PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP TEKANAN

Download individu tanpa diabetes, nitrit oksida membantu menghambat atherogenesis dan ... Madu bisa mengandung oksida nitrat(NO) metabolit yang dike...

0 downloads 479 Views 568KB Size
PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP TEKANAN DARAH PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 THE INFLUENCE OF HONEY ON THE BLOOD PRESSURE OF PATIENTS WITH DIABETES MELLITUS TYPE 2 Andi Sitti Rahma1 , Burhanuddin Bahar2, Nurhaedar Jafar2 1

Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin 2 Bagian Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

Alamat Korespondensi :

Andi Sitti Rahma Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana HP : 085242714698 Email : [email protected]

Abstrak Pasien dengan Diabetes Melitus cenderung untuk mengalami hipertensi, madu dengan berbagai kandungan antioksidan terbukti mampu menurunkan tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek pemberian madu terhadap tekanan darah sistol dan diastole pasien diabetes mellitus tipe 2. Penelitian dilakukan di Puskesmas Batua dan Puskesmas Bara-Baraya Makassar. Desain Penelitian adalah Pre-Post Control Design, sampel terdiri dari 36 orang pasien DM tipe 2 yang memenuhi criteria inklusi dan eksklusi. . Sampel dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok kontrol (n=18 orang) hanya diberikan edukasi gizi berupa pilar penanganan DM, dan kelompok intervensi (n=18) diberikan edukasi gizi dan madu 70 gram/hari selama 30 hari. Terdpat 3 responden drop out dari kelompok kontrol. Data dikumpulkan oleh petugas yang terlatih, meliputi tekanan darah, berat badan, tinggi badan, food recall 24 jam, dan aktifitas fisik, sebelum dan setelah penelitian. Hasil penelitian diperoleh terjadi kecenderungan peningkatan tekanan darah sistol sebesar 3.93±18.61 mmHg pada kelompok kontrol, dan penurunan tekanan darah sistol sebesar 0.61±10.6 mmHg pada kelompok intervensi. Setelah dilakukan pemisahan kelompok umur, pada responden usia di bawah 50 tahun pada kelompok kontrol diperoleh peningkatan tekanan darah sistol sebesar 11.6±26.17 mmHg, sedangkan pada kelompok intervensi, terjadi sedikit peningkatan tekanan darah sistol, yakni sebesar 2.86±10.35 mmHg. Pada responden usia di atas 50 tahun, tekanan darah sistol kelompok kontrol cenderung stabil. Sedangkan pada kelompok intervensi, terjadi penurunan tekanan darah sistol, sebesar 6.07±9.21 mmHg Disimpulkan bahwa ada hubungan pemberian madu selama 30 hari dengan pengendalian tekanan darah sistol pasien DM tipe 2 dan tidak ada perbedaan tekanan darah diastole kelompok yang diberi madu dan tidak diberi madu. Kata Kunci : Madu, Tekanan Darah, DM tipe 2

Abstract Patients with diabetes mellitus are likely to have hypertension, honey with a variety of antioxidants proven to reduce blood pressure. The aim of the research was to investigate the effect of honey on systolic and diastolic blood pressure of patients with diabetes mellitus type 2. The research was conducted in Batua Public Health Center and Bara-Baraya Public Health Center, Makassar using Pre-Post Control Design. The samples consisted of 36 people of patients with diabetes mellitus type 2 who fulfilled inclusion and exclusion criteria. They were divided into two groups, i.e. control group (n = 18 people) who were just given education on nutrition in the form of handling pillar of Diabetes Melitus treatment, and intervention group (n = 18) who were given education on nutrition and honey 70 grams / day for 30 days. There were 3 samples in control group dropped out. Data were obtained by trained staff, including blood pressure, weight, height, 24-hour food recall, and physical activity, before and after the research. The results of the research indicate that there is a tendency of an increase in systolic blood pressure, i.e. 18.61 ± 3.93 mmHg for control group, and a decrease in systolic blood pressure, i.e. 0.61 ± 10.6 mmHg for intervention group. After the separation of age groups, the respondents under 50 years old in the control group gain an increase of systolic blood pressure, i.e. 11.6 ± 26.17 mmHg,while in the intervention group, there is a slight increase in systolic blood pressure, i.e. 2.86±10.35 mmHg. For the respondents above 50 years old, patient’s systolic blood pressure in the control group tends to be stable, while the one in the intervention group tends to decrease,i.e. 6.07 ± 9:21 mm Hg. Thus, It is concluded that there is a relationship between giving honey 70 gram for 30 days and controlling systolic blood pressure of patients with diabetes mellitus type 2, but there is no difference of diastolic blood pressure between the group given honey and the one which is not given honey. Keywords: Honey, Blood Pressure, diabetes mellitus type 2

