PENGARUH KONSELING TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN PADA PASIEN

Download hepatitis C atau B, kecemasan, depresi, dan psikosis. Pada beberapa tahun terakhir, angka penderita. HIV/AIDS di Jawa Tengah meningkat sang...

0 downloads 385 Views 952KB Size
PENGARUH KONSELING TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN PADA PASIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI PUSKESMAS MANAHAN SOLO

NASKAH PUBLIKASI

Oleh : NADYA PUSPITA ADRIANA F 100.100.134

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

PENGARUH KONSELING TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN PADA PASIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI PUSKESMAS MANAHAN SOLO

NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh Gelar Sarjana S-1 Psikologi

Oleh : NADYA PUSPITA ADRIANA F 100.100.134

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

ii

PENGARUH KONSELING TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN PADA PASIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI PUSKESMAS MANAHAN SOLO Nadya Puspita Adriana Dra. Partini, M.Si [email protected] Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstraksi : Penasun atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Injection Drug User's (IDU's) menjadi salah satu faktor risiko utama penularan HIV AIDS pada beberapa tahun terakhir. Ditingkat nasional faktor penyebab HIV AIDS mencapai angka 42% sedangkan di Jawa Tengah 21%. WHO memberikan upaya pencegahan dengan program Harm Reduction atau pengurangan dampak buruk, salah satunya Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM). Program ini adalah program yang memberikan layanan rumatan atau pemeliharaan yang diberikan kepada penasun, yaitu dengan menyediakan dan memberikan metadon (sebagai obat legal) yang dikonsumsi secara oral (dengan cara diminum), sebagai pengganti NAPZA (obat illegal) yang biasanya dikonsumsi dengan cara menyuntikkan ke tubuh. Kenyataannya, pada saat dilakukan terapi banyak penasun yang mengalami kecemasan. Salah satu cara untuk mengatasi kecemasan pada pengguna narkoba suntik (Penasun) yaitu dengan menggunakan konseling yang rutin di Puskesmas Manahan Solo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konseling terhadap penurunan kecemasan pada pasien terapi rumatan metadon. Guna mendeskripsikan secara mendalam pengaruh konseling terhadap penurunan kecemasan pada pasien terapi program rumatan metadon, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan metode pendekatan eksperimen. Subjek dalam penelitian ini berasal dari Pasien Program Terapi Rumatan Metadon berjumlah 30 pasien dan data ini diambil dari 23 pasien yang termasuk dalam kategori memiliki kecemasan tinggi berdasarkan skala TMAS. Peneliti ini menggunakan rancangan eksperimen one group design. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data hasil pengukuran menggunakan uji wilcoxon, dimana diperoleh hasil uji wilcoxon untuk skala TMAS sebesar 0,000 dengan p<0.05. Dengan uji Z post1 ke pre sebesar -4,214 dan hasil Uji Z post2 ke post1 sebesar -4,376. Rerata skor TMAS sebelum perlakuan sebesar 39,91 sedangkan rerata kecemasan setelah diberi konseling sebesar 30,87 dan rerata kecemasan setelah konseling sebesar 28,5. Berdasarkan hasil uji-z dan hasil rerata dapat dismpulakan bahwa ada pengaruh yang sangat signifikan dengan pemberian konseling terhadap penurunan kecemasan. Dengan demikian dapat disimpulkan juga bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa konseling berpengaruh terhadap penurunan kecemasan dapat diterima

Kata Kunci : Pengaruh, Kecemasan, dan Konseling

v

PENDAHULUAN Permasalahan

narkotika

bujukan,

atau

tekanan

dari

di Indonesia menunjukkan gejala

seseorang maupun kawan sebaya.

yang

mengkhawatirkan.

Dari pemakaian sekali, kemudian

Berdasarkan

penelitian

beberapa

dilakukan

oleh

BNN

yang

kali

dan

akhimya

dan

menjadi ketergantungan terhadap

Puslitkes UI pada 10 kota besar

zat yang digunakan. Dampak

di Indonesia menunjukkan data

yang

ditimbulkan

sebagai

pada

jenis

berikut.

