PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR, ETIK PROFESI, DAN

Download Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), agar situasi persaingan tidak sehat dapat dihindarkan. Etika Profesi ... (4) Bagaimanakah pengaruh profesio...

2 downloads 522 Views 289KB Size
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014)

PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR, ETIK PROFESI, DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADA PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Bali) 1

Ni Komang Sarwini , 1Ni Kadek Sinarwati, 2Gede Adi yuniarta Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: {[email protected], [email protected]., [email protected],}@undiksha.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profesionalisme auditor, etika profesi, dan pengalaman auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas baik secara parsial maupun secara simultan. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kausal komparatif. Populasi dalam penelitian adalah Auditor yang bekerja pada kantor akuntan publik di Bali. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah judgement sampling, dengan jumlah responden adalah 35 0rang auditor . Sumber data dalam penelitian adalah data primer. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode survey melalui penyebaran kuesioner secara langsung. Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi sederhana dan regresi berganda dan pengujian data dilakukan dengan dibantu oleh Program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 17. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial profesionalisme auditor, etika profesi, dan pengalaman auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Secara simultan baik profesionalisme auditor, etika profesi, dan pengalaman auditor berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Kata kunci: profesionalisme auditor, pertimbangan tingkat materialitas.

etika

profesi,

pengalaman

auditor,

Abstract The study aimed at finding the effect of auditor’s professionalism, professional ethics, and auditor’s experiences on the materiality level o fjudgment both partially as well as simultaneously. The study utilized a comparative causal design. The population were all the auditors working under the public accountancy office in Bali. The total number of the samples were about 35 respondents which were determined by using judgment sampling technique. The data were obtained from the primary source, collected by using survey method by distributing questionnaire directly. The data were analyzed by using simple and multiple regressions, and the testing of the data were made by SPSS Program (Statistical Product and Service Solution) 17. The results of the study indicated that partially auditor’s professionalism, professional ethics, and auditor’s experiences had a significant and positive effect on the materiality level of judgment. While the auditor’s professionalism, professional ethics, and

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014) auditor’s experiences had a simultaneous significant effect on the materiality level of judgment. Keywords: auditor’s professionalism, materiality level of judgment.

PENDAHULUAN Profesi akuntan publik diperlukan untuk dapat memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan informasi yang menyesatkan kepada masyarakat dan pemakai laporan keuangan. Masyarakat dan pemakai laporan keuangan mengharapkan agar auditor dapat memberikan jaminan mutlak (absolute assurance) mengenai hasil akhir proses audit yaitu laporan auditor (Kurniawanda, 2013). Auditor sebagai orang yang ahli di bidang akuntansi melaksanakan pemereksaan laporan keuangan untuk mencapai keyakinan memadai guna mendeteksi salah saji yang diyakini jumlahnya besar, baik secara individual maupun keseluruhan, yang secara kuantitatif berdampak material terhadap laporan keuangan (Kusuma, 2012). Profesi auditor diharapkan oleh banyak orang untuk dapat meletakkan kepercayaan pada pemeriksaan dan pendapat yang diberikan sehingga profesionalisme menjadi tuntutan utama seseorang yang bekerja sebagai auditor eksternal. Profesionalisme auditor merupakan sikap dan perilaku seorang auditor dalam menjalankan profesinya dengan kesungguhan dan tanggung jawab agar mencapai kinerja tugas sebagaimana yang diatur dalam organisasi profesi, yang meliputi (1) pengabdian pada profesi, (2) kewajiban sosial, (3) kemandirian, (4) kepercayaan terhadap peraturan profesi, dan (5) hubungan dengan rekan seprofesi (Febrianty, 2012). Selain menjadi seorang profesional yang memiliki sikap profesionalisme, setiap auditor juga diharapkan memegang teguh etika profesi yang sudah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), agar situasi persaingan tidak sehat dapat dihindarkan. Etika Profesi merupakan nilai-nilai tingkah laku atau aturan-aturan tingkah laku yang

