PENGENDALIAN KEONG MAS DENGAN ANTRAKTAN DAUN GAMAL DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN BAKU COMPLETE FEED THE CONTROL OF GOLDEN SNAIL WITH GAMAL LEAVES ATTRACTANT AND THEIR USE AS THE RAW MATERIALS FOR THE COMPLETE FEED Hamzah, Syilvia Sjam, Syamsuddin Hasan Sistem-Sistem Pertanian, Pasca sarjan Universitas Hasanuddin Makassar
Alamat Korespondensi Hamzah, SP Program PascaSarjana Universitas Hasanuddin Makassar 90245 HP : 085299442958 Email :
[email protected]
Abstrak Keong mas (Pomaceae canaliculata L.) adalah salah satu hama utama pada tanaman padi yang sulit dikendalikan meskipun telah dilakukan aplikasi pestisida. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur efektifitas antraktan daun gamal dalam mengendalikan keong mas dan mengukur kualitas dan tingkat kecernaan bahan baku complete feed dari keong maspada ternak ruminansia. Penelitian dilakukan di lapangan dengan tiga perlakuan (Kontrol, antraktan kangkung dan antraktan daun gamal). Pengamatan dilakukan terhadap preferensi keong mas dan kerusakan pada tanaman padi. Uji kecernaan complete feed dilakukan secara in vitro dengan metode pepsin cellulose. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun gamal dapat menarik keong mas 100% pada 5 hst (hari setelah tanam), sedangkan kangkung pada 12 hst dan kontrol pada 19 hst. Kerusakan tanaman padi pada daun gamal hanya 40.17% sedangkan pada control dan penggunaan kangkung kerusakan sampai 100%. Keong mas berkualitas baik untuk dijadikan sebagai bahan baku complete feed. Keong mas memilki tingkat kecernaan tinggi pada ternak ruminansia. Daging keong mas memiliki daya cerna bahan kering (DCBK) 91.99% dan dan daya cerna bahan organic (DCBO) 91.05%, sedangkan cangkangnya memilki DCBK 38.46% dan DCBO 88.25%. Kata kunci: Keong mas, Antraktan, gamal, Complete feed. Abstract Golden snails (Pomaceae canaliculata L.) is a major pest in rice plants that difficult to control even after the application of pesticides. This research aimed to measure the effectiveness attractants gamal leaves and to measure the quality and the digestibility degree of the golden snails as the raw materials for the complete feeds of ruminants. The research was conducted both on the field with three treatments (Control, kangkung attractant and gamal attractant. Finally, the preference of golden snails and the damages of the rice plants were observed. Digestibility test of complete feed used in vitro with pepsin cellulose method. The research result indicated that the golden snails had a high preference on gamal (Glaricidia sepium). That gamal attacted golden snails 100% on the fifth day after planting, while kangkung on the twelfth day after planting and control on the 19th day after planting. The damage on the rice plants with gamal was only 40.17%, while on the control and the use of kangkung could reach 100%. The golden snail could be used as the raw material of the complete feeds. The golden snails also had a high digestibility for the ruminants. The golden snail meat had the dry digestibility (DCBK) of 91.99%, and the organic digestibility (DCBO) of 91.05%, while its eggshell had the digestibility (DCBK) of 38.46% and the digestibility (DCBO) of 88.25%.
Keywords: Golden Snail, attractant, Glaricidia sepium, Complete feed.
