PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN PENDEKATAN MODELLING TERHADAP PENGETAHUAN, KEMAMPUAN PRAKTEK DAN PERCAYA DIRI IBU DALAM MENSTIMULASI TUMBUH KEMBANG BAYI 0-6 BULAN DI KABUPATEN MAROS The Effect Of Health Education With Modelling Approach On Mother’s Knowledge, Practice Ability And Maternal Confidence Of Infant Growth And Development. Ariyanti Saleh1, Elly Nurachmah2, Suryani As’ad3 , Veny Hadju4 1
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Unhas, Makassar; 2 Fakultas Ilmu Keperawatan, UI, Jakarta; 3 Fakultas Kedokteran, Unhas, Makassar; 4 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Unhas, Makassar. (Email:
[email protected])
ABSTRAK Pendidikan kesehatan dengan pendekatan modelling dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dukungan keluarga dan kepercayaan diri ibu dalam menjalankan perannya sebagai ibu (berdasar teori keperawatan Maternal Role Attainment/MRA) dalam mengoptimalkan tumbuh kembang bayi melalui pemberian ASI eksklusif dan stimulasi. Kabupaten Maros memiliki tingkat pertumbuhan kesehatan yang cukup rendah, khususnya yang terkait dengan kepedulian orang tua (ibu) terhadap perawatan kesehatan dan tumbuh kembang bayi, hal ini dapat dilihat dari data kunjungan bayi sebesar 65,8% dari 90% target yang ingin dicapai oleh pemerintah, dan cakupan deteksi dini tumbuh kembang bayi dan balita sebesar 13,37% dari 70% target yang ingin dicapai pemerintah (Dinkes Sulsel, 2008). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas pemberian pendidikan kesehatan dengan pendekatan modelling pada para ibu terhadap pengetahuan, sikap, kemampuan praktek dan kepercayaan diri ibu. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperiment pre-post control group design. Intervensi yang diberikan berupa pemberian pendidikan kesehatan dengan pendekatan modelling tentang manajemen laktasi dan stimulasi tumbuh kembang bayi. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja PKM Barandasi Kec. Lau dan PKM Hasanuddin Kec. Mandai Kab. Maros. Keseluruhan sampel berjumlah 81 orang terdiri dari 41 orang kelompok perlakuan dan 40 orang kelompok kontrol. Hasil uji wilcoxson membuktikan ada perbedaan yang bermakna pada kelompok perlakuan dan kontrol, secara berurutan yaitu pengetahuan (p=0,00, p=0,01), kemampuan praktek (p=0,00, p=0,006), kepercayaan diri (p=0,03, p=0,03). Uji mann whitney antara kedua kelompok didapat data, pengetahuan p=0,950, kepercayaan diri p=0,061 dan kemampuan praktek p=0,00. Pendidikan kesehatan dengan pendekatan modelling yang dilakukan perawat efektif dalam meningkatkan pengetahuan, kemampuan praktek, kepercayaan diri ibu dalam pemberian ASI dan menstimulasi bayi, yang pada akhirnya dapat mengoptimalkan tumbuh tumbuh kembang bayi. Oleh sebab itu, pemberdayaan perawat perkesmas perlu ditingkatkan dengan menjadikan program perkesmas sebagai salah satu program wajib puskesmas. Kata kunci: Pendidikan kesehatan, modelling, ibu, kepercayaan diri. ABSTRACT
Health education with modelling approach can increase knowledge, skill, ability, family support and maternal confidence in doing maternal role (based on Maternal Role Attainment nursing theory) and in optimizing infant growth and development through exclusive breastfeeding and stimulation. Maros District has low health growth level, especially related to mother awareness on infant care as well as infant growth development. If can be seen from only 65.8 % infant visit of 90% the government expectancy target, and 13.37% of 70% government expectancy target for early detection of infant and children growth development (DOH of Sulsel, 2008). The aim of this research was to identify the effectiveness of health education with modelling approach on mother’s knowledge, attitude , practice ability and maternal confidence of infant growth and development (0-6 months). Quasi eksperimental pre-post with control group design was used . The intervention given was health education with modelling approach related to lactation management and infant growth development stimulation. The study was done in Barandasi Kec. Lau and Hasanuddin Kec. Mandai Public Health Centre area, Maros District. The sample were 81 respondents consist of 41 people for the treatment group and 40 people for the control group. Wilcoxon test shown that there was a significant difference between treatment and control group, accordingly, knowledge (p=0,00, p=0,01), practice ability(p=0,00, p=0,006) and maternal confidence (p=0,03, p=0,03). From mann whitney test, between two group, it was found that knowledge p=0,950, maternal confidence p=0,061 and practice ability p=0,00. Health education with modelling approach conducting by nurse was effective in increasing knowledge, practice ability, maternal confidence breastfeeding and baby stimulation, which was in turn can optimize baby growth and development. That is why, community health nurses role should be increase by making community health nursing program as one of primary public health centre program. Keywords: Health education, modelling approach, mother, maternal confidence.
PENDAHULUAN Periode penting dalam tumbuh kembang adalah pada usia dibawah lima tahun (balita). Menurut Minick (1991), Soetjiningsih (1995) dan Depkes (2007), masa balita merupakan masa kritis dari tumbuh kembang, karena merupakan hal mendasar yang akan mempengaruhi dan menentukan tumbuh kembang selanjutnya. Oleh sebab itu, tumbuh kembang pada masa balita harus optimal. Tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan satu dengan lainnya. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Hal ini juga menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya, termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
Kualitas tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh faktor genetik yang merupakan potensi dasarnya dan faktor lingkungan yang diterimanya. Faktor lingkungan inilah yang menentukan apakah potensi yang sudah ada akan berkembang secara optimal. Faktor lingkungan dapat dimulai sejak dalam kandungan, pada saat persalinan dan setelah lahir. Orang tua terutama ibu merupakan lingkungan terdekat yang dapat berperan terhadap tumbuh kembang anak. Untuk mengoptimalkan potensi bawaan, seorang anak membutuhkan pengasuhan (asuh), kasih sayang (asah) dan stimulasi (asih) secara optimal. Peningkatan kesehatan dan pendidikan dasar anak serta pengurangan angka kemiskinan dan kelaparan merupakan tujuan pertama dan kedua dari pencapaian Millenium Development Goals yang dicanangkan PBB (WHO, 2001). Sedangkan menurut Grantham-McGregory et al. (2006), banyak balita di negara berkembang yang terpapar oleh berbagai resiko secara bersamaan meliputi kemiskinan, malnutrisi, status kesehatan yang buruk dan kurangnya stimulasi lingkungan. Hal ini juga didukung oleh data dari Depkes (2007) bahwa di Indonesia, terdapat sekitar 10 persen balita dari seluruh populasi penduduk yang harus mendapatkan perhatian memadai dari berbagai pihak. Oleh karena itu, diperlukan upaya peningkatan pengetahuan orang tua khususnya ibu, dalam meningkatkan daya hidup anak, kesehatan anak, gizi dan stimulasi kognitif, yang merupakan upaya penting dalam mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Faktor lingkungan lain yang berpengaruh pada tumbang anak adalah ketika masih dalam kandungan ibu. Di Indonesia ditemukan, bahwa ibu hamil mengalami anemia defisiensi zat besi sekitar 40,1% (SKRT, 2001). Tingginya angka anemia besi pada ibu, berkontribusi pada kondisi bayi yang dilahirkannya. Beberapa studi yang ditemukan, melaporkan tentang prevalensi anemia pada bayi di Indonesia yang menunjukkan angka lebih dari 50% (Dijkhuizen et al., 2002; SKRT, 2001). Disisi lain ada beberapa temuan yang masih memperdebatkan dampak