PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN WCTO TERHADAP PROFITABILITAS

Download profitabilitas sehingga model regresi yang terdapat dalam penelitian ini layak untuk diteliti. Secara parsial melalui uji t diperoleh hasil...

1 downloads 607 Views 936KB Size
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen : Volume 5, Nomor 12, Desember 2016

ISSN : 2461-0593

PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN WCTO TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN SEMEN DI BEI Mochammad Syarib [email protected] Prijati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT This research is aimed to find out the influence of capital structure and working capital turnover to the profitability on cement companies which are listed in Indonesia Stock Exchange. The population of this research is all cement companies which are listed in Indonesia Stock Exchange in 2011-2015 periods, thw sample collection has been done by using saturated sampling method and 3 companies have been selected as samples namely PT Holcim Indonesia Tbk, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, dan PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk. The analysis has been conducted by using multiple linear regressions analysis and hypothesis test has been carried out by using F test, and t test. The result of this research shows that significance level 0,001 has been obtained by using F test which means that simultaneously debt to equity ratio and working capital turnover has significant influence to the profitability so the regressions model in this research is feasible to be analyzed. The result of the t test shows that debt to equity ratio and working capital turnover has an influence to the profitability of the company. Keywords : debt to equity ratio, working capital turnover, return on asset. ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh struktur modal dan working capital turnover terhadap profitabilitas pada perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011 – 2015 dimana metode sampling yang digunakan adalah metode sampling jenuh yang berjumlah 3 perusahaan yaitu PT. Holcim Indonesia Tbk, PT. Indocement Tunggal Prakarsa, dan PT. Semen Indonesia Tbk. Teknik analisis dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi linear berganda, serta pengujian hipotesis menggunakan uji f dan uji t. Hasil penelitian yang di dapat menunjukkan bahwa melalui uji f diperoleh tingkat signifikan sebesar 0,001 yang artinya debt to equity ratio dan working capital turnover secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas sehingga model regresi yang terdapat dalam penelitian ini layak untuk diteliti. Secara parsial melalui uji t diperoleh hasil yaitu variabel debt to equity ratio dan working capital turnover berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Kata Kunci :struktur modal, working capital turnover, profitabilitas.

Pengaruh Struktur Modal dan WCTO terhadap...Syarib, Mochammad

2 PENDAHULUAN Perusahaan didirikan dengan tujuan meningkatkan profitabilas perusahaan sehingga dapat memberikan kemakmuran bagi pemilik atau para pemegang saham. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Riyanto : 2008). Keberhasilan perusahaan mencapai tujuannya dapat dilihat dari pertumbuhan dan kinerja perusahaan. Perusahaan dituntut untuk memiliki manajemen yang baik agar dapat tetap menjalankan kegiatan operasinya, hal ini dikarenakan perkembangan dunia usaha yang semakin meningkat dengan persaingan yang tinggi. Ketidakmampuan mengantisipasi perkembangan global akan mengakibatkan pengecilan dalam volume usaha yang pada akhirnya mengakibatkan kebangkrutan perusahaan. Semakin banyak perusahaan-perusahaan yang menjadi besar dimana faktor produksi modal mempunyai arti yang penting. Perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi tentunya memerlukan dana yang tidak sedikit untuk membiayai aktivitas operasional perusahaannya. Kebutuhan dana tersebut dapat dipenuhi salah satunya dari sumber dana eksternal perusahaan, yaitu dengan hutang. Kebijakan hutang perlu dikelola dengan baik dengan demikian akan terbentuk struktur modal perusahaan yang terdiri dari, modal sendiri (equity), hutang jangka panjang (long term debt) dan hutang jangka pendek (short term debt). Hutang jangka panjang menurut Kasmir (2008:34) adalah kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang memiliki jangka waktu lebih dari 1 tahun. Kemudian hutang jangka pendek menurut Munawir (2007:18) adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasan atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka waktu pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Masing-masing komponen struktur modal mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai sumber pendanaan bagi perusahaan. Struktur modal diukur dan dinyatakan berdasarkan jumlah dari berbagai sumber permodalan. Mengenai jumlah dan komposisi tiap-tiap jenis sumber permodalan yang diperlukan masing-masing perusahaan saat ini tidak ada aturan yang pasti karena struktur modal dipengaruhi oleh sifat, jenis, dan kondisi serta biaya modal masing-masing komponen sumber permodalan. Struktur modal haruslah dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat menjamin stabilitas finansial agar perusahaan bisa menghasilkan keuntugan yang diinginkan. Oleh karena itu perusahaan harus menetapkan struktur modal yang optimal. Setelah struktur modal mencapai titik optimum, penggunaan hutang yang lebih banyak daripada modal sendiri akan mengakibatkan penurunan profitabilitas. Penelitian Yusralaini dan Helen (2009) mengenai pengaruh perputaran modal kerja, struktur modal, umur perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap profitabilitas pada perusahaan automotive and allied product di Bursa Efek Jakarta menyatakan bahwa secara parsial struktur modal berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Marchyta dan Astuti (2015) menyatakan bahwa hutang jangka panjang dan firm size berperngaruh pada profitabilitas. Sedangkan Amdani dan Desnerita (2015) dalam penelitiannya tentang pengaruh struktur modal dan working capital turnover pada perusahaan wajib pajak yang diperiksa oleh kantor pajak Madya Jakarta Pusat periode 2008-2012 dan Purwitasari dan Septiani (2013) menyatakan bahwa struktur modal memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Modal kerja merupakan sejumlah dana yang tertanam dalam aktiva lancar yang dibutuhkan oleh setiap perusahaan untuk membiayai kegiatan operasinya sehari-hari, dimana modal kerja yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan produksinya. Jumlah modal kerja dalam suatu perusahaan harus cukup untuk membiayai kegiatan operasional

Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen : Volume 5, Nomor 12, Desember 2016

ISSN : 2461-0593

3 perusahaan sehari-hari sehingga perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan dan kegagalan akibat ketidakcukupan dalam modal kerja. Modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak produktif dan hal ini akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan, yaitu dapat menyebabkan perusahaan overlikuid sehingga menimbulkan dana menganggur yang akan menyebabkan inefesiensi perusahaan, dan membuang kesempatan memperoleh laba. Modal kerja dapat dilihat dari perputaran modal kerja (working capital turnover), perputaran piutang (receivable turnover), perputaran persediaan (inventori turnover). Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan salam keadaan usaha (Kasmir, 2008.) Perputaran modal kerja dimulai dari saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas. Tingkat perputaran modal kerja yang tinggi juga diharapkan terjadi dalam waktu yang relative pendek. Sehingga modal kerja yang ditanamkan perusahaan akan cepat kembali. Semakin tinggi tingkat perputaran modal berarti kemungkinan meningkatnya laba juga semakin besar. Laba yang tinggi mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan tersebut. Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung kepada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut. Penelitian Iskandar, et al (2014) yang menunjukkan secara parsial bahwa kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka menengah dan jangka panjang (DER) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA) sedangkan working capital network tidak berpengaruh terhadap profitabilitas dan penelitian Yusralaini dan Helen (2009) menyatakan modal kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas. Hal ini masih bertentangan dengan hasil penelitian Amdani dan Desnerita (2015) menyatakan bahwa perputaran modal kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Adapun rumusah masalah untuk penelitian ini adalah : 1) Apakah struktur modal berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan?, 2) Apakah working capital turnover berpengaruh signifikan terhadap terhadap profitabilitas perusahaan?, 3) Manakah dari kedua variabel tersebut yang berpengaruh dominan terhadap profitabilitas?. Dan dengan adanya rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah struktur modal dan working capital turnover berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan semen properti periode 2011-2015. TINJAUAN TEORETIS Profitabilitas Profitabilitas merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan. Profitabilitas menurut Kasmir (2010:196) merupakan ukuran untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Profitabilitas digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana keefektifan dari keseluruhan manajemen dalam menciptakan keuntungan bagi perusahaan. Semakin besar tingkat profitabilitas, maka semakin baik bagi perusahaan itu sendiri. Semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu perusahaan maka semakin besar tingkat kemakmuran yang diberikan oleh perusahaan akan menarik minat investor untuk memiliki perusahaan tersebut dan akan memberikan dampak positif terhadap harga saham di pasar. Hal ini berarti akan menaikkan nilai perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Pengertian laba bisa bermacam-macam, tergantung dari kebutuhan dari pengukuran laba tersebut. Ada beberapa cara melihat profitabilitas. Secara umum, perhitungan profitabilitas dapat dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu: 1) return on sales (ROS), yaitu tingkat profitabilitas yang dikaitkan dengan pendapatan. 2) return on asset (ROA), yaitu tingkat profitabilitas yang dikaitkan dengan penggunaan asset.

Pengaruh Struktur Modal dan WCTO terhadap...Syarib, Mochammad

4 3) return on equity (ROE), yaitu tingkat profitabilitas yang dikaitkan dengan modal sendiri. Dari rasio profitabilitas dapat diketahui bagaimana tingkat profitabilitas perusahaan. Setiap perusahaan menginginkan tingkat profitabilitas yang tinggi. Untuk dapat melangsungkan hidupnya, perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Apabila perusahaan berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan, maka akan sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman dari kreditor maupun investasi dari pihak luar. Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal, di samping hal-hal lainnya. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik dan para anggotanya serta meningkatkan mutu produk dan melakukan investasi baru. Oleh karena itu, manajemen perusahaan dalam praktiknya dituntut harus mampu untuk memenuhi target yang telah ditetapkan. Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laba-rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu. Baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut. Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi kinerja manajemen selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak. Jika berhasil mencapai target yang telah ditentukan, mereka dikatakan telah berhasil mencapai target untuk periode. Namun sebaliknya jika gagal atau tidak berhasil mencapai target yang telah ditentukan, ini akan menjadi pelajaran bagi manajemen untuk periode ke depan. Kegagalan ini harus diselidiki dimana letak kesalahan dan kelemahannya, sehingga kejadian tersebut tidak terulang. Kemudian kegagalan atau keberhasilan dapat dijadikan sebagai acuan untuk perencanaan laba ke depan, sekaligus kemungkinan untuk menggantikan manajemen yang baru terutama setelah manajemen lama mengalami kegagalan. Oleh karena itu, rasio ini sering disebut sebagai salah satu alat ukur kinerja manajemen. Rasio profitabilitas dapat diukur dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan penjualan dan pendekatan investasi. Rasio profitabilitas sehubungan dengan penjualan adalah : Gross Profit Margin (GPM) Rasio ini merupakan presentase laba kotor dibandingkan dengan penjualan, digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. GPM =

Penjualan – harga pokok penjualan Penjualan

Net Profit Margin (NPM) Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi net profit margin, semakin baik operasi suatu perusahaan. NPM =