PENDAHULUAN Keong mas (Pomaceae canaliculata L.) adalah salah satu hama utama pada tanaman padi. Kerusakan padi akibat keong mas telah terjadi di beberapa provinsi di Indonesia dan beberapa negara di dunia seperti Filipina, Thailand, Jepang dan Malaysia (Suripto, 2009). Di Sulawesi Selatan sendiri pada tahun 2010 keong mas telah merusak pertanaman padi sekitar 1.700 ha pada musim kemarau dan 1.100 ha pada musim hujan (Fattah, 2011). Berbagai langkah pengendalian telah banyak dilakukan. Namun, sampai sekarang keong mas masih tetap meresahkan. Loka Pengkajian Teknologi Pangan (LPTP) Banda Aceh merekomendasikan pengendalian dengan pemungutan secara berkala 3 kali seminggu, pelepasan itik dan pemasangan perangkap telur. Namun, rakitan teknologi ramah lingkungan tersebut belum menjadi pilihan utama petani dalam mengendalikan keong mas karena dirasakan kurang praktis. Sulitnya pengendalian keong mas ini membuat petani dominan menggunakan pestisida sintetis. Padahal, penggunaan moluskasida sintetis harus dibatasi pemakaiannya karena
dapat mencemari lingkungan dan dapat menyebabkan kematian
organisme air dan tanaman padi itu sendiri (Suripto, 2009). Keong mas memiliki kandungan protein kasar 30,68 % (Anonim, 2013). Hal tersebut menggambarkan bahwa kandungan protein keong mas tinggi dan dapat dijadikan pengganti tepung ikan pada complete feed ternak ruminansia. Ternak ruminansia merupakan ternak yang banyak dibudidayakan petani berdampingan dengan usaha tani. Secara professional ternak ruminansia juga banyak dikembangkan sebagai usaha peternakan untuk pemenuhan kebutuhan daging. Agar produksi daging ternak ruminansia tinggi, maka harus diberikan pakan komplit yang salah satunya mengandung unsur protein. Protein memiliki arti penting bagi ternak ruminansia. Tubuh ternak memerlukan protein untuk memperbaiki dan menggantikan sel tubuh yang rusak serta untuk produksi. Bila di dalam pakan tidak terdapat cukup protein, maka tubuh hewan tidak dapat membuat dan memelihara jaringan tubuh. Akibatnya pertumbuhan terganggu dan penimbunan daging menurun. Besarnya potensi keong mas untuk pengembangan pakan ternak ruminansia, maka pengendaliannya sebagai hama harus dilakukan dengan tidak menggunakan pestisida. Salah satu alternatif yang dapat menjadi pilihan adalah penggunaan antraktan yang dapat menarik keong mas untuk berkumpul. Sehingga, akan lebih mempermudah dalam pemungutan keong mas. Berdasarkan percobaan pendahuluan penulis, keong mas memiliki ketertarikan pada daun gamal. Oleh karena itu diperlukan pembuktian ilmiah untuk mengukur efektifitas daun gamal dalam mengendalikan keong mas, serta diperlukan pula penelitian untuk menganalisis
nutrisi dan tingkat kecernaan keong mas sebagai Complete feed untuk ternak ruminansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur efektifitas antraktan daun gamal dalam mengendalikan keong mas dan mengukur kualitas dan tingkat kecernaan bahan baku complete feed dari keong maspada ternak ruminansia. METODE PENELITIAN Efektifitas Antraktan Gamal Percobaan dilakukan di lapangan pada lahan sawah yang telah disiapkan. Lahan percobaan dialiri air dengan ketinggian air 5 cm. Kemudian ditanami padi yang berumur 21 hari sebanyak 117 rumpun atau dengan jarak 20 cm x 30 cm. Selanjutnya di investasikan 96 ekor keong mas stadia dewasa atau 12 ekor per m2 . Percobaan terdiri dari 3 perlakuan yaitu: P0: Kontrol (tanpa antraktan), P1:Penggunaan antraktan kangkung dan P2: Penggunaan antraktan gamal. Percobaan dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang diulang 6 kali sehingga terdapat 18 satuan percobaan. Pemberian antraktan dilakukan setelah penanaman dan penebaran keong mas. Antraktan diletakkan pada pinggir bedengan dengan jarak antar antraktan 2 meter. Dalam setiap bedengan terdapat enam titik penempatan antraktan. Jumlah antraktan pada setiap titik peletakan yaitu 100 gram. Selanjutnya dilakukan pemungutan keong mas pada setiap perlakuan. Pada kontrol (P0) pemungutan dilakukan di dalam bedengan. Sedangkan pada perlakuan dengan antraktan (P1 & P2) pemungutan dilakukan hanya pada titik penempatan antraktan yaitu pada pinggir bedengan. Pemungutan keong mas dilakukan pada 1 hst, 3 hst, dan 5 hst (hari setelah tanam) dan berlanjut secara berkala 3 kali seminggu sampai semua keong mas tertangkap. Waktu yang digunakan dalam pemungutan pada setiap bedengan adalah 5 menit. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah keong mas yang tertarik dan tertangkap pada setiap antraktan. Pengamatan juga dilakukan terhadap intensitas serangan dengan menghitung jumlah rumpun padi yang rusak oleh keong mas. Pengamatan terhadap intensitas serangan dilakukan setiap interval waktu 24 jam. Keong mas yang tertangkap dimasukkan pada kolam penampungan untuk dipelihara dan diolah menjadi bahan baku pakan komplit ruminansia. Keong Mas sebagai Pakan komplit ruminansia Sebanyak 10 kg Keong mas stadia dewasa diambil pada kolam penampungan dan dimasak. Pematangan keong mas ini untuk menjaga kandungan protein agar tidak cepat rusak terserang bakteri. Keong mas yang telah masak diambil dagingnya dan dipisahkan dari cangkangnya. Selanjutnya daging dan cangkang keong mas dikeringkan di bawah sinar
matahari langsung selama 5 hari. Selanjutnya daging keong mas ditepungkan dengan menggunakan blender. Tepung keong mas ini akan menjadi sumber protein dalam complete feed. Cangkang keong mas juga ditepungkan dengan cara ditumbuk lalu diblender untuk dijadikan sebagai sumber mineral dalam complete feed. Evaluasi kualitas, nilai nutrisi dan kecernaan tepung keong mas Tepung keong mas yang dihasilkan dianalisis kualitas fisiknya. Kualitas fisisk dianalisis dengan melihat tekstur, warna dan bau. Sedangkan untuk mengetahui kandungan nutrisinya dilakukan uji proksimat. Pengukuran kecernaan bahan kering dan organic dilakukan secara in vitro menggunakan metode pepsin cellulose (Goto and Minson, 1977). Analisis Data Preferensi keong mas;Menghitung preferensi keong mas pada setiap tanaman berdasarkan jumlah keong mas yang tertarik dan memakan serta tertangkap pada masing – masing antraktan dengan rumus: =
∑ ∑
%
Intensitas serangan hama keong mas;Menghitung jumlah rumpun padi yang diserang atau dimakan oleh keong mas pada setiap bedengan. Menghitung intensitas serangan hama keong mas dengan menggunakan rumus;
=
∑ ∑
%
Kecernaan bahan kering (KcBK) dan kecernaan bahan organic KcBO) Tepung keong mas;Perhitungan daya cerna bahan kering dan bahan organik dilakukan dengan rumus DCBK = DCBO =
100 - (BSG + Residu Oven – BSG Kosong) x 100 Berat Sampel Kering Oven 100 -(BSG +Residu Oven – BSG + Sampel Stlh Tanur) x 100 Berat Bahan Organik Sampel Kering
Keterangan : DCBK: Daya Cerna Bahan Kering, DCBO :Daya Cerna Bahan Organik, BSG: Berat Sentered Glass Data yang diperoleh dianalisis regresi untuk melihat perbedaan laju preferensi pada antraktan dan untuk mengetahui hubungan keterkaitan antara jenis antraktan dan waktu terhadap peningkatan preferensi keong mas.
