PENGGUNAAN NEW MEDIA DI KALANGAN IBU MUDA

Download sosial. Proses distribusi informasi, akses, dan proses diskusi dapat direspon dan disebarkan begitu cepat. Dengan tingginya penggunaan medi...

2 downloads 557 Views 426KB Size
PENGGUNAAN NEW MEDIA DI KALANGAN IBU MUDA SEBAGAI MEDIA PARENTING MASA KINI Ascharisa Mettasatya Afrilia Universitas Tidar Jalan Kapten Suparman 39, Potrobangsan, Magelang E-mail: [email protected]

Abstract: Parenting among young mothers has slipped off from offline to online activities. This is related to the development of information technology, exposing the social reality by new kinds of media. One of these new media derivatives is social media which was considered superior in the speed of distributing messages. More so, social media is also considered as a special space to share parenting experiences among young mothers. Research showed that social media which later became the "public space", has in fact been regarded as a more credible medium for discussion, exchanging experience, and some even use it as a contemporary label in order to maintain prestige. It is the result of two general motives which in this study referred to as rational motives and emotional motives. Keywords: new media, young mothers, social media, parenting, phenomenology. Abstrak: Aktivitas parenting di kalangan ibu muda telah mengalami pergeseran dari offline menuju online. Hal ini tidak lepas dari perkembangan teknologi informasi yang membuat realitas sosial diperlihatkan oleh media baru tersebut. Salah satu turunan media baru ini adalah media sosial yang dianggap unggul dalam kecepatan mendistribusikan pesan. Tidak hanya itu, media sosial juga dianggap sebagai ruang khusus untuk berbagi pengalaman parenting di kalangan ibu muda. Hasil temuan memperlihatkan bahwa media sosial yang kemudian menjadi “ruang publik” tersebut, nyatanya telah dianggap sebagai media yang lebih kredibel untuk berdiskusi, bertukar pengalaman, bahkan tidak sedikit yang kemudian mengkultuskannya sebagai label kekinian demi menjaga gengsi. Hal tersebut merupakan hasil dari dua motif umum yang dalam penelitian ini disebut sebagai motif rasional dan motif emosional. Kata kunci : media baru, ibu muda, media sosial, parenting, fenomenologi.

31

JURNAL KOMUNIKASI DAN KAJIAN MEDIA

VOLUME 1, NOMOR 1, Oktober 2017: 31-42 Menjadi hal yang sangat menarik ketika

Pendahuluan Teknologi beberapa

informasi

tahun

terakhir

dalam

mengalami

media

baru

mengindikasikan

interaksi

dengan

perubahan

menggunakan

menerpa

aktivitas

parenting di kalangan ibu muda.

perkembangan yang begitu pesat. Kondisi tersebut

juga

Telah terjadi pergeseran yang signifikan manakala ibu muda masa kini,

media

lebih banyak mendapatkan akses informasi

komunikasi berbasis teknologi. Internet dan

tentang ilmu parenting dari media baru.

media sosial merupakan salah satu alat

Dulu, ibu muda lebih berorientasi kepada

utama dalam pendistribusian informasi saat

sumber informasi yang tidak lain adalah

ini.

Secara global, hal tersebut telah

orang tua mereka atau orang yang dituakan

mengubah wajah media secara keseluruhan.

dan dianggap lebih berpengalaman di

Di Indonesia sendiri, Departemen

lingkungannya.

Sementara

Komunikasi dan Informasi berdasarkan

perolehan

penyebaran

hasil survey yang dilakukannya, mencatat

tentang parenting sudah lebih meluas.

sekitar 132,7 juta orang Indonesia di

Akses informasi di dunia parenting yang

sepanjang tahun 2016 telah terhubung ke

dahulu hanya dalam lingkup offline kini

internet. Adapun total penduduk Indonesia

sudah mengalami transformasi ke ranah

sebanyak

ini

online. Pengertian pertukaran informasi

mengindikasikan kenaikan 51,8 persen

tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu,

dibandingkan jumlah pengguna internet

yakni

pada 2014 lalu di mana berdasarkan survey

informasi dan pengakses informasi di satu

yang dilakukan APJII pada 2014 hanya

tempat dan waktu yang sama. Semua itu

terdapat

sangat

256,2

88

juta

juta

orang.

