PENGARUH UMUR TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN KADAR

Jenis penelitian yang dilakukan ... Kata Kunci: umur, pertambahan bobot badan, kadar hormon pertumbuhan, burung puyuh jantan ABSTRACT...

26 downloads 532 Views 145KB Size
PENGARUH UMUR TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN KADAR HORMON PERTUMBUHAN PADA BURUNG PUYUH (Coturnix-coturnix japonica L.) JANTAN

Wiwit Muji Rahayuningtyas, Susilowati, Abdul Gofur Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang E-Mail: [email protected]

ABSTRAK Penelitian tentang pengaruh umur terhadap pertambahan bobot badan dan kadar hormon pertumbuhan pada burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica L.) jantan ini telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh umur terhadap pertambahan bobot badan dan kadar hormon pertumbuhan. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang dan Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya pada bulan Februari-Maret 2014. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan rancangan percobaan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hewan coba yang digunakan adalah burung puyuh jantan umur 1 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari, dan 35 hari masing-masing 5 ekor. Pengujian hormon pertumbuhan menggunakan teknik Enzyme Linked Immunosorbant Assay (ELISA). Data dianalisis menggunakan Multivariat Analisis Varians (MANOVA) dengan taraf signifikasi 5% dan dilanjutkan dengan uji Tukey menggunakan sofware SPSS 22.0 for windows. Hasil analisis menunjukkan bahwa umur berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan mulai umur 14 hari yang semakin meningkat sampai umur 35 hari dan kadar hormon pertumbuhan mengalami peningkatan mulai umur 7 hari dan terus meningkat sampai dengan umur 28 hari. Kata Kunci: umur, pertambahan bobot badan, kadar hormon pertumbuhan, burung puyuh jantan ABSTRACT The research about the effect of ages toward body weight gain and growth hormone level in the male quail (Coturnix-coturnix japonica L.) has done with the aim for the effect of age on body weight gain and growth hormone levels. The research was conducted at the Laboratory in the Department of Biology, State University of Malang and Physiology Laboratory in the medical faculty, Brawijaya University in February-March 2014. This is an experimental research using completely randomized design (CRD). The experiment animals that used were male quails which aged 1 day, 7 days, 14 days, 21 days, 28 days, and 35 days each treatment consist of 5 tail. Growth hormone testing technique using Enzyme Linked immunosorbant assay (ELISA). The obtain data analyzed using Multivariat analisis varians (MANOVA) with 5% significant level and to be continued with Tukey test using SPSS 22.0 software for windows. The result of this research showed that ages effect the increaseing body weight gain from 14 days increasing to 35 days of age and growth hormone levels increased from the age of 7 days and continued to increase until the age of 28 days. Keywords: age, body weight gain, growth hormone level, male quail

Burung puyuh merupakan salah satu unggas yang memiliki ukuran tubuh yang kecil dan memiliki keunikan, yaitu pertumbuhan yang cepat, dewasa kelamin lebih awal, produksi telur yang relatif tinggi, interval generasi dalam waktu singkat, dan periode inkubasi relatif cepat. Burung puyuh juga