dari seorang ibu hamil yang mengalami anemia zat besi terhadap kejadian anemia bayi yang dikandungnya (Nathan et al., 2000; Warrow, 2005). Faktor lain yang juga dapat berpengaruh pada tumbuh kembang bayi adalah pemenuhan kebutuhan gizi bayi 0-6 bulan. Kebutuhan ini mutlak diperoleh melalui Air Susu Ibu (ASI) bagi bayi dengan ASI eksklusif (Butte et al., 2002; WHO, 2000; WHO, 2002). Upaya perbaikan gizi bayi 0-6 bulan dilakukan melalui perbaikan gizi ibu sebelum dan pada masa pemberian ASI eksklusif tersebut. Hal ini diperkuat oleh penelitian oleh World Bank (2006) bahwa akibat gizi kurang pada usia kurang dari dua tahun, akan berdampak terhadap penurunan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kecerdasan, dan produktivitas; dimana dampak ini sebagian besar tidak dapat diperbaiki (irreversible). Pemberian ASI bukan hanya semata memenuhi kebutuhan fisik biologis tetapi juga berdampak pada aspek pemberian kasih sayang, rasa aman serta akan meningkatkan ikatan ibu dan anak yang merupakan hal penting dalam optimalisasi tumbuh kembang anak. Stimulasi merupakan salah satu faktor lingkungan yang juga berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Stimulasi merupakan cikal bakal proses pembelajaran anak yang harus dimulai sejak awal kehidupan. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau tidak mendapat stimulasi. Berbagai penelitian yang mendukung hal ini telah banyak dilakukan. Penelitian oleh Field (1986) dan Kuperus (1993) mengatakan bahwa stimulasi di lingkungan keluarga, dapat meningkatkan pertumbuhan bayi dan bagi
anak dengan resiko biologis tinggi akan mampu mengejar ketinggalan di bidang kognitifnya. Pertumbuhan merupakan dasar untuk menilai kecukupan gizi bayi. Parameter pertumbuhan yang digunakan oleh Depkes RI (2007) untuk bayi berusia 0-6 bulan adalah perbandingan berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB), berat badan per umur (BB/U), panjang badan per umur (PB/U) dan lingkar kepala (LK). Pengukuran berat badan terhadap tinggi badan dapat menggambarkan keadaan gizi anak pada waktu sekarang (Supariasa, 2002; Sekartini, 2006). Parameter lain dalam pengukuran status gizi bayi adalah pemeriksaan laboratorium terhadap hemoglobin (Hb), ferritin (Fe3+) dan hormon pertumbuhan (GH). Pengukuran kadar ferritin serum dilakukan untuk mengetahui persediaan besi yang merupakan indikator terbaik mengetahui kadar besi dalam tubuh, karena telah diketahui bahwa anemia adalah merupakan hasil akhir dari suatu defisiensi lanjut (Soetjiningsih, 1995; Almatsier, 2003; Nathan et al., 2003; Warrow, 2005). Pada aspek perkembangannnya, anak juga harus mendapatkan stimulasi agar dapat berkembang sesuai tahap perkembangannya. Menurut Frankenburg et al. (1981 dalam Soetjiningsih, 1995; Williams, 2004; Wong, 2003) terdapat 4 aspek untuk menilai perkembangan anak, yaitu gerak motorik kasar, gerak motorik halus, bahasa dan personal sosial. Depkes RI (2007) menjelaskan bahwa untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan pada bayi 0-6 bulan di tingkat pelayanan dasar adalah dengan menggunakan kuesioner pra skrining perkembangan (KPSP) dan tes daya dengar (TDD). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, orang tua khususnya ibu, merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi seorang bayi. Peran seorang ibu sangat penting, terutama sebagai agen kesehatan bagi anak dan keluarga dalam upaya memenuhi kebutuhan asah, asuh, asih pada bayi. Oleh karena itu, setiap ibu yang memiliki bayi memerlukan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang benar serta memiliki kepercayaan diri yang tinggi tentang hal tersebut. Perawat sebagai salah satu profesi kesehatan memiliki tanggung jawab untuk mempromosikan kesehatan keluarga dan anak, menyediakan layanan pada klien yang meliputi dukungan, pendidikan kesehatan dan pelayanan keperawatan yang dapat berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan ibu dalam merawat bayinya (Mercer, 2006). Mercer (2006) juga mengemukakan bahwa keperawatan adalah profesi yang dinamis dengan tiga fokus utama yaitu promosi kesehatan, mencegah kesakitan dan menyediakan layanan keperawatan bagi yang memerlukan untuk mendapatkan kesehatan yang optimal serta penelitian untuk memperkaya dasar pengetahuan bagi pelayanan keperawatan. Selain itu, keperawatan juga merupakan profesi kesehatan yang berinteraksi kuat dan mendukung wanita dalam pencapaian peran sebagai agen kesehatan bagi anak dan keluarganya. Teori keperawatan Maternal Role Attainment (MRA) dapat digunakan sebagai kerangka konseptual penelitian dalam meningkatkan peran ibu dan percaya diri ibu dalam merawat bayi (Russel, 2006; Meighan, 2006). Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini menjadikan teori keperawatan sebagai dasar pemikiran. Teori keperawatan MRA merupakan salah satu dari teori middle range yang dikembangkan oleh Ramona T. Mercer, yang berfokus pada ibu dalam mengembangkan perannya sebagai seorang ibu agar lebih percaya diri dalam melakukan perawatan anak-anaknya, melalui upaya pemberian pendidikan kesehatan (penkes) oleh perawat (Mercer, 2006; Mercer dan Walker, 2006). Beberapa asumsi yang mendasari teori ini adalah
karakteristik ibu, percaya diri ibu, status kesehatan bayi dan hasil akhir berupa status tumbuh kembang bayi (Mercer, 2006). Berdasarkan pengamatan di lapangan masih banyak ditemukan praktek pengasuhan bayi yang kurang kaya akan upaya stimulasi. Untuk itu diperlukan penkes yang dapat merubah perilaku ibu melalui pengetahuan, sikap, kemampuan, dan kepercayaan diri yang tinggi dalam merawat bayi khususnya dalam menstimulasi tumbuh kembang bayi. Beberapa studi menunjukkan bahwa penkes memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan pengetahuan dan kemampuan praktek dalam merawat bayi (Bhandari et al., 2004; Butz et al., 2005; Piwoz et al., 2005; Schlickau et al., 2005; Hasyam, 2007; Harisawati, 2008). Salah satu pendekatan teori belajar yang digunakan dalam pendidikan kesehatan adalah teori belajar sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Modelling merupakan konsep dasar dari teori belajar sosial yang fokus akhirnya adalah mewujudkan kemampuan diri seseorang melalui upaya peningkatan atensi, retensi, reproduksi dan motivasi selama proses belajar berlangsung (Hall & Lindzey, 1985). Melalui pendidikan kesehatan dengan pendekatan modelling inilah, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan kompetensi ibu dalam merawat bayi terutama dalam menstimulasi tumbuh kembang bayi. Kabupaten Maros memiliki tingkat pertumbuhan kesehatan yang cukup rendah, khususnya yang terkait dengan kepedulian orang tua (ibu) terhadap perawatan kesehatan dan tumbuh kembang bayi, hal ini dapat dilihat dari data kunjungan bayi sebesar 65,8% dari 90% target yang ingin dicapai oleh pemerintah, demikian juga dengan cakupan deteksi dini tumbuh kembang bayi dan balita sebesar 13,37% dari 70% target yang ingin dicapai pemerintah (Dinkes Sulsel, 2008). Dinas Kesehatan Maros (2010) juga melaporkan bahwa di Puskesmas Barandasi, balita yang memiliki status gizi baik hanya 11,4% dan balita dengan KPSP sesuai sebesar 61,8%. Balita di Puskesmas Hasanuddin, yang memiliki status gizi baik hanya 29,4% dan balita dengan KPSP sesuai berjumlah 38,76%. Beberapa penelitian tentang upaya penyelesaian masalah gizi dan tumbuh kembang anak telah banyak dilakukan, baik di tingkat Propinsi Sulawesi Selatan maupun di tingkat Kabupaten Maros, namun yang terkait dengan upaya penanganan masalah gizi dan tumbang melalui pendidikan kesehatan pada ibu belum banyak ditemukan. Studi ini dilakukan untuk mengidentifikasi efektivitas pemberian pendidikan kesehatan dengan pendekatan modelling pada para ibu terhadap pengetahuan, kemampuan praktek dan kepercayaan diri ibu dalam menstimulasi tumbuh kembang bayi 0-6 bulan. BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Barandasi Kecamatan Lau dan Puskesmas Hasanuddin Kecamatan Mandai Kabupaten Maros. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2009 sampai dengan bulan September 2010. Keseluruhan sampel berjumlah 81 orang ibu terdiri dari 41 orang kelompok intervensi dan 40 orang kelompok kontrol sesuai dengan kriteria penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan lembar observasi. Peneliti memperoleh identitas responden, pre-test untuk menilai pengetahuan, sikap, kemampuan praktek dan percaya diri ibu. Penkes yang digunakan adalah penkes dengan pendekatan modeling yang memfokuskan praktek dalam aktifitasnya. Penkes diberikan dalam 3 tahap yaitu: penkes 1 pada trimester 3 kehamilan, penkes 2 pada minggu pertama post partum dan penkes 3 ketika bayi berusia 3 bulan. Penkes dengan pendekatan modelling ini dilakukan melalui beberapa fase yaitu fase peningkatan atensi,
