal tersebut diatas maka penelitian ini dilakukan. 1.2. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh inokulasi bakteri penambat nitrogen terhadap
pertumbuhan dan hasil panen kedelai. 2. M e n d a p a t k a n i s o l a t b a k t e r i penambat nitrogen yang sesuai, efektif dan efisien, serta mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai. 2. METODOLOGI 2.1 Penyediaan Inokulan Inokulan yang digunakan dalam percobaan ini berasal dari koleksi Bidang Mikrobiologi, Puslit Biologi-LIPI, Cibinong, Bogor. Bakteri Rhizobium ditumbuhkan dalam media YEMA miring21) dalam tabung reaksi besar, sedangkan untuk bakteri Azotobacter dan Azospirillum dalam media NA miring, dalam tabung reaksi besar dan diinkubasikan selama 7 hari. Masing-masing biak tersebut ditambahkan aquadest steril sebanyak 25 ml dipindahkan ke Erlenmeyer yang berisi 200 ml media cair dan dikocok (shaker) selama 3 hari. Bakteri pada media cair mempunyai populasi 109/ml larutan (bahan 1). Sebagai bahan pembawa digunakan campuran gambut + tanah + kapur + arang dengan perbandingan (9 : 1 : 0,02 : 0,01 (bahan 2). 2.2 Percobaan Lapang Penelitian dilakukan di kebun percobaan Cibinong, Puslit Biologi-LIPI, Cibinong, Jawa Barat. Lahan dipetak-petak dengan ukuran 1,5 X 2 meter , sebanyak 30 petak. Biji yang digunakan dalam percobaan ini adalah biji kedelai var membramo. Biak yang digunakan dalam percobaan ini adalah A = Y 20 (isolat Rhizobium dari tanaman kedelai dari Jember, Jatim), B = Y 64R (isolat Rhizobium phaseoli dari tanaman Phaseolus lunatus dari Karangasem, Bali), C = Y 278R (isolat Rhizobium leguminosarum dari tanaman Glycine max dari Citayam, Bogor), D = Y 273R (isolat Rhizobium phaseoli dari tanaman Arachis hypogaea dari Treub, KRI, Bogor), E = Y 284R (isolat Rhizobium sp. dari tanaman Vigna radiata
Pengaruh Inokulasi Bakteri,... Edisi Khusus “Hari Bumi”: 13 - 20
15
dari Besuki, Jatim), F = (campuran A - E), G = campuran Azotobacter (isolat Azotobacter dari tanaman Carica papaya dari Suro Muncang, Bengkulu) dan Azospirillum (isolat Azospirillum dari tanaman Oryza sativa dari Suro Muncang, Bengkulu), H = campuran dari Rhizobium(F) + Azotobacter + Azospirillum. Sebagai kontrol tanaman tanpa diinokulasi dan tanpa dipupuk N (K1) dan tanaman tanpa diinokulasi dan dipupuk dengan N (urea) setara dengan 100 kg/ha (K2). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 10 perlakuan, masing-masing perlakuan 3 kali ulangan, dengan jarak tanam 20 X 20 cm. Sebelum ditanam semua petak diberi pupuk kandang setara dengan 1 ton/ha. Inokulan bakteri dicampur dengan biji kedelai didiamkan selama 2 jam, baru ditanam. Cara penanaman dengan tugal, sebanyak 5 biji per lubang. Penggunaan pestisida tidak dilakukan untuk menjaga kebersihan panenan dari pencemaran pestisida. Pengairan selama percobaan hanya tergantung pada air hujan. Tanaman dipanen pada umur 80 hari. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman dan jumlah daun (pada umur 2, 4, 6, 8 dan 10 minggu), serta bobot kering tanaman bagian atas, akar, bintil dan polong, jumlah polong dan bobot kering biji pada saat panen. 3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Biak-biak yang diinokulasikan terhadap tanaman kedelai berasal dari biak-biak yang telah terseleksi sebelumnya dengan tanaman itu sendiri. Hasil percobaan menunjukkan bahwa tanaman yang diinokulasi dengan biak Rhizobium, Azotobacter, Azospirillum maupun gabungannya menunjukkan hasil yang bervariasi, hal ini menunjukkan bahwa inokulasi biak-biak tersebut masih dalam taraf penyesuaian di tempat yang baru, setiap biak mempunyai kemampuan yang berbeda dalam penyesuaian serta 16
