JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN “AGRIKA” , VOLUME 10, NOMOR 1, MEI 2016
PENGARUH WAKTU DAN SUHU STERILISASI TERHADAP SUSU SAPI RASA COKLAT THE EFFECT OF TIME AND TEMPERATURE STERILIZATION ON THE COW MILK CHOCOLATE FLAVOUR 1)
2)
Muchamad Saiful Rizal , Enny Sumaryati. , Suprihana
2)
1) Alumni 2)
Fakultas Pertanian, Universitas Widyagama Malang Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Widyagama Malang Email :
[email protected]
ABSTRAK Susu segar adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat, yang diperoleh dari pemerahan yang benar, tidak mengalami penambahan atau pengurangan suatu komponen apapun dan tidak mengalami proses pemanasan (SNI, 1992). Hasil penelitian menunjukkan suhu dan waktu mempengaruhi karakteristik terhadap performa secara kimia, organoleptik dan mikroorganisme. Semakin tinggi suhu dan lama waktu sterilisasi mengalami kerusakan protein, pemisahan lemak, berat jenis, organoleptik dan mempengaruhi pertumbuhan mikrorganisme. Perlakuan terbaik dari penelitian ini adalah pada perlakuan suhu 121 °C dengan waktu selama 8 menit dengan tidak adannya pertumbuhan mikroorganisme thermofilik 0 cfu, kadar protein 2.151 dan nilai organoleptik pada warna 6.33 ( agak suka ), aroma 6.00 (agak suka) dan rasa 6.17 (agak suka). Kata kunci : Susu, Waktu dan Suhu, Mikroorganisme, Organoleptik, Kimia
ABSTRACT Fresh milk is the liquid that comes from a healthy udder, which is obtained from the proper milking, no additional of any components and no process heating (ISO 1992). The results show the temperature and time effect the performance characteristics of a chemical, organoleptic and microorganisms. The higher the temperature and the length of time sterilization damaged protein, fat separation, density, organoleptic and affects the growth of microorganisms. The best treatment of this research is on the treatment of 121 ° C with a time of 8 minutes with no growth of microorganisms thermophilic 0 cfu, protein content ( 2,151) and organoleptic value on the color of 6:33 (a bit like), aroma 6.00 (a bit like) and taste 6:17 ( rather like). Key word : Milk, Time and Temperature, Microorganisms, Organoleptic, Chemical
20
JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN “AGRIKA” , VOLUME 10, NOMOR 1, MEI 2016
PENDAHULUAN Susu segar sangat rentan sekali rusak, baik
dalam
fisiologi,
kimiawi
dan
mikrobilogi. Koagulasi kimiawi disebabkan karena susu segar banyak mengandung protein,
dimana
terdenaturasi
sifat
oleh
protein
panas.
mudah
Koagulasi
Gambar 1. Sketsa proses denaturasi protein
mikrobiolologi disebabkan karena didalam susu segar terdapat bakteri patogen dan
Proses yang menghancurkan semua
bakteri pembusuk yang merupakan sumber
bentuk kehidupan disebut sterilisasi. Suatu
makanan
bagi
benda yang steril, dipandang dari sudut
mikroorganisme, sehingga perlu adanya
mikrobiologi artinya bebas dari mikroba atau
teknologi pengolahan tepat guna agar susu
mikroorganisme hidup. Suatu benda atau
segar menjadi tahan lama daya simpannya
substansi hanya dapat steril atau tidak steril,
dan
yang
tidak akan pernah mungkin setengah steril
bila
atau hampir steril (Pelczar dan Chan, 1988).
yang
tidak
sangat
rusak.
mempengaruhi
kompleks
Faktor-Faktor
kerusakan
protein
Menurut Anton(2003 ) sterilisasi yaitu proses
susunan ruang atau rantai polipeptida suatu
mematikan semua mikroorganisme dengan
molekul protein berubah maka dikatakan
pemanasan, dengan tujuan membebaskan
protein ini terdenaturasi, sebagaian besar protein
globular
mudah
bahan dari semua mikroba perusak.
mengalami yang
Autoklaf adalah alat pemanas tertutup
membentuk konfigurasi molekul tersebut
yang digunakan untuk mensterilikan suatu
rusak, molekul akan mengembang. Kadang-
benda menggunakan uap bersuhu dan
kadang perubahan ini memang dikehendaki
bertekanan tinggi 121˚C, 15 lbs selama
dalam pengolahan makanan, tetapi sering
kurang lebih 15 menit. Penurunan tekanan
pula dianggap merugikan sehingga perlu
pada autoklaf tidak dimaksudkan untuk
dicegah (Winano, 2002).
membunuh
denaturasi.
