PENGARUH JUMLAH MODAL SENDIRI DAN JUMLAH MODAL LUAR TERHADAP SISA HASIL USAHA MELALUI VARIABEL VOLUME USAHA PADA KOPERASI-KOPERASI DI KOTA LHOKSEUMAWE Lukman Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri Lhokseumawe Email:
[email protected] Abstract This study aimed to analyze the effect of the amount of equity and outside capital amount to windfall profits (SHU) through the variable volume of business in cooperatives at city of Lhokseumawe. The data used are secondary data obtained in 2011 from the Department of Industry, Trade and Cooperatives city of Lhokseumawe. Model analysis of the data used in this study using multiple regression and path analysis with the help of SPSS software. The results found that the model substruktural first of the two independent variables, namely equity and outside capital, outside the capital variable is the dominant variable affecting the increase in volume of business in cooperatives atur city of Lhokseumawe is equal to 82.5%, while only 14,2% of capital variable. While the second substruktural model of the three independent variables, namely capital, external capital, and business volume, variable outside capital is a very dominant variable affecting the decline of net income (SHU) in cooperatives at city of Lhokseumawe is equal to -63.4%, while variable capital and business volume each can increase the SHU of 36.5% and 37.5%. Based on the path analysis found that, using their own capital can simply achieve a higher recovery rate SHU with 36.5% degree of influence but if you have to go through an increase in business volume (14.2%) first then gain SHU only increased by 5% (0.142 x 0.375) which amounted to 0.375. While the use of outside capital is high in cooperative business activities will directly reduce the amount of gain that is equal to 63.4% SHU. In order to increase the amount of gains SHU, outside capital must go through an increasing number of business volume above 82.5% can increase the number of new SHU above 31%. Keywords: equity, external capital, business volume, and windfall profits (SHU).
PENDAHULUAN Koperasi merupakan badan hukum sekaligus badan usaha yang mempunyai perbedaan sudut pandang, tujuan, dan prinsip usaha dengan bentuk badan usaha lainnya. Dalam menjalankan usahanya, koperasi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bersama para anggotanya dengan berpegang teguh pada prinsip koperasi yaitu siapa saja bisa menjadi anggota, satu anggota satu suara, pembagian SHU berdasarkan partisipasi anggota, dan balas jasa terhadap modal bersifat terbatas. Sedangkan bentuk organisasi usaha berorientasi profit mempunyai prinsip bahwa untuk menjadi anggota dalam suatu organisasi usaha bersifat terbatas (artinya, hanya orang yang mempunyai modal saja yang bisa ikut), suara anggota 1
ditetapkan berdasarkan jumlah persentase modal (semakin besar persentase modal maka semakin besar jumlah suara yang dimiliki), pembagian laba-rugi juga berdasarkan persentase modal (semakin besar persentase modal maka semakin besar jumlah laba yang diperoleh atau rugi yang akan ditanggung), tidak ada balas jasa atas partisipasi anggota yang ada hanya balas jasa atas jumlah modal anggota. Hal lainya yang membedakan koperasi dengan badan usaha profit adalah adanya identitas ganda yang dimiliki oleh anggota koperasi (the dual identity of the members), yaitu anggota koperasi selain berperan sebagai pemilik juga sekaligus berperan sebagai pengguna jasa koperasi (user own oriented firm). Identitas ganda tersebut tidak dimiliki oleh anggota organisasi profit manapun. Adanya identitas ganda tersebut, membuat koperasi sangat mudah menjalankan kegiatan usahanya. Hal ini disebabkan karena, setiap bidang usaha yang dijalankan oleh koperasi biasanya berhubungan langsung dengan kebutuhan pokok anggotanya. Jadi setiap