retensi, reproduksi dan motivasi. Metode yang digunakan dalam penkes adalah demonstrasi, redemonstrasi dan simulasi, sedangkan alat bantu penkes yang digunakan adalah leaflet, lembar balik dan pantom. Metode dalam penelitian ini adalah quasi eksperiment pre-post with control group design. Perlakuannya (intervensi) berupa pemberian pendidikan kesehatan (penkes) dengan pendekatan modelling. Desain quasi eksperiment ini dilakukan untuk menilai dampak pendidikan kesehatan pendekatan modelling tentang manajemen laktasi dan stimulasi tumbuh kembang bayi, pada ibu yang telah mendapat tablet zat gizi mikro pada trimester 2 kehamilan. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden Tabel 1 memperlihatkan hasil uji homogenitas responden berdasarkan usia ibu, usia suami, pekerjaan suami dan pendapatan keluarga, hasil penelitian menunjukkan bahwa antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol telah memilki kesetaraan/ homogenitas. Hasil uji homogenitas antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol pada rerata usia ibu didapat nilai p=0,78, rerata usia suami didapat nilai p=0,49, pekerjaan suami didapat nilai p=0,26 dan pendapatan keluarga didapat nilai p=0,19. Hasil uji homogenitas berdasarkan pendidikan ibu didapat nilai p=0,005, pendidikan suami didapat nilai p=0,01 dan jumlah anggota keluarga didapat nilai p=0,01, hasil analisis statistik ini menunjukkan bahwa pendidikan ibu, pendidikan suami dan jumlah anggota keluarga pada kelompok perlakuan tidak setara/ tidak homogen dengan kelompok kontrol. Tingkat pendidikan (ibu dan suami) pada kelompok perlakuan, masing-masing rerata tingkat pendidikan masih berada pada tingkat pendidikan yang rendah yaitu sebanyak 87,8% (36 orang) pada ibu dan 73,2% (30 orang) pada suami, dibandingkan rerata tingkat pendidikan pada kelompok kontrol yaitu pendidikan yang rendah pada ibu sebanyak 65% (26 orang) dan pada suami sebanyak 42,5% (17 orang). Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan untuk jenis pekerjaan suami antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, sebagian besar pekerjaan suami adalah wiraswasta. Keluarga yang memiliki pendapatan kurang dari 1 juta pada kelompok perlakuan sebanyak 78% (32 orang), sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 65% (26 orang). Hal ini menunjukkan bahwa status ekonomi pada kelompok kontrol masih lebih tinggi dibandingkan pada kelompok perlakuan. Diperoleh informasi bahwa pada kelompok perlakuan, keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga yang banyak (> 4) yaitu sebanyak 61% (25 orang), sedangkan pada kelompok kontrol keluarga yang memiliki jumlah anggota lebih dari 4 orang hanya 32,5% (13 orang). 2. Perbedaan Pengetahuan, Kemampuan dan Kepercayaan diri Ibu. Penelitian ini merupakan penelitian intervensi. Intervensi yang dilakukan pada kelompok perlakuan adalah dengan pendidikan kesehatan. Tujuan penkes adalah untuk mengubah perilaku ibu ke arah positif yang dilaksanakan secara terencana melalui proses belajar. Perubahan perilaku mencakup tiga ranah perilaku, yaitu pengetahuan, sikap dan kemampuan praktek. Proses belajar yang digunakan dalam penkes pada penelitian ini adalah berdasar pada teori belajar sosial oleh Bandura dengan konsep intinya adalah modelling, yang mengedepankan pelaksanaan praktek pada pelaksanaan penkesnya. Perubahan perilaku yang dimaksud dalam proses belajar modelling adalah
perubahan efikasi diri dan perubahan kompetensi (kemampuan) ibu yang dapat digambarkan melalui kepercayaan diri ibu. Penkes dalam penelitian ini dilaksanakan sebanyak 3 kali, yaitu penkes I dengan menggunakan modul tentang manajemen laktasi (pemberian ASI) yang diberikan pada pada akhir trimester III kehamilan. Penkes II dengan menggunakan modul tentang stimulasi tumbuh kembang 1 (bayi 0-3 bulan) yang diberikan pada minggu pertama post partum dan penkes III dengan menggunakan modul tentang stimulasi tumbuh kembang 2 (bayi 3-6 bulan) yang diberikan ketika usia bayi 3 bulan. Proses belajar modelling ini memiliki 4 fase yaitu atensi, retensi, reproduksi dan motivasi, yang sebagian besar fasefase tersebut merupakan proses internal dari subjek belajar dalam menjalani pembelajaran sosial (Hall & Lindzey, 1993; Bandura, 1977 dalam Bastabel, 2002). Pelaksanaan pemberian pendidikan kesehatan, dimulai dengan fase pertama yaitu petugas lapangan meningkatkan perhatian (atensi) para ibu. Petugas memulainya dengan membina hubungan saling percaya, menanyakan kebutuhan ibu tentang informasi yang terkait dengan perawatan bayi, khususnya tentang cara pemberian ASI dan stimulasi tumbuh kembang dan mengkaji hambatan ibu dalam merawat anak sebelumnya. Menurut Bandura (1977 dalam Bastabel, 2002), fase perhatian merupakan fase awal atau suatu kondisi yang diperlukan agar pembelajaran terjadi. Model peran yang menarik, mampu membina hubungan saling percaya dan berkompetensi tinggi, akan lebih diamati oleh subjek belajar. Sebagai upaya meningkatkan atensi ibu ketika memulai penkes dan selama penkes berlangsung serta peningkatan retensi ibu terhadap materi penkes, maka digunakanlah berbagai metode belajar antara lain, demonstrasi, redemontrasi dan simulasi. Selain itu, digunakan berbagai media belajar berupa leaflet, lembar balik dengan gambar dan warna yang menarik serta pantom boneka bayi saat demonstrasi keterampilan. Metode belajar dan alat bantu yang digunakan didasarkan pada prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap oleh panca indra, semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima sesuatu, maka akan semakin jelas pengertian yang diperoleh. Sesuatu yang menimbulkan perhatian, akan memberikan pengertian baru baginya dan merupakan pendorong untuk melakukannya (Notoatmojo, 2007b). Pemberian leaflet ketika petugas sudah tidak ada, memberikan pengalaman tersendiri bagi para ibu dan mendukung proses retensi terhadap materi dan tehnik – tehnik pemberian ASI dan stimulasi. Dari evaluasi menggambarkan bahwa penkes dengan metode belajar dan media belajar yang digunakan dalam penelitian ini, dapat meningkatkan atensi ibu dan retensi ibu dalam mengingat kembali materi penkes, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian. Hasil penelitian seperti yang terlihat pada tabel 2 menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan mengalami rangking positif (peningkatan urutan) dengan nilai median pengetahuan ibu sebelum intervensi adalah 31,87 dan setelah intervensi 29,67 serta nilai median perubahan sebesar 40,88. Hasil uji wilcoxon didapatkan nilai p = 0,000, artinya ini terdapat perbedaan pengetahuan ibu pada kelompok perlakuan setelah pemberian pendidikan kesehatan dengan pendekatan modelling. Pada kelompok kontrol nilai median sebelum intervensi 