Jika
ikatan-ikatan
mikroorganisme,
melainkan
mening katkan suhu dalam autoklaf. Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh mikroorganisme. Autoklaf terutama ditujukan untuk membunuh endospora, yaitu 21
JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN “AGRIKA” , VOLUME 10, NOMOR 1, MEI 2016
sel resisten yang diproduksi oleh bakteri, sel
etalasi bakteri, dektruksi, buret, erlemeyer, pipet tetes, corong dll.
ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan,
Bahan
dan antibiotik. Pada spesies yang sama,
merupakan dalam
media
sebagai
penelitian.
Dalam
endospora dapat bertahan pada kondisi
pengujian
lingkungan yang dapat membunuh sel
penelitian ini bahan yang digunakan dalam
vegetatif bakteri tersebut. Endospora dapat
pengujian yaitu produk susu sterilisasi
dibunuh pada suhu 100˚C, yang merupakan
coklat,
titik didih air pada tekanan atmosfer normal.
Hydrochloride, Sucrose, H3BO3, K2SO4,
Pada suhu 121˚C , endospora dapat dibunuh
CuSO4,Tryptophan,
dalam waktu 4 – 5 menit, dimana sel
NaOH dan lain lain.
media
agar,
H2SO4,
Aquades,
Lysine
HCl,
PP,
vegetatif bakteri dapat dibunuh hanya dalam waktu 6 – 30 detik pada suhu 65˚C. Untuk dalam
meningkatkan
sterilisasi,
dilakukan
Tempat dan Waktu Penelitian
produktifitas
Penelitian
dilaksanakan
di
Laboratorium Quality Assurance (QA) dan
penelitian
menggunakan 2 faktor, yaitu suhu dan
Laboratorium
waktu sterilisasi, penggunaan suhu dan
Development ( CRD ) di PT. Indolakto
waktu diharapkan dapat membunuh mikro-
Purwosari. Penelitian dilaksanakan November – Desember 2015.
organisme
dan
mengurangi
denaturasi
Corporate
Riset
and
protein. Manfaat penelitian diharapkan agar mahasiswa
dapat
mampu
mengetahui
Pembuatan Susu Sapi Cair Rasa Coklat
pengaruh waktu dan suhu steriliasi autoklaf
Proses pembutan susu sapi rasa
memberikan informasi kepada perusahaan
coklat yang pertama proses pencampuran
mengenai mikroorganisme,
dimana
dalam
proses
bahan
baku
dimasukkan kedalam suatu wadah steinlis METODE PENELITIAN
yang kemudian diaduk dengan kecepatan
Alat dan Bahan
1200 rpm dengan alat IKA RW 20,
Alat melakukan
merupakan pengujian
sarana dalam
kemudian
untuk
setelah
proses
pencampuran
dilakukan proses homo genesasi yaitu proses
penelitian.
Dalam penelitian ini alat yang digunakan,
penyeragaman
globula–globula
lemak
autoklaf, cawan petri, mikroskop, oven,
dengan cara dimasukkan kedalam celahcelah sempit yang kemudian ditekan. Proses 22
JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN “AGRIKA” , VOLUME 10, NOMOR 1, MEI 2016
homogenesasi menggunakan 2 stage, stage 1
menunjukkan beda nyata pada perlakuan,
menggunakan
maka dilanjutkan dengan uji BNT (Beda
200
barr,
untuk
stage
Nyata Terkecil) 5% dan 1 %.
menggunakan 50 barr dengan alat Gea Twin Panda 600H. Pendinginan adalah proses pendinginan dengan suhu ± 4 – 8 °C selama
HASIL DAN PEMBAHASAN
5 menit. Proses pendinginan dengan cara
Uji Bakteri Thermofilik
menggunakan kemudian
dengan
dimasukkan
es
batu
kedalam
yang
Hasil analisis ragam menunjukkan
wadah
bahwa
baskom steinlis. Filling adalah proses
pada
perlakuan
suhu
tidak
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
pengisian produk kedalam botol dengan isi
bakteri thermofilik. Terdapat perbedaan
per botol 190 ml menggunakan kemasan
nyata pada perlakuan waktu dan kombinasi
botol PP ( Polipropiline ) dengan berat 12.5
suhu dan waktu, dimana pada perlakuan
g dan penutupnya menggunakan alumunium
waktu 4 menit dengan nilai rerata tertinggi
foil. Proses pengisian produk dengan cara
(7.5 Cfu) sebagai pembeda dari waktu 8
dimasukkan ke dalam gelas ukur 250 ml.
menit dan 12 menit dengan nilai rerata (0
Sealing adalah proses pengemasan produk.
