e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 8, No 2, Tahun 2017)
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN TEKNIK DASAR TENDANGAN PENCAK SILAT DENGAN KARTU BERGAMBAR Gst. Bagus Maha Aryasa., I. K. Budaya Astra, I. G. Suwiwa Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi Fakultas Olahraga Dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk media kartu bergambar. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan, prosedur pengembangan menggunakan model Luther meliputi 6 tahapan yaitu: tahap konsep, desain, pengumpulan bahan, pembuatan, pengujian, dan distribusi. Langkah validasi bahan ajar mengadopsi model evaluasi formatif Dick, Carey, dan Carey yang meliputi empat tahapan yaitu evaluasi pakar atau ahli, uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji lapangan. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan validasi ahli isi adalah baik dengan persentase 89%. Ahli media adalah sangat baik dengan persentase 96%, ahli desain adalah baik dengan persentase 88%. Hal ini artinya media sudah memenuhi kelayakn untuk diujicobakan. Hasil uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, uji coba kelompok besar adalah sangat baik dengan perolehan persentase masing-masing 94,3%, 91.4%, 91%. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan media pembelajaran kartu bergambar teknik dasar tendangan pencak silat layak digunakan oleh siswa di sekolah. Kata-kata kunci: kartu bergambar, media, pengembangan ABSTRACT This Research has purpose to develop the picture card media product. The type of this research is development research, development procedure using Luther model which encompasses 6 stages, namely: concept, design, collection of materials, making, testing, and distribution. The teaching material validation step adopts a formative evaluation Dick, Carey, and Carey model which includes four stages, such as: expert or expert evaluation, trial individuals, small group trials, and field trials. The data analysis used is Qualitative Descriptive and Quantitative Descriptive Research. The results show the validation of the content expert is good with percentage of 89%. Media experts are excellent with 96%, design experts are good with 88%. It means the media has fulfilled the need for tested. The Results of individual trials, small group trials, and large group trials are excellent with a percentage gain of 94.3%, 91.4%, 91%, respectively. Based on the result of the research, it is concluded that the instructional media of basic technique picture card of pecak silat’s kick suitable for used by students at school. Key Word: Picture Card, Media, Development.
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 8, No 2, Tahun 2017) PENDAHULIUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaruan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Guru sebagai faktor utama berperan dalam kegiatan pembelajaran di kelas dan penentu keberhasilan proses pembelajaran tentunya guru harus selalu kreatif dalam menyajikan pembelajaran, guru juga dituntut agar selalu mencari inovasi, cara baru untuk membuat para siswa dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman terhadap pelajaran dengan sebaik-baiknya. Demikian halnya proses pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar jika berbagai komponen terlibat. Komponen-komponen yang mesti ada dalam setiap proses pembelajaran di sekolah antara lain, guru, siswa, sarana, media pembelajaran di sekolah, pengelola (tata usaha), kurikulum dan sebagainya. Semua komponen ini secara bersama-sama terlibat dalam setiap proses pembelajaran di sekolah dengan satu sasaran yaitu meningkatkan hasil belajar siswa. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan, sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sehingga hasil belajar dapat ditingkatkan. Sedangkan media pembelajaran merupakan sarana komunikasi dan interaksi antara guru dengan siswa di dalam proses pembelajaran. Salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut memotivasi sisiwa dan diciptakan oleh guru. Secara operasional ada sejumlah pertimbangan dalam memilih media pembelajaran yang tepat, antara lain (1) access yaitu kemudahan penggunaan dan kebermanfaatan media, (2) cost yaitu biaya yang dibutuhkan dengan pertimbangan aspek manfaat, (3) technology yaitu media berbasis teknologi perlu memperhatikan keberadaan teknisi dan kemudahan penggunaannya, (4) interactivity yaitu munculnya komunikasi dua arah, (5) organization yaitu lembaga atau organisasi yang mendukung pembuatan media, (6) novelty yaitu kebaruan media dapat membuat siswa lebih tertarik. Media pembelajaran teknik dasar tendangan pencak silat ini merupakan media pembelajaran berupa benda nyata yang
