PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT DALAM

Download Jurnal KOMUniKASI PENELITIAN. Volume 17 ( 4) 2005. 60. PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT. DALAM UPAYA MENGHEMAT ...

0 downloads 685 Views 136KB Size
Jurnal KOMUniKASI PENELITIAN Volume 17 ( 4) 2005

Indra Chahaya S

PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT   DALAM UPAYA MENGHEMAT PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK   DI PERUMAHAN NASIONAL (PERUMNAS) HELVETIA   KECAMATAN MEDAN HELVETIA KOTA MEDAN    Indra Chahaya S  Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Abstract Fossil is the biggest source of energy in Indonesia. The usage of fossil energy can contribute the air pollution. The fossil is an irreversible natural resource, so it can make the energy crisis. The objective of this study is to find out the knowledge, attitude and practice of the community in the effort to reduce electrical energy usage. This is a descriptive survey with 98 respondents conducted by proportional random sampling. The result of this study showed that were 66,33% respondents had moderate level in knowledge, 75,51% had a good attitude, and 68,3% had a moderate level in practice. Counseling to this community is important based on this study for increasing behavior in energy economical usage. Key words: Knowledge, Attitude, Practice, Energy economical usage.

A. Pendahuluan Energi listrik merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat baik dalam bidang industri maupun rumah tangga. Pemakaian energi listrik di rumah tangga terutama untuk penggunaan penerangan, alat setrika, hiburan, kipas angin, lemari es dan pendingin ruangan (AC). Penggunaan alatalat listrik memerlukan arus listrik yang dihasilkan dari sumber energi. Saat ini di Indonesia masih digunakan sumber energi fosil (minyak bumi, batubara, dan gas bumi) untuk menghasilkan arus listrik (Sukatma, 1999). Pengelolaan sumber energi fosil menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup yaitu pencemaran udara dan akhirnya berdampak terhadap mutu kehidupan (kesehatan) masyarakat. Unsur-unsur pencemar lingkungan yang dihasilkan tergantung dari sumber energi primer yang digunakan yaitu berupa gas karbondioksida (CO2), karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), dan nitrogen oksida (NOx) (Kadir, 1995 dan Slamet, 2002). Gas-gas CO2 dihasilkan pada setiap pembakaran bahan bakar fosil. Menurut International Agency (2003) pembangkit listrik berbahan bakar fosil merupakan

sumber emisi CO2 terbesar ciptaan manusia. Sektor ketenaga listrikan di Indonesia menurut World Research Institute (2000), menyumbang 21% dari seluruh emisi CO2 yang dihasilkan. Padahal sektor ini akan terus berkembang dari waktu ke waktu sejalan dengan peningkatan kebutuhan listrik khususnya di negaranegara berkembang (Anonimous 2003). Gas CO2 merupakan salah satu gas rumah kaca (GRK) yang merupakan penyebab pemanasan global. Pemanasan global adalah terjadinya peningkatan suhu ratarata diseluruh permukaan bumi yang disebabkan oleh timbunan gas-gas rumah kaca seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), nitroksida (N2O) dan kloroflourokarbon (CFC) di atmosfer (Gerald, 1993). Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi (pemanasan global) menyebabkan terjadinya perubahan pada unsur-unsur iklim. Dampak perubahan iklim terhadap sektor kesehatan di Indonesia adalah meningkatnya frekuensi penyakit tropis, seperti malaria dan demam berdarah. Perubahan iklim mengakibatkan musim kemarau semakin panjang dan musim hujan yang semakin pendek periodenya namun semakin tinggi intensitasnya. Musim kemarau berdampak