1

dimanfaatkan sebagai hewan coba dalam berbagai penelitian karena tahan terhadap stres, tahan pada berbagai penyakit, dan memiliki daya kesembuhan relatif tinggi (Susilorini, 2007). Pertumbuhan burung puyuh jantan lebih cepat dibandingkan dengan burung puyuh betina. Woodard et al. (1973) menyatakan bahwa burung puyuh betina lebih banyak mati pada umur muda dari pada jantan khususnya pada peternakan pembibitan. Pertumbuhan tidak hanya dipengaruhi oleh konsumsi pakan, secara umum Growth hormone yang disekresikan oleh kelenjar hipofisa juga mempengaruhi pertumbuhan unggas. Salah satu gen yang diduga merupakan gen utama dalam mempengaruhi pertumbuhan adalah gen pengkode hormon pertumbuhan yang mempengaruhi sekresi hormon pertumbuhan. Pada masa pertumbuhan, protein sangat dibutuhkan yaitu digunakan untuk menyusun jaringan tubuh yaitu membentuk otot, kuku, sel darah dan tulang (Triyanto, 2007). Kadar hormon pertumbuhan pada periode umur tertentu dapat menjadikan pertumbuhan burung puyuh berada pada titik optimal karena bisa mempengaruhi bertambahnya bobot badan burung puyuh sehingga dengan tujuan akhir pertumbuhan optimal dan produktivitas menjadi lebih baik. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang dan Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya pada bulan Pebruari-Maret 2014. Objek penelitian yang digunakan adalah 30 ekor DOQ jantan dengan umur 1 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari, dan 35 hari. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Autoclave, Microplate 96 Well, ELISA-reader (BioRad-Microplate Reader Benchmark), Laminar air Flow, mikropipet, sentrifuge, refrigerator suhu dingin (suhu -200C) (Sanyo-Ultra Low), neraca analitik, timbangan triple beam, kertas alumunium foil, tabung sentrifuge, tabung ependorf (mikrotube), pipet, beaker glas, pisau, kandang, tempat makan dan air minum, lampu 15 watt sebagai penerangan, timbangan. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah alkohol 70% (Merck), Aquadest, Antibodi HRP, Kromogenat A & B, PBS (Phosphate Buffered Saline) 0,01 M (Sigma), Sodium Dodecyl Sulfate (SDS) (Sigma), Kit hormon pertumbuhan dengan katalog nomor NB-E60039 (Chicken Growth Hormone GH ELISA KIT), Na Oksalat, vaksin ND-Clone, pakan pelet buatan yaitu pakan puyuh starter malindo, air, dan burung puyuh jantan. A. Prosedur Penelitian Persiapan Kandang yaitu membersihkan kandang dan peralatan untuk menghilangkan sisa kotoran, setelah kering kemudian disterilkan dengan disinfektan. 30 ekor burung puyuh umur 1 hari atau Day Old Quail (DOQ) diberi tanda dengan label nomor 1 sampai dengan 30 ekor dan ditimbang bobot badannya sebagai data bobot awal. Secara acak mengambil 5 ekor burung puyuh untuk diambil darahnya dengan jalan memotong bagian leher DOQ dan darahnya dimasukkan ke beaker glas yang berisi Na-Oksalat agar tidak terjadi pengumpalan. Memasukkan darah dari beaker glas ke tabung sentrifius dan mensentrifius sampel darah dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Plasma

2

hasil sentrifugasi disimpan pada suhu -200C. Sisa burung puyuh yang belum dipotong sebanyak 25 ekor dipelihara dengan pemberian pakan (pellet) yaitu menggunakan pakan starter malindo yang diberikan dua kali sehari yaitu pada pagi dan siang hari dengan komposisi pakan protein 21%, serat 4%, lemak 4%, air 14%, abu 6,5%, kalsium 0,9-1,1%, dan fosfor 0,7-0,9%. Sedangkan pemberian minum secara ad libitum. Pemberian pakan disesuaikan dengan kebutuhan pakan setiap minggunya. Jumlah pakan minggu pertama sebanyak 3 g/ekor, minggu kedua sebanyak 5 g/ekor, minggu ketiga sebanyak 7 g/ekor, minggu keempat sebanyak 10 g/ekor, dan minggu kelima sebanyak 12 g/ekor. Selama pemeliharaan, burung puyuh diberi penerangan lampu yang digunakan sebagai penghangat. Pada umur 5 hari puyuh diberi vaksin ND-Clone. Pengontrolan penyakit dilakukan setiap saat dan apabila ada tanda-tanda yang kurang sehat terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan. Burung puyuh umur 7 hari secara acak diambil 5 ekor untuk ditimbang dan diambil darahnya dengan dipotong bagian lehernya. Perlakuan yang sama dilakukan pada burung puyuh umur 14, 21, 28, dan 35 hari. Kadar hormon pertumbuhan (GH) diukur melalui metode ELISA dengan katalog nomor NB-E60039 (Chicken Growth Hormone GH ELISA KIT) dimulai dengan menghangatkan kit selama 30 menit pada suhu ruang sebelum digunakan. Mengencerkan larutan pencuci dengan aquades. Memasukkan sampel dan blanko pada sumuran. Menambahkan antibodi HRPterkonjugasi pada setiap sumuran kemudian diinkubasi selama 1 jam pada suhu pada suhu 370C. Melakukan pencucian sebanyak lima kali kemudian mengeringkannya dengan menggunakan kertas absorbent hingga kering. Menambahkan substrat kromogenat A dan B kemudian diinkubasi selama 15 menit pada suhu 370C. Menambahkan larutan stopper atau tahap stopper sebanyak 50 µl untuk menghentikan reaksi. Terakhir yaitu melakukan pengukuran nilai absorbansi. B. Analisis Data Data pertambahan bobot badan dan kadar hormon pertumbuhan burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica L.) dan dianalisis menggunakan Multivariat analisis varians dengan taraf signifikasi 5% dan dilakukan uji lanjut dengan uji Tukey menggunakan sofware SPSS 22.0 for windows. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Hasil penelitian tentang pengaruh umur terhadap pertambahan bobot badan dan kadar hormon pertumbuhan pada burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica L.) jantan disajikan pada Tabel 1 halaman berikut.