professionalethics,

auditor’s

experiences,

diterima dan digunakan oleh organisasi profesi akuntan yang meliputi kepribadian, kecakapan profesional, tanggung jawab, pelaksanaan kode etik dan penafsiran dan penyempurnaan kode etik (Dewi, 2009). Selain profesionalisme dan etika profesi, seorang auditor juga harus mempunyai pengalaman yang cukup agar dapat membuat keputusan dalam laporan auditan. Pengalaman seorang auditor harus mempunyai pengalaman dalam kegiatan auditnya, pendidikan formal dan pengalaman kerja dalam profesi akuntan merupakan dua hal penting dan saling melengkapi (Asih, 2006). Pengalaman kerja auditor adalah pengalaman yang dimiliki oleh auditor dalam melakukan audit yang dilihat dari segi lamanya bekerja sebagai auditor dan banyaknya tugas pemereksaan yang telah dilakukan. Dengan adanya pengalaman kerja auditor mampu mengurai pengaruh informasi yang tidak relevan dalam pertimbangan tingkat materialitas (Mulyadi,2002). Seorang Auditor yang mempunyai pengalaman yang berbeda, akan berbeda pula dalam memandang dan menanggapi informasi yang diperoleh selama melakukan pemeriksaan dan juga dalam memberi kesimpulan audit terhadap obyek yang diperiksa berupa pemberian pendapat. Kusuma (2012), menyatakan bahwa semakin banyak pengalaman seorang auditor maka pertimbangan tingkat materialitas dalam laporan keuangan perusahaan akan semakin tepat. Selain itu, semakin tinggi tingkat pengalaman seorang auditor, semakin baik pula pandangan dan tanggapan tentang informasi yang terdapat dalam laporan keuangan karena auditor telah banyak melakukan tugasnya atau telah banyak memeriksa laporan keuangan dari berbagai jenis industri. Pertimbangan auditor tentang materialitas adalah suatu masalah kebijakan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor tentang kebutuhan yang

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014) beralasan dari laporan keuangan. Definisi materialitas itu sendiri adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji (Herawati dan Susanto, 2008). Pertimbangan tingkat materialitas adalah pertimbangan auditor atas besarnya penghilangan atau salah saji informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pertimbangan pihak yang meletakkan kepercayaan terghadap informasi tersebut yang dilihat berdasarkan seberapa penting tingkat materialitas, pengetahuan tentang tingkat materialitas, resiko audit, tingkat materialitas antar perusahaan dan urutan tingkat materialitas dalam rencana audit. Materialitas pada tingkat laporan keuangan adalah besarnya keseluruhan salah saji minimum dalam suatu laporan keuangan yang cukup penting sehingga membuat laporan keuangan menjadi tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansiyang berlaku umum. ( Febrianty, 2012). Dalam konteks ini, salah saji biasa diakibatkan oleh penerapan akuntansi secara keliru, tidak sesuai dengan fakta, atau karena hilangnya informasi penting (Martiyani, 2010). Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: (1) Bagaimanakah pengaruh profesionalisme auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas? (2) Bagaimanakah pengaruh etika profesi terhadap pertimbangan tingkat materialitas? (3) Bagaimanakah pengaruh pengalaman auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas? (4) Bagaimanakah pengaruh profesionalisme auditor, etika profesi, dan pengalaman auditor secara simultan terhadap pertimbangan tingkat materialitas? Sedangkan yang menjadi tujuan dilakukannya penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui pengaruh profesionalisme auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas. (2) Untuk mengetahui pengaruh etika profesi terhadap pertimbangan tingkat materialitas. (3) Untuk mengetahui pengaruh

pengalaman auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas. (4) Untuk mengetahui pengaruh profesionalisme auditor, etika profesi, dan pengalaman auditor secara simultan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Profesionalisme auditor merupakan sikap dan perilaku auditor dalam menjalankan profesinya dengan kesungguhan dan tanggung jawab agar mencapai kinerja tugas sebagaimana yang diatur dalam organisasi profesi, meliputi pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan profesi, dan hubungan dengan rekan seprofesi (Lekatompessy dalam Herawati dan Susanto, 2009:3). untuk menjalankan tugas secara, profesional seorang auditor hares membuat perencanaan sebelum melakukan proses pengauditan laporan keuangan termasuk penentuan tingkat materialitas. Seorang akuntan publik yang profesional akan mempertimbangkan material atau tidaknya informasi dengan tepat, karena hal ini berhubungan dengan jenis pendapat yang akan diberikan. Jadi, semakin profesional seorang auditor, maka pertimbangan tingkat materialitas dalam laporan keuangan akan semakin tepat (Kusuma, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Herawati dan Susanto (2008), menemukan bahwa profesionalisme auditor berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas akuntan publik dalam proses pemeriksaan laporan keuangan. Berdasarkan landasan dan temuan empiris di atas maka penulis mengajukan hipotesis berikut. H1: Profesionalisme auditor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Etika profesi merupakan nilai-nilai tingkah laku atau aturan-aturan tingkah laku yang diterima dan digunakan oleh organisasi profesi akuntan yang meliputi kepribadian, kecakapan profesional, tanggung jawab, pelaksanaan kode etik, dan penafsiran dan penyempurnaan kode etik (Sukamto dalam Suraida, 2005:118). Setiap auditor juga diharapkan memegang teguh etika profesi yang sudah ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia, agar situasi persaingan tidak sehat dapat dihindarkan. Tanpa etika profesi akuntasi