usaha yang dijalankan oleh koperasi sudah pasti konsumennya. Oleh karena itu, suatu usaha yang dijalankan oleh sebuah koperasi kecil kemungkinan akan mengalami kemunduran. Karena setiap anggota koperasi juga sebagai pelanggan tetap yang akan menggunakan barang atau jasa yang ditawarkan oleh koperasi. Jika pada kenyataannya ada koperasi yang mengalami kemunduran maka dipastikan koperasi tersebut didirikan tanpa berlandaskan pada prinsip koperasi yang benar. Sebagai organisasi usaha, maka dalam menjalankan aktivitas usahanya koperasi harus memperoleh keuntungan atau sisa lebih pendapatan setelah dikurangi dengan semua biaya usaha yang dikeluarkan oleh koperasi dalam satu periode akuntansi. Sisa lebih ini lebih dikenal pada koperasi dengan istilah SHU (Sisa Hasil Usaha). Meskipun keuntungan atau laba yang diperoleh bukanlah merupakan tujuan utama dari sebuah koperasi, akan tetapi laba yang diperoleh untuk tujuan kelangsungan dan keberhasilan koperasi itu sendiri di masa yang akan datang melalui penguatan modal koperasi. Kekuatan modal koperasi ditentukan oleh jumlah anggota yang terlibat di dalamnya. Anggota dalam sebuah koperasi merupakan tulang punggungnya. Karena itu, koperasi merupakan organisasi yang menghimpun orang-orang bukan sebagai organisasi yang menghimpun modal (capital). Dengan demikian, keberadaan anggota bagi koperasi mutlak penting peranannya demi kemajuan koperasi itu sendiri. Di samping itu, koperasi dimungkin juga untuk menggunakan modal dari pihak luar (pinjaman) dalam menjalankan aktivitas usahanya. Kenyataan di lapangan selama ini terlihat bahwa sebuah koperasi akan berhasil dan sukses mensejaterakan anggotanya jika memiliki jumlah modal yang cukup untuk menjalan aktivitas usahanya. Pada koperasi jumlah modal dapat dipupuk dari dalam atau disebut dengan modal sendiri. Modal sendiri ini merupakan partisipasi dari semua anggota koperasi dalam bentuk simpanan pokok dan simpanan wajib. Selain itu, jika koperasi dalam menjalankan aktivitas usaha kekurangan modal, maka koperasi dapat melakukan peminjaman dengan pihak bank atau investor lainnya. Para anggota yang mempunyai kelebihan dana juga dapat meminjamkan dananya kepada koperasi sebagai simpanan sukarela. Simpanan ini merupakan utang koperasi kepada anggotanya yang harus dibayar sesuai dengan perjanjian pinjaman. Utang koperasi kepada pihak ketiga ini dikenal dengan pihak modal luar koperasi. KAJIAN TEORITIS Karakteritik Badan Usaha Koperasi
2
Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, yang dimaksud dengan koperasi adalah “Badan usaha yang beranggotakan orangseorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.” Dengan demikian, suatu bentuk organisasi baru dapat disebut sebagai koperasi jika mempunyai empat unsur utama berikut ini: 1) Bukan merupakan organisasi yang memupuk modal tetapi hanya kumpulan orang-orang atau badan-badan. 2) Saling bekerjasama secara kekeluargaan dan berdasarkan asas sosial. 3) Keanggotaan-nya sukarela tanpa paksaan dan netral terhadap sara. 4) Bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota. Prinsip koperasi merupakan suatu sistem ide-ide abstrak yang dideduksi oleh ahli-ahli koperasi dari pengalaman praktik mereka sendiri dan yang telah terbukti di masa lalu yang merupakan garis-garis petunjuk yang paling sesuai untuk siapa saja yang ingin membangun koperasi yang efektif dan tahan lama (id.wikipedia.org/wiki/Koperasi). Prinsip-prinsip koperasi di Indonesia telah diatur dalam UU No. 25 Tahun 1992, yaitu sebagai berikut: 1) Keanggotaan bersifat terbuka dan sukarela. 2) Pengelolaan dilakukan secara demokratis. 3) Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya 4) 5) 6) 7)
jasa usaha masing-maisng anggota. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal. Kemandirian. Pendidikan perkoperasian. Kerjasama antarkoperasi.