50,36, setelah intervensi 52,61 dan nilai median perubahan 41,12, dengan menggunakan uji wilcoxon didapatkan nilai p=0,001, ini berarti bahwa pada kelompok kontrol juga mengalami perbedaan pengetahuan, namun dari nilai median terlihat bahwa pada kelompok kontrol ini mengalami penurunan urutan. Hasil uji mann whitney terhadap kedua kelompok setelah intervensi menunjukkan nilai p=0,000, artinya ada perbedaan pengetahuan ibu antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol setelah dilakukan intervensi. Berdasarkan kategorisasi perubahan pengetahuan pada tabel 3 terlihat, terjadi peningkatan pengetahuan pada kedua kelompok sebanyak 75% dengan nilai p= 0,949, hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan perubahan pengetahuan dari kedua kelompok. Hasil penelitian menggambarkan bahwa penkes dengan pendekatan modelling dapat meningkatkan pengetahuan ibu pada kelompok perlakuan. Pada kelompok kontrol, meskipun tidak diberikan penkes secara langsung oleh petugas dari tim peneliti, tetapi para ibu juga mengalami peningkatan pengetahuan. Hal ini dapat disebabkan oleh tingkat pendidikan ibu tinggi dan informasi yang sebelumnya telah diperoleh ibu melalui informasi yang diberikan petugas kesehatan misalnya dari Bidan dan Perawat Puskesmas. Hal ini didukung pula oleh penelitian pendahuluan di wilayah kerja Kecamatan Mandai terhadap 30 sampel ibu menunjukkan bahwa para ibu sebanyak 53,3% memperoleh informasi mengenai pertumbuhan dan perkembangan bayi berasal dari media massa, 30% dari puskesmas dan 16,7% dari keluarga. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sharma dan Nagar (2006) bahwa penkes pada ibu akan meningkatkan pengetahuan ibu terhadap perawatan anak dan akan mengurangi kesalahan ibu/caregiver dalam merawat dan akan meningkatkan tumbuh kembang yang positif. Selanjutnya hasil penelitian ini juga sejalan dengan laporan hasil studi Piwoz (2005), yang menunjukkan bahwa pemberian pendidikan kesehatan dan konseling, memiliki relevansi dengan peningkatan pengetahuan dan praktek pemberian ASI. Tingkat pengetahuan seseorang yang semakin tinggi akan berdampak pada perkembangan ke arah yang lebih baik sehingga ibu yang berpengetahuan baik akan lebih objektif dan terbuka wawasannya dalam mengambil suatu keputusan atau tindakan yang diaplikasikan dengan perbuatan atau perilaku yang positif, terutama dalam hal memberikan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Menurut Staton (1978) dalam Notoatmojo (2007a), menyebutkan pengetahuan atau knowledge adalah individu yang tahu apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya. Sehubungan dengan itu pengetahuan merupakan salah satu aspek perilaku yang menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengerti dan menggunakan kemampuan (dengan pikiran) segala sesuatu yang telah dipelajarinya. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Depkes (2001) melaporkan bahwa ketidaktahuan ibu hamil tentang dampak anemia terhadap kesehatan diri, kehamilan dan janinnya, menyebabkan kepedulian dan kemauannya untuk mencegah dan menanggulanginya kurang/tidak ada. Demikian pula tentang tidak diketahuinya manfaat stimulasi sebagai upaya untuk mencegah terjadinya kegagalan tumbuh kembang, menyebabkan mereka tidak tertarik dan enggan untuk melakukan stimulasi pada anaknya. Tahap berikut dari penkes dengan pendekatan modelling adalah tahap reproduksi, yaitu terjadinya pengaktifan kembali hal-hal yang telah dicamkan sebelumnya. Pada tahap ini terjadi proses mengingat kembali dan mempraktekkan kembali keterampilan yang telah disampaikan pada saat penkes. Menurut Rogers (1974) dalam Notoatmojo (2007a) pada proses perubahan perilaku apabila didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting), begitu pula pada penelitian ini para ibu yang telah memilki pengetahuan yang baik dan sikap yang positif dari hasil penelitian terlihat memiliki kemampuan yang meningkat. Hasil penelitian pada tabel 4 memperlihatkan bahwa pada kelompok perlakuan, nilai median sebelum intervensi 37,27, setelah intervensi nilai median 43,05 dan nilai
median perubahan 47,77, berdasarkan uji wilcoxon didapatkan nilai p=0,000. Hal ini berarti terdapat perbedaan kemampuan ibu menstimulasi tumbuh kembang pada kelompok perlakuan sebelum dan setelah intervensi. Pada kelompok kontrol nilai median sebelum intervensi 44,82, setelah intervensi 38,90 dan nilai median perubahan 34,06, dengan menggunakan uji wilcoxon didapatkan nilai p=0,006, hal ini berarti terjadi pula perbedaan kemampuan ibu menstimulasi tumbuh kembang pada kelompok kontrol. Berdasarkan uji mann whitney, diperoleh hasil tidak bermakna p=0,424, artinya tidak ada perbedaan kemampuan menstimulasi tumbuh kembang antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah dilakukan intervensi. Meskipun terjadi perubahan pengetahuan kearah rangking negatif setelah intervensi pada kelompok perlakuan, namun jika dilihat dari data berdasarkan kategorisasi seperti yang terlihat pada tabel 5, bahwa terjadi perubahan peningkatan kemampuan dari ibu setelah intervensi penkes sebanyak 46% ibu pada kelompok perlakuan, sedangkan kelompok kontrol hanya sebesar 12,5% ibu yang mengalami peningkatan kemampuan. Hal ini sesuai dengan konsep yang menjelaskan bahwa penkes pada klien telah menunjukkan potensinya untuk meningkatkan kepuasan, memperbaiki kualitas hidup, memastikan kelangsungan perawatan, secara efektif mengurangi insiden komplikasi penyakit, memasyarakat masalah kepatuhan terhadap rencana pemberian perawatan kesehatan dan menurunkan ansietas dan memaksimalkan kemandirian dalam melakukan aktifitas yang terkait kesehatan yang salah satunya adalah melakukan stimulasi perkembangan pada bayi (Bastabel,2002). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Odom (1996) yang menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan pada para ibu tentang attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) dapat meningkatkan pengetahuan ibu mengenai ADHD dan perasaannya mengenai kompetensinya sebagai orang tua serta meningkatkan kemampuan orang tua dalam penamganan ADHD. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Pulley and Stepans (2002) berupa intervention pendidikan kesehatan tentang smoking hygiene. Smoking hygiene, diajarkan dengan menggunakan pamphlet and reinforcement tiap kunjungan, menunjukkan hasil yang tidak berbeda terhadap penanganan dan kejadian penyakit pernafasan diantara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Praktek pengasuhan yang dijalankan ibu dipandang sebagai peubah yang berpengaruh terhadap pertumbuhan anak. Esensi kualitas pengasuhan anak adalah praktek yang dijalankan ibu terhadap anaknya terkait pengasuhan makanan anak, perawatan dasar, higine-perorangan-kesehatan lingkungan dan keamanan anak (Bahar, 2001). Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Husaini dan Muhilal (1996), para wanita hamil yang dinasehatkan makan makanan yang kaya vitamin A atau mendapatkan kapsul vitamin A, cara memasaknya, dan cara menghidangkannya untuk dirinya sendiri dan keluarganya meningkatkan kemampuan para wanita hamil untuk mempraktekkannya. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa kemampuan praktek menstimulasi dari kedua kelompok tidak menunjukkan perbedaan, yang artinya ibu yang pengetahuannya setelah penkes lebih meningkat tetapi dari kemampuan tidak berbeda, namun dari pengalaman dan penelitian ternyata bahwa kemampuan seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan atau sikap saja. Meskipun dikatakan juga bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan. Hal ini juga terkait dengan budaya yang tidak menjadikan tindakan stimulasi bayi menjadi sebuah keharusan bagi ibu atau keluarga dalam melaksanakan perawatan bayi.