Cfu), pada kombinasi antara suhu dan waktu
Proses pengemasan menggunakan setrika
berbeda nyata dari nilai F (α = 0.05)
dengan suhu ± 150°C. Proses sterilisasi
terhadap pertumbuhan bakteri thermofilik.
menggunakan autoklaf dengan suhu 121°C dan 124°C selama 4 menit, 8 menit dan 12
Tabel 1 Hasil Uji Mikroba Thermofilik Terhadap Suhu dan Waktu Suhu Waktu ( menit) Rerata (°C ) 121 °C 8 menit 0a
menit. Proses sterilisasi bertujuan untuk membunuh bakteri pembusuk yang ada pada susu.
Pengamatan Parameter yang diamati meliputi uji mikroorganisme bakteri thermofilik, uji kadar protein, uji berat jenis dan uji
121 °C
12 menit
0a
124 °C
8 menit
0a
124 °C
12 menit
0a
124 °C
4 menit
6,67 b
121 °C
4 menit
8,00 b
Keterangan: Angka – angka dengan notasi berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada tara uji BNT 5%
organoleptik (warna, aroma dan rasa). Data hasil pengamatan dianalisis dengan analisis ragam (Anova). Jika hasil analisa 23
JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN “AGRIKA” , VOLUME 10, NOMOR 1, MEI 2016
Menurut
The Art of Compounding
interaksi tidak berbeda nyata dengan nilai F
(1957 ), total waktu yang dibutuhkan untuk
(α = 0.05) terhadap nilai kadar protein.
sterilisasi adalah 24 menit, dimana 12 menit
Berikut Gambar nilai rerata kombinasi uji
waktu yang dibutuhkan untuk penetrasi suhu
kadar protein.
mencapai 121˚C, dan 12 menit tambahan
Dari
hasil
penelitian
yang
telah
yang diperlukan pada saat suhu mencapai
dilakukan, nilai rerata tertinggi kadar protein
121˚C.
pada suhu 121°C adalah (2.161) dan nilai Spora bakteri adalah struktur tahan
kadar protein terendah suhu 124 °C adalah
terhadap keadaan lingkungan yang ekstrim,
(2.070), sedangkan nilai rerata tertinggi
misalnya
pemanasan,
kadar protein pada waktu 4 menit adalah
keadaan asam, dan sebagainya. Menurut
(2.206) dan nilai rerata kadar protein
Nikcli, Graeme dan Pagel (1999) dalam
terendah pada waktu 12 menit adalah
stabilitas panas dari hasil spora bakteri, tidak
(2.042). Dalam penelitian tersebut tidak ada
bisa dihilangkan dengan cara sterilisasi
pengaruh nyata pada nilai kadar protein,
mendidih yang menggunakan panas basah,
karena pada saat pemanasan tidak ada
sehingga harus dilakukan pada temperatur
nitrogen yang terlepas diudara sehingga
lebih tinggi dan tekanan autoklaf. Lama
kadar protein tidak ada yang hilang.
keadaan
kering,
waktu sterilisasi 8 menit dan 12 menit dapat
Menurut Kurniawan. (2013). prinsip
membunuh bakteri thermofilik sehingga
dari penentuan kadar protein dengan metode
tidak
Kjedahl adalah penentuan jumlah Nitrogen
terdapat
pertumbuhan.
Menurut
Sumarsih (2010), sterilisasi menggu nakan
(N) yang dikandung oleh
autoklaf merupakan cara yang paling baik
dengan cara mendegradasi protein bahan
karena uap air panas dengan tekanan tinggi
organik dengan menggunakan asam sulfat
menyebabkan penetrasi uap air ke dalam sel-
pekat untuk menghasilkan nitrogen sebagai
sel mikroba menjadi optimal sehingga
amonia,
langsung mematikan mikroba.
nitrogen yang terlepas sebagai amonia lalu
kemudian
suatu bahan
menghitung
jumlah
mengkonversikan ke dalam kadar protein dengan mengalikannya dengan konstanta tertentu.
