PENGARUH KONSELING TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN PADA PASIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI PUSKESMAS MANAHAN SOLO
NASKAH PUBLIKASI
Oleh : NADYA PUSPITA ADRIANA F 100.100.134
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
PENGARUH KONSELING TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN PADA PASIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI PUSKESMAS MANAHAN SOLO
NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh Gelar Sarjana S-1 Psikologi
Oleh : NADYA PUSPITA ADRIANA F 100.100.134
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
ii
PENGARUH KONSELING TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN PADA PASIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI PUSKESMAS MANAHAN SOLO Nadya Puspita Adriana Dra. Partini, M.Si
[email protected] Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstraksi : Penasun atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Injection Drug User's (IDU's) menjadi salah satu faktor risiko utama penularan HIV AIDS pada beberapa tahun terakhir. Ditingkat nasional faktor penyebab HIV AIDS mencapai angka 42% sedangkan di Jawa Tengah 21%. WHO memberikan upaya pencegahan dengan program Harm Reduction atau pengurangan dampak buruk, salah satunya Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM). Program ini adalah program yang memberikan layanan rumatan atau pemeliharaan yang diberikan kepada penasun, yaitu dengan menyediakan dan memberikan metadon (sebagai obat legal) yang dikonsumsi secara oral (dengan cara diminum), sebagai pengganti NAPZA (obat illegal) yang biasanya dikonsumsi dengan cara menyuntikkan ke tubuh. Kenyataannya, pada saat dilakukan terapi banyak penasun yang mengalami kecemasan. Salah satu cara untuk mengatasi kecemasan pada pengguna narkoba suntik (Penasun) yaitu dengan menggunakan konseling yang rutin di Puskesmas Manahan Solo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konseling terhadap penurunan kecemasan pada pasien terapi rumatan metadon. Guna mendeskripsikan secara mendalam pengaruh konseling terhadap penurunan kecemasan pada pasien terapi program rumatan metadon, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan metode pendekatan eksperimen. Subjek dalam penelitian ini berasal dari Pasien Program Terapi Rumatan Metadon berjumlah 30 pasien dan data ini diambil dari 23 pasien yang termasuk dalam kategori memiliki kecemasan tinggi berdasarkan skala TMAS. Peneliti ini menggunakan rancangan eksperimen one group design. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data hasil pengukuran menggunakan uji wilcoxon, dimana diperoleh hasil uji wilcoxon untuk skala TMAS sebesar 0,000 dengan p<0.05. Dengan uji Z post1 ke pre sebesar -4,214 dan hasil Uji Z post2 ke post1 sebesar -4,376. Rerata skor TMAS sebelum perlakuan sebesar 39,91 sedangkan rerata kecemasan setelah diberi konseling sebesar 30,87 dan rerata kecemasan setelah konseling sebesar 28,5. Berdasarkan hasil uji-z dan hasil rerata dapat dismpulakan bahwa ada pengaruh yang sangat signifikan dengan pemberian konseling terhadap penurunan kecemasan. Dengan demikian dapat disimpulkan juga bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa konseling berpengaruh terhadap penurunan kecemasan dapat diterima
Kata Kunci : Pengaruh, Kecemasan, dan Konseling
v
PENDAHULUAN Permasalahan
narkotika
bujukan,
atau
tekanan
dari
di Indonesia menunjukkan gejala
seseorang maupun kawan sebaya.
yang
mengkhawatirkan.
Dari pemakaian sekali, kemudian
Berdasarkan
penelitian
beberapa
dilakukan
oleh
BNN
yang
kali
dan
akhimya
dan
menjadi ketergantungan terhadap
Puslitkes UI pada 10 kota besar
zat yang digunakan. Dampak
di Indonesia menunjukkan data
yang
ditimbulkan
sebagai
pada
jenis
berikut.
