PENGENDALIAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROYEK

Download controls are routinely applied to update hazard and risk records. ... permasalahan dunia industri, karena keselamatan dan kesehatan kerja b...

1 downloads 437 Views 270KB Size
13

PENGENDALIAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL I Wayan Jawat1) 1) Jurusan Teknik Sipil, Universitas Warmadewa, Denpasar, Bali [email protected]

ABSTRACT The development of equipment technology were used in construction projects must be balanced with skill and high level of risk management, the most appropriate solution by using the safety and health management system so that the assets and labor that is an investment for the entrepreneur can be saved. The issues of occupational safety and health can’t be separated from industry problems, because safety and health are closely related to productivity. Occupational Safety and Health (OSH) in industry are associated with environmental issues. The Ritz Carlton Bali project in Sawangan Nusa Dua is one of the projects undertaken by PT. Tatamulia Nusantara Indah and has ISO certified. The implementation of OSH standards on this project is contained in the OSH plan and is always carried out monitoring and evaluation activities by the safety team in the field. To give more understanding on the implementation of OSH to all project workers was scheduled OSH simulation for 1 (one) hour adjust to schedule of project and informed by safety team, including effort of control that must be done. Based on this, it becomes interesting to do an assessment on OSH Control on Construction Project at The Ritz Carlton Bali Project in Sawangan Nusa Dua. The purpose of this study is to understand the control of OSH on construction projects. The result is a preliminary study was conducted to identify the potential OSH risks of The Ritz Carlton Bali Project. The procedures for reviewing these OSH risks and their system of controls are routinely applied to update hazard and risk records. All important risks are always controlled and monitored. Documented procedures must be available to avoid the delivery of policies and targets. Keyword: planning, labor costs, construction projects

PADURAKSA, Volume 6 Nomor 1, Juni 2017

P-ISSN: 2303-2693 E-ISSN: 2581-2939

14

ABSTRAK Perkembangan peralatan teknologi yang digunakan dalam proyek konstruksi tentu harus diimbangi dengan skill dan tingkat manajemen resiko yang tinggi, solusi yang paling tepat dengan mengedepankan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja agar aset dan tenaga kerja yang merupakan investasi bagi pengusaha dapat terselamatkan dengan baik. Permasalahan tentang keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dipisahkan dari permasalahan dunia industri, karena keselamatan dan kesehatan kerja berkaitan erat dengan peningkatan produksi dan produktivitas. Dewasa ini umumnya keselamatan dan kesehatan kerja dalam industri dikaitkan dengan masalah lingkungan. Proyek The Ritz Carlton Bali di Sawangan Nusa Dua merupakan salah satu proyek yang dikerjakan oleh kontraktor PT. Tatamulia Nusantara Indah dan telah bersertifikat ISO. Penerapan standar K3 pada proyek ini tertuang dalam rencana K3 dan selalu dilakukan monitoring dan evaluasi aktivitas oleh safety team di lapangan. Untuk lebih memberikan pemahaman dalam penerapan K3 kepada seluruh pekerja proyek dijadwalkan simulasi K3 selama 1 (satu) jam menyesuaikan dengan schedule project dan diinformasikan oleh safety team,termasuk upaya pengendalian yang harus dilakukan. Berdasarkan hal tersebut maka menjadi menarik untuk dilakukan pengkajian mengenai Pengendalian K3 pada Proyek Konstruksi di Proyek The Ritz Carlton Bali di Sawangan Nusa Dua. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk lebih memahami pengendalian K3 pada proyek konstruksi. Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis disimpulkan bahwa sebelum memulai menerapkan sistem manjemen K3 dilakukan kajian awal untuk mengidentifikasi potensi risiko K3 pada Proyek The Ritz Carlton Bali. Prosedur untuk mengkaji ulang risiko-risiko K3 tersebut dan sistem pengendaliannya diterapkan secara rutin guna memperbaharui rekaman bahaya dan risiko. Semua risiko yang penting selalu dikendalikan dan dipantau. Tersedianya prosedur yang terdokumentasi untuk menghindari penyampaian dari kebijakan dan sasaran. Kata kunci: perencanaan, biaya upah, proyek konstruksi

PADURAKSA, Volume 6 Nomor 1, Juni 2017

P-ISSN: 2303-2693 E-ISSN: 2581-2939

15

1

PENDAHULUAN

solusi

1.1

Latar Belakang

mengedepankan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

keselamatan dan kesehatan kerja agar aset

merupakan masalah yang kompleks pada

dan tenaga kerja yang merupakan investasi

suatu proyek konstruksi. Kecelakaan kerja

bagi

dan

dengan baik.

penyakit

disebabkan

akibat

oleh

kerja

faktor

umumnya manajemen,

yang

paling

tepat

sistem

pengusaha

manajemen

dapat

Kecelakaan

di

dengan

terselamatkan

tempat

kerja

disamping faktor manusia dan teknis.

merupakan fenomena gunung es yang

Tingkat

pemahaman,

sewaktu-waktu dapat terjadi jika tidak

perilaku, kesadaran, sikap dan tindakan

diantisipasi sedini mungkin tentu akan

masyarakat

upaya

mengakibatkan kerugian yang sangat besar

keselamatan

baik itu kerusakan alat kerja bahkan dapat

pengetahuan,

pekerja

penanggulangan

dalam

masalah

kerja masih sangat rendah dan belum

menyebabkan

ditempatkan

kebutuhan

buruh, hal ini jika dikalkulasikan dalam

pokok bagi peningkatan kesejahteraan

bentuk hitungan finansial yang harus

secara menyeluruh termasuk peningkatan

dikeluarkan

produktivitas kerja.

menanggung biaya santunan yang harus

sebagai

suatu

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

diberikan

meninggalnya

pekerja/

pengusaha

kepada

dengan

pekerja/buruh

yang

bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan

meninggal dunia sangatlah besar sekali

menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero

belum lagi anak-istri yang ditinggalkan

accident). Penerapan konsep ini tidak

akan mengalami kemiskinan yang akan

boleh dianggap sebagai upaya pencegahan

menjadi beban negara, padahal jika dalam

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

pengerjaan

yang menghabiskan banyak biaya (cost)

mengedepankan

perusahaan, melainkan harus dianggap

kesehatan kerja tentu saja produktifitas

sebagai bentuk investasi jangka panjang

kerja akan meningkat dan pengusaha

yang memberi keuntungan yang berlimpah

maupun kontraktor dapat memperoleh

pada masa yang akan datang.

keuntungan yang maksimal.

