PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK DENGAN METODE

Download atau agama. Permasalahan yang sering ditemui dalam perkembangan bahasa anak di Taman Kanak-kanak adalah keterlambatan dalam berbahasa. Ada ...

0 downloads 429 Views 432KB Size
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK DENGAN METODE BERCERITA PADA ANAK KELOMPOK B TK KEBAK 01 KEBAKKRAMAT KARANGANYARTAHUN PELAJARAN 2012/2013

Disusun Oleh :

ENY SUPARTINI NIM. A53A100017

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2013

 

1

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK DENGAN METODE BERCERITA PADA ANAK KELOMPOK B TK KEBAK 01 KEBAKKRAMAT KARANGANYARTAHUN PELAJARAN 2012/2013 ABSTRAKS Eny Supartini. A53A100017. Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak dengan metode bercerita melalui boneka tangan di Taman KanakKanak Kebak 01 Kebakkramat, Karanganyar. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan media boneka tangan dimana jumlah subyek penelitian 16 anak. Metode penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B1 tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini bersifat kolaboratif antara peneliti dan teman seprofesi serta kepala sekolah. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, wawancara dan catatan lapangan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis dekriptif komparatif sedangkan untuk teknik analisis pembelajaran guru menggunakan model analisis interaktif Dari hasil penelitian ini menunjukkan ada pengembangan kemampuan berbahasa anak yaitu sebelum tindakan 40,62%, kemudian berkembang menjadi 61,56% pada siklus I dan berkembang menjadi 84,8% pada siklus II. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa dengan metode bercerita dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak. Kata kunci : kemampuan berbahasa, metode bercerita A. PENDAHULUAN Pembelajaran pendidikan di TK bertujuan meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, daya cipta dan mempersiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar dengan mengembangkan nilai-nilai agama (moral), fisik, motorik, kognitif, bahasa, sosial emosi dan seni. Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulis, lisan

isyarat, atau gerak

dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang,

gambar atau

lukisan. Dengan bahasa, semua manusia dapat mengenal dirinya,

 

2

sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau agama. Permasalahan yang sering ditemui dalam perkembangan bahasa anak

di Taman Kanak-kanak adalah keterlambatan dalam berbahasa.

Ada dua tipe keterlambatan dalam berbahasa, yaitu tipe reseptif atau kesukaran menerima bahasa yang dibicarakan dan tipe ekspresif atau kesukaran mengutarakan pikiran atau perasaan secara verbal (Sutadi dan Deliana, 2002:18). Masalah

lain

yang

berkaitan

dengan

bahasa pada anak Taman Kanak-kanak adalah perbendaharaan kata. Biasanya anak hanya mampu menggunakan kalimat pendek. Bila anak mengenal

kata-kata

baru,

kata

yang

lama

terlupakan.

Keberanian anak dalam berbicara atau mengungkapkan pikiran dan perasaannya melalui bahasa lisan pada umumnya masih terbatas. Taman Kanak-kanak sebagai lembaga PAUD memiliki peran penting dalam mengembangkan kemampuan ekspresi verbal anak. Taman Kanak-kanak juga merupakan arena yang baik bagi anak untuk mengeksplorasi berbagai kemampuan termasuk perkembangan bahasa. Berdasarkan hasil pengamatan awal di Taman Kanak-Kanak Kebak 01 pada Kelompok B, ditemukan masalah dalam perkembanganbahasa yaitu masih rendahnya kemampuan bahasa. Hal ini terlihat anak tidak memperhatikan karena anak lebih asyik dengan temannya besar

bermain

atau berpindah- pindah

dan mengobrol

tempat duduk, sebagian

anak tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru

dan anak tidak dapat menceritakan kembali isi cerita. Setelah

melakukan

refleksi

awal

dengan

guru

kelas,

disepakati sebagai solusi untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak di TK Kebak 01 adalah

menggunakan metode bercerita. Karena

bercerita merupakan salah satu dari pembelajaran bahasa tidak bisa lepas dari dunia  

anak-anak.

