PENGARUH PENANAMAN NILAI-NILAI MULTIKULTURAL

Download pluralis siswa serta pengaruh penanaman nilai-nilai mulikultural terhadap sikap pluralis siswa di MTsN ... adanya keanekaragaman budaya di ...

1 downloads 450 Views 123KB Size
PENGARUH PENANAMAN NILAI-NILAI MULTIKULTURAL TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP PLURALIS SISWA DI MTsN BABAKAN CIWARINGIN KABUPATEN CIREBON Wardatul Baldah1, Cecep Sumarna2, Bambang Yuniarto3 IAIN Syekh Nurjati Cirebon1, 2, 3 [email protected]; [email protected]; [email protected]

Abstrak Indonesia merupakan negara yang majemuk. Keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia mengakibatkan banyaknya perbedaan seperti, budaya, adat istiadat, agama, bahasa, ras, suku dan lain sebagainya. Kita tinggal di negara yang majemuk harus mampu menghargai adanya perbedaan yang sangat banyak yang kemungkinan besar akan menimbulkan konflik dan perpecahan yang hanya berlandaskan emosi diantara individu masyarakat. Oleh karena itu dalam pendidikan dibutuhkan penanaman nilai-nilai multikultural melalui proses pembelajaran agar dapat membentuk sikap pluralis siswa. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh data tentang nilai-nilai multikultural, sikap pluralis siswa serta pengaruh penanaman nilai-nilai mulikultural terhadap sikap pluralis siswa di MTsN Babakan Ciwaringin kabupaten Cirebon. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan angket. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di MTsN Babakan Ciwaringin Cirebon yang berjumlah 585 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive cluster sampling, yang diperoleh dari siswa kelas VII G dan VII H dengan jumlah 42 siswa. Analisis dalam penelitian menggunakan teknik prosentase, selain itu dilakukan uji validitas, reabilitas, uji normalitas, linearitas, korelasi product moment, analisis regresi, koefisien determinasi, dan uji hipotesis. Berdasarkan hasil perhitungan Koefisien Korelasi Product Moment diketahui bahwa korelasi antara variabel X terhadap variabel Y adalah sebesar 0,70, dengan rentang korelasi kuat. Sedangkan hasil dari uji hipotesis diperoleh hasil Sig. 0,000 < 0,05 artinya penanaman nilai-nilai multikultural memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan sikap pluralis siswa yang berkategori hubungan kuat. Kata Kunci: Nilai-nilai multikultural, pembentukan sikap, pluralis siswa

Jurnal Edueksos Volume V No 1, Juni 2016

115

A. Pendahuluan Indonesia merupakan negara yang majemuk. Keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia, mengakibatkan banyaknya perbedaan seperti, budaya, adat istiadat, agama, bahasa, ras, suku dan lain sebagainya. Pada hakikatnya memang setiap individu memiliki perbedaan, tak ada satupun individu yang memiliki kesamaan secara utuh, tentunya individu tersebut berbeda dengan individu yang lain. Kita tinggal di negara yang majemuk harus mampu menghargai adanya perbedaan yang sangat banyak. Karena adanya keanekaragaman budaya di negara Indonesia ini, kemungkinan besar akan menimbulkan konflik dan perpecahan yang hanya berlandaskan emosi diantara individu masyarakat. Terlebih lagi masyarakat Indonesia mudah terpengaruh oleh suatu informasi tanpa mengkaji lebih dalam. Sehingga dalam pendidikan dibutuhkan nilai-nilai multikultural agar dapat membentuk sikap pluralis siswa. Di Indonesia undang-undang dan konstitusi negara yang mengatur tentang pluralisme dan multikulturalisme, diantaranya yaitu UUD 1945 pasal 18B ayat 2 tentang pemerintah daerah yang berbunyi: ‘’Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang”. Kemudian di dalam UU Republik Indonesia nomor 32 tahun 2004 tentang

pemerintahan

daerah

yang

berbunyi:

‘’Negara

memajukan

kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya”. Selain itu, dalam UUD 1945 pasal 32 tentang pemerintahan daerah juga dijelaskan bahwa “Kebudayaan bangsa (Indonesia) adalah puncak-puncak kebudayaan di daerah”. Maka dapat disimpulkan negara Indonesia adalah negara hukum yang selalu melindungi semua warga Indonesia tanpa memandang suku, ras, agama dan perbedaan-perbedaan lain.

