EMBRYO VOL. 5 NO. 1
JUNI 2008
ISSN 0216-0188
Pengaruh Interval Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glicine Max (L) Merril) Pada Berbagai Jenis Tanah. Suhartono1. R. A. Sidqi Zaed ZM1. Ach. Khoiruddin2 1. Dosen Jurusan Agroekoteknologi Fak. Pertanian Unijoyo 2. Alumni Jurusan Agroekoteknologi Fak. Pertanian Unijoyo ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Desa Telang, Kecamatan Kamal, Kabupaten Bangkalan, berlangsung selama kurang lebih 3 bulan dari bulan Juli sampai September 2006. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh interval pemberian air terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glicine max (L) merril) pada berbagai jenis tanah. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga ulangan dan terdiri dari dua faktor. Faktor pertama yaitu jenis tanah yang terdiri dari tiga level yaitu : Regosol (T1), Mediteran (T2), Grumosol (T3). Faktor kedua yaitu : Perbedaan interval pemberian air yang terdiri dari empat level yaitu : 1 liter 1 hari sekali (A1), 1 liter 2 hari sekali (A2), 1 liter 3 hari sekali (A3), 1 liter 4 hari sekali (A4). Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah tanaman, berat kering tanaman, berat basah polong, berat kering polong, jumlah polong per tanaman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1) Interval pemberian air berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah tanaman, berat kering tanaman, berat basah polong dan berat kering polong terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. 2) Perlakuan jenis tanah memberikan pengaruh yang nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah tanaman, berat kering tanaman, berat basah polong dan berat kering polong terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. 3) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara perlakuan pemberian air dan jenis tanah yang memberikan pangaruh yang nyata pada parameter jumlah daun ( umur pengamatan 28, 42 dan 56 HST), berat basah polong dan berat kering polong, nilai tertinggi untuk parameter jumlah daun dicapai oleh kombinasi perlakuan (T3A1), untuk berat basah polong pada kombinasi perlakuan (T3A2) dan berat kering polong pada kombinasi perlakuan (T3A2). 4) Interval pemberian air dua hari sekali pada tanah grumosol (T3A2) menunjukkan hasil tertinngi pada parameter tinggi tanaman, berat basah tanaman, berat kering tanaman, berat basah polong, berat kering polong dan jumlah polong pertanaman. Tetapi pada parameter jumlah daun terjadi pada interval pemberian air 1 liter/ hari pada tanah grumosol (T3A1). hasil terendah ditunjukkan pada interval pemberian air satu liter dan empat liter per hari pada tanah regosol. Kata Konci : Interval Pemberian Air, Regusol, Mediteran, Grumosol.
(Cina
PENDAHULUAN
Utara).
Di
Indonesia,
yang
dibudidayakan mulai abad ke-17 sebagai Tanaman kedelai (Glicine max (L)
tanaman
makanan
dan
pupuk
hijau.
merril) merupakan tanaman pangan berupa
Penyebaran tanaman kedelai ke Indonesia
semak
telah
berasal dari daerah Manshukuo menyebar ke
dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM.
daerah Mansyuria: Jepang (Asia Timur) dan ke
Kedelai
negara-negara lain di Amerika dan Afrika
yang
jenis
tumbuh
liar
tegak
Glycine
dan
ururiencis
merupakan kedelai yang menurunkan berbagai
(Djasuli, 2006).
kedelai yang kita kenal sekarang (Glycine max
Kebutuhan akan kedelai di Indonesia
(L) merril). Berasal dari daerah Manshukuo
meningkat setiap tahunnya, sejalan dengan
98
Pengaruh Interval Pemberian Air.....98–112 (Suhartono, R.A. Sidqi ZZM., A.Khoiruddin) meningkatnya pertumbuhan penduduk dan
berkurang 68,16 persen (Roja, 2006). Namun
berkembangnya
demikian,
pabrik
pakan
ternak.
berdasarkan
data
Biro
Pusat
Konsumsi perkapita kedelai saat ini ± 8
Statistik, produksi kedelai pada 3 tahun
kg/kapita/tahun. Diperkirakan setiap tahunnya
terakhir mengalami peningkatan sebesar 3,75
kebutuhan akan biji kedelai adalah ± 1,8 juta
persen. Hanya saja, produktivitasnya baru
ton dan bungkil kedelai sebesar ± 1,1 juta ton
mencapai
1,3
(Biro Pusat Statistik, 2005). Untuk memenuhi
hasilnya
dapat
kebutuhan
akan
kedelai
Kenyataan
pemerintah
telah
mencanangkan
”BANGKIT
KEDELAI”
tersebut
maka
ton/ha,
sedangkan
mencapai
tersebut
potensi
2,5-3,0
ton/ha.
menunjukkan
masih
program
terdapat kesenjangan produktivitas sebesar 1,2-
(Pengembangan
1,7 ton/ha. Hal ini merupakan peluang untuk
Khusus dan Intensif Kedelai) mulai tahun 2006
meningkatkan produksi kedelai.
sampai 2010. Implementasi program Bangkit
Grumosol merupakan tanah liat yang
Kedelai ditempuh melalui 2 sub program,
berat dengan keadaan liatnya lebih dari 30%
yaitu: (1) sub program peningkatan mutu
kerap kali berwarna gelap (Buringh, 1983).