Dalam UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian ditetapkan fungsi dan peran koperasi di Indonesian sebagai berikut: a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota ada khususnya dan masyarakat pada umumnya, untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya; b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat; c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai sokogurunya; d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Modal Koperasi Dalam UU No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, pasal 41, bab VII, disebutkan bahwa Modal Koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman seperti berikut ini: Modal Sendiri. Merupakan modal yang berasal dari pemilik dan yang tertanam di dalam usaha tersebut untuk jangka waktu yang tidak terbatas lamanya. Bagi usaha koperasi modal sendiri merupakan sumber modal utama yang berasal dari pemilik koperasi yaitu para anggotanya. Modal sendiri bagi koperasi dapat berasal dari: a) Simpanan Pokok, merupakan jumlah nilai uang tertentu yang sama nilainya dan harus disetorkan pada saat pertama masuk menjadi anggota koperasi. Simpanan ini tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota koperasi, kecuali yang bersangkutan keluar dari keanggotaan koperasi. 3
b) Simpanan Wajib, merupakan jumlah nilai uang tertentu yang wajib disetor oleh semua anggota dalam waktu tertentu, seperti tiap bulan, triwulan, dan sebagainya. Simpanan ini dapat diambil kembali dengan ketentuan telah diatur dalam anggaran dasar, anggaran rumah tangga dan keputusan rapat anggota. c) Dana Cadangan, merupakan sejumlah nilai uang diperoleh oleh koperasi yang berasal dari penyisihan sisa hasil usaha, dengan tujuan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi di kemudian hari jika diperlukan sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. d) Hibah, merupakan suatu pemberian, donasi, atau hadiah dari seseorang atau institusi yang bersifat bantuan yang tidak mengikat yang digunakan untuk operasional koperasi dan tidak bisa dipindahtangankan. Modal Luar. Merupakan modal yang berasal dari pihak luar koperasi sebagai pinjaman atau hutang yang bertujuan untuk meningkatkan modal kerja dalam jangka waktu tertentu. Modal Pinjaman Luar ini dapat diperoleh dari berbagai pihak, di antaranya berasal dari: a) Anggota, modal pinjaman dari anggota dapat berupa simpanan sukarela, yaitu suatu nilai uang dalam jumlah tertentu yang diserahkan oleh anggota atau bukan anggota kepada koperasi atas kehendak sendiri dengan harapan akan mendapat imbalan. Simpanan sukarela dapat diambil kembali oleh anggota setiap saat. b) Koperasi lainnya dan/atau anggotanya, modal pinjaman dari koperasi lainnya dan atau anggotanya yang didasari dengan perjanjian kerja sama antara koperasi. Biasanya pinjaman dari koperasi lainnya berasal dari koperasi induk, atau pusat koperasi. c) Bank dan lembaga keuangan lainnya, modal pinjaman ini dari lembaga keuangan atau bank dalam bentuk kredit modal kerja, kredit usaha mikro, atau kredit lainnya yang telah disediakan oleh pihak bank untuk koperasi. d) Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya, modal pinjaman ini diperoleh dengan cara koperasi menerbitkan obligasi atau surat hutang kepada siapa saja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. e) Sumber lainnya yang sah, modal pinjaman dari bukan anggota yang dilakukan tidak melalui penawaran secara umum dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Volume Usaha Volume usaha merupakan jumlah peredaran bruto usaha atau disebut juga dengan pendapatan usaha. Menurut Arifin Sitio dan Halomoan T. (2001:141), “volume usaha adalah total nilai penjualan atau penerimaan dari barang dan jasa pada suatu periode atau tahun buku yang bersangkutan.” Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa volume usaha koperasi merupakan akumulasi dari nilai penerimaan barang dan jasa mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember dalam tahun buku yang berjalan. Volume usaha atau pendapatan dari sebuah koperasi terdapat beberapa karakteristik sebagai berikut: 1. Pendapatan yang timbul dari transaksi penjualan produk atau penyerahan jasa kepada anggota dan bukan anggota. 2. Pendapatan tertentu yang realisasi penerimaannya masih tergantung pada persyaratan/ ketentuan yang diterapkan. Menurut PSAK Nomor 27 tentang Akuntansi Koperasi disebutkan bahwa pendapatan yang diperoleh dari transaksi penjualan produk atau penyerahan jasa 4
kepada anggota dilaporkan secara terpisah pada perhitungan hasil usaha sebagai penjualan kepada anggota atau pendapatan dari anggota. (IAI, 2009:27). Pendapatan yang timbul sehubungan dengan penjualan produk atau penyerahan jasa kepada bukan anggota dapat dipandang sebagai pendapatan usaha sebagaimana lazimnya terdapat pada badan-badan usaha lainnya. Pendapatan yang timbul dari transaksi semacam ini perlu disajikan secara terpisah pada perhitungan hasil usaha sebagai penjualan kepada bukan anggota atau pendapatan dari bukan anggota (Ign Sukamdiyo, 1997). Sisa Hasil Usaha (SHU) Dalam menjalankan aktivitas usaha atau bisnis, setiap badan usaha mengharapkan dapat memperoleh keuntungan finansial dari kegiatan tersebut. Hal yang sama juga berlaku bagi koperasi. Keuntungan finansial bagi koperasi disebut sebagai Sisa Hasil Usaha (SHU). Dengan memperoleh SHU dari setiap pelaksanaan aktivitas usahanya, bagi koperasi dapat digunakan untuk menambah modal koperasi, cadangan koperasi, dan sisanya didistribusikan kepada setiap anggota koperasi. Secara hukum ekonomi, jika modal bertambah besar maka dengan sendirinya lingkup usaha koperasi akan dapat bertambah besar juga. Sisa Hasil Usaha menurut Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya-biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. Dalam PSAK Nomor 27 tentang Akuntansi Koperasi dinyatakan bahwa, Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah gabungan dari hasil partisipasi neto dan laba atau rugi kotor dengan non-anggota, ditambah atau dikurangi dengan pendapatan dan beban lain serta beban perkoperasian dan pajak penghasilan badan koperasi. Ditinjau dari aspek ekonomi manajerial, sisa hasil usaha koperasi merupakan selisih dari seluruh pemasukan atau penerimaan total (total revenue) dengan biayabiaya atau biaya total (total cost) dalam satu tahun buku (Arifin Sitio dan Halomoan T., 2001: 87). Ditinjau dari aspek akuntansi, SHU dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: SHU = Total Pendapatan – Total Biaya [Total Biaya = Biaya pokok + Biaya penyusutan + Biaya adm/umum + Biaya pemasaran + Pajak]
Model Paradigma Konseptual Berdasarkan kajian teoritis di atas, secara umum dapat disusun sebuah model paradigma konseptual penelitian sebagai berikut: Gambar Paradigma Konseptual Penelitian X1 Jumlah Modal Sendiri
Y1 Volume Usaha X2 Jumlah Modal Luar
Y2 SHU
5
Keterangan: Jumlah modal sendiri merupakan variabel bebas pertama dan diberi simbol X 1. Jumlah modal luar merupakan variabel bebas kedua dan diberi simbol X 2. Volume usaha merupakan variabel terikat pertama dan diberi simbol Y1. SHU merupakan variabel terikat kedua dan diberi simbol Y1. Hipotesis Berdasarkan kajian teoritis dan paradigma penelitian, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sesuai substrukturnya adalah: 1) Substruktur I, hipotesisnya yaitu: H0 = Tidak ada hubungan linier antara jumlah modal sendiri dan jumlah modal luar terhadap volume usaha. H1
=
Ada hubungan linier antara jumlah modal sendiri dan jumlah modal luar terhadap volume usaha.
