Darpujianto
21
Pengaruh pembelajaran kewirausahaan terhadap motivasi berwirausaha pada mahasiswa STIE dan STMIK ‘ASIA’ MALANG Darpujianto. Dosen STIE ASIA Malang
Abstrak Penelitian dilakukan guna memberikan pertimbangan para pemangku kebijakan dalam pengembangan kurikulum pembelajaran kewirausahaan yang dapat meningkatkan motivasi mahasiswa untuk menjadikan wirausaha sebagai pilihan karir. Penelitian ini dilakukan dengan cara Quasi Eksperimen dengan membandingkan pembelajaran kewirausahaan yang bisa meningkatkan motivasi mahasiswa untuk berwirausaha. Metode pembelajaran kewirausahaan yang diharapkan dapat mendorong mahasiswa untuk memilih berkarir menjadi wirausaha guna mengentaskan pengangguran sarjana / terdidik di Indonesia. Kelompok pembelajaran yang dibandingkan adalah Kelompok A yang memperoleh Pembelajaran kewirausahaan secara teoritis dan penugasan, kelompok B yang memperoleh pembelajaran seperti kelompok A dan ditambahkan dengan Cerita tokoh sukses berwirausaha, Kelompok C memperoleh pembelajaran seperti kelompok A dan ditambah dengan pemutaran video tokoh sukses berwirausaha, dan kelompok D memperoleh pembelajaran sama dengan kelompok A dan brainstorming. Temuan Penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok mahasiswa yang memperoleh pembelajaran kewirausahaan terdapat peningkatan motivasi berwirausaha yang signifikan antara sebelum dan sesudah pembelajaran kewirausahaan. Peningkatan motivasi berwirausahanya secara berurutan adalah kelompok A, kelompok D, kelompok B dan kelompok C tertinggi kenaikannya. Kelompok mahasiswa (B) berbeda motivasi berwirausaha secara signifikan dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang hanya memperoleh pembelajaran (A); Kelompok (C) berbeda signifikan dibandingkan dengan (A); kemudia Kelompok (D) berbedasignifikan dibandingkan dengan (A); Kelompok (C) berbeda tidak signifikan dibandingkan dengan (B); Kelompok (D) berbeda signifikan dibandingkan dengan (B); Kelompok (D) berbeda signifikan dibandingkan dengan (C). Kata Kunci : Pembelajaran kewirausahaan, motivasi berwirausaha, metode pembelajaran. Abstract. The study was conducted in order to give consideration to the policy makers in the development of entrepreneurial learning curriculum to increase student motivation to make self-employment as a career option. The research was done by comparing the Quasi-Experiments with entrepreneurial learning can increase student motivation for entrepreneurship. Entrepreneurial learning methods are expected to encourage students to choose a career to become entrepreneurs in order to alleviate unemployment scholar / educated in Indonesia. Group learning is group A than that theoretically acquire entrepreneurial learning and assignments, group B who acquire learning as a group and added to the story of successful entrepreneurship figures, Group C gain learning as a group and video playback coupled with successful entrepreneurial leaders, and group D gain learning with groups A and brainstorming. The findings of this study indicate that the group of students who acquire entrepreneurial learning entrepreneurship there is a significant increase in motivation between before and after learning entrepreneurship. Increased motivation berwirausahanya sequence is group A, group D, group B and group C the highest gains. Student group (B) are significantly different entrepreneurial motivation compared to students who only received group learning (A); Group (C) was significantly different compared with (A); later group (D) berbedasignifikan compared with (A); Group (C) not significantly different compared with (B); Group (D) was significantly different compared to (B); Group (D) was significantly different compared to (C). Keywords: Learning entrepreneurship, entrepreneurship motivation, methods of learning.
PENDAHULUAN Masalah pengangguran merupakan salah satu masalah penting di suatu negara, demikian halnya di Indonesia. Pengangguran di Indonesia,
hampir separuhnya disumbangkan oleh lulusan perguruan tinggi yang pada th 2007 sebesar 7,02% atau sejumlah 740.206 orang. Fenomena ironis yang muncul di dunia pendidikan di Indonesia
22
Jurnal JIBEKA Volume 8 No 1 Februari 2014
adalah semakin tinggi pendidikan seseorang, probabilitas atau kemungkinan menjadi penganggur pun semakin tinggi. Kecilnya minat berwirausaha di kalangan lulusan perguruan tinggi sangat disayangkan. Harusnya, melihat kenyataan bahwa lapangan kerja yang ada tidak memungkinkan untuk menyerap seluruh lulusan perguruan tinggi di Indonesia, para lulusan perguruan tinggi mulai memilih berwirausaha sebagai pilihan karirnya. Upaya untuk mendorong hal ini mulai terlihat dilakukan oleh kalangan institusi pendidikan, termasuk perguruan tinggi. Gilad dan Levine (dalam Segal,Borgia and Schoenfeld, 2005) mengemukakan dua teori berkenaan tentang dorongan untuk berwirausaha, “push” theory dan “pull” theory. Menurut “push” theory, individu di dorong ( push) untuk menjadi wirausaha dika renankan dorongan lingkungan yang bersifat negatif, misalnya ketidakpuasan pada pekerjaan, kesulitan mencari pekerjaan, ketidak lenturan jam kerja atau gaji yang tidak c ukup. Sebaliknya, “pull” theory berpendapat bahwa individu tertarik untuk menjadi wirausaha karena memang mencari hal-hal berkaitan dengan karakteristik wirausaha itu sendiri, seperti kemandirian atau memang karena yakin berwirausaha dapat memberikan kemakmuran. Penelitian ini berupaya membandingkan pembelajaran kewirausahaan yang bisa meningkatkan motivasi mahasiswa untuk bekerja / berkarir menjadi wirausaha. Metode pembelajaran kewirausahaan diharapkan dapat mendorong pilihan karir berwirausaha pada mahasiswa guna mengentaskan pengangguran terdidik di Indonesia. Tabel 1 : Metode pembelajaran yang digunakan penelitian ini Metode A
Metode B
Metode C
Metode D
Pembelajaran kewirausahaan secara teoritis dan penugasan + Cerita tokoh + pemutaran + brain sukses video tokoh storming berwirausaha sukses berwirausaha
Perumusan Masalah 1. Apakah kelompok mahasiswa yang memperoleh pembelajaran kewirausahaan dengan meode A,
2.