dapat mendorong dan memotifasi siswa dalam belajar. Benda yang sebenarnya atau gambar dapat membantu siswa dalam memahami, membayangkan dan menganalisa bentuk gambar yang akan di pelajari. Salah satu media pembelajaran yang mudah dibuat dan digunakan adalah kartu bergambar. Kartu adalah kertas tebal berisi gambar-gambar atau tulisan tertentu yang dapat dimanfaatkan dalam mengembangkan pembelajaran Penjas yang menyenangkan. Salah satu cara memberi kesan bagi siswa dalam pembelajaran yaitu mendorong siswa untuk berbuat dan memanfaatkan sebanyak mungkin indra yang dimiliki, salah satunya adalah menggunakan media kartu bergambar, media ini cocok dengan pembelajaran Penjas yang kegiatannya pengamatan dan praktek secara lansung. Dimana media ini dibuat, supaya siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Dari berbagai studi menunjukkan bahwa program pembelajaran yang dirancang dengan menggunakan media lebih efektif dibandingkan dengan paket pengajaran lainnya, karena media memiliki sejumlah potensi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran. Berdasarkan masalah di atas maka secara oprasional masalah yang dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Bagaimanakah rancang bangun media kartu bergambar yang layak dari aspek materi, aspek tampilan, dan aspek daya tarik untuk pembelajaran materi teknik dasar tendangan pencak silat untuk sisiwa kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Sukasada?, 2) Bagaimanakah tanggapan ahli isi, ahli media, dan ahli desain terhadap bahan ajar media kartu bergambar untuk pembelajaran materi teknik dasar tendangan pencak silat untuk sisiwa kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Sukasada?, 3) Bagaimanakah tanggapan siswa dalam uji coba perorangan, uji kelompok kecil, dan uji kelompok besar terhadap bahan ajar media kartu bergambar untuk sisiwa kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Sukasada dalam pembelajaran materi teknik dasar tendangan pencak silat yang dikembangkan? Teori yang melandasi penelitian ini adalah teori belajar dan pembelajaran, teori media pembelajaran, teori media kartu dalam
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 8, No 2, Tahun 2017) pembelajaran pencak silat, teori penelitian dan pengembangan, dan teori evaluasi. Pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain. Usaha ini dapat dilakukan oleh seseorang atau tim yang memiliki kemampuan dan kompetensi dalam merancang dan atau mengembangkan sumber belajar yang diperlukan. (Dimyati dan Mujono, 2013) mengatakan bahwa pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam memperoleh pengetahuan, keteramplan dan sikap. (Trianto, 2009) mengungkapkan bahwa, Pembelajaran pada hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. (Rayandra Asyhar, 2012a) mengatakan pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat memebawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan peserta didik. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan, pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan aktif dan dilakukan secara sadar oleh guru dan siswa yang ditunjukkan dengan timbulnya perubahan siswa dari tidak tau menjadi tau dan perubahan perilaku secara permanen atau tetap berdasarkan pengalaman yang bersifat positif yang meliputi perubahan cara berpikir (kognitif), tingkah laku (afektif), dan gerak (psikomotor). Untuk itu diperlukan alat bantu berupa media. Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Gagne (Arief S. Sadiman, R. Rahardjo, Anung Haryono, 2009) menyatakan bahwa, media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. (Rayandra Asyhar, 2012b) mengatakan Media adalah suatu sarana atau perangkat yang berfungsi sebagai perantara atau saluran dalam suatu proses komunikasi antara komunikator dan komunikan. Associatio of Educational and Communication Technology (AECT) menyatakan bahwa media adalah sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.
(Azhar Arsyad, 2015) mengatakan media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang sisiwa untuk belajar. Media pembelajaran sangat banyak ragamnya, dari media yang berbentuk audio, media visual, media audio visual, dan multimedia. (Arief S. Sadiman, R. Rahardjo, Anung Haryono, 2009) ada empat kegunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar, yaitu: 1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis. 2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya: a) Obyek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, atau model. b) Obyek yang kecil, dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, filem, atau gambar. c) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau high speed photography. d) Kejadian atau peristiwa yang terjadi dimasa lalu bias ditampilkan lagi lewat rekaman filem, video, filem bingkai, foto maupun secara verbal. e) Objek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain. f) Konsep yang terlalu luas dapat difisualisasikan dalam bentuk filem, filem bingkai, gambar, dan lain-lain. 3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. 