Kadar Protein Dari hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan antara suhu, waktu dan 24
JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN “AGRIKA” , VOLUME 10, NOMOR 1, MEI 2016
Berat Jenis
antara lain mengandung garam-garam dan
Dari hasil analisis ragam menunjukkan
gula dalam larutan. Berat jenis atau gravitas
bahwa faktor suhu dan waktu dengan nilai F
spesifik susu rata-rata adalah 1,028 dengan
(α = 0.05) secara statistik tidak berbeda nyata.
kisaran 1,027-1,035.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, nilai rerata tertinggi berat jenis pada suhu
Uji Organoleptik
121°C adalah (1.031), dan nilai berat jenis
Warna
terendah
Dari hasil analisis ragam menunjukkan bahwa beda nyata pada uji organoleptik
suhu
124°C
adalah
(1.027),
sedangkan nilai rerata tertinggi pada waktu 4 menit (1.035) dan nilai rerata berat jenis
terhadap warna suhu sterilisasi sangat mempengaruhi pada organoleptik terhadap
terendah pada waktu 12 menit (1.020). Berat jenis susu yang dipersyaratkan
warna. Hal terjadi karena dengan perlakuan
dalam SNI 01-3141-1998 adalah minimal
panas terjadi sedimentasi atau pengendapan
1,028 sehingga dapat diketahui bahwa susu
coklat sehingga coklat tidak terdispersi
tidak memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
secara merata pada produk, akibatnya warna
SNI 01-3141-1998. Berat jenis yang lebih
coklat menjadi lebih pudar dan lebih cerah.
kecil disebabkan oleh perubahan kondisi
Menurut
lemak dan adanya gas yang timbul didalam air
(Certification Of Analyze) dari suplayer PT.
susu. Berat jenis air susu umumnya 1.027-
Indolakto, nilai konten coklat 0.8% artinya
1.035 dengan rata-rata 1.031. Akan tetapi
bahwa dengan perlakuan suhu 121°C dan
menurut codex susu, berat jenis air susu adalah
suhu 124°C tidak berpengaruh terhadap
1.028. Codex susu adalah suatu daftar satuan
perubahan warna coklat. Menurut Buckle,
yang harus dipenuhi air susu sebagai bahan
Fleet dan Wooton (1985) menambahkan
makanan. Daftar ini telah disepakati para ahli
bahwa kerusakan yang terjadi pada lemak
gizi dan kesehatan sedunia, walaupun disetiap
susu menyebabkan adanya flavor yang
negara atau daerah mempunyai ketentuan-
menyimpang dalam produk - produk susu.
ketentuan
harus
Pada perlakuan waktu tidak berbeda nyata
ditetapkan 3 jam setelah air susu diperah.Susu
dimana nilai rerata tertinggi pada waktu 12
lebih berat dari air karena susu merupakan
menit adalah (6.29) dan nilai terendah
suatu sistem kolodial kompleks, yaitu air
pada waktu 4 menit adalah (6.04), dimana
tersendiri.
Berat
jenis
sebagai medium dispersi
25
nilai
dari
COA
JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN “AGRIKA” , VOLUME 10, NOMOR 1, MEI 2016
dari nilai tersebut masuk dalam kategori agak suka dari skala 1-9.
adalah (6.13) yaitu aroma agak disukai
Menurut Lidiasari (2006) bahwa suhu
pada suhu 124°C adalah (6.08) yaitu aroma
tinggi selama pengolahan bahan pangan
agak disukai sedangkan pada perlakuan
dapat menyebabkan reaksi pencoklatan non
waktu nilai tertinggi pada waktu 12 menit
enzimatis (reaksi maillard). Selanjutnya
adalah (6.25) yaitu aroma agak disukai dan
Winarno (2002), mengemukakan bahwa
nilai terendah pada waktu 4 menit adalah
reaksi maillard adalah reaksi pencoklatan
(5.91) yaitu aroma netral. Hal ini terjadi
yang terjadi antara karbohidrat khususnya
karena aroma susu bersifat khas dan mudah
gula pereduksi dengan gugus amina primer.
hilang apabila terjadi kontak pemanasan dan
Hasil reaksi tersebut menghasilkan bahan
udara. Pada saat pengujian organoleptik,
berwarna
produk mengalami umur simpan selama 2
coklat
yang
sering
berdasarkan skala 1-9, dan nilai terendah
tidak
hari.
dikehendaki atau bahkan menjadi indikasi penurunan mutu, Winarno (1997).