3.
4.
5.
6.
B, C dan D, terdapat perbedaan motivasi berwirausaha yang signifikan bila dibandingan antara sebelum dan sesudah pembelajaran kewirausahaan . Apakah kelompok mahasiswa yang memperoleh pembelajaran kewirausahaan dengan meode A, B, C dan D, terdapat perbedaan motivasi berwirausaha yang signifikan bila dibandingkan antara sebelum dan sesudah pembelajaran kewirausahaan . Apakah kelompok mahasiswa dengan factor pendorong rendah yang memperoleh pembelajaran kewirausahaan dengan meode A, B, C dan D, terdapat perbedaan motivasi berwirausaha yang signifikan bila dibandingkan antara sebelum dan sesudah pembelajaran kewirausahaan . Apakah kelompok mahasiswa dengan factor pendorong tinggi yang memperoleh pembelajaran kewirausahaan dengan meode A, B, C dan D, terdapat perbedaan motivasi berwirausaha yang signifikan bila dibandingan antara sebelum dan sesudah pembelajaran kewirausahaan Apakah kelompok mahasiswa dengan factor penarik rendah yang memperoleh pembelajaran kewirausahaan dengan meode A, B, C dan D, terdapat perbedaan motivasi berwirausaha yang signifikan bila dibandingan antara sebelum dan sesudah pembelajaran kewirausahaan Apakah kelompok mahasiswa dengan factor penarik tinggi yang memperoleh pembelajaran kewirausahaan dengan meode A, B, C dan D, terdapat perbedaan motivasi berwirausaha yang signifikan bila dibandingan antara sebelum dan sesudah pembelajaran kewirausahaan
Hipotesis Penelitian Dalam peneltiian diduga hasil yang akan diperoleh bisa dirumuskan sebagai berikut : 1. Pembelajaran kewirausahaan dengan meode A, B, C dan D berpengaruh signifikan perubahan motivasi berwirausaha pada saat sesudah pembelajaran kewirausahaan . 2. Pembelajaran kewirausahaan dengan meode A, B, C dan D berpengaruh signifikan pada motivasi berwirausaha sesudah pembelajaran kewirausahaan . 3. Pada kelompok mahasiswa dengan faktor pendorong rendah, pembelajaran kewirausahaan dengan meode A, B, C dan D berpengaruh signifikan perubahan motivasi berwirausaha pada saat sesudah pembelajaran kewirausahaan . 4. Pada kelompok mahasiswa dengan faktor pendorong tinggi, pembelajaran kewirausahaan
Darpujianto
5.
6.
dengan meode A, B, C dan D berpengaruh signifikan perubahan motivasi berwirausaha pada saat sesudah pembelajaran kewirausahaan . Pada kelompok mahasiswa dengan faktor penarik rendah, pembelajaran kewirausahaan dengan meode A, B, C dan D berpengaruh signifikan perubahan motivasi berwirausaha pada saat sesudah pembelajaran kewirausahaan . Pada kelompok mahasiswa dengan faktor penarik tinggi, pembelajaran kewirausahaan dengan meode A, B, C dan D berpengaruh signifikan perubahan motivasi berwirausaha pada saat sesudah pembelajaran kewirausahaan .
Tinjauan pustaka Naomi ( 2000) melakukan penelitian untuk mengevaluasi program pembelajaran Student Placements for Entrepreneurs in Education (SPEED) yang berbasis experiential learning terhadap niat siswa untuk memulai usaha sebagai pilihan karir. Hasil peneltiian menemukan bahwa program pembelajaran Student Placements for Entrepreneurs in Education (SPEED) yang berbasis experiential learning memberikan siswa untuk memperoleh pengalaman, kepercayaan dan pengetahuan terhadap suatu bisnis atau menggunakan pengalaman baru yang mereka berhasil temukan untuk memulai usaha sebagai pilihan karir setelah meraka lulus. Fregetto, E. (2002) meneliti efektivitas dari simulasi bisnis pada 3 kelas kewirausahaan di Universitas Illinois Chicago. Penelitian ini menemukan efektivitas simulasi bisnis untuk pengajaran kewirausahaan. Penggunaan metoda experiential learning dalam pendidikan kewirausahaan menjadi hal penting, sebab pendidik mata kuliah kewirausahaan menyukai belajar experiential agar para siswa mereka mengenali kekurangan kelas kewirausahaan berbasis ceramah (lecture-based). Hasil penelitian menemukan bahwa simulasi bisnis adalah merupakan hal positif yang dapat meningkatkan pengalaman belajar para siswa. Lee dan Wong (2003) melakukan penelitian tentang pengaruh faktor lingkungan sebagai faktor penarik dan pendorong kewirausahaan. Faktor lingkungan dilihat dari faktor dalam aspek demografis (umur, gender, pendapatan, pendidikan) dan psikologis (need for achievment, locus of control, pengambilan resiko dan kebebasan). Zimmerer dan Scarborough (1998) yang mendefinisikannya entrepreneur sbb: An Entrepreneur is one who creates a new business in face of risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifying significant opportunities and assembling the necessary resources to capitalize on them. Seorang
23
entrepreneur /wirausahawan adalah orang yang berani menanggung resiko atas bisnis yang dia tekuni. Geoffrey G.Meredith et al (2002) mengemukakan daftar ciri-ciri dan sifat-sifat sebagai profil wirausaha sebagaimana tersusun dalam Tabel 1. Tabel 2: Ciri-ciri dan Watak Wirausaha Ciri-ciri
Watak
Percaya Diri
Keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas, optimis.