Dari
total
tergantung
NAPZA
yang
populasi sejumlah 3,2 juta orang,
digunakan
jumlah penyalah guna sebesar
menggunakannya, dapat terjadi
1,5%, dengan kisaran 2,9 sampai
berbagai masalah medis seperti
3,6
infeksi human immunodeficiency
juta,
terdiri
dari
69%
dan
cara
kelompok teratur pakai dan 31
virus/
persen kelompok pecandu. Dari
syndrome
kelompok teratur pakai terdiri
hepatitis C atau B, kecemasan,
dari penyalahguna ganja (71%),
depresi, dan psikosis.
shabu
(50%),
penenang
ekstasi (42%),
(22%).
auto
immunodeficiency (HTV/
Pada
Singkatnya,
AIDS),
beberapa
tahun
terakhir,
angka
untuk kasus Indonesia tingkat
HIV/AIDS
di
angka
kalangan
meningkat sangat fantastis. Pada
pecandu adalah 1,5 per tahun
tahun 2000 hanya ditemukan 14
yaitui 5 ribu orang per tahun
kasus, tapi tahun 2009 sudah
(BNN dan Puslitkes UI, 2004 ).
menjadi 2290 penderita. Faktor
Penyalahgunaan
risiko utama penyebab penyakit
kematian
di
Narkotika,
ini
lainnya
seksual dan Pengguna Napza
biasanya
akibat
Tengah
Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA)
adalah
Jawa
penderita
dimulai dengan pemakaian yang
Suntik
pertama kalinya pada saat usia
Diperkirakan ke depan, Penasun
SD atau SMP karena tawaran,
akan menjadi faktor risiko utama
1
atau
hubungan
Penasun.
menggeser hubungan seksual. Penasun
menggunakan
jarum
dalam
suntik bekas dan tidak steril.
bahasa Inggris dikenal dengan
Seperti diketahui bahwa salah
istilah Injection Drug User's
satu penularan HIV AIDS dapat
(IDU's) menjadi salah satu faktor
terjadi karena penggunaan jarum
risiko
utama
penularan
suntik bekas yang tidak steril.
AIDS
pada
beberapa
terakhir.
atau
dengan
Ditingkat
HIV tahun
Jarum
nasional
suntik
pengguna
bekas
NAPZA
dari yang
faktor penyebab HIV AIDS pada
menderita penyakit HIV AIDS
kelompok ini sudah mencapai
dapat
angka 42% sedangkan di Jawa
penasun yang lain. Karena virus
Tengah
tercatat
di dalam darah penasun yang
beberapa
kota
21%. besar
Di
seperti
menularkan
terinfeksi,
dapat
kepada
bertahan
di
Jakarta, Medan dan Surabaya
dalam jarum suntik selama 4
bahkan
minggu
telah
hubungan
menggeser
seksual
sebagai
WHO memberikan upaya
penyebab nornor satu dengan
pencegahan
angka prevalensi sebesar 56%.
Harm
Hal ini semakin membuktikan
pengurangan
bahwa penularan HIV AIDS
Istilah ini digunakan oleh WHO
melalui penggunaan jarum suntik
untuk kegiatan yang dilakukan
NAPZA akan menjadi penular
yang bertujuan untuk mengurangi
utama dan mungkin hal tersebut
dampak buruk akibat penggunaan
akan
jarum
terus
penularan
menjadi utama
pola
(Depkes
Reduction
atau
dampak
suntik
di
buruk.
kalangan
untuk mengurangi dampak buruk
Survei perilaku penasun
akibat tertular HIV/AIDS, tetapi
yang dilakukan pada tahun 2000,
juga
menunjukkan
suntik
program
penasun. Program ini tidak hanya
RI,2009).
penasun
dengan
penyakit
lain
yang
bahwa
para
ditularkan melalui penggunaan
menggunakan
jarum
jarum suntik. Ada 12 kegiatan
bersama-sama
yang termasuk dalarn program
secara
2
ini, salah satunya yang sedang
NAPZA
dikembangkan
ketergantungan
pelayanannya
dari
sindrom obat-obatan,
oleh pemerintah Indonesia di
sehingga
Puskesmas dan Rumah Sakit,
pengobatan dan rumatan terhadap
adalah Program Terapi Rumatan
penasun
Metadon (PTRM). Program ini
napza golongan opiodis seperti
adalah
heron dan morpin tersebut.