PENDAHULUAN Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. (Wild, 2004) Angka kejadian Diabetes Melitus (DM) akan terus mengalami peningkatan. Di seluruh dunia, prevalensi DM diperkirakan akan meningkat dari 2,8% pada tahun 2000 menjadi 4,4% pada tahun 2030. Jumlah penduduk yang menderita DM di seluruh dunia diperkirakan akan meningkat dari 171 juta pada tahun 2000 menjadi 366 juta pada tahun 2030 (Wild, 2004). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi DM di Indonesia juga mengalami peningkatan, dari 1,1% pada tahun 2007 menjadi 2,1% pada tahun 2013. Madu mengandung zat yang baik bagi kesehatan. Sejumlah penelitian berhasil mengidentifikasi senyawa antioksidan yang terdapat pada beberapa jenis madu.. Unsur yang berperan dalam memberikan efek antioksidan pada madu adalah adanya phenol dan flavonoid yang terkandung di dalamnya, yang bergantung pada sumber tanaman, musim, lingkungan dan proses dalam pengolahan madu tersebut (Erujuwa, 2012). Kucuk dkk.. meneliti antioksidan yang terdapat pada tiga jenis madu Turki, dan mereka mendapatkan bahwa ketiga jenis madu tersebut mengandung antioksidan dan antibacterial dan sebaiknya dikonsumsi untu kesehatan dan melawan beberapa kuman penyakit (Kucuk, 2007). . Penelitian yang dilakukan oleh Al-Mamary dkk. juga menemukan sejumlah phenol sebagai antioksidan alami yang terkandung dalam madu Yaman (Al-Mamary,2002). Hasan Alzahrani juga membuktikan dalam penelitiannya terhadap tiga jenis madu yang berasal dari tempat geografis yang berbeda, yakni madu Manuka dari New Zealand, madu akasia dari Jerman dan madu dari Algeria, maka dia menemukan bahwa ketiga madu tersebut mengandung phenol yang tingi dimana kandungan phenol berkorelasi dengan efektifitas antioksidan dari ketiga madu tersebut. Pada penelitian terbut ditemukan kandungan phenol yang tertinggi pada madu Manuka dari New Zealand (Alzahrani, 2012). Khalil dkk. berhasil mengidentifikasi 6 jenis asam fenol dan 5 jenis flavonoid yang terkandung dalam beberapa jenia madu Malaysia. Asam fenol yang berhasil mereka identifikasi yaitu gallic, syringic, benzoic,tran-cinnamic,p-coumaric dan caffeic acid. Sedangkan flavonoid yang berhasil mereka identifikasi adalah catechin, kaempferol, naringenin, luteoin dan apigenin (Khalil, 2011).

Van Den Berg dkk. juga menemukan kandungan fenol yang tinggi dalam madu buatan Newyork, sehingga madu tersebut mampu menurunkan kadar ROS dan dianggap baik dioleskan pada luka. Beretta dkk. juga melakukan penelitian tentang efek madu terhadap kultur cell line, dan diperoleh hasil bahwa madu tersebut memberikan efek protektif terhadap kultur cell line disebabkan oleh kandungan fenol dan flavonoid yang terkandung di dalamnya (Beretta, 2007). Kishore dkk. menemukan kandungan antioksidan fenol dari madu Tualang lebih tinggi dibandingkan dengan madu lainnya (Kishore, 2011) Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian madu terhadap penderita diabetes, antara lain Alwaili dkk. memberikan madu sebanyak 75 g yang dilarutkan dalam 250 ml air selama 15 hari, dapat menurunkan kadar glukosa darah penderita diabetes (Al Waili, 2003). Bahrami dkk. memberikan madu selama delapan minggu pada pasien diabetes dan diperoleh hasil bahwa berat badan, kolesterol total, LDL, dan TGL pasien diabetes mengalami penurunan, dan HDL pasien diabetes mengalami peningkatan (Bahrami, 2009). Erujuwa dkk. memberikan madu pada tikus diabetes dan menemukan efek hepatoprotektif dari madu (Erujuwa, 2012). Banyak penelitian yang membuktikan madu dapat menurunkan tekanan darah, baik pada pasien dengan tekanan darah normal, maupun pasien dengan hipertensi. Al-waili mengadakan penelitian terhadap orang dengan tekanan darah normal dan hipertensi dengan DM tipe II. Alwaili memberikan larutan madu secara intrapulmo (inhalasi), dan didapatkan hasilnya tekanan darah sistol dan diastole menurun pada pasien dengan hipertensi, dengan hasil yang signifikan diperoleh 60 sd 120 menit setelah inhalasi (Al Waili, 2003). Omotayo dkk. menemukan bahwa pemberian suplemen madu mampu menurunkan tekanan darah sistol secara signifikan pada tikus yang mengalami hipertensi. Penelitian ini juga membuktikan mekanisme penurunan tekanan darah pada tikus yang telah diberi suplemen madu, melalui perbaikan dari stress oksidatif yang terdapat di ginjal tikus. Hal ini mendukung teori bahwa peningkatan tekanan darah disebabkan oleh meningkatnya stress oksidatif dalam tubuh (Erejuwa, 2012) Olusula dan Helen 2012 memberikan madu 20 ml kepada orang sehat, dan memperoleh hasil terjadi penurunan tekanan darah sistol yang signifikan 15 menit setelah pemberian madu 20 ml tersebut (Olusula dan Helen, 2012)

Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Nurhaedar Jafar dengan judul pengaruh Pemberian Madu Terhadap Profil Lipid, Gula Darah Puasa, Tekanan Darah dan Alanin Transaminase Pasien DM Tipe 2 di Kota Makassar (Nurhaedar,2013) Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat efek pemberian madu terhadap tekanan darah pasien diabetes mellitus tipe 2.

BAHAN DAN METODE Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Batua dan Bara-baraya, selama 30 hari. Jenis Penelitian adalah eksperimental dengan desain pre-post control. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 yang ditentukan melalui diagnose dokter dan atau terdapat gejala klinis khas DM disertai pemeriksaan Gula Darah Sewaktu > 200 mg/dl. Sampel dalam penelitian ini dipilih dari populasi yang memenuhi criteria inklusi, yaitu mendapatkan terapi glibenklamid saja atau metformin saja, berusia maksimal 60 tahun, tidak sedang hamil atau menyusui bagi wanita. Kriteria eksklusi dalam penelitian antara lain tekanan darah sistol ≥ 160 mmHg dan atau tekanan darah diastole ≥ 100 mmHg, mengkonsumsi obatobatan yang mempengaruhi tekanan darah, dan khusus untuk kelompok intervensi tidak mengkonsumsi madu selama 2 hari berturut-turut dan atau total akumulasi 7 hari selama masa penelitian,. Pengumpulan Data Sampel berjumlah 36 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok perlakuan terdiri dari 18 orang diberikan edukasi gizi dan madu 70 gram / hari selama 30 hari, sedangkan kelompok kontrol 18 orang hanya diberikan edukasi gizi. Terjadi drop out dari kelompok kontrol sebanyak 3 orang, sebab mengkonsumsi obat penurun tekanan darah. Pada awal dan akhir penelitian, dilakukan pengukuran anthropometri (berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh, lingkar perut) , tekanan darah, asupan konsumsi dan aktifitas fisik.

Berat badan

dilakukan menggunakan timbangan digital merk camry, tinggi badan menggunakan microtoice, lingkar perut mrnggunakan meteran, tekanan darah menggunakan sphygmomanometer merk Omron. Pengukuran konsumsi melalui food recall, dan aktifitas fisik menggunakan kuisioner IPAQ (International Physical Activity Quistionnaire).

Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Dilakukan uji bivariat, berupa uji Wilcoxon untuk menganalisis data perbedaan rata-rata dua nilai yang saling berhubungan, yaitu berat badan, BMI, asupan gizi dan tekanan darah sebelum dan sesudah intervensi pada masing-masing kelompok, dan uji u mann whitney untuk menganalisis data perbedaan umur, berat badan, BMI, asupan gizi dan tekanan darah pada kelompok intervensi dan kontrol. Uji chi square digunakan untuk menganalisis perbedaan yang berupa data kualitatif antara kedua kelompok, seperti jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, kejadian obesitas sentral, dan status gizi.

HASIL Dari 36 sampel, terdapat 3 orang responden yang drop out dari kelompok kontrol karena mengkonsumsi obat penurun tekanan darah. Karakteristik Sampel Tabel 1 memperlihatkan karakteristik responden pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi, dimana pada analisis tidak memperlihatkan adanya perbedaan yang bermakna. Mayoritas responden memiliki karakteristik jenis kelamin perempuan , , berada pada kelompok tekanan darah pre-hipertensi, mengalami obesitas sentral, tidak pernah merokok, tidak melakukan kebiasaan puasa senin kamis dan tidak memiliki kebiasaan minum kopi. Untuk kelompok kontrol, status gizi normal dan berada ada kelompok umur di atas 50 tahun. Sedangkan pada kelompok intervensi, status gizi Obesitas tahap 1, dan berada pada kelompok umur di bawah 50 tahun. Terjadi perubahan ditribusi responden pada kelompok kontrol sebelum dan setelah penelitian, pada kelompok normotensi menurun dari 4 orang (26,7%) menjadi 2 orang (13,3%), dari kelompok pre-hipertensi meningkat dari 6 orang (40%) menjadi 9 orang (60%), kelompok hipertensi tahap 1 menurun dari 5 orang (33,3%) menjadi 3 orang (20%), dan kelompok hipertensi tahap 2 yang semula tidak ada menjadi 1 orang (6,7%). Asupan Zat Gizi Terjadi perubahan asupan beberapa zat gizi yang diperlihatkan pada tabel 3. Terjadi penurunan asupan protein yang signifikan pada kelompok intervensi (p=0.020), dari 35.79±9.78 gram menjadi 25.89±12.15 gram dan terdapat perbedaan yang signifikan persentase asupan