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014) tidak akan ada karena fungsi akuntasi adalah penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis. Dengan menjunjung tinggi etika profesi diharapkan tidak terjadi kecurangan di antara para auditor, sehingga dapat memberikan pendapat auditan yang benar-benar sesuai dengan laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Jadi, dalam menjalankan pekerjaannya, seorang auditor dituntut untuk mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi persaingan di antara para akuntan H4: yang menjurus pada sikap curang. Dengan diterapkannya etika profesi diharapkan seorang auditor dapat memberikan pendapat yang sesuai dengan laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Jadi, semakin tinggi etika profesi dijunjung oleh auditor, maka pertimbangan tingkat materialitas juga akan semakin tepat (Kusuma, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawanda (2013), menemukan bahwa etika profesi berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Berdasarkan landasan dan temuan empiris di atas maka penulis mengajukan hipotesis berikut. H2: Etika profesi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Pengalaman Auditor adalah pengalaman dalam melakukan audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu, banyaknya penugasan maupun jenis-jenis perusahaan yang pernah ditangani (Asih, 20'06:26). Auditor yang mempunyai pengalaman yang berbeda, akan berbeda pula dalam memandang dan menanggapi informasi yang diperoleh selama melakukan pemeriksaan dan jugs dalam memberi kesimpulan audit terhadap obyek yang diperiksa berupa pemberian pendapat. Kusuma (2012), menyatakan bahwa semakin banyak pengalaman seorang auditor maka pertimbangan tingkat materialitas dalam laporan keuangan perusahaan akan semakin tepat. Selain itu, semakin tinggi tingkat pengalaman seorang auditor, semakin baik pula pandangan dan

tanggapan tentang informasi yang terdapat dalam laporan keuangan karena auditor telah banyak melakukan tugasnya atau telah banyak memeriksa laporan keuangan dari berbagai jenis industri. Maka penulis mengajukan hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut: H3: Pengalaman auditor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis yang keempat dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut. Profesionalisme auditor, etika profesi, dan Pengalaman auditor secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pertimbangan tingkat materialitas METODE Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kausal komparatif Penelitian dilakukan pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di Wilayah Bali tepatnya di Kota Denpasar. Nama dan alamat Kantor Akuntan Publik (KAP) tersebut terdaftar dalam direktori yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia tahun 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) di Bali dengan jumlah populasi yaitu sebanyak 53 orang auditor, sedangkan untuk sampelnya sendiri berjumlah 35 orang auditor. Pemilihan sampel menggunakan metode judgment sampling . Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara survey lapangan, menggunakan kuesioner yang disebarkan secara langsung ke responden. Pengukuran variabel-variabel dalam penelitian ini memakai skala likert 1 sampai dengan 5. Pengujian data dibantu dengan menggunakan SPSS versi 17. Pada penelitian ini, tahap pertama adalah data diuji dengan menggunakan uji kualitas data terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas. Tahap kedua, dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolonieritas, dan uji heteroskedastisitas. Pada tahap ketiga adalah pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi sederhana dan