kemampuan bersaing dengan mikroba setempat (indigenous). Kalau dilihat dari masing-masing parameter yang diamati menunjukkan bahwa pada parameter tinggi tanaman pada umur 2 minggu nilai tertinggi pada tanaman yang diinokulasi dengan biak H( campuran dari Rhizobium(F)+ Azotobacter + Azospirillum), pada umur 6 dan 10 minggu nilai tertinggi pada tanaman yang diinokulasi dengan biak C (Y 278R), dan pada umur 8 minggu nilai tertinggi pada tanaman yang diinokulasi dengan biak G (campuran Azotobacter + Azospirillum) (Tabel 1). Untuk parameter jumlah daun menunjukkan bahwa pada pengamatan umur 2,4,6,8 dan 10 minggu nilai tertinggi pada tanaman yang diinokulasi dengan biak C (Y 278R)(Tabel 2). Pengamatan pada saat panen yaitu pada umur 80 hari, menunjukkan bahwa pada parameter BKTA, BKA, BKP, JP dan BKBJ menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada tanaman yang diinokulasi dengan biak H (campuran dari Rhizobium(F)+ Azotobacter + Azospirillum), untuk parameter BKBA nilai tertinggi pada tanaman yang diinokuasi dengan biak A (Rhizobium)(Tabel 3) Apabila dibandingkan antara biak tunggal dan biak campuran menunjukkan bahwa inokulasi biak campuran hasilnya lebih baik dibandingkan dengan inokulasi biak tunggal, hal ini menunjukkan bahwa inokulasi gabungan dari ke tiga mikroorganisme tersebut diatas merupakan mikrosimbion yang mempunyai hubungan yang sinergis dan saling mempengaruhi serta mendukung aktivitasnya, sehingga mampu mening-katkan pertumbuhan tanaman dan selanjutnya mampu meningkatkan hasil panen. Pemberian inokulan tunggal dan gabungan memperlihatkan perbedaan yang nyata pada bobot kering tanaman bagian atas, bintil akar, bobot kering polong, jumlah polong dan bobot kering biji, dari hasil rata-rata cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan yang tanpa diinokulasi
Purwaningsih, S. dan Saefudin., 2012
dan tanpa di pupuk maupun di pupuk N, hal ini menunjukkan bahwa inokulan yang diberikan mampu bersaing dan beradaptasi dengan mikroba yang ada didalam tanah (indigenous) dan merupakan inokulan yang efektif dan efisien serta mampu menyediakan nutrisi bagi tanaman, sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi kedelai. Seperti yang dikatakan oleh 22) bahwa inokulasi akan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil apabila inokulan yang diberikan mampu beradaptasi dan mampu bersaing dengan mikroba asli tanah dan inokulan tersebut merupakan inokulan yang efektif dan efisien terhadap tanaman, serta mempunyai keserasian dengan tanaman inangnya, dan 23) dan24) menambahkan bahwa tehnik dan waktu inokulasi juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil panen, setiap biak mempunyai kemampuan yang berbeda dalam penyesuaian serta kemampuan bersaing dengan mikroba setempat. Dilihat dari keseluruhan para-meter yang diamati menunjukkan bahwa inokulasi dengan biak campuran memberikan hasil