protein setelah penelitian antara kelompok kontrol dan intervensi, (p=0.022). Terjadi penurunan asupan lemak yang signifikan pada kelompok kontrol (p=0.01). dan penurunan persentase asupan lemak yang signifikan pada kelompok kontrol (p=0.04).Terjadi penurunan asupan serat yang signifikan pada kelompok intervensi (p=0.029) dan penurunan asupan natrium yang signifikan pada kelompok kontrol (0.023)

Tekanan Darah Tabel 4 memperlihatkan adanya perubahan tekanan darah selama penelitian. Terjadi kecenderungan peningkatan tekanan darah sistol pada kelompok kontrol sebesar 3.93±18.61 mmHg, dan terjadi kecenderungan penurunan tekanan darah sistol pada kelompok intervensi sebesar 0.61±10.6 mmHg, tekanan darah diastol pada kelompok kontrol dan intervensi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p=0.735). Setelah dilakukan pemisahan umur responden antara yang berusia di bawah 50 tahun dan di atas 50 tahun, maka diperoleh hasil sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 5.. Pada responden yang berusia di bawah 50 tahun, pemberian madu menyebabkan sedikit peningkatan tekanan darah, akan tetapi peningkatan tersebut masih dalam taraf normal. Pada responden yang berusia di atas 50 tahun, pemberian madu justru menyebabkan kecenderungan penurunan tekanan darah sebesar 6.07±9.21 mmHg.

PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan tekanan darah pada kelompok intervensi cenderung mengalami penurunan sebesar 0.61±10.6 mmHg, sedangkan pada kelompok kontrol cenderung mengalami peningkatan sebesar 3.93±18.61 mmHg. Jika dilakukan pemisahan berdasarkan kelompok umur, maka pada responden usia di bawah 50 tahun, tekanan darah kelompok kontrol dan kelompok intervensi, keduanya mengalami peningkatan, tetapi tekanan darah pada kelompok kontrol jauh lebih meningkat. Sedangkan pada responden yang berusia di atas 50 tahun, tekanan darah pada kelompok intervensi cenderung mengalami penurunan sebesar 6.07±9.21 mmHg dan pada kelompok kontrol tekanan darah cenderung stabil. Pemberian madu yang mengandung antioksidan mampu meningkatkan bioavaiblitas nitrit oksida dalam tubuh sehingga menyebabkan penurunan tekanan darah. Sel endotelial mensintesis

beberapa substansi bioaktif kuat yang mengatur struktur fungsi pembuluh darah. Substansi ini termasuk nitrit oksida, spesies reaktif lain, prostaglandin, endothelin, dan angiotensin II. Pada individu tanpa diabetes, nitrit oksida membantu menghambat atherogenesis dan melindungi pembuluh darah. Namun bioavailabilitas pada endothelium yang diperoleh dari nitrit oksida diturunkan pada individu dengan diabetes mellitus. Madu bisa mengandung oksida nitrat(NO) metabolit yang dikenal indikator untuk risiko penyakit kardiovaskular. Peningkatan kadar oksida nitrat dalam madu mungkin memiliki melindungi fungsi dalam penyakit kardiovaskular( Bogdanov,2008 ). Al Waili mencoba mengukur konsentrasi NO dalam tubuh manusia setelah pemberian 80 gram madu, antara lain kadar NO dalam saliva, plasma dan urine, maka ditemukan bahwa kadar NO yang terkandung di dalamnya cenderung untuk meningkat. (Al-Waili, 2004) . Penelitian yang dilakukan oleh Olusula dan Helen memberikan madu 20 ml kepada orang sehat, tekanan darah diukur sebelum dan setelah minum madu pada menit ke-15, menit ke30 dan menit ke-60, maka diperoleh hasil terjadi penurunan tekanan darah sistol yang signifikan pada menit ke-15. (Olusula dan Helen, 2012). Beberapa penelitian juga meneliti efek dari madu pada stres oksidatif dalam tikus dengan diabetes mellitus dan hipertensi. Hasil penelitian oleh Erejuwa menunjukkan bahwa suplementasi madu secara signifikan meningkatkan intraseluler GSH , rasio GSH / GSSG ( glutation teroksidasi), Total antioxidant Serum (TAS) dan kegiatan GPx dan GR pada ginjal dari diabetes SHR . Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa efek antioksidan dari madu mengakibatkan penurunan lebih lanjut dalam tekanan darah diabetes SHR tetapi tidak diabetes WKY