4) Memberikan perangsang, pengalaman, dan persepsi yang sama untuk setiap peserta didik. Midun (Rayandra Asyhar, 2012c) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu: 1) Memperluas cakrawala sajian materi pembelajaran yang diberikan di kelas seperti buku, foto-foto dan nara sumber sehingga peserta didik akan memiliki banyak pilihan sesuai kebutuhan dan karakteristik masingmasing. 2) Pesrta didik akan memperoleh pengalaman beragam selama proses pembelajaran yang sngat berguna bagi peserta didik dalam menghadapi berbagai tugas dan tanggung jawab berbagai macam, baik dalam pendidikan, masyarajat dan di lingkungan kerja. 3) Memberikan pengalaman yang kongret dan langsung kepada peserta didik, seperti kegiatan karya wisata ke pabrik, pusat tenaga listrik, swalayan, bank, industri, pelabuhan dan sebagainya, sehingga pesserta didik akan merasakan dan melihat secara langsung
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 8, No 2, Tahun 2017) keterkaitan teori dan praktek atau memahami aplikasi ilmunya d lapangan. 4) Menyajikan suatu yang sulit diadakan, dikunjungi atau dilihat peserta didik, baik ukurannya terlalu besar seperti sistem tata surya, terlalu kecil seperti virus, atau rentang waktu prosesnya terlalu panjang misalnya proses metamorfosa dan pelapukan batuan, atau masa kejadannya sudah lama seperti terjadinya perang uhud. 5) Memberikan infomasi yang akurat dan terbaru, misalnya penggunaan buku teks, majalah, dan orang sebagai sumber imformasi. 6) Menambah kemenarikan materi sehingga meningkatkan motivasi dan minat serta mengambil perhatian peserta didik untuk fokus mengikuti materi yang disajikan, sehingga diharapkan efektivitas belajar meningkat pula. 7) Merangsang peserta didik untuk berfikir kritis, menggunakan kemampuan imajinasinya, bersikap dan berkembang lebih lanjut, sehingga melahirkan kreatifitas dan karyakarya inovatif. 8) Menggunakan media dapat meningkatkan efesiensi proses pembelajaran, karena dengan menggunakan media dapat menjangkau peserta didik di tempat yang berbeda-beda, dan di dalam ruang lingkup yang tak terbatas pada waktu tertentu. Dengan media, durasi pembelajran juga bisa dikurangi. 9) Media pembelajaran dapat memecahkan masalah pendidikan. Kegunaan atau manfaat media dalam proses pembelajaran adalah mempermudah interaksi antara pendidik dengan peserta didik yang bertujuan untuk membatu peserta didik agar belajar dapat lebih optimal dengan adanya media pembelajaran tersebut. Kartu adalah kertas tebal berbentuk persegi panjang yang di dalamnya terdapat gambar, grafik, model, dan benda asli. (Sativa, 2012) mengartikan kartu sebagai kertas tebal, berbentuk segi empat untuk berbagai keperluan. Media kartu ini dapat digunakan sebagai alat bantu untuk komunikasi yang lebih efektif dalam proses pembelajaran. Keuntungan yang diperoleh dari media kartu adalah: 1) Dapat menterjemahkan gagasan-gagasan ke dalam bentuk yang lebih nyata, b) Mudah digunakan, 2) Dapat digunakan pada semua jenis dan jenjang pendidikan, 3) Pembelajaran menjadi efektif dan efesien, 4) Menarik perhatian siswa. Kelebihan media kartu memiliki bentuk yang sederhana, mudah dibuat, mudah disimpan, mudah
dibawa, dan mudah digunakan. Setiap ada kelebihan pasti ada kekeurang, kekurangan media kartu adalah ukuran yang terlalu kecil untuk kelompok siswa yang besar dan tanggapan yang berbeda-beda dari siswa terhadap gambar yang sama. (Rayandra Asyhar, 2012c) mengatakan gambar merupakan media grafis, gambar merupakan hasil lukisan yang menggambarkan orang, tempat dan benda dalam berbagai variasai. (Arief S. Sadiman, R. Rahardjo, Anung Haryono, 2009) mengemukakan, “media pendidikan, gambar/foto adalah media yang paling umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana.” Media grafis didefinisikan sebagai media yang mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui suatu kombinasi pengungkapan katakata dan gambar-gambar. (Arief S. Sadiman, R. Rahardjo, Anung Haryono, 2009) mengatakan gambar mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, kelebihan gambar antara lain: 1) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek, atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa siswa dapat melihat objek atau peristiwa tertentu. 2) Gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. 3) Memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja. 4) Harga murah, gampang didapat serta digunakan tanpa memerlukan peralatan kusus. Selain kelebihan tersebut, gambar mempunyai beberapa kelemahan yaitu: 1) Hanya menekankan persepsi indra mata. 2) Benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran. 3) Ukuran yang sagat terbatas untuk kelompok besar. Pencak silat merupakan salah satu budaya asli bangsa indonesia yang merupakan warisan leluhur dan sudah diterima keberadaannya oleh masyarakat internasional dan harus kita lestarikan. Istilah pencak silat sebagai seni bela diri bangsa indonesia, merupakan kata majemuk adalah hasil keputusan seminar pencak silat tahun 1973 di Tugu Bogor. Sedangkan defenisi pencak silat, selengkapnya dibuat oleh pengurus besar ikatan pencak silat indonesia (IPSI). Definisi pencak silat menurut IPSI adalah hasil budaya manusia indonesia untuk membela atau mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan intergrasinya