60

Indra Chahaya S

pada timbulnya krisis air bersih penyebab terjadinya wabah penyakit diare dan penyakit kulit. Intensitas hujan yang tinggi dengan periode yang singkat akan menyebabkan bencana banjir sehingga berdampak pada mewabahnya penyakit seperti diare dan leptospirosis (Armely, 2004). Di samping itu bahan bakar fosil merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui di mana keberadaan sumber energi ini sangat terbatas, karena proses pembentukannya memerlukan waktu yang sangat panjang (mencapai jutaan tahun) dibandingkan eksploitasinya sehingga sumber energi ini dapat habis dan mengakibatkan terjadinya krisis energi (Sukatma, 1999). Krisis energi listrik akibat pasokan listrik yang sudah tidak mencukupi kebutuhan masyarakat, sudah dapat dirasakan di beberapa daerah di Indonesia. Sejak bulan Juni tahun 2004, krisis ini terjadi di Provinsi Sumatera Barat, Riau dan Jambi. Hal ini mengakibatkan setiap harinya dilakukan pemadaman bergilir hampir diseluruh kota/kabupaten di Sumatera Barat. Kondisi kelistrikan di Provinsi Sumatera Utara saat ini juga terancam. Sejak bulan Agustus 2004 PT PLN Wilayah II Medan mengumumkan pemadaman listrik bergilir kepada masyarakat melalui media massa. Namun, pemadaman itu hanya berlangsung satu sampai dua jam per hari (Anonimous, 2003). Meningkatnya kebutuhan energi di dalam negeri disebabkan beberapa faktor, seperti pertumbuhan penduduk, industrialisasi, peningkatan transportasi dan penggunaan listrik. Dalam pemanfaatan energi diperlukan kebijakan dan pengaturan yang baik dan terencana, yang dikenal sebagai konservasi energi. Konservasi energi adalah penggunaan energi disertai usahausaha mencari teknologi baru dengan memanfaatkan sumber energi terbaharui (misalnya sinar matahari, tenaga air, panas bumi) dengan lebih efisien (Sukatma,1999).

61

Jurnal KOMUniKASI PENELITIAN Volume 17 ( 4) 2005 Sektor rumah tangga memiliki potensi untuk dijadikan sasaran upaya konservasi energi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor rumah tangga merupakan konsumen listrik yang jumlahnya cukup besar di Indonesia. Setiap tahun pemakaian listrik sektor rumah tangga menunjukkan pertumbuhan yang positif pada tahun 1999 sebanyak 26,9 juta menjadi 30,6 juta pada tahun 2000 atau meningkat sebesar 13,7% (BPS, 2001). Upaya konservasi yang dilakukan di rumah tangga berupa upaya menghemat pemakaian energi listrik. Tindakan menghemat pemakaian energi listrik tidak hanya dilakukan oleh masyarakat yang mengalami krisis energi listrik, akan tetapi oleh semua lapisan masyarakat. Penghematan yang dilakukan dalam sektor ini merupakan salah satu upaya perilaku ramah lingkungan yang dapat dilakukan masyarakat untuk berpartisipasi menjaga kelestarian lingkungan hidup serta mencegah terjadinya krisis energi. Adapun upaya menghemat pemakaian energi listrik di rumah tangga adalah (Anonimous, 2003): 1. Menggunakan jenis lampu neon yang lebih efisien karena jumlah cahaya yang dipancarkan lampu neon lebih besar dari lampu pijar dengan pemakaian daya listrik yang sama. Warna dinding, lantai dan langit-langit yang terang. Mengatur perabotan rumah agar tidak menghalangi cahaya lampu penerangan. Membersihkan gelas lampu apabila kotor/berdebu agar tidak menghalangi cahaya lampu. Memanfaatkan cahaya matahari langsung untuk penerangan di siang hari. 2. Memilih lemari es dengan ukuran yang sesuai. Membuka pintu lemari es seperlunya dan selalu tertutup rapat. Mengisi lemari es tidak melebihi kapasitas. Menempatkan lemari es jauh dari sumber panas, sinar matahari, kompor. Meletakkan lemari es minimal 15 cm dari dinding/tembok rumah. Tidak memasukkan makanan/minuman yang

Indra Chahaya S

3.