HASIL Efektifitas Gamal sebagai Antraktan Percobaan di lapangan menunjukkan bahwa antraktanitas daun gamal sangat tinggi. Pada perlakuan antraktan gamal jumlah keong mas yang tertangkap telah mencapai 100% pada pemungutan ke-3 yaitu pada 5 hst. Sedangkan pada waktu yang sama pada perlakuan antraktan kangkung jumlah yang tertangkap baru mencapai 75.35% dan pada kontrol baru mencapai 51.56%. Jumlah ketertangkapan
100% pada perlakuan antraktan kangkung
tercapai pada 12 hst atau pada pemungutan ke-6. Sedangkan pada control 100% tercapai pada 19 hst atau pada pemungutan ke-9 (gambar 1). Hasil pengamatan pada kerusakan tanaman padi yang ditimbulkan menunjukkan bahwa pada 1 hst kerusakan pada control mencapai 49%. Sedangkan pada perlakuan dengan antraktan kangkung kerusakan mencapai 39.32%
dan pada perlakuan dengan antraktan
gamal kerusakan hanya mencapai 21.65%. Kerusakan tanaman padi pada penggunaan gamal hanya terjadi selama 5 hst dengan kerusakan yang tidak terlalu tinggi yaitu hanya 40.17%. Sedangkan pada penggunaan kankung kerusakan tanaman padi terus meningkat dan mencapai 100% pada 9 hst. Sedangkan kerusakan pada control jauh lebih cepat peningkatannya dan mencapai 100% pada 7 hst (gambar 2). Keong Mas sebagai Bahan Baku Complete feed Ternak Ruminansia Hasil analisis sifat fisik tepung keong mas menunjukkan bahwa tepung keong mas memilki kualitas yang bagus. Berdasarkan warna tepung daging maupun cangkang berwarna abu – abu. Tidak terlihat adanya jamur pada tepung daging maupun cangkang. Masing – masing tepung berbau asam dan bertekstur halus (Tabel 1). Hasil analisis kimia yang meliputi kandungan nutrisi dari tepung keong mas menunjukkan bahwa daging keong mas mengandung protein yang tinggi yaitu 64.21%. Kandungan protein daging keong mas ini yang akan dijadikan sumber protein dalam pakan komplit. Sedangkan cangkang keong mas yang akan dijadikan sebagai sumber mineral dalam pakan komplit memilki kandungan Ca yang tinggi yaitu 37.15% (tabel 2). Berdasarkan hasil uji kecernaan bahan kering dan bahan organic secara in vitro dengan menggunakan metode pepsin cellulose, menunjukkan bahwa daging dan cangkang keong mas akan mudah dicerna oleh ternak ruminansia. Daging keong mas memilki persentase daya cerna bahan kering (DCBK) yang tinggi yaitu 91.99%, dan persentase daya cerna bahan organic (DCBO) yang tinggi pula yaitu 91.05%. Sedangkan cangkang keong mas memiliki persentase DCBK yang rendah yaitu 38.46%. Namun, memiliki persentase DCBO yang tinggi yaitu 88.70%.
PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa daun gamal efektif dijadikan antraktan dalam mengendalikan keong mas. Antraktan daun gamal dapat menarik keong mas berkumpul dan mengurangi kerusakan tanaman padi. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa complete feed dari keong mas berkualitas baik dan memiliki tingkat kecernaan bahan organik dan bahan kering yang tinggi pada ternak ruminansia. Faktor yang membuat keong mas tertarik pada gamal adalah karena adanya metabolit sekunder yang terkandung pada gamal. Gamal mengeluarkan senyawa volatile yang beraroma. Senyawa volatile ini merupakan senyawa kimia yang pertama terdektesi oleh keong mas. Sehingga, mengundang keong mas untuk datang. Senyawa – senyawa volatile yang terkandung pada daun gamal adalah propyleneglycol, hexenol, coumarin, farnese, thymol, Benzyl Alcohol, isobutyl alcohol, dan phenylethyl alcohol (Molykutty,et al., 2007). Menurut akharaiyi, dkk. (2012) bahwa tanaman gamal mengandung senyawa – senyawa seperti alkaloid, flavonoids, saponin, tannin, steroids, glycosides dan menurut Kothale (2012) Gamal juga mengandung Phenol, polyoses serta flavononols. Namun, jika dilihat dari pola makan keong mas terhadap gamal tidak menunjukkan adanya reaksi negative dari senyawa – senyawa tersebut.