intensifikasi
bangun
Jenis liat tanah grumosol yang terbanyak
pertumbuhan,
adalah liat maontmorilonit yaitu liat silikat tipe
pengembangan usaha, dan pengembangan
2:1 yang mempunyai sifat mengembang bila
kemitraan);
program
basah dan mengkerut bila kering, sehingga
pengembangan kedelai pada lahan kering dan
dimusim hujan tanah lekat sekali, sedangkan
peningkatan
seluas
dimusim kemarau tanah sangat keras dengan
500.000 hektar selama 5 tahun. Mengingat hal
retakan-retakan yang mencapai kedalaman
ini,
hingga 1 meter
melalui
(pengembangan
3
rancang
pusat
dan
(2)
intensitas
sub
pertanaman
penting sekali menggalakkan usaha
(Buol et al, 1980).
peningkatan produksi tanaman kedelai melalui
Regosol merupakan tanah dimana
pengaturan jumlah dan interval pemberian air,
perkembangan tanahnya selalu tergantung dari
karena sangat menentukan pertumbuhan dan
bahan induk dan topografi sehingga akan
produksi tanaman.
berpengaruh terhadap kesuburan, draenase,
Produksi
kedelai
nasional
pernah
tekstur, struktur dan konsistensi partikel tanah.
mencapai puncaknya tahun 1992, sebanyak
Apabila
1.869.713 ton dengan luas panen 1.665.706
pelapukan, untuk mempercepat pelapukan
hektar. Setelah itu, produksi dan luas panennya
diperlukan pemupukan bahan organik, pupuk
terus menurun hingga hanya 677.531 ton dari
kandang atau pupuk hijau (Munir, 1996).
530.249 hektar
pada tahun 2003. Dengan
bahan
Tanah
induk
belum
mediteran
mengalami
mempunyai
demikian, dalam 11 tahun, produksi kedelai
perkembangan profil, solum sedang hingga
merosot
dangkal,
63,76
persen
dan
luas
panen
99
warna
coklat
hingga
merah,
EMBRYO VOL. 5 NO. 1
JUNI 2008
ISSN 0216-0188
mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh
Faktor pertama adalah jenis tanah yang terdiri
hingga lempung, struktur gumpal bersudut,
dari 3 (tiga) level
konsistensi teguh dan lekat bila basah, pH
T1
: Tanah regosol
netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi,
T2
: Tanah mediteran
daya absorpsi sedang, permeabilitas sedang
T3
: Tanah grumosol
dan peka erosi, berasal dari batuan kapur keras
Faktor kedua adalah interval
(limestone) dan tuf vulkanis bersifat basa.
yang terdiri dari 4 (empat) level
Berdasarkan hal tersebut diatas maka
A1
: 1 liter / 1 hari sekali
penelitian mengenai kebutuhan air kedelai
A2
: 1 liter / 2 hari sekali
dengan
pemberian
A3
: 1 liter / 3 hari sekali
penggunaan air dan jenis tanah agar dapat
A4
: 1 liter / 4 hari sekali
mengkombinasikan
dimanfaatkan
seoptimal
mungkin
pemberian air
dan
memperoleh hasil semaksimal mungkin guna
Pelaksanaan Penelitian
mencukupi kebutuhan kedelai.
Persiapan Media Tanam Sebelum dilakukan penanaman, tanah ditimbang terlebih dahulu dengan berat yang
METODOLOGI PENELITIAN
sama 15 kg. Setelah itu tanah dimasukkan ke
Tempat dan Waktu
Balai
Penelitian ini dilaksanakan di kebun
dalam polybag ukuran
Penyuluh
kurang 5 cm dibawah permukaan polybag.
Pertanian
desa
Telang
Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan pada
40 cm x 20 cm sampai
Penanaman Biji langsung ditanam pada polybag
bulan Juli - September 2006, di tanam pada ketinggian ± 5 m dpl.
yang sudah diisi dengan tanah, dengan cara
Bahan dan Alat
membenamkan sedalam kurang lebih 3 cm,
Alat yang digunakan adalah polybag,
tiap lubang diisi dengan 3-4 biji benih kedelai.
sprayer, bak air, rol meter. Sedangkan bahan
Setelah
tanaman
tumbuh
dengan
baik
yang digunakan adalah benih kedelai, pupuk
dilakukan penjarangan dengan menyisakan
buatan (KCl, Urea dan SP.36), serta Furadan
satu tanaman yang pertumbuhannya baik.
3G, dan plastik untuk rumah kaca. Pemeliharaan
Rancangan Penelitian Rancangan
eksperimen
yang
Penyiraman
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan
dua
sebanyak 3 (tiga) kali.
faktor
dan
diulang
Penyiraman dilakukan setelah biji ditanam di polybag selanjutnya disesuaikan dengan ketentuan perlakuan penelitian yang dilaksanakan.
100
Pengaruh Interval Pemberian Air.....98–112 (Suhartono, R.A. Sidqi ZZM., A.Khoiruddin) Pengamatan secara destruktif bersamaan dengan panen meliputi parameter :
Pemupukan Pemupukan Urea, SP36 dan KCl diberikan dengan ukuran 50 kg Urea,
1. Berat basah tanaman (g), ditimbang
90 kg
seluruh bagian tanaman yang masih
SP36 dan 50 kg KCl per hektar atau per
dalam keadaan segar.
tanaman setara dengan 0.5 g Urea, 0.9 g SP36
2. Berat kering tanaman (g), ditimbang
dan 0.5 g KCl.
seluruh bagian tanaman yang telah dikeringkan dengan oven selama 2 x 24 jam dengan suhu 70 - 800 c.
Pemanenan Saat panen ditentukan oleh umur sesuai
deskripsi
varietas
yang
3. Berat basah polong (g), ditimbang saat
ditanam
panen.