Dari penelitian tersebut bisa disimpulkan bahwa madu dengan antioksidannya,

memberikan efek penurunan tekanan darah pada tikus diabetes. (Erujuwa et al., 2011). Salah satu penelitian tentang efek dari madu –dengan kandungan gamma-aminobutyric acid (GABA)-fermented rice bran terhadap tekanan darah diteliti pada tikus percobaan yang hipertensi. Makanan kelompok kontrol atau yang mengandung GABA (10.1 mg/kg per hari) diatur pada tikus jantan usia 12 minggu selama 8 minggu. Setelah pemberian selama 3 minggu, terlihat bahwa tekanan darah pada tikus yang diberi GABA lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol, yang secara signifikan mengalami penurunan pada minggu ke 7 (218 vs. 234 mmHg, P0.05), Pada penelitian ini disimpulkan bahwa pemberian makanan seperti madu yang

mengandung GABA pada tikus percobaan yang hipertensi tampaknya menguntungkan (Hiwatashi, 2010). Penelitian oleh Romero Silva yang

menilai efek dari suplementasi madu dan gula

hypercaloric pada berat badan dan tekanan darah (BP) pada tikus Wistar. Hewan diberi makan selama 8 minggu dengan diet standar (S-free) atau diet hypercaloric (SF), atau chow standar dilengkapi dengan lemak dan madu dan gula 10% dalam air minum (HF). Berat badan dan kadar lemak tubuh secara keseluruhan secara signifikan lebih tinggi di SF dan HF daripada di S-bebas. Sel-sel lemak secara signifikan lebih besar di SF dibandingkan dengan HF. Dibandingkan dengan SF dan S-bebas, HF memiliki glukosa yang lebih tinggi, namun trigliserida, dan kadar LDLC tidak berbeda.Tekanan darah secara signifikan lebih tinggi pada tikus yang diberi diet hiperkalori (diet standard dan gula 30%) (SF) tetapi tidak pada madu yang diberi det standar dilengkapi madu dan gula 10% (HF) dibandingkan dengan tikus yang diberi diet standar saja. Pengamatan ini menunjukkan bahwa madu dapat membeli perlindungan terhadap peningkatan tekanan darah dan ukuran sel lemak yang dihasilkan dari diet hypercaloric. (Romero, 2011) Tekanan darah yang menurun tetapi tidak signifikan pada kelompok yang diberi madu, bisa dipengaruhi oleh asupan protein dan serat pada kelompok tersebut, dimana asupan protein dan serat mengalami penurunan yang signifikan. Konsumsi serat yang dianjurkan untuk pasien DM tipe 2 menurut Persatuan Endokrinolog Indonesia adalah sekitar 25 gram per hari. Pada responden, asupan serat masih jauh di bawah normal yakni rata-rata 4.75 gram sehari. Penelitian oleh V Burke menyimpulkan bahwa diet tinggi protein dan tinggi serat merupakan solusi yang terbaik sebagai untuk digunakan sebagai terapi antihipertensi. Selain faktor asupan protein dan serat yang menurun secara signifikan pada kelompok intervensi, yang menjadi penyebab tidak signifikannya hasil penelitian ini adalah jika dibandingkan dengan penelitian oleh Olusula dan Helen (2012) yang mendapatkan penurunan tekanan darah sistol yang signifikan setelah mengkonsumsi madu, maka perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah bahwa pada penelitian Olusula dan Helen, mereka menggunakan orang sehat sebagai subjek penelitian dan melakukan pengukuran tekanan darah 15 menit, 30 menit dan 60 menit setelah mengkonsumsi madu. Sedangkan dalam penelitian ini kami menggunakan pasien DM tipe 2, yang kemungkinan besar sudah mengalami gangguan fungsional dan struktural pembuluh darah, sehingga dibutuhkan waktu yang lebih lama.

Setelah dilakukan pembagian berdasarkan kelompok umur, tekanan darah sistol kelompok kontrol dan kelompok intervensi pada kelompok yang berusia di bawah 50 tahun mengalami peningkatan, tetapi tekanan darah pada kelompok kontrol jauh lebih meningkat. Sedangkan pada responden yang berusia di atas 50 tahun, tekanan darah pada kelompok intervensi cenderung mengalami penurunan sebesar 6.07±9.21 mmHg dan pada kelompok kontrol tekanan darah cenderung stabil. Meskipun demikian, setelah dianalisis hasil yang diperoleh tetap tidak signifikan, hal ini disebabkan karena jumlah sampel (sample size) stelah dilakukan pemisahan kelompok umur menjadi sangat kecil. Dimana jumlah sampel pada kelompok di bawah 50 tahun hanya 16 orang (kontrol = 5 orang dan intervensi = 11 orang), dan pada kelompok di atas 50 tahun hanya 17 orang (kontrol = 10 orang dan inervensi = 7 orang). Sehingga pada penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan untuk melakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar. Keterbatasan pada penelitian ini adalah meskipun telah dilakukan edukasi gizi, akan tetapi tetap tidak bisa dilakukan pengontrolan yang ketat terhadap asupan zat gizi responden, terutama asupan serat dan protein. Selain itu, sampel yang digunakan pada penelitian ini berasal dari berbagai kelompok tekanan darah (normotensi, pre-hipertensi,hipertensi tahap 1).

