PENGARUH TEKNIK MANAJEMEN STRESS TERHADAP

Download manajemen stres. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh teknik manajemen stres terhadap penurunan tingkat stres pada l...

0 downloads 434 Views 548KB Size
ISSN : 2477 – 0604 Vol. 2 No. 2 Oktober-Desember 2016 | 31-44

PENGARUH TEKNIK MANAJEMEN STRESS TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRESS PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PUSPAKARMA MATARAM 1

I Made Eka Santosa, 2M. Ikhsan, 1Ida Bagus Yoga Pratama 1 Staf Pengajar STIKES Mataram, 2 PSTW Puspakarma ABSTRAK

Lansia yang tinggal di Panti memiliki latar belakang kehidupan dan alasan yang berbeda-beda. Latar belakang, alasan, dan kondisi yang saat ini di panti masing-masing memberikan sumbangan sebagai stresor atau sumber stres dialami para lansia panti. Tindakan dalam mengatasi atau menurunkan stres salah satunya degan cara memberikan pemahaman pada lansia dalam mengontrol tingkat stres dengan memberikan teknik manajemen stres. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh teknik manajemen stres terhadap penurunan tingkat stres pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Pra Eksperimen dengan desain one group pretest-posttest design (pra-pasca tes dalam satu kelompok). Sampel yang dipakai adalah 26 lansia yang mengalami stres mengikuti teknik manajemen stres. Penelitian ini dilakukan selama 14 hari. Subjek penelitian mempunyai tingkat stres dengan kategori ringan dan sedang. Analisis statistik yang digunakan adalah dengan uji Paired T-Tets dengan taraf kemaknaan 5 %. Hasil Uji Paired T-Test terhadap 26 responden didapatkan perubahan pada lansia yang mengalami stres yaitu dengan nilai t-hitung = 14,387 dan nilai t-tabel = 1,70814 dengan nilai rata-rata Pre-test = 20,34 dan nilai rata-rata Post-Test = 16,57 sehingga dapat di interprestasi bahwa (t-hitung > t-tabel) yang artinya terdapat penurunan tingkat stres yang bermakna pada lansia yang mengalami stres. Kesimpulan dari penelitian ini adalah teknik manajemen stres berpengaruh terhadap penurunan tingkat stres pada lansia yang mengalami stres. Adapun saran dari peneliti adalah diharapkan pada lansia untuk memilih teknik manajemen stres yang tepat dalam hal mengurangi atau mengatasi tingkat stres guna untuk meningkatkan kesehatan psikologis pada lansia di panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram. Kata kunci : Lansia, Teknik manajemen Stres, Tingkat Stres

seseorang mencapai dewasa, misalnya

PENDAHULUAN

dengan terjadinya kehilangan jaringan otot, susunan saraf, dan jaringan lain

A. Latar Belakang Penuaan

(Aging

process)

merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh sudah

setiap mulai

orang.Proses berlangsung

penuaan sejak

sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit (Mubarak,2009). Salah satu kesehatan

di

hasil

pembangunan

Indonesia

adalah

meningkatnya angka harapan hidup

I MADE EKA SANTOSA M. IKHSAN IDA BAGUS YOGA PRATAMA

32

(life expectancy). Dilihat dari sisi ini

menimbulkan

pembangunan kesehatan di Indonesia

permasalahan baik dari aspek sosial,

sudah cukup berhasil, karena angka

ekonomi, budaya, maupun kesehatan

harapan

(Nugroho, 2000).

hidup

bangsa

kita

telah

berbagai

macam

meningkat secara bermakna. Namun,

Menurut Stieglitz (dalam Nugroho,

disisi lain dengan meningkatnya angka

2008), ada empat penyakit yang erat

harapan hidup ini membawa beban

hubungannya dengan proses menua,

bagi

yakni

masyarakat,

karena

populasi

gangguan

sirkulasi

darah

penduduk usia lanjut meningkat. Hal

(hipertensi, kelainan pembuluh darah,

ini berarti kelompok resiko dalam

gangguan pembuluh darah di otak,

masyarakat kita menjadi lebih tinggi.

ginjal

dan

lain-lain),

gangguan

Meningkatnya

metabolisme

hormonal

(diabetes

populasi

lansia

ini

bukan hanya fenomena di Indonesia

mellitus,

saja tetapi juga merupakan fenomena

ketidakseimbangan tiroid), gangguan

Global. (Notoatmodjo,2011).

pada

Jumlah

populasi

lanjut

usia

klimakterium, persendian

osteoporosis,

low

dan

(osteoartritis, back

pain,

diseluruh dunia diperkirakan lebih dari

osteomalasia, reumatoid artritis, gout

25,07%. Menurut Badan Kesehatan

arthritis, ataupun penyakit kolagen

Dunia WHO bahwa populasi lansia di

lainnya),

Indonesia pada tahun 2025 mendatang

neoplasma.