4.

5.

6.

7.

masih panas ke dalam lemari es. Membersihkan kondensor (terletak di belakang lemari es) secara teratur dari debu dan kotoran, agar proses pelepasan panas baik. Mengatur suhu lemari es sesuai kebutuhan karena semakin rendah temperatur, semakin banyak energi listrik. Mematikan lemari es bila tidak digunakan dalam waktu lama. Mengatur tingkat panas setrika yang diperlukan sesuai dengan bahan pakaian yang akan disetrika. Membersihkan bagian bawah setrika dari kerak yang dapat menghambat panas. Mematikan televisi/radio/tape recorder, serta peralatan audio visual lainnya bila tidak digunakan. Jika menggunakan remote, matikan tombol utama dari televisi, radio dan tape recorder. Membuka ventilasi/jendela rumah untuk memperlancar udara ke dalam rumah. Mematikan kipas angin bila ruangan tidak digunakan, atau menggunakan kipas angin yang dilengkapi alat pengatur waktu dan atur timer sesuai kebutuhan. Mengatur kecepatan kipas sesuai kebutuhan. Memilih rice cooker dengan kapasitas yang sesuai dengan kebutuhan. Meletakkan rice cooker dalam posisi tegak sehingga alat pemutus listrik akan bekerja baik. Memasak nasi sesuai dengan kapasitas rice cooker. Mengusahakan untuk menanak nasi mendekati waktu makan. Memeriksa selalu alat pemutus aliran listrik otomatis. Bila alat ini rusak maka listrik akan terus mengalir ke elemen pemanas meskipun nasi telah matang. Memilih AC hemat energi dan daya yang sesuai dengan besarnya ruangan. Mematikan AC bila ruangan tidak digunakan. Mengatur suhu ruangan secukupnya, tidak menyetel AC terlalu dingin. Menutup pintu, jendela dan ventilasi ruangan agar udara panas dari luar tidak masuk. Memanfaatkan AC sejauh mungkin dari sinar matahari langsung agar efek pendingin tidak

Jurnal KOMUniKASI PENELITIAN Volume 17 ( 4) 2005 berkurang. Membersihkan (filter) udara dengan teratur.

saringan

Perumnas Helvetia adalah salah satu kawasan pemukiman di Kota Medan yang mempunyai jumlah rumah yang cukup padat dengan penduduk yang bervariasi baik tingkat pendidikan maupun ekonomi. Berdasarkan keadaan di atas, dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat dalam upaya menghemat pemakaian energi listrik. B. Metode Penelitian Jenis penelitian adalah survei yang bersifat deskriptif untuk menggambarkan pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat dalam upaya menghemat pemakaian energi listrik yang dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan November 2004. Populasi dalam penelitian ini adalah semua rumah tangga yang berada di Perumnas Helvetia sebanyak 4802 rumah. Adapun jumlah sampel sebanyak 98 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan proporsional random sampling dengan mempertimbangkan persentase sampel pada tiap lingkungan dalam populasi. Data primer diperoleh dari hasil survai dengan wawancara terhadap responden dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder diperoleh dari Kantor Kecamatan Helvetia, Biro Pusat Statistik Sumatera Utara, dan Kantor Perum Perumnas Cabang Medan I Kota Medan. C. Hasil dan Pembahasan Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa tingkat pendidikan reponden cukup baik di mana sebanyak 59,18% responden tamat SMA dan 31,64% responden tamat Akademi/PT. Hal ini dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat dalam upaya menghemat pemakaian energi listrik. Menurut Notoatmodjo (2003), semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka tingkat pengetahuannya akan semakin baik.