Hal penting dari perilaku kesehatan adalah pembentukan atau perubahan perilaku yang merupakan tujuan dari suatu penkes. Perubahan perilaku yang menetap dalam penelitian ini sesuai dengan konsep modelling adalah dikaitkan dengan kemampuan ibu dalam melakukan reproduksi kembali keterampilan pemberian ASI dan stimulasi bayi secara terus menerus. Walaupun disadari bahwa perubahan perilaku membutuhkan waktu yang lama dalam pencapaiannya. Dalam upaya melihat kesinambungan kemampuan ibu, maka pada penelitian ini dilakukan evaluasi proses sesaat setelah penkes dan evaluasi hasil pada 2 kali kegiatan. Meskipun dari hasil penelitian terlihat peningkatan kemampuan ibu pada 2 kali evaluasi, namun peneliti merasakan perlunya kegiatan evaluasi dan supervisi yang berkesinambungan untuk melihat kemampuan dalam mempertahankan perilakunya seperti memberikan ASI dan menstimulasi bayi. Seperti dilaporkan oleh Robert et al (2007) bahwa evaluasi dari implementasi yang dilaksanakan dibandingkan dengan implementasi yang direncanakan penting dilakukan untuk pengembangan implementasi program penkes selanjutnya. Dalam pencapaian peran menjadi ibu yang merupakan konsep inti dalam teori MRA, kemampuan ibu merupakan hal yang penting. Pada konsep kedua dari teori keperawatan MRA menjelaskan bahwa role strain-role conflict (konflik peran) didefinisikan sebagai konflik dan kesulitan yang dirasakan oleh wanita dalam penyesuaiannya terhadap tugas peran ibu, dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berinteraksi dengan bayinya. Selanjutnya infant temperament yang dikaitkan dengan kesulitan bayi dalam mengirimkan berbagai isyarat, juga dipengaruhi oleh ketidakmampuan dan keputusasaan ibu dalam merawat bayi (Mercer, 2006). Menurut Mercer dan Walker (2006), dalam konsep keperawatan MRA upaya yang dilakukan dalam meningkatkan percaya diri dan efikasi diri ibu adalah dengan cara memberikan penkes. Dengan penkes yang diberikan pada ibu maka pertumbuhan dan perkembangan bayi diharapkan akan menjadi lebih meningkat. Selanjutnya Mercer dan Walker (2006) mengatakan bahwa kepercayaan diri ibu merupakan variabel penting dalam adaptasi menjadi ibu dan peran maternal. Maternal role identity dalam teori MRA melibatkan komponen afektif dan perilaku. Komponen afektif dikaitkan dengan perasaan subjektif ibu tentang kemampuan merawat bayi. Berdasarkan hasil penelitian seperti terlihat pada tabel 6 menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan, nilai median sebelum intervensi 39,46, setelah intervensi 47,32, dan nilai median perubahan 36,80, dengan menggunakan uji wilcoxon didapatkan nilai p = 0,003. Hal ini berarti terjadi perbedaan kepercayaan diri ibu setelah intervensi pada kelompok perlakuan. Pada kelompok kontrol nilai median sebelum intervensi 42,58, setelah intervensi 34,52 dan nilai median perubahan 45,30 pada uji wilcoxon didapatkan nilai p=0,152, artinya tidak ada perbedaan kepercayaan diri ibu pada kelompok kontrol. Uji mann whitney menunjukkan hasil yang bermakna p=0,014, hal ini berarti ada perbedaan kepercayan diri antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah dilakukan intervensi. Setelah intervensi terlihat, berdasarkan kategorisasi terhadap kepercayaan diri ibu, pada kelompok perlakuan sesuai tabel 7 menunjukkan bahwa ibu yang mengalami perubahan peningkatan kepercayaan diri sebanyak 61% ibu, bila dibandingkan dengan kelompok kontrol yang perubahannya cenderung berkebalikan yaitu kepercayaan diri ibu tetap/menurun sebanyak 60%. dengan nilai p= 0,059. Hasil ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kepercayaan diri ibu pada kelompok perlakuan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Monk (2002) bahwa tingkat pengetahuan seseorang mempunyai pengaruh dalam pembentukan kepercayaan dirinya. Semakin
tinggi tingkat pengetahuan seseorang, berarti semakin banyak yang telah dipelajari individu sehingga dapat lebih mengenal diri baik kekurangan maupun kelebihannya sehingga mampu menentukan sendiri standar keberhasilannya. Semakin dewasa umur seseorang maka semakin banyak pengalaman dan informasi yang diperoleh sehingga dapat membangun konsep diri yang baik yang mampu menumbuhkan kepercayaan diri dalam melakukan sesuatu. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ruchala dan James (1997) terhadap ibu remaja dan dewasa menunjukkan bahwa ibu dewasa memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi mengenai perkembangan bayi dibanding ibu remaja. Pada ibu remaja dan dewasa, dukungan sosial dan pengetahuan mengenai perkembangan bayi berhubungan secara signifikan dengan kepercayaan diri dalam merawat bayi. Adapun teori yang dikemukakan oleh Gerungan (2004) yang menyatakan bahwa interaksi sosial merupakan suatu proses dimana individu memperhatikan dan merespon terhadap individu lain, sehingga dibalas dengan respon tertentu. Dalam hubungan kesehariannya, adalah interaksi antara orang tua (keluarga) dari ibu yang merupakan orang yang terdekat dengan ibu sehingga dalam hubungan keduanya akan muncul saling mempengaruhi satu sama lain, kaitannya dengan rasa percaya diri adalah bagaimana interaksi sosial tersebut dapat memberikan dukungan sehingga mampu meningkatkan dan memunculkan pandangan positif akan rasa percaya diri dalam merawat bayi. Seperti yang diungkapkan Russel (2006) bahwa kepercayaan diri maternal adalah sebuah komponen peran maternal, diartikan sebagai persepsi ibu terhadap kemampuannya dalam merawat dan memahami anak-anaknya. Kepercayaan diri maternal adalah persepsi ibu akan kemampuannya merawat bayi, mengenali dan merespon perilaku bayi, dan merasa puas menjalankan perannya sebagai ibu. Kepercayaan diri merupakan refleksi kompetensi ibu, kemampuan maternal yang dipengaruhi oleh beberapa variabel, selain pengetahuan dan perolehan keterampilan, juga termasuk variabel psikososial maternal dan karakteristik ibu, serta dukungan sosial, sedangkan hal lain yang mempengaruhi adalah karakteristik dan sifat bayi. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Russel (2006) yang menyebutkan bahwa kepercayaan diri ibu berhubungan secara signifikan dengan dukungan keluarga, selain itu kondisi depresi ibu dan temperamen bayi, juga dipengaruhi tingkat pengetahuan dan pendidikan ibu. Semakin dewasa umur seseorang maka semakin banyak pengalaman dan informasi yang diperoleh sehingga dapat membangun konsep diri yang baik yang mampu menumbuhkan kepercayaan diri dalam melakukan sesuatu. Di samping itu, pengalaman dan dukungan sosial juga merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kepercayaan diri ibu dalam merawat bayi. Dengan kepercayaan diri yang tinggi ibu akan lebih optimal dalam mengasuh anak-anaknya. Zahr (1993) melaporkan adanya hubungan bermakna antara perilaku maternal dengan berat badan bayi, bahwa ibu dengan bayi yang berat badan lebih besar akan membuat ibu tersebut lebih percaya diri dalam merawat bayinya. Ibu dengan bayi yang mengalami status kesehatan yang rendah memiliki kepercayaan diri yang lebih rendah. Porter dan Hsu (2003) melaporkan bahwa ibu yang memiliki beberapa anak lebih percaya diri dibandingkan dengan ibu yang baru pertama kali mempunyai anak. Selanjutnya dilaporkan bahwa karakteristik maternal pengetahuan tentang tumbuh kembang anak, demografi maternal (usia, pendapatan keluarga, pekerjaan), paritas, status kesehatan bayi dan dukungan keluarga mempengaruhi kepercayaan diri ibu, walaupun bermakna namun korelasinya relatif rendah. Intervensi penkes pada ibu telah
meningkatkan percaya diri ibu. Hasil ini menunjukkan bahwa teori MRA dapat menjadi panduan bagi perawat atau petugas kesehatan dalam membantu pencapaian peran ibu. Pada teori ini dikemukakan bagaimana proses pencapaian peran ibu dan proses akan menjadi seorang ibu dengan memberikan bantuan terhadap klien dengan memberikan pendidikan kesehatan dan dukungan serta memfasilitasi interaksi antara ibu dan bayi sedini mungkin. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Goto et al. (2010) yang menunjukkan pentingnya program parenting support yang salah satu kegiatannya adalah penkes dalam membantu ibu Jepang dan Vietnam untuk meningkatkan self-efficacy yang merupakan tahap lanjut dari percaya diri. Menurut Blyth R et al. (2002), selfefficacy ibu menyusui merupakan predictor significant untuk durasi dan tingkat menyusui. Integrasi strategi atau upaya peningkatan self-efficacy dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan dan dapat meningkatkan kepercayaan diri ibu baru dalam menyusui dan untuk tetap menyusui meski mengalami kesulitan. KESIMPULAN 1. Terdapat perbedaan pengetahuan setelah penkes dengan pendekatan modelling antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol p= 0,000. 2. Tidak terdapat perbedaan kemampuan setelah dilakukan penkes dengan pendekatan modelling antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol p=0,424, namun berdasarkan kategorisasi perubahan kemampuan, pada kelompok perlakuan terdapat 46% ibu mengalami peningkatan kemampuan ibu dalam menstimulasi tumbuh kembang, sedangkan pada kelompok perlakuan hanya 12,5%. 3. Terdapat perbedaan kepercayaan diri ibu antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol p=0,014. SARAN a. Pelaksanaan pendidikan kesehatan di masyarakat, sebaiknya dilakukan dengan pendekatan modelling disertai modul karena terbukti dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, kemampuan dan kepercayaan diri ibu yang memang sangat dibutuhkan dalam perawatan bayi sehingga bayi dapat tumbuh dan kembang lebih optimal. b. Berdasarkan hasil penelitian ini, pendidikan kesehatan yang dilakukan perawat di masyarakat terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, kemampuan dan percaya diri ibu dalam pemberian ASI dan menstimulasi bayi, yang pada akhirnya dapat mengoptimalkan tumbuh tumbuh kembang bayi. Oleh sebab itu, pemberdayaan perawat perkesmas perlu ditingkatkan dengan menjadikan program perkesmas sebagai salah satu program wajib puskesmas. DAFTAR PUSTAKA Ahmed, F., Khan, M.R., Akhtaruzzaman, M., Karim, R., Marks, G.C., Banu, C.P., Nahar, B., & Williams, G. 2005. Efficacy of twice-weekly multiple micronutrient supplementation for improving the hemoglobin and micronutrient status of anemic adolescent schoolgirls in Bangladesh. The American Journal of Clinical Nutrition, 82: 829-835.