serta

akan mengalami peningkatan jumlah 1 warga lansia sebesar 41,4% yang

yang

merupakan

ketidakmampuan

sebuah

peningkatan

berbagai

macam

Berbagai permasalahan kesehatan terjadi

pada

lansia lansia

serta untuk

tertinggi di dunia. Jumlah penduduk

mengatasi masalah kesehatan tersebut

lansia di Indonesia mencapai angka

berpotensi

13.729.992 (BPS, 2014). Begitu pula

psikologi berupa stres (Alimul, 2006).

di Provinsi Nusa Tengara Barat (NTB)

Secara umum orang yang mengalami

penduduk

stres merasakan perasaan khawatir,

lansia

peningkatan.

terus

Pada

mengalami

tahun

2013

tekanan,

menimbulkan

letih,

ketakutan,

gangguan

depresi,

sebanyak 333.113 jiwa, meningkat

cemas dan marah. Setiap orang bisa

pada tahun 2014 menjadi 338.650

mengalami stres, sesekali stres dalam

(PUSDATIN Kemenkes RI, 2013).

kehidupan merupakan ‘bumbu’ hidup

Peningkatan jumlah lanjut usia yang

dinamis, akan tetapi apabila terjadi

tinggi

stres yang sering dengan fluktuasi yang

tersebut

berpotensi

I MADE EKA SANTOSA M. IKHSAN IDA BAGUS YOGA PRATAMA

33

besar, maka sudah perlu mendapat

stres

perhatian khusus, artinya sudah perlu

Manajemen stress merupakan sesuatu

lebih serius menanganinya.

yang dapat mengurangi stress pada

Berdasarkan

studi

pendahuluan

yang

terjadi

pada

lansia.

lansia di mana dengan manajemen

yang dilakukan peneliti pada tanggal

stres

28 dan 29 April 2016 di Panti Sosial

pengetahuan dan kemampuan para

Tresna

“Puspakarma”

lansia bagaimana suatu gambaran yang

Mataram, terdapat 76 lansia yang

tepat untuk mengatasi stres yang di

menghuni Panti Sosial Tresna Werda

alami.

Werdha

dan setelah melakukan survei ternyata

kita

dapat

memberikan

Berdasarkan uraian di atas calon

kebanyakan lansia mengeluh pusing,

peneliti

badan

penelitian yang berjudul pengaruh

mudah

capek,

mengalami

tertarik

untuk

gangguan tidur dan ada yang mengeluh

tentang

mudah tersinggung, rata-rata lansia

terhadap penurunan tingkat stres pada

mengalami stress ringan dan stress

lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha

sedang

Puspa Karma Mataram.

dilihat

dilakukan.

dari

Calon

melakukan

surve

yang

Peneliti

juga

pengukuran

secara

langsung menggunakan Skala DASS

teknik

melakukan

Tujuan dari penelitian ini adalah : a. Mengetahui skala stres pada lansia sebelum

Panti

manajemen stres.

“Puspakarma”

Tresna Mataram

Werdha untuk

diberikan

tentang

teknik

b. Mengetahui skala stres pada lansia

mengetahui status psikologi lansia itu

setelah

sendiri dan dari 37 lansia didapatkan

manajemen stres.

25 lansia yang mengalami stres dengan

stres

Tujuan

42 kepada 37 lansia yang menghuni di Sosial

manajemen

diberikan

c. Menganalisis

tentang

pengaruh

teknik teknik

tingkat stres : ringan ada 15 orang,

manajemen stres pada lansia yang

sedang 10 orang, biasanya mereka

berada di Panti Sosial Tresna Werdha

hanya mengatasinya dengan tidur.

“Puspakarma” Mataram

Berdasarkan data yang didapatkan diatas perlu adanya suatu solusi yang

METODE PENELITIAN

tepat yang dapat memberikan suatu

Populasi

gambaran yang tepat bagaimana cara

Populasi adalah wilayah generalisasi

meminimalisir terjadinya stres atau

yang terdiri atas : objek atau subjek yang

lebih tepatnya mengurangi kejadian

mempunyai

kualitas

dan karakteristik

I MADE EKA SANTOSA M. IKHSAN IDA BAGUS YOGA PRATAMA

34

tertentu yang di terapkan oleh peneliti untuk

di

pelajari

kesimpulan(Sugiono

dan

di

HASIL PENELITIAN

Dalam

Penelitian di mulai dari tanggal 13-27

penelitian ini populasi yang digunakan

Agustus 2016, pre-test dilakukan pada

adalah semua kelayan lansia yang berada

tanggal 15 Agustus 2016. Berdasarkan

di

hasil pengukuran tingkat stress dengan

Panti

Sosial

2010).

tarik

Tresna

Werdha

“Puspakarma” Mataram yang berjumlah

menggunakan

76 lansia.

Psychometric

alat

ukur

Properties

Skala of

The

Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) didapatkan hasil sebagai berikut:

Sampel Sampel

diambil

dengan

tehnik

purposive

sampling.