2) Substruktur II, hipotesisnya yaitu: H0 = Tidak ada hubungan linier antara jumlah modal sendiri, jumlah modal luar, dan volume usaha terhadap SHU. H1
=
Ada hubungan linier antara jumlah modal sendiri, jumlah modal luar, dan volume usaha terhadap SHU.
METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain merupakan tahap pengambilan keputusan yang berhubungan dengan jenis sampel yang akan digunakan (desain sampel), pengumpulan data (metode pengumpulan data), pengukuran variabel serta proses analisis untuk menguji hipotesa atau analisis data (Sekaran, 2003:118). Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang diperlukan meliputi data jumlah SHU, jumlah modal sendiri, jumlah modal dari luar, dan volume usaha. Kesemua data tersebut akan diperoleh dari Dinas Koperasi atau BPS. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh koperasi yang beroperasi dan berkedudukan di Kota Lhokseumawe. Koperasi yang akan dijadikan sampel adalah koperasi yang masih aktif yang dipilih dengan metode purposive (judgement sampling). Dengan metode ini, sampel dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang ditentukan. Adapun sampel dalam penelitian ini ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut: 1. Koperasi yang masih aktif. 2. Koperasi yang menjalankan aktivitas usaha berkelanjutan (tidak parsial, hanya jika ada program pemerintah). 6
3. Koperasi yang menyelenggarakan pembukuan dan menyusun laporan keuangan setiap tahunnya. 4. Koperasi yang memiliki data yang dibutuhkan untuk penelitian ini tersedia. Definisi Operasional Variabel Penelitian ini merupakan studi empiris yang didalamnya terdapat pengujian hipotesis. Untuk dapat menguji hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini, maka terlebih dahulu variabel-variabel yang digunakan perlu dioperasionaliasikan sebagai berikut: 1) Variabel Dependen (Terikat) Variabel dependen (terikat) disimbolkan dengan Y dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Volume Usaha yang disimbolkan dengan (Y1) yaitu jumlah peredaran bruto usaha (jumlah pendapatan kotor) yang diperoleh oleh koperasi selama satu periode akuntansi. 2) Sisa Hasil Usaha (SHU) yang disimbolkan dengan (Y2) yaitu jumlah sisa lebih dari volume usaha (pendapatan kotor) setelah dikurangi dengan bebanbeban yang terjadi selama satu periode akuntansi. 2) Variabel Independen (Bebas) Variabel independen (bebas) terdiri atas dua variabel yaitu jumlah modal sendiri dan modal dari luar. 1) Modal Sendiri yang disimbolkan dengan (X1) yaitu jumlah modal koperasi yang berasal dari para anggotanya sendiri yaitu simpanan pokok dan simpanan wajib. Selain itu, termasuk dalam modal sendiri adalah modal donasi dan cadangan koperasi. 2) Modal Luar yang disimbolkan dengan (X2) yaitu jumlah kewajiban yang dimiliki oleh koperasi dalam rangka membiaya aktivitas usaha selama satu periode akuntansi. Model Analisis Data Untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian maka perlu dilakukan pengujian hipotesis dan penentuan model penelitian yang tepat. Model penelitian yang telah dibuat dalam penelitian ini menggunakan persamaan Analisis Jalur (Path Analysis) dengan diagram jalur persamaan struktural sebagai berikut:
ε2
ε1
X1 Y1
Y2
X2 Diagram jalur di atas terdiri atas dua persamaan struktural, di mana X1 dan X2 merupakan variabel eksogen dan Y1 dan Y2 merupakan variabel endogen. Persamaan strukturalnya sebagai berikut: 1) Y1 = PY1X1+PY1X2 + ε1 (sebagai persamaan substruktural pertama) 2) Y2 = PY2X1+PY2Y1 + PY2X2 + ε2 (sebagai persamaan substruktural kedua) 7