Hal

pengguna

internet

(Widiyanto, 2016).

sebatas

bertemunya

mungkin

terjadi

ini

informasi

pemberi

mengingat

perkembangan dunia teknologi komunikasi

Sejalan

dengan

berkembangnya

dan

saat

media

semakin

sosial

yang semakin pesat dan melesat.

seperti

Hal itu menjadi niscaya mengingat

dikemukakan berdasarkan data tersebut,

kebutuhan manusia yang juga begitu

perilaku

dalam

dinamis. Kedinamisan tersebut tidak lain

berubah.

adalah refleksi dari dimensi manusia yang

masyarakat

memanfaatkannya

juga

Penggunaan media baru sudah mulai

juga

dijadikan acuan untuk mengembangkan

manusia

aspek ekonomi dengan e-marketing, aspek

menggunakan media untuk menjalin relasi

pemerintahan dengan e-governence, serta

sosial. Manusia sebagai zoon politicoon

aspek

pendidikan

dengan

sangat

kompleks. sebagai

Di

antaranya,

social

animal,

e-learning. 32

Ascharisa Mettasatya Afrilia, Penggunaan New Media... yang

menggunakan

media

untuk

kepentingan meraih kekuasaan. Dapat

norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan

dikatakan

bahwa

lingungannya.

sesungguhnya, media adalah perluasan dari

Beberapa definisi di atas sejalan

manusia, sehingga teknologi digunakan

dengan cita-cita orang tua yang ingin

untuk

kepentingan

menjadikan anak mereka sebagai anak yang

manusia itu sendiri. Ketika teknologi yang

cerdas, kuat, sehat, mandiri, berkarakter

digunakan untuk memenuhi kebutuhan

dalam sikap dan agama, serta masih banyak

sosial dalam berinteraksi dan mendapatkan

lagi cita-cita lainnya.

informasi, maka hal itu merupakan refleksi

tidak sedikit orang tua yang mentok dan

dari dimensi manusia sebagai makhluk

tidak tahu harus mewujudkannya dengan

sosial.

cara apa, bagaimana, dan harus mendapat

mengikuti

dimensi

Proses distribusi informasi, akses,

Meski faktanya,

informasi dari mana?

dan proses diskusi dapat direspon dan

Pada hakikatnya, semua hal yang

disebarkan begitu cepat. Dengan tingginya

dibimbangkan orang tua itulah yang masuk

penggunaan media sosial di Indonesia,

dalam

maka semakin terbuka luas kesempatan

pengasuhan dan pendidikan anak mulai dari

untuk memanfaatkannya sebagai forum

kelahirannya hingga mencapai kedewasaan

diskusi tentang berbagai hal, tak terkecuali

personal. Hal itu berarti bahwa parenting

tentang seluk beluk parenting.

dimulai sejak anak baru dilahirkan dan

Menurut

parenting,

yaitu

proses

(dalam

dapat dikatakan selesai pada saat anak

Apriastuti, 2013:3), parenting atau dikenal

sudah memenuhi kriteria untuk disebut

juga dengan istilah pola asuh adalah

sebagai pribadi yang dewasa. Dewasa

bentuk-bentuk

dalam

dalam fungsi parenting adalah dewasa

rangka merawat, memelihara, membimbing

secara mental atau psikologis, bukan hanya

dan melatih dan memberikan pengaruh

dewasa secara fisik semata.