(umumnya anatara 60-70 hari setelah tanam ) dan
ada
perubahan
warna
polong,
4. Berat kering polong (g), polong dioven selama 2 x 24 jam pada suhu 700 c.
dari
kehijauan menjadi cokelat kekuningan. Panen
5. Jumlah polong per tanaman, dihitung
dilakukan bila saat lebih dari 95% polong
polong yang berisi penuh.
kedelai sudah berwarna cokelat kekuningan
6. Analisis tanah.
dan jumlah daun tersisa pada tanaman hanya sekitar 5-10%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Parameter Pengamatan
Hasil
Pengamatan dilakukan sejak tanaman
Tinggi Tanaman
berumur 20 hari setelah tanam sampai panen.
Hasil pengamatan terhadap rata-rata
Pengamatan non destruktif dengan interval dua
tinggi tanaman kedelai ditunjukkan pada Tabel
minggu sekali, dilakukan untuk parameter :
1.
1. Tinggi tanaman (cm), diukur mulai
Pada Tabel 1 terlihat bahwa perlakuan
interval pemberian air 1 liter / 2 hari
(A2)
dari permukaan tanah sampai bagian
menunjukkan nilai rata-rata tinggi tanaman
tertinggi tanaman (titik tumbuh).
tertinggi dan pada jenis tanah perlakuan jenis
2. Jumlah daun, dihitung semua daun yang telah membuka sempurna.
tanah grumosol (T3) menunjukkan nilai ratarata tertinggi.
101
EMBRYO VOL. 5 NO. 1
JUNI 2008
ISSN 0216-0188
Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) Pada Kombinasi Interval Pemberian Air Dan Berbagai Jenis Tanah Pada Umur Pengamatan 24, 28, 42 dan 56 HST. Umur Pengamatan (HST) Perlakuan
24
Interval Pemberian Air A1 A2 A3 A4 BNT 0.05
7.66 8.02 7.27 6.87 0.75
Jenis Tanah T1 T2 T3
28
b b ab a
7.04 a 7.06 a 8.00 b
BNT 0.05
0.65
12.42 15.75 13.41 11.77 1.71
42
a b a a
10.8 a 13.85 b 15.37 c 1.48
24.93 29.37 26.28 24.21 2.83
56
a b a a
19.9 a 22.8 b 35.8 c 2.56
38.02 42.37 40.20 37.58 2.16
a b b a
33.84 a 34.81 a 50.08 b 1.87
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom yang sama pada setiap perlakuan berarti tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. A4. perlakuan A1, A2, A3 dan A4 pada tanaman
Jumlah Daun Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa
kedelai berumur 56 HST tidak memberikan
jumlah daun tanaman kedelai umur 28 dan 42
perbedaan pengaruh yang nyata terhadap rata-
HST
tidak
rata jumlah daunnya. Sebaliknya perlakuan
menunjukkan perbedaan akibat perlakuan A1,
interval pemberian air 1liter / hari (A1 ) pada
A2, A3 dan A4, tetapi pada saat tanaman 56 HST
tanah grumosol (T3) memberikan pengaruh
perlakuan interval pemberian air tersebut
yang nyata terhadap rata-rata jumlah daun pada
memberikan
jumlah
tanaman kedelai lebih banyak dibandingkan
daunnya. Rata-rata jumlah daun tanaman
dengan A4 tetapi tidak berbeda nyata dengan
kedelai pada perlakuan A3, lebih banyak
perlakuan A2 dan A3.
pada
tanah
regosol
pengaruh
(T1
terhadap
)
dibandingkan dengan perlakuan A1 dan A2 dan tidak berbeda dengan perlakuan A4.
Dari percobaan ini diketahui bahwa rata-rata jumlah daun yang paling sedikit
Rata-rata jumlah daun tanaman kedelai
terdapat pada kombinasi perlakuan (T1 A1 ),
umur 28 dan 42 HST pada tanah mediteran (T2
yaitu tanaman kedelai yang ditanam pada tanah
) memperlihatkan pengaruh yang sama akibat
regosol dengan perlakuan interval pemberian
perlakuan interval pemberian air, yaitu rata-
air 1 liter / hari. Adapun rata-rata jumlah daun
rata jumlah daunnya lebih banyak pada
tanaman kedelai terbanyak terdapat pada
perlakuan A3 dibandingkan dengan perlakuan
perlakuan (T3 A1 ), yaitu tanaman kedelai yang
A1, A2 tetapi tidak berbeda dengan perlakuan
102
Pengaruh Interval Pemberian Air.....98–112 (Suhartono, R.A. Sidqi ZZM., A.Khoiruddin) ditanam
pada
tanah
grumosol
dengan
perlakuan interval pemberian air 1 liter / hari.
Tabel 2. Rata-Rata Jumlah Daun Helai Pada Kombinasi Interval Pemberian Air Dan Berbagai Jenis Tanah Pada Umur Pengamatan 28, 42, dan 56 HST. Perlakuan A1T1 A1T2 A1T3 A2T1 A2T2 A2T3 A3T1 A3T2 A3T3 A4T1 A4T2 A4T3
28 29.33 30.66 68.66 31.66 39.33 61.33 34.33 42.33 49.66 28.33 41.66 48.33
a a e ab ab de ab bc cd a bc c
Umur Pengamatan (HST) 42 42.67 ab 43.33 ab 88.67 e 43.67 ab 49.67 abc 78.33 de 49.33 abc 56.33 c 76.33 d 41.33 a 52.33 bc 75.33 d
56 48.33 59.33 101.33 49.67 68.67 92.33 61.67 65.33 91.67 54.67 63.67 85.67
a bcd f ab d ef cd cd ef abc cd e
BNT 5% 12.31 10.69 10.68 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. Berat Basah Tanaman Hasil pengamatan terhadap rata-rata
Berat Kering Tanaman
berat basah tanaman pada perlakuan interval
Hasil pengamatan terhadap rata-rata
pemberian air dan jenis tanah disajikan dalam
berat kering tanaman pada perlakuan interval
Tabel 3. Pada Tabel 3 menunjukkan rata-rata
pemberian air dan jenis tanah disajikan dalam
berat basah tanaman terendah terdapat pada
Tabel 3. Pada Tabel 3 menunjukkan rata-rata
perlakuan interval pemberian air 1 liter / 4 hari
berat kering tanaman terendah terdapat pada
(A4), dan berat basah tanaman tertinggi
perlakuan interval pemberian air 1 liter / 4 hari
terdapat pada perlakuan interval pemberian air
(A4), dan berat kering tanaman tertinggi
1 liter / 2 hari (A2).