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 8, No 2, Tahun 2017) (menunggalnya) terhadap lingkungan hidup atau alam sekitar untuk mencapai keselarasan hidup guna peningkatan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. (Erwin Setyo Kriswanto, 2015) mengungkapkan pencak silat adalah suatu metode beladiri yang diciptakan untuk mempertahankan diri dari bahaya yang dapat mengamcam keselamatan dan kelangsungan hidup. (Dyah Nur Naharsari, 2008) mengungkapkan, pencak silat atau silat ialah seni bela diri Asia yang berakar dari budaya melayu. Ciri umum pencak silat Indonesia adalah: a) Pencak silat mempergunakan seluruh bagian tubuh dan anggota badan, dari kuku pada ujung jari kaki atau tangan sampai dengan rambut untuk membela diri, b) Pencak silat tidak memerlukan senjata tertentu, benda apapun dapat dijadikan senjata seperti kayu, batu, pasir, payung, sapu tangan, tas, tusuk konde, sandal, selendang dan sebagainya, c) Pencak silat lahir dan tumbuh serasi dengan alam sekitarnya, alat istimewa, adat sopan santunnya, temperamenya atau watak, dan kepribadian suku bangsanya, agama atau kepercayaan dan kebatinannya. Gerak dasar pencak silat adalah suatu gerak terencana, terarah, terkoordinasi dan terkendali, yang mempunyai empat aspek sebagai satu keasatuan, yaitu aspek mental spiritual, aspek bela diri, aspek olahraga, dan aspek seni budaya. Dengan demikian, pencak silat merupakan cabang olahraga yang cukup lengkap untuk dipelajari karena memiliki empat aspek yang merupakan satu keastuan utuh dan tidak dapat dipisahpisahkan. Teknik dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dasar tendangan pencak silat menurut (Johansyah Lubis dan Handro Wardoyo, 2014) terdiri dari beberapa jenis teknik dasar diantaranya: satu Tendangan Lurus, dua Tendangan Tusuk, tigaTendangan Kepret, empat Tendangan Jejag, lima Tendangan Gajul, enam Tendangan T, tujuh Tendangan Celorong, delapan Tendangan Belakang, sembilan Tendangan Kuda, sepuluh Tendangan Taji, sebelas Tendangan Sabit, duabelas Tendangan Baling, tigabelas Hentak Bawah, empatbelas Gejig. Terbatasnya bahan ajar yang relevan menjadi permasalah siswa dan guru untuk menguasai serta menyampaikan begitu
banyaknya materi teknik dasar pencak silat. Untuk itu diperlukannya solusii yang inovatif yaitu alat bantu berupa media kartu bergambar. Kartu bergambar dalam pembelajaran pencak silat diartikan sebagai suatu gabungan beberapa media dalam menyampaikan informasi yang berupa teks dan gambar yang digabungkan menjadi satu kesatuan untuk disebut media pembelajaran yang berfungsi untuk bahan ajar dalam pembelajaran teknik dasar pencak silat
METODE Pengembangan media menggunakan model Luther (Hariesto Hadi Sutopo, 2003). Alasan dipilihanya model Luther yaitu prosedural yang disajikan secara ringkas dan setiap langkah dipaparkan secara jelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model Luther mempengaruhi kualitas pengembangan media. Model Luther meliputi 6 tahap yaitu: pertama, tahap konsep terdiri dari beberapa kegiatan yaitu: a) melakukan analisis kebutuhan, b) menentukan tujuan (standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran), c) menganalisis karakteristik siswa, dan d) memetakan objek belajar dengan media kartu bergambar. Kedua, tahap desain adalah membuat spesifikasi secara rinci mengenai arsitektur produk, gaya, dan kebutuhan material untuk proyek. Kegiatan yang dilakukan pada tahap desain yaitu: a) desain kartu, dan b) membuat storyboard. Ketiga, tahap pengumpulan bahan seperti teks, image (gambar) dan lain-lain yang diperlukan untuk tahap berikutnya. Keempat, tahap pembuatan merupakan tahap di mana seluruh objek media dibuat. Pembuatan dilakukan berdasarkan struktur, dan storyboard. Kelima, tahap pengujian atau testing merupakan tahapan yang dilakukan setelah tahap pembuatan dan seluruh data telah dimasukkan ke dalam produk media kartu bergambar. Pengujian pada tahap ini dilakukan setelah tahap pembuatan dan seluruh data telah dimasukkan ke dalam produk media kartu bergambar. Keenam, Tahap distribusi merupakan tahap di mana produk direproduksi dan didistribusikan kepada pengguna untuk digunakan dalam rangka evaluasi.