yang

Tarmuji

ranah

diterapkan

yang dilakukan oleh orang tua kepada

Tidak dapat dikatakan sebagai hal

anaknya. Sementara Gunarsa (2002: 9)

yang

menyatakan bahwa pola asuh adalah pola

parenting. Dan menjadi menarik ketika

interaksi antara anak dengan orang tua yang

proses parenting tersebut dilakoni oleh ibu

meliputi

pemenuhan

muda yang notabene masih memiliki

kebutuhan fisik (makan, minum, pakaian,

keterbatasan pengalaman jika dibanding

dan

kebutuhan

dengan orang tua yang lebih senior. Atas

psikologis (afeksi atau perasaan) tetapi juga

keterbatasan itulah mereka mencari media

bukan

semacamnya)

hanya

dan

mudah

dalam

melakoni

proses

33

JURNAL KOMUNIKASI DAN KAJIAN MEDIA

VOLUME 1, NOMOR 1, Oktober 2017: 31-42

untuk memenuhi kebutuhan informasi yang

dapat diketahui secara langsung sebagai

tidak mereka dapatkan di ranah offline.

pengalaman yang dilakoni oleh informan.

Tidak sedikit ibu muda yang pada akhirnya

Data-data yang diperlukan dalam

menceburkan diri ke dalam ruang publik

analisis diperoleh dari proses indepth

maya yang dianggap dapat memberikan

interview dan Focus Group Discusiion

warna baru dalam bertransaksi informasi

(FGD). Selain itu, pengumpulan data juga

seputar dunia parenting.

dilakukan

Pada konteks penelitian ini, ibu muda yang dimaksud adalah wanita berusia antara 20 tahun hingga 35 tahun yang telah

dengan

proses

menelaah

sejumlah sumber yang berkaitan dengan fokus penelitian. Selanjutnya, proses analisis data

menyandang status ibu. Lebih khusus lagi,

dilakukan

para ibu muda yang masuk dalam kategori

pengklasifikasian

informan dalam penelitian ini adalah

memisahkan, serta mencari keterkaitan

mereka yang tergabung sebagai anggota

antara data yang satu terhadap data yang

komunitas Mommypreneur di Purwokerto.

lain. Upaya ini diperlukan agar data

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

tersebut dapat disajikan secara runut dan

motif penggunaan media sosial sebagai

tertib. Berbagai keterkaitan data tersebut

media parenting di kalangan ibu muda

pada gilirannya digunakan untuk menarik

anggota

kesimpulan dan memverifikasi kesimpulan

komunitas

Mommypreneur

secara

simultan data,

Purwokerto.

yang ditemukan.

Metode Penelitian

Hasil dan Pembahasan

Penelitian metode

penelitian

ini

menggunakan

kualitatif

dengan

berupa

memilah

dan

1. Realitas Transformasi Informasi di Kalangan Ibu Muda

pendekatan studi fenomenologi. Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, dapat

fenomenologi dimulai dengan menelaah

diketahui bahwa dari total 20 orang anggota

fokus fenomena yang akan diteliti. Engkus

komunitas

Kuswarno (2009:25) menyatakan bahwa

hampir 70% telah memanfaatkan new

fenomenologi berusaha untuk memahami

media sebagai media parenting mereka.

bagaimana seseorang memberi makna pada

Sisanya, yakni 30% memang menggunakan

sebuah pengalaman yang dilakoni. Pada

new media namun tidak serta merta

penelitian ini, pemahaman seorang ibu

digunakan sebagai media parenting.

Mommypreneur

Purwokerto,

muda dalam menjalani pola asuh anak 34

Ascharisa Mettasatya Afrilia, Penggunaan New Media... New media yang dimaksud dalam penelitian ini adalah media sosial yang

juga dalam membentuk aktivisme mereka di realitas offline.

digunakan oleh informan sebagai salah satu

Penelitian

ini

memunculkan

adanya

peringkat

media partner dalam proses parenting.

temuan

Disebut sebagai media partner karena

media sosial yang dipilih oleh informan.

media sosial tersebut menjadi sumber

Dari tiga media sosial terbanyak yang

informasi atau media aktualisasi diri dalam

dipilih oleh informan itu adalah Facebook,

melakukan aktivitas parenting.