pertumbuhan dan produksi yang paling tinggi, hal ini menunjukkan bahwa inokulan Rhizobium,Azotobacter dan Azospirillum merupakan mikrosimbion yang saling mendukung dalam meningkatkan fixasi nitrogen dan meningkatkan pengambilan nutrisi dari dalam tanah sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman yang selanjutnya dapat meningkatkan hasil. Seperti yang dilaporkan oleh 25) bahwa kombinasi 2 inokulan atau lebih bakteri penambat nitrogen mempunyai pengaruh yang lebih baik dari inokulasi dengan satu inokulan. Sedangkan inokulasi dengan biak tunggal hasilnya bervariasi yang tertinggi pada tanaman yang diinokulasi dengan biak C( Y278R), hal ini menunjukkan bahwa ada kecocokan/ keserasian antara biak yang diinokulasikan dengan tanaman inang. Seperti misalnya isolat yang berasal dari tanaman kedelai menghasilkan pertumbuhan lebih baik dibandingkan pada tanaman yang diinokulasi dengan isolat yang berasal dari tanaman kacang hijau. Simbiosis antara biak-biak Rhizobium dengan spesies leguminosa terdapat
Tabel 1: Nilai Rata-rata Tinggi Tanaman terhadap Tanaman Kedelai yang Diinokulasi dengan Beberapa Biak Bakteri Penambat Nitrogen. Perlakuan
Tinggi tanaman (minggu)(Cm) 2
4
6
8
10
A
13,50
22,79
35,43
42,41
42,77
B
13,15
22,52
43,41
42,83
46,03
C
13,30
22,92
43,66
48,72
50,03
D
14,06
22,37
37,54
41,85
41,46
E
13,79
22,41
34,10
43,30
45,86
F
13,52
22,93
42,21
45,92
47,21
G
13,04
22,92
42,77
49,01
48,19
H
14,63
23,30
41,45
48,08
49,21
K1 (tanpa N)
14,63
23,88
43,66
48,04
48,59
K2 ( + N)
13,48
23,26
44,14
50,32
51,32
BNT 5%
NS
NS
NS
NS
NS
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada tiap kolom tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%
Pengaruh Inokulasi Bakteri,... Edisi Khusus “Hari Bumi”: 13 - 20
17
Tabel 2: Nilai Rata-rata Jumlah Daun terhadap Tanaman Kedelai yang Diinokulasi dengan Beberapa Biak Bakteri Penambat Nitrogen. Perlakuan
Jumlah daun(minggu) 2
4
6
8
10
A
9,49
15,75 a
28,15 ab
24,97 ab
14,99 ab
B
9,35
15,88 1
27,53 ab
27,20 abc
17,56 ab
C
9,66
17,30 ab
30,86 b
30,46 bc
20,48 b
D
9,28
14,37 a
24,11 a
24,48 a
12,25 a
E
9,55
16,01 a
22,73 a
32,62 bc
17,06 ab
F
9,41
16,21 a
24,57 a
26,62 ab
14,61 ab
G
9,41
14,87 a
27,04 ab
29,51 abc
15,71 ab
H
9,64
15,64 a
26,24 ab
29,80 abc
17,82 ab
K1 (tanpa N)
9,68
17,27 ab
28,66 ab
27,45 abc
16,53 ab
K2 ( + N)
9,64
19,85 b
28,04 ab
30,60 bc
18,38 ab
BNT 5%
NS
3,21
6,14
5,85
6,29
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada tiap kolom tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% Tabel 3: Nilai Rata-rata Bobot Kering Tanaman Bagian Atas (BKTA),Akar (BKA), Bintil Akar (BKBA),Polong (BKP),Jumlah Polong(JP) dan Bobot Kering Biji (BKBJ) terhadap Tanaman Kedelai yang Diinokulasi dengan Beberapa Biak Bakteri Penambat Nitrogen (gram). Perlakuan
BKTA
BKA
BKBA
BKP
JP
BKBJ
A
35,55 f
8,86 ab
0,827 d
68,78 e
165,00 f
32,38 bcd
B
20,53 cd
6,90 ab
0,613 bcd
47,31 bc
139,66 c
26,72 bc
C
19,42 c
5,86 a
0,423 abcd
40,49 a
127,00 b
14,87 a
D
15,69 b
6,38 ab
0,810 d
46,06 b
142,33 d
21,72 ab
E
22,40 d
9,58 ab
0,477 abcd
52,37 c
147,66 e
23,36 abc
F
22,29 d
8,68 ab
0,167 a
61,58 d
171,66 g
39,85 d
G
28,79 e
7,91 ab
0,670 cd
71,50 e
199,00 h
33,18 cd
H
42,17 g
10,81 bc
0,453 abcd
108,64 f
234,00 i
64,58 e
K1 (tanpa N)
12,44 a
7,13 ab
0,218 ab
44,34 ab
115,66 a
23,58 abc
K2 ( + N)
47,66 h
14,38 c
0,328 abc
115,44 g
301,66 j
64,27 e
2,04
4,64
0,430
5,26
1,77
