PENGARUHPENGGUNAAN BAHAN AJAR BERBASIS STRATEGI BELAJAR AFEKTIF

Download keterampilan menulis teks cerita fabel siswa kelas VIII SMP Wahid. Hasyim Malang ... Malang. Kata-kata kunci : bahan ajar, strategi belajar...

0 downloads 446 Views 153KB Size
PENGARUHPENGGUNAAN BAHAN AJAR BERBASIS STRATEGI BELAJAR AFEKTIF TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS TEKS FABEL SISWA KELAS VIII SMP WAHID HASYIM MALANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Nurbahjan Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Kurang menariknya gaya pengajaran seorang guru juga bisa berdampak pada kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran menulis teks fabel. Oleh karena itu, proses pembelajaran menulis teks fabel di kelas dari waktu ke waktu terlihat sangat monoton dan kurang berkembang. Sebenarnya, kemampuan dan minat siswa untuk bermain imajinasi bisa terbentuk jika situasi dan kondisi pembelajaran menulis teks fabel yang mereka hadapi mendukung. Selain itu, kemampuan menulis siswa juga dipengaruhi oleh kreativitas-kreativitas atau teknik pelaksanaan pembelajaran. Untuk mengatasi hal tersebut, guru harus memiliki kemampuan dan menyeleksi materi pembelajaran menulis teks fabel sebelum menyampaikan dalam proses pembelajaran. Selain itu, guru harus memperhatikan penggunaan media pembelajaran dan situasi pembelajaran yang efektif sehingga dapat menarik minat dan perhatian siswa untuk lebih apresiasif dalam menuangkan ide-idenya ke dalam sebuah tulisan. Salah satu strategi yang dapat digunakan adalah startegi afektif. Strategi pembelajaran afektif pada umumnya menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konflik atau situasi yang problematis, dan pengajar dapat membina dalam menyelesaikan masalah tersebut sesuai dengan tingkat nilai kemampuan masing-masing. Dalam pengaplikasian terhadap pembelajaran yang diberikan guru, dalam memberikan contoh guru hendaknya memfasilitasi siswa dengan lingkungan yang baik. Strategi ini terdiri dari tiga komponen yaitu, (1)meredakan kegelisahan, (2) mendorong diri, dan (3) mengendalikan emosi. Rumusan masalah khusus dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana keterampilan menulis teks cerita fabel siswa kelas VIII SMP Wahid Hasyim Malang sebelum menggunakan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif, (2) bagaimana keterampilan menulis teks cerita fabel siswa kelas VIII SMP Wahid Hasyim Malang sesudah menggunakan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif, dan (3) bagaimana perbedaan keterampilan menulis teks cerita fabel siswa kelas VIII SMP Wahid Hasyim Malang sebelum dan sesudah menggunakan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif? Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan rancangan kuasi eksprimen dengan one grouppretest postesdesign. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah tes, sedangkan tes yang digunakan adalah bentuk pretes dan postes. Untuk menganalisis tiga rumusan masalah dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka digunakan rumus statistik deskriptif menggunakan SPSS 23 dan untuk membuktikan kebenaran NOSI Volume 5, Nomor 3, Februari 2017 ______________________________________ Halaman 295

hipotesis yang peneliti ajukan, maka peneliti menggunakan uji-t dan uji anova. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Wahid Hasyim Malang. Subjek dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VIII C dengan jumlah 31 siswa atau 24%. Data dalam penelitian ini adalah hasil pretes dan postes yang dilaksanakan pada subjek yang diteliti. Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian, maka dapat dipaparkan beberapa hal yaitu, (1) keterampilan menulis teks fabel sebelum ada penggunaan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif siswa kelas VIII C SMP Wahid Hasyim Malang termasuk dalam kategori kurang. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai siswa yaitu 62,58. Berdasarkan hasil persentase pretes siswa yang menguasai keterampilan menulis teks fabel yaitu 6% sangat baik (2 siswa), 16% baik (5 orang), 23% cukup (7 orang), 20% kurang (8 orang), dan 29% sangat kurang (9 siswa), (2) keterampilan menulis teks cerita fabel pada siswa kelas VIII SMP Wahid Hasyim Malang sesudah digunakan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif termasuk dalam kategori baik. Hal ini bisa dilihat dari rata-rata nilai nilai siswa yaitu 83,55%. Berdasarkan hasil persentase postes siswa yang menguasai keterampilan menulis teks fabel yaitu yaitu 64 % sangat baik (20 orang), 26% baik (8 orang), 10% cukup (3 orang), 0% kurang (tidak siswa yang memperoleh nilai yang kurang), dan 0% sangat kurang (tidak ada siswa yang memperoleh nilai yang sangat kurang), dan (3) Penggunaan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif sangat berpengaruh digunakan sebagai strategi pembelajaran menulis teks fabel. Hal ini dapat dilihat dari nilai dan rata-rata postes siswa adalah 83,55 lebih besar dari dibandingkan rata-rata prates 62,58. Selain itu, nilai t hitung pada penilaian sebesar 8,381 lebih tinggi dari t tabel sebesar 2,042. Hasil dari uji anova nilai signifikan lebih kecil dari t tabel, sebesar 0,000 ≥ 0,05. Hal ini menunjukkan pengaruh penggunaan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif terhadap keterampilan menulis teks fabel siswa kelas VIII SMP Wahid Hasyim Malang. Kata-kata kunci : bahan ajar, strategi belajar afektif, menulis, teks fabel PENDAHULUAN. Ada empat keterampilan berbahasa yang disajikan dalam pembelajaran bahasadi sekolahsekolah, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut

sebenarnya dapat dikelompokkan menjadi keterampilan yang bersifat reseptif, yaitu menyimak dan membaca, dan keterampilan yang bersifat produktif yaitu berbicara dan menulis. Keterampilan diperoleh melalui proses belajar. Menurut Alya (2009:8) belajar adalah berusaha