116

Jurnal Edueksos Vol V No 1, Juni 2016

Di era sekarang ini, banyak para remaja yang tidak bisa menghargai adanya perbedaaan, mereka hanya memandang bahwa kelompok mereka yang paling hebat, dan kelompok orang lain dianggap buruk. Hal tersebut dikatakan sebagai sikap primordial. Sikap primordial itulah yang membuat seseorang tidak bisa menghargai adanya perbedaan dan sangat rentan terjadinya suatu konflik. Bahkan remaja saat ini juga banyak yang tidak sadar, tidak banyak tahu dan tidak bisa menghargai budayanya sendiri. Apalagi harus menghargai budaya orang lain. Karena umumnya masyarakat sudah terpengaruh oleh budaya asing. Selain itu juga banyak ditemukan di kalangan pelajar yang mencerminkan sikap tidak menghargai adanya perbedaan, karena banyak di antara mereka yang membentuk geng-geng atau berkelompok. Adanya hal tersebut menunjukkan bahwa interaksi dan pergaulan mereka terbatas, karena tidak bisa berbaur dengan teman yang lainnya yang mereka anggap berbeda dengan kelompoknya dan antar kelompok juga terkadang cenderung tidak bisa menerima perbedaan yang ada. Saat ini juga, sering terjadi konflik antar pelajar seperti tawuran antar sekolah, hal tersebut biasanya disebabkan oleh adanya perbedaan dan sikap primordial, karena mereka menganggap bahwa kelompok mereka yang paling unggul dan hebat. Sikap pluralisme harus ditumbuhkembangkan pada generasi muda kita. Penanaman tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan. Karena pendidikan diyakini sebagai usaha sadar, terarah, dan disertai dengan pemahaman yang baik untuk menciptakan perubahan-perubahan yang diharapkan pada perilaku kelompok atau komunitas di mana individu itu hidup (Affi, 1964:163). Nilai-nilai multikultural sangat penting diterapkan dalam pendidikan, karena nilai-nilai tersebut dapat mendidik dan mengajarkan siswa untuk bisa menghargai adanya perbedaan, menerima perbedaan dan menghormati satu sama lain. Dalam proses pembelajaran, seorang guru harus bisa menanamkan nilai-nilai tersebut. Sehingga pesan dan nilai-nilai tersebut dapat masuk dan tumbuh kedalam diri setiap peserta didik. Nilai-nilai multikultural dalam pendidikan diharapkan dapat membentuk sikap siswa, untuk bisa menerima dan menghargai berbagai macam perbedaan yang ada disekitarnya, sikap tersebut dinamakan sebagai sikap pluralis.

Jurnal Edueksos Volume V No 1, Juni 2016

117

Berdasarkan penelitian awal, saat observasi di MTsN Babakan Ciwaringin, di sekolah tersebut siswa-siswinya mayoritas imigran. Karena selain menempuh pendidikan umum, mereka juga menempuh pendidikan agama lewat pondok pesantren. Oleh karena itu sekolah tersebut banyak siswa-siswi yang berasal dari berbagai macam daerah seperti, daerah-daerah yang berada di pulau jawa, bahkan sampai luar pulau jawa. Hal tersebut menunjukkan bahwa banyak sekali perbedaan-perbedaan diantara siswasiswanya. Karena setiap daerah pasti memiliki berbagai macam perbedaan seperti, budaya, bahasa, suku, adat istiadat, karakter serta latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut sering sekali menjadi alasan adanya pertentangan diantara mereka. Terlebih lagi siswa-siswi di kelas VII, mereka umumnya masih belum bisa berbaur dengan teman-teman sekelasnya, karena memang mereka baru mengenal dan belum bisa beradaptasi satu sama lain. Di kelas VII, siswa-siswa tersebut masih memiliki sikap primordial, dan masih memilih-milih dalam berteman, seperti dibentuknya kelompokkelompok kecil atau geng, yang anggotanya berasal dari daerah yang sama. Karena mungkin mereka lebih nyaman berteman dengan orang yang berasal dari daerah yang sama. Adanya kelompok-kelompok tersebut, menjadikan siswa-siswa terbatas dalam melakukan interaksi dan bekerja sama satu sama lain. Selain itu juga, dalam proses pembelajaran siswa yang berasal dari daerah pulau jawa, tidak bisa menghargai pendapat teman-teman yang lainnya, mereka hanya menganggap bahwa pendapat mereka lah yang paling hebat, karena memang memiliki watak dan karakter yang kasar/keras dan tidak mau mengalah, karena mereka berasal dari daerah pulau jawa. Dan kita tahu bahwa umumnya orang dari luar pulau jawa itu memiliki watak yang keras. Hal tersebut sering sekali terjadi perdebatan di antara mereka. Kemudian, sering terjadinya saling ejek/cemooh ketika ada siswa yang berbicara dengan logat yang sedikit aneh, seperti siswa yang berasal dari brebes, tegal, dan losari. Memang dari daerah tersebut memiliki gaya bahasa yang sedikit aneh. Hal tersebut dijadikan sebagai bahan untuk mengejek dan bahan tertawaan bagi teman-teman yang lainnya. Sehingga siswa yang memiliki perasaan yang sensitif, akan mudah