3

Tabel 1. Rerata Pertambahan Bobot Badan dan Kadar Hormon Pertumbuhan Burung Puyuh pada Umur 1-35 Hari Umur

Rerata Pertambahan Kadar GH ± SD Bobot Badan ± SD 1 Hari 0.00 ± 0.00 26.51 ± 1.70 7 Hari 7.50 ± 1.10 45.64 ± 0.65 14 Hari 25.24 ± 3.41 67.44 ± 3.51 21 Hari 50.71 ± 4.65 80.33 ± 11.62 28 Hari 77.22 ± 9.58 86.04 ± 9.25 35 Hari 92.22 ± 1.63 87.31 ± 7.36 Keterangan: Pertambahan bobot badan = bobot pada hari pengukuran dikurangi dengan bobot pada umur 1 hari

Melalui analisis secara simultan didapatkan adanya perbedaan yang signifikan kedua variabel yang diuji (bobot badan dan hormon pertumbuhan) yang ditinjau oleh tipe umur (F = 71,37; p < 0,05). Tipe umur menjelaskan efek ukuran melalui eta kuadrat sebesar 0,99 yang menunjukkan sumbangan efektif dalam menjelaskan kedua variabel adalah 99 persen. Dengan demikian hipotesis penelitian ini yang menyatakan H1 diterima artinya ada pengaruh umur terhadap pertambahan bobot badan dan kadar hormon pertumbuhan. Secara ringkas hasil uji multivariat tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Uji Multivariat Pengaruh Umur terhadap Pertambahan Bobot Badan dan Kadar Hormon Pertumbuhan pada Burung Puyuh Effect Intercept

Umur

Pillai's Trace Wilks' Lambda Hotelling's Trace Roy's Largest Root Pillai's Trace Wilks' Lambda Hotelling's Trace Roy's Largest Root

Value

F

.997 .003 311.314 314.314 1.592 .004 109.367 107.861

3580.113b 3580.113b 3580.113b 3580.113b 18.712 71.370b 240.606 517.733c

Hypothesis df 2.000 2.000 2.000 2.000 10.000 10.000 10.000 5.000

Error df 23.000 23.000 23.000 23.000 48.000 46.000 44.000 24.000

Sig. .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

Partial Eta Squared .997 .997 .997 .997 .796 .939 .982 .991

Hasil analisis secara terpisah menunjukkan bahwa ada perbedaan umur yang signifikan ditinjau dari tipe bobot (F = 329,30; p < 0,05). Tipe umur mampu menjelaskan varians di dalam bobot sebesar 0,99 (99%). Uji perbandingan secara terpisah antara bobot badan dan hormon pertumbuhan sebagaimana tersaji pada Tabel 3 halaman berikut.

4

Tabel 3. Test of Between-Subjects Effects Source Corrected Model Intercept Umur Error Total Corrected Total

Dependent Variable Bobot GH Bobot GH Bobot GH Bobot GH Bobot GH Bobot GH

Type III Sum of Squares 35365.556a 15179.784b 53288.559 128897.520 35365.556 15179.784 515.500 1162.066 89169.615 145239.370 35881.055 16341.850

Df 5 5 1 1 5 5 24 24 30 30 29 29

Mean Square 7073.111 3035.957 53288.559 128897.520 7073.111 3035.957 21.479 48.419

F

Sig.