Instagram, dan Twitter.

Tingkat pengguna media sosial tercatat

begitu

Percakapan

tinggi

atau

di

distribusi

Indonesia.

Facebook terbanyak

penggunaan

menempati

pertama

yang

urutan

dipilih

oleh

informasi

informan karena dinilai memiliki fitur

khususnya Facebook, bisa mencapai 5,02

paling lengkap untuk memenuhi kebutuhan

juta update status per hari dengan asumsi

mereka dalam perolehan dan penyebaran

dua persen dari pengguna aktif Facebook

informasi. Hal tersebut merupakan bukti

berada di Indonesia (SocialBaker, dalam

nyata adanya kebutuhan informasi yang

Wasesa, 2013). Sedangkan untuk aktivitas

dirasa perlu untuk dipenuhi oleh informan.

Twitter mencapai 7,35 juta tweets/re-tweets

Menurut Chaplin (dalam Kholifah,

per hari dengan rata-rata lima persen dari

2013:6)

pengguna aktif (comScore, dalam Wasesa,

permintaan

2013).

merupakan perwujudan dari adanya rasa Tingginya angka pengguna dan

tingginya

aktivitas

terhadap

informasi informasi

adalah yang

kekurangan di dalam diri manusia.

percakapan

Kebutuhan informasi yang muncul

maupun pemberitaan di media sosial,

pada diri informan, didorong oleh situasi

menjadikannya

dalam

problematik yang terjadi di dalam dirinya

penyebaran informasi dan diskusi. Mereka

berupa informasi tentang pola asuh yang

yang pada realita offline tidak memiliki

dirasa kurang memadai. Hal tersebut

kekuatan bersuara, dapat menggunakan

menyebabkan informan merasa perlu untuk

media sosial untuk berinteraksi dengan

memperoleh input dari sejumlah sumber di

lainnya

luar dirinya. Dan Facebook, menjadi salah

sangat

bahkan

mengemukakan pikirnya

baik

kebutuhan

efektif

lebih

pendapat

berkaitan

berani dan

dengan

buah

aktivitas

parenting. Di sini, media sosial telah memfasilitas

tindakan

mereka

satu

jawaban

digunakan

yang

sebagai

paling media

banyak perolehan

informasi di dunia parenting bagi informan.

dalam

Tidak hanya itu, kebutuhan akan

realitas online yang akan memengaruhi

berkehidupan sosial juga dinilai dapat 35

JURNAL KOMUNIKASI DAN KAJIAN MEDIA terpenuhi melalui media

ini. Tingkat

kebutuhan hubungan (relatedness needs),

VOLUME 1, NOMOR 1, Oktober 2017: 31-42 dengan mengunggah foto ataupun video perkembangan anak-anak mereka.

merupakan kebutuhan untuk membagi

Melihat

fakta

tersebut,

dapat

pikiran dan perasaan dengan orang lain dan

diketahui bahwa penggunaan media sosial

membiarkan mereka menikmati hal-hal

tidak sekedar untuk pemenuhan kebutuhan

yang sama dengan kita. Dalam hal ini,

informasi. Muncul kebutuhan lain yang

informan

menurut Teori Hierarcy of Needs Abraham

berkeinginan

untuk

berkomunikasi secara terbuka dengan orang

Maslow

lain

dalam

dikategorikan sebagai kebutuhan untuk self

mempunyai

esteem. Pada masa seperti sekarang ini,

hubungan yang bermakna dengan apa yang

kebutuhan akan pengakuan, kepercayaan

dialaminya.

diri, prestise, menjadi hal yang dianggap

yang

kehidupan

dianggap mereka

penting dan

Melalui media sosial facebook, informan dapat terhubung dengan ibu muda

informasi

seputar

Rahmat,

2005:

56),

lumrah untuk diraih setelah kebutuhan dasar fisik dianggap telah terpenuhi.