Aidam, A.B., Escamilla, R.P., and Lartey, A. 2005. Lactation counseling increases exclusive breast-feeding rates in Ghana. The American Society for Nutritional Sciences. The Journal Nutrition, 135: 1691-1695. Albernaz, E.,Victoria, C.G., Haisma, H., Wright, A. and Coward, W.A. 2003. Lactation counseling increases breast-feeding duration but not breast milk intake as measured by isotopic method, The American Society for Nutritional Sciences. The Journal Nutrition, 133: 205-210. Almatsier, S. 2003. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Alvarado, B.E., Zunzunegui, M.V., Delishe, H., and Osorno, J. 2005. Growth trajectotories are influences by breast-feeding and infant health in an AfroColombian community, The American Society for Nutritional Sciences. The Journal Nutrition, 135: 2171-2178. Azwar, S. 2005. Sikap manusia teori dan pengukurannya. Edisi ke-2. Cet. IV. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bandura, A. 1986. Social foundations of thought and action. Englewood Cliffs. NJ: Prentice-Hall. Bandura, A. 1997. Self-efficacy: The exercise of control. W.H. Freeman: New York. Barnes, C.R. 2008. Cognitive, emotional and environmental mediators of early parenting in high risk families (Online) (http://wlv.openrepository.com/wlv/bitstream/2436/33753/1/Barnes%20PhD% 20thesis.pdf, diakses 24 Mei 2010). Bastabel, S.B. 2002. Perawat sebagai pendidik: Prinsip-prinsip pengajaran dan pembelajaran. Terjemahan oleh Wulandari, G. dan Widyanto, G. Jakarta: EGC.
Bhandari, N., Mazumder, S., Bahl, R., Martines, J., Black, R.E., Bahn, M. K. 2005. An educational intervention to promote appropriate complementary feeding practices and physical growth in infants and young children in rural Haryana India. The Journal of Nutrition, 134: 2342-2348. Blyt, R., Creedy, D.K., Dennis, C.L., Moyle, W., Pratt, J. and De Vries S.M. 2002. Effect of maternal confidence on breastfeeding duration: An application of breastfeeding self-efficacy theory. Birth, 29(4): 278-284. Bobak, M.I., Lowdermilk, D.L., Jensen, M.D., Perry, S.E. 2005. Buku ajar keperawatan maternitas. Terjemahan oleh Wijayarini, M.A. dan Anugerah, P.I. Edisi ke-4. Jakarta: EGC.
Bouwstra, H., Boersma, E.R., Boehm, G., Brouwer, D.A.J.D., Muskiet, F.A.J. and Algra, M.H. 2003. Exclusive breastfeeding of healthy term infants for at least 6 weeks improves neurogical condition. The Journal of Nutrition. Butte, N.F., Lopez, A., Garza, C. 2002. Nutrient adequacy of exclusive breastfeeding for the term infant during the first six months of live, in WHO 2003. Community Based Strategies for Breastfeeding Promotion and Support in Developing Countries. Butz, A., Pham, L., Lewis, L., Lewis, C., Hill, K., Walker, J. and Winkelstein, M. 2005. Rural children with asthma: Impact of a parent and child asthma education program. J Asthma, 42(10): 813–821. Contento, I.R. 2007. Nutrition education: Linking research, theory and practice. Massachusetts: Jones and Barlett Publisher, Inc. Craven, R.F. and Hirnle. 1996. Fundamentals of nursing: human health and function. (2 nd Ed). Lippincot: Philadelpia. Daniels, M.C. and Adair, L.C. 2005. Breast-feeding influences cognitive development in Filipino children. The Journal of Nutrition, 135: 2589-2595. De Maeyer, E.M. 1989. Preventing and controlling iron administration and programme manager. WHO. Genewa. Depkes RI. 2001. Survei kesehatan rumah tangga (SKRT). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan. Depkes RI. 2005 a. Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat. Departemen Kesehatan. Depkes RI. 2005 b. Manajemen laktasi: Pedoman bagi bidan dan tenaga kesehatan di puskesmas. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat. Departemen Kesehatan. Depkes RI. 2006 a. Pedoman promosi kesehatan bagi perawat kesehatan masyarakat. Jakarta: Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medis. Departemen Kesehatan. Depkes RI. 2006 b. Pedoman kegiatan perawat kesehatan masyarakat di puskesmas. Jakarta: Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medis. Departemen Kesehatan. Dewey, K.G., Cohen, R.J., Brown, K.H. 2004. Exclusive breast-feeding for 6 monts, with iron suplementastion, maintains adequate micronutrient status among term,
low-birthweigt, breast-fed infants in Honduras. The Journal of Nutrition, 134: 1091-1098. Dijkhuizen, A.M., Wieringa, T.F. 2001. Vitamin A, Iron and zinc deficiency in Indonesia, Micronutrien interactions and effects of supplementation. PhD thesis: Wageninngen. Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan. 2008. Cakupan Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan dalam Angka Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2003–2007 (Online). (http://datinkessulsel.files.wordpress.com/2008/10/spm-kesehatansulsel-2003-2007-dalam-angka.pdf, diakses 25 Februari 2010). Dinas Kesehatan Maros. 2010. Laporan tahunan cakupan pelayanan minimal bidang kesehatan. Maros. Eastwood, M. 2003. Principles of human nutrition. (2nd Ed). Edinburgh: Blackwell Science. Evawany, A. 2007. Pengaruh Pemberian Mie Instan Fortifikasi Pada Ibu Menyusui terhadap Kadar Zink dan Besi Asi serta Pertumbuhan Linier Bayi. Bogor: Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Field, T.M. 1986. Tactile/kinesthetic stimulation effects on preterm neonates. The American Academy Of Pediatrics Journal, 77: 654-658. Flores, A.L., Weber, M.K., Kilker, K.P., Dang, E.P. and Lindsey, L.L.M. 2007. Health education efforts in uncertain times: Helping to ensure healthy pregnancies in a time of crisis. American Journal of Health Education, 38 (4): 212-218. Gatterman, M.I. & Evans Jr, M.W. 2007. Assessment of community needs for health promotion and wellness. Dynamic Chyropractic, 25 (22): 36. Goto, A., Nguyen, Q.V., Nguyen, T.T., Pham, N.M., Chung, T.M.T., Trinh, H.P., Yabe, J. et al. 2009. Assosiations of psychocial factors with maternal confidence among Japanese and Vietnamese mothers. J child fam Stud, 19: 118-127. Grantham-McGregor, Cheung, Y.B., Cueto, S., Glewwe, P., Richter, L., Strupp, B. 2007. The International Child Development Steering Group, Child development in developing countries: Developmental potential in the first 5 years for children in developing countries. Lancet, 369 (9555): 60-70. Hadi, H. 2005. Beban ganda masalah gizi dan implikasinya terhadap kebijakan pembangunan kesehatan nasional. Makalah disajikan dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar FK UGM: Yogyakarta. Hadju, V., As’ad, S., Thaha, R. 2008. Penanggulangan Ibu Anemia secara Holistik untuk menciptakan generasi sehat dan tumbuh optimal. Laporan Penelitian Hibah Pasca. Makassar.
