PENGARUH MINAT TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

Download termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti: pemusatan perhat...

2 downloads 586 Views 160KB Size
PENGARUH MINAT TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA JURUSAN PERHOTELAN AKPINDO Oleh : Rudhi Achmadi (Dosen AKPINDO)

Abstract This research is done to observe the correlation between students’ interest in tourism and the successful of their study. It is assumed that one of the aspects in reaching the best result in studying is interest. Interest is part of student’s motivation that influence them in becoming the high achiever in their study. So hopefully by having this research students always try to raise their interest in tourism and for instructors, they never give up in motivating their students.

Keywords : Interest, High Achievers, and Correlation

35 Panorama Nusantara Vol.2 No.1 / Januari – Juni 2007

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan perjalanan yang bersifat mendapatkan kesenangan atau hiburan di sela-sela kesibukan kerja bagi manusia tampaknya semakin tinggi. Hal tersebut merupakan potensi besar bagi industri pariwisata untuk mendapatkan keuntungan, sehingga sarana penunjang untuk keperluan wisatawan pun selalu ditingkatkan baik dari segi jumlah dan mutu. Hal itu tentu saja membuka peluang sebesar-besarnya bagi para calon profesional di bidang pariwisata seperti salah satunya profesional di industri perhotelan. Sebagai orang yang akan berkecimpung di bidang pariwiasata khususnya perhotelan tentu harus memiliki kemampuan khusus yang brkaitan dengan bidang tersebut. Namun yang sering terjadi adalah banyak orang yang berpendapat bahwa kuliah di bidang pariwisata hanya sebagai pilihan nomor dua setelah berhasil masuk di pergurun tinggi favorit mereka, sehingga timbul rasa terpaksa bila harus kuliah di perguruan tinggi bidang pariwisata. Hal tersebut mungkin juga banyak terjadi pada mahasiswa perhotelan Akpindo, mereka menganggap bahwa kuliah di perguruan tinggi tersebut hanyalah sebagai pelarian setelah tidak masuk perguruan ternama. Berdasarkan pemikiran tersebut maka penulis tertarik untuk menyusun penelitian ini dengan judul “ Pengaruh Minat Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Jurusan Perhotelan Akpindo” B. Rumusan Masalah Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: A. Apakah ada hubungan antara minat dengan prestasi belajar mahasiswa jurusan Perhotelan Akpindo? B. Seberapa besar pengaruh minat terhadap prestasi belajar mahasiswa jurusan Perhotelan Akpindo? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : A. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara minat dengan prestasi akademik mahasiswa jurusan Perhotelan Akpindo? B. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh minat terhadap prestasi

akademik mahasiswa jurusan Perhotelan Akpindo. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: A. Para mahasiswa, supaya lebih meningkatkan minat mereka terhadap bidang pariwisata sehingga prestasi akademik mereka akan lebih baik. B. Para dosen, agar dalam perkuliahan selalu memacu minat mahasiswa dalam bidang pariwisata. F. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan penulis untuk menyelesaikan penelitian ini adalah metode survey dengan cara menyebarkan angket tertutup yang berisikan pertanyaan-pertanyaan singkat seputar minat mahasiswa untuk kuliah bidang pariwisata khususnya perhotelan di Akpindo. 2. Populasi dan Sampel. Mahasiswa yang ditetapkan sebagai populasi adalah seluruh mahasiswa Akpindo jurusan Perhotelan dari mulai semester II karena mereka telah mempunyai nilai hasil studi yang ditunjukkan dalam kartu hasil studi. Teknik sampling yang digunakan untuk menyelesaikan penelitian ini adalah non probability sampling (sampel non acak), yaitu teknik sampel accidentil, yaitu mahasiswa yang dipilih menjadi sampel adalah mereka yang bersedia menjadi responden, berjumlah 81 orang. 3. Metode Analisa Data Menguji hipotesis asosiatif berarti menguji hubungan antara dua variabel atau lebih yang ada pada sampel untuk diberlakukan pada seluruh populasi dimana sampel itu diambil. Bila penelitian dilakukan pada seluruh anggota populasi, maka tidak diperlukan pengujian signifikasi terhadap koefisien korelasi yang ditemukan. Hal ini berarti peneliti tidak perlu lagi merumuskan dan menguji hipotesis statistik. Hipotesisi adalah suatu jawaban atau kesimpulan sementara dari peneliti yang masih perlu diuji kebenarannya. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori,