NOSI Volume 5, Nomor 3, Februari 2017 ______________________________________ Halaman 296

memperoleh kepandaian atau ilmu. Sedangkan menurut Gagne (dalam Dimyati & Mudjiono, 2010:10) belajar merupakan kegiatan yang komplek. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah stimulus yang berasal dari lingkungan, dan proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar. Dengan demikian belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Sama halnya dengan kemampuan menulis yang tidak diperoleh begitu saja, tetapi melalui latihan dan bimbingan yang intensif. Oleh karena itu, keterampilan menulis sangat penting ditanamkan kepada siswa sejak dini. Mengingat manfaat menulis banyak dan penting, jadi patut kiranya belajar menulis sedari dini. Menurut Dalman (2012:3) menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Aktivitas menulis melibatkan beberapa unsur yaitu: penulis sebagai penyampai pesan, isi tulisan, saluran atau media dan pembaca. Menulis juga dapat dikatakan sebagai kegiatan merangkai huruf menjadi kata atau kalimat untuk disampaikan kepada orang lain, sehingga orang lain dapat memahaminya. Dalam hal ini, dapat terjadinya komunikasi antar penulis dan pembaca dengan baik. Pembaca melihat tulisan tersebut kemudian

menterjemahkan sandi tulis itu ke dalam sandi lisan kembali dan mendapatkan serta memperoleh pikiran atau gagasan penulis. Akhirnya, pembaca memahami pikiran atau gagasan tersebut. Kurang menariknya gaya pengajaran dariguru juga bisa berdampak pada kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran menulis teks fabel. Akibat dari penggunaan metode yang tidak tepat, proses pembelajaran menulis teks fabel di kelas dari waktu ke waktu terlihat sangat monoton dan kurang berkembang. Sebenarnya, kemampuan dan minat siswa untuk bermain imajinasi bisa terbentuk jika situasi dan kondisi pembelajaran menulis teks fabel yang mereka hadapi mendukung. Selain itu, kemampuan menulis siswa juga dipengaruhi oleh kreatifitas-kreatifitas atau teknik pelaksanaan pembelajaran. Untuk mengatasi hal tersebut, seorang guru harus memiliki kemampuan dan menyeleksi materi pembelajaran menulis teks fabel sebelum menyampaikan dalam proses pembelajaran. Selain itu, guru harus memperhatikan penggunaan media pembelajaran dan situasi pembelajaran yang efektif sehingga dapat menarik minat dan perhatian siswa untuk lebih apresiasif dalam menuangkan ide-idenya ke dalam sebuah tulisan. Salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran keterampilan menulis teks fabel adalah strategi afektif. Menurut Oxford (1990:8-10) ungkapan afektif mengacu pada perasaan, sikap, motivasi, dan nilai. Para pembelajar bahasa mendapatkan kendali atas faktor-faktor afektif yang

NOSI Volume 5, Nomor 3, Februari 2017 ______________________________________ Halaman 297

mempengaruhi pembelajaran bahasa melalui strategi belajar afektif. Adapun rangkaian-rangkaian utama dari strategi belajar afektif, adalah (1) mengurangi ketegangan, (2) mendorong diri sendiri, dan (3) mengendalikan emosi. Strategi belajar afektif pada umumnya menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konflik atau situasi yang problematis, dan pengajar dapat membina dalam menyelesaikan masalah tersebut sesuai dengan tingkat nilai kemampuan masingmasing. Dalam pengaplikasian terhadap pembelajaran yang diberikan guru, dalam pemberian contoh terhadap yang diberikan guru hendaknya siswa difasilitasi dengan lingkungan yang baik. Media pembelajaran yang sederhana dan mudah digunakan akan memudahkan siswa untuk belajar, salah satunya yaitu bahan ajar. Bahan ajar merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Menurut Arsyad (2011:4) media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang membawa pesan maupun informasi yang bertujuan instruksional atau mendukung maksud-maksud pengajaran, penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. Sedangkan menurut Briggs (Rahman & Amri,

2014: 174) media pembelajaran adalah saran fisik untuk menyampaikan isiataumateri pembelajaran seperti: buku, film, video, dan sebagainya. Media pembelajaran yang sederhana dan mudah digunakan akan memudahkan siswa untuk belajar, salah satunya yaitu bahan ajar. Bahan ajar merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Bahan ajar merupakan salah satu komponen yang berperan penting dalam proses pembelajaran, namun pada kenyataanya hanya ada beberapa sekolah saja yang menggunakan bantuan bahan ajar, kebanyakan sekolah hanya menggunakan buku cetak yang disediakan oleh pemerintah, yang pada akhirnya berdampak pada kurang menariknya bahan ajar yang digunakan oleh guru. Melihat kondisi tersebut, maka diperlukannya pengembangan bahan ajar yang dapat memotivasi siswa untuk giat belajar sekalipun tanpa bimbingan guru. Pembuatan bahan ajar harus dapat menjawab dan memecahkan masalah atau pun kesulitan dalam belajar. Terdapat sejumlah materi pembelajaran yang seringkali membuat siswa sulit untuk memahaminya ataupun guru untuk menjelaskannya. Kesulitan tersebut dapat saja terjadi karena materi tersebut terlalu abstrak, sulit, asing, dan sebagainya. Untuk mengatasi kesulitan tersebut maka perlu dikembangkan bahan ajar yang tepat.