terdapat pada perlakuan interval pemberian air
Perlakuan jenis tanah grumosol (T3)
1 liter / 2 hari (A2)
menunjukkan rata-rata berat basah tanaman
Perlakuan jenis tanah grumosol (T3)
tertinggi, dan berat basah tanaman terendah
menunjukkan rata-rata berat basah tanaman
terdapat pada perlakuan jenis tanah regosol
tertinggi, pada perlakuan jenis tanah regosol
(T1) namun tidak berbeda nyata pada perlakuan
(T1) tanah jenis tanah mediteran (T2) tidak
jenis tanah mediteran (T2).
berbeda nyata pada perlakuan..
103
EMBRYO VOL. 5 NO. 1
Tabel 3.
JUNI 2008
ISSN 0216-0188
Rata-Rata Berat Basah dan Berat Kering Tanaman (g) Pada Kombinasi Interval Pemberian Air dan Berbagai Jenis Tanah. Perlakuan
Berat Basah Tanaman (g)
Interval Pemberian Air A1 A2 A3 A4
12.01 14.31 13.06 10.61
a b ab a
25.21 29.94 27.21 22.81
BNT 0.05 Jenis Tanah T1 T2 T3
Berat Kering Tanaman (g) ab b b a
4.66
2.07
22.77 a 24.96 a 31.16 b
11.62 a 11.79 a 14.09 b
BNT 0.05 4.04 2.07 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. dan A4 tetapi tidak berbeda dengan perlakuan
Berat Basah Polong Hasil pengamatan terhadap rata-rata berat basah polong pada perlakuan
interval
pemberian air dan jenis tanah disajikan dalam
A2, sedangkan rata-rata berat basah polong tanaman kedelai pada perlakuan A1 dan A4 tidak berbeda.
Tabel 4. Pada Tabel 4 diketahui bahwa rata-
Pada tanah grumosol ( T3 ), tampak
rata berat basah polong tanaman kedelai yang
bahwa rata-rata berat basah polong pada
ditanam pada tanah regosol ( T1 ) dengan
perlakuan A2 menunjukkan berat yang lebih
perlakuan interval pemberian air A1 dan A4
tinggi dibandingkan dengan perlakuan A1, A3
tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata
dan A4 sedangkan perlakuan A1 dan A4 tidak
tetapi kedua perlakuan tersebut menghasilkan
memberikan produksi berat basah polong
produksi berat basah polong yang lebih tinggi
tanaman kedekai yang tidak berbeda.
dibandingkan dengan perlakuan A2 dan A3. perlakuan A2 dan A3 tidak menunjukkan
Berat Kering Polong
perbedaan yang nyat terhadap rata-rata berat basah polong tanaman kedelai.
Hasil pengamatan terhadap rata-rata
Pada tanah
berat kering polong pada perlakuan interval
mediteran (T2) rata-rata berat basah polong
pemberian air dan jenis tanah disajikan dalam
tanaman
A3
Tabel 4. Pada Tabel 4 terungkap bahwa rata-
menunjukkan hasil berat basah polong yang
rata berat kering polong tanaman kedelai yang
lebih berat dibandingkan dengan perlakuan A1
ditanam pada tanah regosol (T1) dengan
kedelai
dengan
perlakuan
104
Pengaruh Interval Pemberian Air.....98–112 (Suhartono, R.A. Sidqi ZZM., A.Khoiruddin) perlakuan A1, A2, A3 dan A4 tidak menunjukkan
perlakuan A1. Rata-rata berat kering polong
perbedaan yang nyata. Sedangkan pada tanah
pada perlakuan A3 dan A4 tidak berbeda nyata.
mediteran ( T2 ) rata-rata berat kering polong tanaman
kedelai
dengan
perlakuan
Berdasarkan hasil percobaan tersebut
A3
terungkap bahwa untuk menghasilkan berat
menunjukkan berat kering yang lebih berat
kering polong tanaman kedelai tertinggi yang
dibandingkan dengan perlakuan A2. Rata-rata
sama pada setiap tanah tersebut masing-masing
berat kering polong pada perlakuan A1, A2 dan
dapat di capai dengan perlakuan interval
A4 tidak memperlihatkan perbedaan yang
pemberian air 1 liter / 1 hari sekali (A1 ) pada
nyata.
jenis tanah regosol, dengan perlakuan interval Pada tanah grumosol ( T3 ) rata-rata
pemberian air 1 liter / 3 hari sekali (A3 ) pada
berat kering tanaman kedelai dengan perlakuan
jenis tanah mediteran, serta dengan perlakuan
A2 menghasilkan berat kering polong yang
interval pemberian air 1 liter / 2 hari sekali
lebih berat dibandingkan dengan perlakuan A3
pada
dan A4.
jenis
tanah
grumosol
tetapi tidak berbeda nyat pada
. Tabel
4.