Ditaman 3

kanak-kanak

atau

PAUD

kegiatan

bercerita

mengunakan

disajikan sebagi kegiatan

berbagai

mediauntuk

sehari-hari, dan dapat

melengkapi

cerita.

Menurut

(Moeslichatoen, 2004:157) metode ercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak usia dini dengan membawakan cerita kepada anak lisan, cerita yang dibawakan guru harus menarik dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak

usia

dini.

Diharapkan

dengan

bercerita

akan

menambah

kemampuan bahasa dan kosa kata anak yang dapat digunakan dalam mengembangkan bahasa mereka untuk berkomunikasi sehari-hari. Menurut Keraf (1989:4) bahwa mereka

yang luas kosakatanya akan

memiliki kemampuan yang tinggi untuk memilih kosakata yang tepat sebagai wakil

untuk menyampaikan gagasan. Mengingat kemampuan

berbahasa, merupakan salah satu unsur yang perlu dikembangkan

di

TK . Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengembangan kemampuan berbahasa anak kelompok B Taman Kanak-Kanak Kebak 01 Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar tahun ajaran 2012/2013 melalui metode bercerita.

B. METODE PENELITIAN 1. Setting Penelitian a. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di TK Kebak 01 yang berada di Dk. Simo

Lor

Desa

Kebak

Kecamatan

KebakkramatKabupaten

Karanganyar.. b. Waktu Penelitian Waktu Penelitian

dilaksanakan pada semester genap tahun

pelajaran 2012 - 2013

 

4

2. Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah anak dan guru TK Kebak 01 Kebakkramat Karanganyar tahun 2012/2013 3. Prosedur Penelitian Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Prosedur penelitian ini akan mengacu pada penelitian tindakan kelas. Suharsimi Arikunto (2006: 16) mengemukakan model yang didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah-langkah pelaksanaan PTK, yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan Tindakan, (3) 0bservasi, (4) Refleksi. 4. Teknik Pengumpulan Data Menurut Arikunto (2000 : 174) tehnik pengumpulan data adalah suatu

cara

yang

dipakai

dalam

pengumpulan

data.

Tehnik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : a. Observasi Dalam

penelitan

ini

peneliti

melakukan

pengamatan

partisipan dimana peneliti melakukan pengamatan terus menerus selama pembelajaran berlangsung dan mengamati interaksi anak di lingkungan sekolah. Observasi ditekankan pada perilaku anak ketika mengikuti pelajaran. Pada putaran pertama dilakukan pengamatan terhadap kemampuan berbahasa anak melalui metode bercerita. Sedang pada siklus II, pengamatan dilakukan terhadap pengembangan kemampuan berbahasa anak dengan metode bercerita. b. Wawancara Wawancara sering disebut dengan interview, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi  

dari

terwawancara 5

(Arikunto,

2002:132).

Metode

wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang dir anak dalam kegiatan pembelajaran, Wawancara juga dilakukan untuk mengetahui keinginan - keinginan anak dalam upaya mengembangkan kemampuan anak.. 5. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif komparatif. Teknik analisis ini untuk mengetahui pengembangan menggunakan

metode

kemampuan berbahasa anak dengan

bercerita

mencakup

kemampuan

anak

mengungkapkan bahasa anak.. Teknik analisis komparatif adalah metode embandingkan nilai tes antara siklus maupun dengan indikator kinerja (Mulyadi H. R., 2006: 9) hasil analisa tersebut kemudian dijadikan sebagai dasar untuk menyusun rencana tindakan berikutnya sesuai dengan siklus yang ada..