Laba bersih setelah pajak Penjualan

Sedangkan rasio profitabilitas yang sehubungan dengan investasi adalah : Return on Equity (ROE) Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih dengan ekuitas. Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri sebagai pemegang saham perusahaan. ROE =

Laba bersih setelah pajak Ekuitas

Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen : Volume 5, Nomor 12, Desember 2016

ISSN : 2461-0593

5 Return on Assets (ROA) Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih dengan total aktiva. Rasio menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. ROA =

Laba bersih Total aktiva

Basic Earning Power Ratio (BEPR) Rasio ini dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak (earning before interest and taxes – EBIT) dengan total aktiva. Rasio ini menunjukkan kemampuan menghasilkan laba dari aktiva perusahaan sebelum pengaruh bunga serta pajak. Rasio ini sangat berguna untuk membandingkan perusahaan dengan situasi pajak yang berbeda dan tingkat bunga yang berbeda. BEPR =

Laba sebelum bunga dan pajak Total aktiva

Dalam penelitian ini, rasio profitabilitas yang digunakan adalah return on Assets (ROA), karena ROA mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu. Semakin kecil (rendah) rasio ini semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. ROA dapat dihitung dengan rumus: Return on assets (ROA) =

Laba bersih Total aktiva

Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto, 2010:282). Pendapat lain mengatakan bahwa struktur modal merupakan perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang, saham preferen, dan saham biasa (Sartono, 2011:225). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, pada dasarnya setiap perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal, yaitu bauran atau perpaduan hutang, saham preferen, dan saham biasa yang memaksimumkan harga saham tersebut. Modal dalam suatu bisnis merupakan salah satu sumber kekuatan untuk dapat melakukan aktivitasnya. Setiap perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya selalu berupaya untuk menjaga keseimbangan finansialnya. Kebijakan struktur modal pada dasarnya dibangun dari hubungan antara keputusan dalam pemilihan sumber dana (financing decision) dengan jenis investasi yang harus dipiih oleh perusahaan (investment decision) agar sejalan dengan tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham yang tercermin dari nilai perusahaan. Kebijakan struktur modal mencakup tindak pemilihan antara resiko dan pengembalian yang diharapkan. Penambahan hutang akan menaikkan tingkat resiko arus kas pendapatan perusahaan. Akan tetapi lebih tingginya hutang juga berarti lebih besarnya tingkat pengembalian kewajiban yang diharapkan. Tingginya tingkat resiko akan menurunkan harga saham, tetapi tingginya tingkat pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga saham tersebut. Menurut Weston dan Brigham (2009:459) struktur modal yang optimal adalah keadaan dimana resiko dan pengembalian ini seimbang, sehingga harga saham dapat dimaksimalkan. Menurut pendapat Riyanto (2008:22) struktur modal ini dibedakan dengan struktur keuangan. Struktur modal hanya merupakan sebagian dari struktur keuangan perusahaan. Sebagaimana disebutkan bahwa struktur keuangan adalah sebuah cara bagaimana perusahaan membiayai aktivanya. Struktur keuangan dapat dilihat dari sisi kanan neraca

Pengaruh Struktur Modal dan WCTO terhadap...Syarib, Mochammad

6 laporan keuangan, yang terdiri dari hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, dan modal pemegang saham saja. Komposisi pendanaan perusahaan perlu diperhatikan untuk menentukan struktur modalnya, yaitu dengan mempergunakan dana dari luar perusahaan berupa hutang jangka panjang dan hak menerbitkan saham yang lebih banyak. Pemilihan alternatif pendanaan tersebut memperhatikan kepentingan investor. Oleh karena itu, salah satu pertimbangan investor sebelum melakukan investasi adalah melihat struktur modal perusahaan tersebut. Para kreditor lebih menyukai pemenuhan kebutuhan hutang yang sedikit untuk memperkecil kerugian yang diderita kreditor jika dilikuidasi. Sebaliknya pemilik dan pemegang saham lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan dana dari hutang karena, menerbitkan saham baru berarti melepas sejumlah kendali perusahaan. Dan apabila perusahaan tersebut berhasil, maka akan diperoleh keuntungan yang lebih besar daripada yang harus dibayar sebagai bunga, sehingga pendapatan bagi pemilik akan meningkat. Tetapi apabila perusahaan gagal, pemilik menderita kerugian yang kecil karena investasinya sangat rendah. Kebijaksanaan mengenai struktur modal melibatkan keseimbangan antara resiko dan tingkat pengembalian. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, pada dasarnya setiap perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal, yaitu bauran atau perpaduan hutang, saham preferen, dan saham biasa yang memaksimumkan harga saham tersebut. Struktur modal terdiri dari analisis modal asing dan modal sendiri, antara lain : Debt to Assets Ratio (DAR) Debt to assets ratio atau debt ratio merupakan salah satu rasio leverage yang menunjukkan seberapa besar pembiayaan perusahaan dibiayai oleh utang. Debt ratio mengukur proporsi dana yang bersumber dari utang untuk membiayai aktiva perusahaan. Semakin besar DR menunjukkan semakin besar porsi penggunaan utang dalam membiayai investasi pada aktiva, yang berarti pula resiko perusahaan akan meningkat (Sudana, 2010:120). Debt ratio dirumuskan sebagai berikut (Kasmir, 2008:156) : DAR =