  62

Jurnal KOMUniKASI PENELITIAN Volume 17 ( 4) 2005

Indra Chahaya S

Responden dalam penelitian ini, 66,33% terdiri dari PNS, pegawai swasta dan pedagang/wiraswasta. Responden yang tidak bekerja adalah ibu rumah tangga dan pensiunan sebanyak 33,67% responden. Hal ini berarti responden sering berada di luar rumah sehingga mempengaruhi responden untuk menerapkan upaya menghemat pemakaian energi listrik. Sebahagian besar responden memiliki jumlah pendapatan diatas upah minimum daerah (>Rp.567.000,00) sebanyak 88,78%. Tingkat pendapatan yang tinggi dapat mempengaruhi pemakaian energi listrik. Menurut Deliarno (1995) semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang, maka akan semakin meningkat pula kebutuhan yang harus dipenuhi termasuk kebutuhan akan peralatan listrik di rumah tangga yang akhirnya akan mempengaruhi pemakaian energi listrik. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 65,31% responden mempunyai daya lisrik kecil yaitu 450 VA. Hal ini dapat mempengaruhi pemakaian energi listrik. Penggunaan daya listrik kecil mengharuskan penggunan alat-alat listrik yang berdaya kecil dan menggunakan peralatan listrik secara bergantian sehingga dapat menghemat pemakaian energi listrik. Menurut PLN (2003), menyambung daya listrik sesuai dengan kebutuhan merupakan salah satu upaya menghemat pemakaian energi listrik. Daya listrik untuk rumah tangga kecil cukup dengan 450 – 900 VA, sedangkan untuk rumah tangga sedang cukup dengan 900 VA – 1300 VA (Anonimous, 2003). Pemakaian energi listrik responden sebagian besar berada pada kategori sedang (2 - 3,9 kWh) perhari yaitu 55 responden (56,12%), pemakaian energi listrik >3,9 kWh (kategori tinggi) sebanyak 41 responden (41,84%) dan hanya 2 responden (2,04%) pemakaian energi listrik < 2 kWh per hari. Hal ini disebabkan sebagian besar pemakaian peralatan listrik responden terdiri dari lampu, televisi, radio/tape, kulkas, kipas angin, dan setrika.

63

Jika ditinjau dari tingkat pendidikan responden yang cukup baik dan pendapatan responden yang cukup tinggi, hal ini dapat mempengaruhi pemakaian energi listrik responden. Menurut (Deliarno, 1995) semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang, maka akan semakin meningkat pula kebutuhan yang harus dipenuhi termasuk kebutuhan akan peralatan listrik. Pengetahuan Terhadap Upaya Menghemat Pemakaian Listrik Rumah Tangga Pengetahuan responden tentang upaya menghemat pemakaian energi listrik di bagi atas pengetahuan tentang pengertian hemat energi listrik, prinsip-prinsip hemat energi, cara-cara menghemat energi listrik dalam penggunaan peralatan listrik, manfaat hemat energi listrik, krisis energi listrik, sumber energi listrik dan dampak pembangkit listrik berbahan bakar fosil terhadap lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden terhadap upaya menghemat pemakaian energi listrik cukup baik. Sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan sedang sebanyak 65 responden (66,33%) (Tabel 1). Hal ini mungkin dipengaruhi tingkat pendidikan responden yang cukup baik. Menurut Notoatmodjo (2003), semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka tingkat pengetahuannya akan semakin baik pula. Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap Upaya Menghemat Pemakaian Energi Listrik Rumah Tangga Pengetahuan No 1 2 3

Baik Sedang Kurang Jumlah

Jumlah 23 65 10 98

Persen (%) 23,47 66,33 10,20 100

Hasil penelitian juga menunjukkan ternyata sebanyak 53,06% (52 responden) belum mengetahui tentang dampak energi listrik berbahan bakar fosil terhadap lingkungan. Hal ini mungkin karena informasi ini masih belum banyak diketahui

Jurnal KOMUniKASI PENELITIAN Volume 17 ( 4) 2005

Indra Chahaya S

oleh masyarakat dan belum sosialisasi dari pemerintah.