Senyawa – senyawa tersebut tidak mengganggu
pencernaan keong mas. Hal ini terlihat dari tingginya preferensi keong mas pada gamal dan proses makan yang terus berlanjut. Selain tidak adanya senyawa toksik yang menggangu, berlanjutnya proses memakan oleh keong mas pada daun gamal karena kebutuhan nutrisinya terpenuhi pada daun gamal. Gamal mengandung protein yang tinggi yaitu 20.86% lebih tinggi dari protein bibit padi yaitu 14.93%. Gamal juga mengandung karbohidrat sebanyak 64.25% dan lemak 4.94%. Berdasarkan hasil analisis fisik pada tepung keong mas menunjukkan bahan tepung keong mas berkualitas baik. Tidak ditemukan jamur pada tepung daging maupun cangkang yang ditandai dengan tidak adanya bau busuk dan warna hitam pada tepung. Warna tepung cream kecoklatan tidak berubah dari warna awal daging dan cangkang keong mas sebelum ditepungkan. Tepung daging maupun cangkang bertekstur halus dan berbau amis. Berdasarkan pada keadaan fisik, maka tepung keong mas sebagai bahan baku complete feed telah memenuhi standar complete feed yang baik yaitu warnanya sesuai dengan warna bahan dasar penyusunnya (Ako, 2012). Berdasarkan kandungan analisis proksimat dengan melihat kandungan nutrisi tepung keong mas, daging keong mas baik untuk dijadikan sumber protein dalam pakan komplit. Tepung keong mas mengandung protein sekitar 64.21%. Jumlah ini dapat memenuhi standar
kebutuhan protein dalam suatu complete feed. Standar protein yang harus dipenuhi suatu complete feed yaitu sebesar 11.30% sampai dengan 13.05% (Ako, 2012). Begitu pula dengan tepung cangkang keong mas, dapat dijadikan sebagai sumber mineral dalam complete feed karena mengandung Ca yang tinggi yaitu sekitar 37.15%. Jumlah Ca pada tepung keong mas ini dapat memenuhi kebutuhan mineral pada complete feed. Berdasarkan hasil uji in vitro dengan menggunakan metode pepsin cellulose (Goto and Minson, 1977) menunjukkan bahwa daging keong mas akan mudah dicerna oleh ternak ruminansia karena memiliki kecernaan yang tinggi baik dari kandungan bahan kering maupun bahan organic . Daging keong mas memiliki DCBK= 91.99% dan DCBO= 91.05%. sedangkan cangkang keong mas memiliki DCBK 38.46% dan DCBO 88.70%. Semakin tinggi nilai kecernaan suatu bahan maka semakin banyak zat gizi yang diserap tubuh dan semakin baik kualitas pakan tersebut (Putri, 2006). Faktor yang dapat mempengaruhi kecernaan zat makanan adalah spesies hewan, bentuk fisik pakan, komposisi kimia bahan makanan, tingkat pemberian pakan, dan temperatur lingkungan (Ranjhan, 1977). Pada cangkang keong mas memiliki DCBK yang rendah, hal ini mungkin disebabkan kerena kandungan serat cangkang keong mas yang tinggi yaitu 4.22% lebih tinggi dari serat daging yaitu 0.89%. Lubis (1963) menjelaskan bahwa bahan makanan yang mengandung serat kasar yang tinggi akan menurunkan nilai kecernaan zat-zat makanan lainnya karena untuk mencerna serat kasar diperlukan banyak energi.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan menunjukkan bahwa daun gamal dapat dijadikan antraktan dan efektif untuk mengendalikan keong mas. Keong mas memiliki kualitas yang baik untuk dijadikan sebagai bahan baku complete feed. Daging keong mas mengandung protein 64.21% sedangkan cangkangnya mengandung Ca 37.15%. Keong mas memilki tingkat kecernaan yang tinggi pada ternak ruminansia. Daging keong mas memiliki daya cerna bahan kering(DCBK) 91.99% dan daya cerna bahan organik(DCBO) 91.05%, sedangkan cangkangnya memilki DCBK 38.46% dan DCBO 88.25%.Penelitian antraktan gamal ini masih perlu dilanjutkan agar dapat diperoleh cara praktis untuk dapat diterapkan oleh petani di lapangan. Diperlukan pula penelitian lanjutan untuk memanfaatkan bahan baku complete feed dari keong mas menjadi complete feed dan diuji secara in vivo.