Rata-Rata Berat Basah dan Berat Kering Polong (g) Pada Kombinasi Interval Pemberian Air dan Berbagai Jenis Tanah. Perlakuan A1T1 A1T2 A1T3 A2T1 A2T2 A2T3 A3T1 A3T2 A3T3 A4T1 A4T2 A4T3 BNT 0,05 %
Berat Basah Polong (g) 9,17 de 6,43 ab 7,66 bcd 7,83 bcd 8,36 cde 10,16 e 7,23 abc 9,86 cde 5,53 a 10,03 e 6,36 ab 7,46 bcd 1.87
Berat Kering Polong (g) 4,63 cd 3,53 a 4,73 cd 4,46 bcd 4,26 abcd 4,83 d 4,16 abcd 4,67 cd 3,83 ab 4,43 bcd 3,86 ab 4,06 abc 0.76
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. jenis
Jumlah Polong Pertanaman
tanah,
tanah
jenis
grumosol
(T3)
Pada Tabel 5 terlihat bahwa interval
memberikan nilai rata-rata jumlah polong per
pemberian air 1 liter / 2 hari sekali (A2)
tanaman tertinggi. Nilai rata-rata jumlah
menujukkan hasil rata-rata jumlah polong
polong
tertinggi, sedangkan pada perlakuan berbagai
interval pemberian air 1 liter / 1 hari sekali
105
terendah
dicapai
pada
perlakuan
EMBRYO VOL. 5 NO. 1
JUNI 2008
(A1) dan pada perlakuan jenis tanah regosol
ISSN 0216-0188
(T1).
Tabel 5. Rata-Rata Jumlah Polong pertanaman Pada Kombinasi Interval Pemberian Air dan Berbagai Jenis Tanah. Perlakuan Interval Pemberian Air A1 A2 A3 A4
Jumlah Polong
BNT 0.05 Jenis Tanah T1 T2 T3
2.71
27.78 31.11 29.00 27.00
a b ab a
22.42 a 26.42 b 37.33 c
BNT 0.05 2.35 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. Pembahasan
pembentukan gula yang dapat memperbesar
Tinggi Tanaman
sel-sel sehingga vakuola yang besar terbentuk.
Interval pemberian air berpengaruh
Vakuola ini secara relatif mengisap air dalam
terhadap rata-rata pertambahan tinggi tanaman
jumlah
sebagai pencerminan pertumbuhan tanaman.
Keberadaan hormon perentang sel memacu
Meningkatnya tinggi tanaman terjadi melalui
sel-sel untuk memanjang dan dinding sel
perpanjangan ruas-ruas akibat membesarnya
bertambah tebal. Dinding sel yang memanjang
sel-sel atau bertambahnya umur tanaman.
dan
besar
menebal
akibat
ini
absorbsi
terjadi
air
sebagai
ini.
akibat
Tinggi tanaman pada kedelai yang
menumpuknya selulosa tambahan yang terbuat
diberi air dengan interval 1 liter / 2 hari sekali
dari gula. Jadi kalau suatu tanaman membuat
(A2) ternyata lebih tinggi bila dibandingkan
sel-sel
dengan
pembelahan sel maka akan mempercepat
perlakuan
interval
pembeian
air
baru,
lainnya. Hal ini karena, mampu menyediakan
pertumbuhan
kebutuhan air bagi tanaman dalam kondsi
perakaran.
pemanjangan
batang,
daun
sel-sel
dan
dan
sistem
optimal. Kondisi ini selaras dengan penyataan
Pemberian air yang dibawah kondisi
Haryadi, (1986) bahwa pemberian interval air
optimum bagi pertumbuhan tanaman, akan
dalam kondisi optimal memungkinkan hormon
berakibat
tertentu bekerja secara aktif dalam dinding sel
pertumbuhannya (tanaman menjadi kerdil)
untuk merentang. Kondisi ini pula memacu
ataupun
106
tanaman
terlambat
akan
untuk
terhambat
memasuki
fase
Pengaruh Interval Pemberian Air.....98–112 (Suhartono, R.A. Sidqi ZZM., A.Khoiruddin) vegetatif selanjutnya. Menurut Blair (1979)
melakukan transport hara, kebutuhan tanaman
pada kandungan air tanah rendah dapat
akan hara juga akan semakin tercukupi,
mengakibatkan rendahnya konsentrasi unsur
sehingga tanaman kedelai pada jenis tanah
hara yang ada dilarutan tanah. Rendahnya
grumosol mampu memberikan nilai rata-rata
konsentrasi unsur hara yang ada didalam
tinggi tanaman yang lebih baik.
larutan tanah maka kebutuhan akan unsur hara tanaman
tidak
tercukupi
dan
akan
Jumlah Daun
mengakibatkan kompetisi hara antar tanaman.
Kombinasi
perlakuan
interval
Begitu pula sebaliknya air yang berlebihan,
pemberian air dan jenis tanah menunjukkan
akan menyebabkan batang tanaman akan
adanya interaksi terhadap parameter jumlah
menjadi busuk. Kemampuan sel-sel tanaman
daun. Daun sebagai salah satu organ tanaman
dalam menyimpan air dalam dinding sel,
berfungsi sebagai tempat terjadinya proses
sangat terbatas. Air yang berlebihan, akan
fotosintesis.
menyebabkan dinding sel menjadi pecah,
Tanah jenis grumosol akan mmapu
selanjutnya sel-sel tanaman akan mati dan
mengikat air lebih baik, sehingga tanaman
tanaman akan membusuk.
mempunyai
waktu
yang
cukup
untuk
Selain interval pemberian air yang
menyerap air yang tersedia. Kemampuan
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman,
mengikat air yang lebih baik memungkinkan
perlakuan
jenis
pula proses transport hara yang lebih baik bagi
pengaruh
terhadap
tanaman.