329.301 62.701 2480.944 2662.104 329.301 62.701

.000 .000 .000 .000 .000 .000

Partial Eta Squared .986 .929 .990 .991 .986 .929

Hasil yang sama juga ditemukan pada perbedaan umur yang signifikan dari tipe hormon pertumbuhan (F = 62,70; p < 0,05). Tipe umur juga mampu menjelaskan varians didalam hormon pertumbuhan sebesar 0,93 (93%). Uji lanjut dengan perbandingan secara terpisah yang membandingkan setiap variabel secara terpisah yaitu pada uji Tukey pertambahan bobot badan dan uji Tukey kadar hormon pertumbuhan pada burung puyuh. Uji tukey pertambahan bobot badan pada burung puyuh ditunjukkan pada Tabel 4 sebagai berikut. Tabel 4. Hasil Uji Tukey Pertambahan Bobot Badan Burung Puyuh pada Umur 1-35 Hari Umur 1 7 14 21 28 35 Sig. Keterangan:

N 5 5 5 5 5 5

Subset 1 .0000a 7.4940a

2

3

4

5

25.2400b 50.7100c 77.2160d

92.2160e .147 1.000 1.000 1.000 1.000 Huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan sedangkan huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan

Uji Tukey dari pertambahan bobot badan menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan burung puyuh mulai mengalami peningkatan secara signifikan mulai umur 14 hari dan pada umur selanjutnya semakin meningkat sampai dengan umur 35 hari. Uji tukey kadar hormon pertumbuhan pada burung puyuh ditunjukkan pada Tabel 5 halaman berikut.

5

Tabel 5. Hasil Uji Tukey Kadar Hormon Pertumbuhan Burung Puyuh pada Umur 1-35 Hari

Umur 1 7 14 21 28 35 Sig. Keterangan:

N 5 5 5 5 5 5

Subset 1 26.5120a

2

3

4

45.6440b 67.4440c 80.3340c

80.3340d 86.0440d 87.3120d 1.000 1.000 .071 .615 Huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan sedangkan huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan

Uji Tukey dari kadar hormon pertumbuhan menunjukkan bahwa kadar hormon pertumbuhan pada burung puyuh mulai mengalami peningkatan secara signifikan pada umur 7 hari dan juga mengalami peningkatan GH pada umur 14 hari, selanjutnya terus meningkat sampai dengan umur 28 hari, tetapi pada umur 35 hari tidak mengalami peningkatan kadar hormon pertumbuhan. Dari hasil analisis terlihat bahwa ada pengaruh umur terhadap pertambahan bobot badan dan kadar hormon pertumbuhan pada burung puyuh secara signifikan. Hal ini ditunjukkan pada uji Tukey yang mengalami pertambahan bobot badan mulai umur 14 hari sampai dengan 35 hari dan kadar hormon pertumbuhan mulai pada umur 7 hari dan terus meningkat sampai dengan umur 28 hari. B. PEMBAHASAN Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat pengaruh umur terhadap pertambahan bobot badan dan kadar hormon pertumbuhan burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica L.). Hal ini disebabkan pada fase grower (3-5 minggu) burung puyuh lebih banyak membutuhkan asupan makanan untuk masa pertumbuhan, protein yang digunakan untuk menyusun jaringan tubuh yaitu membentuk otot, kuku, sel darah, dan tulang. Begitu juga pada hormon pertumbuhan berperan penting pada komposisi tubuh, metabolisme otot, tulang, dalam fungsi organ tubuh untuk mempertahankan homeostasis, sehingga juga terjadi perubahan pada pertambahan bobot badan. Pada masa pertumbuhan (fase grower) kadar hormon berada dalam kondisi optimal sehingga tercapai performa biologis yang prima dan berbagai organ tubuh dapat bekerja dengan baik (Misitahari, 2007). Dari data yang diperoleh bahwa uji Tukey pada pertambahan bobot badan menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan burung puyuh mulai mengalami peningkatan secara signifikan mulai umur 14 hari dan selanjutnya semakin meningkat sampai dengan umur 35 hari. Dari data tersebut terlihat bahwa terjadi pertambahan bobot badan yang signifikan terdapat pada umur 2-5 minggu hal ini karena pada burung puyuh akan mengalami pertumbuhan yang cepat pada fase grower yaitu yang ditunjukkan dengan pertambahan bobot badan dan kadar