Sampel

dalam

penelitian

ini

adalah

lansia

yang

mengalami gangguan psikologi berupa stres, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 26 responden yang

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Penelitian Berdasarkan Tingkat Stress Sebelum dilakukan Teknik Manajemen Stres No 1 2

Skala Stres Kategori 15 – 18 Ringan 19 – 25 Sedang Jumlah

Frek 10 16 26

(%) 38,4 % 61,5 % 100 %

mengalami gangguan psikologi berupa Dari Tabel 1. di atas, menunjukkan

stres ringan dan sedang, tidak dalam perawatan intensif, dan bersedia menjadi

bahwa dari 26 responden terdapat 10 responden (38,4%) dengan tingkat stres

responden.

kategori ringan, 16 responden (61,5%) dengan tingkat stres kategori sedang. Jadi

RANCANGAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui

pengaruh

tentang

teknik

manajemen stres terhadap skala stres pada lansia. Atas dasar tujuan tersebut maka peneliti

menggunakan

rancangan

Pra

Eksperimental dengan desain penelitian one group pretest-posttest design (prapasca tes dalam satu kelompok). Analisa data pada penelitian ini menggunakan Uji t.

responden penelitian yang terbanyak pada saat

penelitian adalah lansia dengan

tingkat stres kategori sedang. Setelah responden penelitian diberikan teknik manajemen stres selama 3 kali dalam seminggu, post-test dilakukan pada tanggal 18 Agustus 2016, segera dilakukan pengukuran menggunakan

tingkat alat

stress ukur

dengan

Psychometric

Properties of The Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) didapatkan hasil sebagai berikut:

I MADE EKA SANTOSA M. IKHSAN IDA BAGUS YOGA PRATAMA

35

Tabel 2. Distribusi frekuensi responden penelitian berdasarkan tingkat stres sesudah diberikan teknik manajemen stres selama 3 kali dalam seminggu No 1 2 3

Skala Stres 0 - 14 15 – 18 19 – 25 Jumlah

kategori normal menjadi 8 responden (30,7%).

Kategori

Frek

(%)

Normal

8

30,7 %

Ringan

12

46,1 %

Uji

Sedang

6 26

23 % 100 %

manajemen

Dari Tabel 2. diatas, didapatkan karakteristik

responden yang tingkat stres dengan

tingkat

stres

pada

26

responden penelitian sesudah diberikan

Hasil Pengujian Hipotesis statistik stres

pengaruh terhadap

teknik

penurunan

tingkat stres pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha “Puspakarma” Mataram menggunakan uji statistik Paired T-Test. Tabel 3. Tabel hasil uji statistik

teknik manajemen stres yaitu terdapat 8

thitung

responden (30,7%) dengan tingkat stres

14,387

ttab el 1,7 081 4

kategori normal, 12 responden (46,1%)

Mean PreTest 20,34

Mean PostTest 16,57

Beda Mean

Interpre tasi

3,769

t-hitung > t-tabel (14,387 > 1,70814) maka Ha diterima

dengan tingkat stres kategori ringan, 6 responden (23%) dengan tingkat stres kategori sedang. Ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan tingkat stres setelah

PEMBAHASAN

diberikan teknik manajemen stres pada

1. Tingkat stres sebelum diberikan

lansia di Panti Sosial Tresna Werdha

teknik manajemen stres

Puspakarma Mataram.

Berdasarkan hasil penelitian di panti

Dari Tabel 2. diatas menunjukkan dari

Sosial

Tresna

Werdha

Puspakarma

26 orang responden dapat diketahui bahwa

Mataram pada 26 responden didapatkan 10

tingkat stres responden penelitian sesudah

responden (38,4%) dengan tingkat stres

diberikan teknik manajemen stres selama 3

kategori ringan dan 16 responden (61,5%)

kali

dengan tingkat stres kategori sedang.

dalam seminggu adalah responden

yang tingkat stres dengan kategori sedang

Terlihat

bahwa

responden

penelitian

menurun dari 16 responden (61,5%)

mengalami stres kadar dengan nilai yang

menjadi 6 responden (23%). Sedangkan

berbeda-beda berarti ada perbedaan tingkat

terjadi peningkatan pada tingkat stres

stres meskipun stimulasinya sama.

dengan kategori ringan yaitu dari 10

Keberadaan panti untuk menampung

responden (38,4%) menjadi 12 responden

para lansia merupakan salah satu bentuk

(46,1%) dan terjadi peningkatan juga pada

perhatian pemerintah pada kelompok usia

I MADE EKA SANTOSA M. IKHSAN IDA BAGUS YOGA PRATAMA

36

ini. Lansia yang tinggal di Panti memiliki

pilihan

kedua

yang

merupakan

latar belakang kehidupan dan alasan yang

permasalahan yang menimbulkan stres

berbeda-beda. Latar belakang, alasan, dan

pada lansia yang tinggal di Panti Werdha,

kondisi yang saat ini di panti masing-

lalu diikuti dengan masalah yang lainnya

masing memberikan sumbangan sebagai

(Indriana dkk, 2010).

stresor atau sumber stres dialami para

Banyak faktor yang mempengaruhi

lansia panti. Tentu sumbangan stres dari

tingkat stres lansia yang tinggal di panti.