adanya

Sikap Terhadap Upaya Menghemat Pemakaian Listrik Rumah Tangga Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap objek diluarnya. Respons ini lebih bersifat penilaian. Penilaian ini dapat dilanjutkan dengan kecenderungan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa sikap responden terhadap upaya menghemat pemakaian energi listrik baik dan sedang, di mana tidak ditemukan responden yang memiliki sikap kurang. Sikap positif responden terhadap upaya menghemat pemakaian energi listrik rumah tangga mungkin dikarenakan tingkat pendidikan responden yang cukup baik. Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa sebagian besar masyarakat dengan tingkat pendidikan SLTA dan PT bersikap positif terhadap lingkungannya. Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Terhadap Upaya Menghemat Pemakaian Energi Listrik Rumah Tangga No 1 2

Sikap Baik Sedang Jumlah

Jumlah 74 24 98

Persen (%) 75,51 24,49 100

Penilaian sikap responden dilihat dari hasil penilaian jawaban responden yang menyatakan sikap setuju dan tidak setuju. Pada hasil penelitian ini diperoleh data bahwa sebagian besar responden setuju upaya hemat listrik, penggunaan lampu neon, penggunaan hanya cahaya matahari untuk penerangan di siang hari, peralatan listrik dinyalakan bila perlu, penggunaan alat listrik berdaya listrik kecil dan peralatan listrik harus segera dimatikan bila tidak diperlukan. Hal ini berarti sebagian besar responden telah memiliki sikap positif terhadap upaya menghemat pemakaian energi listrik. Sikap responden yang kurang baik terlihat dari banyaknya responden yang tidak setuju bola lampu harus dibersihkan secara teratur yaitu sebanyak 52 responden (53,06%).

Alasan responden tidak setuju karena merasa bola lampu tidak perlu dibersihkan karena tidak ada gunanya. Selain itu bola lampu tersebut pada akhirnya akan diganti bila tidak dapat digunakan lagi. Hal ini disebabkan masyarakat belum mengetahui bahwa membersihkan bola lampu secara teratur merupakan salah satu cara menghemat pemakaian energi listrik. Menurut Bakoren (1993), dalam Anonimous (2003) lampu yang kotor dapat mengurangi cahaya sehingga timbul keinginan untuk menambah lampu lagi atau hendak menggantikan dengan lampu lain yang lebih besar watt-nya. Hal ini berarti suatu pemborosan yang sebenarnya tidak perlu terjadi apabila lampu beserta kapnya selalu dalam keadaan bersih. Sikap responden terhadap makanan yang disimpan dalam lemari es tidak boleh terlalu banyak ditemukan sebanyak 40 responden (40,82%) menjawab kurang setuju dan tidak setuju. Alasan responden tidak setuju karena responden merasa bahwa tidak masalah jika isi lemari es terlalu penuh. Hal ini disebabkan masyarakat belum mengetahui bahwa mengisi lemari es secukupnya (tidak melebihi kapasitas) merupakan salah satu cara menghemat energi listrik. Lemari es yang terisi penuh memerlukan energi listrik yang lebih besar untuk mendinginkan isi lemari es tersebut, sehingga dapat menyebabkan pemborosan energi (Anonimous, 2003). Tindakan Terhadap Upaya Menghemat Pemakaian Listrik Rumah Tangga Tindakan adalah respons atau reaksi konkrit seseorang terhadap stimulus objek. Respons ini sudah dalam bentuk tindakan atau seseorang telah mempraktekkan apa yang diketahui dan disikapi. Hasil penilaian tindakan responden terhadap upaya menghemat pemakaian listrik ditemukan 67 responden (68,37%) memiliki tindakan sedang (Tabel 3). Tindakan responden ini dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap. Menurut Notoatmodjo (2003), suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, diperlukan faktor pendukung