Perkembangan peralatan teknologi

proyek

konstruksi keselamatan

telah dan

Jika dilihat dari karakteristrik proyek

yang digunakan dalam proyek konstruksi

kegiatan

tentu harus diimbangi dengan skill dan

banyak tenaga kerja kasar berpendidikan

tingkat manajemen resiko yang tinggi,

relatif rendah (non-skill) memiliki masa

PADURAKSA, Volume 6 Nomor 1, Juni 2017

konstruksi

yang

melibatkan

P-ISSN: 2303-2693 E-ISSN: 2581-2939

16

kerja terbatas, intensitas kerja yang sangat

4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja

tinggi, dan bersifat multi disiplin dan multi

Nomor

PER.02/MEN/1992

crafts serta menggunakan peralatan kerja

tentang Tata Cara Penunjukan

yang beragam. Data kecelakaan secara

Kewajiban dan Wewenang Ahli

nasional pada sektor konstruksi mencapai

Keselamatan

31.9 %, industri 31.6 %, transportasi 9.3

Kerja.

dan

Kesehatan

%, pertambangan 2.6 %, kehutanan 3.8 %,

Regulasi di atas secara tegas dan

lain-lain 20 %. Hal ini membuktikan dalam

jelas mengatur bahwa setiap pengerjaan

pengerjaan proyek konstruksi dibutuhkan

konstruksi

bangunan

sistem

keseriusan

semua

manajemen

kesehatan

kerja

yang

Penyelenggaraan wajib

keselamatan

pihak

agar

terintegritas.

penyelenggaran keamanan, keselamatan

konstruksi

dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan

tentang

konstruksi bangunan dapat terselenggara

pekerjaan

memenuhi

dan

dibutuhkan

ketentuan

keteknikkan, keamanan, keselamatan dan

secara optimal.

kesehatan kerja, perlindungan tenaga kerja,

Keselamatan kerja telah menjadi

dan lingkungan untuk mewujudkan tertib

perhatian di kalangan pemerintah dan

penyelenggaraan pekerjaan konstruksi

bisnis konstruksi.

Landasan pengerjaan

yuridis

mengapa

konstruksi

memprioritaskan

harus

Keselamatan

dan

Kesehatan dalam bekerja adalah:

1970 tentang Keselamatan Kerja. 2. Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Tenaga

Bersama

Kerja

Pekerjaan

dan

Umum

104/KPTS/1986 Keselamatan

dan

kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan

kinerja

gilirannya

pada

karyawan kinerja

dan

pada

perusahaan.

Semakin tersedianya fasilitas keselamatan

1. Undang-undang Nomor 1 tahun

3. Keputusan

Faktor keselamatan

kerja

semakin

sedikit

kemungkinan

terjadinya kecelakaan kerja. Pelaksanaan

Kesehatan

dan

Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu

Menteri

bentuk upaya untuk menciptakan tempat

Menteri

kerja yang aman, sehat, bebas dari

Nomor:

pencemaran lingkungan, sehingga dapat

tentang

mengurangi

dan

atau

bebas

dari

Kesehatan

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

Kerja pada Tempat Kegiatan

yang pada akhirnya dapat meningkatkan

Konstruksi.

efisiensi

PADURAKSA, Volume 6 Nomor 1, Juni 2017

dan

produktivitas

kerja.

P-ISSN: 2303-2693 E-ISSN: 2581-2939

17

Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan

1992

korban jiwa maupun kerugian materi bagi

mengamanatkan antara lain, setiap tempat

pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat

kerja harus melaksanakan upaya kesehatan

mengganggu

kerja,

proses

produksi

secara

tentang

agar

Kesehatan

tidak

terjadi

gangguan

pekerja,

keluarga,

menyeluruh, merusak lingkungan yang

kesehatan

pada akhirnya akan berdampak pada

masyarakat dan lingkungan disekitarnya.

masyarakat luas.

pada

telah

Setiap

Permasalahan tentang keselamatan

pekerjaan

orang untuk

membutuhkan

memenuhi

kebutuan

dan kesehatan kerja tidak dapat dipisahkan

hidupnya. Dalam bekerja Keselamatan dan

dari permasalahan dari dunia industri,

Kesehatan Kerja (K3) merupakan faktor

karena keselamatan dan kesehatan kerja

yang sangat penting untuk diperhatikan

berkaitan

karena seseorang yang mengalami sakit

erat

dengan

peningkatan

produksi dan produktivitas. Dewasa ini

atau kecelakaan

umumnya keselamatan dan kesehatan kerja

berdampak

dalam industri dikaitkan dengan masalah

lingkungannya.

lingkungan.

pada

dalam bekerja akan diri,

keluarga

dan

Proyek The Ritz Carlton Bali di

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan

Sawangan Nusa Dua merupakan salah satu

Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan

proyek yang dikerjakan oleh kontraktor

petugas kesehatan dan non kesehatan di

PT. Tatamulia Nusantara Indah dan telah

Indonesia belum terekam dengan baik. Jika

bersertifikat ISO. Penerapan standar K3

kita

dan

pada proyek ini tertuang dalam rencana K3

penyakit akibat kerja di beberapa negara

dan selalu dilakukan monitoring dan

maju

evaluasi aktivitas oleh safety team di

pelajari

(dari

angka

kecelakaan

beberapa

pengamatan)

menunjukan kecenderungan peningkatan.

lapangan.

Sebagai faktor penyebab, sering terjadi

pemahaman dalam penerapan K3 kepada

karena kurangnya kesadaran pekerja dan

seluruh

pekerja

kualitas serta keterampilan pekerja yang

simulasi

K3

kurang memadai. Banyak pekerja yang

menyesuaikan dengan schedule project

meremehkan risiko kerja, sehingga tidak

dan diinformasikan oleh safety team,

menggunakan

termasuk upaya pengendalian yang harus

walaupun

alat-alat

sudah

tersedia.

pengaman Dalam

Untuk

lebih

proyek

selama

1

memberikan

dijadwalkan (satu)

jam

dilakukan.

penjelasan undang-undang nomor 23 tahun

PADURAKSA, Volume 6 Nomor 1, Juni 2017

P-ISSN: 2303-2693 E-ISSN: 2581-2939

18

1.2

Rumusan Masalah

1.5

Berdasarkan latar belakang tersebut, menjadi

menarik

untuk

dilakukan

pengkajian Pengendalian K3 pada Proyek

Batasan Masalah Agar penelitian lebih terarah dan

tidak

meluas,

penulis

membatasi

permasalahan:

Konstruksi di Proyek The Ritz Carlton

1. Lokasi

penelitian

dan

Bali di Sawangan Nusa Dua, maka

pengambilan data hanya pada

rumusan masalahnya adalah bagaimanakah

kontraktor

Pengendalian K3 pada Proyek Konstruksi

Nusantara Indah.