Hall, C.S. & Lindzey, G. 1985. Introduction the theories of personality. New York: Jhon Wiley & Sons: 553-570. Hall, C.S. & Lindzey, G. 1993. Teori-teori sifat dan behavioristik. Yogyakarta: Kanisius. Harisawati, Rr. H. 2008. Konseling gizi pada ibu hamil untuk perubahan perilaku makan dan status gizi selama kehamilan di RSB Pertiwi Makassar. Tesis yang tidak diterbitkan. Makassar: Program Pascasarjana UNHAS. Hariweni, T. 2003. Pengetahuan, sikap dan perilaku ibu bekerja dan tidak bekerja tentang stimulasi pada pengasuhan anak balita. [e-book] diakses tanggal 4 Maret 2010.
. Hasyam, A. 2007. Pengaruh konseling pada ibu terhadap pemberian asi eksklusif dan pertumbuhan bayi sampai dengan umur 4 bulan di Kabupaten Luwu. Tesis yang tidak diterbitkan. Makassar: Program Pascasarjana UNHAS. Hegarty, K., Brown, S., Gunn, J., & Forster, D. 2007. Women’s view and outcomes of an educational intervention designed to enhance psychosocial support for wome during pregnancy. Birth, 34(2): 155.
Hunt, I.F., Jacob, P.H.M., Ostergard, N.J., Masri, M.S.G., Clark, V,A., Coulson, A.H., Effect of nutrition education on the nutritional status of low-income pregnant women of Mexican decent. The American Journal of Clinical Nutrition. 29. 1976: 675-684. diakses dari tanggal 10 september 2007. Indriani, Y. & Krodiyana, K.R. 1997. Pengaruh penyuluhan gizi dalam perbaikan perilaku terhadap sayuran dan peningkatan pola konsumsi pangan pada petani sayuran di desa Gising Bawah Kec. Talang Padang Kab. Lampung Selatan. Laporan penelitian : Fak Pertanian Universitas Lampung. Info Pangan & Gizi, ISSN 0854-1728, volume VIII No.1. Kafatos, A., Vlachonikolis, I.G., and Codrington, C.A. 1989. Nutrition During Pregnancy: The Effect Of An Educational Intervention Program in Greece. American Journal Clinical Nutrition. 50. 970-979. diakses dari tanggal 10 september 2007. Keliat, B. A. 2011. Keperawatan kesehatan jiwa komunitas. Jakarta: EGC. Kuperus, N.W., Baerts, W., Smrkovsky, M., Sauer, P.J. 1993. Effects of biological and social factors on the cognitive development of very low birth weight children. The American Academy of Pediatrics Journal, 92: 658-659. Kushto-Reese, K., Maguire, M.C., Silbert-Flagg, J., Immelt, S., & Shaefer, S.J.M. 2007. Developing community partnership in nursing education for children’s health. Nursing Outlook, 55(2): 85.
Libbus, M.K. 1994. Lactation education practice and procedure: information and support offered to economically disadvantaged women. Journal of Community Health Nursing, 11(1): 1-10. Lind, T., Lonnerdal, B., Stenlund, H., Gamayanti, I.L., Ismail, D., Seswandhana, R. & Perrson, L.A. 2004. A community-based randomized controlled trial of iron and zinc supplementation in Indonesian infants: effects on growth and development. The American Journal of Clinical Nutrition, 80: 729-736. Loo, K.K., Zhu, H., Yin, Q., Luo, H., Min, L. and Tyler, R. 2006. Maternal confidence in China: Assosiation with infant neurobehaviors but not sociodemographic variables. Journal of Pediatric Psychology, 31(5): 452-459. Lumley, J. & Donohue, L. 2006. Aiming to increase birth weight: a randomised trial of Meighan, M. 2006. Maternal role attainment – becoming a mother. In M.Alligood & A.Tomey (Ed.). Nursing theorists and their work. Missouri: Mosby Inc. Mercer, T.R. and Walker, L.O. 2006. A review of nursing intervention to foster becoming a mother. AWHONN. JOGNN. 35(5). Minick, M.J.A., Brasel and Pedro, R. 1991. Nutrition and cell growth, nutrition and development. Canada: John Wiley and Sons Inc. Monk, F.J., Knoers, A.M.P., Haditono, S.R. 2002. Psikologi perkembangan pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Muhilal, Sumarno, I., Komari. 2004. Review of surveys and supplementation studies of anemia in Indonesia. Pendidikan Gizi dan Makanan. (24): 34-39. Narendra, M.B. 2002. Penilaian pertumbuhan dan perkembangan anak, dalam Narendra M.B., Sularyo T.S., Soetjiningsih, Suyitno, H. dan Ranuh I.N.G. penyunting tumbuh kembang anak dan remaja. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: CV Sagung Seto. Nurachmah, E. 2009. Hubungan antara falsafah, paradigm, model konseptual, teori keperawatan dan metodologi . Bahan ajar. Tidak dipublikasi. Odom, S.E. 1996. Effects of an educational intervention on mothers of male children with attention deficit hyperactivity disorder. Journal of Community of Health Nursing, 13(4): 207-220. Palda, V.A., Guise, J.M., Wathen, N. 2004. Interventions to promote breast-feeding: applying the evidence in clinical practice. Canadian Medical Association, 170(6): 976-978. Porter, C. & Hsu, H. during
2003. First-time
mothers’ perceptions
of
efficacy
the transition to motherhood: Links to infant temperament. Journal of Family Psychology, 17(1): 54-64. Pulley, K.R. & Stepans, M.B. F. 2002. Smoking hygiene: an educational intervention to reduce respiratory symptoms in breastfeeding infants exposed to tobacco. The Journal of Perinatal Education, 11(3): 28-37. Ratna. 2005. Pengaruh Pendidikan Gizi Ibu Balita Terhadap Pemberian Sirup Besi dan Kadar Hb Balita di Kecamatan Tallo Kota Makassar. Tesis tidak diterbitkan. Makassar: Program Pascasarjana UNHAS. Riyadi. 1996. Studi Evaluasi Efektifitas Program Suplementasi Tablet Besi pada Ibu Hamil. Makalah pada seminar Hasil-Hasil Penelitian Bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat. Bogor. Info Pangan & Gizi , ISSN 0854-1728, Vol VII No. 2. Robert, C.R. 2007. Implementation examined in a health center-delivered, educational intervention that improved infant growth in Trujillo Peru successes and challenges. Oxford Journals, 22(3): 318-331. Ruchala, P.L., James, D.C. 1997. Social support, knowledge of infant development and maternal confidence among adolescent and adult mothers. JOGNN, 26(6): 685689. Sarma, S., Nagar, S. 2006. Impact of educational intervention on knowledge of mothers regarding chilcare and nutrition in Himachal Pradesh. Journal Social Science, 12(2): 139-142. Sastroasmoro, S. dan Ismail, S. 2008. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-3. Jakarta: CV Sagung Seto. Schultink, W., Van Der Ree, M., Matulessi, P. & Gross, R. 1993. Low compliance with an iron-supplementation program: a study among pregnant women in Jakarta, Indonesia. The American Journal of Clinical Nutrition, 57: 135-139. Schlickau, J. & Wilson, M. 2005. Development and testing of a prenatal breastfeeding education intervention for hispanic women. The Journal of Perinatal Education, 14(4): 24-35. Seriani . 2007. Pengaruh pemberian tablet besi terhadap kadar feritin serum dan hemoglobin wanita prahamil dengan anemia defisiensi derajat ringan di Bali. Bali: Disertasi Program Doktor Pascasarjana Universitas Udayana. Sekartini. 2006. Skrining pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam Pulungan, A.B., Hendarto A., Hegar, B. dan Oswari, H., penyunting. Nutition GrowthDevelopment, Continuing Professional Development IDAI Jaya. Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta.