36 Panorama Nusantara Vol.2 No.1 / Januari – Juni 2007

dan belum menggunakan fakta (sugiono, 1999). Hipotesis Alternatif (Ha) atau Hipotesis Kerja (Hk) atau H1 merupakan kesimpulan sementara dari hubungan antar variabel yang sudah dipelajari dari teori-teori yang berhubungan dengan masalah tersebut. Untuk menguji H1 atau hipotesis kerja secara statistik, diperlukan pembandingan yaitu Hipotesis Nol (H0) atau Null Hypotesis. Karena H0 ini digunakan sebagai dasar pengujian statistik, maka H0 disebut hipotesis statistik (Wijaya, 2001) Tabel 1. Pedoman Memilih Teknik Statistik Non Parametris Untuk Menguji Hipotesis Asosiatif* Macam/Tingkat Data Nominal Ordinal

Teknik Korelasi yang digunakan 1. Koefisien Kontingenci 1. Rank Spearman 2. Tau Kendal

*) Sugiono, Statistik Non Parametris Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung, 1999

Terdapat tiga macam bentuk hubungan antar variabel, yaitu hubungan simetris, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan interaktif/resiprocal (saling mempengaruhi). Untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih dilakukan dengan menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi merupkan angka yang menunjukkan arah kuatnya hubungan antar dua variabel atau lebih. Arahnya dinyatakan dalam bentuk hubungan positif atau negatif, sedangkan kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. Besarnya koefisien korelasi dapat diketahui berdasarkan penyebaran titik-titik pertemuan antara dua variabel misalnya X dan Y. Bila titik-titik ituterdapat dalam satu garis maka koefisien korelasi = 1 atau –1. Bila titik-titik itu mebentuk lingkaran maka koefisien korelasinya = 0. (Sugiono, 1999) Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mencari hubungan atau untuk menguji signifikasi hipotesis asosiatif bila masingmasing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal, dan sumber data antar

variabel tidak harus sama. Rumus korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut :

6 bi   1 n( n 2 1) 2

………… (1)

dimana ρ = koefisien korelasi Rank Spearman bi = selisih rangking ke-i n = banyaknya sampel Untuk menguji tingkat signifikan korelasinya dapat digunakan tabel ρ (rho), bila ρ hitung lebih besar dari ρ tabel maka Ho ditolak. Bila n lebih dari 30, dimana dalam tabel tidak ada, maka pengujian signifikasinya menggunakan rumus sebagai berikut :

t

n2 1 2

….……… (2)

Bila nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel maka ho ditolak dan h1 diterima. Besarnya nilai ttabel dapat dilihat pada tabel T. Jika mengunakan program SPSS cukup membandingkan nilai signifikasinya dengna taraf nyata yang digunakan. Bila nilai signifikasi lebih kecil dari taraf nyata berarti hipotesis nol ditolak pada taraf signifikansi tersebut. Tabel 2. Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Terhadap Koefisien Korelasi* Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 sangat rendah 0,20 – 0,399 rendah 0,40 – 0,599 sedang 0,60 – 0,799 kuat 0,80 – 1,000 sangat kuat *) Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung, 2002

TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Motivasi Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitman, 1986; Reber, 1988) Motivasi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan seseorang dalam

37 Panorama Nusantara Vol.2 No.1 / Januari – Juni 2007

berbagai hal, karena dengan adanya motivasi, seseorang akan berusaha semaksimal mungkin mewujudkan keinginannya. Dalam proses belajarpun motivasi memegang peranan yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan karena dengan adanya motivasi dalam diri siswa akan memacu dirinya mewujudkan citacitanya. Banyak siswa yang tidak mempunyai motivasi gagal dalam studinya, karena tidak ada dorongan dalam diri siswa untuk berusaha mencapai hasil yang maksimal. B. Jenis-jenis Motivasi Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (Muhibbin Syah, 136). Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhan nya terhadap materi tersebut misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan/tata tertib sekolah, suri tauladan orangtua, guru, dan seterusnya merupakan contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar. C. Kegunaan atau Fungsi dari Motif Guna atau fungsi motif antara lain : 1. mendorong manusia untuk berbuat/bertindak, yaitu sebagai penggerak atau motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas. 2. menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah perwujudan suatu tujuan atau citacita dan mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai cita-cita. 3. menyeleksi perbuatan kita, artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna

mencapai tujuan itu dengan menyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu. D. Pengertian Minat Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (1988), minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Namun terlepas dari masalah populer atau tidak, minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang ingin diinginkan. Guru atau dosen dalam kaitan ini seyogianya membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara yang kurang lebih sama dengan kiat membangun sikap positif seperti terurai di muka. Sedangkan menurut Moh. As’ad minat adalah sikap yang membuat orang senang akan objek situasi atau ide-ide tertentu. Hal ini diikuti oleh perasaan senang dan kecenderungan untuk mencari obyek yang disenangi itu. Dalam hal ini minat dapat juga disamakan dengan hobi atau kesukaan, dimana minat atau hobi ini menjadi salah satu motivasi mengapa seseorang memilih jurusan di perguruan tinggi. Misalnya minat/hobi memasak atau meracik minuman sehingga akan memilih jurusan perhotelan. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa peran minat dalam pencapaian prestasi sangat penting. Tanpa adanya suatu minat terhadap hal tertentu siswa tidak akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai hasil yang terbaik. Akan tetapi minat hanyalah merupakan salah

38 Panorama Nusantara Vol.2 No.1 / Januari – Juni 2007

satu faktor penentu keberhasilan, faktorfaktor lain adalah sikap, bakat, motivasi siswa, dan lain-lain. E. Hubungan Motif dengan Minat (Interest) Motif-motif objektif menyatakan diri dalam kecenderungan-kecenderungan umum untuk menyelidiki (to explore) dan mempergunakan (menipulate) lingkungan. Motif menyelidiki (exploring motive) adalah jelas tampak pada hewan dan pada manusia. Ia terlihat pada seorang bayi sebelum dapat memindahkan dirinya; mengamati dengan matanya, telinganya, dan mulutnya. Setelah anak makin besar dan dapat berbicara, terlihat motif menyelidiki itu dalam pertanyaan-pertanyaan yang selalu diajukannya, mendengarkan orang lain berbicara, “merusak” alat-alat permainannya, dan sebagainya. Motif mempergunakan lingkungan, juga terlihat jelas pada binatang dan manusia. Contoh: anak kucing bermain dengan bola; anak anjing mempermainkan sebilah kayu; dan sebagainya. Pada anak manusia, perbuatan yang demikian itu dilakukannya lebih baik lagi, karena manusia memiliki potensi yang lebih daripada hewan. Dalam kenyataan sehari-hari mempergunakan lingkungan dan motif menyelidiki itu seringkali menjadi satu. Dari eksplorasi dan manipulasi yang dilakukan anak-anak itu lama-lama timbulah minat terhadap sesuatu. Dari pengalaman itu anak berkembang ke arah berminat/tidak berminat kepada sesuatu. Sesuatu yang menarik minat itu tidak hanya menyenangkan atau dapat mendatangkan kepuasan baginya, tetapi juga menakutkan. (Purwanto, M. Ngalim, 1985) F. Pengertian Belajar Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai latihan belaka seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis. Berikut ini peneliti memaparkan beberapa definisi belajar menurut beberapa ahli. Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Psychology: The Teaching-Learning Process, berpendapat

bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Pernyataannya adalah … a process of progressive behavior adaptation. Berdasarkan eksperimennya, B.F. Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila diberi penguat (reinforcer). Chaplin dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama berbunyi ….. acquisition of any relatively permanent change in behaviour as a result of practice and experience. Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya Process of acquiring responses as a result of special practice, belajar adalah proses memperoleh responsrespons sebagai akibat adanya latihan khusus. Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory berpendapat Learning is a change in organism due to experience which can affect the organism’s behaviour. Artinya, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Jadi, dalam pandangan Hintzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme. Wittig dalam bukunya Psychology of Learning mendefinisikan belajar sebagai: any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occurs as a result of experience. Belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman. Reber dalam kamus susunannya, Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah The process of acquiring knowledge, yakni proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar adalah A relatively permanent change in respons potentiality which ocurs as a result of reinforced practise, yaitu suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif

39 Panorama Nusantara Vol.2 No.1 / Januari – Juni 2007

langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah proses yang terarah dan terus menerus serta harus dapat memberikan perubahan tingkah laku yang menetap pada diri seseorang. Dalam artian positif, hasil dari proses belajar harus mampu memberikan nilai tambah bagi seseorang karena telah memiliki keahlian tertentu. G. Pangertian Prestasi Belajar Muhibin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan mengungkapkan bahwa hasil belajar atau prestasi belajar adalah segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah tersebut, khususnya ranah siswa sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mncerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa. Dalam penelitian ini penulis melihat prestasi belajar dari pencapaian Indeks Prestasi Komulatif, hal tersebut karena Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) juga dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan belajar mahasiswa Akpindo. Menurut aturan akademik yang berlaku di Akpindo klasifikasi IPK adalah sebagai berikut: < 1,50 adalah kurang sekali, 1.50 – 1,99 termasuk kriteria kurang, 2,00 – 2,49 adalah kriteria cukup, 2,50 – 2,99 termasuk kriteria baik dan ≥ 3,00 adalah kriteria baik sekali. H. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar. Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam : a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/ kondisi jasmani dan rohani siswa termasuk di dalamnya adalah minat.

b.

Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajae siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling mempengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang bersikap conserving terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik(faktor eksternal) umpamanya biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Selaiknya seorang siswa yang berinteligensi tinggi (faktor internal) dan dapat dorongan positif dari orang tuanya (faktor eksternal) mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil pembelajaran. Jadi karena pengaruh faktorfaktor tersebut di ataslah muncul siswa-siswa yang high-achievers (berprestasi tinggi) dan under-achievers (berprestasi rendah) atau gagal sama sekali. Dalam hal ini, seorng guru yang kompeten dan profesional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar. I.

Hubungan Antara Minat dan Prestasi Belajar Dari beberapa hal yang sudah dipaparkan di atas maka bisa terlihat jelas peran minat dalam menentukan prestasi belajar seorang siswa. Minat merupakan salah satu faktor internal siswa yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa dan bisa digolongkan dalam aspek psikologis. Selain minat yang termasuk aspek psikologis adalah intelegensi siswa, sikap siswa, bakat, dan motovasi siswa.. Hal yang sering terjadi adalah semakin tinggi minat siswa terhadap sesuatu semakin tinggi pula pencapaian prestasi yang dihasilkan

40 Panorama Nusantara Vol.2 No.1 / Januari – Juni 2007

korelasi Rank Spearman yang hasilnya disajikan dalam tabel berikut ini :

ANALISA DAN PEMBAHASAN Beradasrkan data-data yang diperoleh dari dokumentasi nilai mahasiswamahasiswa Akpindo diperoleh nilai IPK responden, yaitu sebanyak 81 orang mahasiswa, disajikan dalam tabel berikut :

Correlations Spearman's rho

Minat

Status IPK

Valid

Kurang Cukup Baik Sangat baik Total

Frequency 2 11 38 30 81

Percent 2,5 13,6 46,9 37,0 100,0

Valid Percent 2,5 13,6 46,9 37,0 100,0

Cumulative Percent 2,5 16,0 63,0 100,0

sumber : dokumentasi nilai mahaisswa Akpindo tahun 2007

Berdasarkan tabel status IPK di atas terlihat 46,9 % responden memiliki IPK baik (antara 2,5 – 2,99), 37 % memiliki IPK sangat baik (≥ 3,00), 13,6 % memiliki IPK cukup (antara 2,00 – 2,49) dan 2,5 % memiliki IPK kurang (1,5 – 1,9). Dari tabel di atas juga terlihat tidak ada responden yang memiliki IPK sangat kurang atau nilai IPK-nya dibawah 1,5 Grafik 1. Grafrik IPK Responden Status IPK 50

40

30

20

10

Percent 0 Kurang

Cukup

Baik

Sangat baik

Status IPK

Berdasarkan grafik status IPK responden di atas terlihat bahwa IPK mahasiswa yang termasuk kategori baik dan baik sekali cukup mendominasi nilai IPK responden secara keseluruhan, yaitu 46,9 % kategori baik dan 37 % termasuk kategori sangat baik. Untuk mengetahui apakah ada pengaruhnya antara minat mahasiswa dengan nilai IPK-nya maka dilakukan uji statistik menggunakan analisa