KESIMPULAN DAN SARAN Kami menyimpulkan bahwa pemberian madu menjaga kestabilan tekanan darah pada pasien DM tipe 2. Kami menyarankan pada penelitian selanjutnya agar bisa melakukan kontrol yang ketat terhadap asupan zat gizi responden, juga menyarankan agar melakukan pengukuran kadar Nitrit Oksida, yang merupakan salah satu indicator kardiovaskular yang berhubungan dengan tekanan darah. Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat, sebaiknya penelitian selanjutnya dikhususkan pada pasien DM tipe 2 yang mengalami pre-hipertensi, pada kelompok umur di bawah 50 tahun, dan jumlah sampel yang lebih besar

DAFTAR PUSTAKA Al-Mamary, M., Al-Meeri, A., Al-Habori, M. (2002) Antioxidant activities and total phenolics of different types of honey. Nutr. Res. 22, p1041-1047. Al-Waili N. (2003) Intrapulmonary administration of natural honey solution, hyperosmolar dextrose or hypoosmolar distill water to normal individuals and to patients with type-2 diabetes mellitus or hypertension: their effects on blood glucose level, plasma insulin and C-peptide, blood pressure and peaked expiratory flow rate. Eur J Med Res. 8(7):p295-303 AL-Waili N & Boni NS. (2004). Honey Increased Saliva, Plasma, and Urine Content of Total Nitrite Concentrations in Normal Individuals. Journal of Medicine Food. http://online.liebertpub.com/doi/abs/10.1089/jmf.2004.7.377 Alzahrani, H, et al.,(2012) Evaluation of the Antioxidant Activity of Three Varieties of Honey from Different Botanical and Geographical Origins. Global Journal of Health Science, Vol. 4, No. 6. Bahrami, Mohsen., Ataie-Jafari, Asal., et al., (2009). Effects of NAtral Honey Comsumption in Diabetic Patients : an 8-week randomized clinical trial. International Journal of Food Sciences and Nutrition, 60 (7) : p618 – 626. Beretta, G., Orioli, M., Facino, R.M. (2007) Antioxidant and radical scavenging activity of honey in endothelial cell cultures (EA.hy926). Planta Med. 73, 1182–1189. Bogdanov, S., Jurendic, T., Sieber, R., Gallmann, P. (2008) Honey for Nutrition and health: A Review. J. Am. Coll. Nutr., 27, p677-689 Erujuwa OO.Sulaiman SA. Wahab MS. Sirajuddin KNS. Salleh MS. Gurtu S.(2012).Hepatoprotektif Effect Of Tualang Honey Supplementation In Streptozotocin-Induced Diabetic Rats.International Journal of Applied.vol 4 : 37-41 Erujuwa, Omotayo, et al., (2012) Honey Supplementation in Spontaneously Hypertensive Rats Elicits Antihypertensive Effect via Amelioration of Renal Oxidative Stress. Hindawi Publishing Corporation Oxidative Medicine and Cellular Longevity Volume Hiwatashi, K. (2010). Antihypertensive effect of honey-based beverage containing fermented rice bran in spontaneously hypertensive rats . Journal of the Japanese Society for Food Science and Technology. http://agris.fao.org Khalil, M.I., Alam, N., Moniruzzaman, M., Sulaiman, S.A., Gan, S.H. (2011) Phenolic acid composition and antioxidant properties of Malaysian honeys. J. Food Sci. 76, C921–C928 Kishore, R.K., Halim, A.S., Syazana, M.S., Sirajudeen, K.N. (2011). Tualang honey has higher phenolic content and greater radical scavenging activity compared with other honey sources. Nutr. Res.. 31, 322–325 Kucuk, M., Kolayli, S., Karaoglu, S., Ulusoy, E., Baltaci, C., Candan, F. (2007) Biological activities and chemical composition of three honeys of different types from Anatolia. Food Chem. 100, p526534. Nurhaedar (2013). Pengaruh Pemberian Madu Terhadap Profil Lipid, Gula Darah Puasa, Tekanan Darah, Alanin Transaminase Pasien DM tipe 2 di Kota Makassar. FKM-UNHAS. Makassar. Olusula AE and Helen OT. (2012). Evaluation of oral administration of honey on systolic blood pressure, diastolic blood pressure and heart rate in healthy female subjects. Journal of Medicine and Medical Sciences Vol. 3(12) pp. 798-800. Romero-Silva, Samanta . (2011). Effects of Honey Against the Accumulation of Adipose Tissue and the Increased Blood Pressure on Carbohydrate-Induced Obesity in Rat. Letters in Drug Design & Discovery, Volume 8, Number 1. Wild S, et al., (2004). Global Prevalence of Diabetes Estimates for the year 2000 and projections for 2030. American Diabetes Association. Diabetes care