masing-masing

akan

Ketika berbicara tentang faktor yang

berbeda bergantung pada faktor individu

mempengaruhi tingkat stres, kita tidak bisa

itu pula. Besar kecilnya sumbangan stres

lepas dari sumber- sumber penyebab stres

dari stresor yang mengelilingi kehidupan

atau yang biasa disebut dengan stresor.

lansia panti akan memberikan variasi

Stresor merupakan semua faktor yang

terhadap

mempengaruhi

stresor

tingkat

stres

tersebut

yang

dialami.

timbulnya

stres

yang

Tingkat tekanan atau stres yang dialami

mengganggu keseimbangan dalam tubuh

individu usia lanjut yang tinggal di panti

(dalam Bart Smet, 1194, h.115-121). Hal-

ini

diteliti.

hal yang dirasakan oleh sebagian besar

Harapannya setelah mengetahui tingkat

lansia di panti sebagai penyebab stres

stres lansia panti akan dapat menjadi

antara lain perubahan dalam aktivitas

landasan dalam menciptakan program-

sehari-hari, perubahan dalam perkumpulan

program intervensi dalam peningkatan

keluarga, kematian pasangan, kematian

kesejahteraan

usia

anggota keluarga dan perubahan dalam

dalam melewati akhir kehidupan mereka

pilihan maupun kuantitas olahraga maupun

(Indriana dkk, 2010).

rekreasi, dan perubahan dalam pekerjaan.

menjadi

menarik

untuk

orang-orang

lanjut

Stres pada lansia dapat didefinisikan

Kelima

peristiwa

tersebut

berurutan

sebagai tekanan yang diakibatkan oleh

sebagai sumber stres lansia di panti.

stresor berupa perubahan-perubahan yang

Bahwa inti dari kesuksesan di masa lansia

menuntut adanya penyesuaian dari lansia.

adalah kemampuan untuk beradaptasi

Tingkat stres pada lansia berarti pula

terhadap berbagai perubahan dan peristiwa

tinggi rendahnya tekanan yang dirasakan

hidup yang membawa perubahan ternyata

atau dialami oleh lansia sebagai akibat dari

belum bisa dilakukan oleh seluruh lansia

stresor berupa perubahan-perubahan baik

subyek penelitian ini

fisik,

mental,

maupun

sosial

dalam

Tingkat

stres

yang

tinggi

kehidupan yang dialami lansia. Perubahan

menunjukkan ketidakmampuan

mereka

dalam perkumpulan keluarga menjadi

dalam menyesuaikan terhadap berbagai

I MADE EKA SANTOSA M. IKHSAN IDA BAGUS YOGA PRATAMA

perubahan

tersebut.

37

Tanggung

jawab

selanjutnya berada pada caregivers atau

penyebab stres pula bagi mereka (Indriana dkk, 2010).

pihak-pihak di sekitar lansia antara lain

Keluarga menjadi salah satu faktor yang

pengurus panti, keluarga, teman-teman,

berperan dalam menyebabkan stres bagi

maupun helper untuk membantu para

lansia

lansia panti menjalani masa tuanya dengan

dirasakan sangat penting bagi mereka. Hal

sukses atau dengan kata lain mampu

tersebut dapat dilihat dari latar belakang

beradaptasi dengan berbagai perubahan

keberadaan para lansia hingga tinggal di

sehingga

Panti Wredha. Seperti beberapa kasus

meminimalkan

stres

yang

dialami.

Keberadaan

keluarga

yang terjadi pada lansia panti. Beberapa

Ketika lansia mampu menerima dan menyesuaikan

panti.

diri

dengan

berbagai

diantara mereka merasa terbuang, menjadi sampah masyarakat, tidak berarti lagi

peristiwa yang mengubah kehidupannya

dengan

maka hal ini berarti pula tingkat stres yang

melemah. Mereka merasa dicampakkan

dialami akan menurun. Stresor atau faktor-

oleh keluarganya, bahkan bagi beberapa

faktor penyebab stres 5 besar berurutan

lansia

antara lain perubahan dalam aktivitas

keluarganya mereka merasa tidak betah

sehari-hari, perubahan dalam perkumpulan

lagi

keluarga, kematian pasangan, kematian

mempertanyakan keberadaan mereka ini

anggota keluarga dan perubahan dalam

untuk siapa, lain halnya dengan lansia

pilihan maupun kuantitas olahraga maupun

yang memang dari semula tidak memiliki

rekreasi, dan perubahan dalam pekerjaan

keluarga sama sekali, mereka memang

(Indriana dkk, 2010).

menyayangkan

Lansia yang dulu terbiasa bekerja dan memiliki penghasilan sekarang

kondisi

yang berada

fisik

semula di

yang

hidup

dunia

hidup

semakin

dengan ini

mereka

dan

yang

sebatang kara akan tetapi keberadaan

hanya

teman sesama lansia di Panti membuat

berdiam diri di panti dan tidak memiliki

mereka merasa ada keluarga baru akan

penghasilan

yang

tetapi terkadang mereka pun merindukan

diperoleh dari panti. Kesediaan mereka

keberadaan keluarganya sebelum mereka

mengikuti kegiatan di panti disebabkan

hidup sendiri (Indriana dkk, 2010).