Jenis
tanah
juga
tinggi
tanaman. Hara yang ada dalam tanah akan
(T3)
terangkut mengikuti air yang terserap oleh akar
memberikan pengaruh tertinggi terhadap nilai
tanaman. Kemampuan atau daya hisap matrik/
rata-rata tinggi tanaman, dibandingkan jenis
partikel tanah sangat jelas mempengaruhi
tanah mediteran dan regosol.
jumlah
pengaruh
nilai
memberikan
tanah
tersebut
rata-rata grumosol
Perbedan
tersedia.
Faktor-faktor
yang
adanya
mempengaruhi hal tersebut selain tekstur tanah
perbedaan sifat fisik, kimia dan biologi tanah
adalah struktur dan ketersediaan bahan organik
masing-masing jenis tanah. Tanah grumosol
tanah. Struktur tanah merupakan penyusunan
memiliki tekstur halus mampu mengikat air
(arragement) partikel-partikel tanah primer
lebih baik dibandingkan tanah mediteran dan
tanah seperti pasir, debu dan liat yang
regosol, yang memiliki tekstur lebih kasar.
membentuk agregat. Struktur memodifikasikan
Kemampuan mengikat air yang lebih baik ini
pengaruh tekstur dalam hubungannya dengan
berpengaruh
sel-sel
kelembaban, prorositas, tersedianya unsur
tanaman dan transport hara dari tanah ke
hara, kegiatan jasad hidup dan pertumbuhan
tanaman.
akar. Struktur tanah grumosol didominasi oleh
terhadap
Semakin
disebabkan
air
pembelahan
baik
tanah
dalam
107
EMBRYO VOL. 5 NO. 1
JUNI 2008
ISSN 0216-0188
fraksi liat. Semakin tinggi kadar liat maka
tanaman melalui proses difusi osmosis yang
kapasitas tukar kation (KTK) akan semakin
terjadi. Semakin baik hara yang terjerap oleh
baik (Hakim et al, 1986). KTK tanah yang
tanaman, maka ketersediaan bahan dasar bagi
semakin baik akan mampu menjerap hara lebih
proses fotosintesis akan semakin baik pula.
baik,
Proses fotosintesis yang berlangsung dengan
sehingga
unsur
tersedia
bagi
pertumbuhan tanaman akan lebih baik pula.
baik, akan memacu penimbunan karbohidrat dan protein pada polong tanaman kedelai. Penimbunan karbohidrat dan protein sebagai
Berat Basah dan Berat Kering Tanaman Air
merupakan
komponen
dalam kehidupan tanaman,sekitar
utama
akumulasi
70-90
berpengaruh pada berat basah tanaman.
% berat segar tanaman adalah berupa air. Air merupakan
media
berlangsungnya
yang
reaksi
baik
biokimia.
untuk Didalam
hasil
proses
Pengaruh
fotosintesis
perlakuan
akan
interval
pemberian air dan berbagai jenis tanah terhadap
berat
basah
tanaman
kedelai,
tubuh tanaman air dapat masuk ke jaringan
mempunyai
tanaman berlangsung melalui proses difusi.
pengaruh yang sama terhadap berat kering
Proses ini dipengaruhi oleh banyak faktor
tanaman.
diantaranya karena : 1) perbedaan konsentrasi
representasi
air, dan 2) adanya faktor lingkungan yang
merupakan kondisi tanaman yang menyatakan
berperan dalam proses keseimbangan air yang
besarnya akumulasi bahan organik yang
ada pada sistem tanah, tanaman dan udara.
terkandung dalam tanaman tanpa kadar air.
Bila kondisi
suatu
tanaman
kekurangan
air
berada
sebagai
relevansi
Berat dari
atau
kering berat
menunjukkan
sebagai basah
hasil
tanaman,
pada akibat
Berat Basah dan Berat Kering Polong
kurangnya hujan maupun irigasi, maka proses
Pembentukan polong pada tanaman
pembentukan dan perkembangan organ akan
kedelai
sangat
dan
fotosintesis yang terjadi. Proses fotosntesis
perkembangan organ tanaman (daun, akar, dan
pada tanaman, terjadi pada daun dengan
batang)
sel
bantuan sinar matahari. Bahan dasar yang
tanaman untuk membesar. Sel tanaman akan
diperlukan bagi proses fotosintesis berupa
membesar seiring dengan menebalnya dinding
carbon dioksida (CO2) dan air (H2O). Hasil
sel dan terbentuknya selulosa pada tanaman.
dari
Pengaruh lainnya terkait dengan ketersediaan
senyawa kompleks berupa karbohidrat, lemak,
air bagi tanaman, berupa transport hara dari
protein
tanah bagi tanaman. Hara yang berada dalam
fotosintesis
tanah diangkut melalui air yang terserap oleh
protein dan lemak, umumnya disimpan pada
terpengaruh.
berhubungan
Pembentukan
dengan
proses
108
sangat
proses
dan
dipengaruhi
fotosintesis
oksigen. tanaman
oleh
nantinya
Timbunan
berupa
proses
berupa
hasil
karbohidrat,
Pengaruh Interval Pemberian Air.....98–112 (Suhartono, R.A. Sidqi ZZM., A.Khoiruddin) batang, buah, biji ataupun polong. Pada
menyediakan air dan hara, makin baik pula
tanaman
pertumbuhan
kedelai,
timbunan
hasil
proses
fotosintesis disimpan dalam polong tanaman. Untuk
dapat
tanaman.