Dari

total

tergantung

NAPZA

yang

populasi sejumlah 3,2 juta orang,

digunakan

jumlah penyalah guna sebesar

menggunakannya, dapat terjadi

1,5%, dengan kisaran 2,9 sampai

berbagai masalah medis seperti

3,6

infeksi human immunodeficiency

juta,

terdiri

dari

69%

dan

cara

kelompok teratur pakai dan 31

virus/

persen kelompok pecandu. Dari

syndrome

kelompok teratur pakai terdiri

hepatitis C atau B, kecemasan,

dari penyalahguna ganja (71%),

depresi, dan psikosis.

shabu

(50%),

penenang

ekstasi (42%),

(22%).

auto

immunodeficiency (HTV/

Pada

Singkatnya,

AIDS),

beberapa

tahun

terakhir,

angka

untuk kasus Indonesia tingkat

HIV/AIDS

di

angka

kalangan

meningkat sangat fantastis. Pada

pecandu adalah 1,5 per tahun

tahun 2000 hanya ditemukan 14

yaitui 5 ribu orang per tahun

kasus, tapi tahun 2009 sudah

(BNN dan Puslitkes UI, 2004 ).

menjadi 2290 penderita. Faktor

Penyalahgunaan

risiko utama penyebab penyakit

kematian

di

Narkotika,

ini

lainnya

seksual dan Pengguna Napza

biasanya

akibat

Tengah

Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA)

adalah

Jawa

penderita

dimulai dengan pemakaian yang

Suntik

pertama kalinya pada saat usia

Diperkirakan ke depan, Penasun

SD atau SMP karena tawaran,

akan menjadi faktor risiko utama

1

atau

hubungan

Penasun.

menggeser hubungan seksual. Penasun

menggunakan

jarum

dalam

suntik bekas dan tidak steril.

bahasa Inggris dikenal dengan

Seperti diketahui bahwa salah

istilah Injection Drug User's

satu penularan HIV AIDS dapat

(IDU's) menjadi salah satu faktor

terjadi karena penggunaan jarum

risiko

utama

penularan

suntik bekas yang tidak steril.

AIDS

pada

beberapa

terakhir.

atau

dengan

Ditingkat

HIV tahun

Jarum

nasional

suntik

pengguna

bekas

NAPZA

dari yang

faktor penyebab HIV AIDS pada

menderita penyakit HIV AIDS

kelompok ini sudah mencapai

dapat

angka 42% sedangkan di Jawa

penasun yang lain. Karena virus

Tengah

tercatat

di dalam darah penasun yang

beberapa

kota

21%. besar

Di

seperti

menularkan

terinfeksi,

dapat

kepada

bertahan

di

Jakarta, Medan dan Surabaya

dalam jarum suntik selama 4

bahkan

minggu

telah

hubungan

menggeser

seksual

sebagai

WHO memberikan upaya

penyebab nornor satu dengan

pencegahan

angka prevalensi sebesar 56%.

Harm

Hal ini semakin membuktikan

pengurangan

bahwa penularan HIV AIDS

Istilah ini digunakan oleh WHO

melalui penggunaan jarum suntik

untuk kegiatan yang dilakukan

NAPZA akan menjadi penular

yang bertujuan untuk mengurangi

utama dan mungkin hal tersebut

dampak buruk akibat penggunaan

akan

jarum

terus

penularan

menjadi utama

pola

(Depkes

Reduction

atau

dampak

suntik

di

buruk.

kalangan

untuk mengurangi dampak buruk

Survei perilaku penasun

akibat tertular HIV/AIDS, tetapi

yang dilakukan pada tahun 2000,

juga

menunjukkan

suntik

program

penasun. Program ini tidak hanya

RI,2009).

penasun

dengan

penyakit

lain

yang

bahwa

para

ditularkan melalui penggunaan

menggunakan

jarum

jarum suntik. Ada 12 kegiatan

bersama-sama

yang termasuk dalarn program

secara

2

ini, salah satunya yang sedang

NAPZA

dikembangkan

ketergantungan

pelayanannya

dari

sindrom obat-obatan,

oleh pemerintah Indonesia di

sehingga

Puskesmas dan Rumah Sakit,

pengobatan dan rumatan terhadap

adalah Program Terapi Rumatan

penasun

Metadon (PTRM). Program ini

napza golongan opiodis seperti

adalah

heron dan morpin tersebut.