lain

kecuali

uang

karena keharusan bukan karena ingin. Perubahan dalam aktivitas

Kematian pasangan menjadi penyebab

sehari-hari

stres berikutnya yang dirasakan oleh para

dapat berkaitan pula dengan keberadaan

lansia panti. Mereka merasa hidup sendiri

keluarga bagi mereka. Dimana perubahan

dan tak berarti. Pada beberapa kasus yang

dalam perkumpulan keluarga merupakan

terjadi di panti wredha, hampir semua

I MADE EKA SANTOSA M. IKHSAN IDA BAGUS YOGA PRATAMA

lansia

menceritakan

mereka

merupakan

38

bahwa

pasangan

semangat

hidup

karena merasa sudah tidak dapat berbuat apa-apalagi (Indriana dkk, 2010).

mereka dan ada beberapa lansia yang

Berdasarkan hasil pengukuran tingkat

memilih untuk tidak menikah kembali

stres pada lansia sebelum diberikan teknik

setelah

mereka.

manajemen stres didapat hasil yaitu lebih

Mereka mencoba bertahan hidup untuk

banyak lansia dengan tingkat stres dalam

anak-anak mereka ataupun bagi mereka

kategori sedang dibandingkan pada lansia

yang tidak memiliki anak mereka memilih

dengan tingkat stres kategori ringan.

untuk menyibukan diri mereka dengan

Menurut peneliti, hal ini disebabkan oleh

pekerjaan

kurangnya

kematian

untuk

pasangan

menghilangkan

pengetahuan

lansia

dalam

kesedihan. Kesendirian di masa lanjut

manajemen stres dan ditambah dengan

membuat beberapa lansia merasa putus asa

perubahan aktivitas sehari-hari dimana

dan mempertanyakan keberadaan mereka

lansia biasanya bekerja sehari-hari di

di dunia, dan mereka hanya tinggal

rumah lalu di pindahkan ke Panti Sosial

menunggu panggilan Sang Ilahi untuk

dengan

hidup lebih tenang (Indriana dkk, 2010).

ditambah lagi perpisahan lansia dengan

jarang

melakukan

aktivitas

anggota keluarga yang menambah tingkat Perubahan dalam aktivitas sehari-hari yang

stres pada lansia yang tinggal di panti

menjadi salah satu faktor yang banyak

Sosial .

dipilih sebagai penyebab stres Mereka merasakan perbedaan yang terjadi selama

2. Tingkat

stres

setelah

diberikan

mereka tinggal dipanti dengan keadaan

teknik manajemen stres

mereka sebelumnya. Aktivitas mereka

Berdasarkan hasil penelitian di Panti

yang semula bekerja dan sekarang sebagai

Sosial

pengangguran,

terlebih ketika mereka

Mataram didapatkan karakteristik tingkat

mulai mengalami kemunduran fisik yang

stres pada 26 responden penelitian sesudah

dirasakan

seperti

diberikan teknik manajemen stres yaitu 8

penglihatan yang mulai menurun, dan

responden (30,7%) dengan tingkat stres

penyakit

Ketika

kategori normal, 12 responden (46,1%)

kemunduran fisik mereka menyebabkan

dengan tingkat stres kategori ringan, 6

mereka berada di Panti, hal tersebut

responden (23%) dengan tingkat stres

dirasakan amat berat bagi mereka dan

kategori ringan dengan hasil rata-rata

terkadang mereka menyesalkan kondisi

tingkat stres sesudah diberikan teknik

saat ini, sehingga mereka menjadi stres

manajemen stres selama 3 kali

sebagai yang

beban diderita.

Tresna

Werdha

Puspakarma

dalam

I MADE EKA SANTOSA M. IKHSAN IDA BAGUS YOGA PRATAMA

39

seminggu pada lampiran (4.5) sebesar

belum bisa dilakukan oleh seluruh lansia

(46,1 %) dibandingkan dengan tingkat

subyek penelitian ini Tingkat stres yang

stres sebelum diberikan teknik manajemen

tinggi

stres tampak terjadi penurunan tingkat

mereka dalam menyesuaikan terhadap

stres.

berbagai perubahan tersebut (Indriani dkk,

Hasil tersebut menunjukkan bahwa

menunjukkan

ketidakmampuan

2010).

penurunan nilai tingkat stres dari setiap

Tanggung jawab selanjutnya berada

individu berbeda-beda walaupun stimulus

pada caregivers atau pihak-pihak di sekitar

yang menyebabkan peningkatan tingkat

lansia antara lain pengurus panti, keluarga,

stres dan perlakuan yang diberikan sama.

teman-teman,

Hal ini disebabkan banyak faktor yang

membantu para lansia panti menjalani

mempengaruhi tingkat stres lansia yang

masa tuanya dengan sukses atau dengan

tinggal di panti. Ketika berbicara tentang

kata lain mampu beradaptasi dengan

faktor yang mempengaruhi tingkat stres,

berbagai

kita tidak bisa lepas dari sumber - sumber

meminimalkan stres yang dialami. Ketika

penyebab stres atau yang biasa disebut

lansia

dengan stresor. Stresor merupakan semua

menyesuaikan

faktor yang mempengaruhi timbulnya stres

peristiwa yang mengubah kehidupannya

yang mengganggu keseimbangan dalam

maka hal ini berarti pula tingkat stres yang

tubuh (dalam Bart Smet, 1194, h.115-121).