11,35
BNT 5%
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada tiap kolom tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%
perbedaan dalam keserasiannya, bahkan perbedaan dalam hubungan simbiosis itu terdapat antara biak-biak Rhizobium dengan varietas tanaman leguminosa. Hubungan yang serasi menghasilkan bintil akar yang sangat efektif dalam menambat 18
N udara26). Selain itu kompetisi merupakan faktor yang paling kritis yang menghambat kesuksesan suatu inokulasi, kompetisi tidak hanya pada mikrobanya,namun pada mikroba dalam kaitannya dengan ekologi mikroba 17) . Perlakuan yang
Purwaningsih, S. dan Saefudin., 2012
berpengaruh positip menunjukkan bahwa bakteri yang diinokulasikan kedalam tanah sebagai inokulan yang mampu mempertahankan jumlah populasinya dan mampu beradaptasi dengan lingkungan serta mampu bersaing dengan mikroba yang ada didalam tanah 27).
4.
Allen.O.N and E. K. Allen. 1981. The leguminosae. The University of Winconsin Press. Medison. 812 p.
5.
Baldani. J. I., L. Caneso Vera., L.D. Baldani, Silvia. R. Gol and J. Doberener. 1997. Recent advances mBNF with non-legume plants. Soil Biol biochem. 29(5/6): 911-912.
6.
Adiwiganda, Y.T; Tarigan,B & Purba.b. 2006. Effect of Biofertiizer on Mature oil Palm in North Sumatra and Riau. Indonesian Journal of Agricultural Science. 7(10: 20-26.
7.
Wedhastri. S. 1999. Isolasi dan seleksi Azotobacter penghasil faktor tumbuh dan penambat nitrogen dari tanah masam. Laporan Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
8.
Razie. F dan I. Anas. 2005. Potensi Azotobacter spp. (dari lahan pasang surut Kalimantan Selatan) dalam menghasilkan Indole Acetic Acid (IAA). Jurnal Tanah dan Lingkungan. 7: 35-39.
9.
Berg. R.H; M.E. Tyler; N.J. Novick; V.Vasli and I.K. Vasil. 1980. Biology of Azospirillum- Sugarcane assosiation; enhancement of nitrogenase Activity. Appl. Enverm. Microbiol. 39(3): 642649.
4. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Inokulasi bakteri penambat nitrogen berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil panen. 2. Biak H (Rhizobium (F), Azotobacter dan Azospirillum) memberikan hasil yang paling tinggi terhadap produksi kedelai. Kombinasi ketiga biak tersebut dapat dikembangkan sebagai pupuk hayati guna meningkatkan pertumbuhan dan hasil panen, terutam tanaman kedelai. 3. S e b a g a i b i a k t u n g g a l y a n g memberikan pengaruh paling baik adalah Biak C (Y 278R) DAFTAR PUSTAKA 1.
2.
3.
Richard. J.D., J. & G. Louis Henry. 1984. Soybeans Crop Production. 5 th Edition. Practice Hall. Inc. Engelwood Cliffs. New Yersey. P: 252-259. Sumarno. 1999. Strategi pengembangan produksi kedelai nasional mendukung Gema palagung 2001. Dalam: Sunarlim. N., Pasaribu. D adan Sunihardi (editor) Strategi Pengembangan Kedelai. Prosiding Lokakarya pengembangan Produksi Kedelai Nasional. Tanggal 16 Maret 1999. Puslitbangtan, Bogor. H: 7-12. Alexander. M. 1977. Introduction to Soil Microbiology. John Wiley & Sons. New York. Chichaster. Toronto, Singapura. 467 p
10. Gamo. T. 1991. Azospirillum spp. From Crop Roots: A promotor of Plant Group Jarg. 24(4): 253-259. 11. Barbieri. P and E. Galli. 1993. Effect of Wheat Root Development of Inoculation with an Azospirillum brasilense Mutant with Altered Indole-3 Acetic Acid Production. Res. Microbiol. 144: 69-75.
