perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH KONSELING CARA MENYUSUI TERHADAP PRAKTIK MENYUSUI YANG BENAR DI RUMAH BERSALIN WILAYAH SURAKARTA
KARYA TULIS ILMIAH
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Disusun oleh : RAHMA PRANANINDITA R. 1110018
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 to user commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................
ii
ABSTRAK……………………………………………………………………
iii
KATA PENGANTAR………………………………………………………..
v
DAFTAR ISI.....................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL.............................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………………………………………..………..………
1
B. Perumusan Masalah………………………………………….…………
3
C. Tujuan………………………………………………………..................
3
a. Tujuan Umum…………………………………………………........
3
b. Tujuan Khusus……………………………………………………...
3
D. Manfaat…………………………………………………………………
4
a. Teoretis………………………………………………………….......
4
b. Aplikatif…………………………………………………………….
4
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konseling……………………..…………………………........
5
a. Definisi Konseling.…………….………….……………...
5
b. Tujuan Konseling…………….…….………….………….
6
c. Pendekatan Konseling………..………………………......
7
d. Langkah-langkah konseling………………………………
9
e. Tahapan Konseling ………………………………………
12
f. Masa-masa sulit konseling………………………….…….
14
g. Keberhasilan Konseling…………………………………..
15
B. Praktik………………………….……………………….........
17
C. Menyusui………………..………………………………….…
18
a. Pembentukan dan Persiaopan ASI………………………..
19
b. Posisi dan Perlekatan Menyusui…………………………...
21
c. Langkah-langkah Menyusui yang Benar…………………..
25
d. Lama dan Frekuensi Menyusui…………………………….
27
e. Tanda Bayi Menyusu dengan Benar………………………..
23
D. Pengaruh Konseling Cara Menyusui Terhadap Praktik Menyusui Yang Benar…………………………………................................... 28 E. Kerangka Konsep……………………………………………....
30
F. Hipotesis Penelitian……………………………………………..
31
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI A. Desain Penelitian……………………………………………......
32
B. Tempat Dan Waktu Penelitian………………………………......
33
C. Populasi penelitian………………...…………………………….
33
1. Populasi Target………………………………………………. 33 2. Populasi Aktual………………………………………………
33
D. Sampel dan Teknik Sampling………………………………………........
33
1. Sampel………………………………………………………….........
33
2. Teknik Sampling……………………………………………………..
34
E. Estimasi Besar Sampel…………………………………………………...
34
F. Kriteria Retriksi………………………………………………………….
35
1. Kriteria Inklusi……………………………………………………….
35
2. Kriteria Eksklusi…………….……………………………….………
36
G. Pengalokasian Subjek…………………………………………………....
36
H. Definisi Operasional Variabel………………………………...................
37
I. Intervensi dan Instrumentasi Penelitian………………………………...
37
1. Intervensi……………………………………………………………
37
2. Instrumentasi……………………………………………………......
38
3. Validitas dan Reliabilitas……………………………………………
39
a. Uji Validitas……………………………………………………..
40
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Uji Reliabilitas……………………………………………………
40
J. Pengolahan dan Analisis Data…………………………………………
41
1. Pengolahan Data……………………………………………………
41
2. Analisis Data……………………………………………………..….
41
a. Analisis Univariat………………………………………………… 41 b. Analisis Bivariat………………………………………………….
42
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Responden…………………………………………………
44
1. Umur…………………………………………………………………
44
2. Pendidikan……………………………………………………………
45
3. Pekerjaan……………………………………………………………..
46
4. Paritas………………………………………………………………… 47 B. Praktik Menyusui Ibu Nifas…….…………..……………………………. 47 1. Praktik Menyusui Sebelum Dilakukan Konseling (pretest)…………. 47 a. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen……………………………... 48 b. Hasil Pretest Kelompok Kontrol……………………………….… 49 2. Praktik Menyusui Setelah Dilakukan Konseling (Posttest)………….. 49 a. Hasil Postest Kelompok Eksperimen……………………………… 50 b. Hasil Postest Kelompok Kontrol………………………………….. 51
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Analisis Pengaruh Pemberian Konseling Terhadap Praktik Menyusui Yang Benar ……………………………………………………………
52
1. Pengujian Prasyarat Analisis…………………………………………
53
2. Analisis Data…………………………………………………………
53
BAB V PEMBAHASAN A. Kendala Penelitian……………………………………………………….
55
B. Karakteristik Responden…………………………………………………
55
C. Pengaruh Konseling Terhadap Praktik Menyusui Yang Benar…………
58
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………………………
61
B. Saran……………………………………………………………..……....
62
DAFTAR PUSTAKA
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ Pengaruh Konseling Cara Menyusui Terhadap Praktik Menyusui Yang Benar di Rumah Bersalin Wilayah Surakarta”. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Saint Terapan. Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dari bantuan beberapa pihak, baik berupa bimbingan, dorongan dan nasehatnasehat. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak/Ibu : 1. Prof Ravik Karsidi, Dr. M.S, Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Prof. Zainal Arifin Adnan, Dr.dr. SpPD-KR-FINASIM, Dekan Fakultas Kedokteran. 3. H. Tri Budi Wiryanto, dr, SpOG (K), Ketua Program Studi D IV Kebidanan UNS. 4. Erindra Budi C, S.Kep. Ns, M.Kes, Ketua Tim KTI. 5. Sri Mulyani, S.Kep.Ns., M.Kes, Sekretaris Program Studi D IV Kebidanan UNS. 6. Sri Anggarini, S.SiT, M.Kes Pembimbing Utama dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang selalu membimbing dan memberikan masukan saran serta ilmunya. 7. M. Nur Dewi S.ST, M.Kes, Pembimbing Pendamping dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang selalu membimbing dan memberikan masukan saran serta ilmunya. 8. Ropitasari, S,ST, M. Kes, Penguji Utama dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah. 9. Ari Probandari, dr. MPH. PHD, Sekretaris Penguji dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10. Seluruh dosen, karyawan dan karyawati D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh belum sempurna sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun semoga Allah SWT memberikan balasan yang melimpah kepada Bapak / Ibu, Saudara / Saudari. Amin.
Surakarta,
Agustus 2011
Penulis
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Menyusui merupakan bagian dari masa nifas yang terpenting, karena bayi
memerlukan
Air
Susu
Ibu
(ASI)
untuk
pertumbuhan
dan
perkembangannya. ASI mengandung komposisi nutrisi yang ideal dari ibu, serta mudah dicerna oleh bayi. ASI eksklusif artinya bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain dan makanan padat mulai lahir sampai usia 6 bulan (Roesli, 2005). Cakupan ASI eksklusif enam bulan di Indonesia masih jauh dari rata-rata dunia (UNICEF, 2008). Jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2008 sebesar 7,2%. Pada saat yang sama, jumlah bayi di bawah enam bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% menjadi 27,9% sedangkan data yang diperoleh dari profil kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif hanya sekitar 28,96% sedangkan data dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta tahun 2009 menunjukkan cakupan ASI eksklusif sebesar 12,5%. Angka ini dirasakan masih rendah bila dibandingkan dengan target pencapaian ASI eksklusif tahun 2010 sebesar 80% (Dinkes, 2009). Dari data diatas menunjukan bahwa banyak ibu yang kurang mengetahui tentang pentingnya manfaat ASI. Cara menyusui merupakan salah
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
satu faktor yang mempengaruhi produksi ASI, apabila teknik menyusui tidak benar dapat menyebabkan kendala yaitu payudara bengkak dan puting susu lecet yang menjadikan ibu enggan menyusui dan bayi jarang menyusu. Bila bayi enggan menyusu akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Namun sering kali ibu- ibu kurang mendapatkan informasi tentang manfaat ASI dan teknik menyusui yang benar (Roesli, 2005). Ketidaktahuan ibu nifas tentang cara menyusui yang benar bisa menyebabkan kurangnya produksi ASI. Untuk itu perlu diberikan konseling tentang cara menyusui yang benar kepada ibu nifas, sehingga dapat menambah pengetahuan pada ibu nifas. Konsep dasar konseling cara menyusui masa nifas merupakan suatu proses belajar yang sangat berarti, di dalam konseling cara menyusui itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada ibu nifas dalam cara menyusui yang benar (Saryono dan Pramitasari, 2008). Penelitian terdahulu mengkaji hal-hal yang menyangkut cara menyusui, adapun penelitian yang dilakukan oleh Dhames Vidya Angsuko (2010) tentang hubungan pengetahuan ibu tentang cara menyusui dengan perilaku menyusui bayi usia 0-6 bulan di Bidan Yuda Klaten, dengan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional terhadap 68 ibu nifas. Teknik sampling menggunakan Non Probability Sampling dengan tipe purposive sampling, hasil akhir ada hubungan antara pengetahuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
ibu tentang cara menyusui dengan perilaku menyusui pada bayi usia 0-6 bulan. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh konseling cara menyusui terhadap praktik menyusui yang benar di rumah bersalin wilayah Surakarta”. B. Rumusan Masalah “Apakah ada pengaruh konseling cara menyusui terhadap praktik menyusui yang benar?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konseling cara menyusui dengan metode ceramah dan diskusi dengan media leaflet, terhadap praktik menyusui yang benar di rumah bersalin wilayah Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui praktik menyusui pada ibu nifas sebelum diberikan konseling cara menyusui yang benar
di rumah bersalin wilayah
Surakarta. b. Mengetahui praktik menyusui pada ibu nifas setelah diberikan konseling cara menyusui yang benar di rumah bersalin wilayah Surakarta. c. Menganalisis pengaruh konseling cara menyusui terhadap praktik menyusui yang benar di rumah bersalin wilayah Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
D. Manfaat Penelitian 1. Teoretis Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah informasi dan wawasan tentang pengaruh konseling cara menyusui dengan metode ceramah dan diskusi dengan media leaflet terhadap praktik menyusui yang benar. 2. Aplikatif a. Bagi Tenaga Kesehatan Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bacaan untuk bidan dan memotivasi para pelayan tenaga kesehatan agar selalu memberikan informasi kesehatan terutama tentang pengaruh konseling cara menyusui terhadap praktik menyusui yang benar. b. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang cara menyusui yang kurang sempurna.