  64

Jurnal KOMUniKASI PENELITIAN Volume 17 ( 4) 2005

Indra Chahaya S

antara lain dukungan dari anggota keluarga untuk menerapkan upaya menghemat pemakaian energi listrik. Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Terhadap Upaya Menghemat Pemakaian Energi Listrik Rumah Tangga No 1 2 3

Tindakan Baik Sedang Kurang Jumlah

Jumlah 29 67 2 98

Persen (%) 29,59 68,37 2,04 100

Tindakan responden yang cukup baik terlihat bahwa sebagian besar responden mematikan TV segera jika tidak ada yang menonton dengan cara mematikan tombol utama dari TV. Alasan responden untuk menghemat pemakaian listrik dan agar TV tidak cepat rusak. Sebagian besar responden menjaga agar makanan/minuman yang masih panas tidak dimasukkan dalam lemari es. Alasan responden karena memasukan makanan yang masih panas ke dalam lemari es dapat membuat lemari es menjadi rusak Memasukkan makanan yang sudah tidak panas ke dalam lemari es merupakan cara menghemat pemakaian listrik karena untuk mendinginkan makanan yang masih panas memerlukan energi yang cukup besar sehingga dapat mengakibatkan pemborosan energi listrik (Anonimous, 2003). Tindakan responden kurang baik dapat dilihat dari sedikitnya responden yang membersihkan bola lampu secara teratur yaitu hanya 7 responden (7,14%). Hal ini sesuai dengan sikap yang ditunjukkan responden. Menurut Bakoren (1993) dalam Anonimous (2003), lampu yang kotor dapat mengurangi cahaya sehingga timbul keinginan untuk menambah lampu atau mengganti dengan lampu lain yang lebih besar watt-nya. Selain itu alasan responden adalah kondisi yang tidak memungkinkan oleh karena tingginya tempat lampu berada sehingga responden tidak dapat membersihkan bola lampu. D. Kesimpulan dan Saran Pengetahuan responden terhadap upaya menghemat pemakaian energi listrik adalah 66,33% memiliki pengetahuan sedang. Sikap terhadap upaya menghemat

65

pemakaian energi listrik adalah 75,51% memiliki sikap baik sedangkan tindakan responden terhadap upaya menghemat pemakaian energi listrik adalah 68,37% memiliki tindakan sedang. Berdasarkan hal tersebut perlu ditingkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menerapkan upaya menghemat pemakaian energi listrik guna berpartisipasi menjaga kelestarian lingkungan hidup serta mencegah terjadinya krisis energi listrik. Bagi pemerintah, perlu menyusun program untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan memberikan penyuluhanpenyuluhan mengenai pentingnya upaya menghemat pemakaian energi listrik sebagai salah satu upaya perilaku ramah lingkungan. E. Daftar Pustaka Anonimous (2003). Upaya Konservasi Individu Rendah Biaya: Efisiensi Listrik Kurangi Emisi CO2. www.wwf.or.id. Anonimous.2003. Tips Pemakaian Listrik. www.pln.co.id. Armely, M. Sulistiowati, D. Soejachmoen, H.M (2004). Bumi makin Panas Ancaman Perubahan Iklim Indonesia. Kementrian Lingkungan Hidup. Jakarta. Biro Pusat Statistik (2001). Statistik Energi. Jakarta. Deliarno (1995). Pengantar Ekonomi Makro. Universitas Indonesia. Jakarta. Gerald, Foley (1993). Pemanasan Global: Siapakah Yang Merasa Panas? Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Kadir, A (1995). Energi: Sumber Daya, Inovasi, Tenaga Listrik, Potensi Ekonomi. UI Press. Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Reksohadiprodjo (1996). Ekonomi Sumber Daya Alam dan Energi. BPFE. Yogyakarta. Slamet,J.S. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Sukatma (1999). Energi. Penerbit PPPGT/VED. Malang. www.voctech.org.bn.