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 8, No 2, Tahun 2017)
Gambar 1. Tahap Pengembangan Bahan Ajar Media Kartu Bergambar Luther dalam (Hariesto Hadi Sutopo, 2003) Bahan ajar yang telah selesai diproduksi selanjutnya perlu dievaluasi. Bahan ajar yang dikembangkan menggunakan evaluasi formatif menurut Dick, Carey, dan Carey (dalam Suwiwa, Santyasa, & Kirna, 2014) yang meliputi empat tahapan yaitu; evaluasi pakar atau ahli, evaluasi satu-satu, evaluasi kelompok kecil, dan evaluasi lapangan. Jumlah responden yang mengevaluasi bahan ajar yaitu satu ahli isi, satu ahli media, satu ahli desain pembelajaran, tiga siswa dalam evaluasi satu-satu, 12 siswa dalam evaluasi kelompok kecil, 40 siswa dalam uji lapangan. Instrument yang digunakan untuk memperoleh data kelayakan bahan ajar yaitu kuesioner. Angket digunakan untuk
mengumpulkan data hasil review dari ahli isi, ahli media dan ahli desain pembelajaran, uji coba satu-satu, uji coba kelompok kecil, dan uji coba kelompok besar. Upaya memastikan validitas kuesioner dilakukan kegiatan: 1) pembuatan tabel kisi-kisi, 2) konsultasi dengan pakar, dan 3) penulisan instrumen. Penelitian pengembangan ini menggunakan dua jenis metode analisis data. Pertama yaitu, analisis deskriptif kualitatif untuk menganalisis informasi tentang berbagai kondisi lapangan yang bersifat masukan dan saran para ahli dan siswa terhadap bahan ajar yang diperoleh melalui kuesioner. Kedua, analisis deskriptif kuantitatif digunakan menganalisis skor yang diberikan oleh ahli dan siswa terhadap bahan ajar yang diperoleh melalui kuesioner. Menurut (I Made Tegeh dan I Made Kirna, 2010) Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase dari masing-masing subjek adalah:
(1) Selanjutnya persentase keseluruhan subjek dihitung menggunakan rumus berikut.
(2) Untuk dapat memberikan makna dan pengambilan keputusan digunakan ketetapan seperti disajikan pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Konversi Tingkat Pencapaian dengan Skala 5 Tingkat Pencapaian (%) 90-100 75-89 65- 74 55- 64 1-54 (Tegeh dan Kirna, 2010:101)
Kualifikasi Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang
HASIL DAN PEMBAHASAN Disekolah dijumpai terdapat sejumlah media pembelajaran yang kurang optimal keadaannya bahkan belum ada, seperti jumlahnya yang terbatas dan tidak seimbang
Keterangan Tidak perlu direvisi Sedikit direvisi Direvisi secukupnya Banyak hal yang direvisi Diulangi membuat produk
dengan jumlah siswa dalam suatu klompok belajar, kurangnya media pendukung dalam menyampaikan materi pencak silat serta pmbelajaran yang masih berpusat pada Guru. Keadaan seperti ini dapat
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 8, No 2, Tahun 2017) menimbulkan ketidak tertarikan siswa untuk mengikuti pembelajaran, hal ini dapat menyebabkan suasana belajar yang kurang evektif. Burner dalam (Azhar Arsyad, 2015) mengatakan ada tiga tingkatan modus belajar yaitu, pengalaman langsung (anactive) pengalaman pictorial/gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic). Levie & Levie dalam (Azhar Arsyad, 2015) mengatakan, stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugastugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubunghubungkan fakta dan konsep”. Berbagai studi juga menunjukkan bahwa pembelajaran yang dirancang dengan menggunakan media lebih efektif dibandingkan dengan paket pengajaran lainnya, karena media memiliki sejumlah potensi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran. (Azhar Arsyad, 2015) mengatakan, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang sisiwa untuk belajar. (Arief S. Sadiman, R. Rahardjo, Anung Haryono, 2009) mengemukakan, “media pendidikan, gambar/foto adalah media yang paling umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana.” Pengembangan kartu bergambar ini didesain dan diproduksi menjadi sebuah produk berupa kartu bergambar untuk media pembelajaran teknik dasar tendangan pencak silat. Proses pengembangan melalui prosedur penelitian dan pengembangan, beberapa perencanan, produksi dan evaluasi. Produk dikembangkan dengan bantuan Corel Draw X7, setelah produk dihasilkan perlu dilakukannnya evaluasi oleh para ahli melalui validasi dan perlu diuji cobakan kepada siswa. Tahap evaluasi yang digunakan yaitu evaluasi formatif Dick and Carey yang meliputi uji ahli isi, uji ahli media, uji ahli desain, uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, uji coba kelompok besar. Pada tahap validasi ahli isi memberikan nilai berada pada kisaran 4 sampai 5 disetiap kriteria penilaian. Hasil review bahan ajar pada kriteria baik dengan perolehan persentase 89%. Hal ini sejalan dengan hasil review ahli isi (Sumpana, 2014) yang menyatakan hasil review ahli pembelajaran