NOSI Volume 5, Nomor 3, Februari 2017 ______________________________________ Halaman 298

Apabila materi yang disampaikan bersifat abstrak, maka bahan ajar harus mampu membantu siswa menggambarkan sesuatu yang abstrak tersebut, misalnya dengan penggunaan gambar, foto, bagan, skema, dan lain-lain. Demikian pula materi yang rumit, harus dapat dijelaskan dengan cara yang sederhana, sesuai dengan tingkat berfikir siswa, sehingga menjadi lebih mudah. Menurut Oxford (1990:8-10) ungkapan afektif mengacu pada perasaan, sikap, motivasi, dan nilai. Para pembelajar bahasa mendapatkan kendali atas faktor-faktor afektif yang mempengaruhi pembelajaran bahasa melalui strategi belajar afektif. Adapun, rangkaian-rangkaian utama dari strategi belajar afektif, adalah (1) mengurangi ketegangan, tiga strategi untuk mengurangi ketegangan masing-masing mempunyai komponen fisik dan mental yaitu, (1) menggunakan relaksasi progresif, mengatur pernapasan. Contoh dalam pembelajaran adalah menggunakan teknik perengangan otot dan relaksasi secara bergantian, baik otot leher, wajah, atau otot dari organ lain, atau teknik menarik nafas-nafas dalamdalam dari diafregmen sebelum berbicara di depan audien, (2) menggunakan lagu. Contoh dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan bernyanyi bersama yang dapat membangkitkan semangat siswa untuk belajar, dan (3) menggunakan tawa. Dalam pembelajaran, guru dapat membuat humor-humor mendidik untuk membuat suasana kelas menjadi tidak tegang dan membuat siswa tertawa, (2) mendorong diri, pendorong diri sendiri meliputi mengatakan hal-hal

yang bersifat mendukung, mendorong diri sendiri utnuk mengambil resiko dengan bijak, dan memberikan penghargaan terhadap diri sendiri yaitu, (1) membangun pernyataan positif. Dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan mengatakan atau menulis kepada diri sendiri agar merasa lebih percaya diri dan mengungkapkan sesuatu. Contoh penyataan positif “ Saya pasti bisa”, atau “aku pasti bisa lebih baik dari mereka”, (2) membuat keputusan dengan tepat. Strategi ini dilakukan ketika pada saat melakukan kesalahan dalam pembelajaran, maka sebisa mungkin menyikapi resiko dengan penilaian yang bijak, dan (3) memberikan penghargaan pada diri sendiri. Memberikan penghargaan terhadap diri sendiri yang bernilai untuk kinerja tertentu, tidak merasa rendah diri bila melakukan kesalahan, dan (3) mengendalikan emosi, strategi dalam rangkaian ini dapat membantu siswa untuk menilai perasaan, motivasi, dan sikap mereka. Strategi ini bermanfaat untuk membedakan sikap dan emosi negatif yang menghalangi perkembangan pembelajaran yaitu, (1) memahami diri sendiri. Siswa dapat memperhatikan dan merasakan signal yang diberikan tubuh. Signal-signal ini bisa saja negatif atau positif, sehingga siswa dapat mengerti apa yang harus dilakukan, (2) menggunakan daftar cek. Siswadapat menggunakan daftar cek setiap hari atau beberapa kali sehari untuk mengukur sikap dan perasaan mereka tentang pembelajaran bahasa. Menggunakan daftar cek untuk mendorong semangat diskusi kelas tentang pembelajaran bahasa. (3) menulis buku harian. Untuk hal-hal

NOSI Volume 5, Nomor 3, Februari 2017 ______________________________________ Halaman 299

yang baru, dapat ditulis di buku harian atau jurnal untuk melacak peristiwa dan perasaan dalam proses pembelajaran, dan (4) membagipengalamandengan orang lain. Siswa dapat melakukan pembicaraan dengan orang lain (guru, teman, saudara) untuk menemukan dan mengungkapkan perasaan tentang pembelajaran. Ketiga strategi belajar afektif yang terkait dengan pendorongan diri sendiri, para siswamengatasi hal-hal negatif. Rasa keefektifan yang berada di bawah harga diri dicerminkan di dalam sikap (karakter mental, keyakinan, atau opini), yang mempengaruhi motivasi para siswa untuk tetap mencoba belajar. Sikap adalah memprediksikan motivasi yang kuat di dalam bidang kehidupan, dan khususnya dalam pembelajaran bahasa. Menurut Kratwohl & Bloom (dalam Sagala, 2003), domain afektif berlandaskan pada lima kategori, yaitu: (1) penerimaan (receiving), aspek ini mengacu pada kepekaan dan kesediaan menerima dan menaruh perhatian terhadap nilai tertentu, seperti kesediaan menerima normanorma disiplin yang berlaku di sekolah. Penerimaan merupakan hasil kerja terendah dalam domain afektif, (2) pemberian respons (responding), aspek ini mengacu pada kecenderungan memperlihatkan reaksi terhadap norma tertentu. Menunjukkan kesediaan dan kerelaan untuk merespons, memperhatikan secara aktif, turut berpartispasi dalam suatu kegiatan serta merasakan kepuasaan dalam merespon, misalnya mulai berbuat sesuai tata tertib disiplin yang telah diterimanya, merupakan model pemberian respons.