lainnya yang juga sama-sama tengah mengais

(dalam

Sementara itu, terdapat alasan lain

parenting

yang diungkapkan informan dalam memilih

sekaligus bertukar pengalaman tentang

media sosial sebagai media partner dalam

proses parenting. Kebutuhan semacam ini

menjalankan pola asuh. Twitter, menjadi

merupakan kebutuhan sosial yang tidak

media sosial terbanyak ke tiga yang dipilih

dapat dipisahkan dari sifat manusia sebagai

oleh informan dalam penelitian ini. Selain

makhluk sosial.

akses

informasi,

Twitter

dipercaya

Sementara di peringkat kedua

memiliki tingkat kepercayaan sumber yang

diduduki oleh media sosial Instagram.

tinggi. Hal tersebut karena berdasarkan data

Alasan informan menggunakan Instagram

yang diperoleh, terdapat sejumlah akun

juga variatif. Namun secara garis besar

Twitter milik pakar kesehatan anak, pakar

dapat disimpulkan bahwa Instagram dipilih

ibu menyusui, pakar komunikasi keluarga,

oleh

pakar gizi dan kesehatan anak, pakar

mereka

mendukung

karena

fitur-fitur

pemenuhan

yang

kebutuhan

aktualisasi diri informan. Melalui akun Instagram, mendapatkan

seorang

informan

kepuasan

batin

merasa

psikolog

bahkan

pakar

kesehatan

reproduksi wanita. Banyaknya

pakar

nasional

di

saat

bidang parenting yang sengaja membuat

membagikan momen kebersamaan mereka

akun Twitter dengan tujuan menyebarkan

dengan anak dan keluarganya. Secara

informasi seputar parenting, dirasakan

psikologis, ada rasa ingin 'unjuk gigi'

begitu melegakan kegundahan informan. 36

Ascharisa Mettasatya Afrilia, Penggunaan New Media... Bahkan, cukup banyak pakar parenting

Terkait kasus demam pada anak,

yang secara sukarela merespon sejumlah

semua informan dalam penelitian ini lebih

pertanyaan yang sering diutarakan oleh ibu

memilih untuk meredakan demam dengan

muda.

cara mengompres, melakukan bounding Berdasarkan hasil penilitian dapat

dengan anak, skin to skin, atau memberikan

diketahui bahwa telah terjadi pergeseran

obat turun panas yang dianjurkan oleh

sumber

dokter.

informasi

terhadap

nilai-nilai

Meskipun

informan

dalam

parenting yang dilakukan oleh sejumlah

penelitian ini juga tidak mengelak bahwa

ibu muda masa kini. Jika dulu para ibu

mereka

muda seringkali mendapatkan informasi

pertolongan

tentang nilai-nilai parenting dari orang tua,

tradisional berupa irisan atau parutan

mertua, kakak ipar dan beberapa orang

bawang merah yang dibalur dengan minyak

yang dituakan lainnya, saat ini para ibu

ke seluruh tubuh sang anak, namun cara

muda justru mendapatkan informasi tentang

lain yang dinilai kurang tepat seperti

nilai-nilai parenting dari media. Meskipun

memberikan air kopi untuk balita, sudah

sejumlah informan mengakui bahwa nilai-

mulai ditinggalkan.

nilai parenting yang mereka aplikasikan

masih

tetap

pertama

Pada

kasus

memberikan dengan

lain,

cara

misalnya

dalam mengasuh anak-anak juga diperoleh

mengahadapi pertanyaan kritis dari anak-

dari orang yang mereka tuakan, namun

anak yang sedang tumbuh dan berkembang,

prosentasenya lebih kecil dibanding dengan

informan

yang mereka dapatkan dari media sosial.

penjelasan dan pemahaman kepada anak

Terdapat

kecenderungan

memilih

untuk

memberikan

untuk

dengan alasan yang lebih dapat diterima

memercayai sejumlah informasi dari media

oleh logika anak. Misalnya, proses toilet

sosial dibanding informasi parenting dari

training yang mengharuskan anak untuk

lingkungan

dituakan.