mendapatkan kriteria baik. Masukan dan saran juga diberikan, yaitu untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta menghilangkan gerak bayangan yang ada pada setiap teknik dasar tendangan dan sudah layak untuk diujicobakan. Setelah selesai validasi ahli isi, maka dilanjutkan validasi media, pada tahap ini ahli media memberikan nilai berada pada kisaran 4 sampai 5 disetiap kriteria penilaian. Hasil review bahan ajar pada kriteria sangat baik dengan perolehan persentase 96%. Hal ini sejalan dengan hasil review ahli media (Sudantoko, 2014) yang menyatakan tampilan media kartu bergambar masuk dalam kategori sangat baik. Masukan dan saran juga diberikan yaitu pada kotak sertakan judul atau topik pembelajaran, sertakan petunjuk penggunaan kartu, judul skripsi jangan ditempatkan pada awal kotak, setiap kartu sertakan tujuan pembelajaran diletakkan pada bagian belakang kartu, cantumkan jumlah teknik pada bagian belakang kartu, dan sertakan identitas pembuat pada kotak. Setelah dilakukan revisi pada media, media kembali diperlihatkan keahli media dan sudah dapat diujicobakan. Setelah selesai validasi ahli media dilanjutkan keahli desain, pada tahap ini ahli desain memberikan nilai berada pada kisaran 4 sampai 5 disetiap kriteria penilaian. Hasil review bahan ajar pada kriteria baik dengan perolehan persentase 88%. Masukan dan saran juga diberikan yaitu pada kemasan judul media diubah menjadi media pembelajaran kartu bergambar teknik dasar tendangan pencak silat, sasaran program ditempatkan pada bagian kanan, tambahkan nama pengarang, isikan gambar yang menarik pada halaman kosong kemasan bagian belakang, rumusan tujuan pembelajaran sebaiknya mengandung unsur (audien, behavior, condition da degree), buatkan petunjuk penggunaan media, dan gunakan font style yang sama pada setiap kalimat. Setelah medi selesai direvisi, media kembali diperlihatkan dan sudah layak diujicobakan Setelah melaui validasi dari ahli selajutnya media diujicobakan kepada siswa yang terdiri dari uji coba perorangan, pada tahap ini media sudah berada pada kriteria sangat baik dan tidak ada masukan dari siswa sehingga media tidak perlu direvisi. Setelah dilakukan uji coba perorangn
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 8, No 2, Tahun 2017) dilanjutkan ujicoba kelompok kecil pada tahap ini media sudah berada pada kriteria sangat baik dan tidak ada masukan dari siswa sehingga media tidak perlu direvisi. Setelah dilakukan uji coba kelompok kecil dilanjutkan ujicoba kelompok besar pada tahap ini media sudah berada pada kriteria sangat baik dan tidak ada masukan dari siswa sehingga media tidak perlu direvisi, nilai yang diberikan berada pada kisaran 4 sampai 5 disetiap kriteria penilaian dengan memperolehan persentase 94,3%, 91.4%, dan 91%. Hal ini sejalan dengan hasil uji coba yang dilakukan oleh (Nisa, Bachri, & Pd, 2016) menyatakan uji coba kartu bergambar masuk dalam kategori sangat baik. Berdasarkan hasil tanggapan siswa pada uji coba kelompok kecil dapat digolongkan berdasarkan perolehan persentase yaitu sebanyak 8 orang siswa menyatakan kategori sangat baik dengan rentangan persentase antara 90 % sampai 100% dan 4 orang siswa menyatakan kategori baik rentangan persentase antara 75% sampai 89%. Pada uji coba kelompok besar yaitu sebanyak 24 orang siswa menyatakan kategori sangat baik dengan rentangan persentase antara 90% sampai 100% dan 16 orang siswa menyatakan kategori baik dengan rentangan persentase antara 75% sampai 89%. Setelah melalui beberapa tahapan diatas maka diperoleh sebuah produk yang layak untuk digunakan media pembelajaran oleh siswa disekolah. Kualitas media pembelajaran kartu bergambar teknik dasar tendangan pencak silat ini termasuk dalam kriteria sangat baik, peryataan tersebut dapat dibuktikan dari hasil analisis review ahli isi, ahli media, ahli desain, uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba kelompok besar. Beberapa penelitian lain yang menyatakan bahwah media kartu bergambar mampu menarik perhatian dan sangat menunjang keberhasilan dalam pembelajaran seperti penelitian yang dilakukan oleh (Azizah Mashami, Andayani, & Baiq Fara Dwirani Sofia, 2014) menyatakan media kartu koloid dapat menarik perhatian siswa dalam belajar. Peryataan yang serupa juga dikemukakan oleh (Umayah, Haryani, Sumarni, & Semarang, 2013) menyatakan, dengan menggunakan media kartu gambar dapat disimpulkan bahwa siswa aktif selama diskusi kelompok.