Aspek ini satu tingkat di atas penerimaan, (3) penghargaan atau penilaian, aspek ini mengacu pada kecenderungan menerima suatu norma tertentu, menghargai suatu norma, memberikan penilaian terhadap sesuatu dengan memposisikan diri sesuai dengan penilaian itu, dan mengikat diri pada suatu norma. Siswa misalnya, telah memperlihatkan perilaku disiplin yang telah ditetapkan dari waktu ke waktu. Tujuan-tujuan dalam aspek ini dapat diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi. Aspek ini berada satu tingkat di atas pemberian respons, (4) pengorganisasian, aspek ini mengacu pada proses pembentukan konsep tentang suatu nilai serta menyusun suatu sistem nilai-nilai dalam dirinya. Pada taraf ini seseorang mulai memilih nilai-nilai yang ia sukai, misalnya tentang norma-norma disiplin tersebut, dan menolak nilainilai yang lain, aspek ini satu tingkat di atas penghargaan, dan (5) karakteristik, aspek ini mengacu pada pembentukan pola hidup dan proses mewujudkan nilai-nilai dalam pribadi sehingga membentuk watak yang tercermin dalam pribadinya. Dalam taraf ini perilaku disiplin, betul-betul telah menyatu dengan dirinya. Aspek ini merupakan tingkat paling tinggi dari domain afektif. Belajar afektif berbeda dengan belajar intelektual dan keterampilan atau disebut dengan kognitif, karena segi afektif sangat subjektif, lebih mudah berubah, dan tidak ada materi khusus yang baru dipelajari, karena lebih menekankan segi penghayatan dan apresiasi. Setiap orang memiliki sejumlah nilai, baik yang jelas atau terselubung, disadari atau tidak. Nilainilai yang demikian ini sering kali

NOSI Volume 5, Nomor 3, Februari 2017 ______________________________________ Halaman 300

tersembunyi, dan ada pula yang dapat ditanyakan secara eksplisit. Nilai juga bersifat multidimensional, ada yang relatif dan ada juga yang absolut. Sifat-sifat yang demikian inilah yang penting dalam merumuskan tujuan strategi belajar afektif.

belajar, salah satunya adalah strategi belajar afektif, (3) bagi siswa, penggunaan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan menulis, terutama menulis teks cerita fabel.

MANFAAT PENELITIAN Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam memberikan sumbangan pemikiran teoritis untuk mendukung teori belajar bahasa. Hasil penelitian ini dapat mendukung teori strategi belajar afektif. Menurut Oxford (190:8-10) ungkapan afektif mengacu pada perasaan, sikap, motivasi, dan nilai. Para pembelajar bahasa mendapatkan kendali atas faktor-faktor afektif yang mempengaruhi bahasa melalui strategi afektif. Sedangkan secara praktis dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak yaitu, (1) bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman bagi sekolah untuk mengetahui kemampuan menulis teks cerita fabel. Melalui pengetahuan tersebut, sekolah dapat melakukan beberapa kegiatan yang bertujuan untuk membantu meningkatkan minat menulis siswa, terutama menulis teks cerita fabel, (2) bagi guru bahasa Indonesia, penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan untuk meningkatkan keterampilan menulis, khususnya teks fabel. Penggunaan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif ini dapat menarik minat siswa dalam pembelajaran. Oleh karena itu, guru hendaknya menyampaikan materi pembelajaran dengan menggunakan berbagai strategi

METODEPENELITIAN Penelitian ini digunakan rancangan kuasi eksperimen (quasieksperimen). Dalam rancangan ini, terhadap variabel dilakukan tidak dengan murni atau penuh, tetapi dengan dikurangi atau ditampilkan sebagian saja. Dalam penelitian ini menggunakan one grouppretest postesdesign, yaitu (hanya) ada satu kelompok ekprimen yang ada di dalamnya termasuk diberikan pretest dan postes, tetapi tidak ada kelompok kontrol. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2012:80). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Wahid Hasyim Malang yang berjumlah 123 siswa. Menurut Sugiyono (2012:81) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimilki oleh populasi tersebut. Menurut Sugiyono, jika populasi yang akan diteliti jumlahnya kurang dari 100, maka pengambilan sampel harus diambil semua, sedangkan bila jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa teknik yang digunakan untuk

NOSI Volume 5, Nomor 3, Februari 2017 ______________________________________ Halaman 301

menentukan sampel dalam penelitian ini adalah cluster sampling, yaitu penarikan sampel yang tidak dilakukan pada tingkat induvidu, melainkan pada tingkat kelompok. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIIIC siswa SMP Wahid Hasyim Malang yang berjumlah 31 orang atau sekitar 24%. Menurut Sugiyono (2012:38) variabel penelitiaan adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini menggunakan beberapa variabel penelitian, adalah sebagai berikut. Variabel bebas (independent variabel) adalah variabel yang diduga sebagai sebab munculnya variabel yang lain yaitu variabel terikat. Variabel bebas yang akan diteliti pengaruhnya pada penelitian ini adalah penggunaan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif. Variabel terikat (dependent variabel) disebut juga dengan variabel respon. Variabel terikat adalah kondisi atau karakteristik yang berubah, muncul, atau tidak muncul ketika peneliti merubah atau mengganti variabel bebas. Variabel terikat yang diukur sebagai akibat perlakuan variabel bebas adalah keterampilan menulis teks cerita fabel siswa kelas VIII SMP Wahid Hasyim Malang. Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data yang diperlukan sehubungan dengan permasalahan penelitian itu sendiri. Dengan demikian jumlah instrumen yang digunakan untuk penelitian akan