program
memberikan
yang
layanan
rumatan
digunakan
yang
dalam
menyuntikkan
Peraturan
Menteri
atau pemeliharaan yang diberikan
Koordinator
kepada penasun, yaitu dengan
Rakyat
menyediakan dan memberikan
No.02/Permenko/Kesra/l/2007
metadon (sebagai obat legal)
tentang
yang dikonsumsi secara oral
Penangulangan HIV AIDS dan
(dengan cara diminum), sebagai
Kepmenkes
pengganti NAPZA (obat illegal)
No.494/Menkes/SK/VII/2006
yang
tentang
biasanya
dikonsumsi
Kesejahteraan
Kebijakan Nasional
RI
Pedoman
PTRM
di
dengan cara menyuntikkan ke
Rumah Sakit dan Satelit Uji
tubuh. Program ini merupakan
coba. Klinik PTRM pertamakali
program
jangka
dilaksanaan pada tahun 2006 di
panjang yang dapat diberikan
RS Ketergantungan Obat, RSUP
hingga 2 tahun atau lebih.
Hasan Saditdn, RSU Soetomo
pemeliharaan
Metadon sendiri adalah heroin
sintetik.
Surabaya dan RSU Sanglah Bali.
Ditemukan
Di Jawa Tengah program ini
pertama kali di Jerman pada
awalnya
tahun
kimiawi
Kariadi Semarang pada tahun
sama
dengan
2008. Agar lebih mendekatkan
morpin,
namun
lagi
1937.
metadon heroin
Secara
tidak dan
dilaksanakan di RS
pelayanan
ini
kepada
terutama
kepada
menimbulkan efek yang sama
masyarakat
dengan
tersebut.
komunitas penasun, tahun 2009
Didalam tubuh, metadon dapat
melalui lembaga donor HCPI
menstabilkan kondisi pengguna
(HIV Coorporation Program for
kedua
zat
3
Indonesia).
Program
dapat mengikuti program terapi
PTRM
pertamakali dikembangkan di 2
rumatan
Puskesmas di Jawa Tengah yang
ditangani oleh 1 dokter /psikiater, 4
di wilayahnya terdapat banyak
perawat dan 2 asisten apoteker. Pada
komunitas
Penasun,
saat
yaitu
Puskesmas Poncol
konseling
Terapi
pasien
ini
harus
didampingi oleh orang tua atau
Puskesmas Manahan Surakarta dan
metadon.
orang yang dianggap bertanggung
Kota
jawab.
Semarang.
Waktu
konseling
yang
dilakukan untuk pasien beragam,
Observasi dilakukan
yang
oleh
telah
sesuai
kebutuhan
individu
atau
di
pasien karena tergantung dari berapa
Puskesmas Manahan Solo, pada
lama pasien memakai heroin dan
tanggal 30 Januari 2014, memulai
terjangkit HIV, dan batas maksimal
klinik
Menular
adalah 2 tahun terapi. Namun dalam
Seksual) pada tahun 2006, dan pada
kenyataanya pada saat dilakukan
tahun itu juga dibuka klinik untuk
terapi
screening pemeriksaan HIV. Dan
mengalami kecemasan. Gangguan
pada tahun 2009 untuk mengikuti
kecemasan menurut Taylor (dalam
IMS
peneliti
(Infeksi
program dari pemerintah, dibukalah klinik
untuk
terapi
banyak
Leonard
rumatan
penasun
dan
yang
Supardi,
2010)
mengatakan bahwa kecemasan
metadon. Pada awal berdirinya,
adalah
klinik ini mempunyai 20 pasien.
suatu
pengalaman
subjektif mengenai ketegangan
Seiring berjalannya waktu pasien program terapi rumatan metadon ini
mental
bertambah banyak, hingga saat ini
sebagai
ada 118 pasien. Setiap harinya klinik
ketidakmampuan
tersebut melakukan terapi untuk
masalah atau adanya rasa aman.
kurang
Perasaan
lebih
40
orang.