dialami akan menurun. Stresor atau faktor-

Hal-hal yang dirasakan oleh sebagian

faktor penyebab stres 5 besar berurutan

besar lansia di panti sebagai penyebab

antara lain perubahan dalam aktivitas

stres antara lain perubahan dalam aktivitas

sehari-hari, perubahan dalam perkumpulan

sehari-hari, perubahan dalam perkumpulan

keluarga, kematian pasangan, kematian

keluarga, kematian pasangan, kematian

anggota keluarga dan perubahan dalam

anggota keluarga dan perubahan dalam

pilihan maupun kuantitas olahraga maupun

pilihan maupun kuantitas olahraga maupun

rekreasi, dan perubahan dalam pekerjaan

rekreasi, dan perubahan dalam pekerjaan.

(Indriani dkk, 2010), sehingga perubahan

Kelima

berurutan

tingkat stres yang terjadi setiap individu

sebagai sumber stres lansia di panti.

setelah diberikan teknik manajemen stres

Bahwa inti dari kesuksesan di masa lansia

tidak dapat disamakan

peristiwa

tersebut

maupun

helper

perubahan mampu diri

untuk

sehingga

menerima dengan

dan berbagai

adalah kemampuan untuk beradaptasi

Pada master tabel menunjukkan dari

terhadap berbagai perubahan dan peristiwa

26 responden dapat diketahui pula terdapat

hidup yang membawa perubahan ternyata

9

responden

penelitian

yang

tidak

I MADE EKA SANTOSA M. IKHSAN IDA BAGUS YOGA PRATAMA

mengalami

perubahan

40

tingkat

stres

berbeda-beda

oleh

lansia

sehingga

meskipun telah diberikan teknik manejemn

memunculkan dinamika dalam respon

stres selama 3 kali dalam seminggu. Hal

emosi, sosial, dan perilaku penyesuaian.

ini disebabkan dimana yang termasuk

Persepsi

dalam tingkat stres yaitu berhubungan

respon yang berbeda salah satunya respon

dengan ketegangan

kehidupan

yang terkategori stres. Peristiwa-peristiwa

sehari-hari dan menyebabkan seseorang

kehidupan dan berbagai perubahan yang

menjadi waspada dan meningkatkan lahan

dialami para lansia penghuni panti baik

persepsinya. Mampu menghadapi situasi

yang telah maupun sedang dialami tidak

yang bermasalah, dapat mengintegrasikan

jarang

pengalaman masa lalu, saat ini dan yang

tekanan dalam hidup

dalam

akan datang (Stuard & Sundeen,1998).

yang

berbeda

dirasakan

sebagai

Hasil penelitian

memunculkan

beban

dan

juga menunjukkan

Menurut Notoatmojo (2003), dimana

dari 26 responden dapat diketahui bahwa

konsep dasar pendidikan adalah suatu

tingkat stres responden penelitian sesudah

proses

diberikan teknik manajemen stres selama 3

belajar

yang

berarti

didalam

pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan,

kali

perkembangan atau perubahan ke arah

yang tingkat stres dengan kategori sedang

yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih

menurun dari 16 responden (61,5%)

matang pada diri individu, kelompok atau

menjadi 6 responden (23%). Sedangkan

masyarakat. Konsep ini berangkat dari

terjadi peningkatan pada tingkat stres

suatu asumsi bahwa manusia sebagai

dengan kategori ringan yaitu dari 10

makhluk sosial dalam kehidupannya untuk

responden (38,4%) menjadi 12 responden

mencapai nilai - nilai hidup di dalam

(46,1%) dan terjadi peningkatan juga pada

masyarakat selalu memerlukan bantuan

responden yang tingkat stres dengan

orang lain yang mempunyai kelebihan

kategori normal menjadi 8 responden

(lebih dewasa, lebih pandai, lebih mampu,

(30,7%). Hal ini karena adanya suatu

lebih

tahu

dalam seminggu adalah responden

dan

sebagainya).

Dalam

perlakuan yaitu sebelum Post-Tes para

tujuan

tersebut,

seorang

orang tua diberikan teknik manajemen

individu, kelompok dan masyarakat tidak

stres. Hal ini sesuai dengan teori bahwa

terlepas dari kegiatan belajar.

setelah seseorang mengalami stimulus atau

mencapai

Disamping itu juga Menurut Andriana

obyek kesehatan, kemudian mengadakan

dkk (2010), hal yang menarik kondisi stres

penilaian atau pendapat terhadap apa yang

pada lansia adalah perubahan-perubahan

diketahui, proses selanjutnya diharapkan

yang terjadi pada lansia dipersepsikan

dapat melaksanakan atau mempraktekkan

I MADE EKA SANTOSA M. IKHSAN IDA BAGUS YOGA PRATAMA

apa

yang

diketahui

41

dan

disikapinya

(Notoatmodjo, 2003).

teknik manajemn stres, adalah kesiapan fisik dan psikologis (motivasi, dan minat),

Menurut Machfoed (2005), teknik

latar belakang pendidikan, dan sosial

manajemen stres, yang bertujuan untuk

budaya.; Proses dalam teknik manajemn

mengubah

stres adalah mekanisme dan interaksi

individu,

kelompok

dan

masyarakat menuju hal- hal yang positif

terjadinya

secara terencana melalui proses belajar.