Nilai IPK

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Nilai IPK 1,000 . 81 ,809** ,000 81

**. Correlation is s ignificant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel analisa korelasi di atas terlihat bahwa korelasi antara minat mahasiswa dengan nilai IPK-nya sebesar 0,809 dengan nilai signifikasinya 0,000 pada taraf nyata 5 % atau bahkan pada taraf nyata 1 % . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa korelasi antara minat mahasiswa terhadap kepariwisataan dengan nilai IPK mereka di Akademi Pariwisata Indonesia sebesar 0,809 yang termasuk kategori sangat kuat. KESIMPULAN Sangat kuat hubungannya antara minat seorang mahasiswa Perhotelan Akpindo terhadap dunia pariwisata, khususnya Perhotelan, dengan nilai prestasi belajarnya pada saat kuliah. Semakin tinggi minatnya terhadap dunia pariwisata biasanya mahasiswa tersebut memiliki nilai IPK yang tinggi. Dari beberapa hal yang sudah dipaparkan di atas maka bisa terlihat jelas peran minat dalam menentukan prestasi belajar seorang siswa. Minat merupakan salah satu faktor internal siswa yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa dan bisa digolongkan dalam aspek psikologis. Selain minat yang termasuk aspek psikologis adalah intelegensi siswa, sikap siswa, bakat, dan motovasi siswa.. Hal yang sering terjadi adalah semakin tinggi minat siswa terhadap sesuatu semakin tinggi pula pencapaian prestasi yang dihasilkan SARAN Karena minat seorang mahasiswa jurusan Perhotelan Akpindo terhadap dunia pariwisata mempengaruhi prestasi hasil belajarnya, maka disarankan kepada :

41 Panorama Nusantara Vol.2 No.1 / Januari – Juni 2007

Minat ,809** ,000 81 1,000 . 81

1.

2.

Para mahasiswa, supaya lebih meningkatkan minat mereka terhadap bidang pariwisata sehingga prestasi akademik mereka akan lebih baik. Para dosen, agar dalam perkuliahan selalu memacu minat mahasiswa dalam bidang pariwisata. Sehingga mahasiswa termotivasi untuk terus meningkatkan prestasi dan keahlian (skill) di bidang kepariwisataan agar dapat bersaing di dunia kerja bila sudah lulus nanti

REFERENSI

Samalonis, Bernice. L, Methods and Materials for Today’s High School, Van Nostrand Reinhold Company, Toronto Sugiono, Statistik Non Parametris Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung, 1999 ………, Statistika Untuk Alfabeta, Bandung, 2002

Penelitian,

Sulaiman, Wahid, Statistik Non-Parametrik, Contoh Kasus dan Pemecahannya dengan SPSS, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2003 Surakhmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah, Tarsito, Bandung, 1990

Ahmadi, Abu; Supriyono, Widodo, Psikologi Belajar, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2004

Syah, Muhibin, Psikologi Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003

Byrkit, Donald R, Statistics Today, A Comprehensive Introduction, The Benjamin/ Cummnings Publishing Company, California, 1987

Tardif, Richcard, The Penguin Macquarie Dictionary of Australian Education, Penguin Books Australia Ltd, Ringwood Victoria, 1978

Nana Sudjana, Dr; Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Penerbit Sinar Baru, Bandung,1989 Leslie W. Trowbridge and Roger W. Bybee, Becoming a Secondary School Science Teacher, Merill Publishing Company. Toronto Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Remadja Karya CV, Bandung, 1985 Santoso, Singgih, SPSS Versi 10 Mengolah Data Statistik Secara Profesional, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2001 Subiyakto, Haryono, Statistika 2, Penerbit Gunadarma, Jakarta, 1994

Tyson, James.C & Carol, Mary A, Teaching in Secondary School, Houghton Muffin Company, Boston, 1970 Walpole, Ronald E, Myers, Raymond H, Ilmu Peluang dan Statistika Untuk Insinyur dan Ilmuwan, Penerbit ITB, Bandung, 1995 Wijaya, Statistika Non Parametrik (Aplikasi Program SPSS), Penerbit Alfabeta, Bandung, 2001 Wittig, Arnof, Psychology of Learning. Schaum’s Out-line Series, Mc. Grow Hill Book Company, New York, 1981

42 Panorama Nusantara Vol.2 No.1 / Januari – Juni 2007