di Proyek The Ritz Carlton Bali? 1.3

2. Obyek

lebih

Manfaat Penelitian 1. Hasil

dari

diharapkan informasi

penelitian dapat

dan

pengetahuan

ini

menjadi

pengembangan dalam

bidang

pengendalian K3 pada proyek

Nusa Dua.

perusahaan

dapat

merumuskan penerapan sistem manajemen

K3

dalam

hal

KAJIAN PUSTAKA

2.1

Definisi Job Safety Analysis Dalam membuat prosedur pekerjaan,

bahaya

yang

akan

timbul

sudah

diidentifikasi dan telah disiapkan cara penanggulangannya

melalui

penerapan

dunia

2007). Job safety analysis adalah suatu pendekatan

struktural

untuk

mengidentifikasi potensi bahaya dalam suatu pekerjaan dan memberikan langkah-

pengendalian K3. 3. Bagi

2

program analisa keselamatan kerja (Ladou,

konstruksi 2. Bagi

pada

Ritz Carlton Bali di Sawangan

memahami

pengendalian K3 pada proyek konstruksi. 1.4

penelitian

pengendalian K3 di Proyek The

Tujuan Penelitian Untuk

PT.Tatamulia

konstruksi

langkah perbaikan (Anonim, 2007).

informasi

Job safety analysis merupakan uraian

mengenai pengendalian K3 pada

setiap operasi dalam pekerjaan, menelaah

proyek

bahaya-bahaya dari tiap-tiap kegiatan dan

mendapatkan

dapat dalam

konstruksi,

sehingga

merumuskan

kebijakan

menerapkan

sistem

manajemen K3 pada proyek.

menunjukkan

tindakan

pencegahannya.

Analisa keselamatan kerja berhubungan dengan penelaahan izin kerja, rencana peralatan, kualifikasi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan dan pedoman kerja

PADURAKSA, Volume 6 Nomor 1, Juni 2017

P-ISSN: 2303-2693 E-ISSN: 2581-2939

19 serta latihan yang diperlukan (Suma’mur,

7. Mengurangi biaya kompensasi

1996).

pekerja.

Job

safety

identifikasi

analysis

sistematik

dari

bahaya

potensial di tempat kerja dan mencari cara untuk

menanggulangi

8. Meningkatkan produktivitas.

merupakan

resiko

bahaya.

Dalam analisa keselamatan kerja dilakukan

2.2

Proses Job Safety Analysis Menurut Greenwood (2006), proses

job safety analysis terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:

peninjauan terhadap metode kerja dan menemukan

bahaya

yang

mungkin

diabaikan dalam proses design peralatan, pemasangan mesin dan proses kerja. Melalui penerapan analisa keselamatan kerja dapat dilakukan perubahan prosedur kerja menjadi lebih aman (Greenwood,

1. Memilih Pekerjaan Pekerjaan

dengan

kecelakaan

yang besar akan menjadi prioritas dan dianalisa terlebih dulu. Dalam memilih

pekerjaan

yang

akan

dianalisa, terdapat beberapa faktor yang harus dipenuhi antara lain:

2006). Tujuan melaksanakan job safety

Pekerjaan dengan frekuensi

analysis adalah sebagai beikut: 1. Memberikan pelatihan individu mengenai

keselamatan

dan

kecelakaan

tinggi

memjadi

prioritas utama dalam job safety analysis.

prosedur kerja efisien. 2. Mempercayakan pekerjaan ke

b. Tingkat

cedera

yang

menyebabkan cacat.

pekerja baru. 3. Meninjau prosedur kerja setelah

Setiap menyebabkan

terjadi kecelakaan. 4. Mengidentifikasi

a. Frekuensi kecelakaan.

usaha

pekerjaan

yang

cacat

harus

dimasukan ke dalam job safety

perlindungan yang dibutuhkan di

analysis.

tempat kerja.

c. Kekuatan potensi

5. Meningkatkan partisipasi pekerja

Beberapa pekerjaan mungkin

mengenai keselamatan di tempat

tidak

kerja.

kecelakaan

6. Mengurangi absen.

PADURAKSA, Volume 6 Nomor 1, Juni 2017

mempunyai namun

sejarah berpotensi

untuk menimbulkan bahaya.

P-ISSN: 2303-2693 E-ISSN: 2581-2939

20

d. Pekerjaan baru

4. Mengembangkan Solusi Langkah

Job safety analysis untuk setiap

pekerjaan

dibuat

segera

baru

safety

harus

mungkin.

terakhir

dalam job

analysis

adalah

mengembangkan

Job

prosedur

kerja

safety analysis untuk pekerjaan

yang aman untuk mencegah kejadian

baru tidak boleh ditunda hingga

atau potensi kecelakaan. Beberapa

dapat terjadi kecelakaan atau

solusi yang dapat diterapkan antara

hampir terjadi kecelakaan.

lain: a. Menemukan cara baru untuk

e. Mendekati bahaya Pekerjaan

dengan

suatu pekerjaan.

tingkat

bahaya yang besar harus menjadi

b. Mengubah prosedur kerja,

prioritas

c. Mengurangi

dalam

job

safety

analysis.

frekuensi

pekerjaan.

2. Membagi Pekerjaan Untuk

membagi

pekerjaan

diperlukan seorang pekerja yang mampu

melakukan

observasi.

Pekerja yang mampu melakukan observasi

adalah

berpengalaman

pekerja dan

yang

kooperatif

2.3

Standard Operating Procedure Standard Operating Procedure (SOP)

adalah langkah-langkah kerja tertulis yang terfokus kepada pelaksanaan pekerjaan untuk mengurangi resiko kerugian dan mempertahankan

kehandalan.

Dalam

standard operating procedure biasanya

sehingga mampu berbagi ide.

terdapat batasan operasi peralatan dan 3. Identifikasi Bahaya dan Potensi Kecelakaan Kerja Tahap

keselamatan,

prosedur

menghidupkan,

mengoperasikan, dan mematikan peralatan

berikutnya

untuk

(Anonim, 2007).

mengembangkan job safety analysis adalah melakukan identifikasi semua bahaya.

Identifikasi

dilakukan

terhadap bahaya yang disebabkan oleh

lingkungan

dan

yang

berhubungan dengan prosedur kerja.

Dalam Anonim (2007), secara garis besar ketentuan-ketentuan yang ada dalam standard operating procedure terdiri atas: 1. SOP

harus

pekerjaan

spesifik yang

untuk akan

dilaksanakan.