commit to user
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Konseling a. Definisi Konseling Menurut Notoatmodjo (2005), konseling pada hakikatnya merupakan metode penyuluhan yaitu kegiatan menyampaikan pesan atau kesehatan kepada masyarakat, kelompok dan individu dimana pengetahuan merupakan hasil tahu, dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, raba dan rasa. Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari melalui mata dan telinga. Pengetahuan sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Konseling adalah suatu hubungan profesional antara seorang konselor terlatih dengan seorang klien. Merupakan suatu proses yang dirancang dan direncanakan untuk membantu klien dalam menentukan pilihan dan memecahkan masalahnya (Gunarsa, 2007). Konseling adalah suatu proses pembelajaran, pembinaan hubungan baik, pemberian bantuan dan bentuk kerja sama yang dilakukan secara profesional kepada klien untuk memecahkan masalah, mengatasi hambatan perkembangan dan memenuhi kebutuhan klien (Yulifah, 2009).
commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
Konseling adalah pertolongan dalam bentuk wawancara yang menuntut adanya komunikasi, interaksi yang mendalam dan usaha bersama antara konselor dengan klien untuk mencapai tujuan konseling yang dapat berupa pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan ataupun perubahan tingkah laku dan sikap seseorang (Tyastuti, 2008). Kesimpulan
konseling
(counceling)
adalah
proses
pemberian
informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduan keterampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar atau upaya untuk mengatasi masalah tersebut. b. Tujuan Konseling Tujuan konseling dimaksudkan sebagai pemberian layanan untuk membantu masalah klien, karena masalah klien yang benar-benar telah terjadi akan merugikan diri sendiri dan orang lain, sehingga harus segera dicegah dan jangan sampai timbul masalah baru. Masalah lainnya adalah klien tidak mampu dan mengerti tentang potensi yang ada pada dirinya, konseling berusaha membantu potensi yang dimilikinya sehingga dapat digunakan secara efektif. Menurut Sugiharto (2008), tujuan utama konseling adalah membantu klien berani menghadapi tantangan dan kenyataan yang harus dihadapi. Klien dapat berubah dari ketergantungan terhadap lingkungan atau orang lain dan menjadi lebih percaya diri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
Tujuan konseling menurut Yulifah (2009) dapat dijelaskan dengan lima poin, yaitu sebagai berikut : 1) Memfasilitasi
perubahan
tingkah
laku
klien.
Proses
konseling
menekankan adanya perubahan tingkah laku, dengan tujuan memberikan klien kesempatan agar dapat lebih produktif dan memuaskan dalam hidupnya. 2) Meningkatkan kemampuan klien untuk menciptakan dan memelihara hubungan. Proses konseling pada intinya adalah menjalin dan melanggengkan hubungan baik antara konselor dan klien sampai dengan proses konseling berakhir. 3) Mengembangkan keefektifan dan kemampuan klien untuk memecahkan masalah. Konseling diarahkan untuk memanfaatkan kemampuan atau potensi klien. 4) Meningkatkan kemampuan klien dalam membuat keputusan. Tugas konselor adalah membantu klien memperoleh informasi dan memperjelas masalah-masalah yang dihadapi klien. 5) Memfasilitasi
perkembangan
potensi
klien.
Konselor
berupaya
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan klien dengan memberi kesempatan kepada klien untuk belajar menggunakan kemampuan dan minatnya secara optimal. c. Pendekatan Konseling Konseling
sangat
bermanfaat
untuk
membantu
klien
dalam
menghadapi permasalahan-permasalahan, mulai dari yang sepele hingga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
permasalahan yang sangat kompleks. Melihat kondisi klien secara umum dan individual merupakan hal penting dalam pemberian konseling. Untuk melihat kondisi tersebut, konseling dapat berorientasi pada pendekatanpendekatan psikologi konseling. Pendekatan-pendekatan di dalam konseling menurut beberapa ahli, diantaranya : 1) Pendekatan Psikoanalis Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, ketulusan hati dan hubungan pribadi yang lebih efektif dalam menghadapi kecemasan melalui cara-cara yang realistis. 2) Pendekatan Rasional Emotif Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan klien yang irrasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional dan logis (Sugiharto, 2008). 3)
Pendekatan Behavioral Konselor
menekankan
pada
teknik
dan
prosedur
untuk
memfasilitasi perubahan perilaku klien dengan cara memodifikasinya sampai perilaku klien berubah (behavior modification). 4) Pendekatan Kognitif Pada pendekatan kognitif, konselor berusaha menekankan pada proses berpikir rasional, tentang apa yang dihadapi klien. Pendekatan ini memberikan keyakinan bahwa klien dalam berpikir akan mempengaruhi perasaan dan tindakannya. Orientasi kognitif akan akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
terjadi apabila klien berpikir rasional, sehingga perasaan dan tindakannya mencerminkan cara berpikir rasional. 5) Pendekatan Afektif Pendekatan afektif memusatkan perhatian pada perubahan perasaan klien selama proses konseling. Pendekatan ini meyakinkan klien bahwa perasaan dan lingkungan klien dapat berubah (Walgito, 2004). d. Langkah-Langkah Konseling Langkah-langkah dalam konseling merupakan suatu cara bagaimana proses konseling itu berjalan, sehingga dapat memecahkan suatu masalah yang telah dihadapi klien. Langkah-langkah konseling menurut Tyastuti (2008) adalah : 1) Menyatakan kepedulian Dari kepedulian dan perhatian akan tumbuh rasa keinginan dan semangat pada diri klien untuk menyelesaikan masalah, klien juga akan menunjukkan kesungguhan dan kejujuran terhadap apa yang sedang dihadapinya. 2) Membentuk hubungan Pada langkah ini, ada harapan terjalin hubungan ketergantungan klien pada konselor yaitu bagaimana konselor menggunakan dirinya sebagai sosok pribadi yang dapat dicontoh. Dengan ketergantungan klien kepada konselor, klien akan lebih banyak memberikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
kepercayaan kepada konselor, sehingga konselor lebih mudah untuk memberikan bantuan. 3) Menentukan tujuan dan eksplorasi perasaan a)
Tujuan yang ditentukan dapat berupa hal-hal sebagai berikut :
b) Adanya perubahan pada diri klien baik secara fisik maupun psikis (tindakan atau perasaan). c)
Terbentuknya perasaan diterima atau dipercaya.
d) Terciptanya
pemahaman
dan
pengertian
klien
terhadap
masalahnya. e)
Mampu menyelesaikan dan mengatasi masalah sekarang dan yang akan datang.