Tabel 1 Karakteristik Sampel Variabel Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Status Gizi Normal Lebih Obesitas Tahap I Obesitas Tahap II Kelompok Umur <50 tahun >50 tahun Kelompok Tekanan Darah Normotensi Pre-Hipertensi Hipertensi Tahap 1 Kejadian Obesitas Sentral Tidak Obese Sentral Obese Sentral Kebiasaan Merokok Ya Tidak Pernah Puasa Senin-Kamis Ya Tidak Kebiasaan Minum Kopi Ya Tidak Pernah Jenis Aktifitas Fisik Ringan Sedang Berat

Nilai : n(%)

Kontrol (n=15)

Intervensi (n=18)

5(33.3) 10(66.7)

4 (22.2) 14(77.8)

6(40) 3(20) 3(20) 3(20)

3(16.7) 2(11.1) 8(44.4) 5(27.8)

5(33.3) 10(67)

11(61.1) 7(38.9)

4(26.7) 6(40) 5(33.3)

6(33.3) 9(50) 3(16.7)

5(33.3) 10(66.7)

2(11.1) 16(88.9)

5(33.3) 10(66.7)

4(22.2) 14(77.8)

1 (6.7) 14(93.3)

4(22.2) 14(77.8)

5 (33.3) 10(66.7)

4(22.2) 14(77.8)

2(13.3) 13(86.7) -

2(11.1) 15(83.3) 1(5.6)

P* 0.373

0.292

0.166

0.539

0.203

0.373 0.229

0.373

0.645

P* : chi square test

Sumber : Data Primer, 2013

Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, BMI, Tekanan Darah dan Aktifitas Fisik

Pemeriksaan Umur (tahun) BMI (kg/m2) Lingkar Perut (cm) Laki-laki Perempuan Tekanan Darah Sistol (mmHg) Tekanan Darah Diastol (mmHg) Heart Rate (kali/menit) Aktifitas Fisik (Met/Minggu)

Nilai : Mean±SD

Kontrol (n=15) mean±SD 51.47±4.27 24.75±3.93

Intervensi (n=18) mean±SD 46.67±8.56 27.07±3.81

P*

93.8±7.63 87.15±11.52 131.07±14.07

94.00±6.68 92.39±9.67 125.31±12.14

0.905 0.192 0.229

78.20±8.53

78.31±6.88

0.845

82.93±9.35

82.53±13.71

0.656

1575.7±910.40

2025.4±926.08

0.202

P* : U Mann Whitney Test

0.062 0.073

Sumber : Data Primer, 2013

Tabel 3 Analisis Perubahan Asupan Zat Gizi Sebelum dan Setelah 30 Hari Variabel

Kelompok Kontrol (n=15)

Energi (kkal)

Pre 1039.8±653.99 (871.30)

Post 840.16±456.56 (752.10)

P* 0.088

15.14±5.98 (14.0) 27.27±11.05 (26.0) 56.53±10.64 (53.0) 10.55±15.07 (6.10) 602.99±715.64 (279.0)

18.20±7.71 (19.0) 16.20±12.54 (15.0) 65.73±15.91 (70.0) 7.08±9.72 (5.20) 460.58±854.28 (125.30)

0.272

Protein (%) Lemak(%) Karbohidra t (%) Serat (gram) Natrium (mg)

Nilai : Mean±SD (median)

Kelompok Intervensi (n=18)

0.04 0.053 0.222 0.023

P* : Wilcoxon test

Pre 1673.6±2957. 9 (973.15) 14.78±3.67 (14.5) 21.11±9.93 (22.0) 64.06±10.64 (66.0) 9.78±8.13 (7.40) 651.26±1015. 53 (273.10)

Post 875.53±354. 39 (842.15) 12.72±5.98 (11.0) 22.11±12.03 (20.5) 65.17±13.21 (64.5) 4.75±2.81 (4.40) 462.31±704. 18 (123.10)

p**: u Mann Whitney test

P** P* 0.327

0.656

0.156

0.022

0.777

0.117

0.983

0.789

0.029

0.789

0.446

0.901

Tabel 4 Analisis Perubahan BMI, Lingkar Perut, Tekanan Darah dan Aktifitas Fisik Sebelum dan Setelah 30 Hari Variabel Pre IMT (kg/m2)