Total hutang Total asset

x 100%

Debt to Equity Ratio (DER) DER merupakan salah satu rasio leverage yang menunjukkan perbandingan antara total utang dengan modal sendiri (Kasmir, 2008:157-158). Rasio ini digunakan untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan oleh kreditor dengan pemilik perusahaan, sehingga rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin tingginya rasio kegagalan yang mungkin terjadi pada perusahaan, begitu juga sebaliknya apabila semakin rendah rasio ini maka menunjukkan semakin rendah pula resiko kegagalan yang mungkin terjadi pada perusahaan. DER dirumuskan sebagai berikut : DER =

Total hutang Modal sendiri

x 100%

Longterm to Debt Assets Ratio (LDAR) Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar hutang jangka panjang yang digunakan untuk investasi pada sektor aktiva. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin besar hutang jangka panjang yang digunakan untuk investasi ke dalam aktiva guna menghasilkan keuntungan. Perhitungan longterm to debt assets ratio (LDAR) dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen : Volume 5, Nomor 12, Desember 2016

ISSN : 2461-0593

7 LDAR

=

Total hutang jangka panjang Total aktiva

x 100%

Longterm to debt equity ratio (LDER) Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang yang diberikan oleh kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan. Atau diartikan juga sebagai rasio yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Menurut Warsono (2009:136), “rasio utang terhadap ekuitas menunjukkan seberapa besar hutang jangka panjang yang dapat dijamin dengan ekuitas saham”. Adapun rumus longterm to debt equity ratio (LDER) sebagai berikut : LDER

=

Total hutang jangka panjang Modal sendiri

x 100%

Dalam penelitian ini, rasio struktur modal yang digunakan adalah debt to equity ratio (DER), karena DER merupakan salah satu rasio leverage yang menunjukkan perbandingan antara total utang dengan modal sendiri (Kasmir, 2008:157-158). Rasio ini digunakan untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan oleh kreditor dengan pemilik perusahaan, sehingga rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin tingginya rasio kegagalan yang mungkin terjadi pada perusahaan, begitu juga sebaliknya apabila semakin rendah rasio ini maka menunjukkan semakin rendah pula resiko kegagalan yang mungkin terjadi pada perusahaan. DER dirumuskan sebagai berikut : DER =

Total hutang Modal sendiri

x 100%

Working Capital Turnover Working capital turnover merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai kefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu (Kasmir, 2011:182). Semakin tinggi perputaran modal kerja, maka semakin efisien perusahaan dalam menggunakan modal kerjanya. Sebaliknya, semakin rendah perputaran modal kerja berarti semakin rendah efisiensi modal kerjanya. Tolak ukur working capital turnover yaitu berdasarkan perbandingan antara penjualan bersih dengan modal kerja bersih. Fungsi modal kerja pada dasarnya merupakan sejumlah dana yang terus-menerus harus ada dalam menopang kegiatan operasional perusahaan atau sebagai jembatan antara waktu pengeluaran biaya dengan penerimaan pendapat. Bagi perusahaan yang sedang berjalan, modal kerja digunakan untuk membeli bahan baku, membayar gaji, dan sebagainya. Disamping itu, perusahaan juga harus mengeluarkan dana yang tidak berhubungan langsung dengan operasionalnya, misalnya membayar cicilan aktiva tetap, membayar pajak, dan sebagainya. Modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak kesulitan keuangan, misalnya dapat menutup kerugian dan mengatasi keadaan krisis atau darurat tanpa membahayakan keadaan keuangan perusahaan (Jumingan, 2009:67). Modal kerja selalu dalam keadaan berputar selama perusahaan masih beroperasi. Masa perputaran modal kerja yakni sejak kas ditanamkan pada elemen-elemen modal kerja hingga menjadi kas lagi, adalah kurang dari satu tahun atau berjangka pendek (Sutrisno, 2009:39). Untuk menentukan efisiensi modal kerja dapat diukur berdasarkan rasio perputaran kas. Rasio perputaran kas menunjukkan berapa kali uang kas berputar dalam satu periode tertentu. Rasio perputaran kas digunakan untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Semakin tinggi rasio perputaran kas, maka semakin baik. Karena ini berarti perusahaan memiliki

Pengaruh Struktur Modal dan WCTO terhadap...Syarib, Mochammad

8 kemampuan yang besar untuk menutupi biaya-biaya perusahaan. Sebaliknya, semakin rendah rasio perputaran kas, maka semakin tidak efisien. Menurut kasmir (2009:141), rasio perputaran kas dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : WCTO =

Penjualan bersih Modal kerja

Penelitian Terdahulu 1. Amdani dan Desnerita (2014), meneliti pengaruh struktur modal dan working capital turnover terhadap profitabilitas (studi empiris pada pembayar pajak perusahaan yang diperiksa oleh kantor pelayanan pajak madya jakarta pusat). Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis data panel, sampel penelitian berasal dari perusahaan wajib pajak yang diperiksa oleh kantor pajak madya jakarta pusat yang berjumlah 15. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa struktur modal dan perputaran modal kerja (WCTO) berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas (ROA) perusahaan-perusahaan wajib pajak. 2. Iskandar, et al (2014), meneliti pengaruh perputaran modal kerja, struktur modal dan likuiditas terhadap profitabilitas perusahaan industri & chemical di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda, sampel penelitian berasal dari seluruh perusahaan industri dan chemical di Bursa Efek Indonesia yang berjumlah 45. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa working capital turnover tidak berpengaruh terhadap ROA. Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka menengah dan jangka panjang (DER) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA). Likuiditas (CR) memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap profitabilitas (ROA). 3. Yusralaini dan Helen (2009), meneliti pengaruh perputaran modal kerja, struktur modal, umur perusahaan, dan ukuran perusahaan terhadap profitabilitas pada perusahaan automotive and allied product di Bursa Efek Jakarta. Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda, sampel penelitian berasal dari seluruh perusahaan automotive and allied product di Bursa Efek Jakarta yang berjumlah 18. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari empat variabel yang diasumsikan berpengaruh terhadap profitabilitas, hanya dua variabel yang berpengaruh signifikan yaitu variabel struktur modal dan ukuran perusahaan. Sedangkan variabel perputaran modal kerja dan umur perusahaan tidak berpengaruh sigmfikan terhadap profitabilitas pada perusahaan automotive and allied products di Bursa Efek Jakarta. Model Konseptual Penelitian Struktur modal (X1) Profitabilitas (Y) Working capital turnover (X2) Gambar 1 Model Konseptual Penelitian

Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen : Volume 5, Nomor 12, Desember 2016

ISSN : 2461-0593

9 PERUMUSAN HIPOTESIS H1: Struktur modal berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan semen. H2: Working capital turnover berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan semen. H3: Salah satu diantara struktur modal dan working capital turnover berengaruh dominan terhadap tingkat profitabilitas perusahaan semen. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional (correlational research), yaitu jenis penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan korelasional antara dua variabel atau lebih. Tujuannya adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi antara variabel berdasarkan korelasi antar variabel. Adapun gambaran dari objek penelitian ini adalah perusahaan semen yang terdaftar di BEI. Gambaran Dari Populasi (Obyek Penelitian) Menurut Sugiyono (2010:115) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan semen yang terdaftar di BEI. Terdapat 3 perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kriteria dalam pengambilan sampel. Kriterianya adalah : 1) perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2) laporan yang tersedia pada periode 2011-2015, 3) perusahaan mempublikasikan laporan keuangan dengan menggunakan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember, 4) memiliki data-data informasi yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian kriteria tersebut penulis mengambil sampel 3 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu PT. Holcim Indonesia Tbk, PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, dan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Teknik pengambilan sampel ini dinamakan sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2011:68). Hal ini sering digunakan untuk penelitian dengan jumlah sampel dibawah 30 orang, atau untuk penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan tingkat kesalahan yang sedikit atau kecil. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan melihat laporan keuangan yang berupa laporan neraca dan laporan laba - rugi PT. Holcim Indonesia Tbk, PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, dan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk pada periode 2011 sampai dengan 2015 dari pusat referensi Bursa Efek Indonesia. Dalam usaha mendapatkan data untuk penelitian ini, peneliti melakukan prosedur debagai berikut ; dokumentasi yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan melihat laporan keuangan yang berupa laporan neraca dan laporan laba-rugi PT. Holcim Indonesia Tbk, PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, dan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk yang telah dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia dalam periode 2011-2015. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Operasi variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan dalam penelitian yang didasarkan atas hal-hal yang dapat diamati atau di observasi (Sugiyno, 2010:58). Variabel- variabel dalam penelitian ini terbagi menjadi 2, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (X) adalah variabel yang mempengaruhi, sedangkan variabel

Pengaruh Struktur Modal dan WCTO terhadap...Syarib, Mochammad

10 (Y) adalah variabel yang dipengaruhi. Adapun definisi operasional masing-masing variabel yang akan diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ; 1) Variabel bebas Struktur modal (DER), merupakan pembelanjaan permanen yang mencerminkan perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri baik dari sumber internal maupun eksternal. Struktur modal dalam penelitian ini diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER). DER =

Total hutang Modal sendiri

x 100%

Working capital turnover (WCTO), merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai kefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu (Kasmir, 2011:182). Semakin tinggi perputaran modal kerja, maka semakin efisien perusahaan dalam menggunakan modal kerjanya. Sebaliknya, semakin rendah perputaran modal kerja berarti semakin rendah efisiensi modal kerjanya. Tolak ukur working capital turnover yaitu berdasarkan perbandingan antara penjualan bersih dengan modal kerja bersih. WCTO =

Penjualan bersih Modal kerja

2) Variabel terikat Profitabilitas (ROA), merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan laba (keuntungan) dalam suatu periode tertentu. Dasar penilaian profitabilitas adalah laporan keuangan yang terdiri dari laporan neraca dan laba-rugi perusahaan. Berdasarkan kedua laporan keuangan tersebut akan dapat ditentukan hasil analisis sejumlah rasio dan selanjutnya rasio ini digunakan untuk menilai beberapa aspek tertentu dari operasi perusahaan. Semakin besar tingkat profitabilitas, maka semakin baik bagi perusahaan itu sendiri. ROA =

Laba bersih Total aktiva

Teknik Analisis Data Teknik atau metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis regresi linier berganda untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh tentang pengaruh antara variabel-variabel yang digunakan terhadap return saham dengan menggunakan SPSS. Sebelum pengujian regresi linier dilakukan peneliti harus melakukan uji asumsi klasik untuk mendapatkan hasil data yang relevan. Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram. Dasar pengambilan keputusan menurut Ghozali (2007:112) adalah ; jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi normalitas.

Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen : Volume 5, Nomor 12, Desember 2016

ISSN : 2461-0593

11 Uji Multikolinieritas Uji muktikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Menurut Ghozali (2007:99) adalah ; jika nilai tolerance < 0,10 dan VIF > 10, maka terdapat korelasi yang terlalu besar di antara salah satu variabel bebas dengan variabel-variabel bebas yang lain (terjadi multikolinearitas), jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas, bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian residual dari pengamatan satu ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Apakah terdeteksi atau tidak heteroskedastisitasnya dapat dilakukan dengan melakukan pengujian korelasi ranking-spearman (spearman-rank). Ada tidaknya heteroskedastisitas dalam model regresi dapat diketahui dalam pola gambar scatterplot model tersebut. Analisis pada gambar scatterplot yang menyatakan model regresi linear berganda tidak terdapat heteroskedastisitas jika ; titik - titik dan menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0, titik - titik dan tidak mengumpul hanya di atas dan di bawah saja, penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali, penyebaran titik-titik dan sebaiknya tidak berpola. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi linear berganda terdapat hubungan antara residual atau residual yang bersifat model tidak saling independent. Sebuah model regresi yang baik adalah tidak terdapat autokorelasi (residual saling independent). Autokorelasi dapat di deteksi dengan menggunakan salah satu aplikasi yang ada dalam program SPSS versi 20 dengan melakukan pengujian durbin-watson. Nilai uji yang dihasilkan oleh statistic durbin-watson berkisar antara 1 sampai 4. Sebagai pedoman umum apabila nilai uji statistic lebih kecil 1 atau lebih besar dari 4, maka residual atau error dalam model regresi linear berganda tidak bersifat independent atau terjadi autokorelasi. Analisis Regresi Berganda Suliyanto (2011:54) menyatakan bahwa dalam regresi berganda variable tergantung dipengaruhi oleh dua atau lebih variable bebas, disamping juga terdapat pengaruh dari variable lain yang tidak diteliti (e). Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya hubungan antara struktur modal (DER) dan working capital turnover (WCTO) sebagai variabel independent (bebas) terhadap profitabilitas (ROA) sebagai variabel dependent (terikat). Rumusnya adalah : ROA = a + b1DER + b2WCTO Keterangan : ROA : Variabel terikat profitabilitas a : Konstanta b1,...b2 : Koefisien regresi variabel bebas 1 sampai 2 DER : Variabel bebas struktur modal WCTO : Variabel bebas working capital turnover Uji Kelayakan Model Uji F UJi F dilakukan untuk menguji kelayakan model regresi linear berganda dalam penelitian. Menurut Ghozali (2011) uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independent yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh bersama-sama

Pengaruh Struktur Modal dan WCTO terhadap...Syarib, Mochammad

12 terhadap variabel dependent. Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah debt to equity ratio (DER) dan working capital turnover (WCTO) yang mempengaruhi variabel independen berupa profitabilitas. Koefisien Determinasi Berganda (uji r2) Koefisien determinasi berganda digunakan untuk menguji atau mengukur tingkat korelasi atau pengukuran antara variabel bebas (DER dan WCTO) secara bersama-sama (simultan) dengan variabel terikat (ROA), sehingga untuk mempengaruhi koefisien determinasi berganda dapat digunakan rumus sebagai berikut : b1  DER ROA + b2  WCTO ROA  ROA Keterangan : R2 : Koefisien determinasi berganda b1,..b2 : Koefisien regresi DER : Variabel bebas struktur modal WCTO : Variabel bebas working capital turnover ROA : Variabel terikat profitabilitas R2 =

Uji Hipotesis Uji t Uji t (secara parsial), dilakukan untuk mengetahui apakah pengaruh yang diperoleh dari koefisien regresi secara parsial dari variabel independennya memang nyata atau secara kebetulan saja. Kriteria pengambilan keputusan adalah : 1) Jika nilai t > 0,05, maka variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. 2) Jika nilai t < 0,05, maka variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Koefisien Determinasi Parsial Koefisien determinasi parsial (r2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Semakin besar r2, maka variabel bebas tersebut mempunyai pengaruh yang semakin dominan. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pada peneltian ini data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, dengan demikian maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Uji Multikolinearitas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Jika nilai tolerance < 0,10 dan VIF > 10, maka terdapat korelasi yang terlalu besar di antara salah satu variabel bebas dengan variabel-variabel bebas yang lain (terjadi multikolinearitas). Jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas. Dari hasil pengolahan data dengan program SPSS, menunjukkan angka tolerance > 0,10 dan memiliki nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas antara variabel struktur modal dan working capital turnover terhadap profitabilitas.

Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen : Volume 5, Nomor 12, Desember 2016