4) Menangani masalah Konselor harus dapat membuat prioritas dalam menentukan masalah yang harus ditangani terlebih dahulu dan masalah yang harus ditinggalkan. Sebagai seorang konselor, harus dapat menangani dan mengarahkan klien pada masalah yang sebenarnya atau yang menjadi prioritas utama. 5) Menumbuhkan kesadaran Dalam
menumbuhkan
kesadaran
klien,
konselor
berusaha
mengarahkan klien untuk mencapai pemahaman (insight). Melalui kesadaran diri, klien benar-benar memahami apa yang dialami dan menyelesaikan masalahnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
6) Merencanakan cara bertindak Meskipun klien telah mencapai insight, akan tetapi sering kali klien sulit untuk mengambil keputusan atau tindakan dalam menyelesaikan masalah. Pengambilan keputusan sangat diperlukan dalam penyelesaian suatu masalah, untuk itu peran konselor adalah mengajak klien merencanakan atau melaksanakan tindakan dari insight. 7) Melakukan penilaian hasil dan mengakhiri konseling Konselor harus menilai sejauh mana klien dapat mencapai tujuan konseling yang akan menentukan apakah konseling dapat diakhiri atau tidak. Akan tetapi, harus diingat bahwa konselor tidak sepenuhnya bertindak sebagai orang yang menentukan kapan konseling akan berakhir, konseling diakhiri atas persetujuan klien. Menurut Sugiharto (2008), langkah-langkah konseling diantaranya : 1) Konselor mengembangkan pertemuan konseling, agar tercapai situasi yang memungkinkan perubahan-perubahan yang diharapkan pada klien. Pola hubungan yang diciptakan untuk setiap klien berbeda, karena masing-masing klien mempunyai keunikan sebagai individu serta memiliki kebutuhan yang bergantung kepada masalah
yang harus
dipecahkan. 2) Konselor berusaha meyakinkan dan mengkondisikan klien untuk mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan kondisi klien.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
3) Konselor mendorong klien untuk mengatakan perasaan-perasaannya pada saat ini. Klien diberi kesempatan untuk mengalami kembali segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu, dalam situasi di sini dan saat ini. 4) Setelah klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya, konselor mengantarkan klien memasuki fase akhir konseling. Pada fase ini klien menunjukkan gejala-gejala yang mengindikasikan integritas kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi. e. Tahapan Konseling Menurut Gunarsa (2007), tahapan konseling dibagi menjadi tiga yaitu: 1) Tahap awal Konseling dilakukan untuk menciptakan hubungan baik dengan klien agar klien dapat melibatkan diri secara aktif dalam proses konseling. Langkah yang harus diperhatikan adalah membina
hubungan
baik
antara
konselor
dengan
klien,
tumbuhnya rasa percaya (trust) diantara keduanya, saling menerima dan bekerja sama dalam proses penyelesaian masalah. 2) Tahap inti Tahap ini bertujuan membantu klien memahami gambaran diri,
hakikat
masalah,
penyebab,
menemukan
alternatif
pemecahan masalah dan melaksanakan alternatif tersebut. Tahap ini terdiri atas enam langkah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
a) Eksplorasi kondisi klien Bagaimana konselor mengondisikan keadaan klien dalam proses konseling. Konselor berusaha mengadakan perubahan tingkah laku dan perasaan klien. b) Identifikasi masalah dan penyebabnya Konselor melakukan pendataan masalah dan mencari apa yang menjadi latar belakang dari suatu masalah. c) Identifikasi penyebab masalah Konselor membuat beberapa pilihan penyelesaian dan pemecahan masalah, klien memilih sendiri dari beberapa alternatif yang disediakan oleh konselor. d) Pengujian dan penetapan alternatif pemecahan Setelah klien menentukan pilihan untuk menyelesaikan permasalahannya, klien diharapkan dapat melakukan dan mengerjakannya. e) Evaluasi alternatif pemecahan Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk meninjau kembali sejauh mana alternatif pemecahan masalah telah dilaksanakan serta hasil dari pemecahan masalah. f) Implementasi alternatif pemecahan Konselor menganjurkan klien untuk melakukan dan bertindak sesuai dengan salah satu dari pemecahan yang telah dipilihnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
3) Tahap akhir Tahapan terakhir yang harus dilakukan konselor adalah melakukan penilaian terhadap efektivitas proses konseling dan menentukan rencana tindak lanjut. Tahapan ini biasanya digunakan untuk mengakhiri proses pemberian bantuan yang dapat bersifat sementara atau tetap. Pengakhiran
sementara
adalah
proses
pengakhiran
konseling pada pertemuan pertama dan dapat dilanjut dengan pertemuan berikutnya, tentu saja dengan membuat kontrak terlebih dahulu dengan klien. Sedangkan, pengakhiran tetap dilakukan apabila klien dianggap sudah mampu, mandiri serta dapat mengaplikasikan keterampilan yang diperoleh melalui konseling dalam menghadapi masalah. f. Masa-Masa Sulit dalam Konseling Situasi yang sulit merupakan tantangan bagi konselor untuk menghadapinya,
keterampilan
konseling
terletak
pada
bagaimana
mengatasi masa-masa sulit dalam konseling. Untuk menghadapi tantangan tersebut, konselor harus memiliki pengetahuan yang baik tentang apa yang harus dilakukan. Masa-masa sulit dalam konseling menurut Yulifah (2009), diantaranya adalah sebagai berikut : 1) Klien diam, tidak mau bicara. 2) Klien menangis terus-menerus. 3) Konselor meyakini bahwa tidak ada penyelesaian bagi masalah klien.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
4) Konselor melakukan suatu kesalahan. 5) Konselor tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan klien. 6) Klien menolak bantuan konselor. 7) Bias gender. 8) Konselor dan klien sudah saling mengenal sebelumnya. 9) Klien menanyakan hal-hal yang sangat pribadi kepada klien. g. Keberhasilan Konseling Menurut Septalia (2010), keberhasilan konseling dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor yang meliputi : 1) Umur Umur mempunyai pengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya. Sehingga praktik pijat bayi yang dilakukan semakin membaik (Notoatmodjo, 2005). Semakin tinggi tingkat umur, semakin baik kemampuan praktik ibu dalam memijat bayinya, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik. 2) Tingkat Pendidikan Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima informasi yang didapatnya. Menurut Kuncoroningrat yang dikutip oleh Nursalam Pariani (2001) bahwa pendidikan seseorang berpengaruh pada pengetahuannya,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
dimana semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya, pendidikan yang rendah atau kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai baru yang diperkenalkan sehingga pengetahuan juga kurang. 3) Tingkat Sosial Ekonomi Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam menerima informasi baru. Pekerjaan berkaitan erat dengan status ekonomi, pada status ekonomi dalam keluarga mempengaruhi daya beli keluarga dalam memenuhi kebutuhan, semakin tinggi pendapatan keluarga akan lebih mudah mendapatkan informasi tentang praktik menyusui misalkan mengikuti seminar atau membeli buku tentang praktik menyusui dibanding dengan status ekonomi rendah (Notoatmodjo, 2005). Pekerjaan merupakan kegiatan utama yang dilakukan untuk mencari nafkah. Lingkungan pekerjaan dapat digunakan sebagai sarana dalam mendapatkan informasi yaitu dengan bertukar pikiran dengan temanteman
di
lingkungan
kerja.
Hal
ini
sesuai
dengan
pendapat
Kuncoroningrat yang dikutip oleh Nursalam dan Pariani (2001) yaitu lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya dan dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
4) Adat istiadat Pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi baru merupakan hal yang tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap sesuatu yang tidak boleh diabaikan. 5) Kepercayaan Masyarakat Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah timbul kepercayaan masyarakat dengan penyampaian informasi. 6) Ketersediaan Waktu di Masyarakat Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam konseling.