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan dalam empat tahap yang meliputi : (1) tahap perencanaan dan persiapan tindakan, (2) tahap pelaksanaan tindakan, (3) tahap observasi dan (4) tahap analisis dan refleksi. Masing-masing siklus dilaksanakan dalam dua pertemuan dengan alokasi waktu 90 menit. Sebelum dilaksanakan penelitian siklus I, peneliti kegiatan pra siklus untuk mengetahui kondisi yang ada di lapangan. Berdasarkan kegiatan awal ini, peneliti menemukan bahwa kemampuan berbahasa anak kelompok B1 TK Kebak 01 Kebakkramat tergolong masih rendah. Peneliti kemudian berkolaborasi dengan kepala sekolah TK Kebak 01 untuk mengatasi masalah tersebut dengan menggunakan metode bercerita dengan boneka tangan.

 

6

Proses

pembelajaran

untuk

mengembangkan

kemampuan

berbahasa pada siklus I ini berjalan dengan lebih menarik daripada proses pembelajaran sebelum dilakukannya tindakan. Indikasi ini tampak dari antusiasme anak dalam kegiatan pembelajaran. Anak-anak terlihat sangat antusias ketika guru sedang membacakan cerita dengan menggunakan boneka tangan, selain boneka yang menarik anak dapat melihat langsung gerakan boneka tangan yang digunakan. Pada saat kegiatan anak disuruh maju ke depan untuk menceritakan kembali cerita dengan kata-kata yang sederhana terlihat berebut untuk maju ke depan. Pada saat kegiatan juga masih terlihat ada beberapa anak yang masih takut dan malu untuk maju ke depan. Pada saat kegiatan berlangsung ada anak yang mulai bosan dan terlihat tidak bersemangat. Fakta yang terjadi tersebut tentu saja memerlukan solusi agar dalam siklus yang akan datang solusi tersebut bisa diterapkan sebagai perbaikan. Peneliti bekerjasama dengan teman sejawat membahas solusi yang akan diterapkan. Dari fakta yang pertama akhirnya ditafsirkan bahwa permasalahan anak berebut untuk maju ke depan maka guru akan membagi kelas menjadi 5 kelompok, setiap kelompok ada yang terdiri dari 3 anak, dan ada yang terdiri dari 4 anak. Kemudian anak satu kelompok itu diminta untuk hompimpa. Maka anak yang menang itulah yang maju pertama. Untuk permasalahan yang kedua kedua dimana ada anak yang tidak mau maju ke depan karena takut dan malu maka akan dilakukan penyelesaian masalahnya dengan cara guru memberi memotivasi yang lebih pada anak tersebut, tetapi tanpa mengesampingkan anak yang lain. Sedangkan untuk permasalahan yang ketiga dimana ada anak yang mulai bosan ketika kegiatan berlangsung dan anak terlihat tidak bersemangat, solusi yang akan dilakukan adalah kegiatan dilakukan melalui permainan yang lebih menarik perhatian anak.  

7

Pelaksananaan siklus II ini dilakukan sebagaimana prosedur siklus I. Prosedur yang dimaksud adalah melaksanakan siklus II ini dengan melakukan 4 rangkaian kegiatan utama yaitu tindakan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Proses pelaksanaan tindakan pada siklus II berjalan dengan baik, kelemahan yang ada pada siklus I dapat teratasi dengan baik, hal ini membuat kualitas pembelajaran membaca mengalami pengembangan. Pengembangan pembelajaran terlihat dari tercapainya sejumlah indikator yang telah ditetapkan, seperti meningkatnya kemampuan berbahasa anak dalam berkomunikasi secara lisan dengan bahasanya sendiri (sesuai usia), menjawab pertanyaan sederhana, menceritakan pengalaman / kejadian secara sederhana dengan runtut, bercerita menggunakan kata ganti aku, saya, kamu, dia, mereka. Peneliti berhasil membangkitkan minat dan motivasi anak untuk mengikuti pembelajaran berbahasa dengan baik dan tertib. Berdasarkan

tindakan-tindakan

tersebut,

peneliti

berhasil

melaksanakan pembelajaran bahasa dengan menggunakan metode bercerita dengan boneka tangan yang mampu membantu anak agar mudah untuk mengungkapkan bahasa, dan penelitian ini bermanfaat bagi guru kelas untuk dapat memilih teknik yang tepat untuk pembelajaran bahasa yang lebih efektif dan efisien. Kemampuan berbahasa anak pada kondisi

awal

adalah

40,62%

kemudian

diadakan

perbaikan

pengembangan kemampuan berbahasa dengan menggunakan boneka tangan pada siklus I 61,56%, kemudian pada perbaikan pembelajaran berbahasa dengan boneka tangan berkembang menjadi 84,8% pada siklus II sehingga penelitian ini dikatakan berhasil karena sudah memenuhi indikator yang ditetapkan.