tergantung pada jumlah variabel yang akan diteliti (Sugiyono, 2012: 92). Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah tes. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes menulis teks fabel. Tes tersebut bertujuan untuk mengukur pemahaman dan kemampuan menulis teks cerita fabel. Tes dilakukan sebanyak dua kali. Tes pertama dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menulis teks cerita fabel sebelum diberikan perlakuan. Tes kedua dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menulis teks cerita fabel setelah diberikan perlakuan. HASIL PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan tentang hasil dan pembahasan penelitian. Hasil penelitian tentang pengaruh penggunaan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif yang dideskripsikan secara berurutan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Deskripsi tersebut meliputi: (1) keterampilan menulis teks cerita fabel sebelum menggunakan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif, (2) keterampilan menulis teks cerita fabel sesudah menggunakan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif, dan (3) keterampilan menulis teks cerita fabel sebelum dan sesudah menggunakan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif siswa. Keterampilan Menulis Teks Fabel Sebelum Penggunaan Bahan Ajar Berbasis Strategi Belajar Afektif Pretes dilakukan oleh peneliti pada hari Selasa, 17 Januari 2016 bertempat di kelas VIII C SMP Wahid Hasyim Malang. Pretes yang

NOSI Volume 5, Nomor 3, Februari 2017 ______________________________________ Halaman 302

dilakukan oleh peneliti adalah memberikan soal berikut lembar jawaban kepada masing-masing siswa untuk menulis teks fabel. Hasil Pretes pada siswa kelas VIII C SMP Wahid Malang dapat dilihat berikut Tabel 4.1 Perolehan Nilai Prates N o

Kode

1 SQ 2 DN 3 AH 4 HK 5 IN 6 ND 7 ZN 8 AI 9 RD 10 SR 11 NN 12 AA 13 AR 14 CY 15 DA 16 FE 17 DNI 18 FA 19 ZS 20 MF 21 ARA 22 SP 23 VA 24 SPP 25 LA 26 SRN 27 YR 28 CP 29 KP 30 FNA 31 ZNP Total

Aspek Dinilai 1 2 3 2 2 2 4 1 4 4 3 4 3 2 3 2 3 2 3 2 4 3 3 4 1 3 3 2 2 3 4 1 3 3 4 2 2 3 4 1 4 2 4 3 4 2 4 3 4 3 3 2 4 4 3 4 2 2 2 2 3 3 3 2

3 2 2 1 4 4 1 2 4 1 3 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 3 2 2 3 4 4 2 2 2

yang

Skor

Nilai

Ke t

4 3 2 1 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 1 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3

12 10 10 18 17 10 12 14 10 15 15 10 10 11 10 14 11 13 9 12 13 13 16 14 11 15 16 12 10 12 14

60 50 50 90 85 50 60 70 50 75 75 50 50 55 50 70 55 65 45 60 65 65 80 70 55 75 80 60 50 60 70 62,58 %

K SK SK SB SB SK K C SK B B SK SK K SK C K C SK K C C B C K B B K SK K C

KriteriaPenilaian Angka Kriteria 85-100 Sangatbaik 75-84 Baik 65-74 Cukup 55-64 Kurang 0-54 Sangatkurang

5 2 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2

Keterangan SB B C K SK

Berdasarkan skor dan penilaian kumulatif perolehan nilai pretes, maka dapat ditentukan persentase dan rata-rata nilai pretes kemampuan menulis teks fabel sebelum digunakan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif pada siswa kelas VIII C SMP Wahid Hasyim Malang termasuk dalam kategori kurang. Hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata 62,58%. Dapat dilihat pada tabel 4.2 dan grafik 4.2 berikut. Tabel 4.2 Persentase Perolehan Nilai Prates No Kategori F (%) 1 Sangatbaik 2 6% 2 Baik 5 16% 3 Cukup 7 23% 4 Kurang 8 26% 5 Sangatkuran 9 29% g Ʃ 31 100% Catatan: F : Frekuensi (Siswasiswa) % : Hasil Presentasi Ʃ : Jumlah Dari tabel 4.2 dan grafik 4.2 dapat diketahui persentase perolehan nilai pretes untuk siswa kelas VIII C SMP Wahid Hasyim Malang adalah 6% sangat baik (2 siswa), 16% baik (5 orang), 23% cukup (7 orang), 20% kurang (8 orang), dan 29% sangat kurang (9 siswa).

(Sumber: Wahyuni, 2009:71)

NOSI Volume 5, Nomor 3, Februari 2017 ______________________________________ Halaman 303

18 19 20 21

Perolehan Nilai Pretes Sangat baik

6% 29%

Baik

16%

26%

22 23 24 25 26 27 28 29 30

Cukup

23%

Kurang

31 Total

Grafik 4.2 Perolehan Nilai Pretes Keterampilan Menulis Teks Fabel Sesudah Penggunaaan Bahan Ajar Berbasis Strategi Belajar Afektif Postes dilakukan oleh peneliti pada hari Jum,at, 20 Januari 2017 bertempat di kelas VIII C SMP Wahid Hasyim Malang. Postes yang dilakukan oleh peneliti adalah memberikan soal berikut lembar jawaban kepada masing-masing siswa untuk menulis teks fabel. Hasil postes pada siswa kelas VIII C SMP Wahid Hasyim Malang dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2 Perolehan Nilai Postes N o