PADURAKSA, Volume 6 Nomor 1, Juni 2017

P-ISSN: 2303-2693 E-ISSN: 2581-2939

21

2. SOP

dapat

menggambarkan

2.4

Mempromosikan perilaku aman di

semua resiko pekerjaan yang

tempat kerja merupakan bagian penting

akan dilaksanakan. 3. Identifikasi

semua

Behavior Based Safety

resiko

dari

manajemen

keselamatan

dan

keselamatan, bahaya lingkungan,

kesehatan kerja dan merupakan salah satu

dan ergonomi yang berhubungan

cara

dengan pekerjaan yang akan

kecelakaan kerja (Scott Geller, 2001).

dilaksanakan.

Program behavior based safety digunakan

4. Menentukan alat pelindung diri

untuk

untuk

mencegah

menggambarkan

terjadinya

program

yang

yang sesuai untuk menghindari

berfokus pada perilaku pekerja sebagai

terkena resiko keselamatan yang

salah satu penyebab terjadinya kecelakaan

berhubungan dengan pekerjaan

kerja

yang akan dilaksanakan.

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

5. Izin kerja yang digunakan untuk pekerjaan

yang

akan

6. Menggambarkan tanggung

aturan,

jawab

kewenangan

untuk

maupun semua

karyawan.

terjadinya

mengidentifikasi pekerja yang berperilaku aman

kemudian

mengarahkan

pekerja tersebut untuk berperilaku aman pada saat bekerja (Krause, 2000). Menurut

Scott

Geller

(2001),

behavior based safety adalah program

7. Menggunakan bahasa yang dapat dimengerti

oleh

semua

karyawan. 8. Dapat

mencegah

Program behavior based safety akan

tidak

dilaksanakan.

untuk

dengan metode untuk mengubah perilaku pekerja dengan menggabungkan beberapa prinsip, yaitu:

digunakan

sebagai

1. Mendorong

pekerja

agar

pedoman dalam pembuatan job

memiliki perilaku aman pada

safety analysis.

saat bekerja.

9. Menjelaskan

pengoperasian

2. Melakukan

perbaikan

secara

jikalau

pekerja

normal dan tindakan yang akan

terus-menerus

dilakukan jika terjadi perubahan.

belum dapat untuk berperilaku

10. Menjelaskan tanggapan keadaan darurat

dan

prosedur

pelaksanaan shutdown.

PADURAKSA, Volume 6 Nomor 1, Juni 2017

aman. 3. Fokus pada perubahan perilaku bukan pada kecelakaan.

P-ISSN: 2303-2693 E-ISSN: 2581-2939

22

Menurut Krause (2000), behavior based

safety

dilaksanakan

Laporan

dengan

awal

yang

telah

diterima akan dibahas dan dianalisis

beberapa tahapan, yaitu:

oleh

perusahaan.

Pembahasan

tersebut akan menghasilkan sebuah

1. Pengamatan di tempat kerja

rekomendasi

Pengamatan atau observasi di

untuk

mengatasi

dengan

perilaku berisiko pekerja, misalnya

memantau perilaku pekerja selama

dengan menyediakan alat pelindung

bekerja.

diri

tempat

kerja

dimulai

Pengamatan

tersebut

(APD).

Pelaksanaan

dilakukan oleh seorang pengamat

rekomendasi

yang telah ditunjuk oleh perusahaan.

mengubah perilaku berisiko dan

Seorang pengamat akan memuji

menghilangkan bahaya atau risiko di

perilaku

tempat kerja.

aman

yang

dilakukan

seorang pekerja. Lalu pengamat akan menjelaskan secara rinci perilaku berisiko yang pekerja lakukan.

untuk

memberi

dapat

Stop Work Authority Program

merupakan

Kemudian pengamat meminta pekerja

2.5

diharapkan

stop suatu

work

authority

program

memungkinkan setiap karyawan

yang yang

alasan

menyaksikan suatu tindakan tidak aman

mengapa ia menempatkan dirinya

atau merasa bahwa kondisi tidak menjamin

pada keadaan yang berisiko. Hasil

operasi

pengamatan yang diperoleh akan

menghentikan pekerjaan tanpa pertanyaan

dikumpulkan dan menjadi laporan

(Hanford, 2008).

awal dalam pelaksanaan program behavior based safety.

yang

aman

untuk

segera

Tujuan dari program stop work authority adalah untuk memastikan bahwa

2. Pengumpulan data dan laporan

semua pekerja diberikan tanggung jawab

awal

dan wewenang untuk berhenti bekerja

Laporan awal ini menjelaskan

ketika pekerja percaya bahwa ada situasi

alasan mengapa seorang pekerja

yang menempatkan mereka, rekan kerja,

melakukan perilaku berisiko dan

atau masyarkat pada risiko atau dalam

lokasi tempat kerja

bahaya buruk yang dapat mempengaruhi

3. Laporan

analisis

dan

rekomendasi

keamanan pengoperasian, menyebabkan kerusakan fasilitas, atau mengakibatkan pelepasan limbah ke lingkungan dan

PADURAKSA, Volume 6 Nomor 1, Juni 2017

P-ISSN: 2303-2693 E-ISSN: 2581-2939

23

menyediakan metode untuk mengatasi masalah tersebut (Hanford, 2008).

Stop work authority dapat dilakukan untuk kondisi dengan kriteria:

Menurut Scott Geller (2001), proses

1. Kondisi

yang

pelaksanaan stop work authority antara

menimbulkan

lain:

keselamatan

akan

bahaya

bagi

dan

kesehatan

pekerja.

1. Stop work authority dilakukan

2. Kondisi yang apabila dibiarkan

jika suatu kondisi diyakini tidak aman, seperti:

terus-menerus

a. Kondisi yang menempatkan

mempengaruhi operasi

pekerja, rekan kerja atau

dapat keselamatan

atau

menyebabkan

kerusakan fasilitas.

masyarakat dalam risiko atau

3. Kondisi yang apabila dibiarkan

bahaya. b. Kondisi

terjadi

yang

terus-menerus

dapat

mempengaruhi

keamanan

pengoperasian

atau

menyebabkan

kerusakan

fasilitas.

mengakibatkan

terjadinya

pembuangan limbah melebihi peraturan yang berlaku. 2.6

c. Kondisi yang mengakibatkan

dapat

Alat Pelindung Diri Alat Pelindung Diri (APD) adalah

terjadinya pelepasan limbah

peralatan

keselamatan

yang

harus

ke lingkungan.

digunakan oleh personil apabila berada dalam

pada suatu tempat kerja yang berbahaya

kondisi yang aman dan segera

(Cahyono, 2004). Menurut Suma’mur

memberitahu

(2009), alat pelindung diri adalah suatu

2. Memastikan

pekerjaan

pengawas/manajemen pekerja

yang

terkena

dan ketika

melakukan stop work authority.

alat yang dipakai untuk melindungi diri terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja. .