Berorintasikan tugas dan hasil
Kebutuhan akan prestasi, berorientasi laba, ketekunan,ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energetic, dan inisiatif.
Pengambil Risiko Kepemimpinan
Kemampuan mengambil risiko, suka pada tantangan. Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik. Inovatif dan kreatif, fleksibel, mengetahui banyak. Pandangan jauh ke depan
Keorisinilan Orientasi masa depan
Sumber: Geoffrey G.Meredith at al, 2002 Cooper & Dunkelberg (1984) menjelaskan teori kewirausahaan dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang ikut berperan dalam pengambilan keputusan usahawan. Faktor tersebut antara lain pengaruh keturunan, inkubasi organisasi serta faktor lingkungan. Usahawan dengan berbagai latar belakangnya dapat berpengaruh terhadap motivasi, persepsi, pengetahuan dan keterampilannya. Organisasi dimana pengusaha telah bekerja sebelumnya, karakteristiknya dapat mempengaruhi penempatan dan sifat alami perusahaan baru seperti halnya pada pengalihan perusahaan ke perusahaan lainnya. Namun demikian, studi empiris masih memberikan banyak perbedaan yaitu apakah kewirausahaan dapat diajar atau tidak (Fiet, 2001; Hynes, 1996; Kuratko, 2005). Beberapa studi empiris menemukan hal positif bahwa kewirausahaan dapat diajarkan (seperti dilakukan oleh: et. al, 2006; Lepoutre et. al, 2005; Naomi ( 2000; Ahmad et. al, 2010; Pihie , 2009; Schreier, 1984; Douglas & Shepherd, 2002; Rasmussena dan Sørheimb, 2006; Fregetto, 2002; Atherton, 2007). Demikian juga hasil penelitian Mcmullan& Gillin (1998) dan Vesper ( 1994) yang menemukan bahwa kewirausahaan dapat diajar. Gorman & Hanlon ( 1997) melakukan literatur review beberapa penelitian dalam jangka waktu 10tahun berkaitan dengan pendidikan kewirausahaan dan menemukan bahwa sebagian besar dari studi
24
empiris yang disurvei menemukan kewirausahaan dapat diajarkan melalui pendidikan kewirausahaan. Wang & Wong (2004) dalam penelitian di Singapura, menemukan bahwa sebelum mengenal pendidikan kewirausahaan, mahasiswa mempunyai persepsi dan pengetahuan yang rendah tentang kewirausahaan. Setelah mengambil matakuliah kewirausahaan persepsi mahasiswa mengalami peningkatan. Lee& Wong ( 2003) dalam studinya menemukan bahwa pendidikan kewirausahaan pada perguruan tinggi mempunyai hubungan langsung dalam membentuk sikap siswa dalam mengambil resiko untuk pendirian usaha baru. Penelitian Lee & Wong menduga bahwa persepsi usahawan semakin positif melalui pendidikan kewirausahaan, namun juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan eksternal dan dukungan kewirausahaan oleh pemerintah. Lebih dari itu, pemerintah Singapura banyak melakukan dukungan agar mahasiswa setelah lulus dapat memulai usaha baru. Lindgren (1976) menyebutkan bahwa fokus sistem pembelajaran mencakup 3 aspek, yaitu : siswa, proses belajar dan situasi belajar. Selanjutnya dalam pembahasan kita akan lebih focus pada proses belajar yang dalam hal ini kita bicarakan sebagai metode mengajar. Yang dimaksudkan sebagai cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Dalam disertasi ini metode pembelajaran kewirausahaan ditujukan untuk meningkatkan motivasi mahasiswa berkarir menjadi wirausaha. Metode pembelajaran Ceramah adalah penjelasan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), dalam Simamora, Roymond H. (2009), melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, dosen dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya. Metode pemberian tugas adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan cara dosen/ guru memberi tugas tertentu kepada siswa/ mahasiswa dalam waktu yang telah ditentukan dan siswa/mahasiswa mempertanggung jawabkan tugas yang diberikan kepadanya. (Sutikno, M Sobry, 2009 – p 100). Sutikno M. Sobry, (2009; p-96) dalam kisah / ceritera tersimpan nilai-nilai pedagogis religious yang memungkinkan siswa mampu meresapinya. Ceritera Wirausahawan sukses merupakan konsep pembelajaran kewirausahaan dengan menggunakan contoh model berupa orang yang dipilih, dengan mendengarkan kisah bagaimana orang tersebut berhasil, yaitu yang memenuhi kriteria ; (1) mempunyai kesamaan dengan mahasiswa, misal jenis
Jurnal JIBEKA Volume 8 No 1 Februari 2014
kelamin, umur dan lain-lain, (2) dihormati, (3) mempunyai status tinggi, (4) menunjukkan kompetensi yang tinggi, (5) pemikiran yang sangat kuat, dan (6) atraktif (Hegerhahn, 1982), diharapkan akan menjadi inspirator, motivator bagi mamahasiswa , untuk menjadi sukses atau berhasil seperti model. Menjadi orang yang sukses adalah dambaan bagi setiap orang, demikian juga bagi setiap mahasiswa dan orang tuanya yang menginginkan anaknya menjadi orang yang sukses. Sukses tidak hanya diukur dari aspek materi saja, tetapi diukur dari keberhasilannya untuk mencapai sesuatu yang menjadi tujuan hidup yang dicita-citakannya. Pembelajaran dengan multimedia dirancang secara sistematis untuk meningkatkan minat dan motivasi pembelajar agar mutu dan kualitas belajarnya semakin maju dan semakin aktif berperan dalam aktivitas proses pembelajaran, sehingga nantinya dapat meningkatkan kualitas hasil belajarnya. Edgar Dale dalam Setyosari, Punaji, Sihkabuden. 