program

memberikan

yang

layanan

rumatan

digunakan

yang

dalam

menyuntikkan

Peraturan

Menteri

atau pemeliharaan yang diberikan

Koordinator

kepada penasun, yaitu dengan

Rakyat

menyediakan dan memberikan

No.02/Permenko/Kesra/l/2007

metadon (sebagai obat legal)

tentang

yang dikonsumsi secara oral

Penangulangan HIV AIDS dan

(dengan cara diminum), sebagai

Kepmenkes

pengganti NAPZA (obat illegal)

No.494/Menkes/SK/VII/2006

yang

tentang

biasanya

dikonsumsi

Kesejahteraan

Kebijakan Nasional

RI

Pedoman

PTRM

di

dengan cara menyuntikkan ke

Rumah Sakit dan Satelit Uji

tubuh. Program ini merupakan

coba. Klinik PTRM pertamakali

program

jangka

dilaksanaan pada tahun 2006 di

panjang yang dapat diberikan

RS Ketergantungan Obat, RSUP

hingga 2 tahun atau lebih.

Hasan Saditdn, RSU Soetomo

pemeliharaan

Metadon sendiri adalah heroin

sintetik.

Surabaya dan RSU Sanglah Bali.

Ditemukan

Di Jawa Tengah program ini

pertama kali di Jerman pada

awalnya

tahun

kimiawi

Kariadi Semarang pada tahun

sama

dengan

2008. Agar lebih mendekatkan

morpin,

namun

lagi

1937.

metadon heroin

Secara

tidak dan

dilaksanakan di RS

pelayanan

ini

kepada

terutama

kepada

menimbulkan efek yang sama

masyarakat

dengan

tersebut.

komunitas penasun, tahun 2009

Didalam tubuh, metadon dapat

melalui lembaga donor HCPI

menstabilkan kondisi pengguna

(HIV Coorporation Program for

kedua

zat

3

Indonesia).

Program

dapat mengikuti program terapi

PTRM

pertamakali dikembangkan di 2

rumatan

Puskesmas di Jawa Tengah yang

ditangani oleh 1 dokter /psikiater, 4

di wilayahnya terdapat banyak

perawat dan 2 asisten apoteker. Pada

komunitas

Penasun,

saat

yaitu

Puskesmas Poncol

konseling

Terapi

pasien

ini

harus

didampingi oleh orang tua atau

Puskesmas Manahan Surakarta dan

metadon.

orang yang dianggap bertanggung

Kota

jawab.

Semarang.

Waktu

konseling

yang

dilakukan untuk pasien beragam,

Observasi dilakukan

yang

oleh

telah

sesuai

kebutuhan

individu

atau

di

pasien karena tergantung dari berapa

Puskesmas Manahan Solo, pada

lama pasien memakai heroin dan

tanggal 30 Januari 2014, memulai

terjangkit HIV, dan batas maksimal

klinik

Menular

adalah 2 tahun terapi. Namun dalam

Seksual) pada tahun 2006, dan pada

kenyataanya pada saat dilakukan

tahun itu juga dibuka klinik untuk

terapi

screening pemeriksaan HIV. Dan

mengalami kecemasan. Gangguan

pada tahun 2009 untuk mengikuti

kecemasan menurut Taylor (dalam

IMS

peneliti

(Infeksi

program dari pemerintah, dibukalah klinik

untuk

terapi

banyak

Leonard

rumatan

penasun

dan

yang

Supardi,

2010)

mengatakan bahwa kecemasan

metadon. Pada awal berdirinya,

adalah

klinik ini mempunyai 20 pasien.

suatu

pengalaman

subjektif mengenai ketegangan

Seiring berjalannya waktu pasien program terapi rumatan metadon ini

mental

bertambah banyak, hingga saat ini

sebagai

ada 118 pasien. Setiap harinya klinik

ketidakmampuan

tersebut melakukan terapi untuk

masalah atau adanya rasa aman.

kurang

Perasaan

lebih

40

orang.