3. Menyelesaikan setiap masalah yang

telah

mengakibatkan

seorang pekerja berhenti kerja.

PADURAKSA, Volume 6 Nomor 1, Juni 2017

P-ISSN: 2303-2693 E-ISSN: 2581-2939

24

Penutup Kepala/Helm Kacamata Pelindung Masker Identitas (ID) Baju Lengan Panjang Sarung Tangan Sabuk Keselamatan Sepatu Keselamatan

Gambar 1. Alat pelindung diri

3

METODE PENELITIAN

penelitian untuk mengidentifikasi proses

Metode penelitian yang digunakan

penerapan sistem manjemen K3.

dalam penelitian ini adalah observasi langsung

dan

wawancara

Data

yang

dikumpulkan

pada

terstruktur

penelitian ini selanjutnya diolah dan

dengan unsur – unsur yang terlibat

dianalisis sehingga diperoleh penerapan

berkaitan

proses pengendalian K3 pada obyek

dengan

penerapan

sistem

manajemen K3 pada obyek penelitian. Proses

penelitian

dilakukan

penelitian. dua

tahap, yaitu observasi di kantor perusahan

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

untuk

4.1

Data Proyek

mengetahui

persiapan

yang

dilakukan sebelum mengimplentasikan di lapangan. Selanjutnya tinjauan langsung ke lapangan untuk mengetahui implementasi proses pengendalian K3 di proyek. Data yang didapat berupa data primer dan dilengkapi dengan data skunder yang bertujuan sebagai alat penunjang

PADURAKSA, Volume 6 Nomor 1, Juni 2017

1. Nama Proyek: The Ritz Carlton Bali 2. Alamat Proyek: Jl.Raya Nusa Dua Br.Sawangan Lot 3 3. Paket

Pekerjaan:

Structure,

Finishing, MEP Under Ground 4. Luas Bangunan: 82.6567 m²

P-ISSN: 2303-2693 E-ISSN: 2581-2939

25

5. Jumlah Lantai: 5 lantai

c. Menyediakan fasilitas K3 di

6. Waktu Pelaksanaan: 549 hari kalender

proyek d. Memimpin

7. Sifat Kontrak: Lump sum fix unit price

inspeksi

K3

prosedur

K3

bersama 2. Safety Supervisor

8. Nilai Kontrak: Seratus Delapan Milyar Lima Ratus Juta Rupiah

a. Memastikan

telah dilaksanakan

(Rp.185,500,000,000.00) 9. Jumlah Tenaga Kerja: 200 orang

dan

10. Pemilik: PT.Bali Nusa Intan 11. Konsultan

Struktur:

b. Melaksanakan

PT.Bita

kontrol

12. Konsultan Arsitektur: PT.Airmas

terhadap

pelaksanaan K3 c. Melaksanakan

Enarcon Engineering

monitoring

penanganan

dan investigasi kecelakaan kerja dan kondisi darurat

Asri 13. Konsultan M & E: PT.Hantaram

d. Melengkapi

persyaratan

administrasi

Prima Mandiri 14. Konsultan QS: PT. Langdon Seah Indonesia

untuk

klaim

Jamsostek e. Membuat laporan K3 kepada Ketua Safety Team

4.2

Struktur Organisasi Safety Team Tugas dan tanggung jawab safety

team dijabarkan lebih rinci sebagai berikut:

a. Bertanggungjawab terhadap penerapan prosedur K3 di proyek, termasuk standar dan dengan

menunjuk safety supervisor

bahwa Diri

Alat (APD)

digunakan oleh pekerja b. Bertanggungjawab terhadap pelaksanaan

K3

dan

kebersihan di area pekerjaan c. Mengikuti kegiatan K3 yang ada di proyek

sebagai pelaksananya. b. Bertanggungjawab

a. Menjamin Pelindung

1. Ketua Safety Team

pedomannya

3. Anggota Safety Team

atas

pembuatan rencana K3 di proyek.

PADURAKSA, Volume 6 Nomor 1, Juni 2017

P-ISSN: 2303-2693 E-ISSN: 2581-2939

26

4.3

K3 dan Pengendalian Kerugian

Perusahaan tidak dapat lagi berorientasi

Aspek K3 juga berkaitan dengan

meningkatkan

keuntungan

dengan

pengendalian kerugian baik langsung dan

menaikkan

tidak

ditinggalkan oleh pelanggannya. Satu-

langsung.

misalnya

cedera

Kerugian pada

langsung

pekerja

harga

jual

karena

akan

dan

satunya pilihan untuk tetap survive adalah

kerusakan pada sarana produksi atau

mencegah pemborosan agar perusahaan

disebut non injury incident tau damage

dapat terus bertahan.

accident. Kerugian tak langsung adalah kerugian yang tidak terlihat sehingga sering disebut kerugian tersembunyi ( hidden loss ) misalnya, kerugian akibat terhentinya proses produksi, penurunan produksi, klaim,dampak sosial, citra dan kepercayaan konsumen. Karena itu, salah satu obyektif K3 adalah untuk mencegah dan mengendalikan kerugian atau sering

4.4

Kontrol Resiko dengan Safety Sign Hazard

Assessment

Risk

Determining

Control

(HIRADC) adalah 3(tiga) prinsip yang digunakan dalam tempat kerja pada proyek konstruksi yang dikerjakan PT.Tatamulia Nusantara Indah untuk memanajemeni kesehatan dan keselamatan kerja. OHSAS 18001,

disebut loss control management.

and

Identification,

standar

Internasional

untuk

Keselamatan Kerja, mengatur hal ini Oleh

karenanya

Nusantara

Indah

antisipasi

agar

kerugian perusahaan

ekonomi yang

PT.

Tatamulia

terus tidak yang akan

melakukan menimbulkan besar

bagi

menggerogoti

keuntungan. Dalam kondisi bisnis yang

dalam salah satu klausulnya, yakni pasal 4.3.1. Tiga prinsip HIRADC ditentukan dengan menimbang

mengidentifikasi (assessment)

bahaya, resiko

dan

melakukan perubahan/kontrol atas risikorisiko bahaya yang teridentifikasi tersebut.

penuh dengan persaingan, setiap kerugian akan berakibat fatal terhadap kelangsungan organisasi. Tantangan bisnis yang semakin berat, persaingan yang semakin ketat, menuntut setiap pengusaha meningkat daya saing melalui efisiensi dimana salah satu kata kuncinya adalah mencegah kerugian kecelakaan

(loss) dan

akibat

Seringkali

proses

pengendalian

resiko pada hirarki HIRADC, berujung pada rekomendasi pemasangan tanda-tanda peringatan bahaya, tanda-tanda anjuran, ataupun tanda-tanda larangan yang kita kenal dengan safety sign.

pemborosan,

kerugian

lainnya.