Sinklair D. 1991. Human growth after birth. (5th Ed). New York: Oxford University Press. Soedjatmiko. 2006. Stimulasi Dini untuk Bayi dan Balita. Dalam Pulungan, A.B, Hendarto, A., Hegar, B. dan Oswari, H., penyunting. Nutition GrowthDevelopment, Continuing Professional Development IDAI Jaya. Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta. Soekirman. 2000. Status kesehatan dan gizi di Indonesia. Prosiding seminar manfaat kesehatan kedelai. Jakarta: American Soybean Association. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC. Stuart, G.W. and Laraia, M.T. 2003. Principles and practice of psychiatric nursing. (7th Ed). St. Louis: Mosby Year Book. Stuart, G.W. and Sundeen, S.J. 2007. Buku saku keperawatan jiwa. Terjemahan oleh Hamid, A.Y.S. Edisi ke- 5. Jakarta: EGC. Sugiono. 2011. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan r & d. Bandung: Alfabeta. Supariasa, I.D.N., Bakri, B., Fajar, I. 2002. Penilaian status gizi. Jakarta: EGC. Tanuwijaya, S. 2002. Konsep tumbuh kembang. Dalam Narendra, M.B., Sularyo, T.S., Soetjiningsih, Suyitno, H. dan Ranuh, I.N.G., penyunting, Tumbuh kembang anak dan remaja. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: CV Sagung Seto. Thaha, A.R. 2005. Anak-anak Indonesia, dari kemiskinan struktural hingga kemiskinan herediter. Suplement 26(3). Tomey, A.M. and Alligood, M.R. 2006. Nursing theorist and their work. Missouri: Mosby Inc.
(6th Ed).
Tomey, A.M. and Alligood, M.R. 2006. Nursing theorist: Utilization & application. (3th Ed). Missouri: Mosby Inc. Unicef. 1999. Strategy for improved nutrition of children and women in developing countries. Dalam Asian Development Review, 17(1,2). Asian Development Bank. Venn, B.J., Mann, J.I., Williams, S.M., Riddell, L.J., Chisholm, A., Harper, M.J. & Aiken, W. 2002. Dietary counseling to increase natural folate intake: a randomized, placebo-controlled trial in free-living subjects to assess effects on serum folate and plasma total homocysteine. The American Journal of Clinical Nutrition, 76: 758-765. Yip, R. and Dallman, P. 1996. Present Knowledge in Nutrition. Editors Ekhard, Ziegler and Filerh. (7th Ed). Washington. DC: ILSI Press.
Yu, S. & Jackson, R.T. 1995. Need for nutrition advice in prenatal care. Journal of American Dietetic Association, 95(9): 1027. Walker. 2003. Nutrition in pediatrics: Basic science and clinical aplications. (3th Ed). London: BC Decker Inc. Warrow dan Wiridianata. 2005. Hubungan serum feritin ibu hamil trimester 3 dengan BBLR. Cermin Dunia Kedokteran no 146. Williams, P.D. 2004. Penuntun uji skrening perkembangan anak menggunakan metro manila developmental screening test. Terjemahan oleh Yuliana Hanaratri. Tangerang: Mario Carlo Publising. World Health Organization (WHO). 2000. Complementary Feeding. Family a for Breastfed Children: Geneva.
foods
World Health Organization (WHO). 2001. Guiding principles for complementary Feeding of the breastfed child. Global consultation on Complementary feeding: Geneva. World Health Organization. (WHO). 2003. Community Based Strategies for Breastfeeding Promotion and Support in Developing Countries. Department of Child and Adolescent Health and Development. Wong, D.L. 2003. Pedoman klinis keperawatan pediatrik. Terjemahan oleh Monica Ester. Edisi ke-4. Jakarta: EGC. Zahr, L.K. 1993. The confidence of Latino mothers in the care of their low weight infants. Research in Nursing & Health, 16: 335-342.
Tabel 1. Analisis karakteristik kelompok kontrol Variabel Usia ibu rata-rata (tahun) Usia suami rata-rata (tahun) Pendidikan ibu a. Rendah b. Tinggi Pendidikan suami a. Rendah b. Tinggi
responden pada
birth
kelompok perlakuan dan
Kelompok Perlakuan (n= 41)
Kontrol (n = 40)
p
25,15 ± 4,59 28,3 ± 5.15
25,1 ± 5,46 29,6 ± 5,96
0,78* 0,49*
36 (87,8) 5 (12,2)
26 (65,0) 14 (35,0)
0,005**
30 (73,2) 11 (26,8)
17 (42,5) 23 (57,5)
0,01**
Pekerjaan suami a. PNS/TNI/POLRI 2 (4,9) 5 (12,2) b. Wiraswasta 39 (95,1) 35 (87,5) Pendapatan keluarga a. ≤ 1 juta 32 (78.0) 26 (65,0) b. > 1 juta 9 (22.0) 14 (35,0) Jumlah anggota keluarga a. ≤ 4 16 (39,0) 27 (67,5) b. > 4 25 (61,0) 13 (32,5) Keterangan: * Uji t tidak berpasangan **Uji chi-square
0.26**
0,19**
0.01**
Tabel 2. Perbedaan pengetahuan ibu sebelum dan setelah intervensi kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol
Kelompok
antara
Pengetahuan ibu
p*
Sebelum
Setelah
Perubahan
Median
Median
Median
Perlakuan ((n=41)) Kontrol (n=40)
31,87
29,67
40,88
0,000
50,36
52,61
41,12
0,001
p**
0,000
0,000
0,950
Keterangan: *Uji wilcoxon **Uji mann whitney Tabel 3. Perubahan pengetahuan ibu antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol Kelompok
Perlakuan Kontrol
Pengetahuan ibu
Total
Meningkat
Tetap/menurun
n 31 30
n 10 10
% 75,6 75,0
% 24,4 25,0
n 41
% 100
40
100
p
0,949
Tabel 4. Perbedaan kemampuan ibu menstimulasi tumbuh kembang antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol Kelompok
Kemampuan Stimulasi Sebelum Median
Setelah Median
p* Perubahan Median
Perlakuan ((n=41)) Kontrol (n=40)
37,27
43,05
47,77
0,000
44,82
38,90
34,06
0,006
p**
0,145
0,424
0,001
Keterangan: *Uji wilcoxon **Uji mann whitney Tabel 5. Perubahan kemampuan ibu menstimulasi tumbuh kembang kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol Kelompok
Kemampuan Stimulasi Meningkat
Perlakuan Kontrol
n 19 5
% 46 12,5
Total
p
Tetap/menurun n 22 35
% 53,70 87,5
n 41
% 100
40
100
Tabel 6. Perbedaan Kepercayaan diri ibu sebelum dan setelah kelompok perlakuan dan kelompok kontrol Kelompok
0,01
intervensi antara
Kepercayaan diri ibu
Perlakuan ((n=41)) Kontrol (n=40) p**
antara
p*
Sebelum Median
Setelah Median
Perubahan Median
39,46
47,32
36,80
0,003
42,58 0,550
34,52 0,014
45,30 0,061
0,152
Keterangan: *Uji wilcoxon **Uji mann whitney Tabel 7. Perubahan kepercayaan diri ibu antara kelompok perlakuan dan kontrol Kelompok
Kepercayaan diri ibu Meningkat
Perlakuan Kontrol
n 25 16
Ket : RR : 1,5 (0,9 – 2,4)
% 61 40
Total
p
Tetap/menurun n 16 24
% 39 60
n 41
% 100
40
100
0,059