Itulah

yang reaksi

mengapa Puskesmas Manahan Solo

menyenangkan

adalah Puskesmas terbaik di Jawa

menimbulkan

Tengah.

Program

dilakukan

ini

pada

ketergantungan ketergantunggannya

hanya

fisiologis

penderita

heroin sabu

berkeringat,

jika

meningkat,

tidak

4

menggelisahkan umum

dan

menghadapi

yang

tidak

ini

umunmya gejala-gejala

(seperti

gemetar,

detak dll)

dan

jantung gejala

psikologis (seperti panik, tegang,

biasa saja tanpa konseling (Ward

bingung,

et al., 1998, cit. Departemen of

tak

dapat

berkonsentrasi, dan sebagainya).

health

Amato, dkk (2004) telah

8

Wellness

New

Brunswick, 2005).

memeriksa 12 penelitian yang membandingkan

and

Pengobatan dan dukungan

intervensi

layanan

seperti

konseling

psikososial, yang ditambahkan

tersebut telah terbukti menjadi

pada terapi rumatan metadon.

bagian pengobatan yang penting

Tinjauan

untuk

tersebut menyatakan

bahwa

terdapat

intervensi

keuntungan

psikososial

hasil

berhasil

dalam

yang

dikatakan

(National

Development

Consensus

Panel,

1998).

melakukan tindakan penurunan

Terapis

pemakaian

selama

dengan berbagai pennasalahan

rumatan

hidup yang menyertainya untuk

heroin

dilakukan

terapi

mengajak

penasun

metadon. Selain itu penambahan

berpikir

konseling pada terapi rumatan

memperhitungkan

metadon (selain konseling dasar)

konsekuensinya.

yang

dengan

memahami perubahan tahapan

efikasi,

perilaku yang dilakukan atau

berhubungan

beberapa

hal

seperti

memperbaiki resistensi pasien,

logis

serta resiko

Dan

dan untuk

yang ditampilkan oleh penasun.

adanya penurunan penggunaan

Maka dari latar belakang

zat terlarang (illicit drug), dan

di atas, penulis berkeinginan

memperbaiki efikasi program.

mengangkat

Selain itu ditemukan pula pada

dengan rumusan masalah yang

penelitian

berjudul

mengatakan rumatan

lainnya

yang

bahwa,

terapi

metadon

topik

penelitian

pengaruh

konseling

terhadap penurunan kecemasan

dengan

pada

pasien

terapi

rumatan

ditambah konseling mempunyai

metadon di puskesmas Manahan

hasil yang lebih baik untuk

solo.

pasien

dibandingkan

dengan

Tujuan dari penelitian ini

terapi rumatan metadon yang

adalah

5

untuk

mengetahui

pengaruh

konseling

penurunan

terhadap

kecemasan

dalam

pada

penelitian

menggunakan

ini TMAS

pasien terapi rumatan metadon di

(Sarason, 2010). Skala ini

Puskesman Manahan Solo

terdiri

dari

50

jenis

pertanyaan. Jawaban dari tipe pertanyaan tersebut adalah

METODE PENELITIAN Variabel

yang

"ya" atau "tidak" dengan

digunakan

untuk penelitian ini adalah variabel

memberi

tergantung (Kecemasan) dan variabel

kolom "ya" atau '•tidak". Tiap

bebas (Konseling). Subjek penelitian

jawaban yang cocok dengan

yang digunakan dalam penelitian ini

kuncinya diberi nilai 1 (satu),

adalah

jadi nilai total adalah 0

pasien

Program

terapi

tanda

(X)

pada

Rumatan Metadon yang berjumlah

sampai 50.