PADURAKSA, Volume 6 Nomor 1, Juni 2017

P-ISSN: 2303-2693 E-ISSN: 2581-2939

27

Pemasangan safety sign adalah salah

kondisi proyek, ketersediaan biaya, biaya

satu langkah dalam aspek Determining

operasional,

Control berupa Administrative control

lingkungan.

faktor

manusia

dan

pada terminologi HIRADC. 4.5

Pengendalian Teknis

Sebagaimana kita ketahui, kontrol terhadap

resiko

diantaranya

harus

melalui

dilakukan

hirarki

proses

eliminasi, subtitusi, isolasi, engineering control, administrative control. Ketika hazard

(bahaya)

sudah

diidentifikasi,

risiko sudah dinilai dan langkah-langkah pengendalian resiko menggunakan safety sign

sudah

dibuat

,

masalah

yang

seringkali timbul adalah ketika petugas

Sumber bahaya biasanya berasal dar peralatan atau sarana teknis yang ada di lingkungan

kerja.

pengendalian melalui

bahaya

perbaikan

Karenanya, dapat

dilakukan

pada

desain,

penambahan peralatan dan pemasangan peralatan

pengaman.

Sebagai

contoh,

mesin bising dapat diperbaiki secara teknis dengan memasang peredam suara sehingga tingkat kebisingan dapat ditekan.

yang berwenang kebingungan membuat Pencemaran diruang kerja dapat

safety sign yang baik dan benar yang mengacu pada standar nasional maupun

diatasi dengan memasang ventilasi yang baik. Bahaya pada mesin dapat dikurangi

internasional yang ada.

dengan memasang pagar pengaman atau Pengendalian

risiko

merupakan

sistem interlock.

langkah menentukan dalam keseluruhan manajemen

risiko.

Berdasarkan

hasil

4.6

Pengendalian Administratif

dapat

Pengendalian bahaya pada Proyek

ditentukan apakah suatu risiko dapat

The Ritz Carlton Bali juga dapat dilakukan

diterima atau tidak. Jika risiko dapat

secara

diterima,

mengatur jadwal kerja, istirahat, cara kerja

analisa

dan

evaluasi

tentunya

risiko

tidak

diperlukan

dalam

menentukan

pengendalian harus mempertimbangkan hirarki

pengendalian

substitusi,

mulai

pengendalian

misalnya

dengan

atau prosedur kerja yang lebih aman, rotasi

langkah pengendalian lebih lanjut. Selanjutnya

administratif

eliminasi, teknis,

administratif dan terakhir penyediaan alat keselamatan yang disesuaikan dengan

PADURAKSA, Volume 6 Nomor 1, Juni 2017

atu pemeriksaan kesehatan. 4.7

Pengendalian Operasi Kegiatan operasi merupakan sumber

bahaya paling potensial dalam organisasi proyek konstruksi. Pengendalian operasi merupakan elemen yang sangat penting.

P-ISSN: 2303-2693 E-ISSN: 2581-2939

28

Lingkup kegiatan operasi ini, dimulai sejak

Untuk itu petunjuk operasi aman

rancang

untuk menjalan unit operasi atau

bangun,

konstruksi,

operasi,

pemeliharaan sampai pasca operasi.

suatu

Pengendalian operasi pada proyek ini

sistem

dan

diperlukan

dengan

mempertimbangkan

meliputi: 1. Cara kerja aman (safe working

Setiap berbagai

kegiatan bahaya

mengandung

yang

berkaitan

dengan K3. Untuk itu ditetapkan

kondisi kritis

atau batasan-batasan yang aman, dimana

practices)

peralatan

jika

batasan-batasan

ini

dilewati akan menimbulkan hal yang tidak diinginkan. 3. Pengadaan dan pembelian

dalam

Pengadaan barang dan jasa turut

menjalankan sesuatu aktivitas antara

memberikan andil dalam mendukung

lain:

K3.

pedoman

kerja

aman

Berbagai

kelemahan

dalam

proses pengadaan dapat berakibat

a. Menjalankan mesin

fatal atau setidaknya mempengaruhi

b. Mengemudikan alat berat

kinerja K3, seperti: c. Masuk

ke

dalam

ruang a. Barang atau peralatan tidak

tertutp

memenuhi persyaratan atau d. Pengelasan dan pemotongan e. Bekerja di ketinggian

membahayakan operasi.

Dalam pengembangan cara kerja aman,

juga

mempertimbangkan

harus persyaratan

teknis dari peralatan, alat pengaman, alarm system, jalan, tempat kerja dan faktor operasi lainnya.

operating procedures) Menjalankan

menimbulkan

peralatan

barang

atau

terlambat

tidak

sesuai dengan agenda atau rencana kerja. c. Data dan informasi mengenai

sesuatu baik

memadai berkaitan

atau

bahaya

b. Pengadaan

barang dan peralatan tidak

2. Prosedur operasi aman (safe

mengoperasikan

spesifikasi teknis sehingga

khususnya dengan

cara

penggunaan yang aman.

dapat bagi

pekerja, sarana maupun lingkungan.

PADURAKSA, Volume 6 Nomor 1, Juni 2017

P-ISSN: 2303-2693 E-ISSN: 2581-2939

29

4.8

dan untuk pencegahan di kemudian hari,

Pengendalian Dokumen Semua

dokumentasi

dan

data

jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

mengenai K3 harus dikendalikan dengan baik. Dokumen mengenai K3 berbagai

4.9

Penerapan Job Safety Analysis dan Pengendaliannya

macam seperti data kecelakaan, kebakaran,

Identifikasi dan analisis safety serta

pelatihan, inspeksi dan pengujian peralatan

risiko yang terjadi sesuai dengan item

dan pemeriksaan kesehatan. Data tersebut

aktivitas kerja di Proyek The Ritz Carlton

sangat berguna dan diperlukan untuk

Bali

mengukur kinerja K3, keperluan analisa

dilakukan adalah sebagai berikut:

serta

upaya

pengendalian

yang

Tabel 1. Analisa Resiko dan Pengendalian No 1

Aktivitas Kerja Membuat barak pekerja dan office

2

Pemasangan komputer

3

Keadaan darurat kebakaran

4

Transportasi material ke dan di lapangan

5

Penempatan Material

6

Bekerja di ketinggian

7

Benda jatuh ketinggian

8

Peralatan/Instalasi listrik

9

House keeping

10 11

Handling material Pengangkatan material secara manual

kabel

dan

dari

Risiko -Roboh/ambruk -Jatuh dari ketinggian -Kejatuhan material -Kesetrum -Kebakaran