Indikator
baiknya
pertumbuhan tanaman ini dapat dilihat melalui
mengoptimalkan
parameter berat basah polong tanaman kedelai.
timbunan hasil proses fotosintesis, diperlukan
Pada berat kering polong, hasil analisis
asupan bahan organik dan air yang cukup bagi
ragam menunjukkan adanya interaksi antara
tanaman.
menunjukkan
perlakuan interval pemberian air dan jenis
kombinasi perlakuan perlakuan antara interval
tanah terhadap parameter berat kering polong
pemberian air 1 liter / 2 hari (A2) dan jenis
(p = 0,05). Nilai rata-rata berat kering polong
tanah grumosol (T3) memberikan hasil yang
tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan
terbaik. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa
interval pemberian air 1 liter / 2 hari (A2) dan
hal, antara lain pemberian air yang optimal dan
jenis tanah grumosol (T3)
Hasil
penelitian
Berat kering polong tanaman kedelai
kondisi tanah yang mampu memberikan tunjangan
yang
baik
bagi
pertumbuhan
merupakan hasil representasi berat basah polong tanpa kadar air. Seperti halnya pada
tanaman. melalui
berat basah polong, berat kering polong pada
pembentukan bunga dan polong, tanaman
tanaman kedelai sangat dipengaruhi oleh
kedelai tidak begitu banyak membutuhkan air.
proses
Hal ini disebabkan pada fase generatif,
fotosintesis pada tanaman, terjadi pada daun
tanaman sudak mengurangi pembentukan sel,
dengan bantuan sinar matahari. Bahan dasar
perkembangan tanaman sudah mengarah pada
yang diperlukan bagi proses fotosintesis
penimbunan karbihidrat, lemak dan protein
berupa carbon dioksida (CO2) dan air (H2O).
(Suhartina, 2003).
Hasil dari proses fotosintesis nantinya berupa
Pada
fase
generatif,
Asupan air dan hara bagi tanaman,
fotosintesis
yang
terjadi.
Proses
senyawa kompleks berupa karbohidrat, lemak,
sangat dipengaruhi oleh kemampuan tanah
protein
dan
oksigen.
dalam menyediakan kedua komponen tersebut.
fotosintesis
Kemampuan tanah tersebut terkait dengan
protein dan lemak, umumnya disimpan pada
tekstur, struktur dan porositas tanah. Tanah
batang, buah, biji ataupun polong. Pada
grumosol, dibandingkan tanah regosol dan
tanaman
mediteran, memiliki tekstur, struktur dan
fotosintesis disimpan dalam polong tanaman.
tanaman
kedelai,
Timbunan
berupa
timbunan
hasil
karbohidrat,
hasil
proses
Optimalisasi timbunan hasil proses
porositas tanah yang mampu menahan air yang lebih lama. Kemampuan tanah ini akan
fotosintesis,
berpengaruh terhadap absorbsi air dan hara
organik dan air yang cukup bagi tanaman.
oleh tanaman. Semakin baik tanah dalam
Hasil
109
memerlukan
penelitian
asupan
menunjukkan
bahan
kombinasi
EMBRYO VOL. 5 NO. 1
JUNI 2008
ISSN 0216-0188
perlakuan antara interval pemberian air 1 liter /
juga berperan dalam menentukan jumlah
2 hari (A2) dan jenis tanah grumosol (T3)
polong per tanaman pada tanaman kedelai.
memberikan hasil yang terbaik. Kondisi ini
Utamanya struktur tanah berupa liat berpasir
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain
atau lempung berpasir, berpengaruh pada
pemberian air yang optimal dan kondisi tanah
kemampuan mempertahankan air lebih lama.
yang mampu memberikan tunjangan yang baik
Air
bagi pertumbuhan tanaman.
memungkinkan tanaman mempunyai waktu
Jenis
tanah
bagi
perkembangan
yang
lebih
lama
tertahan,
akan
yang relatif lama untuk menyerapnya bagi
tanaman kedelai juga sangat berpengaruh.
pertumbuhan.
Tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman
struktur berupa liat berpasir atau lempung
kedelai berupa tanah dengan struktur liat
berpasir, mempunyai kapasitas tukar kation
berpasir atau lempung berpasir. Struktur tanah
(KTK) yang lebih baik bila dibandingkan
tersebut terdapat pada tanah jenis grumusol.
dengan stuktur pada jenis tanah regosol
Tanah
struktur
ataupun mediteran. Hal ini memungkinkan
didominasi liat, memiliki kemampuan tukar
jenis tanah grumosol mampu menyediakan
kation yang baik. Kondisi ini memungkinkan
hara tersedia bagi tanaman dalam tanah.
jenis
tersedianya
grumosol,
unsur
yang
dengan
diperlukan
Jenis tanah grumosol dengan
Kombinasi antara ketersediaan air
bagi
melalui interval pemberian air bagi tanaman
tanaman dalam kondisi optimal.
dan jenis tanah yang tepat, akan mampu Jumlah Polong per Tanaman Air sebagai sarana transport bagi unsur
memberikan
tunjangan
pertumbuhan
dan
kehidupan
perkembangan
bagi
tanaman
hara dari tanah ke tanaman, diperlukan dalam
kedelai yang baik. Hal ini disebabkan semua
proses metabolisme tanaman, seperti proses
komponen pendukung bagi proses fotosintesis
fotosintesis, transpirasi tanaman dan pelarut
tersedia dengan baik. Sehingga
sejumlah bahan organik bagi tanaman. Peran
fotosintesis akan menghasilkan output yang
air bagi proses fotosintesis, jelas sebagai salah
optimal utamanya berupa karbohidrat, lemak
satu bahan dasar bagi terbentuknya senyawa
dan protein. Representasi dari output proses
kompleks berupa karbohidrat, protein dan
fotosintesis yang optimal tersebut dapat terlihat
lemak dalam tanaman. Air juga berfungsi
pada berat basa, berat kering dan jumlah
sebagai stabilisator suhu tanaman. Pada suhu
polong per tanaman kedelai.
tertentu, proses fotosintesis akan berjalan
KESIMPULAN DAN SARAN
optimal. Suhu optimal bagi proses fotosintesis dalam tanaman jenis C-3, berada pada kisaran
Kesimpulan
24 – 270C (Supardi et al, 1978). Faktor tanah
110
proses
Pengaruh Interval Pemberian Air.....98–112 (Suhartono, R.A. Sidqi ZZM., A.Khoiruddin) 1. Interval
pemberian
air
tertinngi pada parameter tinggi
terhadap
tanaman, berat basah tanaman,
parameter tinggi tanaman, jumlah
berat kering tanaman, berat basah
daun, berat basah tanaman, berat
polong, berat kering polong dan
kering
jumlah polong pertanaman. Tetapi
berpengaruh
nyata
tanaman,
berat
basah
polong dan berat kering polong
pada
terhadap pertumbuhan dan hasil
terjadi pada interval pemberian air
tanaman kedelai.