Menurut Lesiak, Olson, and Ahn (1996) juga menambahkan bahwa bau yang tidak
Aroma
diinginkan
dapat
berkembang
selama
Dari hasil analisis ragam menunjukkan
penyimpanan karena kontaminasi sebelum
bahwa tidak berbeda nyata dengan nilai F
penyimpanan atau refrigasi yang kurang
(α=0.05) pada uji organoleptik terhadap
memadai. Kerusakan susu sterilisasi ditandai
aroma. Berikut gambar grafik nilai rerata
oleh timbulnya bau dan rasa yang masam.
pada aroma.
Selain menghasilkan gas, aktivitas fermentasi oleh mikroba pembusuk juga menghasilkan alkohol
dan
asam-asam
organik
yang
menyebabkan susu menjadi berflavor dan beraroma masam (Ali dan Khansan, 2003).
Rasa Dari hasil analisis ragam menunjukkan
Gambar 2. Grafik nilai rerata pada aroma
bahwa tidak berbeda nyata dengan nilai F (α =0.05) pada uji organoleptik terhadap rasa.
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, nilai tertinggi pada suhu 121°C
Berikut gambar grafik nilai rerata pada rasa 26
JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN “AGRIKA” , VOLUME 10, NOMOR 1, MEI 2016
kandungan nutrisi mikro seperti vitamin dan mineral (Manik, 2006).
Data penunjang pemisahan lemak Dari hasil pengamatan selama 7 hari Gambar 3. Grafik nilai rerata pada rasa
pada pemisahan lemak terlihat pada gambar berikut ini;
Dari
hasil
pengujian
yang
telah 121 °C selama 4 menit
dilakukan, nilai tertinggi pada suhu 121°C
121 °C selama 8 menit
121 °C selama 12 menit
adalah (6.29) yaitu rasa agak disukai berdasarkan skala 1-9, dan nilai terendah pada suhu 124°C adalah (5.97) yaitu rasa agak disukai sedangkan pada perlakuan waktu nilai tertinggi pada waktu 8 menit
a
(6.28 ) yaitu rasa agak disukai dan nilai
b
c
Gambar 4. Pemisahan lemak
terendah pada waktu 4 menit adalah (6.04)
124 °C selama 4 menit
yaitu rasa agak disukai. Menurut De Man (1997), rasa adalah
124 °C selama 8 menit
124 °C selama 12 menit
perasaan yang dihasilkan oleh bahan melalui mulut, terutama oleh indera rasa dan juga reseptor untuk nyeri, raba, dan rasa mulut. Susu sterilisasi dibuat dari susu cair segar yang
diolah
menggunakan
pemanasan
dengan suhu tinggi dan dalam waktu yang
d
e
f
sangat singkat untuk membunuh seluruh mikroba, sehingga memiliki mutu yang
Gambar 5. Pemisahan lemak
sangat baik. Namun, citarasa susunya sudah
Pada gambar diatas, menunjukkan
tidak terlalu bagus karena telah melalui
bahwa suhu dan waktu mempengaruhi
proses pemanasan dengan suhu tinggi.
pemisahan lemak, semakin tinggi suhu dan
Kelebihan proses ini tidak menghilangkan
semakin lama waktu yang digunakan untuk sterilisasi pemisahan lemak semakain tinggi. Dapat dikatakan bahwa semakin lamanya 27
JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN “AGRIKA” , VOLUME 10, NOMOR 1, MEI 2016
penyimpanan
kadar
lemak
semakin
asiditas. Gumpalan dapat terbentuk pada
meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat
susu yang dipasteurisasi pada temperatur
Bearkley (1986), bahwa kadar lemak susu
145 F (62,7 C) dengan waktu 30 menit
0
cenderung meningkat pada lama waktu
0
kemudian segera didinginkan. Susu harus
penyimpanan tertentu.
segar dan asiditas rendah atau susu akan
Menurut Buckle, Fleet dan Wooton
menjendal
selama
proses
pasteurisasi.
(1985) menambahkan bahwa kerusakan yang
Proses pembuatan susu kondensasi adalah
terjadi pada lemak susu menyebabkan adanya
dengan pemanasan dan konsentrasi dengan
flavor yang menyimpang dalam produk-
memisahkan sebagian air. Hasil proses ini
produk
(1990)
adalah komponen susu termasuk asam susu.
berpendapat bahwa lemak pada susu berada
Susu kondensasi mengalami koagulasi pada
sebagai suspensi encer dalam globula-globula
temperatur
kecil. Tabbada (1982) menambahkan bahwa
karenanya produk segar harus memiliki
lemak susu merupakan komponen yang paling
asiditas rendah (Muchtadi, 1992).
susu.