2005.; yang terkenal dengan Kerucut Pengalaman (Cone of Experience) mengemukakan bahwa kemampuan manusia memperoleh ilmu pengetahuan atau pengalaman belajar seseorang diperoleh dari indera lihat sebanyak 75%, 13% melalui indera dengar, dan selebihnya melalui indera lainnya. Gabungan dari berbagai media yang ada pada multimedia memanfaatkan gabungan dari indera pada manusia untuk pencapaian suatu kompetensi dan tingkat pemahaman mahasiswa. Sehingga pembelajaran dengan memutar video yang melibatkan visualisasi gambar bergerak dan suara jauh lebih efektif. Sutikno, M, Sobry (2009 ), menjelaskan bahwa metode brain storming adalah metode mengajar dengan cara sekelompok manusia dapat mengajukan usul lebih banyak dari anggotanya masing-masing. Dalam metode ini disajikan sebuah soal Lalu para peserta / mahasiwa diajak untuk mengajukan idea pa pun mengenai soal itu , tidak peduli seaneh apa pun ide itu. Ide yang aneh tidak di tolak secara apriori, tetapi di analisis, disintesis, dan di evaluasi juga. Boleh jadi pemecahan yang tidak terduga yang ahirnya muncul. Kerangka Konsep Penelitian Faktor pendorong (Push)
Motivasi Mahasiswa Dalam berwirausaha
Metode Pembelajaran Kewirausahaan
Faktor Penarik (Pull)
Darpujianto
Keterangan: Faktor Pendorong (push): Kemandirian, pengalaman, dukungan orang tua dan lingkungan, pengambilan resiko, pengambil risiko, percaya diri, berorintasikan tugas dan hasil, kepemimpinan, keorisinilan dan orientasi masa depan Metode pembelajaran kewirausahaan: Teori dan Penugasan, Cerita Tokoh atau Pemutaran Video atau Brainstorming Motivasi mahasiswa dalam bekerja/berkarir menjadi wirausaha: Tingkat kemenarikan karir (career attractiveness), tingkat kelayakan (feasibility) dan keyakinan atas efikasi diri (self-efficay beliefs) Faktor Penarik (pull): Kesempatan untuk membuka usaha baru, keterbatasan lapangan pekerjaan saat ini, ketidak lenturan jam kerja serta keyakinan berwirausaha dapat memberikan kemakmuran. Desain Penelitian Penelitian dengan pendekatan Quasi eksprimen adalah penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang terkontrol. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu/kuasi, dikatakan eksperimen semu/kuasi karena adanya kelompok kontrol, tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. (Sugiyono, 1998: 77). Penelitian kuasi eksprimen, memiliki dua hal yang mendasar. Pertama, variabel bebas terdiri dari satu atau lebih atau metode yang dibandingkan untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Kedua, terdapat variabel perlakuan/tindakan/tretmen pada suatu kelompok dan kelompok lain dengan perlakuan yang berbeda. Penelitian dilakukan pada kuliah kewirausahaan di Perguruan Tinggi ASIA Malang yang menaungi STIE & STMIK „Asia‟ Malang. Subyek penelitian adalah mahasiswa yang sedang mengambil mata kuliah kewirausahaan di Perguruan Tinggi ASIA Malang yang menaungi STIE & STMIK „Asia‟ Malang pada semester II Tahun kuliah 2010/2011. Waktu penelitian dibatasi selama 1 (satu) semester atau 15 Minggu pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011, terhitung sejak bulan April sampai dengan juli 2011.
25
Desain penelitian ini menggunakan desain eksperimen pretest-postest control group design yakni desain penelitian eksperimen dengan membagi peserta kuliah menjadi 4 group kelompok eksperimen dan 1 kelompok pembanding (control) , yang dapat dijelaskan sebagai berikut. Yang kemudian dapat dijelaskan sbb : a. Kelompok A hanya mendapatkan teori kewirausahaan dan Penugasan selama perkuliahan. b. Kelompok B mendapatkan teori kewirausahaan ditambah penugasan dan cerita tokoh sukses berwirausaha. c. Kelompok C mendapatkan teori kewirausahaan ditambah penugasan dan pemutaran video tokoh success berwirausaha. d. Kelompok D mendapatkan teori kewirausahaan ditambah penugasan dan brainstorming berbagai pemikiran berkarir menjadi wirausaha. e. Kelompok K adalah kontrol yang tidak mendapatkan treatmen (kuliah kewirausahaan). Secara garis besar, kegiatan eksperimen ini meliputi: pertama mengadakan/pretest, kedua memberikan perlakuan eksperimen berupa pernberian pembelajaran berbasis pembelajaran mata kuliah kewirausahaan, ketiga memberikan postest . Secara rinci, masing-masing kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Pretest (tes awal) Pretest (tes awal) dilakukan secara tertulis pada 2 kelompok (kontrol dan eksperimen) sebelum kelompok eksperimen diberi perlakuan. Kelompok eksperimen juga diminta untuk mengisi angket sebelum diberi tretmen, untuk mengetahui motivasi mahasiswa untuk menjadi wirausaha sebagai pilihan karir. Kemudian Postest (tes akhir) untuk mengetahui perbedaan hasil belajar menggunakan pembelajaran Kewirausahaan. baik pada kelompok kontrol sebagai pembanding dan kelompok eksperimen. b. Perlakuan (tretmen) metode pembelajaran Kewirausahaan c. Setelah mendapatkan pretest kelompok eksperimen mendapatkan pembelajaran Kewirausahaan baik yang hanya bersifat teoritis saja maupun teoritis dan disertai motivasi, sedangkan kelompok kontrol tidak mendapatkan pembelajaran kewirausahaan baik secara teoritis maupun motivasi. d. Postest (tes akhir)
26
Jurnal JIBEKA Volume 8 No 1 Februari 2014
Posttest (tes akhir) dilakukan terhadap kelompok sesudah kelompok ekssperimen mendapatkan perlakuan/treatmen Selama 15 minggu, sedangkan kelompok kontrol juga dilakukan post test pada minggu ke 15.