B. Praktik (Practise) Praktik mempunyai beberapa tingkatan yaitu: a. Persepsi Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. b. Respon terpimpin Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
c. Mekanisme Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. d. Adopsi Suatu praktik yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2003). Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik seseorang adalah 1) Predisposisi (presdiposing factors): Pendidikian, ekonomi,
hubungan
sosial. 2) Pendukung (enabling factors): Lingkungan fisik, fasilitas kesehatan. 3) Penguat (reinforcing factors): petugas kesehatan, tokoh masyarakat. Setelah seseorang mengalami stimulus atau obyek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan dapat melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui dan disikapinya (Notoatmodjo, 2003).
C. Menyusui a. Pembentukan dan Persiapan ASI Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pada kehamilan, payudara semakin padat karena retensi air, lemak serta berkembangnya kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan tegang dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
sakit. Bersamaan dengan membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI makin tampak. Payudara makin besar, puting susu makin menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan aerola mamae makin menghitam. Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan : 1. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas tidak menumpuk. 2. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan bayi. 3. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan operasi. b. Posisi dan Perlekatan Menyusui Menurut Varney (2007), hal yang harus diperhatikan dalam posisi menyusui adalah sebagai berikut: 1) Posisi menggendong, bayi berbaring miring, menghadap ibu. Kepala, leher, dan punggung atas bayi diletakkan pada lengan bawah lateral payudara. Ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan. 2) Pada posisi menggendong-menyilang, bayi berbaring miring, menghadap ibu. Kepala, leher, dan punggung atas bayi diletakkan pada telapak kontralateral dan sepanjang lengan bawahnya. Ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
3) Posisi mengapit, bayi berbaring miring atau punggung melingkar antara lengan dan samping dada ibu. Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi, dan ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan. 4) Posisi berbaring miring, ibu dan bayi berbaring miring saling berhadapan. Posisi ini merupakan posisi paling nyaman bagi ibu yang menjalani penyembuhan dari pelahiran melalui pembedahan.
Gambar 2.1. Posisi Menyusui Menurut Purwanti (2004) posisi yang nyaman saat menyusui sangat penting. Lecet pada puting susu dan payudara merupakan kondisi tidak normal saat menyusui. Penyebab lecet yang paling umum adalah perlekatan yang tidak benar pada payudara.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
Gambar 2.2. Posisi Perlekatan saat Menyusui
c. Langkah-Langkah Menyusui Yang Benar Langkah-langkah yang dilakukan dalam menyusui menurut Perinasia (2004), adalah : 1)
Sebelum menyusui, Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting, duduk dan berbaring dengan santai.Cara ini memiliki manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembapan puting susu.
2) Payudara dipegang dengan menggunakan ibu jari dibagian atas (corpus) dan jari yang lain menopang. Jangan menekan puting susu atau aerolanya saja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Gambar 2.3. Cara Memegang Payudara 3) Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
Gambar 2.4. Cara Meletakkan Bayi 4)
Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflex) dengan cara menyentuh ujung pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
Gambar 2.5. Cara Merangsang Mulut Bayi 5)
Setelah bayi membuka mulut, sesegera mungkin kepala bayi didekatkan ke arah payudara ibu dengan
puting serta aerola
dimasukkan ke mulut bayi. 6) Usahakan sebagian besar aerola dapat masuk ke dalam mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola.
Gambar 2.6 Perlekatan Benar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Gambar 2.7 Perlekatan Salah 7) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tak perlu dipegang atau disangga lagi. 8) Melepas isapan bayi dengan cara : Setelah menyusui pada payudara sampai terasa kosong, sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas isapan bayi yaitu dagu bayi ditekan ke bawah atau jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut.
Gambar 2.8. Cara Melepas Isapan Bayi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
9) Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum terkosongkan (yang dihisap terakhir). 10) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan aerola sekitarnya. 11) Menyendawakan bayi Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh-Jawa) setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi : a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan, b) Bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.
Gambar 2.9. Posisi Menyendawakan Bayi d. Lama dan Frekuensi Menyusui Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan setiap saat apabila bayi membutuhkannya. Ibu harus menyusui bayinya jika bayi menangis bukan karena sebab yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
lain misalnya buang air besar, buang air kecil, kepanasan atau kedinginan. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada walnya bayi tidak memiliki jadwal pola menyusui secara teratur dan akan mempunyai jadwal pola menyusui tertentu setelah 1-2 minggu kemudian (Perinasia, 2004). Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi akan sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai dengan kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah dalam menyusui. Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara sebaiknya setiap kali menyusui harus menggunakan kedua payudara secara bergantian. Anjurkan kepada ibu agar menyusui sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi baik. Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan penyangga dada yang tidak terlalu ketat (Budiasih, 2008).
Gambar 2.10. Penyangga Dada untuk Menyusui
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
e. Tanda Bayi Menyusui Dengan Benar Menyusui dengan teknik yang tidak benar akan mengakibatkan putting susu lecet, ASI tidak keluar secara optimal sehingga dapat mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau menyebabkan bayi menjadi enggan menyusu (Perinasia, 2004). Menurut Suryoprajogo (2009) apabila bayi telah menyusu dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut : 1)
Mulut bayi seluruhnya tertangkup di puting dan payudara
2)
Dahi bayi menyentuh payudara
3)
Payudara tidak nyeri ketika disusui
4)
Apabila ibu dapat melihat daerah aerola, maka ibu seharusnya
5)
Melihat aerola lebih banyak masuk ke dalam mulut bayi
6)
Pipi bayi tidak tertekan
7)
Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan
8)
Kepala agak menengadah
9)
Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
10)
Apabila sudah selesai menyusu maka bayi akan melepaskan putting dengan sendirinya (Proverawati dan Rahmawati, 2010).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Gambar 2.11. Teknik Menyusui yang Benar
D. Pengaruh Konseling Cara Menyusui Terhadap Praktik Menyusui Yang Benar Konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara dan cara-cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan (Rahayu, 2010). Dalam memberikan penyuluhan atau konseling terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan, diantaranya adalah : a) Pendidikan b) Sosial ekonomi c) Pekerjaan d) Adat istiadat e) Kepercayaan masyarakat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
f) Ketersediaan waktu (Septalia, 2010) Siregar (2004), menyebutkan banyak hal yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI kepada bayinya, hal ini biasanya disebabkan oleh : a) Adanya perubahan struktur dan masyarakat. b) Kemudahan-kemudahan yang didapat sebagai hasil dari kemajuan teknologi. c) Iklan yang menyesatkan dari produksi makanan bayi. d) Ibu yang bekerja. e) Pengaruh dari tenaga pelayanan kesehatan. Diharapkan setelah diadakan konseling ibu nifas akan mengetahui tentang cara menyusui yang benar dan mempraktikkannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
E. Kerangka Konsep Faktor – faktor yang mempengaruhi konseling : 1. Umur 2. Tingkat Pendidikan 3. Tingkat Sosial Ekonomi 4. Adat istiadat 5. Kepercayaan masyarakat 6. Ketersediaan waktu di masyarakat (Septalia,2010)
Konseling
Transfer Informasi
Penginderaan Informasi oleh ibu nifas
Peningkatan Informasi
Praktik Menyusui
Faktor –faktor yang mempengaruhi praktik: 1. Tingkat pendidikan 2. Status ekonomi 3. Hubungan Sosial 4. Fasilitas kesehatan masyarakat 5. Fasilitas pelayanan kesehatan 6. Tokoh masyarakat (Notoatmodjo, 2003)
Gambar 2.12. Skema Kerangka Konsep
Keterangan : : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
F. Hipotesis Penelitian Ada pengaruh konseling tentang cara menyusui terhadap peningkatan praktik menyusui yang benar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian
ini
termasuk
penelitian
eksperimen
semu
(quasi
experimental designs), karena peneliti tidak melakukan randomisasi kepada anggota-anggota kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Rancangan penelitian ini menggunakan test awal dan test akhir dengan kelompok kontrol (Non-Equivalent Control Group).