118

Jurnal Edueksos Vol V No 1, Juni 2016

tersinggung ketika teman-teman yang lainnya mengejek/ menertawakannya. Hal tersebut dapat memicu terjadinya kesalahpahaman diantara mereka. Berdasarkan dari masalah tersebut, penulis ingin mencoba mengangkat judul yaitu: “Pengaruh Penanaman Nilai-Nilai Multikultural Terhadap Pembentukan Sikap Pluralis Siswa Di MTsN Babakan Ciwaringin Kabupaten Cirebon’’. B. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, dimulai dari bulan Januari sampai dengan akhir bulan Aprli 2016. Peneliti melakukan penelitian di kelas VII semester II tahun ajaran 2015-2016. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa-siswi kelas VII di MTsN Babakan Ciwaringin tahun ajaran 2015-2016. Populasi ini sebagai dasar untuk mengetahui pengaruh penanaman nilai-nilai multikultural terhadap pembentukan sikap pluralis siswa. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel secara purposive cluster sampling. Menurut Margono (2004:127), teknik ini digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster. Cara penarikan sampel dalam teknik ini yaitu dengan menunjuk satu atau dua kelas untuk dijadikan sampel. Adapun kelas yang ditunjuk yaitu kelas VII G dan VII H, jadi dalam penelitian ini yang dijadikan sampelnya yaitu kelas VII G dan VII H, masingmasing kelas mengambil 21 sampel. Sehingga sampel dalam penelitian ini berjumlah 42 siswa. Desain penelitian ini yaitu dengan menggunakan desain ex post facto yaitu penelitian yang digunakan untuk menjelaskan atau menemukan bagaimana variabel-variabel dalam penelitian saling berhubungan atau berpengaruh serta penyebab gejala-gejala atau perilaku tersebut terjadi. Dalam rangka memperoleh data yang akurat dari variabel yang dikaji dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa kuesioner (angket), wawancara, dan observasi, yaitu:

Jurnal Edueksos Volume V No 1, Juni 2016

119

1. Observasi Observasi merupakan metode pengumpul data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki (Supardi,2006:88). Observasi dilakukan menurut prosedur dan aturan tertentu sehingga dapat diulangi kembali oleh peneliti dan hasil observasi memberikan kemungkinan untuk ditafsirkan secara ilmiah. Teknik observasi ini dilakukan untuk meilhat/mengamati secara langsung bagaimana sikap siswa pada saat proses pembelajaran. 2. Wawancara Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk lebih mendalami responden secara spesifik yang dapat dilakukan dengan tatap muka ataupun komunikasi menggunakan alat bantu komunikasi (Sugiyono, 2013:194). Teknik pengumpulan data tersebut digunakan sebagai pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti serta dilakukan untuk memperoleh data yang lebih mendalam dari responden. Dalam penelitian ini teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara yang tidak terstruktur atau terbuka. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono, 2013:140). 3. Kuesioner (Angket) Kuesioner (Angket) merupakan alat teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Iskandar, 2008: 77). Kuesioner dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengukur besaran variabel bebas yaitu ‘’ nilai-nilai multikultural’’ serta besaran

120

Jurnal Edueksos Vol V No 1, Juni 2016

variabel terikat yaitu ‘’pembentukan sikap pluralis siswa’’. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan kuesioner tertutup, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada responden dalam bentuk pilihan ganda. Jadi kuesioner jenis ini responden tidak diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat (Syofian, 2011: 113). Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket ini dilakukan