6

hormon pertumbuhan yang meningkat karena kadar protein yang lebih banyak dan jumlah pakan yang dikonsumsi pada masing masing umur berbeda. Pertumbuhan unggas dipengaruhi oleh faktor genetik, dimana masing-masing ternak mempunyai kemampuan tumbuh yang berbeda-beda berdasarkan umur dan jenis kelaminnya. Anggorodi (1995) menjelaskan bahwa pertumbuhan berlangsung mulai perlahan-lahan kemudian cepat dan pada tahap terakhir perlahan-lahan kembali yang kemudian berhenti sama sekali. Dijelaskan lebih lanjut mengenai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan unggas antara lain faktor nutrisional yang meliputi energi, protein, vitamin, mineral dan kalsium sehingga apabila bobot unggas mengalami kenaikan setiap minggunya maka kadar protein juga semakin meningkat. Konsumsi ransum naik setiap pertambahan umurnya sehingga bobot badan pada burung puyuh juga akan mengalami kenaikan dari fase starter ke fase grower. Sifat khusus unggas adalah mengkonsumsi makanan untuk memperoleh energi, sehingga jumlah makanan yang dimakan tiap harinya cenderung berhubungan erat dengan kadar energinya. Bila konsentrasi protein yang tetap terdapat dalam semua ransum, maka ransum yang mempunyai konsentrasi energi metabolisme tinggi akan menyediakan protein yang kurang dalam tubuh unggas karena rendahnya jumlah makanan yang dimakan. Sebaliknya, bila kadar energi kurang maka unggas akan mengonsumsi makanan untuk mendapatkan lebih banyak energi akibatnya kemungkinan akan mengkonsumsi protein yang berlebihan (Tillman et all., 1989). Berdasarkan komposisi pakan yang diberikan pada burung puyuh yaitu pakan Malindo starter mengandung protein 21%, serat 4%, lemak 4%, air 14%, abu 6,5%, kalsium 0,9-1,1%, dan fosfor 0,7-0,9% (Wijayanti, 2011). Setiap minggu jumlah pakan burung puyuh akan semakin meningkat sesuai dengan bertambahnya umur. Selain jumlah pakan yang dikonsumsi meningkat, protein yang masuk dalam tubuh burung puyuh juga meningkat setiap minggunya sehingga bobot badan akan semakin bertambah dan kadar hormon pertumbuhan juga akan naik karena prekursor protein yang mengikat GH juga bertambah. Hasil perhitungan jumlah protein menunjukkan pada setiap minggunya mengalami peningkatan yaitu pada umur 1-7 hari sebesar 0,63%, umur 7-14 hari sebesar 1,05%, umur 14-21 hari sebesar 1,47%, umur 21-28 hari sebesar 2,1%, dan pada umur 28-35 hari sebesar 2,52%. Protein memiliki fungsi untuk memenuhi kebutuhan pokok, pertumbuhan, dan produksi. Selain itu sebagai materi penyususn dasar semua jaringan tubuh yang dibentuk. Jaringan tubuh tersebut berupa otot, sel darah, kuku, dan tulang. Apabila kadar protein dalam pakan tidak cukup, pertumbuhan menjadi tidak normal. Selama fase pertumbuhan, unggas umumnya membutuhkan pakan yang relatif banyak dan berkualitas agar dapat tumbuh dan berkembang secara sempurna. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anggorodi (1995) bahwa konsumsi ransum naik setiap pertambahan umurnya sehingga bobot badan pada burung puyuh juga akan mengalami kenaikan dari fase starter ke fase grower. Sifat khusus unggas adalah mengkonsumsi makanan untuk memperoleh energi, sehingga jumlah makanan yang dimakan tiap harinya cenderung berhubungan erat dengan kadar protein yang terdapat di dalam tubuh unggas. Uji Tukey terhadap kadar hormon pertumbuhan menunjukkan hasil yang meningkat dengan bertambahnya umur. Dari uji Tukey yang diperoleh terlihat