Pengaruh Metode Pembelajaran Perubahan Motivasi Berwirausaha
Terhadap
Hasil analisis varian dengan tujuan menguji adanya perbedaan perubahan motivasi berwirausaha pada keempat perlakuan menunjukkan bahwa ada perbedaaan yang signifikan perubahan motivasi berusaha pada keempat kelompok perlakuan. Keputusan uji didasarkan pada nilai sebesar 40,754 menghasilkan p-value = 0,000 yang lebih kecil dari = 0,05. Selanjutnya untuk memastikan karakteristik perbedaaan keempat perlakuan diuji lagi dengan uji beda nyata terkecil yang menghasilkan interpretasi karakteristik motivasi berwirausaha keempat kelompok menjelaskan perbedaan antar kelompok perlakuan. Perubahan motivasi berwirausaha pada kelompok A kontrol memberikan hasil uji beda ratarata yang signifikan pada perlakuan B, C dan D. Sementara karakteristik perbedaaan di kelompok perlakuan dapat dijelaskan pada poin-poin berikut : 1. Pemberian materi kuliah kewirausahaan dapat meningkatkan motivasi berwirausaha 2. Motivasi berwirausaha pada keempat perlakuan adalah berbeda 3. Perubahan motivasi berwirausaha di perlakuan B berbeda signifikan (p= 0.000 ) dan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan A. 4. Perubahan motivasi berwirausaha di perlakuan C berbeda signifikan (p=0.000) dan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan A. 5. Perubahan motivasi berwirausaha di perlakuan D berbeda signifikan (p =0.000) dibandingkan dan lebih tinggi dengan kelompok perlakuan A. 6. Perubahan motivasi berwirausaha di perlakuan C adalah tidak berbeda signifikan (p=0.205) dengan perlakuan B 7. Perubahan motivasi berwirausaha di perlakuan D adalah berbeda signifikan (p=0.000) dan lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan B 8. Perubahan motivasi berwirausaha di perlakuan D adalah berbeda signifikan (p=0.000) dan lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan C. Hasil ANOVA ini memberikan kesimpulan bahwa perlakuan B atau C adalah memberikan efek perubahan motivasi yang tinggi dan pada keduanya tidak berbeda secara signifikan, sehingga perlakuan B dan C terbaik untuk meningkatkan motivasi berwirausaha.
Pembahasan Pemberian ceritera tokoh sukses berwirausaha terbukti memiliki potensi memberikan pengaruh lebih baik terhadap motivasi berwirausaha dibandingkan bila hanya diberikan ceramah teori dan penugasan saja. Ceritera tentang contoh para wirausahawan yang sudah lebih dulu bergelut di bidang kewirausahaan, yang nyta dan kongkrit tentang para wirausahawan pribumi yang masih muda akan tetapi sudah menikmati sukses. Sehingga pemahaman mahasiswa akan dunia kewirausahaan ini lebih lengkap dan lebih realistis. Bukan hanya sekedar teori saja, namun juga bersifat nyata. Harapannya tentu bisa memotivasi agar para usahawan yang sudah sukses ini bisa menjadi contoh. Menonton video tokoh sukses berwirausaha terbukti memiliki potensi memberikan pengaruh lebih baik terhadap motivasi berwirausaha dibandingkan bila hanya diberikan ceramah teori dan penugasan (A) saja. Selain itu juga tentunya untuk lebih mengefektifkan penerapan model pembelajaran kewirausahaan ini, maka penerapan strategi-strategi pembelajaran lain seperti penayangan film dan video (audio visual), ceramah dengan media power poin,. Pemanfaatan media audio-visual merupakan stimulan pembelajaran yang menarik perhatian peserta untuk melakukan tugas-tugas aktivitas pembelajaran dengan bantuan tayangan video/film dapat memberikan pengalaman baru, mempertahankan semangat dan keterlibatan peserta dalam proses pelatihan. Penggunaan potongan film atau video dapat membantu mengembangkan pemahaman individu mengenai tema-tema kewirausahaan, meningkatkan kesadaran mengenai kesuskesan pada berbagai kewirausahaan, meningkatkan kesadaran tatapandang individu akan kewirausahaan sendiri dan semakin dapat memahami kewirausahaan. Pemilihan film dan video sebagai media pembelajaran agar dalam pembelajaran kewirausahaan, dosen menggunakan beragam metode pengajaran dengan ditambah pemanfaatan media film yang sesuai tema pembelajaran. Metode pembelajaran brainstorming / diskusi terbukti memiliki potensi memberikan pengaruh lebih baik terhadap motivasi berwirausaha dibandingkan bila hanya diberikan ceramah teori dan penugasan (A) saja. Kelompok, diskusi dan refleksi diri. Pembelajaran kewirausahaan dengan beragam strategi memotivasi peserta lebih antusias dan bersemangat, aktivitas diskusi kelompok, presentasi kelompok dan debat dapat melengkapi model yang digunakan. pemberian penghargaan terhadap peserta
Darpujianto
mahasiswa yang dapat menyelesaikan tugas pembelajaran kewirausahaan terbukti efektif untuk mempertahankan semangat belajar, peserta bersemangat dan berkompetisi ketika mengerjakan tugas-tugas. Penghargaan dan refleksi yang dilakukan sebagai bentuk pemberian penguatan terhadap proses dan hasil pembelajaran kewirausahaan, hal ini sesuai pendapat Simamora (2004) tentang perlunya penguatan dalam pembelajaran kewirausahaan. Refleksi peserta menunjukkan adanya penilaian diri terhadap kompetensi dan menyadari adanya kekurangan pada konseling yang dilakukan. Beberapa studi literatur kualitatif dan kuantitatif banyak menemukan efektivitas experiential learning dalam berbagai situasi, dan telah terbukti dapat digunakan sebagai kerangka untuk pengembangan metoda dan kurikulum learning-centred yang baru (Hickcox, 1991; Iliff, 1994). Experiential learning telah digunakan dalam inter-disciplinary