Media kartu berambar dapat membantu siswa dalam memahami konsep dan gerakan dasar pembelajaran teknik dasar tendangan pencak silat, hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh (Siti et al., 2014) menyatakan, dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan penguasaan konsep IPA siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 25 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. Pernyataan serupa juga dikemukaakan dari penelitian (Wijaya, 2015) yang menyatakan bahwa model pembelajaran gerakan mendasar dengan kartu gerakan pada rangkaian gerakan mendasar terbukti secara empiris efektif untuk diterapkan oleh guru dan siswa, dan juga efektif juga dalam meningkatkan kemampuan gerak dasar siswa. Implikasi penelitian berdasarkan pertimbangan-pertimbangan toritik dan empiris, memiliki beberapa implikasi sebagai berikut: Dapat mnegubah paradigma belajar siswa dikarenakan dengan belajar memberi dampak yang positif bagi diri sendiri dan orang lain, sebagai motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, sebagai motivasi guru untuk menggunakan dan menciptakan media-media pembelajaran, guna memecahkan masalah dalam pembelajaran, dan dapat meningkakan minat belajar siswa untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dibidang akademis maupun dibidang non akademis. SUMPULAN DAN SARAN Mengacu pada rumusan masalah dan tujuan penelitian dapat disajikan beberapa hal sebagai berikut: 1) Langkah-langkah merancang bangun bahan ajar kartu bergambar mengacu pada model pengembangan Luther. Model ini meliputi enam tahapan, pertama konsep terdiri dari beberapa kegiatan yaitu: a) melakukan analisis kebutuhan, b) menentukan tujuan (standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran), c) menganalisis karakteristik siswa, dan d) memetakan objek belajar dengan media kartu bergambar. Kedua, tahap desain yaitu membuat: a) membuat flowchart view, b) desain kartu, dan c) membuat storyboard. Ketiga, pengumpulan bahan yaitu: a) teks, b) image (gambar) dan lain-lain yang diperlukan untuk tahap berikutnya. Keempat, tahap pembuatan merupakan tahap di mana
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 8, No 2, Tahun 2017) seluruh objek media dibuat berdasarkan tahap desain. Kelima, pengujian yaitu, media di-review oleh satu orang ahli isi, satu orang ahli media, satu orang ahli desain, 3 orang dalam uji coba perorangan, 12 orang dalam uji coba kelompok kecil, dan 40 orang dalam uji coba kelompok besar. Keenam, tahap distribusi merupakan tahap di mana produk diproduksi dan didistribusikan kepada pengguna untuk digunakan dalam rangka evaluasi. Bahan ajar yang telah selesai, selanjutnya dievaluasi menggunakan model evaluasi formatif Dick Cary and Cary (dalam Suwiwa, Santyasa, & Kirna, 2014) Ahli isi menyatakan bahwa bahan ajar pada kriteria baik dengan perolehan persentase 89%. Hal ini artinya isi bahan ajr yang meliputi gambar dan deskripsi tidak ada yang tidak sesuai dan semuanya layak dibelajarkan kepada siswa. Ahli media menyatakan bahwa bahan ajar pada criteria sangat baik dengan perolehan persentase 96%. Hal ini artinya, bahan ajr yang meliputi tampilan, teks, gambar kemudahan penggunaan dan kemasan bahan ajar sudah memenuhi kelayakan untk digunakan dalam pembelajaran. Ahli desain menyatakan bahwa bahan ajar pada criteria baik dengan perolehan persentase 88%. Hal ini artinya bahan ajar media kartu bergambar sudah memenuhi kelayakan aspek desain. Tanggapan uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, uji coba kelompok besar adalah sangat baik dengan perolehan persentase masing-masing 94,3%, 91.4%, dan 91%. Hal ini artinya, kejelasan materi, kemenarikan, dan kemudahan penggunaan sudah layak digunakan oleh siswa. Berdasarkan temuan penelitian dapat diajukan beberapa saran yang dideskripsikan sebagai berikut: 1) Bagi guru penjasorkes, agar dapat memanfaatkan kartu bergambar teknik dasar tendangan pencak silat pada materi pencak silat sebagai variasi dalam penyampaian materi dalam bentuk menyampaikan pengetahuan dan informasi baru kepada siswa. 2) Bagi peserta didik, agar memanfaatkan kartu bergambar untuk memudahkan dalam mengenali teknik dasar tendangan pencak silat. 3) Pengembangan produk lebih lanjut media ini hanya sampai tahap pembuatan produk dan validasi ahli serta uji coba perorangan, uji coba kelompok