7

bahwa kadar hormon pertumbuhan pada burung puyuh mulai mengalami peningkatan secara signifikan mulai umur 7 hari dan juga mengalami peningkatan GH pada umur 14 hari, selanjutnya terus meningkat sampai dengan umur 28 hari, tetapi pada umur 35 hari tidak mengalami peningkatan kadar hormon pertumbuhan. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar hormon pertumbuhan yang meningkat disebabkan umur unggas berada pada fase pertumbuhan dimana kadar hormon berada dalam kondisi optimal sehingga tercapai performa biologis yang prima dan berbagai organ tubuh dapat bekerja dengan baik. Pertumbuhan unggas pada fase starter dan fase grower memiliki pertumbuhan yang lebih cepat sehingga hormon pertumbuhan juga semakin meningkat disamping itu bobot badan unggas juga semakin bertambah. Hormon pertumbuhan (GH) melibatkan pertumbuhan insulin pada kelenjar hipofisis sel target untuk meningkatkan pertumbuhan. GH-IGF juga berkaitan dengan pertumbuhan pada otot unggas. Sebelum telur menetas terdapat myofiber dan pertumbuhan selanjutnya terjadi dengan cara hipertrofi yang menyebabkan terjadinya proliferasi, diferensiasi, dan fusi sel induk myogenik dengan serat otot. Oleh karena itu sel-sel inti untuk pertumbuhan otot dimulai dari posnatal awal dan berlangsung selama regenerasi jaringan otot yang matang (Vasilatos, 1999). Mekanisme hormon pertumbuhan menyebabkan perubahan bobot badan karena sintesis protein. Dalam proses pertumbuhan, kelenjar pituitari anterior dan kelenjar tiroid bekerja secara simultan. Hipotalamus menghasilkan Tyroid Releasing Hormone yang memicu pituitari untuk menghasilkan Tyroid Stimulating Hormone. Selanjutnya TSH mengirimkan perintah ke kelenjar tiroid untuk mensekresikan hormon tiroksin. Selain itu pituitari anterior juga menghasilkan GH yang berfungsi untuk memacu aktivitas sintesis protein. Hormon tiroksin di dalam tubuh berfungsi meningkatkan aktifitas metabolisme, penyediaan energi, dan merangsang pembentukan hormon somatotropik. Meningkatnya aktivitas kedua hormon tersebut secara langsung mempengaruhi pertumbuhan yaitu mempengaruhi asam amino dalam pembentukan protein sehingga konsumsi pakan akan meningkat seiring dengan pertambahan bobot badan dan pertumbuhan yang lebih cepat. Otot memiliki protein yang banyak di dalam tubuh, sehingga hormon pertumbuhan juga berperan penting dalam proses pertumbuhan tulang dan otot-otot rangka serta peningkatan asam amino ke dalam protein untuk mempercepat pertumbuhan (Sawin, 1969). Umur mempengaruhi pertambahan bobot badan dan kadar hormon pertumbuhan di dalam darah. Berdasarkan hasil penelitian umur mempengaruhi pertambahan bobot badan dan kadar hormon pertumbuhan. Hal ini disebabkan pada fase grower burung puyuh lebih banyak membutuhkan asupan makanan untuk masa pertumbuhan dan protein yang diperoleh digunakan untuk menyusun jaringan tubuh. KESIMPULAN Ada pengaruh umur terhadap pertambahan bobot badan dan kadar hormon pertumbuhan pada burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica L.). Pertambahan bobot badan burung puyuh mengalami peningkatan secara signifikan mulai umur 14 hari dan selanjutnya semakin meningkat sampai dengan umur 35 hari. Sedangkan pada kadar hormon pertumbuhan mengalami peningkatan mulai umur 8

7 hari dan juga mengalami peningkatan GH pada umur 14 hari, selanjutnya terus meningkat sampai dengan umur 28 hari. SARAN Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang hormon pertumbuhan yang berperan penting dalam pertumbuhan tulang dan otot-otot rangka pada burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica L.). DAFTAR RUJUKAN Anggorodi, H. R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum. Misitahari M. I. 2011. Pemberian Growth Hormone Menurunkan Kadar Tumor Necrosis Factor-Α (Tnf-Α) pada Tikus Jantan yang Dislipidemia. Disertasi tidak diterbitkan. Denpasar: Universitas Udayana Denpasar Sawin, Clark T. 1969. The Hormones Endocrine Physiology. Boston: Little Brown and Company. Susilorini, T. E. 2007. Budidaya Ternak Potensial. Jakarta: Penebar Swadaya. Tillman, A. D., Hari H., Soedomo R., Soeharto P., dan Soekato L. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta: UGM Press. Triyanto. 2007. Performa Produksi Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) Periode Produksi Umur 6-13 Minggu pada Lama Pencahayaan yang Berbeda. Disertasi tidak diterbitkan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Vasilatos-Younken, R. 1999. Absence of Growth Hormone-Induced Avian Muscle Growth In Vivo. Poultry Science. 78:759-768. Wijayanti, R. P. 2011. Pengaruh Suhu Kandang yang Berbeda terhadap Performans Ayam Pedaging Periode Starter. Malang: University of Brawijaya Press. Woorard, A. E., Abplanalp H., Wilson W. O., Vohra P. 1973. Japanes Quail Husbandry in the Laboratory. Departement of Avian Science. University of California.

9