Sebuah rancangan penelitian dengan
melakukan test awal kemudian dilakukan perlakuan dalam jangka waktu tertentu kemudian dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya sebagai test akhir yang dilakukan pada kedua kelompok (kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol)
adapun
skema
rancangannya
sebagai
berikut
(Notoatmodjo, 2002). Pretest Kel. Eksperimen Kel. Kontrol
Perlakuan
O1 X
Postest O2
O1 O2 Gambar 3.1. Skema Rancangan Penelitian
Keterangan: O1
: Tes awal
X
: Perlakuan (Konseling cara menyusui)
O2
: Tes akhir
commit 32 to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di rumah bersalin wilayah Surakarta pada bulan Mei-Juni tahun 2011.
C. Populasi Penelitian 1. Populasi target Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran aktif yang parameternya akan diketahui melalui penelitian, tetapi tidak mungkin semua subjek dalam populasi target akan diamati (Taufiqurrahman, 2008). Populasi target dalam penelitian ini adalah ibu nifas di rumah bersalin wilayah Surakarta. 2. Populasi aktual Populasi aktual yaitu populasi yang lebih kecil sehingga memungkinkan diukur untuk mendapatkan informasi tentang populasi sasaran (Taufiqurrahman, 2008). Populasi aktual dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang melahirkan di rumah bersalin wilayah Surakarta pada bulan Mei - Juni 2011 yang berjumlah 38 orang, 20 dari RB Harapan Bunda dan 18 dari RB Sri Lumintu. D. Sampel Penelitian dan Teknik Sampling A. Sampel dan Teknik Sampling 1. Sampel Sampel merupakan hasil pemilihan subjek dari populasi untuk memilih karakteristik populasi (Taufiqurrahman, 2008). Sampel dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
penelitian ini adalah ibu nifas yang melahirkan bayinya di rumah bersalin wilayah Surakarta yang memenuhi kriteria retriksi. 2. Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Simple Random Sampling adalah metode mencuplik sampel secara acak dimana masing-masing subjek atau unit populasi memiliki peluang sama dan independen untuk terpilih kedalam sampel (Murti, 2010). Dalam penelitian ini sampel dipilih secara acak yaitu 20 dari kelompok eksperimen dan 18 dari kelompok kontrol.
E. Estimasi Besar Sampel Menurut Notoatmojo (2005), estimasi besar sampel untuk penelitian eksperimental kuasi dapat dihitung dari rumus berikut:
Dimana: N
: Besar populasi
n
:Besar sampel :Tingkat kepercayaan yang diinginkan
Kelompok eksperimen :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Kelompok kontrol :
F. Kriteria Restriksi 1. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini kriteria inklusi yang dipakai adalah: a. Semua ibu yang nifas yang rawat inap dan rawat jalan di rumah bersalin wilayah Surakarta b. Ibu yang menyusui bayinya. c. Bisa membaca dan menulis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
2. Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Notoatmodjo, 2005). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah: a. Ibu yang mempunyai kelainan fisik pada payudara misalnya puting susu datar, puting susu terpendam. b. Ibu yang mengalami gangguan psikologis. c. Tidak bersedia menjadi responden.
G. Pengalokasian Subjek Pengalokasian subjek menjelaskan tentang cara pengelompokan subjek yang mendapat perlakuan dan kontrol (pembanding) (Taufiqurrahman, 2010). Pengelompokan besar sampel yang mendapat konseling (kelompok intervensi) dalam penelitian ini adalah sebanyak 20 orang dan sebagai kelompok pembanding sebanyak 18 orang subjek yang dikelompokkan secara non random, dan diambil dari populasi yang sama dengan kelompok intervensi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
H. Definisi Operasional Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel No
Variabel
Definisi Operasional
Indikator
1.
Bebas : Pemberian konseling cara menyusui yang benar
Kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kepada ibu nifas tentang cara menyusui .
Konseling diberikan untuk memberikan informasi tentang cara menyusui yang benar dengan meliputi posisi dan perlekatan menyusui, langkah menyusui, lama dan frekuensi menyusui dan tanda bayi menyusui dengan benar.
2.
Praktik menyusui yang benar
Suatu hasil praktik sebelum dan sesudah dilakukan konseling tentang cara menyusui
Skor jawaban masing masing dengan sistem penskoran sebagai berikut: a. Skor 1 jika dilakukan b. Skor 0 jika tidak dilakukan
yang benar
Pengukuran Alat Ukur Skala Nominal
Checklist
Interval
I. Intervensi dan Instrumentasi Cara Penelitian 1. Intervensi Pada penelitian ini kelompok eksperimen, intervensi dilakukan konseling cara menyusui yang benar dengan metode presentasi (ceramah) dan diskusi dengan media leaflet selama 25 menit. Metode ceramah yang digabung dengan diskusi dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa dengan metode ceramah saja pengetahuan yang didapatkan kurang mendalam sehingga diperlukan diskusi untuk pendalaman materi. Media leaflet yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
telah diserahkan pada waktu konseling kemudian dianjurkan untuk dipelajari dirumah, sehingga informasi yang didapatkan pada waktu konseling bersifat menetap. Konseling dilaksanakan pada waktu kelompok intervensi melakukan kunjungan ulang postpartum 3 hari berikutnya. Pada kelompok kontrol, intervensi dilakukan dengan cara melihat dan mengamati responden melakukan praktik menyusui yang benar dengan mencocokan checklist. Setelah responden melakukan kunjungan ulang postpartum 3 hari berikutnya, responden diminta melakukan praktik menyusui sekali lagi. 2. Instrumentasi a. Konseling cara menyusui 1) Alat ukur Alat ukur yang digunakan untuk konseling berupa presensi. 2) Cara pengukuran Kelompok intervensi diberikan konseling sebelum pulang ke rumah, diwajibkan mengisi presensi pada akhir konseling. b. Praktik menyusui yang benar 1) Alat ukur Pada
penelitian
ini
alat
ukur
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan data mengenai praktik menyusui yang benar sebelum dan sesudah diberikan konseling adalah checklist yang berisi 16 item peryataan tentang persiapan menyusui, posisi menyusui, langkahlangkah menyusui yang benar, lama dan frekuensi menyusui dan tanda
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
bayi menyusu dengan benar. Penskoran jawaban apabila dilakukan mendapat skor 1 sedangkan jika tidak dilakukan mendapat skor 0. Kisi kisi checklist dapat dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 3.2. Kisi-kisi checklist cara menyusui Indikator Langkahlangkah cara menyusui
Item peryataan Persiapan menyusui Posisi menyusui Langkah-langkah menyusui Lama dan frekuensi menyusui Tanda bayi menyusu dengan benar
Nomor item pernyataan 1, 2 3,4 5,6,7,8,9,10, 11,12 13,14 15,16
Jumlah 2 2 10 2 2
2) Cara pengukuran Pengambilan data untuk praktik menyusui yang benar pada kelompok intervensi dan kontrol dilakukan
kunjungan awal 3 hari
postpartum. 3. Validitas dan Reliabilitas Menurut Notoatmodjo (2005) responden yang digunakan untuk uji coba sebaiknya yang memiliki kesamaan karakteristik dari tempat dimana penelitian itu dilaksanakan. Agar diperoleh distribusi nilai hasil yang mendekati normal, maka sebaiknya jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 20 orang. Hasil uji coba ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana alat ukur (cheklist) yang telah disusun tadi memiliki validitas dan reliabilitas. Uji coba instrumen dilakukan kepada sampel kurang lebih 30 orang dari populasi yang dipakai (Sugiyono, 2009). Berdasarkan teori diatas maka uji
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
validitas dan reliabilitas checklist diujikan kepada ibu nifas sejumlah 30 orang di RB Winarni Surakarta. a. Uji Validitas Uji validitas untuk mengukur praktik menyusui yang benar dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi product moment yaitu mengkorelasikan antar skor item instrument dengan skor total (Arikunto, 2006). Pengujian validitas dengan bantuan program SPSS 17 For Windows menghasilkan nilai korelasi (rhitung). Suatu item pertanyaan dikatakan valid apabila memiliki nilai rhitung lebih besar dari rtabel. Adapun rtabel untuk pengujian dengan tingkat ketelitian α = 0,05 dan responden sebanyak 30 orang adalah sebesar 0,361. Berdasarkan hasil uji validitas dengan menggunakan teknik korelasi product moment, didapatkan dari 16 item pernyataan checklist cara menyusui yang benar dan semuanya valid. Hasil uji validitas yang valid dapat dilihat pada lampiran 3. b. Uji Reliabilitas Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen dengan rumus cronbach’s alpha. Instrumen dikatakan reliable apabila memiliki nilai cronbach’s alpha diatas 0,6 (Ghozali, 2001). Uji reliabilitas diolah menggunakan program SPSS versi 17.00. Seluruh item pertanyaan yang dinyatakan valid, selanjutnya akan dilakukan pengujian untuk menguji tingkat kepercayaan (reliabel),
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
Berdasarkan uji reliabilitas pada jumlah soal yang valid, maka didapat besarnya nilai cronbach’s alpha sebesar 0,652 sehingga instrument dikatakan reliabel dan dapat digunakan untuk mengumpulkan data. Hasil penghitungan uji reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.
J. Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan data a. Editing
(pemeriksaan
data)
yaitu
memeriksa
data
yang
telah
dikumpulkan baik berupa daftar pernyataan, kartu, atau buku register. b. Coding (pemberian kode) yaitu semua variabel diberi kode terutama data klasifikasi untuk mempermudah pengolahan. c. Tabulating (penyusunan data) yaitu pengorganisasian data agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun, ditata untuk disajikan dan dianalisis (Budiarto, 2002). 2. Analisis data Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis (Fajar, 2009). Analisis data menggunakan uji analisis data statistik parametrik dengan tahapan sebagai berikut: a. Analisis Univariat Analisis univariat yaitu menganalisa tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005). Analisis ini bermanfaat untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
memberi gambaran karakteristik subyek penelitian dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsi. Penyajian hasil akan disajikan secara deskriptif.
Keterangan : P = Persentase hasil x = Jumlah skor yang diperoleh n = Jumlah seluruh skor b. Analisis Bivariat Analisis bivariat dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini praktik menyusui yang benar merupakan variabel terikat dan konseling cara menyusui penyuluhan merupakan variabel bebas. Menggunakan analisis untuk membandingkan nilai variabel terikat berdasarkan variabel bebas yaitu sebelum dan sesudah diberikan konseling pada kelompok eksperimen dan hasilnya nanti akan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Uji statistik yang digunakan disesuaikan dengan skala yang dipakai. Dalam hal ini variabel data berskala rasio sehingga digunakan independent t-test (Sugiyono, 2007). Uji t merupakan salah satu metode parametrik yaitu metode statistika yang mensyaratkan normalitas data. Normalitas data dilihat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
dengan menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov, kriteria dalam pengujian normalitas adalah sebagai berikut : 1) Apabila nilai probabilitas p > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal. 2) Apabila nilai probabilitas p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tidak terdistribusi normal. Peneliti menetapkan Confidence Interval (CI) 95 % dan nilai α = 5 % (0,05), selanjutnya hasil t-hitung dibandingkan dengan ttabel. Apabila t-hitung lebih besar dari t-tabel maka H0 ditolak dan menerima Ha, artinya terdapat perbedaan praktik menyusui yang signifikan di rumah bersalin wilayah Surakarta sebelum dan sesudah diberikan konseling tentang cara menyusui.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden Penelitian dilakukan untuk mengamati pemberian konseling tentang cara menyusui terhadap praktik menyusui yang benar pada ibu nifas di rumah bersalin
wilayah Surakarta. Penelitian dilakukan dengan cara mengetahui praktik awal (pre test) baru kemudian dilakukan pemberian konseling dilanjutkan dengan praktik akhir (post test) dengan menggunakan kelompok kontrol sebagai pembanding. Jumlah keseluruhan subjek penelitian ada 38 responden (20 responden kelompok eksperimen dan 18 responden kelompok kontrol). 1. Umur Karakteristik responden berdasarkan umur pada kelompok eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut ini: 20
90,0% 83,3%
Frekuensi
16 12 8 4 5,0%
11,1%
5,0%
5,6%
0 < 21 tahun
21 - 35 tahun
> 35 tahun
Umur Eksperimen
Kontrol
Gambar 4.1 Grafik Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Umur
commit to user 44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa distribusi umur responden pada kelompok eksperimen, mayoritas berusia antara 21 – 35 tahun yaitu 90,0% dari keseluruhan anggota kelompok. Dari distribusi umur kelompok kontrol, diketahui mayoritas juga berusia antara 21 – 35 tahun yaitu 83,3% dari keseluruhan anggota kelompok. 2. Pendidikan Karakteristik responden kelompok eksperimen dan kontrol berdasarkan pendidikan pada dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut ini: 12
55,0%
10
Frekuensi
8
38,9%
6 22,2%
22,2%
4
15,0% 10,0%
2
15,0% 11,1%
5,0% 5,6%
0 SD
SMP
SMA
Diploma
Sarjana
Pendidikan Eksperimen
Kontrol
Gambar 4.2 Grafik Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar responden pada kelompok eksperimen berpendidikan SMA yaitu 55,0% dari keseluruhan anggota kelompok. Sedangkan sebagian besar responden pada kelompok kontrol juga berpendidikan SMA yaitu 38,9% dari keseluruhan anggota kelompok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
3. Pekerjaan Karakteristik responden kelompok eksperimen dan kontrol berdasarkan pekerjaan pada dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut ini: 10 44,4%
Frekuensi
8 30,0% 33,3% 6
25,0%
25,0%
4 10,0% 11,1% 2
5,6%
10,0% 5,6%
0 IRT
Swasta
Buruh
Pedagang
Guru
Pekerjaan Eksperimen
Kontrol
Gambar 4.3 Grafik Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar responden pada kelompok eksperimen bekerja swasta yaitu 30,0% dari keseluruhan kelompok. Sedangkan sebagian besar responden pada kelompok kontrol adalah ibu rumah tangga yaitu 44,4% dari keseluruhan anggota kelompok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
4. Paritas Karakteristik responden kelompok eksperimen dan kontrol berdasarkan paritas pada dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut ini: 10 44,4%
Frekuensi
8
35,0% 30,0%
6 22,2%
20,0% 22,2%
4
15,0% 11,1%
2 0 1
2
3
4
Paritas Eksperimen
Kontrol
Gambar 4.4 Grafik Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Paritas Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar responden pada kelompok eksperimen pernah melahirkan 2 kali yaitu 35,0% dari keseluruhan anggota kelompok. Sedangkan sebagian besar responden pada kelompok kontrol baru pernah melahirkan 1 kali yaitu 44,4% dari keseluruhan anggota kelompok.