untuk

memperoleh

data

tentang

pengaruh

nilai-nilai

multikultural terhadap pembentukan sikap pluralis siswa. Daftar pertanyaan yang akan diujikan kepada siswa sebanyak 30 butir soal yang terdiri dari empat pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). C. Hasil dan Pembahasan Pembahasan hasil penelitian ini bertujuan untuk membuktikan kesesuaian hasil penelitian dengan teori, apakah hasil penelitian mendukung, memodifikasi atau menentang. Berikut akan diuraikan pembahasan hasil penelitian. Berdasarkan hasil uji normalitas, maka diketahui bahwa data pada variabel pengaruh penanaman nilai-nilai multikutural menunjukkan nilai signifikansi pada uji Kolmogorov-Smirnova sebesar 0,124 dan uji ShapiroWilk sebesar 0,57, hal tersebut menunjukkan nilai yang signifikan. Sedangkan data variabel pembentukan sikap pluralis siswa memnunjukkan nilai signifikansi pada uji Kolmogorov-Smirnova sebesar 0,200 dan uji ShapiroWilk sebesar 0,275. Maka dapat disimpulkan bahwa data kedua variabel tersebut dapat dikatakan berdistribusi normal. Selain itu, berdasarkan gambar grafik Q-Q plot data penelitian kedua variabel yaitu pengaruh penanaman nilai-nilai multikultural (X) dan pembentukan sikap pluralis siswa (Y) tersebar disekitar garis normal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data penelitian tersebut berdistribusi normal. Sedangkan berdasarkan uji linearitas dapat diketahui bahwa nilai Linearity pada kolom Sig. 0,000 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data penelitian mengenai pengaruh penanaman nilai-nilai multikultural terhadap sikap pluralis siswa tersebut berpola linear. Jurnal Edueksos Volume V No 1, Juni 2016

121

Selanjutnya berdasarkan perhitungan regresi linier sederhana diperoleh persamaan sebagai berikut Ŷ = -1.275 + 0,956X. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh penanaman nilai-nilai multikultural (X) berpengaruh signifikan dengan arah positif sebesar 0, 956. Artinya jika pengaruh penanaman nilainilai multikultural (X) bertambah 1, maka pembentukan sikap pluralis siswa akan bertambah 0, 956 atau 95,6%. Adapun hasil perhitungan analisis koefisien korelasi dapat diperoleh nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,493. Hal ini berarti penanaman nilai-nilai multikultural (X) memberikan pengaruh terhadap pembentukan sikap pluralis siswa (Y) sebesar 0,493 (49,3%). Sedangkan sisanya yaitu sebesar 0,507 (50,7%) dipengaruhi oleh faktor lain. Setelah diketahui hasil dari perhitungan diatas, selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan hipotesis regresi yaitu apabila P-value atau Sig. < α (0,05) maka H 0 ditolak (pengaruhnya signifikan) dan sebaliknya apabila P-value atau Sig. > α (0,05) maka Ho diterima (tidak ada pengaruh yang signifikan). Adapun hasil yang diperoleh yaitu nilai Sig. 0,000 < 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa penanaman nilai-nilai multikultural memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan sikap pluralis siswa. D. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis penelitian dan pembahasan yang telah dikemukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Penanaman nilai-nilai multikultural yang terdapat di MTsN Babakan Ciwaringin yaitu dengan melalui proses pembelajaran, di dalam setiap mata pelajaran guru menyisipkan nilai-nilai multikultural baik didalam metode ataupun strategi pembelajaran dengan pendekatan humanist. Guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang beragam, seperti guru meminta siswa untuk membentuk kelompok dan di dalam kelompok tersebut siswa terdiri dari berbagai suku, ras dan budaya.

122

Jurnal Edueksos Vol V No 1, Juni 2016

Pembentukan sikap pluralis siswa di MTsN Babakan Ciwaringin dapat dikatakan baik, karena adanya penanaman nilai-nilai multikultural yang diterapkan oleh guru melaui proses pembelajarannya. Penanaman nilai-nilai multikultural tersebut dapat membentuk sikap pluralis siswa yang ditandai dengan adanya sikap siswa yang sudah mulai bisa mengakui dan menghargai adanya perbedaan. Berdasarkan hasil perhitungan Koefisien Korelasi Product Moment diketahui bahwa kortelasi antara variabel X terhadap variabel Y adalah sebesar 0,702, berarti korelasi antara kedua item tersebut bersifat signifikan dengan taraf korelasi 0,60 - 0,799 atau pada rentang korelasi kuat. Sedangkan hasil dari uji hipotesis diperoleh hasil Sig. 0,000 < 0,05 artinya penanaman nilai-nilai multikultural memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan sikap pluralis siswa yang berkategori hubungan kuat. 2. Saran Berdasarkan

kesimpulan

hasil

penelitian

diatas,

penulis

menyampaikan beberapa saran sebagai masukan, yang diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak. Adapun sarannya yaitu: a. Bagi Sekolah Untuk mencapai tujuan pendidikan yang maksimal, sekolah sebagai penyelenggara pendidikan hendaknya terus meningkatkan proses pendidikan dan pembelajaran. b. Bagi Guru Apabila melihat hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pengaruh nilai-nilai multikultural terhadap pembentukan sikap pluralis siswa memiliki pengaruh yang signifikan maka guru yang memegang peranan penting dalam menanamkan nilai-nilai multikuklural, harus tetap menanamkan nilai-nilai multikultural kepada siswa-siswi untuk menghasilkan output yang berkualitas, berkarakter serta mampu menerima dan menghargai perbedaan yang ada disekitar.