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014) regresi berganda, uji parsial (t), uji simultan (f), dan uji koefisien determinasi (R2) HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah kuesioner yang disebar kepada responden adalah sebanyak 35 kuesioner. Waktu yang digunakan untuk menyebarkan kuesioner sampai terkumpul adalah kurang lebih 2 minggu. Total kuesioner yang kembali dan layak digunakan adalah 35 kuesioner. Setelah semua data terkumpul selanjutnya dilakukan pengujian yang dibantu dengan menggunakan SPSS 17. Berdasarkan hasil kuesioner yang kembali dan dapat diolah, diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin yaitu laki-laki dengan jumlah sekitar 22 orang atau 62,86%. Untuk usia responden sendiri, sebagian besar reponden berusia kisaran antara 19-30 tahun yaitu sebanyak 22 orang atau 62,86%. Dilihat dari segi pendidikan terakhirnya, kebanyakan responden dalam penelitian memiliki pendidikan terakhir S1 dengan jumlah 26 orang atau 74,3%. Dalam hal jabatan, respondennya sebagian besar memiliki jabatan sebagai auditor junior dengan jumlah 18 orang atau 51,4%. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner (Imam Ghozali, 2011: 52). Untuk melihat validitas dari masing-masing item kuesioner, digunakan Corrected Item-Total Correlation. Jika r hitung > r tabel, maka data dikatakan valid. Jika tingkat signifikansinya di bawah 0,05 maka butir pertanyaan variabel tersebut dapat dikatakan valid begitu juga sebaliknya (Ghozali, 2009). Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa semua item pertanyaan untuk masing-masing variabel dalam penelitian ini baik itu variabel profesionalisme auditor(X1), etika prifesi (X2), pengalaman auditor (X3) maupun pertimbangan tingkat materialitas (Y) semuanya dikatakan valid karena nilai sigifikansinya lebih kecil dari 0,05 Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Uji ini bertujuan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konstan atau

stabil dari waktu ke waktu. Suatu variabel dapat dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha nya > 0,60 begitupun sebaliknya dikatakan tidak reliabel jika Cronbach’s Alpha nya < 0,60 (Ghozali, 2009). Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan diketahui bahwa variabel profesionalisme auditor (X1) dikatakan reliabel karena memiliki nilai Cronbach’s Alpha 0,694 > 0,60. Selanjutnya untuk etika profesi (X2) juga dikatakan reliabel karena memiliki nilai Cronbach’s Alpha 0,688 > 0,60. Begitu juga dengan pengalaman auditor (X3) dikatakan reliabel karena memiliki nilai Cronbach’s Alpha 0,860 > 0,60. Untuk variabel yang terakhir yaitu pertimbangan tingkat materialitas (Y) dikatakan reliable karena memiliki nilai Conbach’s Alpha 0,719> 0,60. Setelah melakukan uji kualitas data, dilanjutkan dengan melakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinaeritas dan uji hetorekedastisitas. Uji normalitas sebaran data dilakukan pada data partisipasi anggaran, penekanan anggaran, komitmen organisasi, dan senjangan anggaran. Berdasarkan hasil uji normalitas data menunjukkan bahwa angka-angka signifikansi lebih besar dari 0,05 untuk statistik Kolmogorov-Smirnov. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data berdistribusi normal. Uji multikolinieritas dapat diuji dengan menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) untuk masing-masing variabel bebas. Berdasarkan hasil uji multikolinieritas nilai VIF dari masing-masing variabel bebas berjumlah kurang dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di antara variable bebas tidak terjadi multikolinearitas pada model regresi linier. Untuk menguji heteroskedastisitas dapat digunakan uji Glejser. Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas diketahui bahwa nilai signifikansi antara variable bebas dengan absolut residual lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak ditemukannya masalah heteroskedastisitas pada model regresi. Pengujian hipotesis yang pertama digunakan analisis regresi sederhana. Rekapitulasi hasil analisis regresi

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014) sederhana antara porfesionalisme auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas

tersaji pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil regresi Sederhana Profesionalisme Auditor Terhadap Perimbangan Tingkat Materialitas

Model 1

(Constant)

Unstandardized Coefficients Std. Error B 27,374 8,315

Standardized Coefficients Beta

PrA 0,418 0,127 R Square 0,246 F Hitung 10,753 Sig. F 0,002 Keterangan: PrA = Profesionalisme Auditor Sumber: Data diolah, 2014 Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa koefisien determinasi R2 sebesar 0,246. Hal ini menyatakan bahwa 24,6% variansi pertimbangan tingkat materialitas dapat dijelaskan oleh variansi variabel profesionalisme auditor dan sebesar 75,4% disebabkan oleh faktor-faktor lain. Diketahui bahwa hasil perhitungan regresi b 1 sebesar 0,418 dan kostanta a sebesar 27,374. Dengan demikian, dapat digambarkan kedua antara variabel dengan persamaan ˆ  27,374  0,418 PrA. Diperoleh regresi Y harga thitung sebesar 3,279 dengan taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05. Nilai ttabel (2-tailed) pada dk = 35-1 = 34 adalah 2,042 dengan demikian H0 Ditolak dan H1 diterima. Koefisien beta (b1) 0,418 dengan angka probabilitas/signifikansi sebesar 0,002 lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil analisis regresi linier sederhana, maka dapat diambil suatu justifikasi bahwa terdapat pengaruh yang signifikan profesionalisme auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Justifikasi diambil dengan mempertimbangkan kajian teori dan emperis. Tingkat profesional dalam sebuah pekerjaan sangat penting. Hal ini dikarenakan profesionalitas berhubungan dengan kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan profesi. Begitu halnya dengan seorang auditor, penting untuk meyakinkan klien dan pemakai laporan keuangan akan kualitas