Pengaruh Inokulasi Bakteri,... Edisi Khusus “Hari Bumi”: 13 - 20
19
12. L o p e z d e Vi c t o r i a . O a n d G . R . Lovell.1993. Chemotaxis of Azospirillum species to Aromatic Compounds. Appl. Environ Microbiol. 59(9): 2951-2955. 13. S i m a r m a t a . T. 1 9 9 5 . S t r a t e g i pemanfaatan Mikroba Tanah (Pupuk Biologis) dalam Era Biotehnologi Untuk meningkatkan Produktivitas Lahan Marginal di Indonesia Menuju Pertanian Berwawasan Lingkungan. Makalah pada Seminar Biotehnologi, Fakultas Pertanian UNPAD, Bandung. 14 James. E and F.L. Olivares. 1997. Infection and Colonication of sugarcane and other graminaceous plants by endophytic diazotrophs. Plant Science. 17: 77-119 15 Saono.S. 1981. Mikrobiologi di Indonesia. Kumpulan makalah Kongres Nasional Mokrobiologi III, Jakarta. H: 348-354. 16 Goenadi. D.H; Saraswati. R dan Y. Lestari. 1993. Kemampuan melarutkan fosfat dari beberapa isolat bakteri asal tanah dan pupuk kandang sapi. Menara Perkebunan. 61(2): 44-49. 17 Saraswati. R dan D.N. Susilowati. 1999. Rhizobium dan Pemanfaatannya sebagai Pupuk Hayati. Seminar Sehari dan Wokshop Peranan Culture Collection dan Preservasi Mikroorganisme. Jurusan FMIPA UI, Jakarta 8-11 Maret 1999. 13 h. 18 Skerman. P.J. 1977. Tropical Forage Leguem. FAO of the Uno. Rome. 609 p 19 Singleton. P.W and J.W.Taveres.1989. Inoculation Response of legume in Relation to the number and effectiveness of indigenous Rhizobium population. Appl and Enveronment Microbiol. P: 1013-1018. 20
20 Sutanto. R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta. 21 Vincent, 1970. A manual of the Practical Study of the Root Nodule Bacteria. International Biological Programme. London. Handbook. No 15. 164 p. 22 Sumarno & Harnoto, 1983. Kedelai dan Cara Bercocok Tanamnya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bull. Tehnik. No 6, 63 hal. 23 Freire. J.R.J. 1977. Inoculation of Soybean. In. J.M. Vincent.A.S. Whitney and J. Bose (Eds) Exploiting the legume Rhizobium symbiosis in tropical agriculture. Coll. Trop. Agric. Misc. Publ. 145. Depart. Agron. Soil. Sci. Univ. Hawaii. p: 335-379. 24 Sagimin. S, I. Anas, G. Djajakirana. 2002. Isolasi dan seleksi Galur Bradyrhizobium japonicum Asal Tanah Gambut. Jurnal Biosains Hayati. h: 1-4. 25 K u n d u a n d G a u r, 1 9 8 4 . R i c e Response to Inoculation with N2fixing and phosphorus Solubilizing Microorganisme. Plant and Soil. 79; 227-234. 26.. Yutono. 1985. Inokulasi Rhizobium pada kedelai. Dalam S. Somaatmadja, M. Ismunaji, Sumarno, m. Syam, S.O. manurung dan Yuswadi (eds). Kedelai. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Puslitbangtan, Bogor.h: 217230 27. Chong.K., J.C. Wynne, G.H. Elkan & T.J. Schneeweis. 1987. Effect of soil acidity and aluminium content on Rhizobium inoculation, growth and nitrogen fixation of peanut and other grain legumes. Trop. Agric (Trinidad). 64(2); 97-104.
Purwaningsih, S. dan Saefudin., 2012