kecil, dan kelompok besar. Selanjutnya perlu dilakukan penelitian eksperimen dengan menggunakan kelas pembanding. UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur peneliti panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat Nya-lah Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran Teknik Dasar Tendangan Pencak Silat Dengan Kartu Bergambar Untuk Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Sukasada”. Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan mencapai gelar sarjana pendidikan pada Universitas Pendidikan Ganesha. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan baik berupa moral maupun material dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1) Dr. I. Nyoman Jampel, M.Pd., Rektor Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan pada Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi Fakultas Olahraga dan Kesehatan. 2) I Ketut Budaya Astra, S.Pd.,M.Or., Dekan Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha, sekaligus menjadi pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, motivasi, saran, dan masukan dalam penyelesaian proposal ini. 3) I Made Satyawan, S.Pd.,M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Olahraga dan Kesehatan, yang telah banyak memberikan motivasi, saran dan masukan dalam pembuatan proposal ini. 4) I Gede Suwiwa, S.Pd.,M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Olahraga dan Kesehatan, sekaligus menjadi pembimbing Akademik dan pembimbing II yang telah banyak membantu dalam segala pembuatan suratsurat maupun jadwal ujian proposal, dan telah banyak memberikan dorongan, bimbingan, tuntunan, arahan dan petunjuk dalam penyempurnaan proposal ini. 5) Dr. Made Agus Wijaya, M.Pd. sebagai penguji satu seminar proposal. 6) dr. Putu Adi Suputra, S.Ked., M.Kes Sebagai penguji dua seminar proposal. 7) Staf dosen di Fakultas Olahraga dan Kesehatan Undiksha yang telah banyak memberikan berbagai
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 8, No 2, Tahun 2017) pengetahuan dalam bidang Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi Undiksha maupun materi lainnya. 8) Staf pegawai Fakultas Olahraga dan Kesehatan Undiksha yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan berbagai administrasi terkait. 9) Drs. Putu Dana, M.Si., Kepala SMA Negeri 1 Sukasada yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian. 10) Nyoman Suwela, S.Pd., Guru Penjasorkes Negeri 1 Sukasada yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan, dan penilaian subjek penelitian. 11) Siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Sukasada yang telah menjadi subjek penelitian. 12) Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekresi khususnya rekanrekan kelas VIII D yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuannya dalam pelaksanaan penyusunan proposal ini. 13) Keluarga besar yang telah memberikan dorongan secara moril dan materi sehingga proposal ini dapat diselesaikan. 14) Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan bantuan dalam penelitian ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang tersaji dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu demi kesempurnaan skripsi ini, penulis mengharapkan segala kritik maupun saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua khususnya bagi pengembangan dunia pendidikan. DAFTAR PUSTAKA Arief S. Sadiman, R. Rahardjo, Anung Haryono, R. (2009). Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pers. Azhar Arsyad. (2015). Media Pembelajaran. (S. Rahman, Ed.). Jakarta: PT Rajagarfindo Persada. Azizah Mashami, R., Andayani, Y., & Baiq Fara Dwirani Sofia, dan. (2014). Pengembangan Media Kartu Koloid untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Dimyati dan Mujono. (2013). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dyah Nur Naharsari. (2008). Olahraga Pencak Silat. Jakarta: Ganeca Exact. Erwin Setyo Kriswanto. (2015). Pencak Silat. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Hariesto Hadi Sutopo. (2003). Multimedia Interaktif dengan Flash. Yogyakarta: Graha Ilmu. I Made Tegeh dan I Made Kirna. (2010). No TitleMetode Penelitian Pengembangan Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Johansyah Lubis dan Handro Wardoyo. (2014). Pencak Silat Edisi Kedua. Jakarta: Rajawali Sport. Nisa, E. D., Bachri, H. B. S., & Pd, M. (2016). Pengembangan Media Kartu Bergambar Materi Mengenal Jenis-Jenis Pekerjaan Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Untuk Siswa Kelas Iii Sdn Gesikan 1 Grabagan Tuban, 1–8. Rayandra Asyhar. (2012a). Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi Jakarta. Sativa, D. Y. (2012). PENGGUNAAN MEDIA KARTU UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS 1, 1–21. Siti, Z., Usman, A., & Endang, B. (2014). Pengembangan Media Gambar Pada Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep IPA. Sudantoko, I. (2014). PENGEMBANGAN MEDIA KARTU GAMBAR PEMBELAJARAN BOLA DEVELOPMENT OF IMAGE CARD MEDIA OF VOLLEYBALL LEARNING IN, 1–11. Sumpana, V. A. L. (2014). Journal of Physical Education , Sport , Health and Recreations MENERAPKAN BUDAYA HIDUP SEHAT MENGGUNAKAN MEDIA, 3(9), 1276–1282. Suwiwa, I. G., Santyasa, I. W., & Kirna, I. M. (2014). Pengembangan Multimedia Interaktif Pembelajaran Pada Mata Kuliah Teori Dan Praktik Pencak Silat, 4. Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Umayah, S., Haryani, S., Sumarni, W., & Semarang, U. N. (2013). PENGEMBANGAN KARTU
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 8, No 2, Tahun 2017) BERGAMBAR TIGA DIMENSI SEBAGAI MEDIA DISKUSI KELOMPOK PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU TEMA KEHIDUPAN. Unnes Science Educati9on Journal, 2(2252), 282–287. Wijaya, M. A. (2015). Developing Fundamental Movement Skills, 2016(21 Febuary), 13–24.