ISSN : 2461-0593

13

Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian residual dari pengamatan satu ke pengamatan yang lain. Ada tidaknya heteroskedastisitas dalam model regresi dapat diketahui dalam pola gambar scatterplot model tersebut. Analisis pada gambar scatterplot yang menyatakan model regresi linear berganda tidak terdapat heteroskedastisitas jika titik-titik dan menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0, titik-titik dan tidak mengumpul hanya di atas dan di bawah saja, penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali, penyebaran titik-titik dan sebaiknya tidak berpola. Hasil uji heteroskedastisistas dengan SPSS 20 pada penelitian ini menunjukkan bahwa polanya menyebar diatas dan dibawah angka nol dan tidak membentuk pola tertentu. Maka dapat dikatakan bahwa model regresi tersebut tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Dari hasil analisis regresi yang ditunjukkan pada gambar yaitu grafik scatterplot dapat dilihat bahwa polanya menyebar diatas dan dibawah angka nol dan tidak membentuk pola tertentu. Maka dapat dikatakan bahwa model regresi tersebut tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi linear berganda terdapat hubungan antara residual atau residual yang bersifat model tidak saling independent. Autokorelasi dapat dideteksi dengan menggunakan salah satu aplikasi yang ada dalam program SPSS versi 20 dengan melakukan pengujian durbin-watson. Dari hasil uji autokorelasi pada penelitian ini, tidak mengindikasikan terjadinya autokorelasi. Besar angka durbin-watson menunjukkan sebesar 1,48. Angka DW tersebut, diantara -2 sampai +2, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model penelitian dapat dianggap bahwa asumsi tidak terjadi autokorelasi dapat dipenuhi. Analisis Regresi Linear Berganda Suliyanto (2011:54) menyatakan bahwa dalam regresi berganda variabel tergantung dipengaruhi oleh dua atau lebih variabel bebas, disamping juga terdapat pengaruh dari variabel lain yang tidak diteliti (e). Hasil analisis regresi linear berganda variabel DER dan WCTO pada penelitian ini menunjukkan konstanta (a) dan baris selanjutnya menunjukkan koefisien regresi variabel bebas. Maka berdasarkan pengolahan tersebut didapat persamaan regresi linear berganda sebagai berikut : ROA = 0,1 - 0,032 DER + 0,014 WCTO Dengan penjelasan sebagai berikut : 1. konstanta, (a) sebesar 0,1 artinya variabel DER dan WCTO sam dengan nol, maka profitabilitas (ROA) adalah 0,1 2. koefisien DER (b1) sebesar – 0,032 menunjukkan arah hubungan negatif (berlawanan arah) antara DER dengan profitabilitas (ROA). Hasil ini mengidentifikasikan bahwa jika variabel DER meningkat, maka akan diikuti dengan penurunan profitabilitas (ROA). Dengan kata lain, jika DER naik maka profitabilitas (ROA) akan menurun, dengan asumsi variabel yang lainnya konstan 3. koefisien WCTO (b2) sebesar 0,014 menunjukkan arah hubungan positif (searah) antara WCTO dengan profitabilitas (ROA). Hasil ini hasil ini mengidentifikasikan bahwa jika variabel WCTO meningkat, maka akan diikuti dengan peningkatan profitabilitas (ROA). Dengan kata lain jika WCTO naik, maka profitabilitas (ROA) akan naik, dengan asumsi variabel yang lainnya konstan.

Pengaruh Struktur Modal dan WCTO terhadap...Syarib, Mochammad

14

Hasil Uji Kelayakan Model Uji F Uji f dilakukan untuk menguji kelayakan model regresi linear berganda dalam penelitian. Jika nilai signifikan > 0,05, maka model regresi yang dihasilkan tidak baik (tidak layak) untuk digunakan pada analisis selanjutnya. Jika nilai signifikan < 0,05, maka model regresi yang dihasilkan baik (layak) untuk digunakan pada analisis selanjutnya. Pada penelitian ini, didapat bahwa nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,001 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi layak digunakan dalam penelitian. Koefisien Determinasi Berganda Koefisien determinasi berganda (uji r2), digunakan untuk menguji atau mengukur tingkat korelasi atau pengukuran antara variabel bebas (DER dan WCTO) secara bersamasama (simultan) dengan variabel terikat (ROA). Pada penelitian ini nilai R Square 0,684 sedangkan nilai Adjusted R Square 0,631. Hal itu menunjukkan bahwa nilai koefisien ini melebihi dari setengah dan hampir menuju satu. Artinya semua informasi yang dibutuhkan variabel ROA sebesar 68,4 % mampu dijelaskan oleh variabel debt to assets ratio dan working capital turnover. Sedangkan 31,6 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini. Uji Hipotesis Uji t Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah pengaruh yang diperoleh dari koefisien regresi secara parsial dari variabel independennya memang nyata atau secara kebetulan saja. Hasil uji t pada penelitian ini menunjukkan bahwa variabel struktur modal (DER) dan working capital turnover (WCTO) berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA) karena tingkat signifikan yang dihasilkan kurang dari 0,05. Koefisien Determinasi Parsial (r2) Koefisien Determinasi Parsial (r2), digunakan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Semakin besar r2, maka variabel bebas tersebut mempunyai pengaruh yang semakin dominan. Hasil koefisien determinasi parsial pada penelitian ini diperoleh koefisien korelasi parsial dengan penjelasan sebagai berikut : 1) Koefisien determinasi parsial variabel debt to equity ratio (DER) = 0,595984, hal ini berarti sekitar 59,59 % yang menunjukan besarnya kontribusi debt to equity ratio (DER) terhadap profitabilitas, 2) Koefisien determinasi parsial variabel working capital turnover (WCTO) = 0,649636, hal ini berarti sekitar 64,96 % yang menunjukan besarnya kontribusi working capital turnover (WCTO) terhadap profitabilitas. Dari penjelasan tersebut, diatas dapat disimpulkan bahwa yang mempunyai pengaruh dominan adalah working capital turnover (WCTO) karena mempunyai koefisien determinasi parsialnya yang paling besar. Pembahasan Debt to Equity Ratio Hasil uji t pada sub bab sebelumnya didapatkan bahwa struktur modal yang diukur dengan debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Berarti hipotesis 1 yang menyatakan struktur modal berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia “diterima”.Hasil ini sesuai dengan teori Kasmir (2008:157-158) DER merupakan salah satu rasio leverage yang menunjukkan perbandingan antara total utang dengan modal sendiri. Rasio ini digunakan untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan oleh kreditor dengan pemilik perusahaan, sehingga rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan

Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen : Volume 5, Nomor 12, Desember 2016

ISSN : 2461-0593

15 jaminan utang. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan semakin tingginya rasio kegagalan yang mungkin terjadi pada perusahaan, begitu juga sebaliknya apabila semakin rendah rasio ini maka menunjukkan semakin rendah pula resiko kegagalan yang mungkin terjadi pada perusahan. Working Capital Turnover Hasil uji t pada sub bab sebelumnya didapatkan bahwa rasio working capital turnover berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Berarti hipotesis 2 yang menyatakan rasio working capital turnover berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia “diterima”. Seperti teori Kasmir (2011:182) working capital turnover merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai kefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Semakin tinggi perputaran modal kerja, maka semakin efisien perusahaan dalam menggunakan modal kerjanya. Sebaliknya, semakin rendah perputaran modal kerja berarti semakin rendah efisiensi modal kerjanya. Tolak ukur working capital turnover yaitu berdasarkan perbandingan antara penjualan bersih dengan modal kerja bersih. Variabel Yang Paling Dominan Berdasarkan hasil uji SPSS didapatkan bahwa dari kedua varibel bebas yaitu variabel struktur modal yang diukur dengan debt to equity ratio dan rasio working capital turnover yang memiliki pengaruh dominan terhadap profitabilitas yang diukur dengan ROA yaitu working capital turnover. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: 1) struktur modal yang diukur dengan debt to equity ratio (DER) berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka hasil penelitian ini adalah struktur modal yang diukur dengan debt to equity ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA); 2) working capital turnover (WCTO) berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka hasil penelitian ini adalah working capital turnover (WCTO) berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA); 3) dari kedua varibel bebas yaitu variabel struktur modal yang diukur dengan debt to equity ratio (DER) dan rasio working capital turnover (WCTO) yang memiliki pengaruh dominan terhadap profitabilitas perusahaan yaitu working capital turnover (WCTO). Saran Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka ada beberapa saran yang bisa disampaikan peneliti antara lain: 1) Bagi investor atau calon investor yang akan melakukan investasi, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk pengambilan keputusan sehubungan dengan investasi yang akan dilakukan di perusahaan semen yang ada di Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu, investor sebaiknya memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengembalian investasi perusahaan; 2) Bagi pihak perusahaan, sebaiknya perusahaan lebih selektif dalam penggunaan setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang. Dimana pada penelitian ini struktur modal yang diukur dengan debt to equity ratio berpengaruh terhadap profitabilitas perusahan. Dan juga perusahaan lebih selektif untuk mengukur kefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Semakin tinggi perputaran modal kerja, maka semakin efisien perusahaan dalam menggunakan modal kerjanya; 3) Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya menambahkan sampel dan variabel, karena dalam penelitian ini sampel dan variabel sangat terbatas.

Pengaruh Struktur Modal dan WCTO terhadap...Syarib, Mochammad

16 DAFTAR PUSTAKA Amdani dan Desnerita. 2015. Pengaruh struktur modal dan working capital turnover terhadap profitabilitas (Studi Empiris pada Pembayar Pajak Perusahaan yang diperiksa oleh kantor pelayanan Pajak Madya Jakarta Pusat). Jurnal Akuntansi. XIX. (3). Ghozali, I. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. BP-Uninersitas Diponegoro. Semarang. . 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19. Edisi Kelima. BP-Universitas Diponegoro. Semarang. Iskandar, T, D.P. Emrinaldi dan E. Darlis. 2014. Pengaruh perputaran modal kerja, struktur modal dan likuiditas terhadap profitabilitas perusahaan industri dan chemical di Bursa Efek Indonesia. JOM FEKON. 1. (2). Jumingan. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Bumi Aksara. Surakarta. Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi 2008. PT. RAJAGRAFINDO PERSADA. Jakarta. . 2009. Analisis Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. . 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Kencana Prenada. Media Group. Jakarta. . 2011. Analisis Laporan Keuangan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Marchyta, N.K dan D. Astuti. 2015. Pengaruh struktur modal dan karakteristik perusahaan terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan. FINESTA. (3). 1. Munawir, S. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Liberty. Yogyakarta. Purwitasari, E dan A. Septiani. 2013. Analisis pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011). Diponegoro Journal of Accounting. (2). 3. Riyanto, B. 2008. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Kedelapan. BPFE. Yogyakarta. . 2010. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. Cetakan Kesepuluh. BPFE. Yogyakarta. Sartono, A. 2011. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. BPFE. Yogyakarta. Sudana. 2010. Manajemen Keuangan Perusahaan. Erlangga. Jakarta. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif Kualitatif dan RND. Alfabeta. Bandung. . 2011. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif Kualitatif dan RND. Alfabeta. Bandung. Suliyanto. 2011. Ekonometri Terapan - Teori dan Apikasi dengan SPSS. Andi Offset. Yogyakarta. Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan, Teori, Konsep dan Aplikasi. Edisi Pertama. Cetakan Kelima. Ekonesia. Yogyakarta. Warsono. 2009. Corporate Govermance Concept And Model. Center of Good Corporate Govermance. CGCG FEB UGM. Yogyakarta. Weston J. F. dan F. E. Brigham. 2009. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kesembilan. Erlangga. Jakarta. Yusralaini, A.H dan I. Helen. 2009. Pengaruh perputaran modal kerja, struktur modal, umur perusahaan, dan ukuran perusahaan terahadap profitabilitas pada perusahaan automotive and allied product di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi. (17). 3.