Untuk melakukan analisis terhadap persamaan struktural di atas menggunakan analisis Regresi Linear Berganda dan Analisis Korelasi Berganda dengan bantuan program SPSS (Statistic Package for Social Science) Versi 17 (Jonathan Sarwono, 2007). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengujian Substruktural Pertama Y1 = PY1X1+PY1X2 + ε1 Berdasarkan nilai R2 memperlihatkan bahwa model Persamaan Struktural Pertama yaitu pengaruh modal sendiri dan modal luar terhadap volume usaha memiliki koefisien determinasi (nilai R2) sebesar 0,691. Hal ini berarti bahwa 69,10% variasi atau perubahan dalam variabel volume usaha dapat dijelaskan oleh modal sendiri dan modal luar, sedangkan sisanya sebesar 30.9% dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel-variabel di luar model. Hasil uji statistik F menunjukkan bahwa model pengaruh modal sendiri dan modal luar terhadap volume usaha mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau secara simultan. Hasil output dengan SPSS diperoleh nilai signifikansi (sig.) = 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05 (5%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh modal sendiri dan modal luar secara bersama-sama sangat signifikan secara statistik terhadap volume usaha koperasi. Tingkat signifikansi masing-masing koefisien regresi dalam model pengaruh modal sendiri dan modal luar terhadap volume usaha dengan menggunakan uji-t. Jika nilai Pvalue (kolom sig) lebih kecil dari α = 0,05, maka variabel bebas dengan nilai tersebut dikatakan mempengaruhi variabel terikat. Pada persamaan struktural pertama dapat disimpulkan bahwa dari kedua variabel bebas modal sendiri dan modal luar, kedua-duanya mempengaruhi volume usaha koperasi di Kota Lhokseumawe. Kesimpulan ini berdasarkan hasil output SPSS yang menunjukkan nilai Pvalue sebesar 0,033 (3,3%) untuk variabel modal sendiri dan nilai Pvalue sebesar 0,000 modal luar. Hasil perhitungan koefisien regresi pada model dapat disimpulkan bahwa dari kedua variabel bebas tersebut, variabel modal luar merupakan variabel yang sangat dominan mempengaruhi kenaikan pada volume usaha koperasi di Kota Lhokseumawe yaitu sebesar 82,5%, sedangkan variabel modal sendiri hanya 14,2%. Kesimpulan ini didasarkan pada model persamaan substruktural pertama yang dapat disusun sebagai berikut: Y1 = PY1X1+PY1X2 + ε1 Y1 = 0,142 + 0,825 + 0,309 Untuk itu, dalam rangka menaikan volume usaha koperasi-koperasi dalam Kota Lhokseumawe telah menggunakan modal dari pihak luar. Hal ini dapat diduga karena modal koperasi yang berasal dari pihak internal masih sangat kurang sehingga koperasi-koperasi mencari pendanaan dari pihak luar untuk membiayai aktivitas usahanya. Hal ini dibuktikan dari hasil perhitungan korelasi antara modal sendiri dengan modal luar yang sangat lemah dan bersifat negatif yaitu hanya sebesar -4,1% atau (-0,041%). Artinya hubungan modal sendiri dengan modal luar tidak searah yang menunjukkan bahwa semakin besar penggunaan modal sendiri maka semakin kecil penggunaan modal luar atau sebaliknya. Hubungan kedua 8
variabel tidak signifikan karena angka signifikasinya sebesar 0.724 lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05. Pengujian Substruktural Kedua Y2 = PY2X1+PY2Y1 + PY2X2 + ε2 2