1 liter/ hari pada tanah grumosol
2. Perlakuan jenis tanah memberikan pengaruh
yang
nyata
parameter
(T3A1).
pada
jumlah
hasil
ditunjukkan
daun
terendah
pada
interval
parameter tinggi tanaman, jumlah
pemberian air satu liter dan empat
daun, berat basah tanaman, berat
liter per hari pada tanah regosol.
kering
tanaman,
berat
basah
polong dan berat kering polong
Saran
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai.
sehubungan
3. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
terjadi
Perlu dilakukan penelitian lanjutan
interaksi
dengan
pengaruh
interval
pemberian air dengan volume yang lebih
antara
beragam pada berbagai jenis tanah pada
perlakuan pemberian air dan jenis
tanaman kedelai, agar diperoleh informasi
tanah yang memberikan pangaruh
tentang teknik budidaya kedelai yang lebih
yang nyata pada parameter jumlah
lengkap.
daun ( umur pengamatan 28, 42
DAFTAR PUSTAKA
dan 56 HST), berat basah polong dan berat kering polong, nilai
Adisarwanto, T. 2005. Kedelai. Penebar
tertinggi untuk parameter jumlah daun
dicapai
kombinasi
Adisarwanto, T., Riwanodja, dan Marwoto.
perlakuan (T3A1), untuk berat
Teknologi Produksi Kedelai Hemat
basah
Biaya
polong
oleh
Swadaya. Jakarta. Hal 18-23
pada kombinasi
dan
Ramah
Lingkungan.
perlakuan (T3A2) dan berat kering
Makalah, Direktorat Kacang-kacangan
polong pada kombinasi perlakuan
dan Umbi-umbian (Jakarta, 2001), hal
(T3A2).
86-98.
4. Interval pemberian air dua hari sekali (T3A2)
pada
tanah
Biro Pusat Statistik, 2005. Produktifitas dan
grumosol
menunjukkan
hasil
111
Perkembangan Tanaman Kedelai di Indonesia. 56 hal.
EMBRYO VOL. 5 NO. 1
JUNI 2008
ISSN 0216-0188
Bleker , P. 1980. Analitikal data of papua new
Roja, A. 2006. Pengembangan Kedelai di
evine soil cammon wealth scda and
Lahan Masam. www.google.co.id 8
industrial
Maret 007
resenrch
organization.
Australia. 159 hal.
Rukmana
R.
dan
Yuniarsih,
1996.
pruduktifitas tanaman kedelai dan Burstom, Hans, 1956. Die Begendangdes Wasreszos
Furdas
jagung pada lingkungan tumpang sari
Wachstum.
dilahan
tegal.
Jurnal
Penelitian
Encyclope Of Plant Physiol, hal 665-
Palawija. Balai Penelitian Tanaman
668.
Pangan Malang. Volume 4 no 2. 153
Burihngh. P. (1983). Pengantar Pengkajian
hal.
Tanah. Tanah wilayah tropis dan sub
Santoso, B, 1985. Beberapa Prosedur Analisa
tropika. Gajah Mada University Press.
Kimia dan Fisika Tanah. Jurusan
Yogyakarta. 164 hal.
tanah. Fakultas Pertanian Universitas
Buol, S. W., F.D . Hese, R. J. MC. Cracken. 1980. Soil Genesis and Clasifikation
Brawijaya. 97-127 hal. Sastrodarsono, S dan Takeda. 1997. Hidrologi
and, the lowastate Unw. Prest. 231 hal.
Untuk
Djasuli, A. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai.
S.
1987.
Ilmu
Tanah.
Pertanian Bogor. Bogor. 695 Hal. Suhartina, 2003. Perkembangan dan Deskripsi
Hakim, N. , M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G.
Varietas unggl Kedelai 1918-2003.
Dasar-dasar Ilmu
Balai Penelitian Kacang-kacangan dan
Tanah. Universitas Lampung. 285 hal. Haryadi
,
1986.
Departemen
Pradytia
Soepardi. G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Intitut
Mediatama Sarana Perkasa. Jakarta 218 hal.
Nugroho. 1986.
PT
Paramita Jakarta. PP, 226.
www.google.co.id 8 Maret 2007 Hardjowigeno.
Pengairan.
Pengantar Agronomi
Umbi-umbian. Malang. 67 hal.
Agronomi.
Sumarno dan Hartono, 1983. Kedelai dan Cara
Fakultas
Bercocok Tanamnya. Paslitbangtan.
Pertanian IPB PP : 191 hal
Bogor. 53 hal.
Kramer, P. J. 1969. Plant and Soll Water
Utomo, W. H, 1996. Dasar-dasar Fisika
Relationship Mc Graw Hill Book
Tanah.
Company. Inc. New York. 97-102 hal.
Malang. 133 hal.
Munir, M . 1996. Tanah –tanah Utama Indonesia. Pustaka Jaya. Jakarta 315 hal.
112
Universitas
Brawijaya.