Itulah
yang reaksi
mengapa Puskesmas Manahan Solo
menyenangkan
adalah Puskesmas terbaik di Jawa
menimbulkan
Tengah.
Program
dilakukan
ini
pada
ketergantungan ketergantunggannya
hanya
fisiologis
penderita
heroin sabu
berkeringat,
jika
meningkat,
tidak
4
menggelisahkan umum
dan
menghadapi
yang
tidak
ini
umunmya gejala-gejala
(seperti
gemetar,
detak dll)
dan
jantung gejala
psikologis (seperti panik, tegang,
biasa saja tanpa konseling (Ward
bingung,
et al., 1998, cit. Departemen of
tak
dapat
berkonsentrasi, dan sebagainya).
health
Amato, dkk (2004) telah
8
Wellness
New
Brunswick, 2005).
memeriksa 12 penelitian yang membandingkan
and
Pengobatan dan dukungan
intervensi
layanan
seperti
konseling
psikososial, yang ditambahkan
tersebut telah terbukti menjadi
pada terapi rumatan metadon.
bagian pengobatan yang penting
Tinjauan
untuk
tersebut menyatakan
bahwa
terdapat
intervensi
keuntungan
psikososial
hasil
berhasil
dalam
yang
dikatakan
(National
Development
Consensus
Panel,
1998).
melakukan tindakan penurunan
Terapis
pemakaian
selama
dengan berbagai pennasalahan
rumatan
hidup yang menyertainya untuk
heroin
dilakukan
terapi
mengajak
penasun
metadon. Selain itu penambahan
berpikir
konseling pada terapi rumatan
memperhitungkan
metadon (selain konseling dasar)
konsekuensinya.
yang
dengan
memahami perubahan tahapan
efikasi,
perilaku yang dilakukan atau
berhubungan
beberapa
hal
seperti
memperbaiki resistensi pasien,
logis
serta resiko
Dan
dan untuk
yang ditampilkan oleh penasun.
adanya penurunan penggunaan
Maka dari latar belakang
zat terlarang (illicit drug), dan
di atas, penulis berkeinginan
memperbaiki efikasi program.
mengangkat
Selain itu ditemukan pula pada
dengan rumusan masalah yang
penelitian
berjudul
mengatakan rumatan
lainnya
yang
bahwa,
terapi
metadon
topik
penelitian
pengaruh
konseling
terhadap penurunan kecemasan
dengan
pada
pasien
terapi
rumatan
ditambah konseling mempunyai
metadon di puskesmas Manahan
hasil yang lebih baik untuk
solo.
pasien
dibandingkan
dengan
Tujuan dari penelitian ini
terapi rumatan metadon yang
adalah
5
untuk
mengetahui
pengaruh
konseling
penurunan
terhadap
kecemasan
dalam
pada
penelitian
menggunakan
ini TMAS
pasien terapi rumatan metadon di
(Sarason, 2010). Skala ini
Puskesman Manahan Solo
terdiri
dari
50
jenis
pertanyaan. Jawaban dari tipe pertanyaan tersebut adalah
METODE PENELITIAN Variabel
yang
"ya" atau "tidak" dengan
digunakan
untuk penelitian ini adalah variabel
memberi
tergantung (Kecemasan) dan variabel
kolom "ya" atau '•tidak". Tiap
bebas (Konseling). Subjek penelitian
jawaban yang cocok dengan
yang digunakan dalam penelitian ini
kuncinya diberi nilai 1 (satu),
adalah
jadi nilai total adalah 0
pasien
Program
terapi
tanda
(X)
pada
Rumatan Metadon yang berjumlah
sampai 50.