B. Praktik Menyusui Ibu Nifas 1. Praktik Menyusui Sebelum Dilakukan Konseling (pretest) Pretest dilakukan sebelum diberikan konseling untuk mengetahui kemampuan awal responden dalam praktik menyusui. Berikut ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
merupakan gambaran hasil pretest baik pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok kontrol. a. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen Distribusi data skor pretest pada kelompok eksperimen dapat ditunjukkan dengan histogram berikut ini:
Gambar 4.5 Distribusi Frekuensi Skor Pretest Praktik Menyusui Pada Kelompok Eksperimen Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa rata-rata skor pretest kelompok eksperimen adalah sebesar 11,05 dengan standar deviasi sebesar 1,538. Skor terendah adalah sebesar 6 sedangkan skor tertinggi adalah sebesar 13. Skor yang paling banyak dimiliki responden adalah sebesar 11.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
b. Hasil Pretest Kelompok Kontrol Distribusi data skor pretest pada kelompok kontrol dapat ditunjukkan dengan histogram berikut ini:
Gambar 4.6 Distribusi Frekuensi Skor Pretest Praktik Menyusui Pada Kelompok Kontrol Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa rata-rata skor pretest kelompok kontrol adalah sebesar 10,61 dengan standar deviasi sebesar 1,092. Skor terendah adalah sebesar 9 sedangkan skor tertinggi adalah sebesar 12. Skor yang paling banyak dimiliki responden adalah sebesar 10. 2. Praktik Menyusui Sesudah Dilakukan Konseling (posttest) Untuk mengetahui pengaruh pemberian konseling terhadap praktik menyusui maka dilakukan posttest setelah konseling. Berikut ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
merupakan gambaran hasil posttest baik pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok kontrol. a. Hasil Posttest Kelompok Eksperimen Distribusi data skor posttest pada kelompok eksperimen dapat ditunjukkan dengan histogram berikut ini:
Gambar 4.7 Distribusi Frekuensi Skor Posttest Praktik Menyusui Pada Kelompok Eksperimen Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa rata-rata skor postest kelompok eksperimen adalah sebesar 12,95 dengan standar deviasi sebesar 1,276. Skor terendah adalah sebesar 11 sedangkan skor tertinggi adalah sebesar 15. Skor yang paling banyak dimiliki responden adalah sebesar 12.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
b. Hasil Posttest Kelompok Kontrol Distribusi data skor posttest pada kelompok kontrol dapat ditunjukkan dengan histogram berikut ini:
Gambar 4.8 Distribusi Frekuensi Skor Posttest Praktik Menyusui Pada Kelompok Kontrol Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa rata-rata skor postest kelompok kontrol adalah sebesar 10,83 dengan standar deviasi sebesar 1,043. Skor terendah adalah sebesar 9 sedangkan skor tertinggi adalah sebesar 12. Skor yang paling banyak dimiliki responden adalah sebesar 10.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
C. Analisis Pengaruh Pemberian Konseling Terhadap Praktik Menyusui pada Ibu Nifas 1. Pengujian Prasyarat Analisis Analisa data dengan menggunakan uji T-Test memiliki prasyarat dalam statistik parametrik yaitu data terdistribusi normal. Oleh karena itu perlu dilakukan uji normalitas data baik pretest maupun posttest. Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan metode one sample kolmogorov-smirnov test. a. Kelompok eksperimen Tabel 4.1 Uji Normalitas Skor Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen Skor Pretest Posttest Sumber: Data primer 2011
Z 1,284 0,991
P 0,074 0,279
Uji normalitas skor pretest menghasilkan nilai uji statistik z sebesar 1,284 dengan signifikansi (p) sebesar 0,074. Uji normalitas skor posttest menghasilkan nilai uji statistik z sebesar 0,991 dengan signifikansi (p) sebesar 0,279. Kedua pengujian menghasilkan p > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa skor pretest dan posttest kelompok eksperimen berdistribusi normal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
b. Kelompok Kontrol Tabel 4.2 Uji Normalitas Skor Pretest dan Kelompok Kontrol
Posttest pada
Skor Pretest Posttest Sumber: Data Primer 2011
P 0,393 0,101
Z 0,900 1,221
Uji normalitas skor pretest menghasilkan nilai uji statistik z sebesar 0,900 dengan signifikansi (p) sebesar 0,393. Uji normalitas skor posttest menghasilkan nilai uji statistik z sebesar 1,221 dengan signifikansi (p) sebesar 0,101. Kedua pengujian menghasilkan p > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa skor pretest dan posttest kelompok kontrol berdistribusi normal. 2. Analisis Data Setelah
prasyarat
dalam
statistika
parametrik
yaitu
data
berdistribusi normal terpenuhi, maka data dapat dianalisis dengan menggunakan
independent
t-test.
Metode
ini
digunakan
untuk
membandingkan selisih skor (posttest – pretest) antara kedua kelompok. Berikut adalah hasil perhitungan uji t dengan mengasumsikan variansi kedua kelompok sama (equal variances assumed).
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Independent Samples t test Kelompok Mean Selisih Mean Eksperimen 1,90 1,678 Kontrol 0,22 Sumber: Data Primer 2011
commit to user
t
df
p
3,788
36
0,001
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa rata-rata selisih skor posttest dan pretest kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan kelompok kontrol, sehingga memberikan selisih positif. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan skor kelompok eksperimen lebih baik dibandingkan kelompok kontrol. Uji statistik terhadap perbedaan tersebut menghasilkan nilai thitung sebesar 3,788 dengan signifikansi (p) sebesar 0,001. Pengujian dilakukan dengan derajat bebas (df) sebesar 36 dan pada taraf signifikansi sebesar 5% sehingga diperoleh nilai ttabel sebesar 2,028. Apabila dibandingkan terlihat bahwa thitung > ttabel (3,788 > 2,028) atau p < 0,05 sehingga diputuskan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan skor praktik menyusui yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Oleh karena peningkatan skor kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol maka dapat disimpulkan bahwa pemberian konseling berpengaruh signifikan terhadap praktik menyusui.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
BAB V PEMBAHASAN
A. Kendala Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, namun banyak ibu-ibu nifas yang belum mengetahui cara menyusui yang benar. Dibuktikan dengan diketemukannya berbagai kendala, diantaranya pada saat posisi mulut bayi belum masuk semua ke areola ibu. Namun, hal tersebut sudah diminimalisir penulis dengan melakukan konseling menggunakan metode ceramah dan diskusi menggunakan media leaflet. B. Karakteristik Responden Peneliti
mengendalikan
beberapa
faktor
luar
yang
dapat
mempengaruhi pengetahuan responden, diantaranya adalah faktor umur, pendidikan, dan pengalaman responden sehingga pengetahuan yang didapat benar-benar merupakan hasil dari konseling cara menyusui yang diberikan peneliti. Faktor-faktor yang dapat dikendalikan tersebut dapat dinilai karakteristiknya sebagaimana dibahas dibawah ini. Hasil penelitian ini didapatkan hasil kelompok usia terbanyak baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol, berada pada ibu dengan rentang usia antara 21 sampai dengan 35 tahun. Bertambahnya usia seseorang, memberikan konsekuensi berupa terjadinya perubahan pada aspek fisik dan psikologis sehingga taraf berfikir seseorang yang semakin matang dan dewasa. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola
commit to user
55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini (Mubarak 2007; Sunaryo 2005). Berdasarkan distribusi jenjang pendidikan terakhir responden dari kelompok eksperimen maupun kontrol, didapatkan hasil, mayoritas responden berpendidikan terakhir SMA (Sekolah Menengah Atas). Tingkat pendidikan responden merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi pengetahuan responden yang diteliti. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin mudah pula mereka menerima informasi. Perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal, dalam hal ini penyuluhan kesehatan juga dapat digolongkan dalam pendidikan non formal. Penelitian Hartanti (2010) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan hanya memberikan kontribusi sebesar 15,5% dalam penambahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
pengetahuan seseorang karena 84,5% nya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain (Mubarak 2007; Sunaryo 2005). Berdasarkan tingkat pekerjaan responden, didapatkan hasil bahwa responden pada kelompok eksperimen bekerja swasta yaitu 30,0% dari keseluruhan anggota kelompok. Sedangkan sebagian besar responden pada kelompok kontrol adalah ibu rumah tangga yaitu 44,4% dari keseluruhan anggota kelompok. Pekerjaan berkaitan erat dengan status ekonomi, pada status ekonomi dalam keluarga mempengaruhi daya beli keluarga dalam memenuhi kebutuhan, semakin tinggi pendapatan keluarga akan lebih mudah mendapatkan informasi tentang praktik menyusui misalkan mengikuti seminar atau membeli buku tentang praktik menyusui dibanding dengan status ekonomi rendah (Notoatmodjo, 2005). Pekerjaan merupakan kegiatan utama yang dilakukan untuk mencari nafkah. Lingkungan pekerjaan dapat digunakan sebagai sarana dalam mendapatkan informasi yaitu dengan bertukar pikiran dengan teman- teman di lingkungan kerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Kuncoroningrat yang dikutip oleh Nursalam dan Pariani (2001) yaitu lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya dan dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Berdasarkan tingkat paritas responden, didapatkan hasil, mayoritas responden dari kelompok eksperimen pernah melahirkan 2 kali dan kelompok kontrol baru pernah melahirkan 1 kali. Pengalaman adalah suatu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya dan dapat mempengaruhi pengetahuannya. Menurut teori Piaget, pengalaman dapat mempengaruhi pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan informasi baru yang dalam hal ini diperoleh melalui konseling cara menyusui. (Mubarak 2007; Santrock 2003).