24.75 ±3.93

Kelompok Kontrol (n=15) Post Δ P* mean 25.21 ↑ 0.017 ±3.70 0.46± 0.66

Pre 27.08 ±3.81

Kelompok Intervensi (n=18) Post Δ P* mean 27.67 ↑ 0.246 ±3.51 5.9±1 .9

P**

P***

0.052

0.307

LP (cm) Laki2

93.8± 7.63

93.2± 8.41

↓ 0.6±1. 34

0.276

94.00 ±6.68

87.25 ±6.95

↓ 6.75± 8.42

0.109

0.286

0.111

Perempuan

87.15 ±11.5 2

87.35 ±11.9 9

↑ 0.2±3. 7

0.753

92.39 ±9.67

91.13 ±10.8 5

↓ 1.26± 2.9

0.116

0.212

0.403

TDS (mmHg)

131.0 7±14. 07 78.2± 8.53

135.0 0±19. 31 80.2± 6.27

↑ 0.410 125.3 124.6 ↓ 0.777 0.145 0.509 3.93± 1±12. 9±14. 0.61± 18.61 14 71 10.6 TDD ↑ 0.638 78.31 80.11 ↑ 0.222 0.735 0.682 (mmHg) 2.0±8. ±6.87 ±7.97 1.81± 9 6.77 HR 82.93 85.6± ↑ 0.670 82.53 86.81 ↑ 0.133 0.630 0.486 (x/menit) ±9.35 8.71 2.67± ±13.7 ±13.0 4.28± 12.56 1 9 10.74 Aktifitas 1575. 1717. ↑ 0.028 2025. 2264. ↑ 0.028 0.100 0.986 Fisik 7±910 1±854 141.4 4±92 6±903 239.1 (MET/mingg .40 .68 ±209. 6.08 .47 ±376. u) 36 47 Nilai : mean±SD p* : Wlcoxon Test (Pre-Post) p** : U Mann Whitney Test (P Post-post) P*** : U Mann Whitney Test (P Δ mean) IMT : Indeks Massa Tubuh LP : Lingkar Perut TDS : Tekanan Darah Sistol TDD : Tekanan Darah Diastol HR : Heart Rate

Tabel 5 Analisis Perubahan BMI, Tekanan Darah dan Aktifitas Fisik Responden Berusia di Bawah 50 tahun dan Di atas 50 tahun Sebelum dan Setelah 30 Hari Variabel

Kelompok Kontrol (n=5) Pre Post Δ P* mea n Responden di bawah usia 50 tahun TDS 128.1 139.70 ↑ 0.345 (mmHg) 0±13. ±32.38 11.6 85 ±26. 17 TDD 72.0± 78.5±8 ↑ 0.273 (mmHg) 7.69 .49 6.5± 10.7 HR 83.0± 92.4±1 ↑ 0.225 (x/menit) 8.03 1.04 9.4± 14.8 9 Aktifitas 1519. 1704.5 ↑ 0.18 Fisik 7±939 ±805.2 184. (MET/mingg .65 9 8±26 u) 9.71

Kelompok Intervensi (n=11) Pre Post Δ P* mean

P**

P***

121.4 1±10. 88

124.27 ±18.41

↑ 2.86± 10.35

0.373

0.377

0.827

78.59 ±7.79

80.18± 9.84

0.373

0.510

0.743

86.91 ±14.1 4

90.77± 12.28

↑ 1.59± 6.98 ↑ 3.86± 10.5

0.230

0.661

0.661

1836. 6±91 3.64

2001.4 ±857.2 3

↑ 164.7 ±318. 89

0.109

0.661

0.827

Responden Berusia di atas 50 tahun TDS 132.5 132.65 ↑ 0.721 131.4 125.36 ↓ 0.091 0.109 0.230 (mmHg) 5±14. ±9.77 0.10 1±12. ±6.88 6.07± 67 ±13. 19 9.21 62 TDD 81.3± 81.05± ↓ 0.721 77.86 80.0±3 ↑ 0.498 0.740 0.601 (mmHg) 7.41 5.17 0.25 ±5.68 .98 2.14± ±7.4 6.97 3 HR 82.90 82.2±5 ↓ 0.760 75.64 80.57± ↑ 0.310 0.813 0.417 (x/menit) ±10.3 .03 0.70 ±10.4 12.67 4.93± 6 ±10. 4 11.88 44 Aktifitas 1603. 1723.4 ↑ 0.068 2322. 2678.3 ↑ 0.109 0.064 0.740 Fisik 8±945 ±920.8 119. 1±93 ±872.5 356.1 (MET/mingg .65 3 7±18 3.08 0 ±453. u) 5.15 82 Nilai : mean±SD p* : Wlcoxon Test (Pre-Post) p** : U Mann Whitney Test (P Post-post) P*** : U Mann Whitney Test (P Δ mean) IMT : Indeks Massa Tubuh LP : Lingkar Perut TDS : Tekanan Darah Sistol TDD : Tekanan Darah Diastol HR : Heart Rate