Kebakaran akibat kerusakan peralatan yang menyebabkan kerusakan/kehilangan property dan luka serius Rute transportasi material tidak aman dan ada yang menimbulkan kerusakan trailer/truk dan atau lingkungan yang akan dilalui Material yang datang dapat menjadi hambatan bagi jalan karena ketiadaan area penyimpanan sehingga operasi terganggu Pekerja jatuh yang mengakibatkan luka berat/fatal Benda jatuh selama prosese pekerjaan sehingga menyebabkan luka berat/fatal Sengatan listrik dari alat las dan instalasi listrik sementara sehingga menyebabkan luka berat/fatal -Tersandung material bekas yang tergeletak di tanah selama pelaksanaan -Pekerja terluka ketika bergerak selama bekerja malam hari Terpotong benda tajam Tangan kram ketika mengangkat

PADURAKSA, Volume 6 Nomor 1, Juni 2017

Pengendalian -Pastikan konstruksi bangunan kuat -Pakai safety belt -Pakai APD -Pastikan kabel tidak terkelupas -Pastikan instalasi dipasang dengan benar -Sediakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang sesuai standar dan layak. Sediakan APAR yang cukup

-Survey untuk melihat apakah rute bebas hambatan dan cukup lebar untuk trailer/truk berputar dengan aman -Kehadiran supervisor yang kompeten selama pelaksanaan termasuk bongkar muat -Pemasangan rambu di sekitar lokasi pembongkaran -Perencanaan yang matang lay out fasilitas sementara, lokasi penyimpanan,dll Gunakan APD yang tepat

-Inspeksi alat dan mesin angkat sebelum beroperasi -Kehadiran supervisor yang berkompeten selam pelaksanaan termasuk bongkar muat Inspeksi seluruh peralatan

-Penyediaan tempat pembuangan sampah sementara -Pengumpulan material bekas/sampah setiap hari dan membuang ke tempat pembuangan akhir -Perencanaan yang matang dalam lay out fasilitas sementara -Gunakan APD Gunakan APD Gunakan APD Tidak melakukan pengankatan manual

P-ISSN: 2303-2693 E-ISSN: 2581-2939

30

No 12

Aktivitas Kerja Penggunaan olie mesin

Risiko Kebocoran olie mesin yang menyebabkan proses pekerjaan terhambat -Bahaya longsor - Bahaya terjatuh pada lubang galian -Genangan air pada lubang galan -Jentik nyamuk pada genangan air -Bahaya scafolding roboh -Bahaya kejatuhan komponen scafolding

13

Penggalian

14

Pemasangan dan pembongkaran scafolding

15

Pemasangan dan Pembongkaran bekisting

16

Pekerjaan pembesian

17 18 19 20

Pekerjaan dinding Pekerjaan atap Pekerjaan Plafon Pengecoran

21

Pengelasan

-Bahaya kebakaran -Bahaya iritasi mata -kena percikan api -Kena asap las

22

Menggerinda

-Bahaya kesetrum -Kebisingan -Bahaya terpotong -Bahaya serpihan besi masuk ke mata

23

Bahan yang berbahaya ( HAZARD)

24

Pemasangan kaca

-Kontak langsung dengan anggota tubuh/cacat -salah dalam penggunaannya Jatuh/pecah

25

Cutting weld

26

Pemotongan dengan cutting torch ( LPG dan Oksigen )

-Jatuh dari ketinggian -bahaya luka gores -Alat pekerja jatuh mengenai pekerja dibawahnya -Bahaya luka gores -tersengat listrik -Terjepit Pekerja terjatuh Pekerja terjatuh Pekerja terjatuh -tersengat listrik -Jalan Kotor -Terjatuh dari begisting lantai atas -Tersemprot beton

-Mata terkena serpihan -terkena pecahan pisau -Kena percikan api -Ledakan -Kebakaran

PADURAKSA, Volume 6 Nomor 1, Juni 2017

Pengendalian -Cek peralatan sebelum digunakan -Siapkan dan sediakan wadah untuk menampung olie yang bocor selama pelaksanaan -Survey sebelum galian -Pemberian rambu pada lokasi bahaya dan proteksi galian -Inspeksi terhadap galian -Sediakan pompa air -Pasang penerangan yang cukup -Pastikan tanah/lantai tempat scafolding akan dipasang harus padat/tidak longsor -Pastikan pemasangan dan pembongkaran berurutan sesuai prosedur -Gunakan Helm -Gunakan safety belt -Platform kerja stabil -Penggunaan sarung tangan -penggunaan helm bagi seluruh personil -Penggunaan sarung tangan -Chek instalasi listrik sebelum bekerja Gunakan safety belt Gunakan safety belt Gunakan safety belt -Chek instalasi listrik dan penerangan -Siapkan car wash -Siapkan blue sheet/terpal -chek perkuatan begisting/tutup void sebelum bekerja -Pastikan suppport/scafolding terpasang dengan benar -Chek kondisi vibrator -Chek concrete pump -Safety railing -Sediakan alat pemadam -Peletakan tabung acetilen harus tegak -pemakaian pelindung mata/pelindung wajah(face shield) -APD -APAR -asbes penahan percikan api/karung goni dibasahi -Chek instalasi listrik -Gunakan pelindung telinga -Chek gerinda sebelum memulai pekerjaan ( mata gerinda,cover) -Dilakukan pemeliharaan gerinda secara berkala -Penggunaan googles/face shield -Pakai APD -Label dan tanda yang jelas -Control pemakaian -Kop kaca -APD -APD( face shield/safety google) -APD(kaca matapotong,sarung tangan khusus, masker) -Keranjang LPG dan oksigen -Asbes penahan api -Selang LPG dipasang valve fire flashback – APAR

P-ISSN: 2303-2693 E-ISSN: 2581-2939

31

No 27

Aktivitas Kerja Genset

28

Tower Crane ( TC )

Risiko

Pengendalian -Pemakaian pelindung telinga untuk operator -Pengukuran level kebisingan dengan noise level meter -Pengaturan jarak antar pekerja dan genset yang aman -pengaturan batas waktu maksimal kerja di area genset -Pasang rambu-rambu tegangan tinggi -APD ( safety belt,helm,sarung tangan karet)

Kebisingan

-Tersengat listrik -Jatuh dari ketinggian -Terjepit/tergencet perbaikan

4.10 Rencana Kerja K3 di Proyek The Ritz Carlton Bali Untuk penerapan sistem manajemen K3 di lapangan maka sefety supervisor membuat rencana kerja K3 yang meliputi:

saat

13. Kesiagaan dan tanggap darurat. 14. Safety patrol. 15. Inspeksi

(K3,

kebersihan,alat

berat) 16. Pembuatan laporan bulanan

1. Kick off meeting safety dengan 4.11 Kondisi Tanggap Darurat

owner dan subkon.