Kod e

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

SQ DN AH HK IN ND ZN AI RD SR NN AA AR CY DA FE DNI

Aspek Dinilai 1 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 2 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4

yang 3 4 2 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 3 4

4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3

5 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Sk or

Nila i

Ket

17 13 18 18 18 17 17 15 18 16 17 18 17 16 19 16 18

85 65 90 90 90 85 85 75 90 80 85 90 85 80 95 80 90

SB C SB SB SB SB SB B SB B SB SB SB B SB B SB

FA ZS MF AR A SP VA SPP LA SRN YR CP KP FN A ZNP

2 4 4 4

3 3 4 3

2 3 4 4

3 3 3 3

3 3 3 3

13 16 18 17

65 80 90 85

C B SB SB

4 4 4 4 3 4 4 4 3

3 4 3 4 4 4 4 3 4

4 4 2 3 4 3 3 4 4

4 3 2 3 3 3 3 3 3

3 3 3 3 3 2 3 3 3

18 18 14 17 17 16 17 17 17

90 90 70 80 85 80 85 85 85

SB SB C B SB B SB SB SB

4

3

3

3

3

16

80 62,5 8%

B

Kriteria Penilaian Angka Kriteria 85-100 SangatBaik 75-84 Baik 65-74 Cukup 55-64 Kurang 0-54 SangatKurang

Keterangan SB B C K SK

(Sumber: Wahyuni, 2009:71) Berdasarkan skor dan penilaian komulatif perolehan nilai postes, maka dapat ditentukan persentase dan rata-rata nilai postes kemampuan menulis teks fabel postes dengan penggunaan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif pada siswa kelas VIII C SMP Wahid Hasyim Malang termasuk dalam kategori baik. Hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata 83,55%. Dapat dilihat pada tabel 4.2 dan grafik 4.2 berikut. Tabel 4.2 Persentase Perolehan Nilai Postes No Kategori F (%) 1 Sangatbaik 20 64% 2 Baik 8 26% 3 Cukup 3 10% 4 Kurang 5 SangatKurang Ʃ 31 100%

NOSI Volume 5, Nomor 3, Februari 2017 ______________________________________ Halaman 304

Catatan: F : Frekuensi (Siswasiswa) % : Hasil Presentasi Ʃ : Jumlah Dari tabel 4.2 dan grafik 4.2 dapat diketahui persentase perolehan nilai postes untuk siswa kelas VIII C SMP Wahid Hasyim Malang adalah 64 % sangat baik (20 orang), 26% baik (8 orang), 10% cukup (3 orang), dan 0% kurang (tidak ada siswa yang memperoleh nilai yang kurang). Adapun, persentase hasil menulis teks fabel siswa dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut.

Perolehan Nilai Postes 10%

0%

26% 64% Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Grafik 4.2 Perolehan Nilai Postes

Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Berbasis Strategi Belajar Afektif terhadap Keterampilan Menulis Teks Fabel Siswa Kelas VIII C SMP Wahid Hasyim Malang Setelah diperoleh nilai pretes dan postes, maka dilakukan analisis untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif terhadap keterampilan menulis teks fabel siswa kelas VIII C SMP Wahid Hasyim Malang. Adapun, nilai pretes dan postes dapat dilihat pada grafik berikut

Pretes

Postes

100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0

Setelah nilai pretes dan postes diketahui, maka dapat dianalisis dengan menggunakan uji-t pada program SPSS dan uji anova untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif terhadap keterampilan menulis teks fabel kelas VIII C SMP Wahid Hasyim Malang. Adapun, hasil analisis uji –t dapat dilihat pada tabel hasil analisis berikut

Pair 1

Std.

Std.

Mean

N

Deviation

Mean

Pretes

62,58

31

11,681

2,098

Postes

83,55

31

7,210

1,295

Error

Paired Samples Correlations Pair 1

Pretes & Postes

N Correlation 31 -,033

Sig. ,859

Paired Sample Statistics menunjukkan ringkasan dari rata-rata standar deviasi dari kedua perbandingan. Rata-rata nilai pretes siswa adalah 62,58 dan rata-rata nilai postes adalah 83,55 naik 20,97 poin.

NOSI Volume 5, Nomor 3, Februari 2017 ______________________________________ Halaman 305

Adapun hasil analisis uji Anova dapat dilihat pada tabel berikut Descriptives Skor_Siswa

Pret es Pos tes Tot al

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean Lower Upper Mini Bound Bound mum

N

Mean

Std. Deviat ion

31

62,58

11,681

2,098

58,30

66,87

45

85

31

83,55

7,210

1,295

80,90

86,19

65

95

62

73,06

14,296

1,816

69,43

76,70

45

95

Maxi mum

Hasil uji Anova menunjukkan ringkasan dari rata-rata standar deviasi dari kedua perbandingan. Rata-rata nilai pretes siswa adalah 62,58 dan rata-rata nilai postes siswa adalah 83,55 meningkat 20,97 poin. ANOVA Skor_Siswa

Between Groups Within Groups Total

Sum of Squares df

Mean Square

F

Sig.

6814,516

1

6814,516

72,325

,000

5653,226

60

94,220

12467,742

61

Dasar pengambilan keputusan: 1) Ho = Penggunaan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif tidak berpengaruhterhadap kemampuan menulis teks cerita fabel siswa Kelas VIII SMP Wahid Hasyim Malang tahun pelajaran 2016/2017. 2) H1 = Penggunaan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif sangat berpengaruh terhadap kemampuan menulis teks cerita fabel siswa kelas VIII SMP Wahid Hasyim Malang tahun pelajaran 2016/2017. 3) Jika t nilai ≥ tabel, maka HO ditolak dan HI diterima