0,496

T

Sig.

3,292

0,002

3,279

0,002

auditnya dalam hal ini yang berhubungan dengan pertimbangan terhadap tingkat materialitas laporan keuangan. Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadahi dan yang akan meletakkan kepercayaan terhadap laporan keuangan. Pertimbangan mengenai materialitas yang digunakan auditor dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan mencakup pertimbangan kualitatif dan kuantitatif. Sebagai auditor profesional, dalam melaksanakan proses audit dan penyusunan laporan keuangan, seorang auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Untuk dapat melaksanakan pekerjaan secara profesional, maka auditor harus membuat perencanaan audit sebelum memulai proses audit. Dalam perencanaan audit, auditor diharuskan untuk menentukan tingkat materialitas awal, sehingga dapat dikatakan bahwa semakin seorang auditor itu profesional, maka semakin auditor tersebut tepat dalam menentukan tingkat materialitas. Hal inilah yang diperoleh pada hasil penelitian ini bahwa profesionalisme auditor memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Secara empiris, hasil pada penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014) dilakukan oleh Herawati dan Susanto (2009), yang memberikan bukti bahwa profesionalisme auditor berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Febrianty (2012) dan Kusuma (2012), yang menunjukkan bahwa profesionalisme auditor mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Pengujian hipotesis yang kedua digunakan analisis regresi sederhana. Rekapitulasi hasil analisis regresi sederhana antara etika profesi terhadap pertimbangan tingkat materialitas tersaji pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil Regresi Sederhana Etika Profesi Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Unstandardized Coefficients Std. Error B (Constant) 1 5,842 6,989 EP 0,873 0,125 R Square 0,596 F Hitung 48,777 Sig. F 0,000 Keterangan: EP = Etika Profesi Sumber: Data diolah, 2014 Model

Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa koefisien determinasi R2 sebesar 0,596. Hal ini menyatakan bahwa 59,6% variansi pertimbangan tingkat materialitas dapat dijelaskan oleh variansi variabel etika profesi dan sebesar 40,4% disebabkan oleh faktor-faktor lain. Diketahui bahwa hasil perhitungan regresi b2 sebesar 0,873 dan kostanta a sebesar 5,842. Dengan demikian, dapat digambarkan kedua antara variabel dengan persamaan regresi ˆ Y  5,842  0,873 EP. Diperoleh harga thitung sebesar 6,984 dengan taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05. Nilai ttabel (2-tailed) pada dk = 35-1 = 34 adalah 2,042 dengan demikian H0 Ditolak dan H1 diterima. Koefisien beta (b2) 0,873 dengan angka probabilitas/signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil analisis regresi linier sederhana, maka dapat diambil suatu justifikasi bahwa terdapat pengaruh yang signifikan etika profesi terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Justifikasi diambil dengan mempertimbangkan kajian teori dan emperis. Setiap auditor juga diharapkan memegang teguh etika profesi yang sudah ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik

Standardized Coefficients Beta 0,772

T

Sig.

0,836 6,984

0,409 0,000

Indonesia, agar situasi persaingan tidak sehat dapat dihindarkan. Tanpa etika, profesi akuntansi tidak akan ada karena fungsi akuntansi adalah penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis. Dengan menjunjung tinggi etika profesi diharapkan tidak terjadi kecurangan diantara para auditor, sehingga dapat memberikan pendapat auditan yang benar-benar sesuai dengan laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Jadi, dalam menjalankan pekerjaannya, seorang auditor dituntut untuk mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi persaingan diantara para akuntan yang menjurus pada sikap curang. Dengan diterapkannya etika profesi diharapkan seorang auditor dapat memberikan pendapat yang sesuai dengan laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Jadi, semakin tinggi etika profesi dijunjung oleh auditor, maka pertimbangan tingkat materialitas juga akan semakin tepat. Secara empiris, hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Herawati dan Susanto (2009), yang menunjukkan bahwa etika profesi

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014) berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Sejalan juga dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kusuma (2012), yang menunjukkan bahwa etika profesi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas.