dan multi-disciplinary (Kolb, Boyatzis& Mainemelis, 2001). Experiential learning sebagai alat penghubung pendidikan dan manajemen. Teknik pembelajaran experiential adalah teknik yang modifikasi format kualiah melalui ceramah sebagai metode tradisional dengan siswa bekerja melalui pengalaman yang tersusun dalam kelompok kecil (Gaidis, Andrews, & summer, 1991) untuk melaksanakan riset pemasaran nyata (Churchill, 1986) sebelum magang full-time sebagai praktek usahawan ( Aronsson, 2004). Pemutaran video tokoh sukses berwirausaha terbukti memiliki potensi memberikan pengaruh lebih baik terhadap motivasi berwirausaha dibandingkan dengan pemberian ceritera tokoh sukses berwirausaha (B). Hasil penelitian ini mendukung teori-teori sebelumnya, bahwa pembelajaran kewirausahaan dengan memutar film/ video tokoh sukses berwirausaha dapat memberikan peningkatkan motivasi yang lebih kuat dibandingkan hanya dengen mendengarkan ceritera pengusaha yang sukses yang hanya bersifat audio saja untuk memotivasi mahasiswa agar tertarik berkarir menjadi wirausahawan. Karena efek melnonton film / video yang menampilkan gambar bergerak, suara dan suasana seperli mengalami langsung dari kejadian nyata, artinya yang melihat merasakan sebagi saksi atas kejadian yang kongkrit, Edgar Dale dalam Setyosari, Punaji, Sihkabuden. 2005.; yang terkenal dengan Kerucut Pengalaman (Cone of Experience) mengemukakan bahwa kemampuan manusia memperoleh ilmu pengetahuan atau pengalaman belajar seseorang diperoleh dari indera lihat sebanyak 75%, 13% melalui indera dengar, dan selebihnya melalui indera lainnya.dibandingkan ceritera yang hanya menampilkan suara saja, yang
27
memberikan efek berimajinasi sesuai dengan pengalaman dan kemampuan piker serta daya imajinasi masing-masing individu. Minat karir dapat dibentuk melalui pengalaman langsung atau pengalaman yang mengesankan dengan cara menonton film/ video tokoh lain yang sudah lebih dulu sukses menjadi wirausahawan, yang kemudian juga menyediakan kesempatan bagi individu untuk mempraktekkan apa yang sudah diketahui didengar dan dilihatnya, hingga bisa memperoleh umpan balik dan mengembangkan keterampilan yang mengarah pada effikasi personal dan pengharapan atas hasil yang memuaskan (Farzier & Niehm, 2008). Diskusi / brainstorming terbukti memiliki potensi memberikan pengaruh lebih baik terhadap motivasi berwirausaha dibandingkan bila hanya diberikan ceramah teori, penugasan dan ceritera tokoh sukses berwirausaha. Kelebihan metode brainstorming antara lain: Mahasiswa berfikir untuk menyatakan pendapat, Melatih mahasiswa berpikir dengan cepat dan tersusun logis, Merangsang mahasiswa untuk selalu siap berpendapat yang berhubungan dengan masalah yang diberikan oleh dosen, Meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam menerima pelajaran, Mahasiswa yang kurang aktif mendapat bantuan dari temannya yang sudah pandai atau dari dosen, Terjadi persaingan yang sehat, Mahasiswa akan merasa bebas dan gembira, Suasana demokratis dan disiplin dapat ditumbuhkan, Meningkatkan motivasi belajar. Walaupun metode brainstorming ini juga memiliki kelemahan antara lain : Memerlukan waktu yang relatif lama, Lebih didominasi oleh mahasiswa yang pandai, Mahasiswa yang kurang pandai (lambat) selalu ketinggalan, Hanya menampung tanggapan mahasiswa saja, osen tidak pernah merumuskan suatu kesimpulan, Mahasiswa tidak segera tahu apakah pendapat yang dikemukakannya itu betul atau salah, Tidak menjamin terpecahkannya suatu masalah, Masalah bisa melebar ke arah yang kurang diharapkan. Dengan aktivitas seperti ini maka kreativitas dan penjiwaan mahasiswa bisa dikatakan sepadan dengan aktivitas menonton film / vedio, Edgar Dale dalam Setyosari, Punaji, Sihkabuden. 2005.; yang terkenal dengan Kerucut Pengalaman (Cone of Experience) mengemukakan bahwa kemampuan manusia memperoleh ilmu pengetahuan atau pengalaman belajar seseorang diperoleh dari indera lihat sebanyak 75%, 13% melalui indera dengar, dan selebihnya melalui indera lainnya.Sehingga peningkatan motivasi kedua kegiatan pembelajaran ini relative tidak memberikan perbedaan peningkatan motivasi yang signifikan. Lambing & Kuehl (2003) mengklasifikasikan beberapa faktor yang
28
menyebabkan seseorang menjadi wirausahawan. Faktor-faktor tersebut antara lain bersifat Individu, hal ini dimaksudkan sebagai , seorang wirausahawan mempunyai kepribadian khusus yang membedakan antara mereka dengan orang lain yang memilih untuk tidak menjadi wirausahawan dan hal ini tidak selalu dapat diajarkan. Hal ini didukung pula oleh Zimmerer & Scarborough (1998) yang mencatat sifat-sifat yang berkaitan dengan keberhasilan usaha dan mengajukan sebuah pandangan tentang tipe kepribadian wirausaha yang dikaitkan dengan keberhasilan mengelola usaha. Dalam tinjauan Budaya, pengaruh budaya dengan trait kepribadian dapat saling tumpang tindih antara yang satu dengan yang lainnya. Kombinasi dari berbagai faktor melihat bahwa seseorang memutuskan untuk menjadi wirausaha karena ketiga faktor yang sudah disebutkan diatas yang saling mempengaruhi satu sama lain (Lambing & Kuehl, 2003). Selain faktorfaktor diatas ada juga suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk menjadi wirausahawan. Menurut Ward (1974) kondisi dimana seseorang dibesarkan dalam lingkungan keluarga dengan tradisi wirausaha dapat menjadi faktor yang mendorong seseorang untuk menjadi wirausahawan.