Dari paired differences dapat diketahui bahwa mean sebesar 20,968 dengan standar deviasi 13,930. Nilai t hitung sebesar 8,381 lebih tinggi dari t tabel sebesar 2,042. Sedangkan nilai sig (2 tailed) sebesar 0,000 ≤ 0,05. Hasil dari uji anova nilai signifikan lebih kecil dari t tabel, sebesar 0,000 ≥ 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, berarti ada perbedaan antara pretes dan postes pada keterampilan menulis teks fabel dengan menggunakan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif. PEMBAHASAN PENELITIAN Padabagian ini dibahas tentang (1) keterampilan menulis teks cerita fabel siswa kelas VIII SMP Wahid Hasyim Malang sebelum menggunakan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif, (2) keterampilan menulis teks cerita fabel siswa kelas VIII SMP Wahid Hasyim Malang sesudah menggunakan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif, dan (3) perbedaan keterampilan menulis teks cerita fabel siswa kelas VIII SMP Wahid Hasyim Malang sebelum dan sesudah menggunakan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif. Keterampilan Menulis Teks Cerita Fabel Siswa Kelas VIII SMP Wahid Hasyim Malang Sebelum Menggunakan Bahan Ajar Berbasis Strategi Belajar Afektif Berdasarkan skor dan komunilatif hasil pemerolehan nilai pretes keterampilan menulis teks fabel sebelum adanya penggunaan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif siswa kelas VIII C SMP

NOSI Volume 5, Nomor 3, Februari 2017 ______________________________________ Halaman 306

Wahid Hasyim Malang termasuk dalam kategori kurang. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase tes menulis teks fabel siswa yaitu 6% sangat baik (2 siswa), 16% baik (5 orang), 23% cukup (7 orang), 20% kurang (8 orang), dan 29% sangat kurang (9 siswa). Hal ini dikarenakan peneliti belum menggunakan strategi pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam menulis teks fabel. Dalam hal ini peneliti hanya menggunakan metode model pembelajaran konvensional tanya jawab dan ceramah dalam membimbing siswa menulis teks fabel. Menurut Sudjana (2013) metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan tidak asing lagi serta telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan, oleh karena itu metode ini boleh dikatakan sebagai metode yang paling tua karena sejak dulu metode ini digunakan sebagai alat komunikasi guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Pelajaran berjalan membosankan dan siswa-siswa menjadi pasif, karena tidak berkesempatan untuk menemukan sendiri konsep yang diajarkan. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini lebih cepat terlupakan karena metode ini siswa menjadi “belajar menghafal” yang tidak mengakibatkan timbulnya pengertian. Keterampilan Menulis Teks Cerita Fabel Siswa Kelas VIII SMP Wahid Hasyim Malang Sesudah Menggunakan Bahan Ajar Berbasis Strategi Belajar Afektif Berdasarkan skor dan penilaian komulatif hasil pemerolehan nilai postes, maka dapat ditentukan

persentase dan rata-rata nilai postes keterampilan menulis teks fabel dengan penggunaan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif kelas VIII C SMP Wahid Hasyim Malang termasuk kategori sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase menulis teks cerita fabel siswa yaitu 64 % sangat baik (20 orang), 26% baik (8 orang), 10% cukup (3 orang), 0% kurang (tidak ada siswa yang memperoleh nilai yang kurang), dan 0% sangat kurang (tidak ada siswa yang memperoleh nilai yang sangat kurang). Hal dikarenakan adanya penggunaan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif. Penggunaan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif dapat membangkitkan keinginan dan minat baru dalam belajar, membangkitkan motivasi dan rangsangan dalam kegiatan belajar. Dengan demikian, diharapkan siswa akan dapat menerima dan menyerap dengan mudah materi yang disampaikan. Menurut Oxford (1990:8-10) ungkapan afektif mengacu pada perasaan, sikap, motivasi, dan nilai. Para pembelajar bahasa mendapatkan kendali atas faktor-faktor afektif yang mempengaruhi pembelajaran bahasa melalui strategi belajar afektif. Sisi afektif siswa merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa yang baik adalah pembelajaran yang mengetahui bagaimana mengendalikan emosi dan sikap siswa terhadap pembelajaran. Guru dapat menerapkan pengaruh yang luar biasa melalui atmosfer emosional di dalam kelas dengan tiga cara yaitu: (1) dengan mengubah struktur sosial kelas untuk

NOSI Volume 5, Nomor 3, Februari 2017 ______________________________________ Halaman 307

memberikan lebih banyak tanggung jawab kepada peserta didik,(2) dengan memberikan jumlah komunikasi alamiah yang lebih banyak, dan(3) mengajarkan para siswa untuk penerapan pengintegrasian strategi-strategi belajar afektif. Adapun rangkaian-rangkaian utama dari strategi belajar afektif, adalah(1) merendahkan kekhawatiran, (2) mendorong diri sendiri, dan (3) mendapatkan suhu emosional. Perbedaan Keterampilan Menulis Teks Cerita Fabel Siswa Kelas VIII SMP Wahid Hasyim Malang Sebelum dan Sesudah Menggunakan Bahan Ajar Berbasis Strategi Belajar Afektif Penggunaan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif sangat berpengaruh untuk digunakan sebagai strategi pembelajaran menulis teks fabel. Hal ini dapat dilihat dari nilai dan rata-rata postes siswa adalah 83,55 dan rata-rata nilai pretes siswa adalah 62,58. Selain itu, nilai t hitung pada penilaian sebesar 8, 381 lebih tinggi dari t tabel sebesar 2,042 . Hal ini menunjukkan pengaruh penggunaan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif terhadap keterampilan menulis teks fabel. Selain itu, dari hasil paired sample statistic menunjukkan bahwa penggunaan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif dalam mengembangkan keterampilan menulis teks fabel cukup berpengaruh dibandingkan tanpa menggunakan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif. Hal ini disebabkan karena penggunaan bahan ajar berbasis strategi afektif memudahkan siswa