DAFTAR PUSTAKA Ako Ambo, dkk.,(2012). Peningkatan Produksi Dan Kualitas Susu SapiPerah Melalui Percepatan Adopsi Teknologi Complete Feed Berbahan Baku Local Dan Murah Di Kabupaten Enrekang. Universitas Hasanuddin. Makassar. Akharaiyi, F.C. B. Boboye and F.C. Adetuyi. (2012). Antibacterial,Phytochemical and Antioxidant Activities of the Leaf Extracts of Gliricidia sepium and Spathodea campanulata. World Applied Sciences Journal 16 (4): 523-530, 2012ISSN 18184952. Anonim. (2013). Pengetahuan Bahan Makanan Ternak. Tim LaboratoriumIlmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB. CV. Nutri Sejahtera. Fattah Abdul, Hamka.(2011) Luas Serangan Hama Keong Mas (2005-2010) MK.I di Sulawesi Selatan Dan Tingkat Serangan Hama Utama Padi pada Dua Musim yang Berbeda di Sulawesi Selatan. Pada seminar Dinas Perkebunan Sulsel. Makassar. 7 Juni 2011. Goto, I and Minson. (1977). Prediction of the Dry Matter Digestibility OfTropical grasses using a Pepsin-Cellulose Assay. Anim. Feed Sci. Technol.,2:247-253. Kothale, K.V., S.P. Rothe., A.S. Pethe. (2012). Experimental Taxonomic Investigation on Gliricidia sepium (Jacq) Kunth ex Walp. Advance Research In Pharmace Uticals and Biologicals. ISSN 2250-0774. Vol 2 (1). Lubis, D. A. (1963). Ilmu Makanan Ternak. Cetakan ke-2. PT Pembangunan. Jakarta. Molykutty M.K. et al., (2007). Essential Oil Compositions of Gliricidia sepium(leguminosae) Leaves and Flowers. Indian Journal Of Chemistry Vol. 46B. August 2007. PP. 13591360. Ranjhan, S. K. (1977). Animal Nutrition and Feeding Practice in India. VikasPublishing House PVT Ltd., New Delhi. p : 16 – 89. Suripto. (2009). Selektivitas Anti Moluska dari Tanaman Jayanti (Sesbania sesban L.).(Online). http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/101092432.pdf). Diakses pada 15 Desember 2013. Putri, H.A. (2006). Fermentabilitas dan Kecernaan in vitro Ransum yangDiberi urea Molasses Multinutrient Block atau Suplemen Pakan Multinutrien. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
jumlah keong mas yang tertangkap(%)
LAMPIRAN 200.00 180.00 160.00 140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00
y = 7.6389x + 63.31 R² = 0.9717 y = 5.7617x + 39.701 R² = 0.9149
Po P1 P2
y = 3.9142x + 29.166 R² = 0.9747
0
5
10 Waktu Pemungutan (hst)
15
20
Kerusakan tanaman padi (%)
Gambar 1: Persentase ketertangkapan keong mas
140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00
y = 7.3362x + 53.928 R² = 0.8353 y = 6.5313x + 45.881 R² = 0.883 y = 4.7009x + 17.863 R² = 0.9658
Po P1 P2
0
2
4Waktu (hst)6
8
10
Gambar 2: Persentase kerusakan tanaman padi
Tabel 1: Analisis fisik daging dan tepung keong mas. Sifat Fisik
Daging
Cangkang
Warna
cream kecoklatan
cream kecoklatan
Bau
amis
amis
Tekstur
Halus lembut
Halus pasir
Jamur
Tidak ada
Tidak ada
Tabel 2: Hasil analisis proksimat daging dan cangkang keong mas No.
1
2
Sampel
% Air
% Protein
% Lemak
% Serat
% BETN
% Abu
% Ca
%P
Daging Keong Mas
8.89
64.21
4.37
0.89
16.14
14.44
5.07
0.62
Cangkang keong mas
2.31
1.54
0.22
4.22
0.51
93.13
37.15
0.16