Kesimpulan Penelitian ini menemukan bahwa metode pembelajaran kewirausahaan berpengaruh untuk meningkatkan motivasi untuk berkarir menjadi berwirausaha, dapat ditarik beberapa simpulan pokok sebagai berikut. 1. Motivasi berwirausaha mahasiswa mengalami peningkatan yang signifikan sesudah pembelajaran kewirausahaan baik pada metode A(Ceramah teori + Penugasan) , B (Ceramah Teori, Penugasan + Ceritera tokoh sukses berwirausaha), C (Ceramah Teori, Penugasan + Pemutaran Video tokoh sukses berwirausaha) atau D (Ceramah Teori, Penugasan + Brainstorming). Peningkatan tertinggi terjadi pada metode B dan C. 2. Pembelajaran kewirausahaan dengan metode A, B, C dan D berpengaruh signifikan pada perubahan motivasi berwirausaha sesudah pembelajaran kewirausahaan. Pembelajaran kewirausahann terbaik adalah C atau D. 3. Pada kelompok mahasiswa dengan faktor pendorong rendah, pembelajaran kewirausahaan dengan meode A, B, C dan D berpengaruh signifikan perubahan motivasi berwirausaha pada saat sesudah pembelajaran kewirausahaan . Pembelajaran kewirausahann terbaik bagi mahasiswa dengan faktor pendorong rendah adalah C atau D.
Jurnal JIBEKA Volume 8 No 1 Februari 2014
4.
5.
6.
Pada kelompok mahasiswa dengan faktor pendorong tinggi, pembelajaran kewirausahaan dengan meode A, B, C dan D berpengaruh signifikan perubahan motivasi berwirausaha pada saat sesudah pembelajaran kewirausahaan . Pembelajaran kewirausahann terbaik bagi mahasiswa dengan faktor pendorong tinggi adalah C atau D. Pada kelompok mahasiswa dengan faktor penarik rendah, pembelajaran kewirausahaan dengan meode A, B, C dan D berpengaruh signifikan perubahan motivasi berwirausaha pada saat sesudah pembelajaran kewirausahaan . Pembelajaran kewirausahann terbaik bagi mahasiswa dengan faktor penarik rendah adalah B, C atau D. Pada kelompok mahasiswa dengan faktor penarik tinggi, pembelajaran kewirausahaan dengan meode A, B, C dan D berpengaruh signifikan perubahan motivasi berwirausaha pada saat sesudah pembelajaran kewirausahaan. Pembelajaran kewirausahann terbaik bagi mahasiswa dengan faktor penarik rendah adalah C atau D.
Sehingga metode pembelajaran yang paling bisa merubah motivasi mahasioswa berwirausaha bisa ditingkatkan sbb: 1. Metode pembelajaran menonton video tokoh sukses berwirausaha memberikan perubahan motivasi mahasiswa berwirausaha tertinggi. 2. Metode pembelajaran ceritera tokoh sukses berwirausaha memberikan perubahan motivasi mahasiswa berwirausaha tertinggi kedua. 3. Metode pembelajaran Brainstorming memberikan perubahan motivasi mahasiswa berwirausaha tertinggi ke tiga.
Daftar Rujukan 1.
2. 3.
Cope, J. (2005), Towards a dynamic learning perspective of Entrepreneurship, Entrepreneurship: Theory and Practice, Vol. 29 (4), pp. 373-397. Coulter, M. 2003. Entrepreneurship in Action. New Yersey: Prentice Hall. DP2M Ditjen Dikti. (2006). Panduan Pengelolaan Program Hibah DP2M Ditjen Pendidikan Tinggi. Jakarta: Direktorat Penelitian dan Pengabdian. kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Darpujianto
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Edwards, A.L. (1957). Techniques of Attitude Scale Construction. New York: Appleton Century Croft Inc. Ferreira, J.J. and Raposo, M.L. (2008), Entrepreneurial Intention: a cara with psychological and behavioural approaches, Conference Proceedings, 31st Institute for Small Business and Entrepreneurship Conference on International Entrepreneurship, 5-7 November, 2008, Belfast. Fregetto, E. 2002. Business Plan Or Business Simulation For Entrepreneurship Education?. Developments in Business Simulation and Experiential Learning, Volume 29. Galloway,L & Brown, W. 2002. Entrepreneurship Education at University: A Driver in The Creation of High Growth Firm?. Education & Training Journal, Vol. 44, Iss. 8/9, pg. 398, 8. Gilad,B.andLevine,P.(1986),A behavioral cara of entrepreneurial supply , Journal of Small Business Management,Vol.24 No.4, pp.45-54. Hostager, T. J., & Decker, R. L. (1999). The effects of an entrepreneurship program on achievement motivation: A preliminary study. San Francisco: SBIDA. Kamus BAHASA INDONESIA, http://kamusbahasaindonesia.org/wirausaha, diambil pada tg 26 Maret 2011 jam 9.06 WIB. Kolb, D. A., (1984), Experiential learning – Experience as the source of learning and development, London: Prentice-Hall. Krueger, J., Norris F. (2000). The Cognitive Infrastructure of Opportunity Emergence. Entrepreneurship: Theory & Practice, 24(3), 5-23. Kuratko, D. F. (2005). The Emergence of Entrepreneurship Education: Development, Trends, and Challenges. Entrepreneurship: Theory & Practice, 29(5), 577-597. Lambing & Kuehl (2003) Cultural Dimension at the Individual Level of Analysis the Cultural Orientation Framework, International Journal of Cultural Management,2(3):275-296. Lambing, P. A. & Kuehl, C. R. 2003. Entrepreneurship. New Yersey: Prentice Hall…. Lee, L., & Wong, P.-K. (2003). Attitude towards Entrepreneurship Education and New Venture Creation. Journal of Enterprising Culture, 11(4), 339-357.