tidak buang air kecil sembarang tempat

Misalnya, jika demam menyerang anak

didasari dengan sejumlah pemahaman yang

balita (bawah lima tahun), bagi orang tua

disampaikan dengan baik kepada anak-anak

jaman dahulu sah-sah saja memberikan

mereka.

keluarga

yang

beberapa tetes air kopi untuk meredakan

Cara tersebut diperoleh informan

demam anak balita mereka. Namun, ibu

dari ilmu parenting yang ada di sejumlah

muda masa kini sudah mulai meninggalkan

media sosial. Berbeda dengan masa lampu

cara tersebut yang dianggap bukan menjadi

di mana orang tua tidak memberitahukan

sebuah solusi untuk meredakan demam.

secara gamblang apa alasan di balik sebuah larangan. Misalnya, istilah 'ora ilok' - 'ada 37

JURNAL KOMUNIKASI DAN KAJIAN MEDIA

VOLUME 1, NOMOR 1, Oktober 2017: 31-42

setannya' - 'nanti kuwalat' - dan sejumlah

dapat diartikan sebagai kekuatan yang

alasan non-logis lainnya mulai ditinggalkan

terdapat

oleh para ibu muda yang menjadi informan

mendorong untuk berbuat sesuatu. Motif

dalam penelitian ini. Mereka menyadari

memberikan

bahwa anak-anak harus mulai diberikan

tingkah laku sesorang.

penjelasan

yang

masuk

akal

dalam

diri

tujuan

individu

dan

arah

yang

kepada

demi

Berdasarkan definisi-definisi di

tertanamnya jiwa disiplin dan pemahaman

atas, peneliti menyimpulkan bahwa motif

yang baik terhadap sesuatu.

memiliki tiga hal utama yaitu kebutuhan,

Berdasarkan hasil penelitian, para

dorongan, dan tujuan. Berkaitan dengan

informan sudah mulai belajar bijak dalam

penelitian ini, dapat dinyatakan bahwa ibu

mengantisipasi

muda

rengekan

anak-anak

sebagai

individu

memiliki

arahan atau mengalihkan perhatian sang

kebutuhan aktualisasi diri yang kemudian

anak kepada

mendorongnya untuk melakukan sesuatu memenuhi

informasi

bebas

mereka. Misalnya dengan memberikan

hal lain yang menjadi

kebutuhan

yang

kebutuhannya

dan

ketertarikan anak. Cara tersebut dinilai

demi

lebih cerdas baik bagi perkembangan

sehingga

motorik maupun psiokomotor si anak.

Kebutuhan mengakses dan menyebarkan

mucullah

informasi

dan

sebuah

diskusi

itu,

perilaku.

dalam

dunia

parenting telah mendorong ibu muda dalam

2. Motif Penggunaan Media Sosial Pada hakikatnya, setiap manusia

penelitian ini untuk melakukan sebuah

memiliki motif yang menjadi dorongan

aktivitas sosial di ranah online demi

dalam setiap melakukan tindakan dan

mewujudkan tujuannya itu.

dalam setiap pemilihan keputusan. James Drever

(dalam

Slameto,

2010:58)

Berbagai alasan yang mendorong informan

menggunakan

media

sosial

memberikan definisi motif sebagai an

sebagai media parenting terdiri dari dua

effective-conative factor which operates in

motif utama yang oleh peneliti disebut

determining the direction of an individuals

dengan istilah motif rasional dan motif

behavior

emosional. Batasan motif rasional dalam

towards

an

end

or

goal,

consioustly apprehended or unconsioustly. Sementara menyatakan

bahwa

Sanjaya

(2006:27)

motif

merupakan

konteks penelitian ini adalah hal-hal logis yang mendorong informan untuk memilih media

sosial

tertentu

sebagai

media

dorongan, hasrat, keinginan, dan tenaga

parenting mereka. Di antara sejumlah

penggerak lainnya yang berasal dari dalam

jawaban

dirinya untuk melakukan sesuatu.