Pengujian hipotesis yang ketiga digunakan analisis regresi sederhana. Rekapitulasi hasil analisis regresi sederhana antara pengalaman auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas tersaji pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil Regresi Sederhana Pengalaman Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Unstandardized Coefficients Std. Error B (Constant) 1 44,035 0,880 PA 1,406 0,113 R Square 0,823 F Hitung 153,535 Sig. F 0,000 Keterangan: PA = Pengalaman Auditor Sumber: Data diolah, 2014 Model

Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa koefisien determinasi R2 sebesar 0,823. Hal ini menyatakan bahwa 82,3% variansi pertimbangan tingkat materialitas dapat dijelaskan oleh variansi variabel pengalaman auditor dan sebesar 17,7% disebabkan oleh faktor-faktor lain. Diketahui bahwa hasil perhitungan regresi b 3 sebesar 1,406 dan kostanta a sebesar 44,035. Dengan demikian, dapat digambarkan kedua antara variabel dengan persamaan ˆ  44,035  1,406 PA.Diperoleh regresi Y harga thitung sebesar 12,391 dengan taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05. Nilai ttabel (2-tailed) pada dk = 35-1 = 34 adalah 2,042 dengan demikian H0 Ditolak dan H1 diterima. Koefisien beta (b3) 1,406 dengan angka probabilitas/signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil analisis regresi linier sederhana, maka dapat diambil suatu justifikasi bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pengalaman auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Justifikasi diambil dengan mempertimbangkan kajian teori dan emperis. Auditor yang mempunyai Pengalaman yang berbeda, akan berbeda pula dalam memandang dan menanggapi

Standardized Coefficients Beta 0,907

T

Sig.

50,065 12,391

0,000 0,000

informasi yang diperoleh selama melakukan pemeriksaan dan juga dalam memberi kesimpulan audit terhadap obyek yang diperiksa berupa pemberian pendapat. Semakin banyak pengalaman seorang auditor, maka pertimbangan tingkat materialitas dalam laporan keuangan perusahaan akan semakin tepat. Selain itu, semakin tinggi tingkat Pengalaman seorang auditor, semakin baik pula pandangan dan tanggapan tentang informasi yang terdapat dalam laporan keuangan, karena auditor telah banyak melakukan tugasnya atau telah banyak memeriksa laporan keuangan dari berbagai jenis industri. Secara empiris, hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kusuma (2012), yang menunjukkan bahwa pengalaman auditor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Pengujian hipotesis yang keempat digunakan analisis regresi sederhana. Rekapitulasi hasil analisis regresi sederhana antara pengalaman auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas tersaji pada tabel 4.

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014) Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Analisis Persamaan Regresi Linier Ganda Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. Error Beta B (Constant) 1 23,143 5,409 PrA 0,120 0,057 0,142 EP 0,281 0,098 0,249 PA 1,057 0,134 0,682 R Square 0,881 F Hitung 76,834 Sig. F 0,000 Keterangan: PrA = Profesionalisme Auditor EP = Etika Profesi PA = Pengalaman Auditor Sumber: Data diolah, 2014 Model

Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa koefisien determinasi R2 sebesar 0,881. Hal ini menyatakan bahwa 88,1% variansi pertimbangan tingkat materialitas dapat dijelaskan oleh variansi variabel profesionalme auditor, etika profesi dan pengalaman auditor dan sebesar 11,9% disebabkan oleh faktor-faktor lain. Diketahui bahwa hasil perhitungan regresi b 1 sebesar 0,120, b2 sebesar 0,281, b3 sebesar 1,057 dan kostanta a sebesar 23,143. Dengan demikian, dapat digambarkan kedua antara variabel dengan persamaan regresi ˆ Y  23,143  0,120 PrA  0,281EP  1,057PA. Diperoleh harga thitung sebesar 2,091, 2,874, dan 7,881 dengan taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05. Nilai ttabel (2-tailed) pada dk = 35-1 = 34 adalah 2,042 dengan demikian H0 Ditolak dan H1 diterima. Koefisien beta (b1) 0,120, (b2) 0,281, (b3) 1,057 dengan angka probabilitas/signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil analisis regresi linier ganda, maka dapat diambil suatu justifikasi bahwa terdapat pengaruh yang signifikan profesionalisme auditor, etika profesi, dan pengalaman auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Justifikasi diambil dengan mempertimbangkan kajian teori dan emperis. Dalam menentukan tingkat materialitas suatu laporan keuangan diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang tidak mudah. Banyak faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor dalam

T

Sig.