Jurnal Edueksos Volume V No 1, Juni 2016

123

c. Bagi Siswa Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pengaruh nilai-nilai multikultural terhadap pembentukan sikap pluralis siswa memiliki peranan

yang

signifikan

maka

siswa

hendaknya

mampu

mengembangkan dan meningkatkan sikap pluralis tidak hanya disekolah tetapi dimanapun mereka berada, karena perbedaan selalu ada disekitar kita. DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Ali Maschan Moesa. 2007. Nasionalisme Berbasis Plural. Yogyakarta: LkiS. Anas Sudijono. 2006. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Calhoun, J, F, & Accocella, J, R. 1990. Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Semarang: IKIP Semarang Press. Choirul Mahfud. 2011. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cornelius Trihendradi. 2008. Step by step SPSS 16 Analisis Statistik. Yogyakarta: ISBN. Djaali dan Muljono. 2008. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo. Effendi. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Farida Hanum dan Setya Raharja. 2011. Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Multikultural Menggunakan Modul sebagai Suplemen Pelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan. Gerungan. 1998. Psikologi Sosial. Jakarta: Eresco. Husaini Usman. 2006. Manajemen Teori, Praktik Dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Imam Ghozali. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Undip. Imam Subkhan. 2007. Hiruk Pikuk Wacana Pluralisme di Yogyakarta. Yogyakarta: Kanisius.

124

Jurnal Edueksos Vol V No 1, Juni 2016

Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kualitatif dan Kuantitatif). Jakarta: Gaung Persada Press. Karnoto. 1996. Mengenal Analisis Tes (pengantar ke Program Komputer Anates). Bandung: Jurusan Psikologi dan Bimbingan IKIP. Maemunah. 2007. Nilai-nilai Pendidikan Multikultural dalam Pendidikan Agama Islam . skripsi. UIN Sunan Kalijaga-Yogyakarta. Mahfud Choirul. 2011. Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Muhammad Yusri FM. 2008. Prinsip Pendidikan Multikulturalisme dalam Ajaran Agama-agama di Indonesia. Jurnal Kependidikan Islam Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pustaka. Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Muthoharoh. 2011. Nilai-nilai Pendidikan Pluralisme dalam Fil My Name is Khan (Tinjauan Materi dan Metode dari Perspektif Pendidikan Agama Islam). Skripsi. UIN Sunan Kalijaga-Yogyakarta. Riduwan. 2010. Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta. Rully Indrawan. 2014. Metodologi Penelitian. Bandung: Refika Aditama . Rusmini Tumanggor.2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Saefudin Azwar. 1997.Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.Yogyakarta: PustakaPelajar. Sanafiah Faisal. 1990. Penelitian Kualitatif : Dasar-dasar dan Aplikasi. Malang: YA3. Silalahi, U. (2006). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Unpar Press. Somantri Muhammad Numan. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya. Subana dkk. 2000. Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA. Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Jurnal Edueksos Volume V No 1, Juni 2016

125

Sumadi Suryabrata. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rja Grafindo Persada. Sumartana, dkk. 2001. Pluralisme, Konflik dan Pendidikan Agama di Indonesia. Yogyakarta: Interfidei. Supardi, M.d. 2006. Metode Penelitian. Mataram: Yayasan Cerdas Press. Sutopo, HB. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press. Syamsul Ma’arif. 2005. Pendidikan Pluralisme di Indonesia. Yogyakarta: Logung. Syofian Siregar. 2010. Statistik Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. W.A. Gerungan. 1988. Psikologi Sosial. Bandung: Eresco. Zaim Elmubarok. 2009. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta . Zainal Arifin. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. http://diarru.multiply.com/journal/item/45/Pluralisme http://risgalutfi.blog.ugm.ac.id/2010/10/05/multikultur/&ei.html http://hayulinda.blogspot.co.id/2012/03/headline-sansa-edisi-11.html

126

Jurnal Edueksos Vol V No 1, Juni 2016