30 subjek. Kriteria pemilihan subjek
Teknik analisis data yang
adalah pasien aktif Program Terapi
digunakan
Rumatan Metadon, bersedia menjadi
adalah teknik analisis wilcoxon, one
responden
group design.
dan
pasien
pengguna
dalam
penelitian
ini
NAPZA suntik. Metode pengumpulan data
HASIL PENELITIAN DAN
pada penelitian ini menggunakan pendekatan
eksperimen
PEMBAHASAN
dengan
menggunakan data skala yaitu skala
Berdasarkan hasil penelitian yang
kecemasan atau TMAS.
diperoleh,
hasilnya
sesuai
Manifest
dengan landasan teori dan pada uji
Anxiety Scale (TMAS) untuk
hipotesis, yaitu didapatkan adanya
mengukur
pengaruh
a. Skala
Taylor
ada
tidaknya
konseling
terhadap
kecemasan pada responden.
penurunan kecemasan pada pasien
Skala ini dibuat pada tahun
terapi
1953
Puskesmas Manahan Surakarta.
oleh
Taylor
Pengukuran
ada
kecemasan
pada
.
rumatan
metadon
di
tidaknya
Dari hasil pengolahan data
subyek
menggunakan spss versi 15.0 dengan
6
uji
Wilcoxon
didapatkan
rerata
atau psikiater yang mendampingi, hal
kecemasan pre sebesar 39,91 rerata
ini
post1 sebesar 30,87 dan rerata post2
wawancara yang telah dilakukan
sebesar 28,5 dan uji Z post1 ke pre
kepada
sebesar -4,214 dengan signifikansi
merasakan adanya perubahan dalam
yang diperoleh adalah 0,000 (p<0,05)
hidupnya, paisen merasakan lebih
nilai p kurang dari 0,05 maka dapat
optimis dan lebih semangat dalam
dikatakan
menjalani
ada
pengaruh
yang
juga
3
dibuktikan
pasien
dari
bahwa
hidup,
pasien
hasil
pasien
selalu
signifikan antara konseling dengan
menyemangati dirinya sendiri bahwa
penurunan kecemasan pada pasien
sekarang adalah kehidupan baru
terapi
di
pasien, dan pasien akan diterima oleh
Puskesmas Manahan Solo. Artinya,
masyarakat dengan begitu pasien
semakin tinggi skor maka semakin
tidak takut lagi berbaur dengan
tingkat
rumatan
metadon
kecemasan
begitu
juga
lingkungan sekitar. Serta adanya
rendah
skor
dukungan dari keluarga pasien, baik
tingkat
orangtua maupun istri pasien untuk
terjadi
menjadi individu yang lebih baik
dikarenakan skor pre lebih tinggi
lagi. Dan dari hasil tersebut, maka ke
disbandingkan dengan skor post1,
30 pasien tidak mengikuti konseling
penurunan
lanjutan.
sebaliknya semakin
semakin juga
kecemasannya.
ini
rendah hal
ini
terjadi
karena
pemberian konseling pada pasien
Konseling
sendiri
adalah
selama 4 kali dalam dua minggu
percakapan antara dua orang atau
sehingga
lebih (konselor dan konseli) yang
terjadi
penurunan
kecemasan yang dialami oleh pasien
bertujuan
Program terapi Rumatan Metadon.
memecahkan masalah konseli/klien
Hasil Uji Z post2 ke post1 sebesar -
dan
4,376 kelompok ini juga mengalami
gagasan/pikiran, keyakinan tentang
penurunan
dikarenakan
diri konseli sendiri guna untuk
walaupun pasien tidak mendapatkan
berperilaku lebih baik di kehidupan
konseling namun pasien melakukan
mereka. Hal ini sesuai dengan teori
hal-hal yang disarankan oleh dokter
Menurut Proscha dan Diclementi
hal
ini
7
untuk
dapat
membantu
mengubah
(1998) perubahan perilaku itu sendiri
dengan hal-hal baru terutama hal-hal
ada beberapa faktor antara lain
yang positif untuk masa depannya.
tahapan
Hal
perilaku
prakontemplasi,
ini
sesuai
dengan
aspek
kontemplasi, preparasi, aksi dan
konseling yang dikemukakan oleh
rumatan. Pada masa prakontemplasi
Saam,2013 aspek konseling yaitu:
dan
belum
konseling
melakukan persiapan guna berubah.
konseling
sebagai
hubungan
Pada tahap persiapan klien telah
terapeutik,
konseling
merupakan
mengambil keputusan dan berencana
usaha
mengubah perilaku meski masih
mengarahkan
terdapat
resistensi.