Menurut
Daulay
yang
lebih
rendah,
oleh
penting pada susu. Lemak susu berbentuk butiran, tersebar di dalam susu sebagai emulsi
KESIMPULAN DAN SARAN
lemak dalam medium air. Susu dipengaruhi
Kesimpulan
oleh cara pemanasan yang berbeda. Bila susu
Berdasarkan penelitian yang telah
dipanaskan sampai titik didih, terbentuk
dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
lapisan tipis pada permukaannya. Lapisan tipis
sebagai berikut,
atau film ini disebabkan oleh koagulasi
1. Pengaruh suhu dan waktu dalam proses
sejumlah kecil kasein yang berasosiasi dengan
sterilisasi
sejumlah kecil garam-garam kalsium dan
pertumbuhan bakteri thermofilik dengan
dalam hal susu penuh. Susu dengan asam yang
nilai F (α = 0.05).
sedikit
tinggi
akan
menggumpal
bila
berbeda
nyata
terhadap
2. Perlakuan suhu berpengaruh beda nyata terhadap warna sedangkan pada aroma
dididihkan. Penambahan sedikit soda pada susu sebelum dididihkan, menurunkan asiditas
dan rasa tidak berpengaruh nyata nilai F (α = 0.05).
susu sehingga pada saat mendidih tidak terbentuk gumpalan. Temperatur koagu lasi
3. Perlakuan suhu dan waktu tidak
susu mempunyai hubungan yang erat dengan
berpengaruh nyata pada uji kadar protein dan berat jenis dengan nilai F (α = 0.05). 28
JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN “AGRIKA” , VOLUME 10, NOMOR 1, MEI 2016
4. Sterilisasi susu cair pada suhu 121°C Lidiasari, E., et al. 2006. Pengaruh Suhu Pengeringan Tepung Tapai Ubi Kayu Terhadap Mutu Fisik dan Kimia Yang Dihasilkan. Jurnal Teknologi Pertanian. Universitas Sriwijaya, Sumatra Selatan.
dengan waktu 8 menit sangat baik untuk efisiensi terhadap pengolahan terutama produk susu.
Saran
Lesiak, M.T., D.G. Olson, C.A. Lesiak and D.U. Ahn. 1996. Effects of Post Mortem Temperatures and Time on Water Holding Capacity of Hot-Boned Turkey Breast and Thigh Muscle. J. Meat Science, Vol.43 No.1, 51-60, Ellis Horwood, New York
Saran untuk meningkatkan kualitas dan
efisensi dalam pengolahan proses sterilisasi susu cair rasa coklat , sebaiknya dilakukan suhu 121°C dengan waktu 8 menit.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, Gigih. 2013. Protein Analysis Kjeldahl Metodh. http://chemistryinorganic.blogspot.co m/2013/03/ProteinKjeldahl.html (online). Diakses pada tanggal 31 Oktober 2013
Ali, K. 2003. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Anton, Whund. 2008. Mikrobiologi Umum. Universitas Brawijaya: Malang.
Manik, E. 2006. Olahan Susu. Jakarta : Pusat Unit Pangan dan Gizi. IPB. Bogor.
Bearkley, R.D. 1986. Some observation method of determining fat in milk. J. Milk Dairy Sci. 23(4) : 166-170.
Muchtadi, R. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Buckle, K, A.R. Edwards, G.H. Fleet and Wooton. 1989. Ilmu Pangan. Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia Press.
Nikelin, J.K. Graeme C dan T. Pagel 1999. Microbiology Bloss Scientific Publishere. Pelczar, M.J. dan E.C.S. Chan. 1988. Dasardasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta
Daulay, D. 1990. Fermentasi Keju. Dirjen Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB. Bogor Deman, J.M., 1997, Kimia Bandung : Penerbit ITB
Sumarsih, S. 2010. Untung Besar Usaha Bibit Jamur Tiram, Penebar Swadaya. Jakarta.
Makanan, Tabbada, E, V dan Izwani. 1982. Pengetahuan Bahan Makanan. FKIP. Unsyiah. Banda Aceh.
Glenn L. Jenkins et.all.. 1957. Scoville’s : The Art of Compounding. MC-Graw Hill Book Companies. New York
Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi.
29
JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN “AGRIKA” , VOLUME 10, NOMOR 1, MEI 2016 PT Gramedia Yogyakarta.
Pustaka
Umum.
30