Berdasarkan nilai R memperlihatkan bahwa model Persamaan Struktural Kedua yaitu pengaruh modal sendiri modal luar, dan volume usaha terhadap SHU memiliki koefisien determinasi (nilai R2) sebesar 0,335. Hal ini berarti bahwa 33,5% variasi atau perubahan dalam variabel SHU dapat dijelaskan oleh modal sendiri, modal luar, dan volume usaha, sedangkan sisanya sebesar 66.5% dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel-variabel di luar model. Hasil uji statistik F menunjukkan bahwa model pengaruh modal sendiri, modal luar, dan volume usaha terhadap SHU mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau secara simultan. Hasil output dengan SPSS diperoleh nilai signifikansi (sig.) = 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05 (5%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh modal sendiri, modal luar, dan volume usaha secara bersama-sama sangat signifikan secara statistik terhadap SHU koperasi di Kota Lhokseumawe. Tingkat signifikansi masing-masing koefisien regresi dalam model pengaruh modal sendiri, modal luar, dan volume usaha terhadap SHU dengan menggunakan uji-t. Jika nilai Pvalue (kolom sig) lebih kecil dari α = 0,05, maka variabel bebas dengan nilai tersebut dikatakan mempengaruhi variabel terikat. Pada persamaan struktural kedua ini dapat disimpulkan bahwa dari ketiga variabel bebas yaitu modal sendiri, modal luar, dan volume usaha, kesemuanya mempengaruhi SHU koperasi yang ada di Kota Lhokseumawe. Kesimpulan ini didasarkan pada hasil output SPSS yang menunjukkan nilai Pvalue sebesar 0,000 untuk variabel modal sendiri, nilai Pvalue sebesar 0,000 untuk variabel modal luar, dan nilai Pvalue sebesar 0,033 untuk variabel volume usaha. Hasil perhitungan koefisien regresi pada model dapat disimpulkan bahwa dari ketiga variabel bebas tersebut, variabel modal luar merupakan variabel yang sangat dominan mempengaruhi penurunan dalam sisa hasil usaha (SHU) koperasi di Kota Lhokseumawe yaitu sebesar -63,4%, sedangkan variabel modal sendiri dan volume usaha masing-masing dapat meningkatkan SHU sebesar 36,5% dan 37,5%. Hal ini berdasarkan model persamaan substruktural kedua yang dapat disusun sebagai berikut: Y2 = PY2X1 + PY2Y1 + PY2X2 + ε2 Y2 = 0,365 + 0,375 - 0,634 + 0,665 Persamaan tersebut menunjukkan bahwa, bagi koperasi-koperasi di Kota Lhokseumawe yang menggunakan modal dari pihak luar akan mengalami penurunan dalam SHU sebesar 63,4%. Hal ini dikarenakan bagi koperasi-koperasi yang menggunakan modal dari pihak luar banyak menanggung biaya modal sehingga volume usaha yang tinggi yang diperoleh habis teralokasi untuk membayar biaya pinjaman modal dari pihak luar dan hanya sekitar 36,6% tersisa untuk SHU. Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara sesama variabel bebas sebagai berikut: -
Korelasi modal sendiri dengan modal luar hanya sebesar -,041 (-4,1%). Artinya kekuatan hubungan modal sendiri dengan modal luar sangat lemah dan tidak signifikan. Arah hubungan kedua variabel tersebut negatif. Hal ini menunjukkan 9
-
-
bahwa semakin besar penggunaan modal sendiri maka semakin kecil penggunaan modal luar atau sebaliknya. Korelasi modal sendiri dengan volume usaha hanya sebesar 0,108 (10,8%). Artinya kekuatan hubungan modal sendiri dengan volume usaha lemah dan tidak signifikan. Arah hubungan kedua variabel tersebut positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar penggunaan modal sendiri maka semakin besar jumlah volume usaha atau sebaliknya. Korelasi modal luar dengan volume usaha sebesar 0,819 (81,9%). Artinya kekuatan hubungan modal luar dengan volume usaha sangat kuat dan signifikan, serta arah hubungannya positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar penggunaan modal luar maka akan semakin besar jumlah volume usaha yang akan diperoleh atau sebaliknya.