yang

dikemukakan

informan

Motif 38

Ascharisa Mettasatya Afrilia, Penggunaan New Media... berdasarkan wawancara mendalam maupun FGD dapat ditarik beberapa poin utama:

sama, juga ditemukan adanya dorongan

1. Media sosial dipercaya mampu memberikan

informasi

terkini

tentang parenting.

informasinya

lainnya yang peneliti sebut dengan istilah motif emosional. Hal-hal yang masuk dalam kelompok motif emosional ini

2. Media sosial lebih mudah dijangkau akses

Sementara itu, pada informan yang

dibanding

adalah: 1. Alasan gengsi personal karena tidak

dengan media konvensional berupa

ingin disebut ketinggalan jaman.

penyuluhan atau konseling dengan

2. Alasan kekininian atau mengikuti

pihak keluarga atau kerabat yang dituakan.

3. Alasan sebagai media eksistensi diri

3. Media sosial memungkinkan ibu muda untuk berinteraksi dengan ibu muda lainnya. 4. Media

trend.

sosial

sebagai seorang ibu muda masa kini. 4. Alasan mencurahkan isi hati atas

memudahkan

ibu

muda baik yang bekerja maupun

kepenatan

dalam

kehidupan

berkeluarga.

yang tidak bekerja untuk saling

Berdasarkan dua kelompok di atas

bertukar pengalaman tentang pola

dapat disimpulkan bahwa motif yang

asuh pada masing-masing anak

melatarbelakangi

mereka tanpa harus bertatap-muka.

menggunakan media sosial sebagai media

5. Media sosial dapat memberikan

parenting sangat dipengaruhi oleh faktor

informasi yang lebih jelas karena

psikologis. Di mana, faktor psikologis juga

tidak

sangat erat kaitannya dengan konsep

hanya

bersumber

pada

informasi dalam bentuk kata atau kalimat

tetapi

juga

informan

dalam

pemaknaan atas dirinya.

dilengkapi

dengan bentuk visual baik gambar ataupun video.

39

JURNAL KOMUNIKASI DAN KAJIAN MEDIA

VOLUME 1, NOMOR 1, Oktober 2017: 31-42

Konsep diri tiada lain adalah persepsi tentang diri yang relatif menetap. Ronald

B.

(2009:198)

Adler

dalam

menyatakan

Kuswarno

bahwa

Gambar 1.1 MOTIF KOGNITIF (SELF IMAGE)

MOTIF AFEKSI (self esteem)

"Self MOTIF INDIVID U

concept is the relatively stable set of perceptions you hold of yourself". Definisi tersebut menunjukkan bahwa seperangkat

MOTIF RASIONAL

MOTIF EMOSIONAL

penilaian atau persepsi terhadap objek persepsi yang menyangkut diri sendiri

Sumber: Mettasatya, hasil penelitian 2016

biasanya lebih ajeg, tetap, atau konstan. Grafik di atas menunjukkan bahwa

Penilaian tersebut bisa saja berdasarkan hal yang

menyangkut

pengetahuan

yang

bersifat kognitif, dan segala sesuatu yang

informan. Motif yang muncul dari hasil penelitian ini adalah motif rasional dan

berkaitan dengan perasaan. Dalam hal ini, Jalalludin Rahmat (2005:100) memisahkan konsep diri dalam dua hal utama yaitu citra diri (self image) dan harga diri (self esteem).

terdapat motif yang menjadi dorongan pada

Citra diri

berkaitan dengan faktor-faktor kognitif individu sementara harga diri berhubungan dengan faktor afektif individu. Berdasarkan pernyataan di atas

motif emosional. Motif rasional adalah motif berupa hasil pola pikir informan terhadap nilai-nilai logis yang sama dengan motif kognitif.