untuk menulis teks cerita fabel. Beberapa kegiatan yang terdapat dalam bahan ajar mampu mendorong siswa untuk kreatif dalam menulis teks fabel dengan memperhatikan beberapa langkah-langkah strategi belajar afektif. Menurut National Centre for Competency Based Training (dalam Maslukha, 2016:14) bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan guru untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bahan yang dimaksudkan adalah bahan tertulis maupun tidak tertulis. Pandangan dari ahli lainnya mengatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis, sehingga tercipta suatu lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa belajar. PENUTUP Pada bagian ini berisitentang (1) simpulan dan (2) saran. Simpulan penelitian yang diuraikan pada bagian ini adalah penggunaan strategi belajar afektif berbasis bahan ajar terhadap keterampilan menulis teks fabel siswa kelas VIII SMP Wahid Hasyim Malang. Kesimpulan penelitian dan saran diuraikan sebagai berikut. Simpulan Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1) Keterampilan menulis teks cerita fabel pada siswa kelas VIII SMP Wahid Hasyim Malang sebelum digunakan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif termasuk dalam kategori kurang. Hal ini

NOSI Volume 5, Nomor 3, Februari 2017 ______________________________________ Halaman 308

dapat dilihat dari rata-rata nilai siswa yaitu 62,58. Berdasarkan hasil persentase pretes siswa yang menguasai keterampilan menulis teks fabel yaitu 6% sangat baik (2 siswa), 16% baik (5 orang), 23% cukup (7 orang), 20% kurang (8 orang), dan 29% sangat kurang (9 siswa). 2) Keterampilan menulis teks cerita fabel pada siswa kelas VIII SMP Wahid Hasyim Malang sesudah digunakan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif termasuk dalam kategori sangat baik. Hal ini bisa dilihat dari rata-rata nilai nilai siswa yaitu 83,55%. Berdasarkan hasil persentase postes siswa yang menguasai keterampilan menulis teks fabel yaitu 64 % sangat baik (20 orang), 26% baik (8 orang), 10% cukup (3 orang), 0% kurang (tidak siswa yang memperoleh nilai yang kurang), dan 0% sangat kurang (tidak ada siswa yang memperoleh nilai yang sangat kurang). 3) Hasil nilai perbandingan prates penggunaan bahan ajar berbasis starategi belajar afektif dan postes penggunaan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif diketahui dari nilai rata postes 83,55 lebih besar dari dibandingkan rata-rata prates 62,58. Berdasarkan perhintungan SPSS menggunakan uji t sampel berpasangan dan uji anova diketahui bahwa nilai pretes dan postes menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan yang ditunjukkan dengan nilai t dan anova. Pengujian hipotesis dapat disimpulkan nilai t hitung 20,968 dengan standar deviasi 13,930. Nilai t hitung sebesar 8,381 lebih tinggi dari t tabel sebesar 2,042.

Sedangkan nilai sig (2 tailed) sebesar 0,000 ≤ 0,05. Hasil dari uji anova nilai signifikan lebih kecil dari t tabel, sebesar 0,000 ≥ 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif dapat digunakan dalam pembelajaran keterampilan menulis teks fabel siswa kelas VIII C SMP Wahid Hasyim Malang. Saran Berdasarkan hasil penellitian pembelajaran menulis teks cerita fabel melalui penggunaan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif, dapat dikemukakan beberapa saran. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran menulis teks fabel dan mengatasi kesulitan menulis yang dialami siswa. Setelah penelitian dilaksanakan, peneliti memberikan saran sebagai berikut. Bagi Guru Bahasa Indonesia 1) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif dapat mengefektifkan keterampilan menulis teks fabel. Oleh karena itu, disarankan kepada guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP/MTs untuk memanfaatkan atau menggunakan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif dalam pembelajaran terutama pada pembelajaran menulis teks fabel. 2) Pembelajaran menulis teks fabel melalui penggunaan bahan ajar berbasis strategi belajar afektif memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir dan menetuntukan cara yang efektif berdasarkan pengetahuan mereka. Sehingga pemebelajaran tidak lagi berpusat pada guru, tetapi lebih

NOSI Volume 5, Nomor 3, Februari 2017 ______________________________________ Halaman 309

banyak melibatkan siswa. Oleh sebab itu, hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru bahasa Indonesia agar dapat mengubah anggapan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menullis teks fabel. Bagi Peneliti Lanjutan Dalam memperluas wawasan dan memudahkan penerapan konsep pembelajaran menulis, khususnya menulis teks fabel, disarankan kepada rekan-rekan peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian-penelitian lanjutan tentang pembelajaran menulis teks fabel dengan menggunakan berbagai strategi pembelajaran yang mengarah pada pembelajaran aktif, kreatif dan inovatif yang menyenangkan, agar proses pembelajaran tidak menakutkan sehingga dapat meningkatkan kualitas siswa maupun guru dalam pembelajaran.

gspot), diakses pada tanggal 10 September 2016). Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan:Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA Dalman. 2012. Keterampilan Menulis. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Rahman, Muhammat & Amri, Sofan. 2014. Model Pembelajaran ARIAS Terintegratif. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

DAFTAR RUJUKAN Oxford, R.L. 1990. Language Learning Strategies: What Every Teacher Should Know. New York: Newbury House Publisher. Maslukha, Siti. 2016. Efektivitas Penggunaan Bahan Ajar Berbasis Strategi Metakognitif dalam Pembelajaran Menulis Teks Laporan Hasil Observasi Siswa Kelas X MA Hidayatul Mubtadi,in Tasikmadu Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Univeristas Islam Malang. Sudjana, Nana. 2013. Metode Pembelajaran. (online). (www.muktialistkipnganjuk.blo

NOSI Volume 5, Nomor 3, Februari 2017 ______________________________________ Halaman 310