Analisis Jalur Diagram jalurnya adalah sebagai berikut:
ε1
X1 PY1X1= 0,142 rX1X2 = 0,108
PY2X1 0,365
Y1 PY1X2 0,825
X2
0,309
ε2
0,665
PY2Y1 0,375
Y2
PY2X2 -0,634
Berdasarkan perhitungan melalui analisis jalur di atas, penggunaan modal sendiri (X1) dalam aktivitas usaha koperasi di Kota Lhokseumawe bisa langsung mencapai tingkat perolehan SHU yang tinggi_Y2 dengan tingkat pengaruh 0,365 akan tetapi jika harus melalui peningkatan volume usaha_Y1 (0,142) terlebih dahulu maka perolehan SHU_Y2 hanya naik sebesar 5% (0,142 x 0,375) yaitu menjadi sebesar 0,375. Sedangkan penggunaan modal luar (X2) yang tinggi dalam aktivitas usaha koperasi di Kota Lhokseumawe akan langsung menurunkan jumlah perolehan SHU_Y2 yaitu sebesar -0,634. Agar modal luar dapat meningkatkan jumlah perolehan SHU harus melalui peningkatan jumlah volume usaha 0,825 dan baru dapat meningkatkan jumlah SHU sebesar 0,31. Oleh karena itu, setiap koperasi yang akan menggunakan modal dari pihak luar maka modal tersebut harus mampu meningkatkan volume usaha, jika tidak maka dipastikan koperasi akan mengalami kerugian yang besar karena besarnya biaya modal yang harus dibayar. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan, koperasi-koperasi di Kota Lhokseumawe sebagian besar atau 67,5% menggunakan modal dari pihak luar dalam membiayai aktivitas 10
usahanya. Hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan modal dari pihak luar mampu mendongkrak volume usaha sebesar 82,5% dibanding jika hanya menggunakan modal sendiri yaitu sebesar 14,2%. Namun demikian, penggunaan modal dari pihak luar sangat besar risikonya terhadap perolehan SHU. Bagi koperasi yang menggunakan modal luar akan mengalami penurunan SHU sebesar 63,4%. Penurunan ini terjadi karena sebagian besar volume usaha dialokasikan untuk membayar biaya modal kepada pihak luar sehingga hanya sebesar 36,6% yang tersisa untuk SHU. Oleh karena itu, penggunaan modal luar oleh koperasi di Kota Lhokseumawe harus melalui peningkatan dalam volume usaha yang tinggi (di atas 82,5%) agar bisa meningkatkan SHU. Jika koperasi mengandalkan modal sendir maka volume usaha yang diperoleh dapat langsung meningkatkan SHU. Saran Implikasi dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setiap koperasi yang ada dalam wilayah Kota Lhokseumawe sebaiknya lebih mengutamakan penggunaan modal sendiri dalam membiayai segala aktivitas usaha koperasi. Hal ini dikarenakan penggunaan modal sendiri tidak akan membebani koperasi di masa yang akan datang. Jika penggunaan modal luar merupakan merupakan alternatif terakhir bagi koperasi di Kota Lhokseumawe dalam membiaya aktivitas usahanya, maka sebaiknya mencari sumber pembiayaan yang murah biaya modal agar tidak terlalu membebani koperasi. Keterbatasan Penelitian Dilihat dari model persamaan jalur substruktur I dan II, maka pada substruktural II pengaruh dari faktor diluar model cukup besar yaitu 66,5%, maka perlu penelitian lebih lanjut untuk memasukkan faktor-faktor lainnya ke dalam model sehingga pengaruh faktor diluar model menjadi sedikit. Referensi Arifin Sitio dan Halomoan Tamba (2001). Koperasi; Teori dan Praktik. Jakarta: Erlangga. http://www.id.wikipedia.org/wiki/Koperasi. Ign Sukamdiyo (1997). Manajemen Koperasi. Jakarta: Erlangga. Ikatan Akuntan Indonesia (2009). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Jonathan Sarwono (2007). Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS. Edisi Pertama. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Repulik
Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian. Jakarta: Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992. Nomor 116.
Sakaran, Uma (2006). Research Methods For Business; Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.
11