dorongan lain yang masuk dalam kategori motif emosional yaitu dorongan yang muncul sebagai bentuk emosional selaras dengan motif afeksi. Pada

dapat diambil benang merah bahwa dalam penelitian ini, yang disebut oleh peneliti sebagai motif rasional berbanding lurus dengan citra diri (self image) sedangkan motif emosional berbanding lurus dengan harga diri (self esteem) seperti berikut:

Informan juga memiliki

mengemukakan memilih

media

saat

informan

alasan

bahwa

dirinya

sosial

sebagai

media

parenting karena media sosial dipercaya mampu

memberikan

informasi

terkini

tentang pola asuh anak, maka hal itu masuk dalam kategori motif rasional. Namun, pada saat yang sama, informan juga merasa gengsi jika disebut tidak kekinian dan disebut orang tua yang ketinggalan jaman, maka hal itu masuk ke dalam ranah motif emosional. 40

Ascharisa Mettasatya Afrilia, Penggunaan New Media... Simpulan

Daftar Pustaka

Informan telah memiliki konsep diri

Gunarsa. 2002. Psikologi Perkembangan

yang konstan sebagai ibu yang ditunjukkan

Anak dan Remaja. Jakarta : PT.

dalam pencarian informasi sebagai input

Gunung Mulia

dari

ketidakmemadainya

informasi.

Terdapat

dua

kebutuhan motif

yang

Kuswarno, Engkus. 2009. Fenomenologi (Konsepsi, Pedoman, dan Contoh

mendorong informan untuk menggunakan

Penelitia).

media sosial sebagai media parenting, yaitu

Padjajaran.

motif

rasional

dan

motif

emosional.

Rahmat,

Bandung:

Jalalludin.

2005.

Widya

Psikologi

Kemudian terdapat tiga media sosial utama

Komunikasi: cetakan ke-16. Bandung:

yang dipilih informan dengan sejumlah

Remaja Rosdakarya.

alasan,

yaitu

media

sosial

facebook,

instagram, dan twitter. Berdasarkan

Sanjaya,

Wina.

2006.

Pembelajaran Berorietasi penelitian

ini

disarankan bagi para ibu muda agar lebih

Strategi Standar

Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

bijak dalam 'menceburkan' diri ke ranah

Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor

media sosial. Perlu adanya proses memilih

yang Memengaruhi. Jakarta : Rineka

dan memilah informasi yang diperoleh dari

Cipta.

media sosial agar terhindar dari jebakan

Wasesa, A.Silih, 5 Juni, (2013). Gossip,

arus informasi yang mungkin saja justru

Issue and World of Mouth (pdf).

memberikan dampak negatif bagi proses

Disampaikan dalam seminar Nasional

parenting yang dilakukan. Bagi pemerintah

UGM. Yogyakarta.

khususnya bidang Kementrian Komunikasi

Wijaya, Ketut Krisna. (2015). “Laporan

dan Informasi, Pemberdayaan Perempuan,

Pengguna

dan Komisi Perlindungan Anak, diharapkan

Sosial

mampu

https://id.technisia.com/laporan-

memberikan

'nutrisi'

bagi

Website

Mobile

Indonesia”,

Media dalam

masyarakat khususnya bagi kaum ibu

pengguna-website-mobile-media-

tentang nilai-nilai parenting yang lebih

sosial-Indonesia

baik dan berkualitas.

41

JURNAL KOMUNIKASI DAN KAJIAN MEDIA

VOLUME 1, NOMOR 1, Oktober 2017: 31-42

Khalifah. 2013. “Studi Analisis Kebutuhan Informasi”,

dalam

http://www.academia.edu/16907199/St udi_analisis_Kebutuhan_informasi, diunduh pada Juni 2016 pukul 10.00 WIB. Apriastuti, Dwi, Anita. 2013. “Analisis Tingkat Pendidikan Dan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Anak Usia 48-60 Bulan”, dalam http://ojs.akbidylpp.ac.id/index.php/P rada/article/view/28/26, diunduh pada Juli 2016 pukul 15.40 WIB.

42