Kekurang
klien,
mampuan
mengambil
keputusan
kemandirian klien.
kontemplasi,
klien
sering kali diterjemahkan sebagai
sebagai
suatu
bantuan,
proses,
konseling
tercapainya
konseling
tujuan
mengarahkan
Dalam pelaksaan penelitian
denial dan atau resistensi. Sehingga
ini
konseling
keterbatasan penelitian antara lain:
pasien
yang
program
dilakukan terapi
pada
rumatan
1.
masih
Masih
terdapat
adanya
beberapa
jarak
metadon dapat mengurangi tingkat
peneliti
kecemasan
diteliti dikarenakan subjek tidak
pada
pasien
ketergantungan opioid.
dengan
antara
subjek
yag
ingin dirinya dipublikasikan.
Konseling dapat menurunkan
2.
Peneliti tidak dapat menunggu
tingkat kecemasan pada pasien, dapat
dan mengamati pengisian skala
dilihat dari wawancara kepada subjek
dan proses konseling secara
setelah mengikuti konseling yang
langsung
mengatakan bahwa subjek dapat
dikarenakan peneliti tidak dapat
merasakan
terjun
adanya
penurunan
oleh
secara
subjek
langsung
kecemasan pada diri subjek sehingga
dikarenakan pembagian skala
subjek mempunyai motivasi untuk
dan
berubah menjadi lebih baik atau
dilakukan
hidup yang lebih baik, lebih percaya
bertanggung
diri
puskesmas.
untuk
berbaur
dengan
lingkungan, dan mencoba terbuka
8
proses
konseling oleh
pihak jawab
harus yang dari
3.
4.
Analisis yang dipakai, karena
1.
Bagi Puskesmas untuk lebih
hanya menganalisis kelompok
mengoptimalkan
yang memiliki cemas tinggi saja.
konseling pada pasien untuk
Metode
dapat mengatasi permasalahan
penelitian
yang
adanya
menggunakan one design grup,
pasien
hanya ada satu kelompok kontrol
pada saat dilakukannya terapi
sehingga
metadon
perbandingan
penururnan
kecemasan
tidak
khususnya
kecemasan
dan
lebih
mensosialisasikan
adanya
terlalu terlihat.
program terapi metadon serta
PENUTUP
memfasilitasi
Kesimpulan
terapi
Berdasarkan
hasil
analisis
beralih
telah
metadon.
pada
program
metadon
agar
penyalahgunaan narkoba suntik
deskriptif dan pembahasan yang diuraikan
klinik
bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan
2.
ke
Bagi
program
konselor
terapi
untuk
di klinik Program Terapi Rumatan
meningkatkan konseling yang
Metadon
Puskesmas
sudah berjalan selama PTRM
Manahan Surakarta ada pengaruh
dan konseling yang diberikan
konseling
dapat
(PTRM)
terhadap
penurunan
kecemasan pada pasien program
membantu
klien
mengurangi beban hidupnya
terapi rumatan metadon
3.
Bagi ilmuwan psikologi agar dapat
Saran Berdasarkan hasil penelitian
mengembangkan
penelitian
sebelumnya
dan kesimpulan diatas, ada beberapa
khususnya di bidang konseling
saran yang dapat peneliti berikan
pada
antara lain :
metadon.
9
pasien
program
terapi
DAFTAR PUSTAKA
Amato., Starin, K., & Mattich, H. (2004). Day Treatmen Versus Enhanced Standart Methadone Service for Opiate Dependent Patient. Am J Psychiatry, 156: 27-33 Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan. (2007). Modul dan Kurikulum Pelatihan Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Leonard & Supardi. (2010). Pengaruh Konsep Diri, Sikap Siswa pada Matematika, dan Kecemasan Siswa terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal Pendidikan. Jakarta: Universitas Indraprasta.
Saam, Z. (2013). Psikologi Konseling. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sarason.
2010.
The
Test
Anxiety
Scale:
Concept
And
Research.
http://web.psych.washington.edu/research/sarason/files/testanxietyscale pdf./. (12 Maret 2014)
.
10