4,278 2,091 2,874 7,881

0,000 0,045 0,007 0,000

menentukan tingkat materialitas. Pertama, profesionalisme auditor, semakin profesional seorang auditor maka pertimbangannya akan semakin baik. Kedua, etika profesi, dengan diterapkannya etika profesi pada setiap pelaksanaan tugas, maka auditor tidak akan melakukan kecurangan dalam penentuan tingkat materialitas. Ketiga, pengalaman auditor, semakin lama seorang auditor bertugas, semakin banyak tugas-tugas pemeriksaan laporan keuangan yang pernah dilakukan dan semakin banyak jenis-jenis perusahaan yang pernah ditangani, maka pertimbangan auditor terhadap tingkat materialitas akan semakin baik. Dengan demikian, apabila ketiga factor tersebut dimiliki oleh seorang auditor, maka pertimbangan auditor terhadap tingkat materialitas suatu laporan keuangan akan semakin baik. Secara empiris hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kusuma (2012) yang menunjukkan bahwa profesionalisme auditor, etika profesi dan pengalaman secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertimbangna tingkat materialitas. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, sehingga dapat ditarik simpulan sebagai berikut. Secara parsial, profesionalisme auditor, etika profesi, dan pengalaman auditor berpengaruh signifikan dan positif tehadap pertimbangan tingkat

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014) materialitas. Secara simultan profesionalisme auditor, etika profesi, dan pengalaman auditor berpengaruh signifikan dan simultan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Adapun saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Penelitian ini hanya meneliti empat variabel dan sampel yang digunakan hanya auditor kantor akuntan publik, peneliti selanjutnya hendaknya meneliti juga auditor pemerintahan atau auditor internal. 2) Teknik pengumpulan data menggunakan penyebaran kuesioner secara langsung, peneliti selanjutnya hendaknya menggunakan juga metode pengumpulan data wawancara sehingga informasi yang didapat lebih akurat dan lengkap. 3) Peneliti selanjutnya disarankan untuk memperluas populasi penelitian, yaitu dengan menambah jumlah auditor responden yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik dan tidak hanya yang berada di wilayah Denpasar saja, sehingga diperoleh hasil penelitian yang tingkat generalisasinya lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA Arleen, Herawati., Dan Susanto, Yulius Kurnia. 2009. Pengarug Profesionalisme Auditior, Etika Profesi, Dan Pengalaman Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Vol.11 No.

Asi, Dwi Ananing Tyas (2006). Pengaruh Pengalaman Terhadap Peningkatan Keahlian Auditor dalam Bidang Auditing. Skripsi. Tidak Dipublikasikan Febrianty. 2012. Pengaruh Profesinalisme Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Audit Atas Laporan Keuangan. Jurnal. Politeknik Palcomtech Palembang . Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 4. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

-------, 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 5. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Kuniawanda, A.M. 2013. Pengaruh Rofesionalisme Auditor Dan Etikaprofesi Terhadap Pertimbangan Etikaprofesi Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. Jurna. Universitas Jambi. Kushasyandita, Sabhrina RR. 2012. Pengaruh Pengalaman, Keahlian, Situasi Audit, Etika, Dan Gender Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor Melalui Skeptisisme Profesional Auditor. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang. Kusuma, Novanda Aji Bayu Frisika. 2012. Pengaruh Propesionalisme Auditor, Etika Profesi Dan Pengalaman Auditor Terhadap Tingkat Materialitas. Skripsi. Universitas Yogyakarta Martiyani. (2010). Pengaruh Profesionalisme Auditor dan Kualitas Audit terhadap Tingkat Materialitas dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan. Skripsi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya Jawa Timur Mulyadi. 2002. Auditing. Jakarta: Salemba Empat. Suraida. 2005. Uji Model Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Resiko Audit Terhadap Skeptisisme Profesional Auditor. Jurnal Akuntansi. Th IX/02/Mei.