29
17. Léonie L. Stone, Multimedia Instruction Methods, JOURNAL OF ECONOMIC EDUCATION, is an assistant professor of economics at SUNY at Geneseo (e-mail:
[email protected]. 18. Marvel, M.R. and Lumpkin, G.T. (2007), Technology entrepreneurs human capital and its effects on innovation radicalness, Entrepreneurship: Theory and Practice, Vol. 31(6), pp.807-827. 19. Naomi, R. W. H. 2000. Evaluating the impact of SPEED on students‟ career choices: a pilot study. Education Training Vol. 52 Nos. 6/7, 2010 pp. 463-476. Emerald Group Publishing Limited 20. Nasution, Noehi. 1992. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud, Ditjen Dikti. 21. Pihie, Z. A.L. 2009. Entrepreneurship as a Career Choice: An Analysis of Entrepreneurial Self-Efficacy and Intention of University Students. European Journal of Social Sciences – Volume 9, Number 2 (2009) 22. Priyanto, Sony Heru. 2002. Pengembangan Kapasitas Manajemen dan Kewirausahaan pada UKM Pertanian. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. VIII, No. 3, 401-424. 23. Rae, D & Carswell, M. 2000. Using a Life Story Approach in ResearchingEntrepreneurial Learning: The Development of a Conceptual Model and its Implications in The Design of Learning Experiences. Education & Training Journal, Vol. 42. Iss. 4/5, pg. 220, 8 pgs. 24. Rae, D., and Carswell, M. (2000), Using a life-story approach in researching entrepreneurial learning: The development of a conceptual cara and its implications in the design of learning experiences, Education and Training, 42(4/5), 220-227. 25. Raichaudhuri, A. (2005). Issues in Entrepreneurship Education. Decision, 32(2), 73-84. 26. Rasmussena, E. A. dan Sørheimb,R. 2006. Action-based entrepreneurship education. Technovation 26 (2006) 185–194. 27. Remer, B. (2007). Reflective Practice: Learning from Real-world Experience. In M. Silberman, The Handbook of Experiential Learning. San Fransisco: John Wiley &Sons, Inc. 28. Segal, Gerry, Borgia, Dan and Jerry Schoenfeld, (2005):The motivation to become an entrepreneur, International
30
Jurnal JIBEKA Volume 8 No 1 Februari 2014
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
Journal of Entrepreneurial Behaviour &Research, Vol. 11 No. 1, 2005 pp. 42-57. Setyosari, Punaji, Sihkabuden. 2005. multimedia Pembelajaran. Malang : Elang Press. Shadish, W.R., Cook, T.D. & Campbell, D.T. (2002). Experimental and QuasiExperimental Designs for Generalized Causal Inference. New York: Houghton Mifflin Company. Shen, C dan Chai, L. 2006. Changing Entrepreneurial Perceptions and Developing Entrepreneurial Competencies through Experiential Learning: Evidence From Entrepreneurship Education in Singapore‟s Tertiary Education Institutions. Journal of Asia Entrepreneurship and Sustainability Volume II, Issue 2, 2006. Suharsono, Naswan. 2003. Pola Kuliah Kewirausahaan di LPTK. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Pengembangan . Budaya Wirausaha di Perguruan Tinggi. Jakarta: Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Pada Masyarakat. Dirjen Pendidikan Tinggi, 9-10 Mei 2003. Sutikno, M. Sobry, (2009) Belajar dan Pembelajaran ”Upaya kreatif dalam mewujudkan pembelajaran yang berhasil”; Cetakan ke lima September 2009, Prospect, Bandung. Tan, S.S. and Ng, C.K.F. (2006), A problem-based learning approach to entrepreneurship education, Education and Training, Vol. 48(6), pp.416-428. Vinsky, J. (2006). Transformative Video Therapy (TVT): Using Technology to Create Pathways to a "Witness Consciousness". Project Paper for the Hinks-Dellecrest "Breaf and Narrative Therapy Year-Loang Training Programme. Toronto Canada. Wang, C. K., & Wong, P.-K. (2004). Entrepreneurial interest of university students in Singapore. Technovation, 24(2), 163-172. Wiedy Murtini. 2004. Pendidikan Kewirausahaan di Perguruan Tinggi: Sebuah Gagasan Pemodelan Wirausaha Kecil dan Menengah Sukses. Forum Pendidikan, Vol. 29, No. 02, Agustus 2004, 141-155. Wiedy Murtini. 2007. Pengembangan desaín pembelajaran pendidikan kewirausahaan dengan pemodelan wirausahawan UKM sukses, (desertasi tidak untuk dipublikasikan). 2007, 221-222.
39. Wirausaha & Keuangan. 2008. Seandainya dosenku seperti Profesor Bob Sadino. Jakarta:WK. Edisi 62, Juni 2008, 4-5. 40. Young, J. E., and Sexton, D. L. (1997), Entrepreneurial learning: A conceptual Framework, Journal of Enterprising Culture, 5(3), 223-248. 41. Zimmerer & Scarborough (1998) Essentials of Entrepreneurship and Small Business Management. Second Ed. Prentice Hall. ----------------------------------Alamat lembaga : STIE „ASIA‟ Malang, Jl. Soekarno Hatta Rembuhsari No. 1a Malang Alamat korespondensi : Perum The Vinolia Inside No. 6a jl. Vinolia Jati Mulyo – Lowok Waru Malang – Jawa Timur. Alamat Email:
[email protected]