Apabila terjadi kondisi darurat pada

2. Pembentukan safety team. 3. Pembuatan kartu pengenal.

Proyek The Ritz Carlton Bali telah

4. Penyediaan APD.

disiapkan informasi yang bisa dihubungi: 1. Alamat

5. Penyedia APAR. 6. Penyediaan

fasilitas

darurat,

dan

nomor

Poliklinik/RS

telepon

terdekat/RS

seperti: Telepon/HT, kotak P3K,

rujukan: RS. Surya Husada, Jl.

alat transportasi.

Siligita, Nusa Dua Telp.0361

7. Penyediaan sarana K3 lainnya, seperti: safety net, safety deck,

HIRADC

dan

merencanakan program kerja.

kebersihan

bersama

Denpasar,

Telp.

melakukan di

area

proyek.

0361

489296 dan

nomor

Polisi/Polsek/Polres

10. Safety morning. bakti

DPK

3. Alamat

9. Safety Induction.

11. Kerja

2. Alamat dan nomor telepon Dinas Pemadam Kebakaran terdekat:

dan railing. 8. Membuat

776421.

telepon setempat:

Polsek Kuta, Jl.By Pass Ngurah Rai,Nusa

Dua

Telp.

0361

772110

12. Tool box meeting.

PADURAKSA, Volume 6 Nomor 1, Juni 2017

P-ISSN: 2303-2693 E-ISSN: 2581-2939

32

Informasi Tanggap Darurat tersebut dipasang pada tempat yang strategis dan wajib diketahui oleh seluruh team project.

6

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.

(2008).

Buku

Pedoman

Pelaksanaan Keselamatan Kerja untuk Praktek dan Praktikum. Program D3

5

KESIMPULAN

Teknik

1. Sebelum memulai menerapkan

Kedokteran Gigi Universitas Airlangga

sistem manajemen K3 dilakukan kajian

awal

untuk

Kesehatan

Anonim.

(2008).

Pekerjaan

K3

09/PER/M/2008

Proyek

The

Ritz

Carlton Bali.

Fakultas

Surabaya.

mengidentifikasi potensi risiko pada

Gigi

Peraturan

Menteri

Umum

Nomor:

Tentang

Pedoman

Sistem Manajemen Keselamatan dan

2. Prosedur untuk mengkaji ulang risiko-risiko K3 tersebut dan sistem

pengendaliannya

diterapkan secara rutin guna memperbaharui rekaman bahaya

Kesehatan

Kerja

(K3)

Konstruksi

Bidang Pekerjaan Umum. Anonim.

Lampiran

1:

TataCara

Penyusunan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.

dan risiko. 3. Tersedianya

prosedur

yang

Anonim.

(2011).

Pedoman

Praktis

untuk

Manajemen Resiko dalam Perspektif

menghindari penyampaian dari

K3 OHS Risk Management. Jakarta:

terdokumentasi

Dian Rakyat

kebijakan dan sasaran. 4. Menetapkan

kriteria

operasi

dalam prosedur.

Penerapan SMK 3 yang Efektif. Dian

5. Menyediakan

prosedur

identifikasi risiko K3. 6. Mengkomunikasikan

Rakyat.Jakarta. Asiyanto. (2015). Manajemen Produksi

prosedur

tersebut ke pekerja 7. Menyediakan

Anonim. (2013). Smart Safety Panduan

prosedur

untuk

Jasa

Konstruksi.

Jakarta:

Pradnya Paramita. untuk

desain tempat kerja, peralatan kerja, prosedur operasi dan lainlain untuk menghilangkan atau mengurangi risiko.

PADURAKSA, Volume 6 Nomor 1, Juni 2017

Ishak, A. (2004). Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Upaya Meningkatkan (digital

Produktivitas

library).

Fakultas

Kerja Teknik

P-ISSN: 2303-2693 E-ISSN: 2581-2939

33

Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatra Utara.

Suma’mur. (1985). Keselamatn Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. PT. Gunung

Lestari, T. (2007). Hubungan Keselamatan

Agung. Jakarta.

dan Kesehatan Kerja (K3) dengan

Sucipto, Cecep Dani. (2014). Keselamatan

Produkvitas Kerja Karyawan (Studi

dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta:

kasus: Bagian Pengolahan PTPN VIII

Gosyen Publishing.

Gunung Mas Bogor. (Skripsi). Fakultas Ekonomi

dan

Manajemen

Institut

Pertanian Bogor. Ramli,

dan

Kesehatan

Kerja

Pembahasan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Soehatman.

Manajemen

Wigati,S.YS. (1998). Standar Keselamatan

(2010).

Sistem

dalam ISO. Jurnal Teknologi Industri,

dan

Vol. III, No 2, hal 133-138. ISSN 1410-

Keselamatan

Kesehatan Kerja. Dian Rakyat. Jakarta.

5004.

Ridley, John. (2008). Ikhtisar Kesehatan

Wicaksono, I K dan Singgih, M.L. (2011).

dan Keselamatan Kerja Edisi Ketiga.

Manajemen Risiko K3 pada Proyek

Jakarta: Erlangga.

Pembangunan

Apartemen

Puncak

Sedarmayanti. (2011). Tata Kerja dan

Permai Surabaya (Prosiding Seminar

Produktivitas Kerja Suatu Tinjauan

Nasional Manajemen Teknologi XIII

dari Aspek Ergonomi atau Kaitan

Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5

antara Manusia dengan Lingkungan

Pebruari 2011). Magister Manajemen

Kerjanya.

Bandung:

CV.

Mandar

Teknologi – ITS Surabaya.

Maju. Simanihuruk, MSM. Pedoman Praktis Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bidang Konstruksi. Direktur Jenderal Pembinaan dan Pengawasan Ketenaga kerjaan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. Somad, Ismet. (2013). Teknik Efektif dalam Membudayakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dian Rakyat, Jakarta.

PADURAKSA, Volume 6 Nomor 1, Juni 2017

P-ISSN: 2303-2693 E-ISSN: 2581-2939