C. Pengaruh Konseling Cara Menyusui Terhadap Praktik Menyusui Yang Benar Berdasarkan hasil analisis data penelitian diketahui bahwa, Ho di tolak, yaitu terdapat perbedaan tingkat pengetahuan mengenai praktik menyusui yang benar setelah diberikan konseling dengan yang tidak diberikan konseling. Uji statistik dengan independen t-test pada selisih skor post test dan pre test masing masing kelompok, menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara tingkat praktik kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal ini sesuai dengan ceramah atau kuliah merupakan metode belajar tradisional dimana bahan disajikan oleh konselor secara monologue sehingga pembicaraan lebih bersifat satu arah. Peran konselor lebih banyak dalam hal keaktifannya untuk memberikan materi konseling, sementara peserta konseling atau klien mendengarkan dengan teliti serta mempraktikkan pokok-pokok dari pernyataan yang dikemukakan oleh konselor (Dharma, 2008).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
Menurut Heru (2008) metode ceramah memiliki beberapa keterbatasan maka dalam penggunaannya metode ceramah dapat digabung dengan metode-metode yang lain sehingga disebut sebagai metode ceramah bervariasi. Metode ceramah bervariasi bisa digabungkan dengan cara diskusi, demostrasi menggunakan media leaflet, poster, LCD dll. Menurut Notoatmojo (2007), metode diskusi dalam konseling digunakan sebagai peningkatan metode ceramah. Dimana dalam memberikan informasi-informasi kesehatan tidak bersifat searah saja, tetapi dua arah. Dengan demikian maka pengetahuan-pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku diperoleh secara mantap dan lebih mendalam. Menurut penelitian Tarigan (2010) konseling dengan metode diskusi rata-rata peningkatan pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan konseling dengan metode ceramah karena pada waktu berdiskusi peserta konseling lebih berperan aktif dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Berdasarkan penelitian tersebut peneliti berasumsi bahwa dengan adanya penggabungan metode diskusi dan ceramah yang ditunjang dengan media leaflet diharapkan hasil dari konseling lebih maksimal, karena dengan diskusi dan ceramah yang ditunjang media leaflet bukan hanya indra pendengaran saja yang digunakan responden untuk menerima informasi baru melainkan juga indra penglihatan, disamping itu responden juga berpartisipasi langsung dalam membentuk pengetahuannya sehingga bukan hanya sebagai penerima pasif informasi saja. Hal tersebut kemudian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
dibuktikan dengan selisih hasil post test dan pre test antara kelompok eksperimen dan kontrol yang mengalami perbedaan signifikan. Berdasar uraian diatas dapat dikatakan bahwa hasil penelitian ini, dimana konseling dengan metode ceramah dan diskusi yang ditunjang media leaflet, berpengaruh terhadap perubahan tingkat praktik responden. Sebagaimana tujuan dari suatu konseling adalah untuk tercapainya perubahan perilaku dan terbentuknya perilaku sehat dimana salah satu indikator perubahan perilaku tersebut dapat dinilai dari perubahan tingkat pengetahuan (Fitriani, 2010).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan interpretasi hasil penelitian dan pembahasan “Pengaruh konseling cara menyusui terhadap praktik menyusui yang benar di rumah bersalin wilayah Surakarta“ dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.
Praktik menyusui
bayi dari 38 responden rata-rata skor pretest
kelompok eksperimen adalah sebesar 11,05 dan rata-rata skor pretest kelompok kontrol 10,61. 2.
Praktik menyusui
bayi dari 38 responden rata-rata skor postest
kelompok eksperimen adalah sebesar 12,95 dan rata-rata skor postest kelompok kontrol adalah sebesar 10,83. 3.
Ada pengaruh konseling cara menyusui dengan praktik menyusui yang benar dimana t hitung > t table (3,788 > 2,028) dan p = 0,000 (p<0,05). Dari penelitian pengaruh konseling cara menyusui terhadap praktik menyusui yang benar di rumah bersalin wilayah Surakarta, maka diperoleh kesimpulan bahwa, terdapat pengaruh positif konseling terhadap praktik menyusui yang benar di Rumah Bersalin Surakarta. Pengaruh positif tersebut karena peneliti menggunakan metode konseling ceramah yang diikuti dengan diskusi dan media leaflet yang diberikan sebagai media konseling, sehingga responden tidak hanya pasif tetapi juga berperan aktif dalam mengonstruksi
commit to user 61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
pengetahuannya sendiri. Hasil uji statistik, p value statistik uji-t independen 0,001 (p<0,05), dan t hitung (3,788) > t tabel (2.028).
B. Saran 1. Bagi tenaga kesehatan Tenaga kesehatan khususnya bidan lebih aktif melakukan kegiatan konseling khususnya dalam konseling cara menyusui menggunakan metode ceramah dan diskusi dengan menggunakan media leaflet sehingga kegiatan konseling dapat dilakukan secara teratur untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai praktik menyusui yang benar. 2. Bagi Institusi Kebidanan Sebagai proses pembelajaran institusi kebidanan agar setiap mahasiswa kebidanan dapat belajar memberikan konseling dengan metode ceramah maupun diskusi dengan menggunakan media leaflet.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi VIII. PT Rineka Cipta: Jakarta. Hal. 128 Budiasih, 2008. Handbook Ibu Menyusui. Cetakan I. Hayati Qualita: Bandung Hal. 20-27 Budiharja, 2011. Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia. Available at http://www.rri.co.id/index.php/component/content/article/43-indexheadline/4282-tingkat-pemberian-asi-ekslusif-di-indonesia-masihrendah-. Akses 29 April 2011 Budiono. 2003. Metode Penelitian Pendidikan. UNS Press: Surakarta. Hal. 18-87 Depkes RI, 2010. Field Book: Metode dan Media Promosi Kesehatan. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan. Hal. 9 Dharma, S., 2008. Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. Depdiknas: Jakarta. Hal.13-5 Ghozali., I. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Universitas Diponegoro: Semarang. Hal. 56-64 Gunarsa, S. 2007. Konseling dan Psikoterapi. Mulia Sejahtera Abadi: Jakarta. Hal. 12-18 Hidayat, A.A. 2001. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika: Jakarta. Hal. 25-33 Heru. 2008. Metode Konseling dan Cara Penyampainnya. Cipta Raya: Makassar. Hal. 43-46 Latipun. 2006. Psikologi Konseling. Universitas Muhammadiyah Malang: Malang. Hal 12-15 Mubarak. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas. Erlangga: Jakarta. Hal. 55-71 Murti, B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. Hal. 46-51 Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta. Hal. 24-29
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
_. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta: Jakarta. Hal. 52-56 _. 2005. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta: Jakarta. Hal. 52-65 Nursalam. 2003. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Universitas Sebelas Maret (UNS): Surakarta. Hal. 42-59 , 1996. Penerapan Metode Statistik Non Parametrik Dalam ilmu Kesehatan. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Hal. 38-43
Ilmu-
Proverawati A, Rahmawati E. 2010. Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Nuha Medika Jaya: Bantul. Hal. 5, 18, 42 Perinasia, 2004. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi. EGC: Jakarta. Hal. 7-10 Purwanti, 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. EGC: Jakarta. Hal. 46-62 Roesli U. 2005. Mengenal Asi Eksklusif Cetakan ke III. Trubus Agriwidya: Jakarta. Hal. 2-4 Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Prenada Media Group: Jakarta. Hal. 12-16 Saifuddin, 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternatal dan Neonatal. Bina Pustaka: Jakarta. Hal: 23-34 Septalia, R.E. 2010. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Cipta Jaya: Bandung. Hal 15-21 Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Alfa Beta: Bandung. Hal. 118-201 Suliha, Herawati, Sumiati, 2002. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. EGC: Jakarta. Hal. 24-28 Suryoprajogo, N. 2009. Keajaiban Menyusui. Keyword Press: Jogjakarta. Hal. 2123, 48, 65 Tyastuti, S. 2008. Komunikasi dan Konseling dalam Pelayanan Kebidanan. Fitramaya Press: Jogjakarta. Hal. 110-119
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2. EGC: Jakarta. Hal. 3641 Walgito, B. 2004. Bimbingan dan Konseling. CV Andiana Raharja Offset: Jogjakarta. Hal. 2-19 Yulifah, R. 2009. Komunikasi dan Konseling Pelayanan. Salemba Medika: Jakarta. Hal. 82-105
commit to user