30 subjek. Kriteria pemilihan subjek

Teknik analisis data yang

adalah pasien aktif Program Terapi

digunakan

Rumatan Metadon, bersedia menjadi

adalah teknik analisis wilcoxon, one

responden

group design.

dan

pasien

pengguna

dalam

penelitian

ini

NAPZA suntik. Metode pengumpulan data

HASIL PENELITIAN DAN

pada penelitian ini menggunakan pendekatan

eksperimen

PEMBAHASAN

dengan

menggunakan data skala yaitu skala

Berdasarkan hasil penelitian yang

kecemasan atau TMAS.

diperoleh,

hasilnya

sesuai

Manifest

dengan landasan teori dan pada uji

Anxiety Scale (TMAS) untuk

hipotesis, yaitu didapatkan adanya

mengukur

pengaruh

a. Skala

Taylor

ada

tidaknya

konseling

terhadap

kecemasan pada responden.

penurunan kecemasan pada pasien

Skala ini dibuat pada tahun

terapi

1953

Puskesmas Manahan Surakarta.

oleh

Taylor

Pengukuran

ada

kecemasan

pada

.

rumatan

metadon

di

tidaknya

Dari hasil pengolahan data

subyek

menggunakan spss versi 15.0 dengan

6

uji

Wilcoxon

didapatkan

rerata

atau psikiater yang mendampingi, hal

kecemasan pre sebesar 39,91 rerata

ini

post1 sebesar 30,87 dan rerata post2

wawancara yang telah dilakukan

sebesar 28,5 dan uji Z post1 ke pre

kepada

sebesar -4,214 dengan signifikansi

merasakan adanya perubahan dalam

yang diperoleh adalah 0,000 (p<0,05)

hidupnya, paisen merasakan lebih

nilai p kurang dari 0,05 maka dapat

optimis dan lebih semangat dalam

dikatakan

menjalani

ada

pengaruh

yang

juga

3

dibuktikan

pasien

dari

bahwa

hidup,

pasien

hasil

pasien

selalu

signifikan antara konseling dengan

menyemangati dirinya sendiri bahwa

penurunan kecemasan pada pasien

sekarang adalah kehidupan baru

terapi

di

pasien, dan pasien akan diterima oleh

Puskesmas Manahan Solo. Artinya,

masyarakat dengan begitu pasien

semakin tinggi skor maka semakin

tidak takut lagi berbaur dengan

tingkat

rumatan

metadon

kecemasan

begitu

juga

lingkungan sekitar. Serta adanya

rendah

skor

dukungan dari keluarga pasien, baik

tingkat

orangtua maupun istri pasien untuk

terjadi

menjadi individu yang lebih baik

dikarenakan skor pre lebih tinggi

lagi. Dan dari hasil tersebut, maka ke

disbandingkan dengan skor post1,

30 pasien tidak mengikuti konseling

penurunan

lanjutan.

sebaliknya semakin

semakin juga

kecemasannya.

ini

rendah hal

ini

terjadi

karena

pemberian konseling pada pasien

Konseling

sendiri

adalah

selama 4 kali dalam dua minggu

percakapan antara dua orang atau

sehingga

lebih (konselor dan konseli) yang

terjadi

penurunan

kecemasan yang dialami oleh pasien

bertujuan

Program terapi Rumatan Metadon.

memecahkan masalah konseli/klien

Hasil Uji Z post2 ke post1 sebesar -

dan

4,376 kelompok ini juga mengalami

gagasan/pikiran, keyakinan tentang

penurunan

dikarenakan

diri konseli sendiri guna untuk

walaupun pasien tidak mendapatkan

berperilaku lebih baik di kehidupan

konseling namun pasien melakukan

mereka. Hal ini sesuai dengan teori

hal-hal yang disarankan oleh dokter

Menurut Proscha dan Diclementi

hal

ini

7

untuk

dapat

membantu

mengubah

(1998) perubahan perilaku itu sendiri

dengan hal-hal baru terutama hal-hal

ada beberapa faktor antara lain

yang positif untuk masa depannya.

tahapan

Hal

perilaku

prakontemplasi,

ini

sesuai

dengan

aspek

kontemplasi, preparasi, aksi dan

konseling yang dikemukakan oleh

rumatan. Pada masa prakontemplasi

Saam,2013 aspek konseling yaitu:

dan

belum

konseling

melakukan persiapan guna berubah.

konseling

sebagai

hubungan

Pada tahap persiapan klien telah

terapeutik,

konseling

merupakan

mengambil keputusan dan berencana

usaha

mengubah perilaku meski masih

mengarahkan

terdapat

resistensi.