(perilaku) pada diri subjek belajar tersebut.

Perubahan

tersebut

mencangkup

pengetahuan,

sikap

keterampilan

dan

perubahan

kemampuan

Hal tersebut juga di dukung dengan teori

Notoatmodjo,

(2003)

tingkatan

melalui proses pendidikan kesehatan. Pada

persepsi individu yaitu persepsi yaitu

hakikatnya

emosi,

mengenal dan memilih berbagai obyek

pengetahuan, pikiran, keinginan, tindakan

sehubungan dengan tindakan yang akan

nyata

dan

diambil, respon terpimpin yaitu dapat

stres

melakukan sesuatu sesuai dengan urutan

penting

dalam

yang benar dan sesuai dengan contoh

lansia

karena

adalah

dapat

dari

berupa

individu,

masyarakat.

Teknik

merupakan

aspek

meningkatkan

kelompok manajemen

koping

merupakan

indikator

praktek

dengan mengetahui teknik manajemen

tingkat dua, mekanisme yaitu apabila

stres akan mendapatkan manfaat yang

seseorang telah dapat melakukan sesuatu

cukup

dapat

dengan benar secara otomatis sesuatu itu

psikologis

sudah merupakan kebiasaan, maka ia

sehingga lansia dapat menjadi manusia

sudah mencapai praktek tingkat tiga,

yang sehat jasmani dan rohani.

adopsi yaitu suatu praktek yang sudah

besar

mengoptimalkan

terutama kesehatan

Dari hasil nilai Pre-Test dan Post-

berkembang dengan baik, artinya tindakan

Test, terlihat ada perubahan yang terjadi

itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi

pada nilai

kebenaran tindakan tersebut.

Pre-Test dan Post-Test

pada hasil pengukuran. Hal ini sama

Pengetahuan merupakan hasil tahu

seperti dalam teori menurut Hawari,

yang terjadi setelah orang melakukan

(2001); menyatakan masukan dalam teknik

penginderaan

manajemn

tertentu. Pengetahuan merupakan domain

stres

sasaran belajar individu,

adalah

menyangkut

(sasaran didik)

kelompok,

keluarga

terhadap

suatu

objek

yaitu

yang sangat penting untuk terbentuknya

atau

tindakan

seseorang.

penelitian

masyarakat yang sedang belajar itu sendiri

membuktikan

dengan

didasari oleh pengetahuan akan lebih

berbagai

latar

belakangnya.

Subyek belajar yang mempengaruhi proses

bahwa

Hasil

perilaku

yang

I MADE EKA SANTOSA M. IKHSAN IDA BAGUS YOGA PRATAMA

42

langgeng dari pada yang tidak didasari

sesuatu hal sehingga terbentuklah arah

pengetahuan (Notoatmodjo, 2005).

sikap tertentu (Suliha, 2002).

Menurut

Notoatmodjo

pengetahuan

dan

Pemberian

informasi

teknik

seseorang

manajemen stres sehat dan cara-cara

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

mengatasi stres diharapkan akan terjadi

tingkat

peningkatan

pendidikan,

sikap

(2005),

komunikasi

dan

pengetahuan,

sikap

dan

informasi, kebudayaan, dan pengalaman

perilaku kesehatan dalam diri/kelompok

pribadi secara emosional.

Mekanisme

sasaran yang berdasarkan kesadaran dan

adanya perbedaan pengetahuan dan sikap

kemauan individu yang bersangkutan.

secara bermakna ini disebabkan adanya

Perubahan perilaku ini memang memakan

faktor informasi dan komunikasi yang

waktu yang lama, sebab tidak sekedar

mempengaruhi pembentukan pengetahuan

melibatkan perubahan gerakan/ aktivitas

dan sikap. Informasi yang diberikan

motorik,

langsung

perubahan

maupun

tidak

langsung

melainkan

menyangkut

persepsi

tentang

pula

konsep-

mempunyai pengaruh dalam peningkatan

konsep kesehatan dan perubahan sikap

pengetahuan,

terhadap

pembentukan

opini

dan

kepercayaan orang.

tindakan

yang

dianjurkan.

Walaupun lebih lama, namun ternyata hasil perubahan yang dicapai lebih lama

Di bidang kesehatan informasi dapat

dan lestari dan tidak tergantung dari

diperoleh melalui tatap muka langsung

ketatnya pengawasan (Sarwono, 2004)

dengan

penyampai

petugas kesehatan,

informasi

seperti

tokoh masyarakat,

3. Analisa

Pengaruh

tokoh agama serta aparat pemerintah yang

Manajemen

mendukung serta dapat diperoleh melalui

Penurunan

Tingkat

berbagai

Lansia

Panti

media

massa

seperti radio,

Di

Teknik

Stres

Terhadap Stres

Sosial

Pada Tresna

televisi, majalah, surat kabar dan lain-lain.