 

8

D. SIMPULAN Dari keseluruhan pembahasan skripsi ini dapat disimpulkan sebagai berikut : menggunakan metode bercerita dengan boneka tangan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak TK Kebak 01 Kebakkramat. Pengembangan kemampuan berbahasa dapat dilihat mengembangkan kemampuan anak dalam : berkomunikasi secara lisan dengan

bahasanya

sendiri

(sesuai

usia),

menjawab

pertanyaan

sederhana, menceritakan pengalaman / kejadian secara sederhana dengan runtut, bercerita menggunakan kata ganti aku, saya, kamu, dia, mereka. Adapun persentase pengembangan kemampuan berbahasa anak adalah: Kemampuan berbahasa anak pada kondisi awal adalah 40,62% kemudian diadakan perbaikan pengembangan kemampuan berbahasa dengan menggunakan boneka tangan pada siklus I 61,56%, kemudian pada perbaikan pembelajaran berbahasa dengan boneka tangan berkembang menjadi 84,8% pada siklus II sehingga penelitian

E. DAFTAR PUSTAKA Agung Hartono dan Sunarto, 2010. Perkembangan Peserta Didik .Jakarta: PT Asdi Amalia dan Birawa 2011. Perkembangan Kemampuan Berbahasa pada Anak. Artikel. UPI bandung. Depdiknas 2003: UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, Jakarta:Balai Pustaka Dhieni Nurbiana dkk. 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta : Universitas Terbuka Dhieni. N.Dkk 2009. Metode Perkembangan Bahasa pada anak. Pusat penerbit. Universitas Terbuka Hatimah.,2005. Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan. Jakarta: Universitas Terbuka.

 

9

Hurlock, E. 1998. Children language acquasition. Journal of social psychology & personality. Volume. 09. Num. 23. November. Washington DC: American Psychological Association. Keraf, Gorys. 1989. Argumentasi dan Narasi . Jakarta: Gramedia Masitoh. 2011 Developing Young Children's Language Ability Through Whole. Language Approach And Its Implication On Teacher's Role And. Resposibility. Moeslichatoen. 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Rineka Cipta Musfiroh, T. 2005. Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jaharta : Depdiknas Poerwadarminta, W.J.S. 1970. Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta: PN Balai Pustaka Rachmat J. 1986. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Karya Santoso. 2002. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Citra Pendidikan Santrock, John W. 2007. Remaja. Jakarta: Erlangga. Sujiyono, Yuliani Nurani.2008. Jakarta: Universitas Terbuka.

Metode

Pengembangan

Kognitif.

Suryanto, Slamet. 2005. Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat Publishing. Tedjasaputra, Mayke.S. 2001. Bermain, Mainan dan Permainan untuk Pendidikan Usia Dini. Jakarta: Grasindo Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) 2003 (UU RI No. 20 TH. 2003) Jakarta: Sinar Grafika Vygotsky, L. S. 1978. Mind in Society: The Development of Higher. Psychological Process. Warren, Howard C. 1994. Dictionary of Psychology. Cambridge, Massachusetts: Houghton Mifflin Company. Yuniarti. 2010. Tindak Tutur Direkrori pada Anak Usia Dini. Tesis. Universitas Negeri semarang Yusuf, M. 2003. Pendidikan bagi Anak dengan Problema Belajar. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Zuchdi, D dan Budiasih. 1999. Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas Rendah. Jakarta: Proyek Pengembangan PGSD Dirjen Dikti Depdikbud.

 

10