Kekurang

klien,

mampuan

mengambil

keputusan

kemandirian klien.

kontemplasi,

klien

sering kali diterjemahkan sebagai

sebagai

suatu

bantuan,

proses,

konseling

tercapainya

konseling

tujuan

mengarahkan

Dalam pelaksaan penelitian

denial dan atau resistensi. Sehingga

ini

konseling

keterbatasan penelitian antara lain:

pasien

yang

program

dilakukan terapi

pada

rumatan

1.

masih

Masih

terdapat

adanya

beberapa

jarak

metadon dapat mengurangi tingkat

peneliti

kecemasan

diteliti dikarenakan subjek tidak

pada

pasien

ketergantungan opioid.

dengan

antara

subjek

yag

ingin dirinya dipublikasikan.

Konseling dapat menurunkan

2.

Peneliti tidak dapat menunggu

tingkat kecemasan pada pasien, dapat

dan mengamati pengisian skala

dilihat dari wawancara kepada subjek

dan proses konseling secara

setelah mengikuti konseling yang

langsung

mengatakan bahwa subjek dapat

dikarenakan peneliti tidak dapat

merasakan

terjun

adanya

penurunan

oleh

secara

subjek

langsung

kecemasan pada diri subjek sehingga

dikarenakan pembagian skala

subjek mempunyai motivasi untuk

dan

berubah menjadi lebih baik atau

dilakukan

hidup yang lebih baik, lebih percaya

bertanggung

diri

puskesmas.

untuk

berbaur

dengan

lingkungan, dan mencoba terbuka

8

proses

konseling oleh

pihak jawab

harus yang dari

3.

4.

Analisis yang dipakai, karena

1.

Bagi Puskesmas untuk lebih

hanya menganalisis kelompok

mengoptimalkan

yang memiliki cemas tinggi saja.

konseling pada pasien untuk

Metode

dapat mengatasi permasalahan

penelitian

yang

adanya

menggunakan one design grup,

pasien

hanya ada satu kelompok kontrol

pada saat dilakukannya terapi

sehingga

metadon

perbandingan

penururnan

kecemasan

tidak

khususnya

kecemasan

dan

lebih

mensosialisasikan

adanya

terlalu terlihat.

program terapi metadon serta

PENUTUP

memfasilitasi

Kesimpulan

terapi

Berdasarkan

hasil

analisis

beralih

telah

metadon.

pada

program

metadon

agar

penyalahgunaan narkoba suntik

deskriptif dan pembahasan yang diuraikan

klinik

bab

sebelumnya, maka dapat disimpulkan

2.

ke

Bagi

program

konselor

terapi

untuk

di klinik Program Terapi Rumatan

meningkatkan konseling yang

Metadon

Puskesmas

sudah berjalan selama PTRM

Manahan Surakarta ada pengaruh

dan konseling yang diberikan

konseling

dapat

(PTRM)

terhadap

penurunan

kecemasan pada pasien program

membantu

klien

mengurangi beban hidupnya

terapi rumatan metadon

3.

Bagi ilmuwan psikologi agar dapat

Saran Berdasarkan hasil penelitian

mengembangkan

penelitian

sebelumnya

dan kesimpulan diatas, ada beberapa

khususnya di bidang konseling

saran yang dapat peneliti berikan

pada

antara lain :

metadon.

9

pasien

program

terapi

DAFTAR PUSTAKA

Amato., Starin, K., & Mattich, H. (2004). Day Treatmen Versus Enhanced Standart Methadone Service for Opiate Dependent Patient. Am J Psychiatry, 156: 27-33 Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan. (2007). Modul dan Kurikulum Pelatihan Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Leonard & Supardi. (2010). Pengaruh Konsep Diri, Sikap Siswa pada Matematika, dan Kecemasan Siswa terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal Pendidikan. Jakarta: Universitas Indraprasta.

Saam, Z. (2013). Psikologi Konseling. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sarason.

2010.

The

Test

Anxiety

Scale:

Concept

And

Research.

http://web.psych.washington.edu/research/sarason/files/testanxietyscale pdf./. (12 Maret 2014)

.

10