Werdha “Puspakarma” Mataram

Adanya informasi baru mengenai sesuatu

Berdasarkan

tabel

4.4,

sebelum

hal akan memberikan landasan kognitif

diberikan teknik manajemen stres, bahwa

bagi terbentuknya sikap terhadap hal

dari 26 responden terdapat 10 responden

tersebut (Maulana, 2009).

(38,4%) dengan tingkat stres kategori

Ragam pesan subjektif yang dibawa

ringan, 16 responden (61,5%) dengan

oleh informasi tersebut cukup kuat dan

tingkat stres kategori sedang dan setelah

memberikan dasar afektif dalam menilai

diberikan teknik manajemen stres pada tabel 4.5 terjadi perubahan tingkat stres

I MADE EKA SANTOSA M. IKHSAN IDA BAGUS YOGA PRATAMA

pada

responden

43

penelitian

yaitu

8

Dengan demikian teknik manajemen

responden (30,7%) dengan tingkat stres

stres minimal 3 kali

dalam seminggu

kategori normal, 12 responden (46,1%)

dapat dijadikan sebagai alternatif pilihan

dengan tingkat stres kategori ringan, 6

untuk menurunkan tingkat stres pada

responden (23%) dengan tingkat stres

lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna

kategori sedang. Tingkat stres yang terjadi

Werdha.

pada lansia yang tinggal panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram tinggi

tersebut

disebabkan

perubahan

dalam aktivitas sehari-hari, perubahan dalam perkumpulan keluarga, kematian pasangan, kematian anggota keluarga dan perubahan dalam pilihan maupun kuantitas olahraga maupun rekreasi, dan perubahan dalam pekerjaan. Hal ini dapat dilihat bahwa 17 responden

penelitian

mengalami

penurunan tingkat stres. Berdasarkan hasil uji statistik Paired T-Test dengan tingkat kemaknaan

sebesar

0,05

didapatkan

t-hitung sebesar (14,387) dengan jumlah responden 26 orang diperoleh Df = N-1 = 25 dapat diperoleh t-tabel (1,70814). Dengan demikian

t-hitung

>

t-tabel

(14,387 > 1,70814) maka Ha diterima. Dari

hasil

analisa

di

atas

dapat

disimpulkan bahwa melakukan teknik manajemen stres selama 3 kali

dalam

seminggu memiliki pengaruh terhadap penurunan tingkat stres pada lansia yang tinggal di Panti Sosial. Dengan diberikan teknik manajemen stres selama 3 kali dalam

seminggu

terbukti

dapat

menurunkan tingkat stres pada lansia.

DAFTAR PUSTAKA Aspiani,

R Y. (2014). Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans Info Media. Aziz, Alimul Hidayat. (2012). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Alimul H, A.A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep Dan Proses Keperawatan. Buku 1. Jakarta: Salemba Medika. Azizah, L.M. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi ke-1. BPS NTB.2014 Nusa Tenggara Barat dalam Angka 2013. Mataram: Badan Pusat Statistik Provensi NTB. Effendy, O.U. 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Hardjana,w.1994. Depression Anxiety Stres Scale42 Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Salemba Medika, Jakarta Indriana Yeniar, Febriana Kristiana Ika, Sonda Andrewinata A & Intanirian Annisa. 2010. Tingkat Stres Lansia Di Panti Wredha “Pucang Gading”Semarang. Jurnal Psikologi Undip Vol.8 No. 2. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Indriana, Y. (2008). Gerontologi: Memahami Kehidupan Usia Lanjut. Semarang: Penerbit Universitas Diponegoro.

I MADE EKA SANTOSA M. IKHSAN IDA BAGUS YOGA PRATAMA

Machfoed Wina, 2005. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Prenada Media Group: Jakarta. Marhijanto, Drs. Bambang. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Populer. Surabaya: Bintang Pelajar. Maulana, Heri DJ. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Maulana, Heri DJ. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta: Jakarta. ________________. 2007. Kesehatan Masyarakat; Ilmu & Seni. Jakarta: Rineka Cipta. ________________. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. ___________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nugroho, W. 2000. Keperawatan Gerontik. Edisi ke-2. Jakarta:EGC. Nugroho, W. 2000. Keperawatan Lanjut Usia, EGC, Jakarta. Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi ke-3. Jakarta: EGC. Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, Dan Instrument Penelitian Keperawatan. Edisi ke-2. Jakarta: Salemba Medika. Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi ke-4. Volume 2. Alih Bahasa: Renata Komalasari, dkk. Jakarta: EGC. Sarwono, Solita. 2004. Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Sugiyono. 2010,Statistik untuk penelitian. Bandung

44

Suliha U. 2002. Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Watson, R. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta: EGC. Yogyakarta: Graha Ilmu